Anda di halaman 1dari 1

SABTU-MINGGU 23-24 JANUARI 2021 11

Dibalik Belajar Daring Karya : Fauzya Tegar Razaki hari terakhir penilaian tengah semester. Adi menyelesaikannya dengan
Kumpulan Siswa SMAN 1 Padangpanjang sangat santai seperti biasanya. Adi tak pernah berpikir bahwa yang dia
lakukan adalah hal yang salah.
“Adi, hari ini hari terakhir penilaian tengah semester kamu kan?”
Puisi Indra Junaidi Tanpa disadari sudah banyak hari yang berlalu sia-sia. Kesulitan-
kesulitan terus berdatangan tanpa henti. Setiap orang berusaha bangkit dari
keterkepurukan pada masa-masa krisis ini. Namun, beberapa diantaranya
tanya Ita.
“Iya, ma,” jawab Adi singkat.
“Menurut kamu bagaimana hasilnya?” tanya Mama Ita lagi.
memutuskan untuk berhenti dan mengakhiri semuanya.
Berani Melangkah Semburat cahaya matahari menembus jendela di ruangan kecil itu. Dari
kejauhan terdengar teriakan nyaring seseorang memanggil nama anaknya.
“Maksudnya mama?” balas Adi balik bertanya.
“Hasil penilaian tengah semester kamu, menurut kamu kira-kira
Mendongak ke tawang Kebisingan pagi hari ini selalu terjadi setiap hari, tanpa ada absen sekalipun. bagaimana hasilnya?”
Antara jalanan dan jurang ”Adi… bangun!” teriak Ita, ibunya Adi. “Adi juga tidak tahu, ma. Beberapa soal memang ada yang sulit,”
Darahku menggamang Adi hanya menggeliat diatas kasurnya. Adi masih terlalu mengantuk jawab Adi lagi.
Nadiku menentang. dan tak ada sedikit pun niat untuk membuka matanya. “Gitu, ya. Ya sudah, kita sama-sama berdoa saja. Semoga nilai
Teriakan itu terus terdengar. Dengan wajah marah dan langkah kamu bagus seperti biasanya,” senyum Mama Ita sangat berharap pada Adi.
Memilih jalan pulang yang entah tergopoh-gopoh Ita berjalan ke kamar Adi. “I.. iya, ma,” kata Adi tergugu.
Ketika kumbang tak lagi kenal aroma mawar “Adi…! kamu tidak dengar teriakan mama dari tadi? Bangun nak, Seperti biasanya, hari ini Ita harus pergi bekerja. Walaupun di masa
Biarkan serbuk mawar kubawa sebagai pengingat rindu sudah pukul berapa ini?” seru Mama Ita dengan nada cerewet seperti pandemi ini Ita harus tetap bekerja menjual lotek buatannya di pasar. Ita
Jika kusampai dalam pencarian sebuah lindu biasanya. harus meninggalkan Adi belajar di rumah sendirian dan kembali saat siang
Akan kukirimkan firasat ke hatimu “Ah… mama, masih pagi, ma,” balas Adi, tanpa membuka mata ketika loteknya telah habis, bisa dibilang lotek buatan Ita cukup terkenal di
Kini aku melangkah pergi sebagai seorang pengembara sedikitpun. wilayah itu.
Mencari makna yang entah bisa terungkap. “Ya ampun nak, kamu tau ini sudah pagi. Apa tidak belajar?” tanya Setibanya di rumah, Ita melihat Adi sedang asyik dengan
Padang, 2020. Ita dengan putus asa. smartphonenya. Ita menghampiri Adi diam-diam. Dengan maksud
“Kan sekolah masih daring, ma. Tidak perlu bangun pagi-pagi,” bercanda ingin mengagetkan Adi. Namun, sebelum memasuki kamar Adi,
Ruang Ketidakadilan jawab Adi dengan santai.
“Iya, mama tau. Tapi sekali-sekali tepat waktu lebih bagus kan?
Ita mendengar pembicaraan Adi yang sedang menelpon.
“Enak ya, main game, tidak susah belajar. Bikin pusing saja,” seru
Kau dilambung angan-angan Tidak ada rugi juga?” Adi dari dalam kamarnya.
Dalam tarian sayap kupu-kupu hitam Karena merasa terganggu, dengan terpaksa Adi Mama Ita yang mendengar itu merasa kecewa dengan Adi. Bagaimana
Dia hembuskan nada dusta di benakmu pun bangkit dari tempat tidurnya. Mencari tidak, anaknya yang selama ini sangat dipercaya telah berbohong
Dia iringkan waktu yang mulai semu smartphonenya, mengisi daftar hadir. kepadanya. Namun, Mama Ita ingin anaknya itu jujur padanya dan
Dimakan hawa yang merayu. “Selesai!” seru Adi dengan mengaku sendirinya.
senyum yang dipaksakan. “Adi, Mama pulang,” seru Mama Ita dari luar.
Kau terus terjamah dalam iringan jari lentiknya nan lembut “Mudahkan, sering-sering Dengan nada suara yang seolah-olah tak terjadi apa-apa. Adi
Dalam buaian irama nadi yang tak henti begini kan bagus,” dengan senyum meletakkan smartphonenya di atas meja dan menyambut mamanya.
Dia akan setia memberikan senyuman palsu padamu sumringah Ita keluar dari kamar. “Ma, Adi rasa besok Adi harus membeli kuota internet
Dalam batin yang menangis pilu. Aktivitas seperti ini lagi. Soalnya kuota internet Adi hampir habis,” tutur Adi dengan
Padang, 2020. memang sering terjadi. Memang tersenyum manis kepada mamanya.
pada awalnya Adi sangat rajin “Iya nak, nanti mama kasih,” jawab Ita dengan lembut.
mengerjakan tugas sekolahnya, tapi “Terima kasih, ma,” balas Adi dengan senang.
lama kelamaan rasa malas mulai tumbuh Saat Adi ingin kembali ke kamarnya. Tiba-tiba Mama
Bom dalam diri Adi. Adi mulai merasa jenuh dan
mulai menumpuk-numpuk tugasnya.
Ita berbicara dari belakang.
“Mama senang kamu rajin belajar.
Di legaran halaman selanjutnya Kalau saja papamu masih ada di dunia ini,
Sudah seminggu semenjak
Telah terulang kisah yang lama dia pasti juga ikut senang. Bagaimana
kejadian itu, sikap Adi semakin
Tentang kota-kota yang mengkotak-kotakkan keadaan tidak, anak laki-laki kebanggaannya
parah. Adi tak pernah lagi hadir
Pekik pilu para pejuang semu terlantangkan hingga menelusuri tidak pernah lelah untuk belajar.
dalam proses pembelajaran
gorong-gorong dan wajah-wajah yang ditilang malang Papamu pasti memberi lebih dari
daring. Namun, hal ini tak
Sementara suara lantang yang dulu masih mengiang pada yang mama beri sekarang
diketahui oleh Mama Ita. Mama
Dan terperangkap dalam kado yang berisi kematian. kepadamu,” sahut Ita sambil
Ita pun tak pernah curiga kepada
anaknya, karena selama ini Adi menahan tangisnya.
Sungguh di tanah ini, keadilan adalah semu Adi yang saat
termasuk anak yang rajin di sekolah,
Semu adalah kemerdekaan itu membelakangi
juga sangat rajin dalam mengerjakan pekerjaan
Kemerdekaan adalah fatamorgana mamanya hanya dapat
rumahnya.
Fatamorgana adalah kenyataan mengangguk dan ber-
Pada suatu ketika, Ita melihat anaknya sedang asyik dengan
Kenyataan yang digumam para penerus yang diam jalan ke kamarnya. Adi
smartphonenya. Dengan penasaran Mama Ita bertanya pada
Dan ini kado untukmu kawan, biar kita binasa. kalut dalam perasaan
anaknya itu.
Padang, 2020. bersalah kepada ma-
“Adi, sedang mengerjakan apa, nak?”
manya. Adi bahkan tak
Tirai Bening
Dengan wajah panik Adi meletakan smarphonenya di atas meja.
“Oh, seperti biasa, ma. Sedang mengerjakan tugas belajar daring,” berani menatap mama-
“Wah, serius? Tumben sekali rajin begini, sulit ya, nya. Adi hanya berjalan lurus
Di antara tirai bening ke kamarnya. Dalam pikiran Adi,
Kaki tak mampu lagi bergeming materinya? Biasanya dilihat terus ditinggal begitu aja,” senyum
Ita lebar menggoda anaknya. Dia sangat senang, karena anak Adi menyesal telah membohongi
Dalam deras curahan langit menangis darah mamanya. Ingin sekali Adi ber-
Darah bersimbah tercampur dengan tirai bening telah sadar dan mau belajar dengan serius lagi.
“Lagi ingin serius saja, ma,” balas Adi santai. kata jujur kepada mamanya, tapi
Dan para lelaki tua sudah mulai keram dihantam derai tirai Adi terlalu takut untuk mengakui-
bening “Oke deh, lanjut saja,”
Ita pun keluar dari kamar Adi nya.
Tirai bening seakan tampak membatasi ruang kepedulian Hari pengumuman hasil penilaian tengah semester pun
Di sudut kota tua itu, Gerak-gerik Adi sangat mencurigakan, tapi Ita adalah tipe seorang ibu
yang sangat mempercayai anaknya. Namun, sebenarnya pada saat itu Adi tiba. Sejak Ita berkata tentang papanya. Adi mulai mengurangi bermain
Ada orang-orang yang menghitung rintik hujan yang bening game. Hasil penilaian diumumkan secara daring. Ita yang berada di samping
Barangkali ada luka yang tertimbun hujan sedang tidak belajar daring.
Setelah Mama Ita keluar dari kamar, kemudian Adi menutup pintu Adi masih berharap-harap cemas tetang nilai anaknya. Hasilpun keluar
Yang diam-diam mulai mekar bersama bunga itu. sesuai jadwal yang ditentukan, dengan keringat dingin Adi membuka
Padang, 2020. kamarnya. Mengambil smartphonenya lagi. Memakai headset ke
telinganya. rapornya itu, angka merah ada di mana-mana, hampir seluruh mata
pelajaran nilai Adi di bawah KKM.
Belum Utuh “Maaf bro, ada gangguan tadi,” sahut Adi ke seberang telepon sana.
“Tidak masalah, bro. Jadi mama mu tidak tahu kamu suka bolos Ita berusaha mengatur ekspresi tidak percayanya. Adi tidak berani
melihat wajah mamanya. Adi terlalu gugup dan takut Ita akan marah
Aku menjelma bunga dandelion yang bersemi di hatimu dan malah main game?” tanya orang tersebut.
“Ya, tidaklah, Bim. Kalau mama sampai tahu. Sudah kena marah padanya. Terjadi keheningan untuk beberapa saat.
Yang tumbuh saat sunyi mendera kalbu “Tidak apa apa, di. Kamu kan sudah berusaha. Apapun hasilnya
Saat tak ada lagi mawar habis-habisan aku ini,” jawab Adi kepada orang yang merupakan teman
kelasnya yang juga suka membolos. sekarang itu adalah batas yang kamu mampu,” tutur Ita lembut dengan
Di antara kumbang yang merayu. dihiasi senyum manis di wajahnya itu.
“Parah kamu, di,” balas Bima sembari tertawa.
“Apa bedanya sama kamu, bim. Parah kamulah, kamu yang ajak Tiba-tiba Adi menangis dan memeluk mamanya. Adi sangat
Aku hanyalah tempat terkejut atas respon mamanya, Adi pikir mamanya akan marah besar
Yang kau singgahi saat langit menangis aku bermain,” Adi juga ikut tertawa.
Adi dan Bima memang senang bermain game, tapi berbeda padanya. Adi tak dapat membendung tangisnya. Ita yang terkejut atas respon
Berteduh sesaat, lalu pergi setelah reda. anaknya membalas pelukan anaknya.
dengan sekarang. Mereka menggunakan game untuk pelarian mereka
selama belajar daring. Dan yang pastinya kedua orang tua mereka tak “Sudah, jangan menangis lagi,” tutur Ita sambil menahan
Aku hanyalah pelangi di antara langit dan bumi tangisnya.
Yang kau nikmati keindahanku mengetahui kelakuan mereka.
Pada suatu ketika Adi meminta uang kepada mamanya, katanya Adi benar-benar menyesal, tak seharusnya dia melakukan itu. Adi benar-
Namun tak pernah bisa benar salah, saat ini Adi hanya ingin mengakui semua kebohongannya pada
Kau genggam utuh ragaku. uang itu akan digunakan untuk membeli kuota internet. Ita pun tak segan-
segan mengeluarkan uang jika alasannya untuk belajar Adi dan nominal Mama Ita.
uang yang dibilang Adi juga tidak sedikit. Adi beralasan kuota internet yang “Ma…” panggil Adi lirih sambil melepas dekapan mamanya.
Aku adalah putri malam “Apa, nak?”
Yang kau puja-puja saat senyap remang malam lebih mahal koneksinya lebih lancar.
Dilain hal, Adi malah menggunakan uang dari mamanya sebagai “Ma, Adi minta maaf, ya,”
Lalu hengkang saat mahkotaku telah kau hancurkan. Ita hanya mengangguk dan mengelus kepala Adi dengan lembut.
Padang, 2020. penunjang Adi dalam bermain game. Adi makin gelap mata karena game.
Adi tak pernah lagi belajar atau pun mengerjakan tugasnya. Jika kuota “Ma, Adi minta maaf, ya. Sebenarnya, selama ini Adi sudah
internetnya habis, Adi kembali meminta uang kepada Mama Ita. berbohong pada mama,” kata Adi dengan gugup.
Seutas Cahaya “Ma, Adi minta uang lagi ya? Kuota internet Adi habis lagi,” kata
Adi dengan wajah memelas.
“Bohong apa?” tanya Mama Ita.
Ita memang sudah tahu. Tapi Ita hanya ingin mendengar dari sudut
Hanya sepercik cahaya yang diharapkan “Kok sudah habis saja, Nak, baru beberapa hari yang lalu mama pandang Adi secara lengkap.
Namun cahaya itu redup oleh kepedihan kasih uang. Masa minta lagi? Memangnya segitu banyaknya kuota internet “Sebenarnya, uang yang Adi selalu minta ke mama bukan untuk
Mata yang tak mampu lagi memandang cahaya putih yang diperlukan?” Mama Ita sungguh bingung. Bagaimana tidak, baru belajar daring. Adi menghabiskan semua uang dengan bermain game,” Adi
Tangan yang setia menggenggam cahaya hitam kemaren dan sekarang sudah habis saja. Padahal rasanya dulu tak sebanyak hanya berani menatap lantai kosong.
Jiwa yang terombang-ambing karena cinta yang berlumut dosa ini. “Bermain game? Kenapa?” tanya Ita lagi.
Dan kata tak mampu menjadi roh yang bersemayam utuh dalam “Iya ma, ada banyak aplikasi yang harus Adi gunakan dan itu “Adi selalu berpikir belajar daring membuat Adi menjadi jenuh.
ragaku. menguras banyak kuota internet ma," jawab Adi meyakinkan. Seberapa banyak pun Adi berusaha. Tugas terus berdatangan tanpa henti.
“Ya sudah, ini uangnya. Mama harap kamu bisa lebih hemat. Yang Terkadang membuat Adi menjadi sedikit frustasi. Dan game adalah pelarian
Dunia seperti penjara di antara logika yang aneh, semangat belajarnya!” seru Ita dengan wajah berharap. Adi. Niat Adi hanya untuk sementara sampai semuanya kembali seperti
Kuhengkangkan kunang-kunang yang terpojok oleh malam Ita begitu berharap pada anaknya itu, karena Adi merupakan anak satu- semula, tapi lama kelamaan Adi merasa senang saat bermain game sambil
Cahaya memasuki rongga pikiranku yang membatasi bilik antara satunya dan juga merupakan satu-satunya keluarga yang Ita miliki, karena berkomunikasi dengan orang-orang di luar sana dan mulai berbohong pada
cinta dan pengkhianatan. papanya Adi sudah meninggal 3 tahun yang lalu, yang membuat Ita harus mama,” jawab Adi terus terang.
lebih keras mencari nafkah untuk masa depan Adi yang lebih baik. Ita yang medengar hal itu tak dapat lagi menahan tangisnya. Ita benar-
Tuhan, aku remuk, hilang bentuk Selang beberapa minggu kemudian, sekolah Adi mengumumkan benar merasa bersalah. Bagaimana tidak, ketika anaknya berada dalam
Dalam pengembaraan ini, aku meminta pada yang benar-benar akan mengadakan penilaian tengah semester secara daring. Adi yang masa-masa sulit, Ita tak mengetahui hal itu. Seharusnya Ita harus lebih
ada mengetahui hal itu sedikit gelisah, Bagaimana tidak, dia tidak pernah lagi memperhatikan anaknya. Maka semua ini tak akan terjadi.
Tuhan izinkan aku mengetuk pintumu sekali lagi. belajar. Melihat materinya saja tak mengerti sama sekali, apalagi harus “Ma, Adi benar-benar minta maaf. Adi sangat menyesal. Adi tahu
Padang, 2020. mengisi soal-soal itu. Adi mulai panik, karena selama ini Adi tidak pernah mama kecewa, tapi Adi harap mama percaya pada Adi. Adi tak akan
mendapat nilai jelek di sekolah. mengulangi hal ini. Adi akan berusaha lebih keras lagi agar mama sama
Adi tidak tahu lagi harus melakukan apa. Adi pun bertanya pada papa bisa bangga sama Adi,” lanjut Adi.
Indra Junaidi, lahir di Pariaman pada tanggal 01 Juni 1998. Ia adalah Bima, apa yang harus dia lakukan. Dengan santainya Bima menjawab “Iya, mama maafkan. Mama juga minta maaf sama Adi. Mama
Mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP) yang tergabung dalam “Tenang saja, kamu bisa mencari jawabannya di internet,” jawaban Bima sangat jarang memperhatikan Adi juga berharap Adi banyak cerita kepada
organisasi Unit Kegiatan Kesenian (UKKes) UNP bidang sastra. pun membuat Adi sedikit lebih tenang. mama. Agar masa-masa sulit itu kita hadapi sama-sama. Papa pasti bangga
Beberapa kali menjuarai lomba kepenulisan sastra dan ilmiah, salah Hari penilaian pun tiba, Adi tidak memiliki persiapan khusus. Dia sama kamu,” balas Ita masih sambil menangis.
satunya pada tahun 2017 karya puisinya meraih juara satu dalam bahkan tidak membuka bukunya sedikit pun. Dia benar-benar bergantung Adi membalasnya dengan anggukan. Mereka pun kembali berpelukan.
pada internet saat ini. Adi membuka soal yang telah dikirim gurunya. Soal Mulai saat itu, Adi berjanji pada dirinya sendiri untuk lebih giat
lomba cipta puisi yang diadakan di Malang oleh komunitas Gerakan dalam belajar. Adi tidak ingin mengecewakan mamanya lagi. Adi menyadari
Perpustakaan Anak Nusantara (GPAN). Karya-karya sastranya pernah pertama berhasil dia jawab dengan mudah. Soal kedua sedikit sulit bagi
Adi, Adi mencarinya di internat, tapi nihil. Tidak ada hasil pencarian yang mamanya sudah berusaha mencari nafkah seorang diri demi bisa
diterbitkan di berbagai media massa nasional dan regional yaitu Koran dapat menjawab pertanyaan itu. Adi sedikit bingung dan mengisinya asal. membiayai sekolahnya. Mama pasti hanya ingin dia menjadi sukses di masa
Utusan Borneo (Sabah, Malaysia), Padang Ekspres, Haluan, Radar Begitu seterusnya, ada soal yang dapat Adi jawab dan ada juga yang tidak. depan karena tidak ingin sulit dalam kehidupannya nanti.
Madura, Malang Post, Medan Pos, Riau Pos, Minggu Pagi, Merapi Hari penilaian berikutnya pun juga seperti itu, Adi bahkan tidak Semua masalah dapat terselesaikan dengan baik jika setiap orang saling
dan lain-lain. Buku yang sudah terbit: Arloji Hujan (2019), Sabda mengambil materi pelajaran dari buku yang ada sejak hari pertama terbuka. Menghadapi masalah sendirian bukanlah hal yang baik. Maka dari
Langkah! (2020). penilaian. Adi hanya bergantung penuh pada internet. Dan sampailah pada itu, saling berbagi perasaan akan membuat kita menjadi lebih baik. (***)

Anda mungkin juga menyukai