Anda di halaman 1dari 1

8 TANJEK

SABTU WAGE, 23 JANUARI 2021 POS BALI

PUISI-PUISI KHANAFI
Langit Tanpa Angin Kulihat Kembali Malam yang Sama

berjalan mengitari taman kulihat kembali malam yang sama


sendiri aku tengok kolam dan air mancur laiknya langit tak pernah mementaskan pertunjukan baru
memandangi riaknya dengan tenang dunia tempat aku kembali ke dalam kamarku
sempit dan redup lampunya
di dalam kolam ikan-ikan tak ada
daun-daun pepohonan mengalir mengapung malam itu dari jendela
langit di sana begitu sempit gelap berganti seperti pada udara
angin biru yang menunggu musim jalanan temaram sehabis hujan
daun-daun ketar-ketir dan basah mengapung-apung
dan di sana tampak aku kulihat kembali malam yang sama POSBALI/IST

aku membencinya seorang diri kupejamkan mataku dan sesuatu mengalir


segalanya kupalingkan ke tatapan kosong di hatiku
ke langit tanpa angin kamar sempit dan redup lampu
bintang-bintang yang seperti netes di langit
sebagai ramalan kesedihan
PUISI-PUISI RAHEM
Memandang Langit

saat memandang langit dengan alis yang tenang Di Atas Rerumputan Bermain-main dengan Hujan Sepanjang laut
pelan-pelan kabut pagi luluh dan bersembunyi Ombak-ombak seperti kenangan
di dalam hutan hitam yang lebat itu di halaman ini aku berbaring Di halamanku Ikan-ikan adalah bingkai dari sebuah kegembiraan
menjelma serigala kecil memasuki belantara melindungi wajahku dari matahari yang suka mengintip Hujan semakin memanja Sedang pelayaran adalah jalan
di kedalaman matamu bayang-bayang pohonan jatuh bersama tubuhku Bertebaran membasahi jiwa Menuju pulau kenangan
yang pandai menyimpan kesedihan bocah-bocah bermain menendang bola
Sepertinya, tanaman yang berbuah sayang
pada garis-garis di dahimu mengalir sungai keruh hampir jam lima matahari bermandikan warna Semakin tumbuh dan berkembang Sabda Kampung
dan wajah sedih cinta ada wanita di hatiku terbang bagai kupu-kupu di ladang Lalu memanjang
aku pejamkan mataku dan melihat itu Malam begitu malu
lelaki itu memandang langit angin berembus dari cabang pepohonan melenyapkannya Setes demi setetes Menampakkan wajahnya di kampungku
tenang dan bening dari matanya Aku mulai belajar tentang kerinduan Pada cemeti jalanan, ketika rindu digugatkan
seolah bintang-bintang mengambang di dalamnya aku berbaring mendengar bunyi bola ditendang Di antara kemarau yang digantungkan Hanya aroma kampung dan peta ingatan
dan kerisik pohon bambu yang tertiup angin Aku memilih hujan demi tanaman-tanaman Berbisik dalam pikiran
matahari masih setia mengintip wajahku
Peta Hujan berusaha menemukan mataku Hujan semakin lihai Serupa senyum anyelir
aku menunggu Meniti halaman dan ladang-ladang Melampaui batas waktu
pagi pagi ketika suara anak berangkat ke sekolah bayang-bayang dijemput malam Derap perjalanan tiba-tiba terhenti seketika
tanpa sebisik kata pun hujan luluh di atas jalan di atas rerumputan segalanya hitam Koyak waktu meregguk sisa kenang masa lalu
yang terhampar tidur segelap kematian Bandar Hujan Serupa bingkai harapan yang tertindas waktu

di luar jendela langit bagai turut berduka Sesekali hujan gugur di setiap atap rumahku Malam, menjelma sepertiga malam
aku memandangnya dan hanya mendapati diriku Kembali Tempat gerimis jalan-jalan pada tubuh kami Saat detik begitu nakal menaiki tangga perjalanan
serupa bocah tua Pada rintik hujan yang semakin melekat di kaca jendela Meniti diam-diam
aku kembali dan merindukan lelaki itu lagi Pada tiap-tiap tirai yang kedinginan Agar tak ada sisa luka yang harus dikenang
kamarku kosong dari segala tentang cinta di sumur tua aku berpikir Menguras segala tenang Yang harus dipertualangkan
buku-buku bertumpuk dan kertas awan gugur di tubuh bulan yang langsir
berisi puisi yang belum jadi seorang lelaki yang bagai kenangan Sesekali hujan senyap Maka tibalah di sepertiga malam
tembok dan langit-langit berwarna pucat terbentang luas di hadapan Di halaman-halaman yang basah Saat waktu terjepit di kampung halaman
catnya mengelupas mataku seperti daun nangka yang jatuh ke pasir Pada rimbun pohon beringin, daunnya berguguran
abu-abu menyedihkan Membaca angin yang lahir pada tiap musim hujan
hujan deras di luar membusuk bersama wajah-wajah dulu Pandangan yang Kesekian
apakah ada air yang netes di atap kamar Tubuhku semakin nakal saja :Laylatin Khairica Aris
menimbulkan bercak mirip airmata aku kembali dan segalanya berjatuhan di sana-sini Membaca variasi hujan bulan Januari
di kantung mata di dahan tanganmu bagai siap rontok Tentang epilog musim Aku melihatmu, tepat hari Jumat
atau mimpi buruk ketika terjaga? beberapa hujan mewarnai matamu pada masanya, Di bawah pohon kelapa
dan mematahkan aku berkali-kali adalah liburan tanggal-tanggal yang dialmanakkan Tempat segala senyum diselipkan
sesungguhnya Dari balik kerudung sore yang kesekian
aku telah menghilang dari jalan-jalan Khanafi lahir di
yang menjadikan sejarah kenangan Banyumas, Jawa Ten- Melukis Kenangan Kau cium tangan ibumu
jika pun aku sering membuka gah, 4 Maret 1995. Dengan perlakuan rindumu
lembaran-lembaran kertas kemudian Puisi-puisinya tersiar Tiba-tiba senja diam Memeluk segala ingatan yang diarsipkan
menulis puisi seolah membentangkan rute baru di beberapa media, Di pekarangan langit yang bisu Sebelum beranjak pulang
semata-mata aku ingin menyatakan perasaanku yang sepi baik koran lokal atau Tempat segala ingatan dilantunkan
sebelum tempat yang jauh merenggutmu daring, seperti linikini. Juga tabir kerinduan semakin dewasa dalam bayang- Sedang waktu diam-diam saja
juga ikut membinasakanku id, tembi.net, litera. bayang Mengulurkan setiap tatapan senja
co.id, sastra biem.co, Semakin melambai bagai pepohonan diterjang angin Memejamkan perjumpaan
jalan mana, perkampungan, atau kota yang lain radarbanyuwangi, ra- sakal Melepas rindu yang kesekian
hujan ini senantiasa mengalir ke sana dar banyumas, serta tergabung dalam buku antologi Daunnya yang rimbun
membuat peta masa lalu mengikuti mataku puisi seperti; Antologi Puisi Negeri Bahari dan Negeri Menabur segala kenang dalam pandangan
tapi yang tersisa dari bayangan terakhirmu Pesisiran: Dari Komunitas Negeri Poci, Hujan Di Bulan Rahem lahir di Giliyang, Sumenep, Madura, 20 April 1999.
adalah rerumputan itu Purnama: Tembi Rumah Budaya, Senyuman Lembah Ijen, Senja semakin malu saja Alumni Miftahul Ulum Bancamara Giliyang dan MA Nasy’atul
di setiap kuinjak Epitaf Kota Hujan, Matahari Di Bumi Blambangan: Cer- Menutup wajahnya kala itu Muta’allimin Gapura Timur. Gemar menulis dan membaca, saat
kesedihan turun di hatiku sesaat pen & Puisi Pilihan Jawa Pos Radar Banyuwangi 2018, Menghapus segala tenteram yang disemayamkan ini aktif di Kelas Puisi Bekasi dan Competer Madura. Beberapa
dan abadi dan lain-lain. Sekarang penulis tinggal di Purwokerto. Dalam pintu-pintu langit yang menyimpan segala tenang puisinya tersebar di Radar Madura, Bali Post, Bangka Post, Radar
Tempat segala doa ditaburkan Cirebon, dan antologi bersama salah satunya “Festival Sastra
Mencari jati dirinya agar dilangitkan Internasional Gunung Bintan 2019”.

CERITA BERSAMBUNG (275)


SASIGAR
I Putu Sugih Arta
sedang duduk di bangku panjang, saling Gana penuh hati-hati, ia juga berasal dari Maxi mempunyai varian 20 jenis di dunia manusia mampu beradaptasi dengan teknologi
memunggungi. Rupanya mereka tak saling kalangan akademis. Cuma beda, ia peneliti ternyata mampu mempunyai khasiat penyem- setelah mengalami disrupsi yang diakibatkan
kenal. Mereka enggan menegur, karena beda herbal. Tentu saja akan berbeda cara dan buh. Dan, di Indonesia dikenal berjumlah 12 Revolusi industri 4.0. Pada fase ini ditandai
jenis kelamin. Namun keheningan diantara obyek kajiannya. macam. Pleci kuning berkaca mata putih lah dengan kemampuan generasi milenia men-
mereka pecah tatkala yang perempuan men- “Aku hindu juga, tapi yang pluralis… yang konon menurut Prof. Split mempunyai gubah tatanan konvensional menjadi instan.
erima panggilan telepon dari ibunya. .”candanya. khasiat tinggi. Budidaya burung yang hanya Pemuda yang lahir pada tahun 2000an sangat
“Jam berapa pesawatmu ?”suara peremp- “Maksudmu ?” bisa hidup di Nusa Penida dan Lombok harus matang mengelola kehidupan dengan dunia
uan dari aplikasi whatshap yang terpasang di “Tidak fanatik, Hindu bagiku adalah in- segera dilakukan demikian demikian tulisnya digital yang canggih. Disrupsi terjadi, peng-
hp android miliknya. spiratif agar bisa bersosialisasi, bisa saling yang sekaligus menggugah perasaan pencinta gantian secara besar-besaran tenaga manusia
“Ini lagi menunggu pesawat yang pukul menerima, nggak emosioan, nggak suka burung. Referensi jurnal Q1 karyanya dibaca dengan mesin, tentu menghasilkan tingkat
sepuluhan, Ma. Mungkin sampai Denpasar bohong….” oleh dunia, ia berhasil membuat novelty yang ketelitian dan konsistensi proses lebih terja-
tengah malam jika transit di Bangkok dan Gana tersenyum, memang demikian adanya, dibanggakan kampusnya, akhirnya North min. Gagal produksi hampir sama dengan nol,
Singapore lancar,”sahutnya. agama bukan dijadikan pakaian agar orang ter- Hawai Laboratory dipercayakan mengemban disebabkan penerapan total quality manaje-
Lelaki disebelahnya memperhatikan se- lihat elegan. Tapi agama merupakan inspirasi misi sosial masyarakat dunia dalam mem- men yang ketat.
rius, lalu membalikkan badan. Setelah hp yang tak pernah kering, agar pakaian tetap produksi vaksin. Bunga dan Gana adalah termasuk diantara
peremupan terputus, ia pun memberanikan bisa dikenakan. Agama merupakan inspirasi, Namun perkembangan penyakit memang sekian banyak generasi muda dunia yang la-
lebih dulu menyapa. menuntun kearah kebaikan manusia menyam- luar biasa, sulit diprediksi, flu burung, sars, hir pada awal 2000an. Mereka sangat akrab
“Hai…Maaf, tujuan Denpasar ya….” paikan aspirasimya. mers bahkan yang terjadi lima tahun lalu dengan digitalisasi, bahkan sejak pandemi ber-
“Ya…Anda ?” Suara lonceng eletronik berbunyi, dilan- corona dengan cepat bereaksi melakukan lalu, keperluan sehari-hari yang remeh temeh
BANDAR udara Lukla di Sanggarmata “Sama…dong. O, ya kenalkan namaku jutkan suara lembut dalam bahasa Inggris adaptasi sesuai wilayahnya. Peristiwa ini yang diperoleh dari toko swalayan kecil yang ada
Nepal merupakan pelabuhan udara paling Gana….” Lelaki itu mengulurkan tangannya, memanggil nama mereka secara berurutan. menyebabkan Prof Split berada di Lombok diujung jemarinya. Tinggal menyentuh layar
ekstrem dan sangat berbahaya. Landasan pacu disambut oleh perempuan berwajah manis Mereka saling tatap melalui pandangan mata sampai berbulan-bulan lamanya. Namun, ia kaca hp android, barang yang di negeri Ausi
yang pendek sepanjang 1500 kaki atau setara berkulit sawo matang, ciri khas gadis bali. saja, sebab mereka telah mengenakan masker pandai menyamar, sehingga kedatangan dan dan berkelas, hanya dalam tempo singkat akan
460 meter, dengan lebar 20 meter hanya bisa “Namaku, Bunga…kenapa kamu bisa be- masing-masing. Dari cara memandang, pulangnya tak ada yang mengetahui, penuh dibawa kurir di gerbang rumah.
menampung pesawat baling-baling jenis twin rada ditempat ini ?” mereka sadar bahwa panggilan itu panggilan rahasia. Prof. Kushwera kehilangan jejak, ia Toko tradisional sudah mulai kewalahan
otter dan helikopter. Berada pada ketinggian “Panjang ceritanya, aku yang ingin ber- perpisahan dan sekembali mereka pasti akan kebingungan sejak hampir tiga tahun lalu. dengan kemajuan dunia transportasi digital.
2.800 meter diatas permukaan laut, Lukla tanya kenapa ada gadis bali cantik begini disibukan oleh pekerjaan masing-masing. Ada proyek penelitian yang memerlukan Biro penitipan barang menjadi marak dan
termasuk bandar udara di puncak Himalaya. berada pada sebuah tempat terpencil di puncak Terutama Bunga, ia harus bertemu dengan opini Prof. Split, terbengkalai. Untung saja telah merambah pada ranting paling kecil.
Saat pesawat hendak turun tak ada kesempa- Himalaya ?” teman sejawat Prof Kushwera, peneliti etnik ia mengenal Bunga yang mesitasi salah Indeks perdagangan saham dari industri kini
tan untuk berputar-putar, selain menghindari “Hobiku mendaki, sebenarnya aku tidak Bali yang bekerja di Hawai. Namanya, Prof. satu jurnalnya untuk kum kenaikan pangkat berubah ke sektor jasa, terutama penitipan
dorongan angin yang cepat berubah, juga sendiri tapi sama rombongan. Cuma aku Nyoman Split. Namanya lucu, tapi sangat dosen. Sama-sama hobi mendaki. Dan saat barang. Berdiri megah gudang-gudang
sering hujan tak kenal musim. Pilot harus pulang belakangan ada urusan untuk menye- terkenal sebagai ahli Antropologi Kesehatan. pertemuannya di Nepal, ia langsung menawari seputar bandara, menyewakan jasa penitipan
tanggap membaca situasi agar tak terhempas lesaikan penelitian kajian antropologi ber- Temuannya berupa novelty vaksin dari hati proyek penelitian yang mangkrak. Spontan, sementara. Karena banyak yang bergiat, be-
pada dinding terjal. sama Prof. Kushwera,”ujar Bunga seperti tak burung pleci mampu menyembuhkan pan- bagi Bunga yang masih yunior tak menyiakan ralih profesi, maka persaingan semakin tajam,
Pagi itu, situasi ruang tunggu cukup ramai mampu untuk merahasiakan perjalanannya. demi flu burung di dunia. Memang tak masuk penawaran yang akan mempromosikan dirinya bebarapa perusahaan raksasa penitipan barang
oleh para pendaki yang baru datang dan “Aku kemari tirta yatra, agamaku Hindu, akal, tapi burung kecial atau burung pleci menjadi promovendus setahun lagi. banting harga untuk meningkatkan pelanggan.
hendak pulang. Dua orang berwajah melayu maaf kalau boleh tahu keyakinanmu ?”sahut mempunyai nama latin Zosterops Chloris Tahun 2025, tahun society 5.0, dimana (Bersambung)

WWW.POSBALI.CO.ID

Anda mungkin juga menyukai