Anda di halaman 1dari 4

Sejarah Lombok (40): Sejarah Tanjung, Ibu

Kota Kabupaten Lombok Utara; Bagaimana


dengan Bayan? Jauh di Mata Dekat di Hati
*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Kabupaten baru di pulau Lombok provinsi Nusa Tenggara Barat adalah Lombok Utara
dengan ibu kota di Tanjung. Mengapa kota Tanjung dipilih dan ditetapkan sebagai ibukota
kabupaten Lombok Utara adalah satu hal, sementara hal lainnya adalah bagaimana sejarah
(kota) Tanjung sendiri. Yang jelas sejarah kota Tanjung tidak terinformasikan. Bukankah
kota Tanjung telah menjadi ibu kota sebuah kabupaten? Itulah mengapa narasi sejarah kota
Tanjung diperlukan.

District Tandjoeng (Peta 1908)

Sejak era Pemerintah Hindia Belanda pulau (afdeeeling) Lombok dibagi ke dalam tiga
wilayah administratif (onderafdeelin) West Lombok ibu kota Mataram, Oost Lombok
ibu kota Selong dan Midden Lombok ibu kota Praja. Pembagian wilayah ini berlanjut
hingga Pemerintah Republik Indonesia sebagai kabupaten. Pada tahun 1993 kota
Mataram (yang juga menjadi ibu kota provinsi Nusa Tenggara Barat) di kabupaten
Lombok Barat ditingkatkan statusnya menjadi Kota (setara dengan kabupaten). Oleh
karena kota Mataram juga ibu kota kabupaten Lombok Barat, sehubungan pemisahan
wilayah tersebut sebagai Kota, maka ibu kota kabupaten Lombok Barat dipindahkan
ke kota Gerung (selatan Kota Mataram). Pada tahun 2008 kabupaten Lombok Barat
dimekarkan (kembali) dengan membentuk kabupaten Lombok Utara yang terdiri dari
lima kecamatan: Bayan, Gangga, Tanjung, Kayangan dan Pemenang. Kota yang
dipilih sebagai ibu kota kabupaten Lombok Utara adalah kota Tandjoeng (di
kecamatan Tanjung).

Darimana kita memulai mempelajari sejarah Tanjung? Bukan dari Mataram, ada baiknya
mulai dari Bayan. Mengapa? Pada era VOC, wilayah utara pulau Lombok disebut district
Bajan. Dalam perkembangannya pada era Pemerintah Hindia Belanda district Baja
dimekarkan dengan membentuk distrik Tandjoeng, tetapi kemudian dua district ini disatukan
lagi dengan nama District Bajan en Tandjoeng. Nah, untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Tanjung dan Bayan di Kabupaten Lombok Utara (Now)

Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat
kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung
(pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis)
dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber
disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber
baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain
disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

District Bajan dan District Tandjoeng

Pada permulaan pembentukan cabang Pemerintah Hindia Belanda (pasca Perang Lombok
1894) di (pulau) Lombok ditempatkan seorang Asisten Residen yang berkedudukan di
Mataram (awalnya di Ampenan). Dalam hubungan pentaan pemerintahan, afdeeling Lombok
dibagi ke dalam tiga onderafdeeling (yang masing-masing dikepalai oleh seorang
Controleur): West Lombok ibu kota di Mataram (tempat Controleur berkedukan, sementara
Asisten Residen masih di Ampenan); Oost Lombok ibu kota di Sisik (kemudian direlokasi ke
Selong); dan Midden Lombok ibu kota di Praja. Tiga onderafdeeling ini terdiri dari masing-
masing empat district.

District di Afdeeling Lombok (1896)

Kepala district adalah orang pribumi yang ditetapkan oleh Asisten Residen Lombok
dan Controleur setelah berkonsultasi dengan pemangku adat (parwangsa). West
Lombok terdiri dari empat district yakni Ampenan en Ommelanden, Tandjoeng,
Bajan dan Geroeng; Oost Lombok terdiri dari mepat district yakni: Rarang, Sakra,
Masbagik dan Pringgabaja; Midden Lombok terdiri dari empat district yakni Praje,
Djonggat, Batoe Kliang dan Kopang.
Dalam pembagian wilayah-wiliyah district tersebut, batas-batas wilayah mulai diukur dan
dipetakan (lihat  Algemeen Handelsblad, 20-07-1906). Batas-batas district ini secara
tradisional yang sejak lama terbentuk, pengukuran ini dilakukan untuk memastikan dalam
pembuatan pemerintah. Konfirmasi dalam pemetaan terutama pada area perbatasan antara
satu district dengan district yang lainnya.

Java-bode: nieuws, handelsblad voor NI, 21-09-1894


Tandjoeng adalah sebuah kampong, suatu kampong yang dihuni oleh penduduk Sasak
(lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 21-
09-1894). Kampong ini menjadi sangat penting karena tempat evakuasi. Ini bermula
ketika ekspedisi militer Belanda yang dimulai 11 Juli 1894. Untuk membantu militer
dan petugas pemerintah, Pemerintah Hindia Belanda membawa pelayan pribumi (kuli
atau lainnya), wanita (untuk masak, cuci dan lainnya serta pekerja paksa yang
didatangkan dari Makassar (para tahanan). Akhirnya kerajaan Bali Selaparang
menyerah setelah kota Mataram (ibu kota kerajaan) hancur. Kemudian dilanjutkan
perundingan. Dalam perundingan yang dilakukan di Tjakranegara, para pemimpin
Sasak juga disertakan alam perundingan. Tujuan perundingan pada intinya adalah
untuk pembentukan cabang Pemerintah Hindia Belanda di pulau Lombok dengan
syarat dan ketentuan, seperti hak dan kewajiban penduduk Bali dan penduduk Sasak
Sama, peradilan dipisahkan antara Bali dan Sasak dan sebagainya. Tampaknya syarat
dan ketentuan ini sangat berat bagi para pengeran Bali Selaparang lalu marah dan
amuk yang terjadi. Pasukan Bali Selaparang menyerang sisa militer Pemerintah
Hindia Belanda (sebagian pasukan sudah dipulangkan ke Jawa). Dalam serangan ini
banyak yang terbunuh termasuk komandan militer berpangkat Generaal Majoor. Sisa
pasukan kemudian mundur ke Ampenan. Saat inilah para pelayan pribumi, wanita dan
pekerja paksa yang menyertai pasukan dan petugas Pemerintah Hindia Belanda
dievakuasi oleh pasukan Bali Selaparang ke kampong penduduk Sasak di Tandjoeng.
Sementara itu, sebagian penduduk Bali yang meminta perlindungan di evakuasi
militer Pemerintah Hindia Belanda dari Mataram ke kampong Bali di Lembar. 

Pemerintah Hindia Belanda kembali mengirim ekspedisi militer untuk menghukum


pasukan kerajaan Bali Selaparang dan berhasil ditaklukkan di puri Tjakrangera pada
pertengahan November 1894. Para pangeran tewas, puri Tjkaranegara terbakar dan
radja Bali Selaparang ditangkap dan diinternir ke Batavia. Kerajaan Bali Selaparang
tamat lalu kemudian dibentuk cabang Pemerintah Hindia Belanda dengan membagi
pulau Lombok ke dalam dua onderdistrict. Namun kemudian terjadi pemberontakan
Praja tahun 1896 dimana kepala district Praja Mamiq Sapian tewas oleh lawan-
lawannya. Setelah militer Belanda berhasil mengontrol situasi, lalu cabang
pemerintahan ditata kembali dengan membentuk onderafdeeling Midden Lombok
dengan ibu kota Praja. Setelah pemberontakan Praja inilah pengukuran wilayah
district dipertegas untuk seluruh distrik yang terdapat di pulau Lombok.

Dari 12 district yang dibentuk di afdeeling Lombok, hanya dua district dimana terdapat
populasi Bali sangat signifikan yakni district Ampenan en Ommelanden dan district Geroeng.
Penduduk Sasak berada di 10 district termasuk district Tandjoeng dan district Bajan. Di
district-district inilah berbagai pembangunan dilakukan. District Bajan dan Tandjoeng
penghasil kapas yang baik.

Distrct Bajan (Peta 1927)

Tidak banyak yang diketahui tentang perkembangan pembangunan di district Bajan


(seperti pembangunan pertanian dan pendirian sekolah-sekolah). Sementara
pembangunan di district Tandjoeng meski tidak semasif district-district lainnya,
paling tidak pembangunan jalan sudah sampai dari Mataram ke Tandjong (Soeroeng
Djoekoeng). ). Jalan ini dapat dilalui dengan kereta kuda. Jalan ini belum lama
dibangun yang mana jembatan dibuat diatas sungai terbesar antara dua tempat itu.
Juga pasangrahan baru didirikan di titik tertinggi dari jalan Mataram-Tandjoeng dan
dermaga semi-permenen dibangun di Soroeng-Djoekoeng sedangkan pembangunan
listrik baru dimulai (lihat De Indische courant, 24-08-1928). Peta 1927

Pada tahun 1930 Bayan dan Tandjoeng masih district terpisah, tetapi setelah itu dua district
telah disatukan dengan nama District Tandjoeng en Bajan dengan ibu kota di Tandjoeng
(tempat kedudukan kepala district). Tampaknya district Bajan semakin terisolir dan hanya
dicapai dengan kapal atau perahu. Sementara Tandjoeng semakin terhubung dengan
Ampenan dan Mataram. Sementara Bayan dan Tandjoeng digabung, district Ampenan telah
dimekarkan dengan membentuk district Oost Ampenan. Pada masa ini, distrik kira-kira setara
dengan kecamatan.

Soerabaijasch handelsblad, 13-03-1930: ‘Pembangunan saluran telepon ke bagian-


bagian pulau yang lebih terpencil. Berturut-turut koneksi lebih dari 30 Km ke district
Tandjoeng (Sorong-Djoekoeng di NW pulau) dan lebih dari 40 Km ke Prlnggabaja
(Lombok Timur) diselesaikan, dan setelah itu koneksi kira-kira. 15  Km ke distrik
Geroeng (Z. Lombok Barat)’.

Dengan perkembangan yang pesat di Tnadjoeng, sejumlah pengusaha Tionghoa mulai


mengalihknn usaha mereka dari Ampenan dan Mataram.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Tandjoeng Maju Sendiri: Bajan, Jauh di Mata, Dekat di Hati

Anda mungkin juga menyukai