PENDAHULUAN
Latar belakang
kajian yang belum terungkap hingga sekrang. penelitian sejarah lokal tidak hanya
memperkaya khasanah sejarah nasional, namun juga memperdalam ilmu pengetahuan kita
tentang dinamika sosiokultural dari masyarakat Indonesia yang majemuk. Sejarah lokal
kelompok masyarakat lokal, termasuk berbagai etnis kultural yang ada di dalamnya. Sejarah
lokal juga mempunyai ruang lingkup yang terbatas dan biasanya dikaitkan dengan unsur
wilayah. Meskipun cendrung memiliki ruang lingkup wilayah yang relatif sempit, akan tetapi
tidak menjadi ukuran sebab sering kali wilayah yang sempit dan kecil lebih penting
Mencoba menyusun dan merangkai sebuah peristiwa yang telah terjadi agar dapat
dikisahkan kembali itu berarti seperti kita hidup kembali pada zamanya. mencoba
mencoba menafsirkan lalu menuliskan sehingga menjadi sebuah kisah atau cerita. Disinilah
sesungguhnya kesulitan yang besar bagi penulis sejarah. Banyak peristiwa yang tidak teratur
dan apalagi tidak terdokumentasikan secara baik. lebih-lebih lagi menulis sejarah yang akan
Ada sebuah pepatah mengatakan mengenai proses penelitian sejarah yang terdapat dalam
buku Dinamika Masyarakat Adat Tanjung Jabung Barat. Yang berbunyi “mengupas dan
ranting nan mati, menjemput barang nan tinggal, mengumpulkan barang nan berserak, bak
1
Taufik Abdullah, Sejarah Lokal Indonesia, (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press. 1985), hlm. 18.
emas pulang ketambang, bak belut pulang kelumpur, tanah pulang ke jati, pendek tangan dak
terjangkau, singkat kaki dak telangkah, nak betanyo kawan lah pergi, nak belajar guru lah
Bahkan, beberapa kerajaan besar pernah berdiri di wilayah Nusantara sebelum kemudian
pernah dikuasai oleh penjajah Belanda. mekipun kerajaan-kerajan besar di Nusantara telah
runtuh, bentuk bentuk pemerintahan adat traadisional di berbagai daerah masih terus
bertahan, walaupun terus mengalami dinamika karena campur tangan pemerintahan Hindia
Belanda. secara umum satuan adat tradisional ini diposisikan sebagai satuan pemerintahan
Selanjutnya, dalam penjelasan UUD 1945 disebutkan bahwa dalam teritori Negara
seperti Desa di Jawa dan Bali, Nagari di Minangkabau, Dusun dan Marga di Palembang dan
dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa. Bahkan, keberagaman bernegara dalam
NKRI sudah menjadi hal yang sama-sama dipahami oleh seluruh elemen bangsa sehingga
undang tentang pemerintahan daerah sejak tahun 1945 hingga UU No. 5 tahun 1974 tentang
tetap hidup setelah Indonesia merdeka sebagai satuan pemerintahan terkecil dalam struktur
2
Harun, Hermanto., Irma Sangala Dinamika Model Pemerintahan dalam Masyarakat Melayu Islam Jambi:
Studi Kasus Kabupaten Bungo. Hal 81. Vol. 21, no 1, 2013.
Semangat otonomi-desentralisasi yang telah secara tegas disebutkan dalam undang-
undang kemudian dilanggar oleh Pemerintah Orde Baru dengan mengeluarkan UU No. 5
Desa. Dengan kata lain, bentuk-bentuk pemerintahan adat-tradisional yang hidup selama ini
Tahun 1855, saat Sultan Thaha naik tahta. semua perjanjian yang dilakukan oleh para
sultan terdahulu antara pihak kesultanan Jambi dan pihak Belanda, dibatalkan begitu saja,
tanpa ada kompromi dan kesepakan. akibatnya memancing kemarahan di pihak Belanda dan
Istana Pilih sebagai tempat pusat pemerintahan Melayu Jambi diserang dan di bumi
hanguskan oleh Belanda. namun sultan dan para pengikutnya berhasil selamat dan
memindahkan pusat pemerintahannya ke daerah hulu Sungai Batang Hari. Sampai wapatnya
Sultan Thaha pada tahun 1904, saat pertempuran di Tanah Garo Sungai Bengkal.
Pada saat yang bersamaan daerah hilir Jambi Dikuasai Pihak Belanda dan mengangkat
sultan bayang. Yaitu mengangkat sultan sebagai simbol pemimpin dari sistim asli Melayu
Jambi Namun tidak memiliki kekuasaan apalagi kekuatan hanya sebagai sultan di bawah
genggaman Belanda. hanya sebagai boneka Kolonial yang harus patuh terhadap pemerintah
Belanda.
Kesultanan Melayu Jambi benar-benar berakhir pada tahun 1901 daerah Jambi
sembilan lainnya yang berada di wilayah atau pulau Sumatera menjadi bagian wilayah
Provinsi Sumatera (satu Provinsi), kemudian Provinsi Sumatera dimekarkan menjadi tiga
Provinsi yaitu, Provinsi Sumatera Utara terdiri dari Keresidenan Aceh, Sumatera Timur
(Medan), dan Tapanuli. Provinsi Sumatera Tengah terdiri dari Keresidenan Sumatra Barat
(Bukit Tinggi), Riau, dan Jambi. Dan Provinsi Sumatera Selatan terdiri dari Keresidenan
Palembang, Bengkulu, Lampung, dan Bangka Belitung. Pasca pemekaran Sumatera menjadi
Gubernur Sumetera Selatan3. Dan pada tahun 1906 babak baru bagi Jambi karenan Jambi di
jadikan Keresidenan tersendiri dan dinyatakan bagian dari wilayah Belanda. babak era baru
ini dibuat peraturan-peraturan baru dan diadakan perubahan struktur diatas tingkat dusun.
Ini berdampak dan diberlakukan di seluruh daerah Jambi terutama bangsa XII. Bangsa
XII merupakan daerah dimana para keluarga orang terdekat sultan diberi masing-masing
tugas untuk melaksanakan roda pemerintahan kerajaan Melayu Jambi. Diantaranya VII dan
IX Koto, Petajin, Maro Sebo, Jebus, Air Hitam, Awin, Penangan, Miji, Penokawan Tengah,
Mestong, Pamalen, dan Pemayung. Disetiap daerah di pimpin oleh kepala Kalbu atau Bangsa.
namun ketika struktur pemerintahan diubah maka sistim secara Kesultananpun dirubah
menjadi Keresidenan dan Berdampak ke daerah pedalaman Jambi. Terutama Maro Sebo
sebagai salah Satu dari XII Bangsa yang menjalankan pemerintahan kesultanan Melayu
Jambi.
Masyarakat Desa Muara Jambi berasal dari kembangan masyarakat Marga Maro Sebo
yang telah lama hidup dan berkembang di wialayah ini. Namun tercatat pada awal abad ke-19
Muara Jambi terdapat 25 rumah dengan jumlah penduduk sekitar 200 orang. 4 Perkembangan
Kehidupan Masyarakat Maro Sebo pada awalnya berkembang di beberapa wilayah kampung,
antara lain: Kunangan, Talang Duku, Tebat Patah, Kemingking Dalam, Kemingkimg Luar,
Teluk Jambu, Dusun Mudo, Sekumbung Dan Muara Jambi.dalam Struktur pemerintahan
wilayah tersebut persatuan adat Margo Maro Sebo Yaitu dipimpin oleh Persirah.
3
A. R. Panji, Kemas., Sri Suriana “Sejarah Keresidenan Palembang “. Jurnal Sejarah. Hal 3.
4
DR. Lindayanti DKK, Jambi Dalam sejarah 1500-1942, Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Proviinsi Jambi 2013.
Hlm 20.
Desa Muara Jambi Adalah desa yang kaya akan sejarah. cerita tentang Kolonialisme
karena adanya campur tangan Belanda dalam sistim pemerintahan tradisional dari kepala adat
menjadi Persira dan bangunan rumah persirah pertama sekitar abad 1930an yang dibangun
pada saat ini desa Muara Jambi terbagi dalam dua Dusun yakni Dusun Sungai Jambi dan
Dusun Danau Kelari (UUD No 5. Tahun 1979). Dibawah pimpinan Persirah, Desa Muara
Jambi termasuk kedalam Marga Maro Sebo (maju serbu) Dengan Moto “Kedemangan Wiro
santed”. Sistem marga ini memiliki sistem pemerintahan yang sangat berbeda dengan
pusatTahun 1979. Dalam sistem pemerintahan lokal (marga) desa-desa di Jambi. Otoritas
lokal lebih berdasarkan pada adat dan musyawarah. Ini sangat berbeda dengan konsepsi
nasional
desa, Seluruh sistem adminitrasi dan pemerintah di desa di seluruh Indonesia mengacu
kepada Undang-Undang tersebut. Pada masa sebelum undang-undang ini dikeluarkan sistem
Berdasarkan uraian di atas, maka secara keseluruhan penting dari ada suatu upaya untuk
mengungkapkan dan mengkaji suatu pristiwa bersejarah, agar kita dapat mengambil
pengetahuan dan makna dari berbagai peristiwa sejarah yang telah terjadi sebagai bekal untuk
menuju masa yang akan datang. Melalui pemhaman seperti tersebut, maka penulis mencoba
mengkaji “Perubahan Sistem Pemerintahan di Daerah Maro Sebo: Dari Sistem Marga
5
Sugianto Dakung, dkk., Sistem Kepemimpinan di Dalam masyarakat Pedesaan Daerah Sumatera Selatan
(Sumatera Selatan : Departemen Pendidikan dan kebudayaan 1986 ) hml., 1
Rumusan Masalah
Dalam hal tersebut rumusan masalah dalam penelitian ini dapat disebutkan sebagai
berikut:
Bagaimana keadaan masyarakat di Desa Muara Jambi pada masa sistem Marga
Bagaimana bentuk serta Stuktur kepemimpinan pada masa Marga Maro Sebo?
Sejarah adalah suatu peristiwa atau catatan kehidupan manusia pada masa lampau yang
merupakan sumber pendorong bagi kehidupan manusia yang akan datang. Hal ini, berkaitan
dengan pernyataan yang menyatakan bahwa jejak historis yaitu jejak yang memiliki dan
sebagai bahan penyusunan dalam kejadian dan disusun sebagai cerita atau kisah.
Peter Burke dalam History and Social Teheory menyatakn bahwa, Sejarah lebih baik
didefenisikan sebagai suatu studi tentang manusia dan semua pluralitasnya yang menekankan
pada perbedaan-perbedaan dalam tempat dan rentang waktu tertentu. Dan tentunya dalm
penelitiaanya.6
Dengan demiikian setiap peristiwa yang ditulis oleh para sejrawan dan menceritakan
sejarah itu sendiri dalam artian bahwa zaman memiliki masa dan memori sendiri. Oleh
6
Peter Burke, History and Social Theory, Amerika Serikat 1993 oleh Colonel University Press. Hlm 2.
karenan itu , maka suatu peristiwa kejadian masa lalu akan ada istilahnya rengkarnasi bakalan
ada terulang kembali dengan caranya sendiri. Manusia dalam hal ini hanya mampu
merekontruksi dan mengulanginnya kembali dalam sebuah tulisan ataupun deskripsi sejarah.
oleh karenan itu, dalam upaya mencapai penyusunan kejadian-kejadian sejarah menjadi
sebuah penelitian dalam berbentuk Skripsi, saya selaku penulis berusaha membatsi masalah
penelitian dengan batasan yang di ambil adalah perubahan sistem marga ke sistem desa
dengan mengamati perubahan perubahan yang telah terjadi dalam usaha belanda untuk
menakhlukan dan menjalankan pemerintahannya terutama pada tahun 1930an dengan adanya
arsip berupah surat keterangan sebagai di pilihnya warga setempat menjadi Persirah untuk
Secara priodenisasi, batasan-batasan temporal dari penelitian ini, dimulai dari Tahun
1900 hingga tahun 1979. Berdasarkan pertimbangan dan kajian yang telah dilakukan bahwa,
pada tahun 1900 sistim pemerintahan di Desa Muara Jambi masih bersifat tradisional (marga)
namun Kesultanan Melayu Jambi berakhir pada tahun 1901 sewaktu daerah Jambi dimasukan
kedalam keresidenan palembang. Kemudian 1906 Jambi dibawah keresidenan sendiri dan
secara resmi menjadi bagian dari wilayah Hindia Belanda dan dimulai dengan membuat
peraturan peraturan Baru dan diadakanlah berbagai perubahan struktur pemerintahan diatas
tingkatan Dusun.7
A. Tujuan
di Jambi.
7
DR. Lindayanti DKK, Jambi Dalam sejarah 1500-1942, Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Proviinsi Jambi 2013.
Hlm 7.
Untuk mengetahui perkembangan Pemerintahan Desa Muara Jambi berdasarkan
surat atau arsip dari keputusan Keresidenan Jambi pada tahun 1933 tentang
Berusaha menceritakan perubahan yang sesuai dengan UUD No. 5 tahun 1979
B. Mamfaat Penelitian
Untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar sarjana di Jurusan Ilmu
Penelitian ini saya harap bisa menjadai bahan masukan bagi sejarah lokal, hingga
Jambi yang hingga saat ini masih kurangnya penelitian terhadap Sejarah Desa.
Dengan adanya tulisan ini. Penulis berharap tulisan ini dapat menjadi bahan acuan
bagi desa-desa yang saat ini mungkin memiliki kesamaan adat dan budaya
Tinjauan Pustaka
Ada beberapa sumber sebagai bahan rujukan dan perbandingan dalam skripsi ini.
Skripsi yang pernah ditulis adalah Sistim Birokrasi Desa Muaro Jambi 1933-2009, yang
ditulis oleh Abdul Hafiz,8 skripsi ini banyak membantu untuk memberikan gambaran kepada
penulis tentang keadaan Desa Muara jambi dahulu. Bagaimana masa pemerinthan Pesira
8
Abdul Hafiz, Skripsi:” sistem birokrasi kolonial Desa Muara Jambi 1933-2009” (Jambi: UNBARI, 2017).
untuk memahami bagai mana situasi politik dan kebijakan yang dilakukan oleh pihak
pemerintahan Hindia Belanda di Jambi. DR.Lindayanti Dkk dalam buku berjudul Jambi
pemerintahan belanda yang seutuhnya dan Menyeluruh di wilayah Jambi. Karenan pada masa
sebelumnya hanya sebebatas perjanjian dangang palagi pada awal tahun 1615 hanya sebatas
perijian dagang kepada pihak Belnda yang diizikan oleh Sultan Abdul Kadir.
pada tahun 1833 terjadinya perang antara Sultan Dan pihak belanda di Sungai Baung
yang mana antara kedua belah pihak membuat kesepakatan berupa perjanjian yang mana
pihak belanda diberikan kebebasan memungut pajak atas kegiatan ekspor inpor atas
memonopoli jual beli garam. Namun disaat pemerintahan Sultan Thaha Saifuddin naiktahta
beliau membatalkan semua perjanjian terhadap pihak Belanda. dan berakibat penyerangan
Tanah Pilih oleh Belanda dan mampu membumi hanguskannya sehingga sultan
Tanah Garo Sungai Bengkal yang menyababkan wafatnya Sultan Thaha. Kesultanan Melayu
Jambi berakhir pada tahun 1901 sewaktu daerah jambi dimasukan kedalam keresidenan
palembang. Kemudian 1906 Jambi dibawah keresidenan diri dan secara resmi menjadi bagian
dari wilayah Hindia Belanda dan dimulai dengan membuat peraturan peraturan Baru dan
Buku yang memiliki jumlah halaman 238 ini merupakan kajian yang sangat
yang di terapkan langsung oleh pemerintahan Kolonial Belanda kepada masyarakat Jambi
Terutama Desa Muara Jambi. Dan penelitian ini penulis sajikan secara mendalam serta sesuai
dengan fakta yang ditemukan dan mudah dipahami. Karena, disajikan dengan bahasa yang
9
DR. Lindayanti DKK, Jambi Dalam sejarah 1500-1942, Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Proviinsi Jambi 2013.
Hlm 7.
sederhana dan penjelasan yang sangat jelas karena arsip yang ditemukan berbahasa belanda
dan sudah dikaji serta diartikan baik secara bahasa maupun secara pristiwa. Sehingga dapat
Referensi selanjutnya adalah tulisan dari H. Adanhuri Mukhti dan Gaman Sakti, S.S.
yang berjudul Sejarah Kabupaten Tebo yang ditulis pada Januari 2008. Tulisan ini sangat
menginspirasi bagi para wilayah lain untuk menulis dan mengetahui bagai mana sejarah
mulai dari masa Prasejarah, Hindu Budha, masa kerajaan serta kesultannan, dan juga hingga
masa berkembangnya Kabupaten tebo pada saat setelah kemerdekaan. Ini merupakan sumber
yang berharga bagi penulis untuk mendapatkan data serta bukti tentang sistim pemerintahan
Bertolak dari ketentuan adat khusus tentang struktur pemerintahan kerajaan maupun
Kesultanan Jambi, sebagai mana dikatakan berjenjang naik bertanggo turun. Serta tata
kesultanan Jambi menurut A. Mukty Nasruddin dalam bukunya Jambi Dalam Sejarah
nusantara, menjelaskan bahwa tata Kesultanan Jambi berdasarkan atas kerajaan bersendi
Adat, Adad bersendi Syarak, Syarak bersendi Kitabullah. Sedangkan strukturnya berjenjang
naik bertanggo turun. Dan yang menyangkut hak rakyat, dikatakan Raja adil Raja disembah,
Raja Lalim Raja di senggah. Itulah gambaraan dari sistim pemerintahan Jambi Pada masa
kesultanan.10
Yang terakhir iyalah, buku yang berjudul “Sumatran Sultanate and Colonial Stade:
Jambi and The Rise Of Ducth Imperialism, 1820-1907” yang ditulis oleh Elsbeth Locher-
Scholten. Tulisan ini telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, dan dipublikasikan
tahun 2008 diterbitkan oleh Banana dan KITLV, publikasi pertama Jannuari 1994. Dengan
jumlah halaman kurang lebih 377, buku ini telah menjadi salah satu bahan acuan bagi
10
H. Adanhuri Mukhti, Gaman Sakti, s.s. Sejarah Kabupaten tebo, Muara tebo. Hlm 28
penuulis untuk melihat hubungan antara Batavia dan Kesultanan Jambi. Pada masa-masa
demikian salah satu yang dilakukan oleh pemerintah Kolonial adalah pendekatan terhadap
Kesultanan lokal selama priode yang panjang. Dan buku ini menerangkan praktek Kolonial
dalam beberapa kurun waktu dan mengeksplorasi hubungan Batavia dan Kesultanan Jambi
pada priode awal dengan kurun waktu 1830 – 1907, dengan epilog puncak pembahasan pada
1907-49.
Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan suatu bentuk kerangaka berpikir yang dapat digunakan
menggunakan berbagai macam teori ataupun berbagai macam landasan penjelasan. Adapun
Tulisan-tulisan para ahli tentang berbagai aspek sejarah dan kehidupan dariberpuluh suku
bangsa dan daerah di Indonesia banyak sekali. Pengertian desa dalamkehidupan sehari-hari
atau secara umum sering diistilahkan dengan kampung, yaitusuatu daerah yang letaknya jauh
dari keramaian kota, yang dihuni sekelompokmasyarakat dimana sebagian besar mata
yang terdiri atas satu atau lebihdusun yang digabungkan sehingga menjadi suatu daerah yang
lainnyamerupakan satu kesatuan. Daerah terdiri dari tanah-tanah produktif dan non produktif
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayahyang berwenang
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atauhak tradisional yang diakui dan
istiadat,kondisi sosial budaya masyarakat desa, serta kemampuan dan potensi desa.Di desa
Undangan.11
desa sebagai sebuah satuan sosial, teritorial, dan administratif. Dari contoh-contoh yang
diberikan sudut pandang dalam mendefiniskan apa itu desa memang porsinya sangat dominan
11
C.S.T Kansil, Christine, Pemerintahan Daerah Di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika,
2004), cet. ke-3, hlm. 58
di daerah pulau Jawa, tentu didaerah lainnya fenomena yang berbeda sangat mungkin terjadi.
Penggalian lewat masalah-masalah seperti sistem pemerintahan desa, pasar desa, lembaga
keagamaan, sistem sosial desa belum tergarap secara baikYang menjadi catatan penting, desa
terlalu banyak berubah akhir-akhir ini, masuknya modal, teknologi, adaptasi unsur-unsur
baru, dan tentunya proses asimilasi dan akulturasi perlahan menjadikan desa makin
peranan penting untuk menuliskan “pedesaan”. Apa lagi anak-anak muda, sering lupa dan
enggan untuk balik ke desa, mungkin yang membaca termasuk salah satunya.12
Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode Sejarah Murni adapun
metode ini tediri dari empat tahapan Heuristik, Kritik, Intepreptasi dan Historiografi.
Heurisik alah tahapan penelusuran. Dalam tahap ini dilakukan usaha pencarian dan
penemuan sumber-sumber yang relevan dengan perubahan Pesirah dalam hal tersebut akan
di nilai dari beberapa sumber tertulis. Arsip-arsip yang tersimpan dan SK Pesirah yang
Kritik dalam hal berikut ini, dilakukan usaha penyeleksian dan penelitian terhadap desa
yang didapat dari sumber-sumber sebelumnya. Demi mendapatkan pakta sejarah desa yang di
peroleh akan di uji dikeritik dari dua segi, segi pertama adlah segi eksternal yang bertujauan
untuk menguji ke aslian sumber-sumber tersebut, dan yang kedua diuji ke kredibilitas
sumber-sumber tersebut.
12
Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah edisi ke dua, (yogyakarta:PT. Tiara Wacana 2003), hal 73
Intepreptasi atau penapsiran dalam tahap ini didapakan analisias dan sintensis, analisis
di lakukan untuk mengurai data yang didapat dari tahap sebelumnya. Dari penganalisisan
data tersebuat akan munculah fakta, dan siantesis berguna untuk mengabungkan fakta yang
Hasil dari ke tiga tahap tersebut disusun karya tulis di baidang sejarah. Tahap penelitian
ilmiah yang sisebut dengan Historiografi. Tahap ini merukan tahap terakhir dalam penelitian
sejarah.
Untuk mendapatkan gambaran yang sesuai dengan yang di inginkan, maka perlu
diadakan pembahasan mengenai isi dari apa yang penulis lakukan. Adapun pembahasan
Dalam Bab I dijelaskan tentang pendahuluan latar belakang mengapa penulis mengambil
judul skripsi yang diajukan. Dan juga terdapat penjelasan tentang batasan masalah dan
rumusan masalah. Dalam batasan masalah, penulis menjelaskan mengapa periode tersebut
dipilih dan juga pada daerah yang dipilih. Rumusan masalah merupakan penjelasan tentang
permasalahan yang akan dikaji di dalam tulisan ini. Metode penelitian menjelaskan
Bab II menjelaskan tentang keadaan wilayah Desa Muara Jambi, menjelaskan bagai
mana keadaan sosial budaya masyarakat setempat, dan jumlah penduduk masyarakat itu
sendiri.
Bab III Pemerintahan Marga Maro Sebo. Menjelaskan bagaimana sistem pemerintahan
pada zaman marga ini berlangsung sehingga kita bisa mengetahui perangkat atau struktur
pemerintahannya mulai dari tingkat atas sampai bawah serta kita bisa mengetahui juga apa
Bab IV Dalam bab ini juga akan dijelaskan bagaimana sistem pemerintahan desa berjalan
sebelum dikeluarkannya Undang-Undang No. 5 Tahun 1979 dan bagai mana Pemerinthan
Bab V berisi kesimpulan yang merupakan jawaban dari pokok-pokok permasalahan dan
pertanyaan penelitian pada Bab I. Bab ini penting karena merupakan jawaban atas masalah
yang terjadi sebelum dan sesudahnya dikeluarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1979.
Demikian sistematika penulisan ini dilakukan dalam upaya menjawab bagai mana Sejarah