Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki banyak
wilayah yang terbentang di sekitarnya. Ini menyebabkan keanekaragaman suku,
adat istiadat dan kebudayaan dari setiap suku di setiap wilayahnya. Hal ini
sungguh sangat menakjubakan karena biarpun Indonesia memiliki banyak
wilayah, yang berbeda suku bangsanya, tetapi kita semua dapat hidup rukun satu
sama lainnya.

Namun, sungguh sangat disayangkan apabila para generasi penerus bangsa


tidak mengtehaui tentang kebudayaan dari setiap suku yang ada. Kebanyakan dari
mereka hanya mengetahui dan cukup mengerti tentang kebudayaan dari salah satu
suku yang ada di Indonesia, itu juga karena pembahasan yang sering dibahas
selalu mengambil contoh dari suku yang itu-itu saja.

Sejak ratusan tahun lalu provinsi jambi dihuni oleh etnis melayu, seperti
suku Kerinci, Suku Batin, suku Bangsa Dua Belas, suku Penghulu, dan suku Anak
dalam. Namun juga ada etnis pendatang. Perjalanan sejarah yang dialami etnis
melayu telah melatar belakangi budaya melayu di Jambi.

Setiap kebudayaan itu bersifat dinamis akan perubahan bahkan mungkin


hilang sama sekali. Penyebabnya adalah perkembangan kebudayaan, pengaruh
budaya luar, kurangnya kesadaran masyarakat, dan lemahnya jiwa kebudayaan
para remaja sebagai generasi penerus nilai-nilai kebudayaan bahkan itu mungkin
dan telah terjadi di provinsi jambi.

Dalam penulisan makalah ini kami akan membahas tentang kebudayaan


melayu Jambi yang dibatasi pada unsur budaya, mata pencaharian, kerajinandan
seni masyarakat melayu Jambi. Setidaknya dapat memberikan gambaran
tentangkebudayaan melayu Jambi.
B. PERUMUSAN MASALAH
Adapun perumusan yang di bahas dalam makalah ini adalah:
Sejarah
Letak wilayah
Budaya
Mata pencaharian
Kerajinan
Kesenian
BAB II

PEMBAHASAN

1. SEJARAH PROVINSI JAMBI

SEPUCUK JAMBI SEMBILAN LURAH

Pada logo Provinsi Jambi yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 1
tahun 1969 tertera kalimat Sepucuk Jambi Sembilan Lurah.

1.1 PENGERTIAN LAMBANG DAERAH


1 Bidang dasar persegi lima :
Melambangkan jiwa dan semangat PANCASILA Rakyat Jambi.
2 Enam lobang mesjid dan satu keris serta fondasi mesjid dua susun batu
diatas lima dan dibawah tujuh :
Melambangkan berdirinya daerah Jambi sebagai daerah otonom yang
berhak mengatur rumahtangganya sendiri pada tanggal 6 Januari 1957.
3 Sebuah mesjid :
Melambangkan keyakinan dan ketaatan Rakyat Jambi dalam beragama.
4 Keris Siginjai :
Keris Pusaka yang melambangkan kepahlawanan Rakyat Jambi
menentang penjajahan dan kezaliman menggambarkan bulan berdirinya
Provinsi Jambi pada bulan Januari.
5 Cerana yang pakai kain penutup persegi sembilan :
Melambangkan Keiklasan yang bersumber pada keagungan Tuhan
menjiwai Hati Nurani.
6 GONG :
Melambangkan jiwa demokrasi yang tersimpul dalam pepatah adat
"BULAT AIR DEK PEMBULUH, BULAT KATO DEK MUFAKAT".
7 EMPAT GARIS :
Melambangkan sejarah rakyat Jambi dari kerajaan Melayu Jambi hingga
menjadi Provinsi Jambi.
8 Tulisan yang berbunyi:
"SEPUCUK JAMBI SEMBILAN LURAH" didalam satu pita yang
bergulung tiga dan kedua belah ujungnya bersegi dua melambangkan
kebesaran kesatuan wilayah geografis 9 DAS dan lingkup wilayah adat
dari Jambi : "SIALANG BELANTAK
9 BESI SAMPAI DURIAN BATAKUK RAJO DAN DIOMBAK NAN
BADABUR, TANJUNG JABUNG".

1.2 SEJARAH BERDIRINYAPROVINSI JAMBI


Dengan berakhirnya masa kesultanan Jambi menyusul gugurnya Sulthan
Thaha Saifuddin tanggal 27 April 1904 dan berhasilnya Belanda menguasai
wilayah-wilayah Kesultanan Jambi, maka Jambi ditetapkan sebagai Keresidenan
dan masuk ke dalam wilayah Nederlandsch Indie. Residen Jambi yang pertama
O.L Helfrich yang diangkat berdasarkan Keputusan Gubernur Jenderal Belanda
No. 20 tanggal 4 Mei 1906 dan pelantikannya dilaksanakan tanggal 2 Juli 1906.

Kekuasan Belanda atas Jambi berlangsung 36 tahun karena pada tanggal


9 Maret 1942 terjadi peralihan kekuasaan kepada Pemerintahan Jepang. Dan pada
14 Agustus 1945 Jepang menyerah pada sekutu. Tanggal 17 Agustus 1945
diproklamirkanlah Negara Republik Indonesia. Sumatera disaat Proklamasi
tersebut menjadi satu Provinsi yaitu Provinsi Sumatera dan Medan sebagai
ibukotanya dan MR. Teuku Muhammad Hasan ditunjuk memegangkan jabatan
Gubernurnya.

Pada tanggal 18 April 1946 Komite Nasional Indonesia Sumatera


bersidang di Bukittinggi memutuskan Provinsi Sumatera terdiri dari tiga Sub
Provinsi yaitu Sub Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Tengah dan Sumatera
Selatan.

Sub Provinsi Sumatera Tengah mencakup keresidenan Sumatra Barat,


Riau dan Jambi. Tarik menarik Keresidenan Jambi untuk masuk ke Sumatera
Selatan atau Sumatera Tengah ternyata cukup alot dan akhirnya ditetapkan dengan
pemungutan suara pada Sidang KNI Sumatera tersebut dan Keresidenan Jambi
masuk ke Sumatera Tengah. Sub-sub Provinsi dari Provinsi Sumatera ini
kemudian dengan undang-undang nomor 10 tahun 1948 ditetapkan sebagai
Provinsi.

Dengan UU.No. 22 tahun 1948 tentang Pokok-pokok Pemerintahan


Daerah keresidenan Jambi saat itu terdiri dari 2 Kabupaten dan 1 Kota Praja
Jambi. Kabupaten-kabupaten tersebut adalah Kabupaten Merangin yang
mencakup Kewedanaan Muara Tebo, Muaro Bungo, Bangko dan Batanghari
terdiri dari kewedanaan Muara Tembesi, Jambi Luar Kota, dan Kuala Tungkal.
Masa terus berjalan, banyak pemuka masyarakat yang ingin keresidenan Jambi
untuk menjadi bagian Sumatera Selatan dan dibagian lain ingin tetap bahkan ada
yang ingin berdiri sendiri. Terlebih dari itu, Kerinci kembali dikehendaki masuk
Keresidenan Jambi, karena sejak tanggal 1 Juni 1922 Kerinci yang tadinya bagian
dari Kesultanan Jambi dimasukkan ke keresidenan Sumatera Barat tepatnya jadi
bagian dari Kabupaten Pesisir Selatan dan Kerinci (PSK)

Tuntutan keresidenan Jambi menjadi daerah Tingkat I Provinsi diangkat


dalam Pernyataan Bersama antara Himpunan Pemuda Merangin Batanghari
(HP.MERBAHARI) dengan Front Pemuda Jambi (FROPEJA) Tanggal 10 April
1954 yang diserahkan langsung Kepada Bung Hatta Wakil Presiden di Bangko,
yang ketika itu berkunjung kesana. Penduduk Jambi saat itu tercatat kurang lebih
500.000 jiwa (tidak termasuk Kerinci)
Keinginan tersebut diwujudkan kembali dalam Kongres Pemuda se-Daerah Jambi
30 April 3 Mei 1954 dengan mengutus tiga orang delegasi yaitu Rd. Abdullah,
AT Hanafiah dan H. Said serta seorang penasehat delegasi yaitu Bapak Syamsu
Bahrun menghadap Mendagri Prof. DR.MR Hazairin.

Berbagai kebulatan tekad setelah itu bermunculan baik oleh gabungan


parpol, Dewan Pemerintahan Marga, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Merangin, Batanghari. Puncaknya pada kongres rakyat Jambi 14-18 Juni 1955 di
gedung bioskop Murni terbentuklah wadah perjuangan Rakyat Jambi bernama
Badan Kongres Rakyat Djambi (BKRD) untuk mengupayakan dan
memperjuangkan Jambi menjadi Daerah Otonomi Tingkat I Provinsi Jambi.

Pada Kongres Pemuda se-daerah Jambi tanggal 2-5 Januari 1957


mendesak BKRD menyatakan Keresidenan Jambi secara de facto menjadi
Provinsi selambat-lambatnya tanggal 9 Januari 1957 .

Sidang Pleno BKRD tanggal 6 Januari 1957 pukul 02.00 dengan resmi
menetapkan keresidenan Jambi menjadi Daerah Otonomi Tingkat I Provinsi yang
berhubungan langsung dengan pemerintah pusat dan keluar dari Provinsi
Sumatera Tengah. Dewan Banteng selaku penguasa pemerintah Provinsi Sumatera
Tengah yang telah mengambil alih pemerintahan Provinsi Sumatera Tengah dari
Gubernur Ruslan Mulyohardjo pada tanggal 9 Januari 1957 menyetujui keputusan
BKRD.

Pada tanggal 8 Februari 1957 Ketua Dewan Banteng Letkol Ahmad


Husein melantik Residen Djamin gr. Datuk Bagindo sebagai acting Gubernur dan
H. Hanafi sebagai wakil Acting Gubernur Provinsi Djambi, dengan staff 11 orang
yaitu Nuhan, Rd. Hasan Amin, M. Adnan Kasim, H.A. Manap, Salim, Syamsu
Bahrun, Kms. H.A.Somad. Rd. Suhur, Manan, Imron Nungcik dan Abd Umar
yang dikukuhkan dengan SK No. 009/KD/U/L KPTS. tertanggal 8 Februari 1957
dan sekaligus meresmikan berdirinya Provinsi Jambi di halaman rumah Residen
Jambi (kini Gubernuran Jambi).

Pada tanggal 9 Agustus 1957 Presiden RI Ir. Soekarno akhirnya


menandatangani di Denpasar Bali. UU Darurat No. 19 tahun 1957 tentang
Pembentukan Provinsi Sumatera Barat, Riau dan Jambi. Dengan UU No. 61 tahun
1958 tanggal 25 Juli 1958 UU Darurat No. 19 Tahun 1957 Tentang Pembentukan
Daerah Sumatera Tingkat I Sumatera Barat, Djambi dan Riau. (UU tahun 1957
No. 75) sebagai Undang-undang.

Dalam UU No. 61 tahun 1958 disebutkan pada pasal 1 hurup b, bahwa


daerah Swatantra Tingkat I Jambi wilayahnya mencakup wilayah daerah
Swatantra Tingkat II Batanghari, Merangin, dan Kota Praja Jambi serta
Kecamatan-Kecamatan Kerinci Hulu, Tengah dan Hilir.

Kelanjutan UU No. 61 tahun 1958 tersebut pada tanggal 19 Desember


1958 Mendagri Sanoesi Hardjadinata mengangkat dan menetapkan Djamin gr.
Datuk Bagindo Residen Jambi sebagai Dienst Doend DD Gubernur (residen yang
ditugaskan sebagai Gubernur Provinsi Jambi dengan SK Nomor UP/5/8/4).
Pejabat Gubernur pada tanggal 30 Desember 1958 meresmikan berdirinya
Provinsi Jambi atas nama Mendagri di Gedung Nasional Jambi (sekarang gedung
BKOW). Kendati dejure Provinsi Jambi di tetapkan dengan UU Darurat 1957 dan
kemudian UU No. 61 tahun 1958 tetapi dengan pertimbangan sejarah asal-usul
pembentukannya oleh masyarakat Jambi melalui BKRD maka tanggal Keputusan
BKRD 6 Januari 1957 ditetapkan sebagai hari jadi Provinsi Jambi, sebagaimana
tertuang dalam Peraturan Daerah Provinsi Djambi Nomor. 1 Tahun 1970 tanggal 7
Juni 1970 tentang Hari Lahir Provinsi Djambi.

Adapun nama Residen dan Gubernur Jambi mulai dari masa kolonial
sampai dengan sekarang adalah sebagai berikut :
Masa Kolonial, Residen Belanda di Jambi adalah :
1O.L. Helfrich (1906-1908)
2A.J.N Engelemberg (1908-1910)
3Th. A.L. Heyting (1910-1913)
4AL. Kamerling (1913-1915)
5H.E.C. Quast (1915 1918)
6H.L.C Petri (1918-1923)
7C. Poortman (1923-1925)
8G.J. Van Dongen (1925-1927)
9H.E.K Ezerman (1927-1928)
10 J.R.F Verschoor Van Niesse (1928-1931)
11 W.S. Teinbuch (1931-1933)
12 Ph. J. Van der Meulen (1933-1936)
13 M.J. Ruyschaver (1936-1940)
14 Reuvers (1940-1942)
Tahun 1942 1945 Jepang masuk ke Indonesia termasuk Jambi

1.3 MASA KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA


Residen Jambi:
1Dr. Segaf Yahya (1945)
2R. Inu Kertapati (1945-1950)
3Bachsan (1950-1953)
4Hoesin Puang Limbaro (1953-1954)
5R. Sudono (1954-1955)
6Djamin Datuk Bagindo (1954-1957) - Acting Gubernur
Pada 6 Januari 1957 BKRD menyatakan Keresidenan Jambi menjadi Propinsi
8 Februari 1957 peresmian propinsi dan kantor gubernur di kediaman Residen
oleh Ketua Dewan Banteng. Pembentukan propinsi diperkuat oleh Keputusan
Dewan Menteri tanggal 1 Juli 1957, Undang-Undang Nomor 1 /1957 dan
Undang-Undang Darurat Nomor 19/1957 dan mengganti Undang-Undang
tersebut dengan Undang-Undang Nomor 61/1958.
1.4 MASA PROVINSI JAMBI
Gubernur Jambi:
1M. Joesoef Singedekane (1957-1967)
2H. Abdul Manap (Pejabat Gubernur 1967-1968)
3R.M. Noer Atmadibrata (1968-1974)
4Djamaluddin Tambunan, SH (1974-1979)
5Edy Sabara (Pejabat Gubernur 1979)
6Masjchun Sofwan, SH (1979-1989), Drs. H. Abdurrahman Sayoeti (Wakil
Gubernur)
7Drs. H. Abdurrahman Sayoeti (1989-1999), Musa (Wakil Gubernur), Drs. Hasip
Kalimudin Syam (Wakil Gubernur)
8DRS. H. Zulkifli Nurdin, MBA (1999-2005), Uteng Suryadiatna (Wakil
Gubernur), Drs. Hasip Kalimudin Syam (Wakil Gubernur)
9DR.Ir. H. Sudarsono H, SH, MA (Pejabat Gubernur 2005)
10 Drs. H. Zulkifli Nurdin, MBA (Gubernur 2005-2010), Drs. H. Antony Zeidra
Abidin (Wakil Gubernur 2005-2010)
11 Drs. H. Hasan Basri Agus, MM (Gubernur 2010-2015), Drs. H. Fachrori Umar,
M.Hum (Wakil Gubernur 2010-2015)
12 Dr. Ir. H. Irman, M.Si (Pejabat Gubernur 2015-2016)

1.5 VISI

- Terwujudnya Provinsi Jambi yang Tertib, Unggul, Nyaman, Tangguh, Adil dan
Sejahtera 2021 (JAMBI TUNTAS 2021)

1.6 MISI
1. Meningkatkan Tata Kelola Pemerintahan daerah yang bersih, transparan,
akuntabel dan partisipatif yang berorientasi pada pelayanan publik;
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang sehat, terdidik,
berbudaya, agamis dan berkesetaraan gender;
3. Menjaga situasi daerah yang kondusif, toleransi antar umat beragama dan
kesadaran hukum masyarakat;
4. Meningkatkan daya saing daerah melalui optimalisasi pembangunan
ekonomi kerakyatan yang didukung oleh penerapan ilmu pengetahuan,
teknologi dan inovasi (IPTEKIN) berwawasan lingkungan;
5. Meningkatkan aksebilitas dan kualitas infrastruktur umum, pengelolaan
energi dan sumber daya alam yang berkeadilan dan berkelanjutan;
6. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat

2. LETAK WILAYAH

2.1 LETAK WILAYAH DALAM PROVINSI JAMBI

Provinsi Jambi dibentuk berdasarkan Undang-Undang Darurat Nomor 19


tahun 1957, tentang Pembentukan Daerah-Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera
Barat, Jambi dan Riau, yang kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang
Nomor 61 tahun 1958 (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 112), yang terdiri
dari 5 Kabupaten dan 1 Kota. Pada tahun 1999, dilakukan pemekaran terhadap
beberapa wilayah administratif di Provinsi Jambi melalui Undang-undang Nomor
54 tahun 1999 tentang pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo,
Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Selanjutnya
melalui Undang-undang nomor 25 tahun 2008, tentang Pembentukan Kota Sungai
Penuh, sehingga sampai tahun 2010, secara administratif Provinsi Jambi menjadi
9 Kabupaten dan 2 Kota.

Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan


Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur sebagai
Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi sebagaimana telah di ubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2011, maka Gubernur juga berkewajiban
menyampaikan informasi kegiatan yang dilaksanakan oleh Instansi Vertikal yang
berada pada wilayah Pemerintah Provinsi Jambi.

2.2 LETAK WILAYAH DAN TOPOGRAFI

Secara geografis Provinsi Jambi terletak pada 0o45-2o45 Lintang Selatan


dan 101o10-104o55 Bujur Timur di bagian tengah Pulau Sumatera, sebelah
Utara berbatasan dengan Provinsi Riau, Sebelah Timur dengan Laut Cina Selatan
Provinsi Kepulauan Riau, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera
Selatan dan sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat. Posisi
Provinsi Jambi cukup strategis karena langsung berhadapan dengan kawasan
pertumbuhan ekonomi yaitu IMS-GT (Indonesia, Malaysia, Singapura Growth
Triangle). Luas wilayah Provinsi Jambi sesuai dengan Undang-undang Nomor 19
tahun 1957, tentang Pembentukan Daerah-Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera
Barat, Jambi dan Riau, yang kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang
Nomor 61 tahun 1958 (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 112) adalah seluas
53.435,72 km2 dengan luas daratan 50.160,05 km2 dan luas perairan 3.274,95
Km2 yang terdiri atas :

1. Kabupaten Kerinci 3.355,27 Km2 (6,67%)


2. Kabupaten Bungo 4.659 Km2 (9,25%)
3. Kabupaten Merangin 7.679 Km2 (15,25%)
4. Kabupaten Sarolangun 6.184 Km2 (12,28%)
5. Kabupaten Batanghari 5.804 Km2 (11,53%)
6. Kabupaten Muaro Jambi 5.326 Km2 (10,58%)
7. Kabupaten Tanjab Barat 4.649,85 Km2 (9,24%)
8. Kabupaten Tanjab Timur 5.445 Km2 (10,82%)
9. Kabupaten Tebo 6.641 Km2 (13,19%)
10. Kota Jambi 205,43 Km2 (0,41%)
11. Kota Sungai Penuh 391,5 Km2 (0,78%)
Secara administratif, jumlah kecamatan dan desa/kelurahan di Provinsi Jambi
tahun 2010 sebanyak 131 Kecamatan dan 1.372 Desa/Kelurahan, dimana jumlah
Kecamatan dan Desa/Kelurahan terbanyak di Kabupaten Merangin yaitu 24
Kecamatan dan 212 Desa/Kelurahan.

Secara topografis, Provinsi Jambi terdiri atas 3 (tiga) kelompok variasi ketinggian
(Bappeda, 2010):
1. Daerah dataran rendah 0-100 m (69,1%), berada di wilayah timur sampai
tengah. Daerah dataran rendah ini terdapat di Kota Jambi, Kabupaten Tanjung
Jabung Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, sebagian Kabupaten
Batanghari, Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan
Kabupaten Merangin
2. Daerah dataran dengan ketinggian sedang 100-500 m (16,4%), pada
wilayah tengah. Daerah dengan ketinggian sedang ini terdapat di Kabupaten
Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin
serta sebagian Kabupaten Batanghari; dan
3. 3) Daerah dataran tinggi >500 m (14,5%), pada wilayah barat. Daerah
pegunungan ini terdapat di Kabupaten Kerinci, Kota Sungai Penuh serta
sebagian Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan
Kabupaten Merangin.

Provinsi Jambi memiliki topografi wilayah yang bervariasi mulai dari


ketinggian 0 meter dpl di bagian timur sampai pada ketingian di atas 1.000 meter
dpl, ke arah barat morfologi lahannya semakin tinggi dimana di bagian barat
merupakan kawasan pegunungan Bukit Barisan yang berbatasan dengan Provinsi
Bengkulu dan Sumatera Barat yang merupakan bagian dari kawasan Taman
Nasional Kerinci Seblat.
2.3 KLIMATOLOGI

Provinsi Jambi sebagai salah satu Provinsi di Sumatera yang terkenal


dengan iklim tropis dan kaya akan sumberdaya alam dan keanekaragaman hayati,
namun juga tetap menjadi kerentanan terjadi perubahan iklim. Gejala perubahan
iklim seperti kenaikan temperatur, perubahan intensitas dan periode hujan,
pergeseran musim hujan/kemarau, dan kenaikan muka air laut, akan mengancam
daya dukung lingkungan dan kegiatan seluruh sektor pembangunan.
Sepanjang tahun 2011, Provinsi Jambi memiliki karakteristik curah hujan
sedang dan lembab, sehingga Jambi termasuk daerah yang beriklim tropis. Rata-
rata curah hujan pada tahun 2010 mencapai 3.030 mm, sedangkan jumlah
penyinaran matahari 4,2 jam perhari dengan kelembaban udara rata-rata sebesar
97%. Suhu udara rata-rata mencapai 27 derajat Celsius, sedangkan untuk dataran
tinggi di Wilayah Barat mencapai 22 derajat celcius.

2.4 PENGGUNAAN LAHAN

Di luar hutan, penggunaan lahan Provinsi Jambi masih didominasi oleh


perkebunan karet dengan kontribusi sebesar 26,20%. Diikuti oleh perkebunan
sawit sebanyak 19,22%. Sisanya berturut-turut terlihat pada tabel 1.2 di bawah ini.

Sebagian besar lahan di Provinsi Jambi digunakan untuk kegiatan


budidaya pertanian, baik pertanian lahan sawah maupun pertanian lahan bukan
sawah. Berdasarkan karakter komplek ekologinya, perkembangan kawasan
budidaya khususnya untuk pertanian terbagi atas tiga daerah yaitu kelompok
ekologi hulu, tengah dan hilir. Masing-masing memiliki karakter khusus, dimana
pada komplek ekologi hulu merupakan daerah yang terdapat kawasan lindung,
ekologi tengah merupakan kawasan budidaya dengan ragam kegiatan yang sangat
bervariasi dan komplek ekologi hilir merupakan kawasan budidaya dengan
penerapan teknologi tata air untuk perikanan budidaya dan perikanan tangkap.

2.5 DEMOGRAFI PENDUDUK

Menurut BPS (2010), penduduk Provinsi Jambi tahun 2010 berjumlah


3.092.265 jiwa dengan tingkat kepadatan rata-rata sebesar 61,65 jiwa/km2 kecuali
Kota Jambi sebesar 2.588,99 jiwa/km2 dan Kota Sungai Penuh sebesar 210,20
jiwa/km2. Sebagaimana karakter ibukota Provinsi pada umumnya yaitu sebagai
pusat pemerintahan, industri dan perdagangan, maka Kota Jambi juga merupakan
daerah tujuan arus migrasi.
Dilihat dari posisi kewilayahan barat dan timur, maka prosentase distribusi
penduduk di kedua wilayah tersebut terlihat relative seimbang, yaitu 52% untuk
wilayah timur (Batanghari, Muaro Jambi, Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung
Timur dan Kota Jambi), dan 48% untuk wilayah barat (Kerinci, Sungai Penuh,
Merangin, Sarolangun, Bungo dan Tebo).
3. KEBUDAYAAN MELAYU JAMBI
Jauh sebelum abad masehi etnis melayu setelah mengembangkan suatu
corak kebudayaan melayu pra sejarah di wilayah pengunungan dan dataran tinggi.
Masyarakat pendukung kebudayaan melayu pra sejarah adalah suku Kerinci dan
suku Batin. Orang kerinci di perkirakan telah menepati caldera danau kerinci
sekitar tahun 10.000 SM sampai tahun 2000 SM. Suku Kerinci dan termasuk juga
suku Batin adalah suku tertua di Sumatera. Mereka telah mengembangkan
kebudayaan batu seperti kebudayaan Neolitikum.

Kehadiran agama buda sekitar abad 4 M telah mendorong lahir dan


berkembangnya suatu corak kebudayaan buddhis. Kebudayaan ini di
identifikasikan sebagai corak kebudayaan melayu kuno. Masyarakat pendukung
kebudayaan melayu buddis yang masih ada di Jambi adalah suku anak dalam
(kubu). Namun peningalan momental kebudayaan melayu Buddishis adalah
bangunan candi-candi yang tersebar dikawasan daerah aliran sungai (DAS)
batanghari, salah satu di antaranya ialah situs candi muara Jambi. Pada masa
kebudayaan buddhis sedang mengalami kemunduran sekitar abad 11-14 M, maka
bersamaan waktunya di daerah jambi mulai berkembang suatu corak kebudayaan
islam. Kehadiran Islam diperkirakan pada abad 7 M dan sekitar abad 11M Islam
mulai menyebar ke seluruh lapisan masyarakat pedalaman Jambi. Dalam
penyebaran Islam ini maka pulau berhala dipandang sebagai pulau yang sangat
penting dalam sejarah Islam di Jambi. Karena sejarah mencatat bahwa dari pulau
berhala itulah agama Islam disebarkan keseluruh pelosok daerah Jambi.
Kehadiran Islam ini membawa perubahan mendasar bagi kehidupan social/
masyarakat melayu Jambi. Agama Islam pelan-pelan tapi pasti, mulai mengeser
kebudayaan melayu buddhis sampai berkembangnya corak kebudayaan melayu
Islam.

Kebudayaan daerah tidak lain adalah kebudayaan yang tumbuh dan


berkembang di tengah-tengah masyarakat local sebagai pendukungnya.
Sedangkan yang dimaksud dengan kebudayaan melayu jambi adalah kebudayaan
yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah etnis melayu Jambi.

Berdasarkan cerita rakyat setempat, nama Jambi berasal dari perkataan


jambe yang berarti pinang. Nama ini ada hubungannya dengan sebuah
legenda yang hidup dalam masyarakat, yaitu legenda mengenai Raja Putri Selaras
Pinang Masak, yang ada kaitannya dengan asal-usul provinsi Jambi.

Penduduk asli Provinsi Jambi terdiri dari beberapa suku bangsa, antara
lain Melayu Jambi, Batin, Kerinci, Penghulu, Pindah, Anak Dalam (Kubu), dan
Bajau. Suku bangsa yang disebutkan pertama merupakan penduduk mayoritas dari
keseluruhan penduduk Jambi, yang bermukim di sepanjang dan sekitar pinggiran
sungai Batanghari.

Suku Kubu atau Anak Dalam dianggap sebagai suku tertua di Jambi,
karena telah menetap terlebih dahulu sebelum kedatangan suku-suku yang lain.
Mereka diperkirakan merupakan keturunan prajurit-prajurit Minangkabau yang
bermaksud memperluas daerah ke Jambi. Ada sementara informasi yang
menyatakan bahwa suku ini merupakan keturunan dari percampuran suku Wedda
dengan suku Negrito, yang kemudian disebut sebagai suku Weddoid.

Orang Anak Dalam dibedakan atas suku yang jinak dan liar. Sebutan ji-
nak diberikan kepada golongan yang telah dimasyarakatkan, memiliki tempat
tinggal yang tetap, dan telah mengenal tata cara pertanian. Sedangkan yang
disebut liar adalah mereka yang masih berkeliaran di hutan-hutan dan tidak
memiliki tempat tinggal tetap, belum mengenal sistem bercocok tanam, serta
komunikasi dengan dunia luar sama sekali masih tertutup.

Suku-suku bangsa di Jambi pada umumnya bermukim di daerah pedesaan


dengan pola yang mengelompok. Mereka yang hidup menetap tergabung dalam
beberapa larik (kumpulan rumah panjang beserta pekarangannya). Setiap desa
dipimpin oleh seorang kepala desa (Rio), dibantu oleh mangku, canang, dan tua-
tua tengganai (dewan desa). Mereka inilah yang bertugas mengambil keputusan
yang menyangkut kepentingan hidup masyarakat desa.

Strata Sosial masyarakat di Jambi tidak mempunyai suatu konsepsi yang


jelas tentang sistem pelapisan sosial dalam masyarakat. Oleh sebab itu jarang
bahkan tidak pernah terdengar istilah-istilah atau gelar-gelar tertentu untuk
menyebut lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat. Mereka hanya mengenal
sebutan-sebutan yang kabur untuk menunjukkan status seseorang, seperti orang
pintar, orang kaya, orang kampung dsb.

3.1 Pakaian

Pada awalnya masyarakat pedesaan mengenal pakaian sehari-hari berupa kain


dan baju tanpa lengan. Akan tetapi setelah mengalami proses akulturasi dengan
berbagai kebudayaan, pakaian sehari-hari yang dikenakan kaum wanita berupa
baju kurung dan selendang yang dililitkan di kepala sebagai penutup kepala.
Sedangkan kaum pria mengenakan celana setengah ruas yang menggelembung
pada bagian betisnya dan umumnya berwarna hitam, sehingga dapat leluasa
bergerak dalam melakukan pekerjaan sehari-hari. Pakaian untuk kaum pria ini
dilengkapi dengan kopiah.

4. MATA PENCAHARIAN
Mata pencaharian masyarakat Jambi adalah bertani, berjualan, panen
getah dan melaut Di Jambi sendiri kebanyakan daerahnya adalah berupa hutan.
Sehingga mata pencaharian mereka didominasi oleh para petani biasanya pula
mereka yang bertani berasal dari pedesaan. Dalam hal bertani, sama seperti kota-
kota lainnya yang terletak di daratan rendah, adalah bertanam padi pada lahan
kosong. Sedangkan dalam hal melaut, mencari ikan di sungai merupakan mata
pencaharian tambahan, begitu juga mencari dalam hal mencari hasil hutan.

Usaha-usaha tambahan ini biasanya dilakukan sambil menunggu panen


atau menunggu musim tanam berikutnya. Karena di Jambi sendiri juga dihuni
oleh masyarakat keturunan TiongHua, maka di zaman sekarang ini banyak pula
warga masyarakat kaeturunan Cina di Jambi yang mencari pendapatan melalui
proses berdagang. Ada yang berdagang mas, berdagang sembako dan adapula
yang berdagang bahan-bahan material.

Orang jambi tradisional menamai tempat mereka bertani diantaranya


adalah:
a. Sawah
Terdapat tiga model sawah yaitu:
1. Sawah payau
Adalah sawah yang dibuat di atas sebidang tanah yang secara alamiah
telah mendapat air dari suatu sumber air, atau tanahnya sendiri telah
mengandung air
2. Sawah tadah hujan
Adalah sebidang tanah kering yang diolah dengan mengunakan
cangkul atau bajak yang diberi galangan atau pematang sedangkan
pengairannya sangat tergantung pada hujan
3. Sawah irigasi
Adalah sejenis tanah yang digarap dengan sistem irigasi, tanah ini
diolah dengan cara memakai sumber air dari mata air atau sungai.

b. Ladang
Ada dua macam ladang yaitu:
1. Umo renah
Adalah ladang yang cukup luas yang terbentang pada sebidang tanah
yang subur dan rata. Tanah tersebut terdapat di pingir-pingir sungai
dan dilereng-lereng bukit yang mendatar.
2. Umo talang
Adalah ladang yang dibuat orang di dalam hutan belukar yang
letaknya jauh dari pedesaan, dan biasanya pada umo talang orang akan
membuat pondok yang biasa digunakan untuk menungu panen tiba.

Ternyata dalam mereka melakukan hal dalam mata pencaharian ada


memiliki adat istiadat yang digunakan, contoh dalam anak undang nan dua belas
terdapat ayat yang menyatakan seperti ini, umo berkandang siang, ternak
berkandang malam. Yang memiliki arti adalah para petani harus menjaga sawah
atau tanamannya pada siang hari, bagi yang punya kerbau mengurung pada malam
hari. Dan apabila tanaman padi petani dimakan atau dirusak pada sinag hari maka
pemilik ternak tidak dapat diminta ganti rugi, namun bila tanamannya dirusak
pada malam hari maka pemilik ternak dapat dimintai ganti rugi. dalam mengolah
tanah orang jambi juga mengunakan cara yang tradisional seperti pengunaan
kincir air sebagai sistem perairan, cangkul, sabit, parang serta bajak kerbau.

Sedangkan penduduk daerah jambi terutama yang bermukim di sepanjang


bantalan sungai batanghari dan anak sungainya agaknya memahami benar bahwa
air itu adalah sumber kehidupan. Sehinga umumnya penduduk ini bermata
pencaharian sebagai nelayan oleh karena itu dikenal perkampungan nelayan
adalah perkampungan yang berada di pingir pantai dan di pingir sungai
batanghari. Oleh karena itu, hampir setiap rumah penduduk di daerah ini memiliki
alat penangkapan ikan tradisional yang dikenal dengan: tanguk, sauk, jalo,
mentaben, guntang, geruguh, lukah, serkap, jelujur, onak, saruo, tamban, rawai,
tiruk, lulung, pukat hanyut, lenggian, sangkar ikan. Yang pada umumnya di buat
sendiri dengan mengunakan bahan-bahan yang tersedia dengan cara dan bentuk
yang tradisional.

Perangko Republik Indonesia bertema Provinsi Jambi (2010).

Dengan kondisi suhu udara berkisar antara 23 C sampai dengan 31 C


dan luas wilayah 53,435 km2 di antaranya sekitar 60% lahan merupakan kawasan
perkebunan dan kehutanan yang menjadikan kawasan ini merupakan salah satu
penghasil produk perkebunan dan kehutanan utama di wilayah Sumatera. Kelapa
sawit dan karet menjadi tanaman perkebunan primadona dengan luas lahan
perkebunan kelapa sawit mencapai 400.168 hektare serta karet mencapai 595.473
hektare. Sementara itu, nilai produksi kelapa sawit sebesari 898,24 ribu ton
pertahun. Hasil perkebunan lainnya adalah karet, dengan jumlah produksi 240,146
ribu ton per tahun, kelapa dalam (virgin coconut) 119,34 ribu ton per tahun,
casiavera 69,65 ribu ton per tahun, serta teh 5,6 ribu ton per tahun. Sementara
produksi sektor pertanian yang dihasilkan oleh kawasan bagian barat Provinsi
Jambi yaitu beras kerinci, kentang, kol/kubis, tomat dan kedele.

Potensi kekayaan alam di Provinsi Jambi adalah minyak bumi, gas


bumi, batubara dan timah putih. Jumlah potensi minyak bumi Provinsi Jambi
mencapai 1.270,96 juta m3 dan gas 3.572,44 miliar m3. Daerah cadangan minyak
bumi utama di struktur Kenali Asam, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten
Batanghari dengan jumlah cadangan minyak 408,99 juta barrel. Sedangkan
cadangan gas bumi utama di Struktur Muara Bulian, Kecamatan Muara
Bulian, Kabupaten Muaro Jambi dengan jumlah cadangan 2.185,73 miliar m3.

4.1 Potensi Ekonomi

a) Minyak bumi

Cadangan minyak bumi Provinsi Jambi sebesar 1.270,96 juta m3. Cadangan
minyak bumi antara lain terdapat di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, struktur
Kenali Asam, Kecamatan Jambi Luar Kota dan Kabupaten Batanghari.

b) Gas bumi

Cadangan gas bumi Provinsi Jambi sebesar 3.572,44 miliar m3. Cadangan
tersebut sebagian besar terdapat di Struktur Muara Bulian, Kecamatan Muara
Bulian, Kabupaten Muara Jambi dengan jumlah cadangan 2.185,73 miliar m3.

c) Batu bara

Cadangan batubara Provinsi Jambi sebesar 18 juta ton, yang merupakan


batubara kelas kalori sedang yang cocok digunakan sebagai pembangkit tenaga
listrik. Cadangan terbesar dijumpai di Kabupaten Muara Bungo.

d) Perkebunan
Komoditas perkebunan yang sangat dominan adalah Karet dan Kelapa Sawit.
Hal ini didukung dengan program Pemerintah Derah Provinsi Jambi yaitu
Pengembangan Kelapa Sawit Sejuta Hektar serta Replanting Karet. Selain itu,
casiavera juga banyak dibudidayakan terutama di daerah Kerinci.

5. KERAJINAN

Provinsi Jambi sangat kaya akan kerajinan daerah, salah satu bentuk
kerajinan daerahnya adalah:

a. Anyaman
anyaman yang berkembang dalam bentuk aneka ragam. Kerajinan anyaman
di buat dari daun pandan, daun rasau, rumput laut, batang rumput resam, rotan,
daun kelapa, daun nipah, dan daun rumbia. Hasil anyaman ini bermacammacam,
mulai dari bakul, sumpit, ambung, katangkatang, tikar, kajang, atap, ketupat,
tudung saji, tudung kepala dan alat penangkap ikan yang disebut Sempirai,
Pangilo, lukah dan sebagainya.

b. Tenun dan batik motif flora


Tenun dntenun yang sangat terkenal, yaitu tenunan dan batik motif flora.
Batik biasa kita tau kebanyakan berasal dari pulau Jawa. Namun sesungguhnya
seni batik itu tak hanya berada di pulau Jawa saja, beberapa daerah di Sumatera
pun juga memiliki seni batik tersendiri. Ini terbukti banyaknya hasil batik yang di
hasilkan dari Jambi, baik buatan pabrik maupun produksi rumah tangga. Produk
batik dapat berkembang hingga sampai pada suatu tingkatan yang membanggakan
baik desain maupun prosesnya. Begitu pula dengan batik yang ada tumbuh dan
berkembang di daerah Jambi.

Pada zaman dahulu batik Jambi hanya dipakai sebagai pakaian adat bagi
kaum bangsawan/raja Melayu Jambi. Hal ini berawal pada tahun 1875, Haji
Muhibat beserta keluarga datang dari Jawa Tengah untuk menetap di Jambi dan
memperkenalkan pengolahan batik. Motif batik yang diterapkan pada waktu itu
berupa motif motif ragam hias seperti terlihat pada ukiran rumah adat Jambi dan
pada pakaian pengantin, motif ini masih dalam jumlah yang terbatas. Penggunaan
motif batik Jambi, pada dasarnya sejak dahulu tidak dikaitkan dengan pembagian
kasta menurut adat, namun sebagai produk yang masih eksklusif pemakaiannya
dan masih terbatas di lingkungan istana.

Dengan berkembangnya waktu, motif yang dipakai oleh para raja dan
keluarganya saat ini tidak dilarang digunakan oleh rakyat biasa. Keadaan ini
menambah pesatnya permintaan akan kain batik sehingga berkembanglah industri
kecil rumah tangga yang mengelola batik secara sederhana.

Perkembangan batik sempat terputus beberapa tahun, dan pertengahan


tahun 70-an ditemukan beberapa lembar batik kuno yang dimiliki oleh salah
seorang pengusaha wanita Ibu Ratu Mas Hadijah dan dari sanalah batik Jambi
mulai digalakkan kembali pengembangannya. Salah seorang ibu yang turut juga
membantu perkembangan pembatikan di Jambi adalah Ibu Zainab dan Ibu Asmah
yang mempunyai keterampilan membatik di Seberang Kota.

Pada mulanya pewarnaan batik Jambi masih menggunakan bahan-bahan


alami dari tumbuh-tumbuhan yang terdapat di dalam hutan daerah Jambi, seperti :

1. Kayu Sepang menghasilkan warna kuning kemerahan.


2. Kayu Ramelang menghasilkan warna merah kecokelatan.
3. Kayu Lambato menghasilkan warna kuning.
4. Kayu Nilo menghasilkan warna biru.
Warna-warna tersebut merupakan warna tradisional batik Jambi, yang
mempunyai daya pesona khas yang berbeda dari pewarna kimia.

c. Ukir kayu betung


Merupakan kerajinan ukir kayu yang terdapat di Desa Betung. Kabupaten
Batanghari. Para pengrajin memanfaatkan produk kayu hutan yang banyak
terdapat di Jambi. Jenis kayu yang banyak dipakai sebagai bahan baku adalah
rengas, meranti dan jelutung. Sebagian besar produknya untuk perabot rumah
tangga seperti meja, kursi dan tempat tidur.

6. KESENIAN
Di Provinsi Jambi yang terkenal antara lain Batanghari, Kipas perentak,
Rangguk, Sekapur sirih, Selampit delapan, Serentak Satang.

Upacara adat yang masih dilestarikan antara lain Upacara Lingkaran Hidup
Manusia, Kelahiran, Masa Dewasa, Perkawinan, Berusik sirih bergurau pinang,
Duduk bertuik, tegak betanyo, ikat buatan janji semayo, Ulur antar serah terimo
pusako dan Kematian

Filsafat Hidup Masyarakat Setempat: Sepucuk jambi sembilan lurah, batangnyo


alam rajo.

Mengenai seni dapat di bagi kedalam:


a. seni tari

Seni tari daerah Jambi cukup banyak ragam serta coraknya, dimana pada
tiap-tiap daerah mempunyai ciri sesuai dengan keadaan daerah serta suku dalam
kelompok masyarakat adat yang bersangkutan. Dari sekian banyak corak dan
ragamnya seni tari daerah Jambi, namun sudah banyak pula yang hampir tidak
dikenal bahkan dilupakan oleh lingkungan masyarakat yang bersangkutan.
Beberapa seni tari yang dikenal di Provinsi Jambi, yaitu:

i) Kota Jambi
Tari Sekapur Sirih
Tari ini diciptakan oleh Firdaus Chatab pada tahun 1962, kemudian
ditata ulang oleh OK Hendri BBA pada tahun 1967. tari ini digunakan
untuk menyambut tamu yang dihormati sebagai ungkapan rasa putih hati
dalam menyambut tamu, dan ditarikan oleh penari remaja putri
Tari Dana Sarah
Tari ini berasal dari pelayangan, yang sudah dimodifikasi yang
berasal dari Seberang Kota Jambi. Penciptanya tidak dikenal dan ditata
ulang oleh Abdul Aziz pada tahun 1984. Tari ini digunkan sebagai sarana
dalam penyebaran agama islam, yang ditarikan oleh penari putra dan putri.
Tari Serengkuh Dayung
Tari Ini penciptanya tidak diketahui, namun telah ditata ulang oleh
Aini Rozak pada tahun 1990. tarian ini menggambarkan tentang perasaan
searah setujuan, kebersamaan di dalam segala sesuatunya, dan ditarikan
hanya oleh penari putri.

ii) Kabupaten Batang Hari dan Kabupaten Muaro Jambi


Tari Piring Jambi
Tari ini berasal dari Muara Tembesi yang diciptakan oleh Abdul
Manan, kemudian ditata ulang oleh OK Hendri pada tahun 1970. Tarian ini
menggambarkan kelincahan muda mudi dalam memainkan piring dan
ditarikan oleh penari putra dan putri.
Tari Baselang
Pencipta tarian ini tidak dikenal, kemudian ditata ulang oleh
Darwan Asri Tahun 1977. Tarian ini menceritakan tentang semangat
kegotongroyongan masyarakat desa dan ditarikan oleh penari putra dan
putri.

iii) Kabupaten Tanjung Jabung Barat & Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Tari Inai
Penciptanya tidak dikenal, kemudian ditata ulang oleh M.Arsyad
dan Zainuddin pada tahun 1992. tarian ini untuk menghibur mempelai
wanita yang sedang memasang inai dimalam hari, sebelum duduk
dipelaminan, dan tarian ini ditarikan oleh remaja putra dan putri.
Tari Sumbun
Pencipta tarian ini tidak dkenal, kemudian ditata ulang pada tahun
1989 oleh Rukiah Effendi. Tarian ini menggambarkan para nelayan yang
sedang mencari sumbun ditepian pantai dengan lincahnya, ia memasukkan
obat dalam sumbun. Tarian ini ditarikan hanya oleh penari putri.
Tari Japin Rantau
Tari ini diciptakan oleh Darwan Asri dan ditata ulang tahun 1986
oleh Darwan Asri. Tarian ini menggambarkan prikehidupan masyarakat
dipesisir pantai, dan ditarikan oleh remaja putri.

iv) Kabupaten Bungo & Kabupaten Tebo


Tari Putri Teluk Kembang
Pencipta tarian ini tidak dikenal, dan tarian ini menggambatkan
tentang keakraban kehidupan masyarakat , dan ditarikan oleh penari putri.

Tari Cucu Ungko


Pencipta tarian ini tidak dikenal, dan tarian ini menggambarkan
tentang usaha masyarakat dalam menangkap binatang yang digemarinya.
Tarian ini ditarikan oleh penari putra dan putri.
Tari Tauh
Pencipta tari ini tidak dikenal, tarian ini menggambarkan tentang
kegembiraan muda mudi, dan ditarikan oleh penari putra dan putri.

v) Kabupaten Sarolangun & Kabupaten Bangko


Tari Kisan
Penciptanya tidak dikenal dan ditata ulang oleh Daswar Edi pada
tahun 1980 dan Darwan Asri tahun 1983. tarian ini menggambarkan
kegiatan masyarakat dalam mengolah padi menjadi beras, dan tarian ini
dibawakan oleh penari remaja putri.
Tari Kromong
Pencipta tarian ini tidak dikenal, dan tarian ini menceritakan
bagaimana wanita berhias, dan dibawakan oleh penari putri
Tari Mengatur Berentak
Pencipta tarian ini tidak dikenal, dan kemudian ditata ulang oleh
Zakaria pada tahun 1970. Tarian ini menggambarkan kegotongroyongan
dalam menggarap sawah dan dibawakan oleh penari putri.

f) Kabupaten Kerinci
Tari Mandi Taman
Penciptanya tidak dikenal dan ditata ulang oelh Baharudin BY
pada tahun 1979. Tarian ini menggambarkan rasa syukur ketika membawa
anak turun mandi, yang dibawakan oleh penari putri.
Tari Rangguk
Penciptanya tidak dikenal, ditata ulang oleh Iskandar Zakaria tahun
1977. Tarian ini biasa ditarikan untuk menyambut tamu yang datang
berkunjung, dan dibawakan oleh penari putri.
Tari Rangguk Ayak
Pencipta tari ini tidak dikenal dan kemudian ditata ulang oleh Don
Alwizar. Tari ini menggambarkan kegembiraan sehabis panen dan ditarikan
oleh penari putri)

tari rentak kudo


tari ini sangat populer di masyarakat Kerinci. Tari Rentak
Kudo adalah tarian kesenian khas budaya asli masyarakat Kerinci yang
berasal dari daerah Hamparan Rawang Kabupaten Kerinci, Jambi yang
banyak diminati kalangan masyarakat di Kabupaten Kerinci.

Tarian ini dikenal sebagai "Rentak Kudo" karena gerakannya yang


menghentak-hentak seperti kuda. Tarian ini ditarikan di dalam perayaan
yang dianggap sangat sakral oleh masyarakat Kerinci. Tingginya
penghormatan terhadap perayaan seni dan budaya Kerinci ini pada zaman
dahulu sangat kuat sehingga dipercaya bahwa dalam setiap pementasan seni
budaya ini getaran dan hentakan tari Rantak Kudo bisa terasa hingga jarak
yang sangat jauh dari lokasi pementasan. Tarian ini dipersembahkan untuk
merayakan hasil panen pertanian di daerah Kerinci yang secara umum
adalah beras (padi) dan dilangsungkan berhari-hari tanpa henti. Kadang bila
dilanda musim kemarau yang panjang, masyarakat Kerinci juga akan
mementaskan kesenian ini untuk berdoa kepada Yang Maha Kuasa (menurut
kepercayaan mereka masing-masing). Tujuan dari pementasan tari ini
umumnya adalah untuk melestarikan pertanian dan kemakmuran
masyarakat, untuk menunjukkan rasa syukur masyarakat Kerinci baik dalam
musim subur maupun dalam musim kemarau untuk memohon berkah hujan
sakral oleh masyarakat Kerinci. Tingginya penghormatan terhadap perayaan
seni dan budaya Kerinci ini pada zaman dahulu sangat kuat sehingga
dipercaya bahwa dalam setiap pementasan seni budaya ini getaran dan
hentakan tari Rantak Kudo bisa terasa hingga jarak yang sangat jauh dari
lokasi pementasan.

Namun pada saat sekarang tari rantak kudo sudah umum dipakai,
bahkan acara/ resepsi pernikahan pun tari rantak kudo ini sering digunakan
di kalangan masyarakat untuk suatu hiburan di suatu pernikahan

b. seni musik dan teater

1) kelintang kayu

merupakan alat musik pukul khas Provinsi Jambi yang terbuat dari kayu.
Dalam memainkannya beriringan dengan alat musik talempong, gendang dan
akordion. Pada zaman jayanya alat musik ini dimainkan untuk kalangan
bangsawan. Dalam pertunjukannya didendangkan syair lagu-lagu betuah dan
tarian khas Jambi.

2) Hadrah
Merupakan jenis kesenian jambi yang bernuansa islami, kesenian ini
mengunakan terbang atau rebana sebagai alat musiknya. Alat-alat tersebut ditabuh
dan disertai nyanyian dalam bahasa Arab, hadrah sering digunakan untuk
mengiringi pengantin pria, menyambut tamu dan acara-acara agama islam.

3) Dul muluk
Merupakan seni teater yang berkembang di kota Jambi dan Batanghari.
Kesenian ini sudah jarang ditampilkan. Sumber cerita berasal dari sahibul hikayat,
satu kekhasan dari pertunjukan ini adalah pada bagian tengah pangung
ditempatkan satu meja.
Para pelakon beradegan setelah pelakon berdialog atau bernyanyi, mereka
memukul meja dengan mengunakan sebatang tongkat seiring irama musik. Pada
bagian tertentu ada tarian yang mengikutsertakan penonton sehinga membuat
suasana semakin meriah.

4) Krinok
Adalah pepatah petitih yang isinya berupa pantun nasehat,agama, kasih
sayang kepahlawanan dan lain-lain. Dibawakan oleh seseorang dengan cara
bersenandung, sedangkan musiknya pada awalnya hanya mengunakan vocal yang
dilakukan oleh si pengkrinok (orang yang bersenandung). Oleh masyarakat petani
ladang/petani sawah yang umumnya berdomisili di daerah dataran
rendah,kesenian rakyat (musik krinok) ini biasanya dilakukan setelah mereka usai
menjalankan aktivitas pertaniannya. Dimaksudkan untuk mengatasi kejenuhan,
pelepas lelah atau sebagai pelipur lara. Disamping itu sering juga dilaksanakan
pada saat menunggu hasil panen, sambil menjaga tanaman mereka dari serangan
burung, tikus, babi, dan lain-lain. Bila sudah tiba saatnya panen biasanya pada
malam harinya mereka mengadakan pertemuan di suatu tempat yang telah
ditentukan untuk melangsungkan acara krinok-an. Acara ini akan dihadiri oleh
ibu-ibu dengan membawa anak gadisnya, juga dihadiri oleh sejumlah anak-anak
bujang, selama acara berlangsung, bujang/gadis saling melempar pantun. Pantun-
pantun tersebut diungkapkan secara bersenandung yang disebut krinok. Tradisi
semacam ini sampai sekarang masih dilakukan oleh masyakat setempat, seperti
yang penuh diamati di Dusun Rantau Pandan yang jaraknya lebih kurang 40 km
dari pusat kota Muoro Bungo.

c. Seni Sastra
Salah satu seni sastra yang berkembang di Jambi yaitu sastra Lisan
Kerinci. Seni ini berkembang dalam budaya masyarakat kerinci. Bentuk-
bentuknya antara lain puisi, pantun, prosa, prossa liris dan kunaung-kunaung
adalah merupakan perpaduan cerita lagu dan ekspresi penceritanya. Pada
umumnya cerita berisi nasihat, pendidikan moral, petuah, kisah-kisah rakyat dan
pelipur lara.

BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN

Jambi adalah salah satu suku di Indonesia yang terletak di kepulauan


Sumatra. Banyak yang tidak mengetahui bahwa Jambi juga mempunyai banyak
hal-hal menarik yang dapat dijadikan berita utama, tetapi amat disayangkan
bahwa yang sering sekali di ekplorasi adalah wilayah-wilayah tetangganya; seperti
Sumatra Barat (Padang) dan Sumatra Utara (Batak).

Provinsi Jambi yang memiliki penghuni berlatar Melayu. Memilki


kebudayaan yang sangat khas. Merupakan pengaruhnya adalah latar belakang
sejarah jambi itu sendiri. Ada berbagai unsur kebudayaan yang dirasa perlu untuk
dilestarikan. Sebagai bentuk kesadaran akan kebudayaan yang ada pada tanah air
kita, agar dapat bersaing dengan kebudayaan luar.

Kebudayaan melayu jambi berisikan perpaduan antara unsur budaya


melayu jambi antara lain animisme dan dinamisme, melayu buddhis dan unsur
budaya melayu Islam. Namun tidak menghilangkan ciri-ciri asli.

2. SARAN

Adapun saran yang dapat pemakalah berikan adalah kita sebagai


masyarakat Jambi bagaimana cara untuk melestarikan atau memperkenalkan
budaya Jambi itu sendiri, bahwa banyaknya terdapat unsur-unsur kebudayaan itu
sendiri yang sangat menarik dan bisa untuk dijadikan berita utama.
Baiklah, sebagai penutup tentu masih banyak terdapat kekurangan dalam
makalah ini, untuk itu kami merasa perlunya kritik dan saran yang membangun
untuk koreksi makalah ini, karena sesuatu itu terdapat kekurangan.

DAFTAR PUSTAKA :

- Fachruddin Saudagar.2003. Potensi Budaya Melayu Jambi Dalam Pengelolaan


Sumber Daya Perikanan.Jambi: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi.
- Mengenal Adat Jambi Dalan Perspektif Modern Penulis: H.Kemas Arsyad
Somad,SH.MH Tahun 2003
- http://guspalena.blogspot.com/2012/04/tari-rentak-kudo.html#more
- http://wennyastaria.blogspot.com/2009/04/kebudayaan-jambi.html
- http://www.indonesiabox.com/batik-jambi/ diakses 3 juni 2012
- www.wahanabudayaindonesia.com
- http://jambiprov.go.id/index.php

http://aufalcendekiawan.blogspot.co.id/2014/10/sumber-daya-alam-di-provinsi
jambi.html

- https://id.wikipedia.org/wiki/Jambi
- https://cahyowi.wordpress.com/2008/02/27/potensi-alam-jambi/

Anda mungkin juga menyukai