Anda di halaman 1dari 11

[dari lapangan]

CAGAR BUDAYA
KABUPATEN BINTAN,
PROVINSI KEPULAUAN RIAU**

FAUZAN AMRIL, S.Hum**

GAMBARAN UMUM KABUPATEN berkedudukan di Rengat dan diperintah oleh


BINTAN Asisten Residen (dibawah) perintah Residen.
Pada 1940 Keresidenan ini dijadikan
Kabupaten Bintan memiliki julukan Residente Riau dengan dicantumkan Afdelling
Kepulauan “Segantang Lada” hal ini Bengkalis (Sumatera Timur) dan sebelum
disebabkan oleh banyaknya pulau yang Tahun 1945–1949 berdasarkan Besluit
tersebar di Laut Cina Selatan. Letaknya yang Gubernur General Hindia Belanda tanggal 17
strategis yaitu berada di silang Laut Cina Juli 1947 Nomor 9 dibentuk daerah Zelf
Selatan dan Selat Malaka menjadikan Bintan Bestur (daerah Riau). Berdasarkan surat
telah dikenal beberapa abad yang silam tidak Keputusan delegasi Republik Indonesia,
hanya di nusantara tetapi juga di manca- Provinsi Sumatera Tengah tanggal 18 Mei
negara.Pada kurun waktu 1722-1911, 1950 Nomor 9/Depart. menggabungkan diri
terdapat dua Kerajaan Melayu yang berkuasa ke dalam Republik Indonesia dan Kepulauan
dan berdaulat yaitu Kerajaan Riau Lingga Riau diberi status daerah Otonom Tingkat II
yang pusat kerajaannya di Daik dan Kerajaan yang dikepalai oleh Bupati sebagai kepala
Melayu Riau di Pulau Bintan. Sebelum daerah dengan membawahi empat
ditandatanganinya Treaty of London kedua kewedanan sebagai berikut :
kerajaan ini dilebur menjadi satu, wilayah 1. Kewedanan Tanjungpinang meliputi
kekuasaannya tidak terbatas di Kepulauan wilayah kec. Bintan Selatan (termasuk
Riau saja tetapi meliputi daerah Johor dan kec. Bintan Timur, Galang,
Malaka, Singapura dan sebagaian kecil Tanjungpinang Barat dan Tanjungpinang
wilayah Indragiri Hilir dengan pusat Timur sekarang).
kerajaannya di Pulau Penyengat. 2. Kewedanan Karimun meliputi wilayah
Tahun 1911 setelah Sultan Riau Kec. Karimun, Kundur dan Moro.
meninggal, Pemerintah Hindia Belanda 3. Kewedanan Lingga meliputi wilayah Kec.
menempatkan orang-orangnya sebagai Lingga, Singkep dan Senayang.
Districh Thoarden untuk daerah yang besar 4. Kewedanan Pulau Tujuh meliputi wilayah
dan Onder Districh Thoarden untuk daerah Kec. Jemaja, Siantan, Midai, Serasan,
yang agak kecil. Pemerintah Hindia Belanda Tambelan, Bunguran Barat dan Bunguran
akhirnya menyatukan wilayah Riau Lingga Timur.
dengan Indragiri untuk dijadikan sebuah Kemudian berdasarkan Surat Kepu-
keresidenan yang dibagi menjadi dua tusan Nomor 26/K/1965 dengan mem-
Afdelling yaitu : Afdelling Tanjungpinang yang pedomani Instruksi Gubernur Riau tanggal 10
meliputi Kepulauan Riau-Lingga, Indragiri Hilir Februari 1964 Nomor 524/A/1964 dan
dan Kateman yang berkedudukan di Tanjung- Instruksi Nomor 16/V/19641 / 2 dan Surat
pinang dan sebagai penguasa ditunjuk Keputusan Gubernur Riau tanggal 9 Agustus
seorang Residen. Afdelling Indragiri yang 1964 Nomor UP/247/5/1965, tanggal 15

26
[dari lapangan]
Nopember 1965 Nomor UP/256/5/1965 meliputi 6 Kecamatan yaitu Bintan Utara,
menetapkan terhitung mulai 1 Januari 1966 Bintan Timur, Teluk Bintan, Gunung Kijang,
semua daerah Administratif kewedanaan Teluk Sebong dan Tambelan. Berdasarkan
dalam Kabupaten Kepulauan Riau dihapus- Peraturan Daerah Kabupaten Bintan nomor :
kan. Pada Tahun 1983, sesuai dengan 12 Tahun 2007 telah dibentuk 4
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun Kecamatanbaru sehingga saat ini Kabupaten
1983, telah dibentuk Kota Administratif Bintan memiliki 10 Kecamatan, yaitu
Tanjungpinang yang membawahi 2 (dua) Kecamatan Tuapaya hasil pemekaran dari
kecamatan yaitu Kecamatan Tanjungpinang Kecamatan Gunung Kijang, Kecamatan Bintan
Barat dan Kecamatan Tanjungpinang Timur, Pesisir dan Mantang adalah pemekaran dari
dan pada Tahun yang sama sesuai dengan Kecamatan Bintan Timur, Kecamatan Sri
Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1983 Kuala Lobam adalah hasil pemekaran
telah pula dibentuk Kotamadya Batam. Kecamatan Bintan Utara. Berikut ini ibukota
kecamatan di Kabupaten Bintan beserta luas
Dengan adanya pengembangan wilayah
wilayahnya:
tersebut, maka Batam tidak lagi menjadi
bagian Kabupaten Kepulauan Riau. 1. Teluk Bintan, Ibu Kota Tembeling dengan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 53 luas wilayah 419,10 Km2.
Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 13 2. Seri Kuala Lobam, Ibu kota Teluk Lobam,
Tahun 2000, Kabupaten Kepulauan Riau dengan luas wilayah 249,00 Km2.
dimekarkan menjadi 3 kabupaten yang terdiri 3. Bintan Utara, Ibu kota Tanjung Uban,
dari : Kabupaten Kepulauan Riau, Kabupaten dengan luas wilayah 265,00 Km2.
Karimun dan Kabupaten Natuna. Wilayah 4. Teluk Sebong, Ibu kota Sebong Lagoi,
Kabupaten Kepulauan Riau hanya meliputi 9 dengan luas wilayah 2.001,20 Km2.
kecamatan, yaitu :Singkep, Lingga, Senayang, 5. Bintan Timur, Ibu kota Kijang, dengan
Teluk Bintan, Bintan Utara, Bintan Timur, luas wilayah 133,50 Km2.
Tambelan, Tanjungpinang Barat dan 6. Bintan Pesisir, Ibu kota Kelong, dengan
Tanjungpinang Timur. Kec. Teluk Bintan luas wilayah 17.895,40 Km2.
merupakan hasil pemekaran dari Kec. Galang. 7. Gungun Kijang, Ibu kota Kawal, dengan
Sebagian wilayah Galang dicakup oleh Kota luas wilayah 6.502,25 Km2.
Batam. Kec. Teluk Bintan terdiri dari 5 desa 8. Mantang, Ibu kota Mantang, dengan luas
yaitu Pangkil, Pengujan, Penaga, Tembeling wilayah 1.009,01 Km2.
dan Bintan Buyu. 9. Toapaya, Ibu kota Toapaya, dengan luas
Kemudian dengan dikeluarkannya wilayah 159,00 Km2.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2001, Kota 10. Tambelan, Ibu kota Tambelan, dengan
Administratif Tanjungpinang berubah luas wilayah 59.084,00 Km2.
menjadi Kota Tanjungpinang yang statusnya
sama dengan Kabupaten. Sejalan dengan CAGAR BUDAYA DI KABUPATEN
perubahan administrasi wilayah pada akhir BINTAN
Tahun 2003, maka dilakukan pemekaran
1. Makam Datuk Bujuk
Kecamatan yaitu Kecamatan Bintan Utara
menjadi Kecamatan Teluk Sebong dan Bintan Datuk Bujuk dikenal sebagai salah
Utara. Kecamatan Lingga menjadi Kecamatan seorang tokoh penyebar agama Islam di
Lingga Utara dan Lingga. Pada akhir Tahun Bintan. Dalam menyebarkan agama Islam
2003 dibentuk Kabupaten Lingga sesuai beliau didampingi oleh adiknya yaitu Tuk Mbi
dengan Undang-Undang No. 31/2003, maka dan Tuk Kadi. Nama Bujuk diambil dari nama
dengan demikian wilayah Kabupaten Bintan sejenis ikan, disebutkan dalam sebuah kisah:

27
[dari lapangan]
“Pada zaman dahulu ada seorang anak raja nilai arkeologis yang cukup tinggi,
disitu. Suatu ketika anak raja itu minta sebagaimana halnya benda arkeologi yang
digambarkan patung ikan mas. Kemudian memiliki keistimewaan dalam hal keuni-
anak raja itu bermain-main di kolam. Entah kannya makam Datuk Bujuk yang nisannya
bagaimana agaknya anak tersebut jadi ikan terbuat dari batu alam tanpa pengolahan
bujuk.” tidak memperlihatkan keisti-mewaan dalam
segi bentuk nisannya.

Makam Datuk Bujuk


Makam Datuk Bujuk
Makam Datuk Bujuk terletak di dalam
kawasan situs Kota Kara, secara administratif Dari segi historis makam ini memang
terletak di Desa Bintan Buyu Kecamatan dianggap memiliki nilai yang penting bagi
Teluk Bintan. Makam ini berada di dalam sejarah masyarakat Bintan dalam hal ini
sebuah pagar terbuat dari bata berplester. memiliki keterkaitan dengan perkembangan
Bersama dengan makam Datuk Bujuk juga Islam di kerajaan Bentan. Suatu tinggalan
terdapat tiga buah makam lainnya. Makam masa lampau dapat dikategorikan sebagai
Datuk Bujuk terdiri dari jirat dan nisan, jirat cagar budaya apabila memenuhi kriteria:
pada makam Datuk Bujuk berupa bata  Berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih;
berplester yang dilapisi dengan kermik,  Mewakili masa gaya paling singkat
sedangkan nisannya terbuat dari bahan batu berusia 50 tahun;
tanpa ada pengerjaan hanya saja batu yang  Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu
dipergunakan sebagai nisannya memiliki pengetahuan, pendidikan, agama,
bentuk pipih. Makam lainnya tidak begitu dan/atau kebudayaan; dan
jelas tokoh yang dimakamkan, menurut  Memiliki nilai budaya bagi penguatan
informasi masyarakat setempat salah satu kepribadian bangsa.
dari tiga buah makam tersebut adalah (Undang-undang Cagar Budaya No 11
makam panglima dari Datuk Bujuk. Tahun 2010 Bab III Pasal 5)
Walaupun belum jelas keterkaitan Berdasarkan kriteria yang tercantum
antara Kota Kara dengan tokoh Datuk Bujuk, dalam undang-undang No 11 Tahun 2010,
namun masyarakat setempat menjadikan dari segi usia dan memiliki arti khusus bagi
tokoh ini sebagai salah satu tokoh yang sejarah, makam ini memang memenuhi
dikeramatkan yang berasal dari Kerajaan kriteria tetapi untuk dijadikan sebagai cagar
Bentan, tokoh ini merupakan salah satu budaya tingkat nasional memang belum
tokoh agama yang menyebarkan agam Islam memenuhi syarat, sebab kajian mengenai
di Kerajaan Bentan.Walaupun demikian sejrah dari tokoh Datuk Bujuk masih belum
secara arkeologis makam ini tidak memiliki jelas. Namun masih memungkinkan untuk

28
[dari lapangan]
menjadikan makam ini menjadi cagar budaya kepala berbentuk silinder dan nisan bagian
tingkat kabupaten, sebab memiliki arti bagi kaki berbentuk persegi. Selain makam
sejarah di Kabupaten Bintan. Laksamana Koja Hasan terdapat pula makam
lainnya yaitu makam istri dari Laksamana
2. Makam Laksamana Koja Hasan Koja Hasan yang bernama Tun Sirah binti
Hang Tuah nisan yang digunakan pada
Terletak di Jl. Wisata Air Terjun
makam Tun Sirah terbuat dari bahan batu
Kampung Bekapur/Gua, Desa Bintan Buyu,
dan memiliki bentik persegi baik nisan kepala
Kecamatan Teluk Bintan. Laksamana Koja
maupun kaki. Saat ini kedua makam tersebut
Hasan adalah Syeh Maulana Fadillah Khan
telah diberi pagar keliling yang terbuat dari
atau Sunan Gunung Jati. Beliau datang dari
pagar berbahan coran semen.
tanah Jawa untuk membantu Bentan dalam
berperang melawan Portugis. Makam ini memiliki arti sejarah bagi
Sebagaimana telah disebutkan di atas masyarakat setempat. Memperhatikan tokoh
beliau adalah salah satu dari Wali Songo yang yang disebutkan bahwa makam ini adalah
menyebarkan Islam di Pulau Jawa, tetapi makam seorang laksamana yang memiliki
kedatangannya ke Bentan bukan dalam nama sebenarnya yaitu Sunan Gunung Jati.
rangka menyebarkan ajaran Islam tetapi Sunan Gunung Jati adalah salah satu Wali
sebagai salah seorang laksamana yang akan Songo yang menyebarkan agama Islam di
membantu dalam peperangan melawan Pulau Jawa khususnya di wilayah Jawa Barat.
Portugis. Berdasarkan data pendataan yang Fakta ini masih perlu dikaji lebih dalam
lalu disebutkan bahwa makam ini adalah bagaimana keterlibatan Sunan Gunung Jati
makam Said Ahmad, tetapi setelah dilakukan yang memiliki nama Laksamana Koja Hasan
wawancara dengan Asyim salah satu tokoh dalam membantu perang melawan Portugis
pemuda di Kampung Bekapur, makam ini di kawasan Bintan, mengingat makam Sunan
adalah makam Laksamana Koja Hasan. Gunung Jati berlokasi di Cirebon. Besar
(informasi dari Asyim Sofyan Bin Ahmad). kemungkinan makam ini merupakan
penghargaan terhadap beliau yang turut
membantu perang melawan Portugis,
sehingga dibuatkanlah makam baginya.

Makam Laksamana Koja Hasan

Makam Laksamana Koja Hasan berada


Makam Laksamana Koja Hasan
di tepi jalan Wisata Air Terjun dan berada di
kaki Gunung Bintan. Makam Laksamana Koja Secara ketokohan, jika memang tokoh
Hasan terbuat dari bahan batu dan tidak ada ini adalah sebagaimana yang diceritakan oleh
pengerjaan terhadap batu tersebut. Orientasi masyarakat setempat, beliau adalah tokoh
makam adalah utara-selatan, nisan bagian yang tidak hanya dikenal pada wilayah Bintan

29
[dari lapangan]
saja tetapi juga dikenal secara nasional plesteran tersebut sebuah angka tahun yaitu
sebagai penyebar agama Islam. Namun hal ini tahun 1993.
masih perlu kajian mendalam berkaitan
Sedangkan nisan terbuat dari batu
dengan tokoh ini. Selain itu nisan yang
tanpa ada pengerjaan. Kurang lebih pada
digunakan secara arkeologis kurang memiliki
jarak 6 m ke arah barat ada sebuah makam
nilai sebab terbuat dari batu yang tidak diberi
lainnya yang menurut informasi dari Asyim
pengerjaan. Sehingga berdasarkan data-data
merupakan makam dari Nenek Sri Diawan
tersebut belum cukup kuat untuk menjadi-
namun tidak begitu jelas asal usul dari tokoh
kannya cagar budaya tingkat nasional,
tersebut.
paling mungkin makam ini dijadikan sebagai
cagar budaya tingkat kabupaten.

3. Makam Malim Dewa


Terletak di kaki Bukit Jakas dan saat ini
berada tidak jauh dari jalan lintas barat.
Secara administratif berada di Kampung
Bekapur/Bukit Jakas, Desa Bintan Buyu,
Kecamatan Teluk Bintan.Malim Dewa dikenal
dalam sebuah cerita legenda Malim Dewa-
Puteri Bungsu. Diceritakan bahwa dalam
upayanya mempersunting Putri Bungsu,
Malim Dewa harus melewati beberapa Makam Malim Dewa

episode sampai mencuri sanggul Putri


Secara arkeologis makam Malim Dewa
Bungsu.
tidak memiliki nilai arkeologis, batu nisannya
terbuat dari batu dan tidak memiliki
pengerjaan padanya. Keunikannya sebagai
benda arkeologis tidak terlihat pada batu
nisannya. Nilai keramat yang diberikan oleh
masyarakat sekitarlah yang menjadikan
makam ini penting bagi masyarakat disekitar.
Dari sudut pandang sejarah pun masih perlu
kajian yang mendalam berkaitan dengan
tokoh Malim Dewa. Sejauh ini Malim Dewa
dikenal dalam sebuah cerita legenda Malim
Dewa-Puteri Bungsu.
Makam Malim Dewa
Diceritakan bahwa dalam upayanya
Makam Malim Dewa berjarak kurang mempersunting Putri Bungsu, Malim Dewa
lebih 10 m dari tepi jalan Lintas Barat (jalan harus melewati beberapa episode sampai
lintas baru), tetapi untuk mencapainya harus mencuri sanggul Putri Bungsu. Atas dasar ini
melalui jalan memutar dengan jarak kurang cukup sulit untuk menentukan apakah layak
lebih 50 m. Makam Malim Dewa berupa jirat atau tidak makam ini dijadikan sebagai cagar
dan nisan yang terbuat dari batu. Jirat berupa budaya, namun jika memperhatikan nilai
batu yang disusun dan diberi perekat dengan penting yang diberikan oleh masyarakat
semen, perekat semen ini sudah dibuat maka makam ini dapat dijadikan sebagai
kemudian karena tertulis pada bagian cagar budaya tingkat kabupaten.

30
[dari lapangan]
4. Makam Nahkoda Ragam dan Nahkoda menemukan makam Nakhoda Ragam dan
Sekam Nakhoda Sekam. Nisan makam ini terbuat
dari bahan batu tanpa ada pengerjaan,
Nakhoda Ragam lebih dekat dengan
perbedaan dari nisan yang dimiliki oleh
nama salah satu tokoh yang berasal dari
kedua makam ini terletak dari ukurannya,
Brunai Darussalam yaitu Sultan Bolkiah,
makam Nakhoda Ragam memiliki ukuran
sultan Brunei ke-5 yang memerintah dalam
nisan yang lebih besar dibandingkan dengan
kurun waktu 1485-1524 M. Apakah yang
nisan Nakhoda Sekam.
dimaksud dengan Nakhoda Ragam pada
Kampung Bekapur di Desa Bintan Buyu,
Kabupaten Bintan adalah Nakhoda
Ragamyang juga berstatus sebagai sultan
masih perlu kajian lebih lanjut.

Makam Nahkoda Ragam dan Nahkoda Sekam

Terlepas dari sejarah kedua tokoh ini


yang masih perlu dikaji lebih lanjut, secara
arkeologis kedua makam ini kurang memiliki
nilai arkeologis. Yang memberi nilai lebih bagi
Makam Nahkoda Ragam dan Nahkoda Sekam
makam ini adalah kekeramatan yang
Nakhoda Sekam adalah salah seorang diberikan oleh masyarakat disekitar berkaitan
laksamana dari Raja Kecil, dalam sebuah dengan tokoh yang mereka yakini yaitu
peperangan diceritakan bahwa Raja Kecil Nakhoda Ragam dan Nakhoda Sekam. Walau
memerintahkan Laksamana Nakhoda Sekam demikian makam ini bisa dijadikan sebagai
untuk menyusul dan menawan Raja Abdul cagar budaya tingkat kabupaten.
Jalil. Dengan berat hati Nakhoda Sekam
5. Makam Tua (Hang Tuah)
melaksanakan perintah Raja Kecil, keesokan
harinya selesai sholat subuh Nakhoda Sekam Untuk mencapai lokasi dapat ditempuh
menebas leher Raja Abdul Jalil, sementara di dengan menggunakan kendaraan roda empat
perahu yang lain pasukan dari Nakhoda dan dua. Tetapi kendaraan bermotor tidak
Sekam menyerang anak-anak Raja Abdul Jalil dapat digunakan hingga tepat ke lokasi
yaitu Raja Sulaiman, Tengku Busu (istri Raja makam. Setelah menggunakan kendaraan
Kecil), Tengku Tengah, Raja Abdul Rachman, bermotor kita akan melanjutkan perjalanan
dan Raja Muhammad. dengan berjalan kaki sejauh 2 km.
Makam ini terletak di lereng Bukit Secara administratif berada di
Jakas, berjarak kurang lebih 400 m dari Kampung Nuyung, Desa Bintan Buyu,
makam Malim Dewa. Makam ini berada Kecamatan Teluk Bintan. Laksamana Hang
dalam satu jirat yang jirat ini merupakan jirat Tuah adalah seorang laksamana yang sangat
yang dibuat kemudian oleh masyarakat yang dikenal di Alam Melayu, namanya selalu

31
[dari lapangan]
dikaitkan dengan Pulai Bintan yang terkenal Secara tokoh, Hang Tuah memang
sebagai tempat asal dari sejumlah laksamana merupakan tokoh yang sangat dikenal di
wilayah Melayu. Tetapi secara arkeologis dari
makamnya yang ditemukan pada Kampung
Nuyung, Desa
Bekapur tidak
memperlihatkan
nilai arkeologi yang
cukup tinggi. Selain
itu makam Hang
Tuah juga
ditemukan di
Melaka Malaysia
yang menjadikan
Makam Tua (Hang Tuah)
keraguan terhadap Nisan Makam Tua (Hang Tuah)

Melaka. Perdebatan berkaitan dengan tokoh makam ini. Dimanakah letak makam Hang
Hang Tuah tidak saja mengenai lokasi Tuah yang sebenarnya masih perlu dilakukan
pemakamannya tetapi juga berkaitan dengan penelitian lebih lanjut.
asal muasalnya. Cerita pusaka orang Bintan
Walaupun demikian penghargaan
menyebutkan bahwa tempat asal Hang Tuah
masya-rakat terhadap tokoh Hang Tuah yang
terletak di daerah sungai Nujung/Nuyung/
memberikan tempat bagi makam Hang Tuah
Duyung di Pulau Bintan. Namun ada pula
di Kampung Nuyung sebagai tempat
yang menyebutkan bahwa asal Hang Tuah
kelahiran dari Hang Tuah merupakan nilai
adalah anak Raja Bujang di Sulawesi,
lebih bagi peninggalannya, sehingga makam
namanya sebenarnya adalah Daeng Mem-
ini dapat dijadikan sebagai cagar budaya
pawah. Beliau dibawa ke Melaka oleh Seri
untuk tingkat kabupaten.
Bija Pikrama dan Tun Sura Diraja pada masa
pemerintahan Sultan Mansyur Syah.
6. Makam Tuk Kepala Gendang (Mulia)
Makam Hang Tuah Menurut informasi dari Asyim salah
berada di tengah- seorang tokoh pemuda di Kampung Bekapur
tengah perkebunan adik dari Kepala Kampung Bekapur dan
duku dan durian merupakan salah satu penduduk asli di
milik masyarakat. daerah Nuyung yang dahulu bernama
Makam ini terdiri Duyung, tempat dimana makam Tuk Kepala
dari dua buah nisan Gendang ditemukan.
yang terbuat dari
Menurutnya kenapa tokoh ini disebut
batu alam tanpa ada
dengan nama Tuk Kepala Gendang karena
pengerjaan, sedang-
menurut ceritanya tokoh ini adalah orang
Nisan Makam Tua (Hang Tuah) kan jiratnya tidak
yang berasal dari Malaysia sedang mencari
ada namun sebagai pembatas makam atau
saudaranya, ketika dia tiba di daerah Nuyung
berfungsi sebagai jirat adalah diperguna-
dia menemukan pohon duku dan bermaksud
kannya tumbuhan sebagai batas-batasnya.
untuk memakannya, dan saat itu
Makam Hang Tuah ini terletak tidak jauh dari
terdengarlah suara gendang yang membuat
Makam Tuk Kepala Gendang yaitu sekitar 50
Tuk Kepala Gendang terkejut dan wafat
m ke arah barat daya dari makam Tuk Kepala
akibat tertancap ranting dari pohon duku.
Gendang.

32
[dari lapangan]
Makam Tuk Kepala Gendang berjarak Makam dengan nisan seperti ini sedikit
sekitar 50 m dari makam Hang Tuah tepatnya ditemukan pada wilayah Keplauan Riau hal
pada arah timur laut. ini menjadikan nilai arkeologis pada makam
Tuk Kepala Gendang menjadi cukup tinggi.
Nisan seperti ini banyak ditemukan
dibeberapa daerah di Indonesia, dan tipe
nisannya termasuk ke dalam tipe nisan Aceh,
dikenal pula dengan sebutan Batu Aceh yang
persebarannya hingga ke Semenanjung
Malaysia.

7. Makam Datuk Julung


Datuk Julung, kenapa disebut demikian
menurut informasi dari Bapak Husin, ketua
RT III di Kampung Rekoh, sebutan itu
Makam Tuk Kepala Gendang (Mulia)
diberikan karena beliau adalah orang
Makam ini memiliki nisan yang cukup pertama yang tiba di lokasi tersebut, beliau
istimewa, sebab tipe nisan yang digunakan adalah tokoh agama sekaligus juga adalah
termasuk ke dalam tipe nisan Aceh atau yang seorang panglima. Bersama dengan makam
dikenal dengan Batu Aceh. Batu nisannya Tuk Julung, dibagian depan dari makam
berbentuk persegi (slab), bagian kepala nisan terdapat dua buah makam lainnnya yang
berbentuk bunga lotus yang dipermukaannya dipercaya sebagai makam Hang Lekir dan
diberi motif sulur daun, bahu nisan ber- Hang Lekiu.
bentuk lengkung,
dan tubuh nisan
pada keempat sisi-
nya memiliki ins-
kripsi bertuliskan
huruf arab, pada
bagian kaki nisan
bagian atas kakinya
memiliki bentuk
profil genta dan di
sudut-sudutnya
terdapat motif bunga lotus.
Makam Datuk Julung
Terlepas dari benar atau tidaknya cerita
tersebut, makam ini memiliki keistimewaan Makam Datuk Julung memiliki ukuran
pada batu nisannya. Nisan makam Tuk Kepala yang panjang, jiratnya terbuat dari susunan
Gendang berbentuk persegi yang bagian bata berplester dan sepertinya jirat ini
kepalanya berbentuk bunga lotus, pundaknya merupakan jirat baru. Sedangkan nisannya
berbentuk lengkung, bagian tubuh berbentuk berbentuk silinder dan tipe nisan yang
persegi begitupula pada bagian kaki nisan- digunakan adalah tipe nisan yang umum
nya. Permukaan nisan ini diberi motif hias, digunakan di wilayah Riau dan Kepualauan
pada bagian kepala berupa motif hias floral, Riau. Tipe nisan seperti ini memang dekat
sedangkan pada permukaan tubuh nisan- dengan tipe nisan Aceh. Bahan nisan terbuat
nya terdapat inskripsi dengan huruf arab. dari batu granit.

33
[dari lapangan]
Dua makam lainnya yaitu makam Hang 8. Makam Tuk Penaung
Lekir dan Hang Lekiu berada di dalam satu
jirat yang tersusun dari bata berplester,
sedangkan nisan dari kedua makam ini

Makam Tuk Penaung

Datuk Penaung adalah tokoh ulama


dari Banten bersama dengan Datuk Julung,
Makam Datuk Julung
beliau adalah tokoh ulama yang tertua di
Bentan. Masyarakat menyebutnya dengan
terbuat dari batu alam tanpa ada pengerjaan. kata Bentan bukan Bintan karena ada
Dari segi tipologi nisannya memang tipe hubungannya dengan Banten.Arti dari kata
nisan seperti ini banyak ditemukan di wilayah penaung menurut masyarakat sekitar adalah
Kepulauan Riau, yang menjadi penilaian yang tua, sehingga dapat diartikan bahwa Tuk
terhadap makam ini selain makam sebagai Penaung adalah tokoh yang paling tua
benda adalah nilai sejarahnya. Tuk Julung diantara tokoh-tokoh yang dikeramatkan
oleh masyarakat setempat dipercaya sebagai oleh masyarakat di Kampung Rekoh.
tokoh yang pertama kali datang di tempat ini
dan statusnya sebagai panglima menjadikan
dirinya memperoleh tempat yang istimewa
bagi masyarakat di sekitar Kampung Rekoh.

Walaupun demikian
masih perlu dikaji
lebih dalam lagi
berkaitan dengan
tokoh ini. Tokoh ini
memang memiliki
peran penting bagi
masyarakat Makam Tuk Penaung

disekitar namun
Walupun demikian beliau tetap harus
belum cukup data
tunduk terhadap Tuk Julung karena dari segi
yang menyebutkan
kepangkatan Tuk Julung lah yang paling
perannya secara nasional setidaknya dalam
tinggi. Makam Tuk Penanung saat ini telah
perjalanan sejarah secara nasional, sehingga
diberi cungkup dan memiliki ukuran jirat yang
makam ini cukup dijadikan cagar budaya
cukup panjang. Jiratnya saat ini sudah
tingkat kabupaten.
direnovasi dengan menggunakan bata
berplester dan dibuat tinggi. Batu nisan
makam ini sudah diganti dengan nisan yang

34
[dari lapangan]
baru dan bentuk dari nisan pengganti satu buah makam yang sudah teregistrasi
tersebut tidak sama dengan bentuk nisan yang berlokasi di Pulau Tambelan, tidak
aslinya. Hal ini mengurangi nilai arkeologis dilakukan pengamatan terhadap makam ini
terhadap makam Tuk Penaung. karena alasan lokasi yang cukup jauh dan
permasalahan transportasi.
Makam Datuk Penaung berjarak kurang
lebih 200 m dari jalan masyarakat. Saat ini Delapan buah situs/cagar budaya yang
makam Datuk Penaung sudah diberi cungkup berhasil dilaukan inventarisasi pada kegiatan
dan jiratnya sudah ditinggikan, namun kali ini antara lain Makam Datuk Bujuk,
sayangnya batu nisan dari makam ini sudah Makam Laksamana Koja Hasan, Makam
diganti dengan nisan baru yang terbuat dari Malim Dewa, Makam Nakhoda Ragam dan
coran semen dengan bentuk yang berbeda Nakhoda Sekam, Makam Hang Tuah (Makam
dengan bentuk nisan aslinya. Batu nisan yang Tua), Makam Tuk Kepala Gendang (Mulia),
asli masih ada namun hanya tinggal satu Makam Tuk Julung, Makam Tuk Penaung.
buah dan diletakkan begitu saja di atas Walaupun mengalami kesulitan dalam
makam Datuk Penaung. Nisan yang asli melakukan identifikasi di lapangan tetapi
berbentuk silinder sama dengan bentuk nisan data tersebut telah berhasil diperoleh
yang digunakan pada makam Datuk Julung. dengan bantuan masyarakat setempat.
Beberapa lokasi yang berbeda antara
PENUTUP data registrasi dengan data di lapangan
antara lain Makam Said Ahmad, setelah
Tulisan ini merupakan ringkasan dari
dilakukan pencarian dan bertanya kepada
hasil pendataan cagar budaya kabupaten
masyarakat ternyata makam tersebut tidak
Bintan yang dilakukan pada tahun 2012.
ada namun berdasarkan alamatnya makam
Berdasarkan data yang dimiliki oleh BPCB
nama yang tepat adalah Makam Laksamana
Batusangkar jumlah situs/cagar budaya yang
Koja Hasan. Makam Nakhoda Ragam dan
telah teregistrasi berjumlah 20 buah, tetapi
Nakhoda Semang yang tercatat di data
data tersebut masih perlu diperbaiki
registrasi yang benar adalah makam Nakhoda
mengingat data yang diperoleh merupakan
Ragam dan Nakhoda Sekam, dan sebuah lagi
data awal yang masih perlu dikaji lagi.
adalah makam Beram Dewa yang benar
Dari kedua puluh situs/cagar budaya adalah makam Malim Dewa.
tersebut sembilan buah diantaranya sudah
dilakukan pendataan ulang melalui kegiatan DAFTAR PUSTAKA
pencagarbudayaan yang dilakukan oleh Aswandi Syahri & Dinas Pariwisata dan
Kelompok Kerja Perlindungan. Kesembilan Kebudayaan Kabupaten Bintan. 2009. Khazanah
situs/cagar budaya tersebut antara lain Situs Peninggalan Sejarah & Warisan Seni-Budaya
Bukit Kerang Kawal Darat, Kompleks Makam Kabupaten Bintan.
Marhum Bukitbatu, Makam Panjang, Makam Emi Rosman dan Fauzan Amril. Laporan
Sultan Ahmad, Makam Cik Santai (Datuk Pencagarbudayaan Kabupaten Bintan. Balai
Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar,
Pantar), Makam Tok Uke (Putri Cempa),
2012.
Sungai Tok Uke, Makam Sang Ye (Sang Setia),
http://id.wikipedia.org
Kawasan Kota Kara. http://ubaykhan.wordpress.com/2012/03/
Kemudian terdapat dua kali registrasi 23/profil-kabupaten-bintan
-------------------

terhadap Kompleks Makam Marhum * tulisan ini diolah dari Laporan Pencagarbudayaan Kabupaten
Bintan. Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar, 2012.
Bukitbatu, Makam Tok Uke (Putri Cempa), ** Penulis Kelompok Kerja Pemeliharaan Staf BPCB Prov. Sumatera
dan Makam Sang Setia. Selain itu terdapat Barat, Riau, dan Kepulauan Riau.

35
[dari lapangan]

36

Anda mungkin juga menyukai