PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki banyak
wilayah yang terbentang di sekitarnya. Ini menyebabkan keanekaragaman suku,
adat istiadat dan kebudayaan dari setiap suku di setiap wilayahnya. Hal ini
sungguh sangat menakjubakan karena biarpun Indonesia memiliki banyak
wilayah, yang berbeda suku bangsanya, tetapi kita semua dapat hidup rukun satu
sama lainnya.
Sejak ratusan tahun lalu provinsi jambi dihuni oleh etnis melayu, seperti
suku Kerinci, Suku Batin, suku Bangsa Dua Belas, suku Penghulu, dan suku Anak
dalam. Namun juga ada etnis pendatang. Perjalanan sejarah yang dialami etnis
melayu telah melatar belakangi budaya melayu di Jambi.
PEMBAHASAN
Pada logo Provinsi Jambi yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 1
tahun 1969 tertera kalimat Sepucuk Jambi Sembilan Lurah.
Sidang Pleno BKRD tanggal 6 Januari 1957 pukul 02.00 dengan resmi
menetapkan keresidenan Jambi menjadi Daerah Otonomi Tingkat I Provinsi yang
berhubungan langsung dengan pemerintah pusat dan keluar dari Provinsi
Sumatera Tengah. Dewan Banteng selaku penguasa pemerintah Provinsi Sumatera
Tengah yang telah mengambil alih pemerintahan Provinsi Sumatera Tengah dari
Gubernur Ruslan Mulyohardjo pada tanggal 9 Januari 1957 menyetujui keputusan
BKRD.
Adapun nama Residen dan Gubernur Jambi mulai dari masa kolonial
sampai dengan sekarang adalah sebagai berikut :
Masa Kolonial, Residen Belanda di Jambi adalah :
1O.L. Helfrich (1906-1908)
2A.J.N Engelemberg (1908-1910)
3Th. A.L. Heyting (1910-1913)
4AL. Kamerling (1913-1915)
5H.E.C. Quast (1915 1918)
6H.L.C Petri (1918-1923)
7C. Poortman (1923-1925)
8G.J. Van Dongen (1925-1927)
9H.E.K Ezerman (1927-1928)
10 J.R.F Verschoor Van Niesse (1928-1931)
11 W.S. Teinbuch (1931-1933)
12 Ph. J. Van der Meulen (1933-1936)
13 M.J. Ruyschaver (1936-1940)
14 Reuvers (1940-1942)
Tahun 1942 1945 Jepang masuk ke Indonesia termasuk Jambi
1.5 VISI
- Terwujudnya Provinsi Jambi yang Tertib, Unggul, Nyaman, Tangguh, Adil dan
Sejahtera 2021 (JAMBI TUNTAS 2021)
1.6 MISI
1. Meningkatkan Tata Kelola Pemerintahan daerah yang bersih, transparan,
akuntabel dan partisipatif yang berorientasi pada pelayanan publik;
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang sehat, terdidik,
berbudaya, agamis dan berkesetaraan gender;
3. Menjaga situasi daerah yang kondusif, toleransi antar umat beragama dan
kesadaran hukum masyarakat;
4. Meningkatkan daya saing daerah melalui optimalisasi pembangunan
ekonomi kerakyatan yang didukung oleh penerapan ilmu pengetahuan,
teknologi dan inovasi (IPTEKIN) berwawasan lingkungan;
5. Meningkatkan aksebilitas dan kualitas infrastruktur umum, pengelolaan
energi dan sumber daya alam yang berkeadilan dan berkelanjutan;
6. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat
2. LETAK WILAYAH
Secara topografis, Provinsi Jambi terdiri atas 3 (tiga) kelompok variasi ketinggian
(Bappeda, 2010):
1. Daerah dataran rendah 0-100 m (69,1%), berada di wilayah timur sampai
tengah. Daerah dataran rendah ini terdapat di Kota Jambi, Kabupaten Tanjung
Jabung Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, sebagian Kabupaten
Batanghari, Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan
Kabupaten Merangin
2. Daerah dataran dengan ketinggian sedang 100-500 m (16,4%), pada
wilayah tengah. Daerah dengan ketinggian sedang ini terdapat di Kabupaten
Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin
serta sebagian Kabupaten Batanghari; dan
3. 3) Daerah dataran tinggi >500 m (14,5%), pada wilayah barat. Daerah
pegunungan ini terdapat di Kabupaten Kerinci, Kota Sungai Penuh serta
sebagian Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan
Kabupaten Merangin.
Penduduk asli Provinsi Jambi terdiri dari beberapa suku bangsa, antara
lain Melayu Jambi, Batin, Kerinci, Penghulu, Pindah, Anak Dalam (Kubu), dan
Bajau. Suku bangsa yang disebutkan pertama merupakan penduduk mayoritas dari
keseluruhan penduduk Jambi, yang bermukim di sepanjang dan sekitar pinggiran
sungai Batanghari.
Suku Kubu atau Anak Dalam dianggap sebagai suku tertua di Jambi,
karena telah menetap terlebih dahulu sebelum kedatangan suku-suku yang lain.
Mereka diperkirakan merupakan keturunan prajurit-prajurit Minangkabau yang
bermaksud memperluas daerah ke Jambi. Ada sementara informasi yang
menyatakan bahwa suku ini merupakan keturunan dari percampuran suku Wedda
dengan suku Negrito, yang kemudian disebut sebagai suku Weddoid.
Orang Anak Dalam dibedakan atas suku yang jinak dan liar. Sebutan ji-
nak diberikan kepada golongan yang telah dimasyarakatkan, memiliki tempat
tinggal yang tetap, dan telah mengenal tata cara pertanian. Sedangkan yang
disebut liar adalah mereka yang masih berkeliaran di hutan-hutan dan tidak
memiliki tempat tinggal tetap, belum mengenal sistem bercocok tanam, serta
komunikasi dengan dunia luar sama sekali masih tertutup.
3.1 Pakaian
4. MATA PENCAHARIAN
Mata pencaharian masyarakat Jambi adalah bertani, berjualan, panen
getah dan melaut Di Jambi sendiri kebanyakan daerahnya adalah berupa hutan.
Sehingga mata pencaharian mereka didominasi oleh para petani biasanya pula
mereka yang bertani berasal dari pedesaan. Dalam hal bertani, sama seperti kota-
kota lainnya yang terletak di daratan rendah, adalah bertanam padi pada lahan
kosong. Sedangkan dalam hal melaut, mencari ikan di sungai merupakan mata
pencaharian tambahan, begitu juga mencari dalam hal mencari hasil hutan.
b. Ladang
Ada dua macam ladang yaitu:
1. Umo renah
Adalah ladang yang cukup luas yang terbentang pada sebidang tanah
yang subur dan rata. Tanah tersebut terdapat di pingir-pingir sungai
dan dilereng-lereng bukit yang mendatar.
2. Umo talang
Adalah ladang yang dibuat orang di dalam hutan belukar yang
letaknya jauh dari pedesaan, dan biasanya pada umo talang orang akan
membuat pondok yang biasa digunakan untuk menungu panen tiba.
a) Minyak bumi
Cadangan minyak bumi Provinsi Jambi sebesar 1.270,96 juta m3. Cadangan
minyak bumi antara lain terdapat di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, struktur
Kenali Asam, Kecamatan Jambi Luar Kota dan Kabupaten Batanghari.
b) Gas bumi
Cadangan gas bumi Provinsi Jambi sebesar 3.572,44 miliar m3. Cadangan
tersebut sebagian besar terdapat di Struktur Muara Bulian, Kecamatan Muara
Bulian, Kabupaten Muara Jambi dengan jumlah cadangan 2.185,73 miliar m3.
c) Batu bara
d) Perkebunan
Komoditas perkebunan yang sangat dominan adalah Karet dan Kelapa Sawit.
Hal ini didukung dengan program Pemerintah Derah Provinsi Jambi yaitu
Pengembangan Kelapa Sawit Sejuta Hektar serta Replanting Karet. Selain itu,
casiavera juga banyak dibudidayakan terutama di daerah Kerinci.
5. KERAJINAN
Provinsi Jambi sangat kaya akan kerajinan daerah, salah satu bentuk
kerajinan daerahnya adalah:
a. Anyaman
anyaman yang berkembang dalam bentuk aneka ragam. Kerajinan anyaman
di buat dari daun pandan, daun rasau, rumput laut, batang rumput resam, rotan,
daun kelapa, daun nipah, dan daun rumbia. Hasil anyaman ini bermacammacam,
mulai dari bakul, sumpit, ambung, katangkatang, tikar, kajang, atap, ketupat,
tudung saji, tudung kepala dan alat penangkap ikan yang disebut Sempirai,
Pangilo, lukah dan sebagainya.
Pada zaman dahulu batik Jambi hanya dipakai sebagai pakaian adat bagi
kaum bangsawan/raja Melayu Jambi. Hal ini berawal pada tahun 1875, Haji
Muhibat beserta keluarga datang dari Jawa Tengah untuk menetap di Jambi dan
memperkenalkan pengolahan batik. Motif batik yang diterapkan pada waktu itu
berupa motif motif ragam hias seperti terlihat pada ukiran rumah adat Jambi dan
pada pakaian pengantin, motif ini masih dalam jumlah yang terbatas. Penggunaan
motif batik Jambi, pada dasarnya sejak dahulu tidak dikaitkan dengan pembagian
kasta menurut adat, namun sebagai produk yang masih eksklusif pemakaiannya
dan masih terbatas di lingkungan istana.
Dengan berkembangnya waktu, motif yang dipakai oleh para raja dan
keluarganya saat ini tidak dilarang digunakan oleh rakyat biasa. Keadaan ini
menambah pesatnya permintaan akan kain batik sehingga berkembanglah industri
kecil rumah tangga yang mengelola batik secara sederhana.
6. KESENIAN
Di Provinsi Jambi yang terkenal antara lain Batanghari, Kipas perentak,
Rangguk, Sekapur sirih, Selampit delapan, Serentak Satang.
Upacara adat yang masih dilestarikan antara lain Upacara Lingkaran Hidup
Manusia, Kelahiran, Masa Dewasa, Perkawinan, Berusik sirih bergurau pinang,
Duduk bertuik, tegak betanyo, ikat buatan janji semayo, Ulur antar serah terimo
pusako dan Kematian
Seni tari daerah Jambi cukup banyak ragam serta coraknya, dimana pada
tiap-tiap daerah mempunyai ciri sesuai dengan keadaan daerah serta suku dalam
kelompok masyarakat adat yang bersangkutan. Dari sekian banyak corak dan
ragamnya seni tari daerah Jambi, namun sudah banyak pula yang hampir tidak
dikenal bahkan dilupakan oleh lingkungan masyarakat yang bersangkutan.
Beberapa seni tari yang dikenal di Provinsi Jambi, yaitu:
i) Kota Jambi
Tari Sekapur Sirih
Tari ini diciptakan oleh Firdaus Chatab pada tahun 1962, kemudian
ditata ulang oleh OK Hendri BBA pada tahun 1967. tari ini digunakan
untuk menyambut tamu yang dihormati sebagai ungkapan rasa putih hati
dalam menyambut tamu, dan ditarikan oleh penari remaja putri
Tari Dana Sarah
Tari ini berasal dari pelayangan, yang sudah dimodifikasi yang
berasal dari Seberang Kota Jambi. Penciptanya tidak dikenal dan ditata
ulang oleh Abdul Aziz pada tahun 1984. Tari ini digunkan sebagai sarana
dalam penyebaran agama islam, yang ditarikan oleh penari putra dan putri.
Tari Serengkuh Dayung
Tari Ini penciptanya tidak diketahui, namun telah ditata ulang oleh
Aini Rozak pada tahun 1990. tarian ini menggambarkan tentang perasaan
searah setujuan, kebersamaan di dalam segala sesuatunya, dan ditarikan
hanya oleh penari putri.
iii) Kabupaten Tanjung Jabung Barat & Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Tari Inai
Penciptanya tidak dikenal, kemudian ditata ulang oleh M.Arsyad
dan Zainuddin pada tahun 1992. tarian ini untuk menghibur mempelai
wanita yang sedang memasang inai dimalam hari, sebelum duduk
dipelaminan, dan tarian ini ditarikan oleh remaja putra dan putri.
Tari Sumbun
Pencipta tarian ini tidak dkenal, kemudian ditata ulang pada tahun
1989 oleh Rukiah Effendi. Tarian ini menggambarkan para nelayan yang
sedang mencari sumbun ditepian pantai dengan lincahnya, ia memasukkan
obat dalam sumbun. Tarian ini ditarikan hanya oleh penari putri.
Tari Japin Rantau
Tari ini diciptakan oleh Darwan Asri dan ditata ulang tahun 1986
oleh Darwan Asri. Tarian ini menggambarkan prikehidupan masyarakat
dipesisir pantai, dan ditarikan oleh remaja putri.
f) Kabupaten Kerinci
Tari Mandi Taman
Penciptanya tidak dikenal dan ditata ulang oelh Baharudin BY
pada tahun 1979. Tarian ini menggambarkan rasa syukur ketika membawa
anak turun mandi, yang dibawakan oleh penari putri.
Tari Rangguk
Penciptanya tidak dikenal, ditata ulang oleh Iskandar Zakaria tahun
1977. Tarian ini biasa ditarikan untuk menyambut tamu yang datang
berkunjung, dan dibawakan oleh penari putri.
Tari Rangguk Ayak
Pencipta tari ini tidak dikenal dan kemudian ditata ulang oleh Don
Alwizar. Tari ini menggambarkan kegembiraan sehabis panen dan ditarikan
oleh penari putri)
Namun pada saat sekarang tari rantak kudo sudah umum dipakai,
bahkan acara/ resepsi pernikahan pun tari rantak kudo ini sering digunakan
di kalangan masyarakat untuk suatu hiburan di suatu pernikahan
1) kelintang kayu
merupakan alat musik pukul khas Provinsi Jambi yang terbuat dari kayu.
Dalam memainkannya beriringan dengan alat musik talempong, gendang dan
akordion. Pada zaman jayanya alat musik ini dimainkan untuk kalangan
bangsawan. Dalam pertunjukannya didendangkan syair lagu-lagu betuah dan
tarian khas Jambi.
2) Hadrah
Merupakan jenis kesenian jambi yang bernuansa islami, kesenian ini
mengunakan terbang atau rebana sebagai alat musiknya. Alat-alat tersebut ditabuh
dan disertai nyanyian dalam bahasa Arab, hadrah sering digunakan untuk
mengiringi pengantin pria, menyambut tamu dan acara-acara agama islam.
3) Dul muluk
Merupakan seni teater yang berkembang di kota Jambi dan Batanghari.
Kesenian ini sudah jarang ditampilkan. Sumber cerita berasal dari sahibul hikayat,
satu kekhasan dari pertunjukan ini adalah pada bagian tengah pangung
ditempatkan satu meja.
Para pelakon beradegan setelah pelakon berdialog atau bernyanyi, mereka
memukul meja dengan mengunakan sebatang tongkat seiring irama musik. Pada
bagian tertentu ada tarian yang mengikutsertakan penonton sehinga membuat
suasana semakin meriah.
4) Krinok
Adalah pepatah petitih yang isinya berupa pantun nasehat,agama, kasih
sayang kepahlawanan dan lain-lain. Dibawakan oleh seseorang dengan cara
bersenandung, sedangkan musiknya pada awalnya hanya mengunakan vocal yang
dilakukan oleh si pengkrinok (orang yang bersenandung). Oleh masyarakat petani
ladang/petani sawah yang umumnya berdomisili di daerah dataran
rendah,kesenian rakyat (musik krinok) ini biasanya dilakukan setelah mereka usai
menjalankan aktivitas pertaniannya. Dimaksudkan untuk mengatasi kejenuhan,
pelepas lelah atau sebagai pelipur lara. Disamping itu sering juga dilaksanakan
pada saat menunggu hasil panen, sambil menjaga tanaman mereka dari serangan
burung, tikus, babi, dan lain-lain. Bila sudah tiba saatnya panen biasanya pada
malam harinya mereka mengadakan pertemuan di suatu tempat yang telah
ditentukan untuk melangsungkan acara krinok-an. Acara ini akan dihadiri oleh
ibu-ibu dengan membawa anak gadisnya, juga dihadiri oleh sejumlah anak-anak
bujang, selama acara berlangsung, bujang/gadis saling melempar pantun. Pantun-
pantun tersebut diungkapkan secara bersenandung yang disebut krinok. Tradisi
semacam ini sampai sekarang masih dilakukan oleh masyakat setempat, seperti
yang penuh diamati di Dusun Rantau Pandan yang jaraknya lebih kurang 40 km
dari pusat kota Muoro Bungo.
c. Seni Sastra
Salah satu seni sastra yang berkembang di Jambi yaitu sastra Lisan
Kerinci. Seni ini berkembang dalam budaya masyarakat kerinci. Bentuk-
bentuknya antara lain puisi, pantun, prosa, prossa liris dan kunaung-kunaung
adalah merupakan perpaduan cerita lagu dan ekspresi penceritanya. Pada
umumnya cerita berisi nasihat, pendidikan moral, petuah, kisah-kisah rakyat dan
pelipur lara.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
2. SARAN
DAFTAR PUSTAKA :
http://aufalcendekiawan.blogspot.co.id/2014/10/sumber-daya-alam-di-provinsi
jambi.html
- https://id.wikipedia.org/wiki/Jambi
- https://cahyowi.wordpress.com/2008/02/27/potensi-alam-jambi/