Kabupaten baru di pulau Lombok provinsi Nusa Tenggara Barat adalah Lombok Utara
dengan ibu kota di Tanjung. Mengapa kota Tanjung dipilih dan ditetapkan sebagai ibukota
kabupaten Lombok Utara adalah satu hal, sementara hal lainnya adalah bagaimana sejarah
(kota) Tanjung sendiri. Yang jelas sejarah kota Tanjung tidak terinformasikan. Bukankah
kota Tanjung telah menjadi ibu kota sebuah kabupaten? Itulah mengapa narasi sejarah kota
Tanjung diperlukan.
Sejak era Pemerintah Hindia Belanda pulau (afdeeeling) Lombok dibagi ke dalam tiga
wilayah administratif (onderafdeelin) West Lombok ibu kota Mataram, Oost Lombok
ibu kota Selong dan Midden Lombok ibu kota Praja. Pembagian wilayah ini berlanjut
hingga Pemerintah Republik Indonesia sebagai kabupaten. Pada tahun 1993 kota
Mataram (yang juga menjadi ibu kota provinsi Nusa Tenggara Barat) di kabupaten
Lombok Barat ditingkatkan statusnya menjadi Kota (setara dengan kabupaten). Oleh
karena kota Mataram juga ibu kota kabupaten Lombok Barat, sehubungan pemisahan
wilayah tersebut sebagai Kota, maka ibu kota kabupaten Lombok Barat dipindahkan
ke kota Gerung (selatan Kota Mataram). Pada tahun 2008 kabupaten Lombok Barat
dimekarkan (kembali) dengan membentuk kabupaten Lombok Utara yang terdiri dari
lima kecamatan: Bayan, Gangga, Tanjung, Kayangan dan Pemenang. Kota yang
dipilih sebagai ibu kota kabupaten Lombok Utara adalah kota Tandjoeng (di
kecamatan Tanjung).
Darimana kita memulai mempelajari sejarah Tanjung? Bukan dari Mataram, ada baiknya
mulai dari Bayan. Mengapa? Pada era VOC, wilayah utara pulau Lombok disebut district
Bajan. Dalam perkembangannya pada era Pemerintah Hindia Belanda district Baja
dimekarkan dengan membentuk distrik Tandjoeng, tetapi kemudian dua district ini disatukan
lagi dengan nama District Bajan en Tandjoeng. Nah, untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat
kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung
(pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis)
dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber
disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber
baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain
disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Pada permulaan pembentukan cabang Pemerintah Hindia Belanda (pasca Perang Lombok
1894) di (pulau) Lombok ditempatkan seorang Asisten Residen yang berkedudukan di
Mataram (awalnya di Ampenan). Dalam hubungan pentaan pemerintahan, afdeeling Lombok
dibagi ke dalam tiga onderafdeeling (yang masing-masing dikepalai oleh seorang
Controleur): West Lombok ibu kota di Mataram (tempat Controleur berkedukan, sementara
Asisten Residen masih di Ampenan); Oost Lombok ibu kota di Sisik (kemudian direlokasi ke
Selong); dan Midden Lombok ibu kota di Praja. Tiga onderafdeeling ini terdiri dari masing-
masing empat district.
Kepala district adalah orang pribumi yang ditetapkan oleh Asisten Residen Lombok
dan Controleur setelah berkonsultasi dengan pemangku adat (parwangsa). West
Lombok terdiri dari empat district yakni Ampenan en Ommelanden, Tandjoeng,
Bajan dan Geroeng; Oost Lombok terdiri dari mepat district yakni: Rarang, Sakra,
Masbagik dan Pringgabaja; Midden Lombok terdiri dari empat district yakni Praje,
Djonggat, Batoe Kliang dan Kopang.
Dalam pembagian wilayah-wiliyah district tersebut, batas-batas wilayah mulai diukur dan
dipetakan (lihat Algemeen Handelsblad, 20-07-1906). Batas-batas district ini secara
tradisional yang sejak lama terbentuk, pengukuran ini dilakukan untuk memastikan dalam
pembuatan pemerintah. Konfirmasi dalam pemetaan terutama pada area perbatasan antara
satu district dengan district yang lainnya.
Dari 12 district yang dibentuk di afdeeling Lombok, hanya dua district dimana terdapat
populasi Bali sangat signifikan yakni district Ampenan en Ommelanden dan district Geroeng.
Penduduk Sasak berada di 10 district termasuk district Tandjoeng dan district Bajan. Di
district-district inilah berbagai pembangunan dilakukan. District Bajan dan Tandjoeng
penghasil kapas yang baik.
Pada tahun 1930 Bayan dan Tandjoeng masih district terpisah, tetapi setelah itu dua district
telah disatukan dengan nama District Tandjoeng en Bajan dengan ibu kota di Tandjoeng
(tempat kedudukan kepala district). Tampaknya district Bajan semakin terisolir dan hanya
dicapai dengan kapal atau perahu. Sementara Tandjoeng semakin terhubung dengan
Ampenan dan Mataram. Sementara Bayan dan Tandjoeng digabung, district Ampenan telah
dimekarkan dengan membentuk district Oost Ampenan. Pada masa ini, distrik kira-kira setara
dengan kecamatan.