Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

Kota Mataram tumbuh seiring dengan pertumbuhan penduduk, urbanisasi, dan


perjalanan sejarah. Perkembangan kota tersebut pada saat ini melebar (conurbation)
hingga jauh ke luar batas kota, yang walau telah diarahkan melalui beberapa Rencana
Tata Ruang (RTR) yang tersedia tetap tidak dapat dikendalikan dengan baik. Hal ini
pada akhirnya dapat mempengaruhi keseimbangan ruang di Kota Mataram dan Pulau
Lombok. Karenanya perlu untuk dilakukan kajian terhadap rencana dan program
pemanfaatan ruang yang ada untuk Kota Mataram untu merumuskan peta
permasalahan tata ruang dan upaya-upaya revitalisasi yang dapat dilakukan. Penilaian
yang dilakukan meliputi keefektifan RTR berdasarkan strategi pengembangan
wilayah, pola pemanfaatan ruang struktur tata ruang, serta tingkat kemanfaatan
(beneficiaries) RTR secara sosial, ekonomi, dan fisik. mengingat pembangunan
berdimensi lingkungan hidup atau berwawasan lingkungan harus di hadirkan sebagai
strategi dan model yang diharapkan mampu untuk menjaga pelestarian fungsi
lingkungan
Untuk itu, sebagaimana pengamatan atau sebagai hasil survey alami anak yang
terlahir dan besar di kota Mataram kami sangat merasakan perubahan yang terjadi
dalam rentang beberapa dekade perubahan yang telah terjadi akibat dampak dari
pertumbuhan sebuah kota kecil yang akan beranjak menjadi kota metropolitan.
Sebagaimana yang telah kami lihat di sepanjang jalan Sriwijaya yang dahulu berupa
areal persawahan dari perempatan tanah haji sampai ke arena bermain kura kura dan
kawasan permukiman ke arah timur sampai dengan persimpangan jalan AA.Gde
Ngurah dan Jalan Brawijaya, sekarang telah terdapat banyak gedung yang berjejer
mulai dari gedung perkantoran, pusat pelayanan kesehatan, ruko dan telah berdiri
dengan megah Lombok Epicentrum sebuah pusat perbelanjaan terbesar di NTB yang
dibangun pada lokasi Eks Kantor Bupati Lombok Barat dan hotel berbintang Golden
Palace di sebelah timurnya
Banyaknya terdapat gedung – gedung pada jalan Sriwijaya merefleksikan
kawasan tersebut sebagai pusat aktivitas pemerintahan dan bisnis untuk wilayah kota
Mataram tanpa mengurangi kualitas lingkungan hidup, dimana tetap terjaganya
suasana kawasan yang hijau sehingga menampilkan wilayah yang sejuk, asri, nyaman,
dan sehat. Apa lagi dengan berdirinya Lombok Epicentrum juga akan dapat
menambah estetika kawasan jalan yang dulu merupakan jalan alternatif antara Kota
Tua Ampenan , Cakranegara dan Terminal Mandalika.

Perkembangan Pembangunan di Kota Mataram mempunyai peran dan fungsi beraneka


ragam, yang secara tidak langsung bisa merupakan potensi atau masalah bagi
pertumbuhan dan perkembangan kota itu sendiri. Hal ini dikaitkan dengan
peningkatan kawasan terbangun sebagai implikasi kemajuan sebuah kota.
Permasalahan penyediaan fasilitas lingkungan dan penyebaran penduduk yang tidak
merata, kondisi lingkungan perumahan yang tidak memadai adalah indikasi dari
perlunya langkah penanganan.
BAB II
GAMBARAN UMUM KAWASAN

Wilayah jalan Sriwijaya adalah suatu kawasan yang terletak di wilayah Kecamatan
Mataram dan Kecamatan cakranegara. Jalan ini memiliki jalur lalu lintas yang
bergerak dari arah barat dan arah timur atau jalan dua arah yang di bagi oleh median
jalan berupa beton kerb yang di tengahnya di tanami pohon. Batas wilayah jalan
Sriwijaya dimulai dari perempatan tanah haji atau yang menghubungkan akses jalan
Airlangga dan jalan Gajah Mada ,sebagian besar kawasan jalan sriwijaya ini
merupakan dataran rendah dan datar. Saat ini sebagian besar lahannya dimanfaatkan
untuk kawasan perkantoran dan sarana pelayanan umum kota, dll.

Kondisi topografi kawasan jalan Sriwijaya adalah termasuk dareah datar dengan
kemiringan antara 0 – 10 %. dan ketinggian tanah 16 m s/d 18 m di wilayah
kecamatan Mataram dan 18 m s/d 27 m di wilayah kecamatan cakranegara
Secara geomorfologi kawasan jalan sriwijaya umumnya relatif datar, daerah dengan
kemiringan / gradien 2-8 % kondisi geomorfologi dengan topografi dataran demikian,
berakibat pada lambannya aliran air permukaan maupun saluran drainase dan saluran
irigasi sehingga implikasinya adalah apabila terjadi suplai air permukaan yang
berlebih maka waktu pembuangannya lama dan mudah menimbulkan genangan.
Seperti di persimpangan jalan Airlangga dan Jalan Gajah Mada serta persimpangan
dengan Jalan Bung karno

Pada umumnya kawasan ini beriklim tropis, sebagaimana data yang kami dapat dari
internet, menyatakan bahwa, musim hujan biasanya terjadi pada bulan nopember
sampai bulan april setiap tahunnya. Sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan mei
sampai dengan bulan oktober setiap tahunnya. Dengan kelembaban udara rata – rata
mencapai 80 % / tahun.
Gambar.1. Peta Jalan Sriwiajaya Mataram

II. 1 Identifikasi Kawasan


Kawasan jalan Sriwijaya ini merupakan kawasan yang dipadati dengan bangunan -
bangunan ruko dan gedung perkantoran swasta di mana semuanya itu tersebar di
sepanjang jalan. Sehingga kawasan ini mencerminkan sebagai tempat aktivitas bisnis
untuk wilayah kota Mataram, selain Ampenan dan cakranegara.
Adapun pemaparan secara rinci tentang klasifikasi penggunaan lahan di kawasan jalan
sriwijaya, dapat dilihat pada table 1 di bawah ini, yaitu :
Tabel 1 pemanfaatan tata guna lahan di kawasan jalan Sriwijya
No. Penggunaan lahan Spesifik penggunaan

1. Lahan Permukiman - Perumahan masyarakat


- Perumahan Dinas TNI
2. Lahan Jasa - Kantor Pemerintah
- Perkantoran Swasta
- Klinik
- Pusat Perbelanjaan ( Mall )
- Ruko
- Perhotelan
- Arena bermain
3. Lahan Kosong Lahan kosong yang telah siap untuk di
bangun ( KASIBA ) kawasan siap bangun.
4. Ruang Terbuka Hijau RTH milik perkantoran dan Hotel
Bangunan yang dominan terdapat di kawasan jalan sriwijaya adalah bangunan –
bangunan perkantoran swasta berupa pertokoan, perhotelan dan pusat perbelanjaan ,
yang tersebar di sepanjang kawasan jalan Sriwijaya. Untuk itu pada bagian identifikasi
kawasan ini, akan dipaparkan tentang perician bangunan – bangunan yang ada di
kawasan jalanSriwijaya. Adapun perincian bangunan – bangunan yang ada di kawasan
jalan sriwijaya, pada table di bawah ini :

No Nama Bangunan Arsitektur Kondisi


Bangunan

1. Ruko dan Pusat Perbelanjaan Modern Baik


Niaga Store
2. Kantor Gapensi NTB Modern Baik
3. Kantor Pusat Pos dan Giro Modern Baik
4. Klinik kesehatan ( tempat Modern Baik
praktek bersama dokter
spesialis )
5. Lombok Epicentrum Mall Modern Baik
6. Kantor PT. Newmont Modern Baik
7. Kantor Camat Mataram Modern / semi Baik
permanen
8. Kantor DPD Golkar NTB Modern Baik
9. Resto Siap Saji Mc.Donald Modern Baik
10 Perumahan Elit Modern Baik
11 Hotel Grand Legi Modern Baik
12. Arena Bermain Kura Kura Modern Baik
13. Hotel Puri Indah Modern Baik
14. Perumahan Dinas TNI AD Modern Baik
15. Hotel Golden Palace Modern Baik
16. Pertokoan dan Permukiman Modern dan Semi Baik
Modern
Secara percepatan pembangunan Jalan Srwijaya ini berada di dalam kawasan yang
dikategorikan dalam perkembangan cepat. Dibandingkan dengan jalan - jalan lain di
Kota Mataram, seperti Jalan Langko dan Pejanggik yang merupakan tempat Pusat
Pemerintahan masih tergolong stagnan. dapat dilihat kawasan ini berbenah dengan
adanya Lombok Epicentrum dan perkembangan kota Mataram yang cenderung lebih
pesat ke arah selatan.
Kawasan di Jalan Sriwijaya ini adalah suatu kawasan yang ramah akan lingkungan,
dimana dapat dilihat dengan banyak tumbuh – tumbuhan yang tersebar di sepanjang
pinggir jalan, sehingga memberikan nuansa alam yang dapat memberikan efek
kenyamanan dan kesejukan bagi masyarakatnya. Jika dilihat dari segi kesehatan,
kawasan ini adalah suatu kawasan yang termasuk dalam kategori higenis dan sehat,
hal ini didukung dengan banyak tumbuh – tumbuhan yang terdapat di kawasan ini,
selain dari itu di kawasan Jalan sriwijaya ini pun terdapat Taman kota (lahan terbuka
hijau), yang dapat menambah keindahan dari kota tersebut, dan berdampak baik bagi
lingkungan, sehingga kawasan ini dapat dikategorikan sebagai kawasan yang ramah
lingkungan.

Dengan keadaan lalu lintas


yang lancar dan tertib, ini
terlihat pada saat kami
melakukan survey pada
kawasan ini, terlihat volume
kendaraan yang cukup padat
namun tetap dapat teratasi
dan berjalan lancar. Untuk
tata jalannya, pada saat ini
sedang dilakukan perencanaan pembagian lahan jalan, dengan maksud jalan dibagi
menjadi dua bagian, yaitu sebelah kanan untuk kendaraan roda empat dan sebelah kiri
untuk kendaraan roda dua. Untuk pembagian jalan ini masih menggunakan rambu –
rambu lalu lintas secara manual.
Pelayanan pemerintah bagi masyarakat juga tersedia di kawasan Jalan Sriwijaya ini,
seperti dengan adanya Kantor Pos dan Kantor Kecamatan Mataram seperti gambar di
bawah ini :

Gambar.3. Kantor Pos dan Kantor Camat Mataram

II. 2 Kondisi Kawasan


Kondisi Kawasan jalan Sriwijaya, adalah suatu kawasan yang dipenuhi dengan
bangunan – bangunan perkantoran, pertokoan, perhotelan dan pusat perbelanjaan,
sehingga mencerminkan suatu kawasan pelayanan jasa , perdagangan dan gedung
pelayanan pemerintah. Untuk kondisi bangunan – bangunannya sendiri, masih bagus
dan terawat, tampak pada hasil survey tampak keadaan bangunan masih bagus, dan
didepan beberapa bangunan terdapat ada lahan terbuka hijau privat yang di tanami
pepohonan

Gambar.4. Bangunan Perhotelan


dengan ruang Terbuka Hijau pada halamannya
Kondisi kawasan jalan sriwijaya secara umum, adalah suatu kawasan yang termasuk
dalam kawasan yang ramah lingkungan. Hal ini karna tetap dijaganya keasrian
kawasan ini dengan banyak dijumpainya tumbuh – tumbuhan yang terdapat di pinggir
kiri dan kanan di sepanjang jalan tersebut.

Tampak kondisi jalan Sriwijaya yang ramah lingkungan,


dengan banyaknya tumbuhan di sekitar jalan.

Untuk kondisi jalan yang ada di jalan sriwijaya, dirasakan masih bagus, karna dari
hasil survey tidak ditemukan adanya kerusakan jalan. jalan sriwijaya berfungsi sebagai
jalan alternatif dari arah terminal mandalika menuju ampenan dan sebaliknya dari arah
ampenan ke arah terminal mandalika , hal ini di maksud untuk mengurai kemacetan
lalu lintas dari jalan langko- pejanggik dan selaparang ke arah timur dan jalan
selaparang- panca usaha- catur warga dan jalan pendidikan. hal ini sesuai dengan
kondisi jalan sriwijaya yang dibagi menjadi dua bagian, , dengan status jalur dua arah
menuju ke arah timur dan barat.

Kondisi jalan penghubung pada kawasan jalan sriwijaya ini, telah dilakukan
rehabilitasi dan pemeliharaan secara berkala oleh instansi, hanya saja di beberapa titik
atau ruas jalan masih di jumpai gundukan aspal bekas rekondisi galian pipa air minum
dan kabel telekomunikasi hal ini di sebabkan kurang baiknya penambalan aspal atau
diakibatkan tidak menyatunya aspal existing dengan aspal penambalnya.sehingga di
khawatirkan akibatnya terjadi kerusakan pada aspal jalan yang bisa merusak jalan
menimbulkan kecelakaan.
Gambar : Kurang berfungsinya drainase menyebabkan beberapa ruas
di jalan Sriwijaya tergenang Banjir

Karna kondisi topografi dan geomorfologi dataran di kawasan jalan yang cenderung
datar dan kemiringan 2-8%, berakibat pada lambannya aliran air permukaan, baik
pada tubuh sungai, saluran drainase maupun diluar tubuh sungai. Sehingga jika hujan
turun dan suplai air tersumbat pada saluran drainase, maka akan mengakibatkan
terjadinya genangan air. Bentuk lahan dataran aluvial secara alamiah merupakan
morfologi yang rawan tergenang. Seperti contoh pada gambar diatas, kondisi jalan
sriwijaya di depan Lombok Epicentrum terjadi genangan air pada saat hujan karena
lambannya aliran air dan tersumbatnya saluran drainase.
Kondisi drainase pada jalan sriwijaya, di beberapa titik tidak dapat berfungsi secara
optimal, hal ini terjadi karna banyak dijumpai tumbuh – tumbuhan atau semak
belukar, dan juga karena variasi kemiringan saluran drainase sehingga mampu
menghambat pergerakan air itu sendiri, sehingga mampu menimbulkan banjir jika
hujan turun.

Dari uraian di atas maka, dapat disimpulkan permasalahan – permasalahan dan


penyebab terjadinya genangan yang ada di kawasan jalan Sriwijaya, tertera pada table
II. 3 di bawah ini, yaitu :
Tabel II.3 permasalahan dan penyebab yang ada
No. Permasalahan yang ditemui Penyebab terjadinya masalah
1. Terjadinya genangan air Tersumbatnya saluran drainase
bahkan menimbulkan banjir
2. Pemakaian pinggir jalan utama Kurang tersedianya lahan parkir di
sebagai lahan parker kantor – kantor yang ada.
3. Pemakaian jalan pendestersi Kurang tersedianya lahan parkir di
sebagai lahan parker kantor – kantor yang ada.
4. Ditemuinya sampah – sampah Kurang tersedianya tempat
di sebagian tempat di kawasan pembuangan sampah, dan kurangnya
jalan sriwijaya, yang merusak petugas pembersih sampah.
pemandangan.
5. Banyak ditemui adanya Pembagian jalan antara roda 2 dan
pelanggaran lalu lintas, roda 4 masih menggunakan rambu –
terutama oleh kendaraan roda 2 rambu lalu lintas secara manual.
BAB III
KEREKAYASAAN PERENCANAAN

III.1 Aspek Perencanaan Wilayah Dan Kota

Aksesibilitas kota terbuka dari arah barat dan timur yang merupakan jalan
kolektor primer. Jalan ini membuka akses kota terhadap kawasan – kawasan
Jalan lainnya yang berdekatan, seperti Jalan Airlangga, Jalan Gajah Mada,
Jalan Arif Rahman Hakim dan Jalan Bung Karno dan beberapa jalan lainnya
Sepanjang jalan utama ini banyak terdapat bangunan dan terdapat beberapa
lahan yang masih kosong yang merupakan kawasan siap bangun.

Tata Ruang Wilayah Jalan Sriwijaya meliputi :

A. Segi Kependudukan

Aktifitas publik pada kawasan jalan sriwijaya ini sangat padat dan ramai, hal
ini disebabkan karna kawasan ini merupakan kawasan perbelanjaan dan
pelayanan jasa di kota Mataram. Kesibukan yang terjadi pada kawasan ini
sangat jelas terlihat, karna pada kawasan ini dari satu tempat pelayanan ke
tempat lainnya berada saling berdekatan, dan antar satu pertokoan pertokoan
lainnya sangat berhubungan erat jika sedang berurusan.
Untuk permukiman penduduk, secara keseluruhan hampir tidak ada rumah
penduduk terdapat di depan jalan kolektor sekunder , hal ini terjadi karna
sudah terpakainya semua lahan atau ruang oleh bangunan – bangunan
perkantoran, perhotelan dan pertokoan yang ada di kawasan Jalan sriwijaya ini.
Namun setelah ditelusuri lagi, ternyata permukiman penduduk banyak tersebar
di wilayah dalam kawasan tersebut, jadi permukiman penduduk dapat dijumpai
di belakang gedung – gedung tersebut
B. Segi Ketersediaan Infrastruktur

Di kawasan Jalan ini terdapat banyak infrastruktur yang terfokus pada


pelayanan bidang perdagangan dan pelayanan jasa lainnya, layanan publik di
jalan ini cukup lengkap, yaitu :

1) Bangunan Pemerintah
- Kantor Pusat Pos dan Giro dan
- Kantor Camat Mataram ).
2) Pusat Perbelanjaan
- Lombok Epicentrum,
- Niaga dan
- Pertokoan lainnya .
3) Perhotelan
- Grand Legi
- Puri Indah dan
- Golden Palace ).
4) Sarana Rekreasi
Kura – Kura Water Park
5) dll.

C. Segi Sosial Ekonomi

Ditemukan adanya pedagang – pedagang kaki lima, yang banyak tersebar di


sepanjang kawasan Jalan , namun untuk jumlahnya tidak terlalu banyak dan
hanya terdapat di depan perkantoran dan permukiman saja. adapun yang
diperdagangkan berupa makanan seperti : Bakso, Pedagang eceran, penjual es,
dan lain lain.
Karena kawasan jalan sriwijaya ini merupakan jalan alternatif menuju tempat
beraktivitas dan kawasan perdagangan dan jasa lainnya, kegiatan masyarakat
cukup ramai di waktu pagi dan sore bahkan hingga malam hari, sehingga hal
ini berdampak pada kegiatan ikutan lainnya diantaranya: klinik , finance,
transportasi, dan lain-lain.
Di samping terdapat pusat perbelanjaan terbersar di NTB di kawasan ini juga
dapat ditemukan pertokoan yang berskala menengah atau mini market seperti
Indomart dan Alfamart ,gerai fast food Mc. Donald dan terdapat juga cafe dan
angkringan tempat mencari hiburan anak anak muda kota mataram sambil
memanfaatkan free wifi yang yang disediakan.

Gambar Gerai Cepat Saji Mc. Donald di Jalan Sriwijaya

D. Segi Pengalihan Fungsi Lahan (Konversi)

Gambar Lombok Epicentrum Mall Mataram


Bangunan yang merupakan alih fungsi lahan
Dari kantor Bupati Lombok Barat
Pada kawasan ini juga terdapat pengalihan fungsi lahan, dari kantor Pusat
Pemerintahan yaitu kantor Bupati Lombok Barat menjadi Pusat Perbelanjaan Modern
Lombok Epicentrum Mall, hal ini disebabkan karena perpindahan pusat pemerintahan
kabupaten Lombok Barat ke Gerung yang juga menjadi ibu kota , sehingga secara
administratif perlu di lakukan pemindahan untuk memudahkan proses administrasi
birokrasi dan secara kewilayahan tempat kantor bupati lama tersebut adalah wilayah
administratif Kota Mataram yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Lombok
Barat berdasarkan PP No.21 Tahun 1978 tentang pembentukan Kota Administratif
Mataram , UU No.4 Tahun 1993 tentang Peningkatan status administratif Kota
Mataram menjadi Kota Madya Tingkat II Mataram dan UU No.22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah yang mengubah sebutan Kota Madya Dati.II menjadi
Pemerintah Kota Mataram.

Konversi lahan ini sangat berpengaruh dalam perkembangan kota baik dari segi sosial
ekonomi maupun sosial budaya. Yang dahulunya merupakan pusat pemerintahan
sekarang menjadi Pusat perbelanjaan.

III.2 Aspek Sipil

Dalam aspek sipil kawasan jalan Sriwijaya yaitu :

a. Jalan
Jalan merupakan sarana vital yang perlu mendapat perhatian serius, agar
aktifitas orang-orang yang ada di dalam sebuah kota menjadi lebih akseleratif.
Untuk itulah pembangunan jalan yang terkonsep dan terencana secara baik
sangat diperlukan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Ian Bentley (1988 : 70)
menyatakan bahwa hampir semua jalan dirancang untuk penggunaan gabungan
dari kendaraan bermotor dan pejalan kaki. Jalan hendaknya dirancang
terperinci sehingga kendaraan bermotor tidak akan mengalahkan pejalan kaki.
Jalan adalah merupakan jalur yang menjadi penghubung antar suatu tempat,
wilayah, kota, dll. Jalan di kawasan jalan Sriwijaya di bagi menjadi 3, yaitu :
1. Jalan Utama
Jalan yang terdapat di kawasan jalan Sriwijaya, termasuk jalan kolektor
primer, dan jalan kolektor primer memiliki ketentuan, yaitu :
 Kecepatan rencana minimal 40 km/jam
 Lebar jalan minimal 7 m.
 Kapasitas sama dengan atau kebih besar dari pada volume lalu lintas rata –
rata. (George, nez. 1989).
2. Jalan penghubung
Jalur penghubung pada jalan sriwijaya adalah jalur penghubung yang vital,
karena jalan jalan yang berhubungan dengan jalan sriwijaya merupakan akses
jalan untuk memasuki kota Mataram dari arah luar kota menuju pusat kota
atau sebagai jalur untuk menuju kabupaten lain seperti kabupaten Lombok
Utara, jalan pengehubung tersebut antara lain : Jalan Bung Karno dengan Jalan
Bung Hatta dan Jalan Gajah Mada dengan Jalan Airlangga. Kondisi jalan
penghubung tersebut rata – rata masih baik bahkan sudah di tingkatkan.

3. Pendestrian

Pendestrian atau tempat bagi pejalan kaki yakni biasa disebut dengan jalur trotoar
jalan. Lebar trotoar yang dibutuhkan oleh volume pejalan kaki, tingkat pelayanan
pejalan kaki yang diinginkan, dan fungsi jalan, adalah dengan lebar 1,5 – 3,0 Meter
merupakan ukuran yang umum dipergunakan.
Tampak kondisi jalan trotoar (pendestrian) yang kurang memadai dan terjadi
pemanfaatan lahan oleh masyarakat secara liar sebagai ruang parkir, dan sebagai
halaman rumahnya.

Untuk jalur trotoar di kawasan jalan sriwijaya , dirasakan masih bagus, dan
mengalami banyak kendala dalam operasinya, seperti : kurangnya perawatan, ukuran
lahan jalur trotoar yang sempit, banyak digunakan oleh masyarakat sebagai lahan
parkir, karna tidak tersediannya atau sedikitnya lahan parkir yang tersedia, dan
dimanfaatkan sebagai halaman rumahnya.
Sehingga para pejalan kaki lebih banyak menggunakan sarana jalan utama dalam
bepergian atau beraktifitas, seperti memanfaatkannya di saat lari – lari pagi atau sore,
atau jogging track.
b. Drainase
Saluran drainase sangat dibutuhkan dalam kelengkapan sarana dan prasana
kota atau wilayah, dimana memiliki kegunaan sebagai saluran pembuangan air ,
sehingga bisa mencegah terjadinya adanya genangan air bahkan dapat mencegah
terjadinya banjir.
Saluran drainase yang dimiliki oleh kawasan jalan sriwijaya dirasakan masih
kurang memadai dan kurangnya terjadi perawatan. Sesuai dengan hasil survey yang
kami lakukan, saluran drainase di kawasan jalan sriwijaya banyak dijumpai semak
belukar dan sampah – sampah, sehingga kinerja saluran drainasenya kurang berfungi
secara optimal.

c. Lampu Penerangan Jalan


Lampu penerangan jalan merupakan sarana dan prasarana kota yang sangat
penting dimana jika dipandang dari segi keselamatan pengendara di waktu malam
hari, juga mampu menambah estetika suatu kota dan memberikan keindahan untuk
kota tersebut.
Lampu penerangan jalan di kawasan jalan langko sudah memenuhi standar,
dan masih sangat bagus. Hal ini terjadi, karna baru – baru ini telah terjadi penambahan
lampu jalan dan juga terjadinya perawatan untuk lampu jalan yang sudah ada. Namun,
ditemui juga berbagai permasalahan untuk lampu penerangan jalan di kawasan jalan
ini. Menurut masyarakat yang telah diwawancarai, bahwa lampu - lampu jalan ini
biasanya terlalu cepat padam dan sebenarnya belum waktunya untuk dipadamkan.

d. Jaringan Listrik
Jaringan listrik juga merupakan sarana dan prasarana kota, dan memiliki peran sangat
penting dalam pembangunan sutau kota.
Jaringan listrik juga tersedia di kawasan jalan sriwijaya ini. Bahkan tempat
pembangkit listrikpun sangat dekat dengan kawasan jalan ini, yaitu PLTD Taman
yang merupakan Pembangkit Listrik pertama di Pulau Lombok
Jaringan listrik yang terdapat di kawasan jalan ini, terdiri atas Gardu Utama, dan kabel
terhubung antar tiang dengan jarak yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Belum ditemukan adanya pergantian tiang listrik di kawasan ini, dan tiang – tiang
yang terdapat di kawasan jalan langko ini masih menggunakan tiang listrik yang lama.
III. 3 Aspek Arsitektur

Arsitektur bagi sebuah kota adalah sebagai perwujudan dari apa yang dibangun oleh
manusia dalam mengembangkan kota temapt mereka tinggal, dan merupakan sebuah
manifestasi fisik yang teraba dan terlihat dari sejarah sebuah masyarakat, bukti sejarah
dari gaya hidup masa lalu, kemahiran seni dan teknologi bangunan dari generasi
terdahulu, serta cerminan kekayaan budaya secara keseluruhan dari masyarakat
tersebut.

Visi arsitektur yang jauh ke masa depan perlu mempertimbangkan perkembangan


bangunan pada tapaknya sendiri dan pada lingkungan kota. Desain arsitektur
terbangunnya harus mampu menjadi katalis membangun komunitas urban yang sehat
dan mampu menghadapi transformasi budaya.

Arsitektur sangat mempertimbangkan faktor estetika, kenyamanan dan kemudahan, di


samping juga wajib mengikuti standar teknis bangunan yang menyangkut keamanan
sosial, kehandalan bangunan, dan keselamatan manusia. Oleh karena itu kepatuhan
desain terhadap semua peraturan perlu dijaga dengan tetap mendorong inovasi dalam
meningkatkan kualitas estetika, kenyamanan dan kemudahan.

Arsitektur juga sangat mempertimbangkan konteks kearifan sosial dan budaya.


Sehingga karakter fisik perlu disesuaikan dengan sosial dan budaya setempat dengan
tetap berpijak pada Fungsi dan Peran Bangunan, sehingga terbentuk wujud fisik
bangunan yang monumental, elegan, berwawasan lingkungan.

Arsitektur bangunan pada jalan sriwijaya sendiri dirasakan berada dalam gaya
arsitektur modern dengan estetika sosial dan budaya khas Lombok, hal ini dapat
dilihat pada gedung – gedung perkantoran yang ada di sepanjang Jalan sriwijaya
tersebut.
BAB IV

ANALISA PENATAAN KAWASAN

Perkembangan kota pada saat ini telah menunjukkan tingkat pertumbuhan


yang sangat cepat. Tingkat pertumbuhan itu dapat dilihat dari makin bertambahnya
bangunan-bangunan fisik untuk memenuhi kebutuhan dan aktifitas warga kota. Dapat
dilihat bahwa faktor penduduk kota merupakan faktor terpenting. Makin besar jumlah
penduduk makin banyak dan beragam pula fasilitas yang dibutuhkan dalam suatu
kota. Bila suatu prasarana membutuhkan sejumlah luas lahan maka dapat dibayangkan
luasan lahan yang dibutuhkan untuk suatu kota dengan jumlah penduduk yang besar.
Salah satu kebutuhan masyarakat perkotaan adalah tersedianya areal ruang
publik (public space). Proporsi untuk kawasan ruang public paling sedikit 10% dari
luas wilayah untuk ruang terbuka hijau suatu kota. Setiap kota diharapkan melakukan
penataan terhadap kawasan ruang public, dan disusun dalam Rencana Tata Ruang
(RTR)
Kota Mataram adalah merupakan kota terbesar yang ada di provinsi NTB yang
diarahkan sebagai kota pendidikan, pariwisata dan industri, yang sedang mengalami
perkembangan yang cukup pesat. Penataan dan pengolaan kawasan ruang public di
kota mataram dapat dijadikan contoh (model) bagi kota lainnya.

IV.1 Analisa Bangunan dan Lingkungan

Bertujuan untuk menentukan konsep-konsep rancangan serta rekomendasi-


rekomendasi bagi kebijakan yang akan diambil pada lingkup wilayah perencanaan.
Disamping itu,analisis terhadap kondisi bangunan dan lingkungan ini bertujuan juga
untuk meningkatkan fungsi lahan yang disesuaikan dengan kemampuan lahan di
wilayah perencanaan serta untuk meningkatkan nilai estetika di wilayah perencanaan.
Aspek-aspeknya mencakup hal-hal sebagai berikut:

1) Sifat dan kondisi bangunan


2) Kesan lingkungan dan bangunan
3) Identitas bangunan
4) Pedagang kaki lima
5) Tempat sampah
Dalam analisa bangunan dan lingkungan pada kawasan jalan langko ini dibagi
menjadi beberapa titik penjelasan, yaitu :
1. Potensi kawasan jalan langko
2. Masalah yang ada di kawasan jalan langko
3. Dampak dari permasalahan yang ditemui
4. Kecocokan dengan peraturan – peraturan atau substansi
5. Strategi pendekatan penanganan

IV. 1. 2 Struktur Peruntukan Lahan

Wujud dari struktur ruang kota meliputi: (1) Hirarki pusat pelayanan seperti pusat
kota, pusat lingkungan, pusat pemerintahan; (2) Prasarana jalan, seperti jalan arteri,
jalan kolektor dan jalan lokal; (3) Rancang bangun kota seperti ketiggian bangunan,
jarak antar bangunan, garis langit dan sebagainya. Tata ruang kota merupakan
manifestasi dari lingkungan binaan kota yang merupakan produk dari proses
pengambilan keputusan oleh banyak pihak dalam kurun waktu tertentu. Kondisi yang
berbeda, sosial ekonomi, politik dan budaya yang melatarbelakangi proses
pembentukan lingkungan tertentu memberikan warna ciri-ciri tersendiri pada wujud
fisiknya.

1) Potensi

Menurut struktur peruntukkan lahan secara garis besar peruntukkan lahan untuk
kawasan Jalan Sriwijaya dapat dibagi menjadi 5 aspek, yaitu :

1. Sebagai kawasan tempat perkantoran.


Dimana terdapat gedung – gedung pemerintah dan swasta yang tersebar di Jln.
Sriwijya Sehingga merefleksikan kawasan ini menjadi kawasan pelayanan masyarakat
Adapun gedung atau kantor – kantor pemerintah dan swasta yang ada si sepanjang Jln.
Jalan Sriwijaya, yaitu :
Kantor GAPENSI NTB, Kantor Pos dan Giro, Kantor PT. Newmont NTB, Kantor
Camat Mataram, Kantor DPD Gokar NTB dan Kantor Cabang Pupuk Sriwijaya
Dari kantor – kantor yang ada di kawasan jalan sriwijaya, maka dapat disimpulkan
bahwa kawasan ini mampu menjadi kawasan layanan pemerintahan dan swasta di kota
mataram.
2. Sebagai kawasan tempat Perbelanjaan dan rekreasi
Kawasan Jalan sriwijaya ini pun juga dimanfaatkan sebagai pusat perbelanjaan dan
pertokoan untuk public. Hal ini dapat dilihat dari hasil survey yang dilakukan, seperti :
 Adanya rumah makan
 Toko meubel
 Mini market
 Kios – kios
 Tempat Rekreasi
 Perhotelan

3. Sebagai kawasan tata ruang hijau


Selain sebagai kawasan pusat perkantoran dan perbelanjaan kawasan Jalan Sriwijaya
ini adalah suatu kawasan yang mampu merefleksikan suatu kawasan yang ramah
lingkungan atau yang biasa disebut kawasan tata ruang hijau.
Hal ini dapat dilihat dengan selalu di jaganya tumbuh – tumbuhan di sekitar
sriwijaya ini, dan juga di setiap perkantoran selalu terdapat ruang terbuka hijau
baik privat maupun public.
Di kawasan Jalan sriwijaya ini ini pun terdapat taman kota yang sekaligus
menjadi pembatas bagi Jln. Langko ini sendiri.

2) Permasalahan
Adapun permasalahan yang ditemui di kawasan jalan langko menurut struktur
peruntukkan lahan, yaitu adanya Konversi lahan, dari eks Kantor Bupati Lombok
Barat menjadi tempat Pusat perbelanjaan Lombok Epicentrum. Hal ini terjadi karna
pindahnya Pusat Pemerintahan Kabupaten Lombok Barat ke Giri Menang di Gerung
yang selanjutnya menjadi Ibu Kota Kabupaten Lombok Barat.

3) Dampak

Dampak dari permasalahan yang ditemui di kawasan jalan sriwijaya, yaitu setelah
Pusat Perbelanjaan Lombok Epicentrum beroperasi bisa menimbulkan kemacetan
sebagaimana yang dirasakan pada saat ini, ruas jalan sriwijaya di sekitar Lombok
Epicentrum di sering terjadi kemacetan pada saat jam jam sibuk dan pulang kerja,
kadang berlangsung sampai malam sekita pukul 20.00 karena ada aktifitas masyarakat
yang keluar masuk ke pusat perbelanjaan terbesar tersebut.
Penyebab kemacetan lainnya adalah dengan di tutupnya Persimpangan jalan antara
Jalan Srwijaya dan Jalan Majapahit yaitu yang menghubungkan Jalan Airlangga dan
Jalan Gajah Mada, secara otomatis arus lalu lintas yang menuju ke jalan Gajah Mada
dari Jalan Airlangga akan berbelok ke arah jalan Sriwijaya demikian sebaliknya
hingga terjadi penumpukkan pengguna jalan di kedua ruas jalan sriwjaya.

4) Substansi

Adapun peraturan – peraturan yang ada tentang penataan ruang ini adalah SNI - 03-
1733-2004 (luas lahan minimum 24.000 m2/jiwa)

5) Strategi Pendekatan Penanganan

Adapun strategi penanganan yang dapat kami lakukan pada kawasan ini, diambil dari
permasalahan yang ditemukan yaitu :

Jika memungkinkan membangun jalan layang atau fly over dari arah jalan Airlangga
ke jalan Gajah Mada , hal ini di maksudkan untuk mengurangi kemacetan dan untuk
jangka panjangnya dengan terjadi perpindahan penduduk kota Mataram dan
pengembangan kota ke arah selatan, maka tidak menutup kemungkinan aktifitas
penggunaan jalan dan transportasi akan semakin meningkat.

IV.1. 2 Intensitas Pemanfaatan Lahan

Angka Lantai Dasar untuk kawasan terbangun di wilayah studi intensif umumnya
berkisar antara 40-70.

Koefisien Lantai Bangunan (KLB) digunakan untuk mengganti istilah “Floor Area
Ratio” (FAR) yaitu angka perbandingan antara jumlah total luas lantai bangunan
terhadap luas lahan. Pada umumnya angka KLB di kawasan perencanaan sama dengan
angka KDB (KLB=KDB) yang menujukkan bahwa intensitas penggunaannya relatif
masih rendah dan belum mengarah ke penggunaan lahan secara vertikal, dan apabila
dilihat di kawasan pusat pengembangan lebih mengarah pada KLB yang lebih besar
dari pada KDB-nya, karena ketersediaan lahan (dataran) sangat terbatas.

1) Potensi

Fasilitas yang lengkap, berupa : Gedung – gedung pemerintah, pendidikan, kesehatan,


pertokoan,perbankkan,peribadatan,dan adanya taman kota
Dari gedung – gedung tersebut, adapun analisa menurut intensitas secara umum, yaitu
:

1. Kepadatan Bangunan
Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis evaluatif dengan
memperbandingkan antara luas lahan keseluruhan dengan luas persil bangunan
yang menyangkut aspek jarak dan kerenggangan antar bangunan yang terkait
dengan banyaknya bangunan yang ada di wilayah kawasan jalan langko, sehingga
dapat menentukan apakah kawasan jalan sriwijaya temasuk pada wilayah dengan
kepadatan bangunan tinggi atau rendah.
Sesuai dengan data dari instansi terkait mengenai kepadatan bangunan yang
dimiliki oleh kawasan jalan sriwijaya yaitu 20 bangunan/Ha, dan jumlah itu
merupakan kepadatan bangunan maksimum, hal ini sesuai dengan data primer
berupa data foto – foto dan data pengamatan langsung yang kami lakukan dapat
dilihat dari jarak antar bangunan yang relatif dekat, sehingga menyebabkan
minimnya ruang terbuka yang tersedia di kawasan jalan ini, sehingga di kawasan
ini jika akan dilakukan perencanaan pembangunan, maka yang dilakukan adalah
dengan cara konversi lahan atau pengalihan fungsi lahan.

2. Garis Sempadan Bangunan


Metode yang digunakan adalah metode analisis evaluatif dengan
mengoperasionalkan rumus untuk menentukan garis sempadan bangunan,
sehingga dapat mengetahui bangunan-bangunan yang melampaui garis
sempadan.
Umumnya pengaturan sempadan ini merupakan 0,5 dari Ruang Milik Jalan
(Rumija), khusus untuk daerah perencanaan dilakukan dengan menggunakan
standar ideal jarak antara pagar dengan bangunan, yaitu dengan rumus :
Sedangkan untuk GSBnya, adalah 0,5 dari lebar jalan, dimana di kawasan jalan
langko mempunyai lebar jalan 7 m, sehingga GSB yang dimiliki kawasan jalan
sriwijaya yaitu 3.5 m.

3. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)


Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif dan evaluatif. Analisis
deskriptif dengan metode estimasi KDB di wilayah kawasan jalan Sriwijaya.
Sedangkan analisis evaluatif dengan cara membandingkan kesesuaian antara
KDB hasil survey primer dengan ketentuan KDB di Kota mataram. Koefisien
Dasar Bangunan (KDB) merupakan nilai perbandingan antara area terbangun
dengan luas kapling yang ada, atau :
Untuk kawasan jalan langko adalah suatu kawasan yang peruntukkan utamanya
adalah sebagai kawasan perkantoran dan perdagangan , dimana standar koefisien
dasar bangunan yang diperbolehkan adalah untuk kota mataram adalah
maksimum 80% - 90%. Dimana koefisien dasar bangunan di kawasan jalan
sriwijaya adalah 80% dan untuk ruang terbukanya sebesar 20%. Ruang terbuka
dimanfaat untuk ruang terbuka hijau privat dan publik.

4. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)


Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif dan evaluatif. Analisis
deskriptif dengan metode estimasi KLB di wilayah kawasan jalan sriwijaya .
Sedangkan analisis evaluatif dengan cara membandingkan kesesuaian antara
KLB hasil survey primer dengan ketentuan KLB dikota mataram. Koefisien
Lantai Bangunan (KLB) merupakan nilai perbandingan antara luas lantai
keseluruhan dengan luas kapling, atau :
Menurut data dari intansi terkait, bahwa KLB yang dimiliki oleh bangunan di
kawasan jalan sriwijaya adalah KLB yang masuk kategori maksimum yaitu 2,4
m2 .

4. Tinggi Bangunan

Menurut data langsung berupa data foto – foto, wawancara kepada warga, dan
pengamatan visual secara langsung oleh kami, maka dapat disimpulkan bahwa
ketinggian bangunan yang dimiliki oleh bangunan di kawasan jalan langko adalah
maksimum 3-4 tingkat.

2) Permasalahan
Adapun permasalahan yang ditemukan dari analisa intenistas pemanfaatan lahan
terjadinya kepadatan bangunan karena terlalu rapatnya bangunan – bangunan yang
ada, sesuai dengan data yang ada, bahwa bangunan yang ada di kawasan jalan
sriwijaya memiliki kepadatan bangunan maksimum yaitu : 20 bangunan/Ha, sehingga
minimnya ruang terbuka yang tersedia.
3) Dampak

Dari permasalahan yang ditemukan di atas maka dampak yang terjadi adalah “ tidak
mampunya dalam melakukan perencanaan pembangunan yang sustinaible, sehingga
menempuh konversi lahan dalam proses pembangunannya “.
Jadi maksudnya, bahwa kawasan jalan sriwijaya ini sudah tidak memiliki ruang jika
akan dilakukan rencanaan pembangunan suatu bangunan atau perencanaaan lainnya,
karna tidak tersedianya ruang terbuka lagi di kawasan ini, sehingga langkah satu –
satunya adalah dengan pengkonversian lahan jika melakukan perencanaan
pembangunan pada kawasan ini.
Dan dapat disimpulkan, bahwa kawasan ini adalah kawasan yang tidak mampu dalam
melakukan perencanaan pembangunan sustinaible.
4) Substansi

Adapun peraturan – peraturan yang terkait akan analisa intensitas pemanfaatan lahan
pada kawasan jalan sriwijaya ini adalah :
- UU No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang
- UU No. 28 Tahun 2002 tentang bangunan gedung
- PERDA No. 3 tahun 2008 tentang rencana pembangunan jangka panjang
Daerah Prov. NTB tahun 2005-2025.
- Perda No. 11 Tahun 2012 tentang RTRW Kota Mataram 2011 – 2031
-
5) Strategi Pendekatan Penanganan

Adapun strategi yang kami lakukan dalam penanganan permasalahan yang ada di
kawasan jalan langko ini adalah :
- Mengurangi pembangunan gedung dan lebih di fokuskan pada pembangunan
dan perawatan fasilitas,seperti : jalan, pedestrian, drainase dll.
- Agar dalam perencanaan pembangunan untuk kawasan ini, untuk mengurangi
pembangunan gedung ,jika dilakukan perencanaan pembangunan, maka jalan
yang ditempuh adalah pengkonversian lahan atau dengan pengalihan fungsi
pengunaan lahan, bangunan yang ada sudah memnuhi standar pembangunan.
- Pengendalian pembangunan dengan peraturan dan perijinan.
- Dimaksudkan agar dapat memberikan pembatasan dalam pembangunan pada
kawasan jalan Sriwijaya ini.
IV. 1. 3 Tata Bangunan

Metode yang digunakan adalah analisis foto series dari hasil pengamatan survey
primer untuk mengendalikan arah hadap dan bentuk muka bangunan yang ada di
wilayah studi.

1) Potensi

Adapun potensi yang dimiliki oleh kawasan langko ini menurut tata bangunan, yaitu :

1. Fasade (tampak hadap bangunan)


Tata bangunan di kawasan jalan langko menggunakan tata bangunan berpola linear.
Dimana tata bangunan pola linear adalah bagunan-bangunan yang ada berdiri berjajar
mengikuti garis jalan sehingga saling menyambung dan membentuk suatu garis lurus,
hal ini sangat berkaitan dengan peruntukkan lahan kawasan jalan langko ini sebagai
kawasan perkantoran dan ruang terbuka hijau. Dan fasade bangunan – bangunan yang
ada di kawasan jalan langko secara keseluruhan semuanya menghadap ke jalan utama,
sehingga terlihat bangunan – bangunan yang ada saling berhadapan.

Peruntukkan kawasan juga berpengaruh pada tata hadap bangunan, dimana sesuai
dengan hasil survey dan analisa dilapangan terlihat bahwa bangunan – bangunan
menghadap ke jalan.

bangunan – bangunan di kawasan jalan sriwijaya yang menghadap ke jalan utama.


2. Akses
Akses mudah antar satu gedung ke gedung lainnya,yang cukup memanfaatkan sarana
jalan pedestrian.

Dengan keadaan fasade bangunan yang berpola linear dan saling menghadap, maka
memberikan kemudahan bagi masyarakat pada kawasan jalan langko dalam hal akses
antar satu gedung ke gedung yang lainnya yang cukup memanfaatkan sarana
pedestrian.

2) Permasalahan

Adapun permasalahan yang ditemui pada analisa tata bangunan ini adalah : “
Penempatan pembangunan Lombok Epicentrum pada lahan yang dulunya berfungsi
sebagai Kantor Pemerintah yang mempunyai Ruang terbuka hijau yang luas.
Setelah dilakukan analisa dari hasil identifikasi kawasan jalan sriwijaya ini,
ditemukan permasalahan – permasalahan dalam letak tata bangunan pada rencana
pemabangunan Pusat Perdagangan Lombok Epicentrum

3) Dampak

Dari permasalahan di atas maka ditemukan dampak untuk kawasan jalan langko ini,
yaitu :
- Mampu menimbulkan kemacetan jika gedung itu sudah beroperasi, karena
lokasinya yang dekat dengan sarana pendidikan, dan peribadatan.
- Mengurangi fungsi ekologis kota.
-
4) Substansi

Adapun peraturan – peraturan terkait dalam hala perencanaan untuk analisa tata
bangunan ini adalah :
Peraturan pemerintah No. 16 tahun 2004 tentang penatagunaan tanah.
5) Strategi Pendekatan Penanganan

Adapun strategi yang lakukan dalam menangani permasalah yang ada di kawasan
Sriwijaya , yaitu :
Pembangunan Lombok Epicentrum disertai dengan adanya RTH yang sekaligus
berfungsi sebagai lahan parkir, sehingga mampu berfungsi sebagai ekologis kota.
Sehingga dirasakan mampu dalam pencapaian 30 % RTH dari luas wilayah tersebut.

IV. 1. 4 Ruang Terbuka Dan Tata Hijau

1) Potensi

Adapun potensi yang dimiliki oleh kawasan jalan Sriwijaya dalam hal analisa ruang
terbuka dan tata hijau, yaitu : Tersedianya ruang terbuka dan terbuka hijau, seperti :,
RTH umum maupun privat, dan selalu terdapatnya banyak pepohonan di sepanjang
pingggir kawasan jalan Sriwijaya

a. Ruang terbuka

Ruang terbuka, baik yang alamiah maupun binaan, dalam lingkup perkotaan
maupun lingkup regional merupakan salah satu elemen penting dalam
perencanaan kota dan wilayah. Namun demikian, ruang terbuka masih menjadi
anak tiri dalam proses perencanaan tata ruang tersebut. .
Dua aspek utama yang membentuk pola pikir masyarakat kita yang keliru
mengenai ruang tidak terbangun ( ruang terbuka ) hingga sekarang, adalah :
1. aspek ekonomis
2. Aspek fungsional
Namun menurut hasil survey yang telah didapat, peruntukkan ruang terbuka yang
ada di kawasan jalan sriwijaya dirasakan sudah memenuhi standar lingkungan, hal
ini terbukti dengan ditemukannya beberapa ruang terbuka yang telah dipagari,
namun berbicara tentang luas lahan, ruang terbuka yang tersedia cukup kecil, atau
luasnya begitu kecil. Sehingga mengakibatkan kesulitan dalam memanfaatkan
ruang terbuka tersebut. sehingga di sini mengakibatkan terjadinya konversi lahan,
yang jika dipandang dan telusuri lagi, hal ini tidak perlu dilakukan.
b. Ruang terbuka hijau

Ruang terbuka hijau yang ada di kawasan jalan Sriwijaya mencapai luas sekitar 20 %,
dan luas ini merupakan standar luas minimal RTH suatu kota.
Adapun klasifikasi Ruang terbuka hijau di kawasan jalan Sriwijaya , yaitu :
- Kawasan hijau Median Jalan
- Kawasan hijau Tanah yang belum terbangun dan kawasan Hijau yang
dipertahankan kealamiannya
- Kawasan terbuka hijau Privat, contoh : yang ada di depan halaman gedung –
gedung kantor dan Pusat Perbelanjaan
- Kawasan hijau pengembangan bunga dan tanaman, yang diperjual – belikan.

Contoh Ruang Terbuka Hijau berupa median Jalan dan RTH Privat
Di Jalan Sriwijaya

2) Permasalahan

Adapun permsalahan yang ditemui pada kawasan jalan langko ini dalam hal

analisa ruang terbuka dan tata hijau, yaitu :

- Minimnya ruang terbuka yang tersedia

Dari hasil identifikasi kawasan, tampak secara exiting, bahwa kawasan jalan
sriwijaya ini telah kekurangan ruang terbuka, yang walaupun terdapat beberapa
ruang terbuka, namun dari segi luas lahan relatif kecil dan merupakan sisa dari
lahan persawahan yang dahulu memang merupakan kawasan terluas di Jajan
tersebut.
- Terjadinya pengurangan ruang RTH

3) Dampak

Adapun dampak yang terjadi dari permasalahan yang ada dari aspek analisa ruang

terbuka dan tata hijau, yaitu :

- Kurang mampu dalam merencanakan pembangunan yang sustinaible.

Jadi maksudnya, bahwa kawasan jalan langko ini sudah tidak memiliki ruang jika
akan dilakukan rencanaan pembangunan suatu bangunan atau perencanaaan
lainnya, karna tidak tersedianya ruang terbuka lagi di kawasan ini, sehingga
langkah satu – satunya adalah dengan pengkonversian lahan jika melakukan
perencanaan pembangunan pada kawasan ini.
- mengurangi pencapaian RTH sebesar 30 % dan masih memiliki luas RTH sebesar
11,6 %
- Mengurangi fungsi ekologis kota.
-
4) Substansi

Adapun peraturan – peraturan perencanaan yang berkaitan dengan analisa ruang


terbuka dan tata hijau, yaitu :
- (UUPR) komposisi RTH suatu kota seluas 30 % dari luas seluruh wilayah kota
- (KTT) bumi di Rio de Janerio/ Brazil (1992) dengan luas RTH sebesar 30 %
dari luas seluruh wilayah kota
- KTT Johannesburg/ Afrika Selatan (2002),dengan luas RTH sebesar 30 % dari
luas seluruh wilayah kota

5) Strategi pendekatan penanganan

Untuk menangani permasalahan – permasalahan yang ditemui, maka kami


merencanakan strategi, seperti :
- Mengembangkan RTH privat pada halaman permukiman penduduk
- Dimaksudkan untuk dapat membantu pencapaian RTH sebesar 30 % dari
seluruh luas wilayah.
- Menambahkan taman – taman di sepanjang jalan langko.
- Dimaksudkan untuk dapat membantu pencapaian RTH sebesar 30 % dari
seluruh luas wilayah.
- Pembangunan Islamic center disertai dengan adanya RTH.

IV. 1. 5 Sistem Sirkulasi Dan Jalur Penghubung

1. Potensi

Adapun potensi – potensi yang dimiliki oleh kawasan jalan Sriwijya menurut
aspek analisa sistem sirkulasi dan jalur penghubung yaitu Merupakan jalan
kolektor primer dengan aksesibilitas kota terbuka dari arah barat ke timur dan
arah timur ke barat yang membuka akses kota terhadap kawasan – kawasan Jl.
Lainnya, seperti Jalan Airlangga,Jalan Gajah Mada , Jalan Arif Rahman Hakim,
Jalan Bung Karno dll.

Sistem sirkulasi

Jaringan jalan di kawasan jalan sriwijaya sudah sangat baik. Sistem jaringan
jalan Kawasan jalan sriwijaya yang ada saat ini didominasi pergerakan lalu
lintas arah Barat – Timur dan sebaliknya dan merupakan jalur dua arah.
Sirkulasi pergerakan yang ada di kawasan jalan langko merupakan pergerakan
internal – internal, eksternal – internal, internal – eksternal dan eksternal –
eksternal.
1. Pergerakan internal – internal, disebabkan karna adanya pergerakan
dari aktivitas perkantoran ke perkantoran atau pertokoan – ke
pertokoan lainnya yang lain, dimana saling berkaitan atau
berhubungan.
2. Pergerakan eksternal – internal disebabkan karena pergerakan dari
permukiman di luar kawasan jalan sriwijaya menuju fasilitas-fasilitas
pendukung permukiman seperti fasilitas jasa seperti perkantoran,
perbelanjaan, dll.
3. Pergerakan internal – eksternal, dimana terjadi pergerakan dari fasilitas
jasa seperti perkantoran dan perbelanjaan di kawasan jalan sriwijaya,
menuju ke fasilitas di luar kawasan jalan sriwijaya.
4. Pergerakan eksternal – eksternal, dimana kawasan jalan sriwijaya
merupakan penghubung antara jalan Majapahit dan Jalan Brawijaya
menuju ke jalan luar Kota dan sebaliknya arus luar kota dari arah
selatan dan timur akan melalui jalan sriwijaya menuju pusat kota.

2. Permasalahan

Adapun permasalahan yang ditemui pada aspek analisa sistem sirkulasi dan jalur
penghubung, yaitu :
- Pemakaian jalan pedestrian dan jalan utama sebagai lahan parkir
- Pemakaian jalan utama sebagai sarana untuk pejalan kaki, jogging dll.

3. Dampak

Adapun dampak dari permasalahan – permasalahan yang ada di kawasan jalan


Sriwijaya menurut aspek sistem sirkulasi dan jalur penghubung, yaitu :
- Terjadinya penyempitan badan jalan
- Hal ini terjadi karena, dipakainya jalan pedestrian bahkan sampai jalan utama
sebagai lahan parkir, sehingga mengakibatkan penyempitan badan jalan
tersebut.
- Terganggunya lalu lintas perkotaan dan membahayakan jiwa pengguna jalan.
4. Substansi

Adapun peraturan – peraturan perencanaan yang berkaitan dengan aspek sistem


sirkulasi dan jalur penghubung, yaitu :
o UU No. 38 Tahun 2004 tentang jalan
o Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

5. Strategi pendekatan penanganan

Adapun strategi yang saya lakukan dalam mengatasi permasalahan – permasalahan


yang ada pada kawasan jalan langko dalam aspek analisa sitem sirkulasi dan jalur
penghubung, yaitu :
- Pembangunan sarana pedestrian strip dengan pemanfaatan trotoar dan saluran
drainase tertutup sebagai peruntukkan lahannya, sehingga jalur tersebut
memiliki lebar + 3,5 m.
Jika sarana pedestrian ini terbangun, maka akan meminimalisir kelalaian dari
masyarakat yang sering memarkir kendaraannya di jalan pedestrian bahkan
sampai pada pemakaian jalan utama.
- Pembangunan sarana cycle strip dengan pemanfaatan trotoar dan mengambil
sedikit dari jalan utama sebagai peruntukkan lahannya, sehingga jalur tersebut
memiliki lebar + 4 m.

IV. 1. 6 Tata Kualitas Lingkungan

1. Potensi

Adapun potensi kawasan jalan sriwijaya dari aspek tata kualitas lingkungan, yaitu :
“ Kawasan yang ramah lingkungan yang merefleksikan sebagai suatu kawasan yang
hijau dengan adanya taman kota,RTH umum dan privat dan selalu terjaganya tumbuh-
tumbuhan di sepanjang jalan sriwijaya “.
Kualitas lingkungan di kawasan jalan sriwijaya sebenarnya sudah baik dan
mencerminkan suatu kawasan yang ramah lingkungan dengan banyaknya terdapat
ruang terbuka terbuka hijau baik umum maupun privat, selain dari itu juga di kawasan
jalan sriwijaya ini banyak ditumbuhi oleh tumbuh – tumbuhan, sehingga
menampakkan suatu kawasan yang hijau dan sejuk, Oleh karena itulah kawasan ini
mampu memberikan kesan nyaman, sejuk di mata jika dipandang dan asri.

Inkonsistensi antara Rencana Tata Ruang Wilayah dengan eksisting penggunaan


lahan/pemanfaatan ruang dirasakan mampu menunjukkan suatu kawasan yang
berwawasan lingkungan.

2. Permasalahan

Terdapat masalah – masalaha yang ditemui pada kawasan jalan sriwijaya jika dilihat
dari aspek analisa kualitas lingkungan, yaitu :
- Banyak terdapatnya sampah – sampah yang berserakan di jalur pedestrian
- Saluran drainase yang tersumbat oleh semak – semak dan sampah –
sampah
-
3. Dampak

Dampak dari permasalhan yang ditemui, yaitu :

- Mengurangi estetika kawasan jalan sriwijaya


Dengan adanya sampah – sampah yang banyak berserakan di sepanjang
sarana pedestrian, mampu menimbulkan bau yang tidak sedap, dan
menunjukkan suatu lingkungan yang kotor, sehingga mampu mengurangi
estetika kawasan.
- Saluran drainase yang tersumbat oleh semak – semak dan sampah – sampah.
- Terdapat beberapa saluran drainase yang tersumbat, terutama di kawasan
sekitar gedung bulog, sehingga menyebabkan kawasan ini sering tergenang air
bahkan banjir jika hujan turun, dan berimbas pada kawasan – kawasan
sekitarnya hingga mengenai permukiman penduduk.
-
4) Substansi

Peraturan – peraturan perencanaan yang berkaitan dengan analisa tata kualitas


lingkungan, yaitu :
- Peraturan pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisa mengenai dampak
lingkungan
- UU No. 18 tahun 2008 tentang pengolahan sampah.
-
5) Strategi pendekatan penanganan

Dalam mengatasi permasalahan – permasalahan tersebut di atas, maka perlu


melakukan beberapa strategi perencanaan, seperti :
- pembangunan saluran drainase tertutup untuk meminimalisir pembuangan
sampah pada saluran drainase yang dapat menyebabkan tersumbatnya saluran
drainase.
- Perawatan yang berkala terhadap saluran drainase
- Pembangunan landmark kota, dengan perpadukan arsitektur modern dengan
traditional khas Lombok, sehingga mampu menambah estetika kawasan sosial
budaya.
-
IV. 1. 7 Sistem Prasarana Dan Utilitas Lingkungan

Sistem prasarana dan utilitas lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik suatu
lingkungan yang pengadaannya memungkinkan suatu lingkungan dapat beroperasi
dan berfungsi sebagaimana semestinya.

1. Potensi

Adapun potensi yang dimiliki oleh kawasan jalan sriwijaya , dalam aspek analisa
sistem prasarana dan utilitas, yaitu :

- Terdapatnya jaringan air bersih, listrik, telekomunikasi, lampu penerangan


jalan, halte, dll.

Sistem prasarana dan utilitas lingkungan yang tersedia di kawasan jalan sriwijaya
adalah :

1. Jalan

Jalan yang ada dikawasan jalan sriwijaya terdiri atas 3 aspek, yaitu :

a. Jalan utama

Jalan utama yang ada di kawasan jalan sriwijaya adalah termasuk jalan kolektor
primer. Yang menghubungkan jalan Majapahit dengan jalan Brawijaya menuju
jalan pejanggik, jalan udayana dan jalan air langga.

b. Jalan penghubung

Di kawasan jalan sriwijaya juga terdapat jalan penghubung, namun memiliki


kondisi yang kurang terawat, hal ini dapat terlihat dengan banyaknya dijumpai
lubang – lubang dan kodisi yang tidak layak pakai.

c. Jalan trotoar (pendestrian)

Jalan pendestrian yang ada dikawasan jalan sriwijaya masih kurang baik, karna
kurangnya perawatan. Sehingga menimbulkan ketidak maksimalnya
pemakaian jalan trotoar oleh masyarakat, sehingga menyebabkan terjadinya
pemakaian jalan utama oleh para pejalan kaki.
2. Jaringan listrik

Untuk kawasan sriwijaya, telah tersedia jaringan listrik, dengan masih memakai tiang
– tiang lama. Dan jaringan listrik sudah tersebar di semua gedung – gedung yang ada
di kawasan sriwijaya.

3. Jaringan telpon

Di kawasan jalan sriwijaya ini pun terdapat jaringan telpon, yang hampir sudah
tersebar dan terpasang di semua gedung – gedung yang ada di kawasan jalansriwijaya.

4. Lampu penerangan jalan

Lampu penerangan jalan yang ada di kawasan jalan sriwijaya berada dalam keadaan
yang baik, dan dirasakan memenuhi standar kelakayakan Namun ditemui juga
permasalahan, dengan lama waktu penerangannya, yang biasanya dimatikan sebelum
waktunya.

Lampu Penerang Jalan di Jalan Srwijaya

5. Air bersih

Tersedia juga saluran air bersih, yang mampu mendukung proses perkembangan untuk
kawasan jalan sriwijaya ini.

6. Drainase

Saluran drainase yang ada di kawasan jalan sriwijaya masih kurang baik, kurang
adanya perawatan. Karna banyak ditemui sampah – sampah, dan tumbuhnya
tumbuhan secara liar, sehingga mengganggu proses kinerja saluran drainase itu
sendiri.

Akibat itulah, jika hujan mengakibatkan terjadinya genangan air yang merembet ke
permukiman penduduk.
7. Tempat sampah

Prasana tempat sampah pun tersedia di kawasan jalan Sriwijaya , namun kondisinya
kurang baik dan kurang diperhatikan, sehingga mampu menimbulkan penyakit –
penyakit dan bau – bau yang tidak enak, jika ada hujan.

8. Lahan parkir

Hampir di setiap gedung di kawasan jalan sriwijaya memiliki lahan parkir, namun
dapat juga ditemui gedung – gedung yang tidak memiliki lahan parkir, sehingga
memanfaatkan lahan jalan trotoar bagi pejalan kaki. Dan mengurangi kualitas
lingkungan untuk kawasan jalan sriwijaya ini.

9. Halte

Terdapat juga halte di kawasan jalan sriwijaya ini, sebagai sarana pendukung
transportasi umum bagi penumpang.

Namun untuk kondisinya pun kurang diperhatikan, dan tidak terjadi perawatan,
sehingga kegunaannya yang kurang optimal dan kurang dimanfaatkan oleh
masyarakat.

2. Permasalahan

Adapun masalah yang timbul pada aspek analisa sistem prasarana dan utilitas ini
adalah :

 Halte kurang terawat dan jumlahnya tidak memadai

Hanya ada beberapa halte yang terdapat di kawasan jalan sriwijaya ini, dan banyak
yang sudah tidak terawat.

 Pemadaman lampu penerangan jalan yang tidak konsisten

Menurut data quisioner yang telah kami lakukan, bahwa pemadaman lampu
penerangan jalan sering tidak konsisten, dan biasanya mati di waktu subuh, padah
waktu itu keadaan masih gelap.
3. Dampak

Dari permasalahan di atas, maka menimbulkan berbagai dampak, seperti :

- Halte kurang bisa digunakan oleh masyarakat


Dari data yang kami lihat, ternyata halte yang ada kurang dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar, dan keadannya tidak layak pakai.
- Dapat mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan pengguna jalan raya di
waktu sekitar jam 5 – 6 pagi.

4. Substansi

Adapun peraturan – peraturan perencanaan pembangunan yang berkaitan dengan


sistem prasarana dan utilitas, yaitu :

UU No. 30 Tahun 2009 tentang ketenagalistrikan (lembaran Negara Republik


Indonesia Tahun 2009 No. 133)

5. Strategi pendekatan penanganan

Dalam mengatasi segala permasalahan dalam aspek analisa sistem prasarana dan
utilitas, saya melakukan beberapa strategi penanganan, seperti :

- Penambahan Halte pada lokasi – lokasi strategi, seperti : pada kawasan


pertokoan, perkantoran, pendidikan dan peribadatan. Melakukan perawatan
berkala pada sarana – sarana yang ada.
- Melakukan pengecekan dan penyetelan ulang terhadap waktu on off pada
lampu penerangan jalan.

IV. 3 Aspek Ekonomi

Aspek ekonomi untuk kawasan jalan langko diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu :
1. Aspek usaha
2. Aspek nilai lahan
Adapun klasifikasi potensi dan peremasalahan yang ada di kawasan jalan Sriwijaya,
yaitu :
Analisis Potensi Masalah Dampak Indikator Strategi
Ekonomi (Peraturan - Pendekatan
Peraturan) Penanganan
aspek tersedianya adanya mengurangi RTRW kota Dengan adanya
usaha sarana dan pedagang kaki estetika dan mataram tahun rencana
prasarana, lima di mengakibatkan 2011-2031, pembangunan
seperti : sepanjang terjadinnya bab 3 Rencana pedestrian strip
perbankkan, kawasan jalan gangguan lalu struktur ruang dan cycle strip
pertokoan, yang
lintas. wilayah kota maka akan
jasa memanfaatkan
transportasi, ruas sepadan mataram. 3.2 disediakan lahan
dan jalan dalam Rencana pusat yang sudah
penginapan. menjajakkan - pusat direncanakan
dagangannya. pelayanan di sebagai tempat
wilayah kota untuk
mataram beristrihatnnya
para pengguna
jalan pedestrian
tersebut, dan
lokasi ini akan di
tata sedemikian
rupa dengan
tampilan yang
elegan dan higenis
untuk mengganti
usaha dan gerobak
yang biasa dipakai
para pedagang
kaki lima.
aspek nilai Dari padatnya Hampir tidak Tidak RTRW kota Penekanan pada
lahan bangunan oleh adanya lahan mampunya mataram tahun pemerintah agar
permukiman kosong dan dalam 2011-2031, membatasi dalam
dan tingginya ruang merencanakan bab 3 Rencana perencanaan
tingkat terbuka, pembangunan struktur ruang pembangunan di
kepadatan
karena telah yang wilayah kota kawasan jalan
penduduk
menjadikan dipenuhi sustinaible. mataram. 3.2
jalan sebagai oleh Rencana pusat
central bangunan - - pusat
prekonomian bangunan pelayanan di
kota mataram, pemerintah, wilayah kota
serta jalan permukiman, mataram
menjadi jalan pertokoan,
primer yang pendidikan,
menambah dll.
daya tarik
investor.
IV. 3. 1 Aspek usaha
Terdapat banyak aspek usaha untuk kawasan jalan sriwijaya, dan akan dijelaskan
pada pembahasan di bawah ini.

1) Potensi

Beberapa potensi yang ada di kawasan jalan sriwijaya menurut aspek usaha, yaitu :
 tersedianya sarana dan prasarana, seperti : perbankkan, pertokoan, jasa transportasi,
dan penginapan.
Di kawasan jalan sriwijaya akan dapat ditemui berbagai aspek usaha, seperti :
 Jasa transportasi, seperti travel juga terdapat di kawasan jalan
 Dan penginapan sekaligus pemandian dapat ditemui di kawasa jalan

2) Permasalahan

Beberapa permasalahan yang ada di kawasan jalan Sriwijaya , menurut aspek nilai
usaha, yaitu :
 Adanya pedagang kaki lima di sepanjang kawasan jalan sriwijaya yang memanfaatkan
ruas sepadan jalan dalam menjajakkan dagangannya.
3) Dampak

Adapun dampak dari permasalahan di atas adalah :


Mengurangi estetika dan mengakibatkan terjadinnya gangguan lalu lintas. Dengan
banyaknya terdapat pedagang kaki lima mampu menimbulkan kemacetan lalu lintas,
karna banyak dari pedagang kami lima tersebut, memanfaatkan sebagian jalan utama
dalam menjajakkan dagangannya.

4) Substansi

Beberapa peraturan – peraturan pembangunan yang berkaitan tentang aspek nilai


usaha, yaitu :
Perda No. 11 Tahun 2012 RTRW kota mataram tahun 2011-2031, bab 3 Rencana
struktur ruang wilayah kota mataram. 3.2 Rencana pusat - pusat pelayanan di
wilayah kota mataram.
5) Strategi pendekatan penanganan

Beberapa strategi yang kami lakukan dalam menghadapi permasalahan di atas adalah :
Dengan adanya rencana pembangunan pedestrian strip dan cycle strip maka akan
disediakan lahan yang sudah direncanakan sebagai tempat untuk beristrihatnnya para
pengguna jalan pedestrian tersebut, dan lokasi ini akan di tata sedemikian rupa dengan
tampilan yang elegan dan higenis untuk mengganti usaha dan gerobak yang biasa
dipakai para pedagang kaki lima.

IV. 3. 2 Aspek nilai lahan

1) Potensi

Beberapa potensi yang dimiliki oleh kawasan jalan sriwijaya, yaitu :


Dari padatnya bangunan oleh permukiman dan tingginya tingkat kepadatan penduduk
menjadikan jalan sriwijaya sebagai central prekonomian kota mataram, serta jalan
langko menjadi jalan primer yang menambah daya tarik investor.

2) Permasalahan

Beberapa permasalahan yang kami temui di kawasan jalan langko menurut aspek nilai
lahan, yaitu :
Hampir tidak adanya lahan kosong dan ruang terbuka, karena telah dipenuhi oleh
bangunan - bangunan pemerintah, permukiman, pertokoan, pendidikan, dll.

3) Dampak

Dampak dari permasalahan di atas adalah sebagai berikut :


Tidak mampunya dalam merencanakan pembangunan yang sustinaible.

4) Substansi

Peraturan – peraturan pembangunan yang berkaitan dengan aspek nilai lahan, yaitu :
RTRW kota mataram tahun 2011-2031, bab 3 Rencana struktur ruang wilayah kota
Mataram. 3.2 Rencana pusat - pusat pelayanan di wilayah kota mataram.
5) Strategi pendekatan penanganan
Strategi yang kami lakukan dalam mengatasi permasalahan – permasalahan di atas,
yaitu :
Penekanan pada pemerintah agar membatasi dalam perencanaan pembangunan di
kawasan jalan sriwijaya.
BAB V
PENUTUP

Rencana tata ruang merupakan rencana letak dari berbagai macam penggunaan
dan pemanfaatan tanah yang direncanakan dalam rangka memenuhi berbagai ragam
keinginan (wants) dan kebutuhan (needs) masyarakat. Dalam kenyataannya, untuk
memenuhi keinginan dan kebutuhan masyarakat, banyak sekali jenis penggunaan dan
pemanfaatan tanah yang harus diakomodir di atas tanah. Tidaklah mungkin semua
jenis itu bisa diakomodir dalam rencana tata ruang. Karena itu, rencana penggunaan
dan pemanfaatan tanah yang diletakkan dalam rencana tata ruang hanya
mencerminkan rencana penggunaan dan pemanfaatan yang benar-benar menjadi
prioritas.

Karena tanah bersifat terbatas (finite), penggunaan dan pemanfaatan tanah


tersebut haruslah efisien, tertib dan teratur. Untuk itu, para pengguna tanah, dalam
menggunakan dan memanfaatkan tanahnya, harus mengacu pada persyaratan (land
use codes) yang disyaratkan dalam rencana tata ruang, untuk memastikan penggunaan
dan pemanfaatan tanahnya Lestari, Optimal, Serasi, dan Seimbang (LOSS) di kawasan
pedesaan; dan, Aman, Tertib, Lancar, Asri, dan Sehat (ATLAS) di kawasan perkotaan.

Dalam tataran operasional, tanah digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia yang
menguasai tanah untuk mensejahterakan hidupnya. Penggunaan oleh manusia tersebut
sifatnya mendasar dan berlangsung terus menerus hingga memunculkan suatu
hubungan hukum antara manusia pengguna dengan tanah yang digunakan.
Terganggunya hubungan manusia pengguna dengan tanahnya akan berimplikasi pada
kesejahteraan pengguna tanah, karena itu perlu ada jaminan kepastian hukum.
Gangguan hubungan ini dapat dilihat dalam dua perspektif. Pertama, gangguan
hubungan dapat berupa sulitnya akses masyarakat kepada sumber daya tanah; kedua,
besarnya ongkos yang harus dikeluarkan untuk menggunakan sumber daya tanah
dimaksud. Kesulitan ini diakibatkan oleh persediaan tanah yang memang terbatas dan
adanya berbagai macam hambatan institusional atau kelembagaan yang berkaitan
dengan tanah sehingga kempelikan dan penguasaan tanah tersebut, bisa saja
didominasi oleh kelompok masyarkat dengan kepntingan tertentu yang bermuara pada
ketidakseimbangan/ ketimpangan penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah.

Agar masyarakat dapat menggunakan dan memanfaatkan tanah dengan


optimal, tertib dan teratur, harus ada keserasian diantara kelembagaan yang terkait
dengan penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah sehingga memungkinkan
digunakan dan dimanfaatkan secara efisien, tanpa mengabaikan keadilan sosial, dan
tidak merusak fungsinya. Keserasian inilah yang melandasi perlunya penatagunaan
tanah. Penatagunaan tanah merupakan pola pengelolaan penguasaan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah yang berwujud konsolidasi pemanfaatan tanah melalui pengaturan
kelembagaan yang terkait dengan pemanfaatan tanah sebagai satu kesatuan sistem
untuk kepentingan masyarakat secara adil.

Pelaksanaan konsolidasi pemanfaatan tanah melalui pengaturan kelembagaan


di atas harus mengacu kepada kebijakan penatagunaan tanah yang telah digariskan
dalam PP No.16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah. Secara ringkas, kebijakan
ini meliputi:

penggunaan dan pemanfaatan tanah harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten/Kota;

penggunaan dan pemanfaatan tanah yang tidak sesuai rencana tata ruang wilayah
tidak dapat diperluas, dikembangkan, atau ditingkatkan;

pelayanan administrasi pertanahan dilaksanakan apabila pemegang hak memenuhi


syarat-syarat menggunakan tanah sesuai rencana tata ruang, tidak saling
mengganggu, tidak saling bertentangan, memelihara tanah, tidak merobah bentang
alam, memberikan nilai tambah penggunaan tanah dan lingkungan;

pemanfaatan tanah dapat ditingkatkan apabila tidak mengubah penggunaan


tanahnya dengan memperhatikan hak atas tanah serta kepentingan masyarakat
sekitar;

terhadap tanah dalam kawasan lindung yang belum ada hak atas tanahnya dapat
diberikan hak atas tanah, kecuali pada kawasan hutan;

tanah yang berasal dari tanah timbul atau hasil reklamasi di wilayah perairan
pantai, pasang surut, rawa, danau, dan bekas sungai dikuasai langsung oleh negara;
penggunaan dan pemanfaatan tanah terhadap pulau-pulau kecil harus
memperhatikan kepentingan umum, tidak menutup akses umum ke pantai/laut;

apabila pemilik tanah tidak mentaati syarat-syarat menggunakan dan


memanfaatkan tanah, dikenakan sanksi;

penetapan rencana tata ruang wilayah tidak mempengaruhi status hubungan


hukum atas tanah.

Kebijakan di atas, selanjutnya, harus menjadi koridor dalam penyelenggaraan


kegiatan penatagunaan tanah. Penyelenggaraan penatagunaan tanah, sesuai PP No.16
Tahun 2004, terdiri atas tiga jenis kegiatan pokok, yaitu:

pelaksanaan inventarisasi penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah;

penetapan perimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan penguasaan,


penggunaan, dan pemanfaatan tanah menurut fungsi kawasan;

penetapan pola penyesuaian penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah


dengan rencana tata ruang wilayah.

Output penyelenggaraan kegiatan di atas adalah data dan informasi yang disajikan
dalam bentuk peta (spasial) dengan skala lebih besar dari pada skala peta rencana tata
ruang wilayah yang bersangkutan dengan outcomenya adalah kesesuaian antara
penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah dengan rencana tata ruang yang telah
di sepakati.
KATA PENGANTAR

Pembangunan berkelanjutan, pada hakekatnya, adalah upaya mencari


keseimbangan antara faktor Penggunaan tanah dan faktor sosio-ekonomi masyarakat
yang menggunakan tanah. Dimana dalam konteks pengelolaan tanah, pembangunan
berkelanjutan merupakan upaya penyeimbangan faktor ekonomi, sosial, dan
lingkungan hidup, sehingga penggunaan dan pemanfaatan tanah dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat secara ekonomi, namun tetap mencerminkan prinsip rasa
keadilan secara sosial, dan berkelanjutan secara lingkungan hidup. Pemaduserasian
faktor-faktor tersebut akan selalu menjadi tantangan dalam pengambil keputusan-
keputusan terkait dengan tanah.

Untuk itu dalam rangka pemenuhan tugas perkuliahan Teknik Lingkungan,


penulis menyampaikan permasalahan yang berkaitan dengan penataan ruang dan
wilayah yang terdapat dilingkungan sekitar tempat tinggal , dimana permasalahan
RTRW yang disampaikan adalah penataan ruang dan wilayah di kota Mataram,
tepatnya di seputaran Jalan Sriwijaya, yang kemudian dituangkan dalam makalah
sedrehana yang tentunya sangat jauh dari ekspektasi sempurna, menyadari hal itu
diperlukan kritik dan saran yang bersifat membangun, untuk penyempurnaan lebih
lanjut.
Kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini di
ucapkan terima kasih.

Mataram, Nopember 2017

Penyususun
TUGAS
TEKNIK LINGKUNGAN

PERSPEKTIF
TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
DI JALAN SRIWIJAYA

Disusun oleh :
Chairil Umran ( 016 001 0073 )

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM

Anda mungkin juga menyukai