PENDAHULUAN
Gambar 2.1a. Penggunaan lahan untuk perdagangan dan jasa di Jalan Rajawali
Sumber: survey primer 2011
b. Permukiman
Penggunaan lahan untuk permukiman penduduk di kawasan studi terdapat di
daerah yang agak dalam, tidak berbatasan langsung dengan koridor Jalan Rajawali.
Jenis penggunaan lahan permukiman ini terdiri dari berbagai luasan kavling mulai
kavling yang kecil hingga kavling besar. Beberapa jenis permukiman memiliki fungsi
ganda (mix-use), diantaranya menjadi kantor maupun perdagangan-jasa.
c. Fasilitas Umum
Terdapat berbagai jenis fasilitas umum di kawasan studi, diantaranya :
Fasilitas Pendidikan : SMP N 5 Surabaya
Fasilitas Kesehatan : Klinik, Praktik Dokter
Fasilitas Peribadatan: Gereja Pniel
Fasilitas Keamanan Publik : Pos Polisi
Bangunan Umum & RTH : JMP
d. Ruang Terbuka Hijau
Pada kawasan koridor Jalan Rajawali ini terdapat penggunaan lahan berupa
ruang terbuka hijau yang terletak di depan Jembatan Merah Plaza dan di sebelah Giant
Hypermarket. Selain itu RTH di kawasan ini juga berupa RTH jalur hijau yang
terletak di sepanjang pedestrian koridor Jalan Rajawali.
Untuk lebih jelasnya dapat dlihat pada peta 2.1
PETA LAND USE KORIDOR
JALAN RAJAWALI
Legenda :
Fasilitas Umum
Perumahan
Peta 2.1
2.2 Building Mass (Per-Massaan Bangunan)
Secara umum bangunan pada kawasan koridor jalan Rajawali memiliki karakter low
risk building karena kawasan ini didominasi oleh bangunan-bangunan dengan ketinggian 1-3
lantai. Bangunan tertinggi yang terdapat di kawasan koridor jalan Rajawali yaitu Hotel Ibis
dan JMP dengan ketinggian mencapai 5 lantai. Pembahasan permassaan bangunan ini
disesuaikan dengan fungsi lahan yaitu untuk perdagangan dan jasa, permukiman, serta
fasilitas umum.
b. Permukiman
Bangunan untuk permukiman di daerah ini rata-rata antara 1-2 lantai. Secara
umum untuk ketinggian bangunan pada blok ini diasumsikan bahwa setiap 1 lantai
bangunan di blok ini mencapai ketinggian sekitar 4 meter.
c. Fasilitas Umum
Fasilitas umum di kawasan ini memiliki ketinggian 1-2 lantai. Bangunan 2
lantai yaitu bangunan sekolah (SMP Negeri 5 Surabaya), Disperindag Jawa Timur.
Fasilitas umum lainnya yaitu POM Bensin, kantor di sebelah BANK BRI, Fasilitas
umum yang dikelola oleh JMP.
2.2.2 Garis Sempadan Bangunan
Kemunduran bangunan disuatu ruang atau lingkungan dapat dilihat sebagai adanya
jarak dari sebuah bangunan terhadap sebuah objek lainnya, yang lazim dikenal sebagai
sempadan bangunan (GSB). Kemunduran bangunan disuatu ruang secara teoritis dan normatif
biasanya dibaca dan dinyatakan dalam meter. Penetapan Garis Sempadan Bangunan (GSB)
dipertimbangkan terhadap fungsi jaringan jalan, fungsi kegiatan dan arahan umum Dinas Tata
Kota.
Dalam lingkup makro (ruang kawasan/Unit Distrik) ketentuan pemberlakuan GSB
perlu dipahami sebagai :
Alat preventif untuk mencegah terjadinya kerapatan bangunan dan pengamanan
lingkungan di sebuah ruang kawasan.
Mengatur jarak antara satu bangunan dengan yang lainnya dalam satu kapling/blok
yang berbeda disamping dengan objek-objek vital lainnya, guna mencapai
keseimbangan lingkungan, keberlanjutan kehidupan, keamanan-keselamatan dan
kesehatan publik.
Pada sepanjang koridor ini, terdapat permukiman yang ada di kanan dan kiri Jalan
Rajawali dengan karakteristik rumah Belanda. Jenis rumah Belanda ini memiliki sempadan
bangunan bisa mencapai 10 meter. Untuk daerah permukiman kelas menengah ke atas yang
ada pada blok-blok yang ada di belakang koridor Rajawali sempadan bangunannya adalah
sekitar 3-5 meter Sedangkan untuk daerah permukiman kelas menengah ke bawah tidak
memiliki sempadan bangunan. Untuk bangunan perdagangan dan jasa memiliki sempadan
bangunan yang cukup lebar, yaitu 5-6 meter, sebab sempadan ini pada umumnya dibutuhkan
untuk jenis kegiatan ini sebagai lahan parkir bagi para pengunjungnya. Sedangkan untuk
perdagangan dan jasa dengan bangunan diatas 20 meter memilki sempadan bangunan antara
8-15 meter, sempadan ini digunakan untuk taman dan sirkulasi kendaraan.
Peta 2.2.3
PETA KLB KORIDOR JALAN
RAJAWALI
Legenda :
0-100%
100-200%
>200%
Peta 2.2.4
2.3 Sirkulasi dan Parkir
Pada koridor Jalan Rajawali memiliki pola sirkulasi campuran dan satu arah. Jalan
Rajawali merupakan jalan yang menghubungkan Jalan Indrapura, Jalan Gresik dan Jalan
Tanjung Perak Barat dengan Jalan Kembang Jepun dan Jalan Jembatan Merah. Terdapat 4
pola pergerakan yang terjadi pada koridor ini, yaitu eksternal-eksternal, eksternal-internal,
internal-eksternal dan internal-internal. Jalan Rajawali merupakan jalan arteri sekunder kota
Surabaya. Koridor jalan ini merupakan salah satu kawasan pusat perdagangan dan jasa yang
berpotensi menimbulkan tarikan pergerakan sehingga sirkulasi pergerakan lalulintas di jalan
Rajawali terlihat cukup padat. Sirkulasi dan pola pergerakan di koridor jalan rajawali
dijelaskan berikut ini :
2.3.1 Sirkulasi
a. Eksternal-eksternal
Pergerakan eksternal-eksternal terjadi pada pergerakan kendaraan yang hanya
melewati jalan rajawali, sehingga dapat dikatakan Jalan Rajawali hanya sebagai penghubung.
Pergerakan ini mempunyai asal yang bukan dari Jalan Rajawali dan juga tidak mempunyai
tujuan di koridor ini. Pergerakan seperti ini misalnya pergerakan kendaraan yang berasal dari
Jalan Gresik, Tanjung Perak barat, Indrapura menuju Jalan jembatan Merah maupun
Kembang Jepun. Dalam hal ini Jalan Rajawali hanya sebagai penghubung antara tempat asal
dan tujuan. Pola sirkulasi eksternal-eksternal banyak terjadi pada koridor jalan rajawali,
mengingat fungsi jalan ini juga sebagai jalan arteri sekunder.
b. Eksternal-internal
Pola pergerakan ini merupakan mayoritas yang terjadi di koridor jalan rajawali.
Sebagai salah satu pusat perdagangan dan jasa di Surabaya, koridor ini mampu menimbulkan
tarikan yang menyebabkan orang datang dari tempat asal yang berbeda-beda. Skala eksternal
ini bukan hanya lingkup satu Surabaya namun lintas Kota/kabupaten. Terbukti dengan
banyaknya pendatang dari kabupaten/kota di sekitar Surabaya.
c. Internal-Eksternal
Sirkulasi pergerakan ini merupakan pergerakan yang berasal dari kawasan Jalan
Rajawali dengan tujuan ke luar. Dalam hal ini Jalan rajawali menjadi bangkitan bagi aktifitas
di tempat lain. Namun pergerakan ini hanya sebagian kecil di kawasan Rajawali karena
prosentase pemukiman yang menyebabkan bangkitan jauh lebih kecil dibandingkan bangunan
perdagangan dan jasa yang juga meneyebabkan tarikan bagi daerah lain.
d. Internal-internal
Pergerakan ini berasal dari Kawasan jalan Rajawali menuju sekitar jalan rajawali juga,
tidak keluar ke daerah lain. Pergerakan ini tidak banyak dijumpai di jalan rajawali. Contoh
dari sirkulasi ini adalah pergerakan penjual yang tinggal di koridor ini dan bekerja pada
sekitar koridor ini juga.
Untuk lebih jelasnya dapat dlihat pada peta 2.3.1
2.3.2 Perparkiran
Pada koridor jalan Rajawali terdapat parkir on street dan parkir off street. Parkir off
street kebanyakan terdapat pada sebelah kanan koridor jalan Rajawali dari arah jalan
Indrapura yang kebanyakan terdapat bangunan jasa dan beberapa bangunan komersil seperti :
perkantoran, ruko,bank yang memiliki lahan yang mencukupi untuk digunakan lahan parkir
off street. Khusus untuk bank, bangunan ini memiliki parkir underground di kantor mereka.
Sedangkan pada sebelah kiri koridor jalan Rajawali kebanyakan terdapat parkir on street
karena keterbatasaan lahan parkir, namun masih terdapat beberapa lahan untuk
memungkinkan dipergunakan parkir off street. Keterbatasan lahan tersebut disebabkan karena
penggunaan bangunan mayoritas untuk perdagangan dan jasa.
Kondisi perpakiran di sekitar koridor ini juga bervariasi. Di beberapa ruas jalan ada
yang digunakan khusus untuk parkir truk, angkot maupun becak. Namun mayoritas di sekitar
jalan Rajawali menggunakan parkir on the street. Untuk pengaturan parkir, hanya parkir on
treet di sepanjang jalan Rajawali yang diatur perpakirannya oleh petugas. Parkir on street
yang lain seperti parkir khusus truk atau becak tidak ada yang mengelola sehingga
mengganggu kinerja jalan. Berikut gambaran kondisi perpakiran di Jalan Rajawali.
Peta 2.3.1
2.4 Ruang Terbuka
Jenis ruang terbuka pada wilayah studi dapat dikatakan cukup lengkap, atau bisa
dikatakan hampir semua jenis ruang terbuka terdapat pada Koridor Jalan Rajawali ini . Secara
umum, Ruang Terbuka dapat dilihat melalui komponen solid-void yang ada. (Perhatikan
Gambar 2.3.a). Daerah Solid merupakan kawasan terbangun, sedangkan void merupakan
kawasan tidak terbangun. Elemen – elemen ruang terbuka pada pembahasan makalah ini
terdiri dari Ruang terbuka hijau,lapangan (tanah kosong) dan Ruang terbuka yang
dikategorikan sebagai hardscape yang meliputi jalan baik jalan, pedestrian, median jalan yang
memisahkan 2 jalur serta landmark merupakan ruang terbuka publik. Sedangkan ruang
terbuka privat meliputi jalan dan tempat parkir terutama yang terletak di bangunan
perkantoran dan perdagangan dan jasa. Akan tetapi pada subbab ini ruang terbuka yang
bersifat hardscape akan dijelaskan lebih lanjut pada sub bab pedestrian, pertandaan dan
sirkulasi dan perpakkiran.
2.4.2 Ruang Terbuka Hijau
Ruang terbuka Hijau terbagi dua, berdasarkan jenis peruntukannya dan berdasarkan
fungsi. Berdasarkan jenisnya RTH terbagi lagi menjadi ruang terbuka privat dan ruang
terbuka publik. Sedangkan berdasrkan fungsinya RTH di kawasan study memiliki fungsi
sebagai fungsi fisik, fungsi sosial dan fungsi estetika.
A. Berdasarkan Jenisnya
Ruang Terbuka Hijau di Jalan Rajawali cukup beragam, berdasarkan jenisnya RTH
publik yang dimiliki berupa pepohonan yang berada di sepanjang Jalan Utama Rajawali, dan
Taman. Sedangkan ruang terbuka privat terdapat hampir di setiap bagian dalam bangunan,
tempat parkir terutama yang terletak di bangunan perkantoran dan perdagangan dan jasa.
Legenda :
SOLID
VOID
Peta 2.4
2.5 Pedestrian
Sebagai sarana penunjang jalan Rajawali yang merupakan jalan utama, diperlukan
beberapa elemen pendukung aktivitas yang ada. Hal ini tentunya berguna untuk para pejalan
kaki yang melintasi jalan ini untuk keperluan yang beraneka ragam. Dengan mengetahui
kondisi eksisting serta penggunaan di kawasan jalan Rajawali akan dapat diketahui apa saja
potensi dan masalah yang ada.
Sebagai jalur pejalan kaki, manfaat yang dapat diambil diantara lain adalah :
Dapat mengurangi ketergantungan pada kendaraan bermotor di kawasan pusat kota.
Dapat menambah kegiatan sight seeing.
Menciptakan lebih banyak kegiatan penjualan eceran.
Meningkatkan kualitas lingkungan; antara lain menunjang perbaikan kualitas udara.
Kondisi eksisting yang ada di jalan Rajawali dapat dikatakan cukup memadai dengan
lebar 1 sampai 3 meter di sepanjangdengan fasilitas penunjang yang cukup lengkap antara lain
yang telah tersedia antara lain boks telepon, bis surat, kios, lampu penerangan umum, halte,
pot tanaman, pohon, bak sampah, pos polisi, gapura, patung.
Fasilitas jembatan penyeberangan belum ckup memadai, hanya terdapat di depan SMP
5 Surabaya, padahal jembatan penyeberangan berfungsi cukup vital dalam mendukung
aktivitas para pejalan kaki yang akan menyeberang jalan Rajawali yang terbilang cukup
crowded. Selain itu kondisi jalur pejalan kaki di beberapa lokasi di Jalan Rajawali rusak atau
pecah sehingga mengurangi kenyamanan para pedestrian, seperti yang ada di depan POM
bensin yang ada di jalan Rajawali.
Selain di jalan Rajawali juga ada beberapa jalan yang telah tersedia pedestrian, antara
lain di jalan Krembangan Timur, serta beberapa titik di jalan Brajangan dan Krembangan
barat. Disitupun kondisi jalur pedestrian yang ada masih banyak yang kurang layak sehingga
tingkat keamanan dan kenyamanan para pengguna juga tidak optimal. Selain di tempat
tersebut belum ada jalur pejalan kaki, hanya ada aksesoris jalan seperti rambu,tempat sampah,
pot,dan lampu penerangan. Dengan kondisi yang ada seperti saat ini maka aktivitas yang ada
di jalan Rajawali dapat didukung dengan baik dengan adanya jalur pedestrian serta beberapa
aktivitas penunjang yang ada, namun hal ini tidak terjadi pada ruas-ruas jalan yang ada di
sekitar jalan Rajawali seperti Krembangan barat maupun Krembangan Timur, Pesapen, atau
yang lainnya.
PETA PEDESTRIAN JALAN
RAJAWALI
Legenda
Fasilitas Umum
Perumahan
Pedestrian
Peta 2.5
BAB III
Menurut teori yang dirumuskan Kevin A. Lynch, 1950 bahwa suatu pencitraan kota
pada suatu Negara berawal dari upaya penggalian pemikiran kota terhadap kota itu sendiri.
Dalam pembentukan citra kota tersebut, perlu adanya beberapa komponen yang menjadi
orientasi perancangan kota tersebut, yaitu di antaranya adalah identitas perkotaan, struktur
kawasan, dan arti kawasan perkotaan tersebut.
Selain itu, pembentukan citra perkotaan tersebut dapat dikembangkan dengan
penelusuran sejarah dan potensi dari suatu kawasan perkotaan, karena pada dasarnya suatu
kawasan perkotaan mempunyai karakter yang berbeda dengan lingkungan lainnya. Dengan
adanya citra perkotaan akan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat kota.
Pada kawasan studi di Jalan Rajawali juga mempunyai citra kota tersendiri yang
menjadi daya tarik masyarakat kota Surabaya dan luar Surabaya. Terlihat dengan adanya salah
satu point of view dari kota Surabaya terletak di kawasan studi tersebut. Dengan adanya point
of view tersebut menjadikan kawasan jalan Rajawali ini sering menjadi pusat kegiatan dari
masyarakat kota Surabaya.
Adapun kriteria pencitraan kota dalam perancangan suatu kota mempunyai pembagian
sebagai berikut :
3.1 Landmark
Landmark merupakan salah satu elemen perkotaan yang tampak jelas fisiknya
dan mempunyai bentuk visual yang menonjol. Keunikan dan kekhasan dari landmark
menjadikan kawasan perkotaan mempunyai identitas tersendiri yang selalu menjadi
daya tarik untuk mengunjungi kawasan perkotaan tersebut. Misalnya, pada studi kasus
wilayah jalan Rajawali ini, terdapat Jembatan Merah Plaza yang dikenal sebagai pusat
perbelanjaan di kota Surabaya (JMP) karena adanya jembatan merah yang menjadi
salah satu ikon sejarah dari Surabaya. Selain JMP, yang dikenal sebagai salah satu
landmark di kawasan studi jalan Rajawali adalah adanya hotel Ibis yang merupakan
gedung tertinggi di kawasan jalan Rajawali dengan memiliki 12 lantai bangunan.
Peta Persebaran Landmark dapat dilihat pada gambar 3.1
3.2 Path
Sepanjang jalur sirkulasi dari pergerakan berbagai kendaraan bisa terlihat di
sepanjang jalan Rajawali. Elemen perkotaan ini mempunyai hubungan yang saling
keterkaitan, dari satu jalur ke jalur yang lainnya. Di jalur jalan Rajawali ini juga
terlihat rute-rute yang jelas dari kendaraan umum maupun khusus yang dipergunakan
oleh masyarakat kota Surabaya maupun non-Surabaya. Pada jalan Rajawali yang
tergolong bagian path berupa jalur jalan yang menggunakan satu jalur yaitu dari arah
Gresik (jalan Indrapura) menuju kawasan Jembatan Merah Plaza (JMP).
Peta Persebaran Path dapat dilihat pada gambar 3.2
3.3 Nodes
Node merupakan salah satu elemen perancangan kota yang mempunyai
peranan yang sama seperti konsep path, dikarenakan adanya persimpangan dan tempat
yang menjadikan kawasan tersebut menjadi pusat kegiatan perkotaan. Pada kawasan
studi sepanjang jalan Rajawali tersebut misalnya, yaitu terdapat SMPN 5 Surabaya
yang berhadapan langsung dengan gereja dan terletak di dekat persimpangan ujung
jalan Rajawali. Selain itu juga, terdapat di JMP yang merupakan jalan persimpangan
dan menjadi pusat kegiatan angkutan umum seperti lyn dan bus kota. Adanya pusat
perbelanjaan juga menjadikan kawasan ini menjadi titik orientasi pusat kegiatan
masyarakat kota Surabaya.
Peta Persebaran Nodes dapat dilihat pada gambar 3.3
3.4 Edge
Adanya pembatas atau garis pembentuk ruang yang melingkupi beberapa
lokasi atau tempat yang terdapat di suatu kawasan perkotaan inilah yang biasa dikenal
dengan edge. Edge pada perkotaan biasa dilihat dalam beberapa bentuk seperti tembok
tinggi, saluran, batas jalan, sungai ataupun kepadatan dari suatu lalu lintas kendaraan.
Pada kawasan studi di sepanjang jalan Rajawali ini dilihat adanya edge yang
berupa kali mas yang berada di batas timur kawasan studi ini, tepat dihubungkan oleh
jembatan merah.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil inventaris data terhadap wilayah studi, Jl. Rajawali, kelurahan
Krembangan Utara, Kecamatan Pabean Cantikan, Surabaya, didapati bahwa sepanjang
koridor tersebut dimanfaatkan untuk perdagangan-jasa, permukiman dan fasilitas umum.
Berdasarkan penggunaan lahan secara makro kawasan Jl. Rajawali ini diperuntukkan sebagai
perdagangan dan jasa.
Kondisi faktual (eksisting) solid void-linkage di koridor Jalan Rajawali dapat
digolongkan menjadi 5 macam, yakni land use, building mass, ruang terbuka, sirkulasi dan
parkir serta pedestrian. Kemudian kondisi faktual place diidentifikasi menurut Lynch yang
terdiri dari landmark, path, nodes, edge, district. Elemen-elemen tersebut saling berkaitan. Sehingga
dengannya menimbulkan kesan bahwa koridor jalan Rajawali termasuk bagian dari kota lama
Surabaya. Hal ini dikarenakan masih banyak bangunan bersejarah yang tersebar di sepanjang koridor
jalan tersebut.
Dari elemen-elemen atau komponen perancangan kota di atas diharapkan koridor Jl.
Rajawali akan menjadi suatu kawasan yang teratur, serasi, dan mempunyai karakter khas
sesuai dengan yang seharusnya. Dengan begitu secara otomatis juga akan menimbulkan kesan
estetis terhadap wajah kota Surabaya.