PENDAHULUAN
Wilayah jalan Sriwijaya adalah suatu kawasan yang terletak di wilayah Kecamatan
Mataram dan Kecamatan cakranegara. Jalan ini memiliki jalur lalu lintas yang
bergerak dari arah barat dan arah timur atau jalan dua arah yang di bagi oleh median
jalan berupa beton kerb yang di tengahnya di tanami pohon. Batas wilayah jalan
Sriwijaya dimulai dari perempatan tanah haji atau yang menghubungkan akses jalan
Airlangga dan jalan Gajah Mada ,sebagian besar kawasan jalan sriwijaya ini
merupakan dataran rendah dan datar. Saat ini sebagian besar lahannya dimanfaatkan
untuk kawasan perkantoran dan sarana pelayanan umum kota, dll.
Kondisi topografi kawasan jalan Sriwijaya adalah termasuk dareah datar dengan
kemiringan antara 0 – 10 %. dan ketinggian tanah 16 m s/d 18 m di wilayah
kecamatan Mataram dan 18 m s/d 27 m di wilayah kecamatan cakranegara
Secara geomorfologi kawasan jalan sriwijaya umumnya relatif datar, daerah dengan
kemiringan / gradien 2-8 % kondisi geomorfologi dengan topografi dataran demikian,
berakibat pada lambannya aliran air permukaan maupun saluran drainase dan saluran
irigasi sehingga implikasinya adalah apabila terjadi suplai air permukaan yang
berlebih maka waktu pembuangannya lama dan mudah menimbulkan genangan.
Seperti di persimpangan jalan Airlangga dan Jalan Gajah Mada serta persimpangan
dengan Jalan Bung karno
Pada umumnya kawasan ini beriklim tropis, sebagaimana data yang kami dapat dari
internet, menyatakan bahwa, musim hujan biasanya terjadi pada bulan nopember
sampai bulan april setiap tahunnya. Sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan mei
sampai dengan bulan oktober setiap tahunnya. Dengan kelembaban udara rata – rata
mencapai 80 % / tahun.
Gambar.1. Peta Jalan Sriwiajaya Mataram
Untuk kondisi jalan yang ada di jalan sriwijaya, dirasakan masih bagus, karna dari
hasil survey tidak ditemukan adanya kerusakan jalan. jalan sriwijaya berfungsi sebagai
jalan alternatif dari arah terminal mandalika menuju ampenan dan sebaliknya dari arah
ampenan ke arah terminal mandalika , hal ini di maksud untuk mengurai kemacetan
lalu lintas dari jalan langko- pejanggik dan selaparang ke arah timur dan jalan
selaparang- panca usaha- catur warga dan jalan pendidikan. hal ini sesuai dengan
kondisi jalan sriwijaya yang dibagi menjadi dua bagian, , dengan status jalur dua arah
menuju ke arah timur dan barat.
Kondisi jalan penghubung pada kawasan jalan sriwijaya ini, telah dilakukan
rehabilitasi dan pemeliharaan secara berkala oleh instansi, hanya saja di beberapa titik
atau ruas jalan masih di jumpai gundukan aspal bekas rekondisi galian pipa air minum
dan kabel telekomunikasi hal ini di sebabkan kurang baiknya penambalan aspal atau
diakibatkan tidak menyatunya aspal existing dengan aspal penambalnya.sehingga di
khawatirkan akibatnya terjadi kerusakan pada aspal jalan yang bisa merusak jalan
menimbulkan kecelakaan.
Gambar : Kurang berfungsinya drainase menyebabkan beberapa ruas
di jalan Sriwijaya tergenang Banjir
Karna kondisi topografi dan geomorfologi dataran di kawasan jalan yang cenderung
datar dan kemiringan 2-8%, berakibat pada lambannya aliran air permukaan, baik
pada tubuh sungai, saluran drainase maupun diluar tubuh sungai. Sehingga jika hujan
turun dan suplai air tersumbat pada saluran drainase, maka akan mengakibatkan
terjadinya genangan air. Bentuk lahan dataran aluvial secara alamiah merupakan
morfologi yang rawan tergenang. Seperti contoh pada gambar diatas, kondisi jalan
sriwijaya di depan Lombok Epicentrum terjadi genangan air pada saat hujan karena
lambannya aliran air dan tersumbatnya saluran drainase.
Kondisi drainase pada jalan sriwijaya, di beberapa titik tidak dapat berfungsi secara
optimal, hal ini terjadi karna banyak dijumpai tumbuh – tumbuhan atau semak
belukar, dan juga karena variasi kemiringan saluran drainase sehingga mampu
menghambat pergerakan air itu sendiri, sehingga mampu menimbulkan banjir jika
hujan turun.
Aksesibilitas kota terbuka dari arah barat dan timur yang merupakan jalan
kolektor primer. Jalan ini membuka akses kota terhadap kawasan – kawasan
Jalan lainnya yang berdekatan, seperti Jalan Airlangga, Jalan Gajah Mada,
Jalan Arif Rahman Hakim dan Jalan Bung Karno dan beberapa jalan lainnya
Sepanjang jalan utama ini banyak terdapat bangunan dan terdapat beberapa
lahan yang masih kosong yang merupakan kawasan siap bangun.
A. Segi Kependudukan
Aktifitas publik pada kawasan jalan sriwijaya ini sangat padat dan ramai, hal
ini disebabkan karna kawasan ini merupakan kawasan perbelanjaan dan
pelayanan jasa di kota Mataram. Kesibukan yang terjadi pada kawasan ini
sangat jelas terlihat, karna pada kawasan ini dari satu tempat pelayanan ke
tempat lainnya berada saling berdekatan, dan antar satu pertokoan pertokoan
lainnya sangat berhubungan erat jika sedang berurusan.
Untuk permukiman penduduk, secara keseluruhan hampir tidak ada rumah
penduduk terdapat di depan jalan kolektor sekunder , hal ini terjadi karna
sudah terpakainya semua lahan atau ruang oleh bangunan – bangunan
perkantoran, perhotelan dan pertokoan yang ada di kawasan Jalan sriwijaya ini.
Namun setelah ditelusuri lagi, ternyata permukiman penduduk banyak tersebar
di wilayah dalam kawasan tersebut, jadi permukiman penduduk dapat dijumpai
di belakang gedung – gedung tersebut
B. Segi Ketersediaan Infrastruktur
1) Bangunan Pemerintah
- Kantor Pusat Pos dan Giro dan
- Kantor Camat Mataram ).
2) Pusat Perbelanjaan
- Lombok Epicentrum,
- Niaga dan
- Pertokoan lainnya .
3) Perhotelan
- Grand Legi
- Puri Indah dan
- Golden Palace ).
4) Sarana Rekreasi
Kura – Kura Water Park
5) dll.
Konversi lahan ini sangat berpengaruh dalam perkembangan kota baik dari segi sosial
ekonomi maupun sosial budaya. Yang dahulunya merupakan pusat pemerintahan
sekarang menjadi Pusat perbelanjaan.
a. Jalan
Jalan merupakan sarana vital yang perlu mendapat perhatian serius, agar
aktifitas orang-orang yang ada di dalam sebuah kota menjadi lebih akseleratif.
Untuk itulah pembangunan jalan yang terkonsep dan terencana secara baik
sangat diperlukan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Ian Bentley (1988 : 70)
menyatakan bahwa hampir semua jalan dirancang untuk penggunaan gabungan
dari kendaraan bermotor dan pejalan kaki. Jalan hendaknya dirancang
terperinci sehingga kendaraan bermotor tidak akan mengalahkan pejalan kaki.
Jalan adalah merupakan jalur yang menjadi penghubung antar suatu tempat,
wilayah, kota, dll. Jalan di kawasan jalan Sriwijaya di bagi menjadi 3, yaitu :
1. Jalan Utama
Jalan yang terdapat di kawasan jalan Sriwijaya, termasuk jalan kolektor
primer, dan jalan kolektor primer memiliki ketentuan, yaitu :
Kecepatan rencana minimal 40 km/jam
Lebar jalan minimal 7 m.
Kapasitas sama dengan atau kebih besar dari pada volume lalu lintas rata –
rata. (George, nez. 1989).
2. Jalan penghubung
Jalur penghubung pada jalan sriwijaya adalah jalur penghubung yang vital,
karena jalan jalan yang berhubungan dengan jalan sriwijaya merupakan akses
jalan untuk memasuki kota Mataram dari arah luar kota menuju pusat kota
atau sebagai jalur untuk menuju kabupaten lain seperti kabupaten Lombok
Utara, jalan pengehubung tersebut antara lain : Jalan Bung Karno dengan Jalan
Bung Hatta dan Jalan Gajah Mada dengan Jalan Airlangga. Kondisi jalan
penghubung tersebut rata – rata masih baik bahkan sudah di tingkatkan.
3. Pendestrian
Pendestrian atau tempat bagi pejalan kaki yakni biasa disebut dengan jalur trotoar
jalan. Lebar trotoar yang dibutuhkan oleh volume pejalan kaki, tingkat pelayanan
pejalan kaki yang diinginkan, dan fungsi jalan, adalah dengan lebar 1,5 – 3,0 Meter
merupakan ukuran yang umum dipergunakan.
Tampak kondisi jalan trotoar (pendestrian) yang kurang memadai dan terjadi
pemanfaatan lahan oleh masyarakat secara liar sebagai ruang parkir, dan sebagai
halaman rumahnya.
Untuk jalur trotoar di kawasan jalan sriwijaya , dirasakan masih bagus, dan
mengalami banyak kendala dalam operasinya, seperti : kurangnya perawatan, ukuran
lahan jalur trotoar yang sempit, banyak digunakan oleh masyarakat sebagai lahan
parkir, karna tidak tersediannya atau sedikitnya lahan parkir yang tersedia, dan
dimanfaatkan sebagai halaman rumahnya.
Sehingga para pejalan kaki lebih banyak menggunakan sarana jalan utama dalam
bepergian atau beraktifitas, seperti memanfaatkannya di saat lari – lari pagi atau sore,
atau jogging track.
b. Drainase
Saluran drainase sangat dibutuhkan dalam kelengkapan sarana dan prasana
kota atau wilayah, dimana memiliki kegunaan sebagai saluran pembuangan air ,
sehingga bisa mencegah terjadinya adanya genangan air bahkan dapat mencegah
terjadinya banjir.
Saluran drainase yang dimiliki oleh kawasan jalan sriwijaya dirasakan masih
kurang memadai dan kurangnya terjadi perawatan. Sesuai dengan hasil survey yang
kami lakukan, saluran drainase di kawasan jalan sriwijaya banyak dijumpai semak
belukar dan sampah – sampah, sehingga kinerja saluran drainasenya kurang berfungi
secara optimal.
d. Jaringan Listrik
Jaringan listrik juga merupakan sarana dan prasarana kota, dan memiliki peran sangat
penting dalam pembangunan sutau kota.
Jaringan listrik juga tersedia di kawasan jalan sriwijaya ini. Bahkan tempat
pembangkit listrikpun sangat dekat dengan kawasan jalan ini, yaitu PLTD Taman
yang merupakan Pembangkit Listrik pertama di Pulau Lombok
Jaringan listrik yang terdapat di kawasan jalan ini, terdiri atas Gardu Utama, dan kabel
terhubung antar tiang dengan jarak yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Belum ditemukan adanya pergantian tiang listrik di kawasan ini, dan tiang – tiang
yang terdapat di kawasan jalan langko ini masih menggunakan tiang listrik yang lama.
III. 3 Aspek Arsitektur
Arsitektur bagi sebuah kota adalah sebagai perwujudan dari apa yang dibangun oleh
manusia dalam mengembangkan kota temapt mereka tinggal, dan merupakan sebuah
manifestasi fisik yang teraba dan terlihat dari sejarah sebuah masyarakat, bukti sejarah
dari gaya hidup masa lalu, kemahiran seni dan teknologi bangunan dari generasi
terdahulu, serta cerminan kekayaan budaya secara keseluruhan dari masyarakat
tersebut.
Arsitektur bangunan pada jalan sriwijaya sendiri dirasakan berada dalam gaya
arsitektur modern dengan estetika sosial dan budaya khas Lombok, hal ini dapat
dilihat pada gedung – gedung perkantoran yang ada di sepanjang Jalan sriwijaya
tersebut.
BAB IV
Wujud dari struktur ruang kota meliputi: (1) Hirarki pusat pelayanan seperti pusat
kota, pusat lingkungan, pusat pemerintahan; (2) Prasarana jalan, seperti jalan arteri,
jalan kolektor dan jalan lokal; (3) Rancang bangun kota seperti ketiggian bangunan,
jarak antar bangunan, garis langit dan sebagainya. Tata ruang kota merupakan
manifestasi dari lingkungan binaan kota yang merupakan produk dari proses
pengambilan keputusan oleh banyak pihak dalam kurun waktu tertentu. Kondisi yang
berbeda, sosial ekonomi, politik dan budaya yang melatarbelakangi proses
pembentukan lingkungan tertentu memberikan warna ciri-ciri tersendiri pada wujud
fisiknya.
1) Potensi
Menurut struktur peruntukkan lahan secara garis besar peruntukkan lahan untuk
kawasan Jalan Sriwijaya dapat dibagi menjadi 5 aspek, yaitu :
2) Permasalahan
Adapun permasalahan yang ditemui di kawasan jalan langko menurut struktur
peruntukkan lahan, yaitu adanya Konversi lahan, dari eks Kantor Bupati Lombok
Barat menjadi tempat Pusat perbelanjaan Lombok Epicentrum. Hal ini terjadi karna
pindahnya Pusat Pemerintahan Kabupaten Lombok Barat ke Giri Menang di Gerung
yang selanjutnya menjadi Ibu Kota Kabupaten Lombok Barat.
3) Dampak
Dampak dari permasalahan yang ditemui di kawasan jalan sriwijaya, yaitu setelah
Pusat Perbelanjaan Lombok Epicentrum beroperasi bisa menimbulkan kemacetan
sebagaimana yang dirasakan pada saat ini, ruas jalan sriwijaya di sekitar Lombok
Epicentrum di sering terjadi kemacetan pada saat jam jam sibuk dan pulang kerja,
kadang berlangsung sampai malam sekita pukul 20.00 karena ada aktifitas masyarakat
yang keluar masuk ke pusat perbelanjaan terbesar tersebut.
Penyebab kemacetan lainnya adalah dengan di tutupnya Persimpangan jalan antara
Jalan Srwijaya dan Jalan Majapahit yaitu yang menghubungkan Jalan Airlangga dan
Jalan Gajah Mada, secara otomatis arus lalu lintas yang menuju ke jalan Gajah Mada
dari Jalan Airlangga akan berbelok ke arah jalan Sriwijaya demikian sebaliknya
hingga terjadi penumpukkan pengguna jalan di kedua ruas jalan sriwjaya.
4) Substansi
Adapun peraturan – peraturan yang ada tentang penataan ruang ini adalah SNI - 03-
1733-2004 (luas lahan minimum 24.000 m2/jiwa)
Adapun strategi penanganan yang dapat kami lakukan pada kawasan ini, diambil dari
permasalahan yang ditemukan yaitu :
Jika memungkinkan membangun jalan layang atau fly over dari arah jalan Airlangga
ke jalan Gajah Mada , hal ini di maksudkan untuk mengurangi kemacetan dan untuk
jangka panjangnya dengan terjadi perpindahan penduduk kota Mataram dan
pengembangan kota ke arah selatan, maka tidak menutup kemungkinan aktifitas
penggunaan jalan dan transportasi akan semakin meningkat.
Angka Lantai Dasar untuk kawasan terbangun di wilayah studi intensif umumnya
berkisar antara 40-70.
Koefisien Lantai Bangunan (KLB) digunakan untuk mengganti istilah “Floor Area
Ratio” (FAR) yaitu angka perbandingan antara jumlah total luas lantai bangunan
terhadap luas lahan. Pada umumnya angka KLB di kawasan perencanaan sama dengan
angka KDB (KLB=KDB) yang menujukkan bahwa intensitas penggunaannya relatif
masih rendah dan belum mengarah ke penggunaan lahan secara vertikal, dan apabila
dilihat di kawasan pusat pengembangan lebih mengarah pada KLB yang lebih besar
dari pada KDB-nya, karena ketersediaan lahan (dataran) sangat terbatas.
1) Potensi
1. Kepadatan Bangunan
Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis evaluatif dengan
memperbandingkan antara luas lahan keseluruhan dengan luas persil bangunan
yang menyangkut aspek jarak dan kerenggangan antar bangunan yang terkait
dengan banyaknya bangunan yang ada di wilayah kawasan jalan langko, sehingga
dapat menentukan apakah kawasan jalan sriwijaya temasuk pada wilayah dengan
kepadatan bangunan tinggi atau rendah.
Sesuai dengan data dari instansi terkait mengenai kepadatan bangunan yang
dimiliki oleh kawasan jalan sriwijaya yaitu 20 bangunan/Ha, dan jumlah itu
merupakan kepadatan bangunan maksimum, hal ini sesuai dengan data primer
berupa data foto – foto dan data pengamatan langsung yang kami lakukan dapat
dilihat dari jarak antar bangunan yang relatif dekat, sehingga menyebabkan
minimnya ruang terbuka yang tersedia di kawasan jalan ini, sehingga di kawasan
ini jika akan dilakukan perencanaan pembangunan, maka yang dilakukan adalah
dengan cara konversi lahan atau pengalihan fungsi lahan.
4. Tinggi Bangunan
Menurut data langsung berupa data foto – foto, wawancara kepada warga, dan
pengamatan visual secara langsung oleh kami, maka dapat disimpulkan bahwa
ketinggian bangunan yang dimiliki oleh bangunan di kawasan jalan langko adalah
maksimum 3-4 tingkat.
2) Permasalahan
Adapun permasalahan yang ditemukan dari analisa intenistas pemanfaatan lahan
terjadinya kepadatan bangunan karena terlalu rapatnya bangunan – bangunan yang
ada, sesuai dengan data yang ada, bahwa bangunan yang ada di kawasan jalan
sriwijaya memiliki kepadatan bangunan maksimum yaitu : 20 bangunan/Ha, sehingga
minimnya ruang terbuka yang tersedia.
3) Dampak
Dari permasalahan yang ditemukan di atas maka dampak yang terjadi adalah “ tidak
mampunya dalam melakukan perencanaan pembangunan yang sustinaible, sehingga
menempuh konversi lahan dalam proses pembangunannya “.
Jadi maksudnya, bahwa kawasan jalan sriwijaya ini sudah tidak memiliki ruang jika
akan dilakukan rencanaan pembangunan suatu bangunan atau perencanaaan lainnya,
karna tidak tersedianya ruang terbuka lagi di kawasan ini, sehingga langkah satu –
satunya adalah dengan pengkonversian lahan jika melakukan perencanaan
pembangunan pada kawasan ini.
Dan dapat disimpulkan, bahwa kawasan ini adalah kawasan yang tidak mampu dalam
melakukan perencanaan pembangunan sustinaible.
4) Substansi
Adapun peraturan – peraturan yang terkait akan analisa intensitas pemanfaatan lahan
pada kawasan jalan sriwijaya ini adalah :
- UU No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang
- UU No. 28 Tahun 2002 tentang bangunan gedung
- PERDA No. 3 tahun 2008 tentang rencana pembangunan jangka panjang
Daerah Prov. NTB tahun 2005-2025.
- Perda No. 11 Tahun 2012 tentang RTRW Kota Mataram 2011 – 2031
-
5) Strategi Pendekatan Penanganan
Adapun strategi yang kami lakukan dalam penanganan permasalahan yang ada di
kawasan jalan langko ini adalah :
- Mengurangi pembangunan gedung dan lebih di fokuskan pada pembangunan
dan perawatan fasilitas,seperti : jalan, pedestrian, drainase dll.
- Agar dalam perencanaan pembangunan untuk kawasan ini, untuk mengurangi
pembangunan gedung ,jika dilakukan perencanaan pembangunan, maka jalan
yang ditempuh adalah pengkonversian lahan atau dengan pengalihan fungsi
pengunaan lahan, bangunan yang ada sudah memnuhi standar pembangunan.
- Pengendalian pembangunan dengan peraturan dan perijinan.
- Dimaksudkan agar dapat memberikan pembatasan dalam pembangunan pada
kawasan jalan Sriwijaya ini.
IV. 1. 3 Tata Bangunan
Metode yang digunakan adalah analisis foto series dari hasil pengamatan survey
primer untuk mengendalikan arah hadap dan bentuk muka bangunan yang ada di
wilayah studi.
1) Potensi
Adapun potensi yang dimiliki oleh kawasan langko ini menurut tata bangunan, yaitu :
Peruntukkan kawasan juga berpengaruh pada tata hadap bangunan, dimana sesuai
dengan hasil survey dan analisa dilapangan terlihat bahwa bangunan – bangunan
menghadap ke jalan.
Dengan keadaan fasade bangunan yang berpola linear dan saling menghadap, maka
memberikan kemudahan bagi masyarakat pada kawasan jalan langko dalam hal akses
antar satu gedung ke gedung yang lainnya yang cukup memanfaatkan sarana
pedestrian.
2) Permasalahan
Adapun permasalahan yang ditemui pada analisa tata bangunan ini adalah : “
Penempatan pembangunan Lombok Epicentrum pada lahan yang dulunya berfungsi
sebagai Kantor Pemerintah yang mempunyai Ruang terbuka hijau yang luas.
Setelah dilakukan analisa dari hasil identifikasi kawasan jalan sriwijaya ini,
ditemukan permasalahan – permasalahan dalam letak tata bangunan pada rencana
pemabangunan Pusat Perdagangan Lombok Epicentrum
3) Dampak
Dari permasalahan di atas maka ditemukan dampak untuk kawasan jalan langko ini,
yaitu :
- Mampu menimbulkan kemacetan jika gedung itu sudah beroperasi, karena
lokasinya yang dekat dengan sarana pendidikan, dan peribadatan.
- Mengurangi fungsi ekologis kota.
-
4) Substansi
Adapun peraturan – peraturan terkait dalam hala perencanaan untuk analisa tata
bangunan ini adalah :
Peraturan pemerintah No. 16 tahun 2004 tentang penatagunaan tanah.
5) Strategi Pendekatan Penanganan
Adapun strategi yang lakukan dalam menangani permasalah yang ada di kawasan
Sriwijaya , yaitu :
Pembangunan Lombok Epicentrum disertai dengan adanya RTH yang sekaligus
berfungsi sebagai lahan parkir, sehingga mampu berfungsi sebagai ekologis kota.
Sehingga dirasakan mampu dalam pencapaian 30 % RTH dari luas wilayah tersebut.
1) Potensi
Adapun potensi yang dimiliki oleh kawasan jalan Sriwijaya dalam hal analisa ruang
terbuka dan tata hijau, yaitu : Tersedianya ruang terbuka dan terbuka hijau, seperti :,
RTH umum maupun privat, dan selalu terdapatnya banyak pepohonan di sepanjang
pingggir kawasan jalan Sriwijaya
a. Ruang terbuka
Ruang terbuka, baik yang alamiah maupun binaan, dalam lingkup perkotaan
maupun lingkup regional merupakan salah satu elemen penting dalam
perencanaan kota dan wilayah. Namun demikian, ruang terbuka masih menjadi
anak tiri dalam proses perencanaan tata ruang tersebut. .
Dua aspek utama yang membentuk pola pikir masyarakat kita yang keliru
mengenai ruang tidak terbangun ( ruang terbuka ) hingga sekarang, adalah :
1. aspek ekonomis
2. Aspek fungsional
Namun menurut hasil survey yang telah didapat, peruntukkan ruang terbuka yang
ada di kawasan jalan sriwijaya dirasakan sudah memenuhi standar lingkungan, hal
ini terbukti dengan ditemukannya beberapa ruang terbuka yang telah dipagari,
namun berbicara tentang luas lahan, ruang terbuka yang tersedia cukup kecil, atau
luasnya begitu kecil. Sehingga mengakibatkan kesulitan dalam memanfaatkan
ruang terbuka tersebut. sehingga di sini mengakibatkan terjadinya konversi lahan,
yang jika dipandang dan telusuri lagi, hal ini tidak perlu dilakukan.
b. Ruang terbuka hijau
Ruang terbuka hijau yang ada di kawasan jalan Sriwijaya mencapai luas sekitar 20 %,
dan luas ini merupakan standar luas minimal RTH suatu kota.
Adapun klasifikasi Ruang terbuka hijau di kawasan jalan Sriwijaya , yaitu :
- Kawasan hijau Median Jalan
- Kawasan hijau Tanah yang belum terbangun dan kawasan Hijau yang
dipertahankan kealamiannya
- Kawasan terbuka hijau Privat, contoh : yang ada di depan halaman gedung –
gedung kantor dan Pusat Perbelanjaan
- Kawasan hijau pengembangan bunga dan tanaman, yang diperjual – belikan.
Contoh Ruang Terbuka Hijau berupa median Jalan dan RTH Privat
Di Jalan Sriwijaya
2) Permasalahan
Adapun permsalahan yang ditemui pada kawasan jalan langko ini dalam hal
Dari hasil identifikasi kawasan, tampak secara exiting, bahwa kawasan jalan
sriwijaya ini telah kekurangan ruang terbuka, yang walaupun terdapat beberapa
ruang terbuka, namun dari segi luas lahan relatif kecil dan merupakan sisa dari
lahan persawahan yang dahulu memang merupakan kawasan terluas di Jajan
tersebut.
- Terjadinya pengurangan ruang RTH
3) Dampak
Adapun dampak yang terjadi dari permasalahan yang ada dari aspek analisa ruang
Jadi maksudnya, bahwa kawasan jalan langko ini sudah tidak memiliki ruang jika
akan dilakukan rencanaan pembangunan suatu bangunan atau perencanaaan
lainnya, karna tidak tersedianya ruang terbuka lagi di kawasan ini, sehingga
langkah satu – satunya adalah dengan pengkonversian lahan jika melakukan
perencanaan pembangunan pada kawasan ini.
- mengurangi pencapaian RTH sebesar 30 % dan masih memiliki luas RTH sebesar
11,6 %
- Mengurangi fungsi ekologis kota.
-
4) Substansi
1. Potensi
Adapun potensi – potensi yang dimiliki oleh kawasan jalan Sriwijya menurut
aspek analisa sistem sirkulasi dan jalur penghubung yaitu Merupakan jalan
kolektor primer dengan aksesibilitas kota terbuka dari arah barat ke timur dan
arah timur ke barat yang membuka akses kota terhadap kawasan – kawasan Jl.
Lainnya, seperti Jalan Airlangga,Jalan Gajah Mada , Jalan Arif Rahman Hakim,
Jalan Bung Karno dll.
Sistem sirkulasi
Jaringan jalan di kawasan jalan sriwijaya sudah sangat baik. Sistem jaringan
jalan Kawasan jalan sriwijaya yang ada saat ini didominasi pergerakan lalu
lintas arah Barat – Timur dan sebaliknya dan merupakan jalur dua arah.
Sirkulasi pergerakan yang ada di kawasan jalan langko merupakan pergerakan
internal – internal, eksternal – internal, internal – eksternal dan eksternal –
eksternal.
1. Pergerakan internal – internal, disebabkan karna adanya pergerakan
dari aktivitas perkantoran ke perkantoran atau pertokoan – ke
pertokoan lainnya yang lain, dimana saling berkaitan atau
berhubungan.
2. Pergerakan eksternal – internal disebabkan karena pergerakan dari
permukiman di luar kawasan jalan sriwijaya menuju fasilitas-fasilitas
pendukung permukiman seperti fasilitas jasa seperti perkantoran,
perbelanjaan, dll.
3. Pergerakan internal – eksternal, dimana terjadi pergerakan dari fasilitas
jasa seperti perkantoran dan perbelanjaan di kawasan jalan sriwijaya,
menuju ke fasilitas di luar kawasan jalan sriwijaya.
4. Pergerakan eksternal – eksternal, dimana kawasan jalan sriwijaya
merupakan penghubung antara jalan Majapahit dan Jalan Brawijaya
menuju ke jalan luar Kota dan sebaliknya arus luar kota dari arah
selatan dan timur akan melalui jalan sriwijaya menuju pusat kota.
2. Permasalahan
Adapun permasalahan yang ditemui pada aspek analisa sistem sirkulasi dan jalur
penghubung, yaitu :
- Pemakaian jalan pedestrian dan jalan utama sebagai lahan parkir
- Pemakaian jalan utama sebagai sarana untuk pejalan kaki, jogging dll.
3. Dampak
1. Potensi
Adapun potensi kawasan jalan sriwijaya dari aspek tata kualitas lingkungan, yaitu :
“ Kawasan yang ramah lingkungan yang merefleksikan sebagai suatu kawasan yang
hijau dengan adanya taman kota,RTH umum dan privat dan selalu terjaganya tumbuh-
tumbuhan di sepanjang jalan sriwijaya “.
Kualitas lingkungan di kawasan jalan sriwijaya sebenarnya sudah baik dan
mencerminkan suatu kawasan yang ramah lingkungan dengan banyaknya terdapat
ruang terbuka terbuka hijau baik umum maupun privat, selain dari itu juga di kawasan
jalan sriwijaya ini banyak ditumbuhi oleh tumbuh – tumbuhan, sehingga
menampakkan suatu kawasan yang hijau dan sejuk, Oleh karena itulah kawasan ini
mampu memberikan kesan nyaman, sejuk di mata jika dipandang dan asri.
2. Permasalahan
Terdapat masalah – masalaha yang ditemui pada kawasan jalan sriwijaya jika dilihat
dari aspek analisa kualitas lingkungan, yaitu :
- Banyak terdapatnya sampah – sampah yang berserakan di jalur pedestrian
- Saluran drainase yang tersumbat oleh semak – semak dan sampah –
sampah
-
3. Dampak
Sistem prasarana dan utilitas lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik suatu
lingkungan yang pengadaannya memungkinkan suatu lingkungan dapat beroperasi
dan berfungsi sebagaimana semestinya.
1. Potensi
Adapun potensi yang dimiliki oleh kawasan jalan sriwijaya , dalam aspek analisa
sistem prasarana dan utilitas, yaitu :
Sistem prasarana dan utilitas lingkungan yang tersedia di kawasan jalan sriwijaya
adalah :
1. Jalan
Jalan yang ada dikawasan jalan sriwijaya terdiri atas 3 aspek, yaitu :
a. Jalan utama
Jalan utama yang ada di kawasan jalan sriwijaya adalah termasuk jalan kolektor
primer. Yang menghubungkan jalan Majapahit dengan jalan Brawijaya menuju
jalan pejanggik, jalan udayana dan jalan air langga.
b. Jalan penghubung
Jalan pendestrian yang ada dikawasan jalan sriwijaya masih kurang baik, karna
kurangnya perawatan. Sehingga menimbulkan ketidak maksimalnya
pemakaian jalan trotoar oleh masyarakat, sehingga menyebabkan terjadinya
pemakaian jalan utama oleh para pejalan kaki.
2. Jaringan listrik
Untuk kawasan sriwijaya, telah tersedia jaringan listrik, dengan masih memakai tiang
– tiang lama. Dan jaringan listrik sudah tersebar di semua gedung – gedung yang ada
di kawasan sriwijaya.
3. Jaringan telpon
Di kawasan jalan sriwijaya ini pun terdapat jaringan telpon, yang hampir sudah
tersebar dan terpasang di semua gedung – gedung yang ada di kawasan jalansriwijaya.
Lampu penerangan jalan yang ada di kawasan jalan sriwijaya berada dalam keadaan
yang baik, dan dirasakan memenuhi standar kelakayakan Namun ditemui juga
permasalahan, dengan lama waktu penerangannya, yang biasanya dimatikan sebelum
waktunya.
5. Air bersih
Tersedia juga saluran air bersih, yang mampu mendukung proses perkembangan untuk
kawasan jalan sriwijaya ini.
6. Drainase
Saluran drainase yang ada di kawasan jalan sriwijaya masih kurang baik, kurang
adanya perawatan. Karna banyak ditemui sampah – sampah, dan tumbuhnya
tumbuhan secara liar, sehingga mengganggu proses kinerja saluran drainase itu
sendiri.
Akibat itulah, jika hujan mengakibatkan terjadinya genangan air yang merembet ke
permukiman penduduk.
7. Tempat sampah
Prasana tempat sampah pun tersedia di kawasan jalan Sriwijaya , namun kondisinya
kurang baik dan kurang diperhatikan, sehingga mampu menimbulkan penyakit –
penyakit dan bau – bau yang tidak enak, jika ada hujan.
8. Lahan parkir
Hampir di setiap gedung di kawasan jalan sriwijaya memiliki lahan parkir, namun
dapat juga ditemui gedung – gedung yang tidak memiliki lahan parkir, sehingga
memanfaatkan lahan jalan trotoar bagi pejalan kaki. Dan mengurangi kualitas
lingkungan untuk kawasan jalan sriwijaya ini.
9. Halte
Terdapat juga halte di kawasan jalan sriwijaya ini, sebagai sarana pendukung
transportasi umum bagi penumpang.
Namun untuk kondisinya pun kurang diperhatikan, dan tidak terjadi perawatan,
sehingga kegunaannya yang kurang optimal dan kurang dimanfaatkan oleh
masyarakat.
2. Permasalahan
Adapun masalah yang timbul pada aspek analisa sistem prasarana dan utilitas ini
adalah :
Hanya ada beberapa halte yang terdapat di kawasan jalan sriwijaya ini, dan banyak
yang sudah tidak terawat.
Menurut data quisioner yang telah kami lakukan, bahwa pemadaman lampu
penerangan jalan sering tidak konsisten, dan biasanya mati di waktu subuh, padah
waktu itu keadaan masih gelap.
3. Dampak
4. Substansi
Dalam mengatasi segala permasalahan dalam aspek analisa sistem prasarana dan
utilitas, saya melakukan beberapa strategi penanganan, seperti :
Aspek ekonomi untuk kawasan jalan langko diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu :
1. Aspek usaha
2. Aspek nilai lahan
Adapun klasifikasi potensi dan peremasalahan yang ada di kawasan jalan Sriwijaya,
yaitu :
Analisis Potensi Masalah Dampak Indikator Strategi
Ekonomi (Peraturan - Pendekatan
Peraturan) Penanganan
aspek tersedianya adanya mengurangi RTRW kota Dengan adanya
usaha sarana dan pedagang kaki estetika dan mataram tahun rencana
prasarana, lima di mengakibatkan 2011-2031, pembangunan
seperti : sepanjang terjadinnya bab 3 Rencana pedestrian strip
perbankkan, kawasan jalan gangguan lalu struktur ruang dan cycle strip
pertokoan, yang
lintas. wilayah kota maka akan
jasa memanfaatkan
transportasi, ruas sepadan mataram. 3.2 disediakan lahan
dan jalan dalam Rencana pusat yang sudah
penginapan. menjajakkan - pusat direncanakan
dagangannya. pelayanan di sebagai tempat
wilayah kota untuk
mataram beristrihatnnya
para pengguna
jalan pedestrian
tersebut, dan
lokasi ini akan di
tata sedemikian
rupa dengan
tampilan yang
elegan dan higenis
untuk mengganti
usaha dan gerobak
yang biasa dipakai
para pedagang
kaki lima.
aspek nilai Dari padatnya Hampir tidak Tidak RTRW kota Penekanan pada
lahan bangunan oleh adanya lahan mampunya mataram tahun pemerintah agar
permukiman kosong dan dalam 2011-2031, membatasi dalam
dan tingginya ruang merencanakan bab 3 Rencana perencanaan
tingkat terbuka, pembangunan struktur ruang pembangunan di
kepadatan
karena telah yang wilayah kota kawasan jalan
penduduk
menjadikan dipenuhi sustinaible. mataram. 3.2
jalan sebagai oleh Rencana pusat
central bangunan - - pusat
prekonomian bangunan pelayanan di
kota mataram, pemerintah, wilayah kota
serta jalan permukiman, mataram
menjadi jalan pertokoan,
primer yang pendidikan,
menambah dll.
daya tarik
investor.
IV. 3. 1 Aspek usaha
Terdapat banyak aspek usaha untuk kawasan jalan sriwijaya, dan akan dijelaskan
pada pembahasan di bawah ini.
1) Potensi
Beberapa potensi yang ada di kawasan jalan sriwijaya menurut aspek usaha, yaitu :
tersedianya sarana dan prasarana, seperti : perbankkan, pertokoan, jasa transportasi,
dan penginapan.
Di kawasan jalan sriwijaya akan dapat ditemui berbagai aspek usaha, seperti :
Jasa transportasi, seperti travel juga terdapat di kawasan jalan
Dan penginapan sekaligus pemandian dapat ditemui di kawasa jalan
2) Permasalahan
Beberapa permasalahan yang ada di kawasan jalan Sriwijaya , menurut aspek nilai
usaha, yaitu :
Adanya pedagang kaki lima di sepanjang kawasan jalan sriwijaya yang memanfaatkan
ruas sepadan jalan dalam menjajakkan dagangannya.
3) Dampak
4) Substansi
Beberapa strategi yang kami lakukan dalam menghadapi permasalahan di atas adalah :
Dengan adanya rencana pembangunan pedestrian strip dan cycle strip maka akan
disediakan lahan yang sudah direncanakan sebagai tempat untuk beristrihatnnya para
pengguna jalan pedestrian tersebut, dan lokasi ini akan di tata sedemikian rupa dengan
tampilan yang elegan dan higenis untuk mengganti usaha dan gerobak yang biasa
dipakai para pedagang kaki lima.
1) Potensi
2) Permasalahan
Beberapa permasalahan yang kami temui di kawasan jalan langko menurut aspek nilai
lahan, yaitu :
Hampir tidak adanya lahan kosong dan ruang terbuka, karena telah dipenuhi oleh
bangunan - bangunan pemerintah, permukiman, pertokoan, pendidikan, dll.
3) Dampak
4) Substansi
Peraturan – peraturan pembangunan yang berkaitan dengan aspek nilai lahan, yaitu :
RTRW kota mataram tahun 2011-2031, bab 3 Rencana struktur ruang wilayah kota
Mataram. 3.2 Rencana pusat - pusat pelayanan di wilayah kota mataram.
5) Strategi pendekatan penanganan
Strategi yang kami lakukan dalam mengatasi permasalahan – permasalahan di atas,
yaitu :
Penekanan pada pemerintah agar membatasi dalam perencanaan pembangunan di
kawasan jalan sriwijaya.
BAB V
PENUTUP
Rencana tata ruang merupakan rencana letak dari berbagai macam penggunaan
dan pemanfaatan tanah yang direncanakan dalam rangka memenuhi berbagai ragam
keinginan (wants) dan kebutuhan (needs) masyarakat. Dalam kenyataannya, untuk
memenuhi keinginan dan kebutuhan masyarakat, banyak sekali jenis penggunaan dan
pemanfaatan tanah yang harus diakomodir di atas tanah. Tidaklah mungkin semua
jenis itu bisa diakomodir dalam rencana tata ruang. Karena itu, rencana penggunaan
dan pemanfaatan tanah yang diletakkan dalam rencana tata ruang hanya
mencerminkan rencana penggunaan dan pemanfaatan yang benar-benar menjadi
prioritas.
Dalam tataran operasional, tanah digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia yang
menguasai tanah untuk mensejahterakan hidupnya. Penggunaan oleh manusia tersebut
sifatnya mendasar dan berlangsung terus menerus hingga memunculkan suatu
hubungan hukum antara manusia pengguna dengan tanah yang digunakan.
Terganggunya hubungan manusia pengguna dengan tanahnya akan berimplikasi pada
kesejahteraan pengguna tanah, karena itu perlu ada jaminan kepastian hukum.
Gangguan hubungan ini dapat dilihat dalam dua perspektif. Pertama, gangguan
hubungan dapat berupa sulitnya akses masyarakat kepada sumber daya tanah; kedua,
besarnya ongkos yang harus dikeluarkan untuk menggunakan sumber daya tanah
dimaksud. Kesulitan ini diakibatkan oleh persediaan tanah yang memang terbatas dan
adanya berbagai macam hambatan institusional atau kelembagaan yang berkaitan
dengan tanah sehingga kempelikan dan penguasaan tanah tersebut, bisa saja
didominasi oleh kelompok masyarkat dengan kepntingan tertentu yang bermuara pada
ketidakseimbangan/ ketimpangan penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah.
penggunaan dan pemanfaatan tanah harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten/Kota;
penggunaan dan pemanfaatan tanah yang tidak sesuai rencana tata ruang wilayah
tidak dapat diperluas, dikembangkan, atau ditingkatkan;
terhadap tanah dalam kawasan lindung yang belum ada hak atas tanahnya dapat
diberikan hak atas tanah, kecuali pada kawasan hutan;
tanah yang berasal dari tanah timbul atau hasil reklamasi di wilayah perairan
pantai, pasang surut, rawa, danau, dan bekas sungai dikuasai langsung oleh negara;
penggunaan dan pemanfaatan tanah terhadap pulau-pulau kecil harus
memperhatikan kepentingan umum, tidak menutup akses umum ke pantai/laut;
Output penyelenggaraan kegiatan di atas adalah data dan informasi yang disajikan
dalam bentuk peta (spasial) dengan skala lebih besar dari pada skala peta rencana tata
ruang wilayah yang bersangkutan dengan outcomenya adalah kesesuaian antara
penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah dengan rencana tata ruang yang telah
di sepakati.
KATA PENGANTAR
Penyususun
TUGAS
TEKNIK LINGKUNGAN
PERSPEKTIF
TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
DI JALAN SRIWIJAYA
Disusun oleh :
Chairil Umran ( 016 001 0073 )
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM