Anda di halaman 1dari 1

8 TANJEK

SABTU PON, 6 JUNI 2020 POS BALI

PUISI-PUISI FARIS AL FAISAL PUISI-PUISI FAHRUS REFENDI

Requiem Suatu Tema Menenun Pelangi Pintu umur.” Di Hadapan Kenangan


Ibu masih belanja di toko ujung waktu
Saya telah bosan. Saya ingin Sehabis hujan larik-larik warna Melipat waktu Kubaca kesungguhan
perubahan. Mereka bilang saya melayang turun dari langit Manusia tercipta tuk kembali moksa
dan kubuka pintu yang kudapat air luruh yang keruh
tak punya harapan. Hanya mewarisi menaruh kenangan yang sempat singgah Tuhan yang menghaturkan kubangun kesetiaan
Bidadari menenun
nasib penyair Chairil. Mati muda. pelangi menjadi selendang pada angan Atau manusia yang bosan? malah bermimpi di jalan panjang yang
kosong
Tapi saya bukan perokok. Coba Jalan menuju tangga
Derik pintu terbuka Janji telah terlampaui
mana ada potret saya dengan batang langit ke suargaloka
daun-daun jendela terluka Sepakat antara makhluk dan rabbnya, Di hadapan kenangan
tembakau berasap itu. Sebab
saya ingin hidup seribu tahun lagi. Taman bunga dengan pohon-pohon terbiaskan makna kata Dahulu, Tuhan tak pernah ingkar akan kes- kau dan aku
berdaun puisi akan rindu menyibak mata etiaannya sekarang, nanti atau esok tak mampu berangan
Hingga datang dunia nirkala oleh cinta
Buahnya menggugurkan
Menjadi Sajak Adam dan Eva Suara gemuruh dan
luruh rindu yang saling bergandeng tangan
Di laut, apa kautemukan Kata siapa itu memaksa angin ingin jadi satu Panas Membaca
kerinduan? fiksi yang terlalu dibuat-buat

Bukankah dengannya Rupa pintu Sekelompok anak membaca panas Pernyataan


Seandainya kaki-kaki ini adalah ombak,
bisa menceritakan fakta lapar waktu kian nyaring
pasir-pasir putihmu saya buat menjadi
pelepah rindu jatuh di angan bersetubuh lelehan derai air mata suguhkan niscaya “Apa yang kau gandrungi dari purnama?”
sajak. Dan
Purnama tak pernah purna, jawabku
batu-batu karang bukan lagi penghalang. dengan tubuh pagi
Kini Hujan pun Naik yang sepi lalu mewangi Anak berbaju kuning bertanya
“Apa yang kau ingat oleh kenangan?”
Di laut, apa kautemukan Masih ada gerimis, baru saja “Luka di siang hari selalu kian tampak!,”
Kujawab, kenangan adalah pernyataan
kenangan? kau melepas tangis. Di jalan ingatan ujarnya. daun-daun gugur jatuh di jalan setapak
payung di tangan seperti puisi. Mengasihi. Salam Sajak-Sajak yang becek
Seandainya tangan-tangan ini adalah angin, Luka-luka lama selalu sama berpegangan
perahu layarmu saya dorong ke tengah Pada sebuah malam, saya mengirimmu
udara basah. Dan kenangan tadi Selama bernaung di sajak-sajak pada hati yang kering “Lalu siapa yang salah?”
samudera. Dan
siang adalah selimut hangat. Mendekat. jati lelah patah oleh ranting-ranting Yang salah adalah persinggahan malam
pelayaran menuju ke pulau harapan.
ikut arus kemarau meruncing yang merembes di langit kemarau pan-
Kini hujan pun naik. Membumbung jangku
Di laut, apa kautemukan tinggi jatuh entah di mana. Kita pun masih
kebahagiaan? bisa mencinta dengan ketabahan. Sajak kelaparan Malam selalu menutupi luka
menunggu seduhan entah olehku atau olehmu
Hilang Rupa
Seandainya matahari dan rembulan adalah kopi hitam bercampur air hujan
kita, Tentang Penulis Racau-risaumu kian runcing senja kali ini terasa berbeda
langit menjadi rumah bahagia. Dan diseduh oleh kopi pagi yang mulai pesing
Rangkai-rangkai hitam menyibak putih merah marun biasmu
bintang gemintang jadi kerlip anak-anak Faris Al Faisal lahir
dan tinggal Indram- lalu datang angin sakal meneriaki kebun- dingin rinduku padamu
puisi.
ayu, Jawa Barat. Ber- kebun raflesia, mawar, dan bangkai
giat di Komite Sastra Sang Hari waktu hilang bentuk
Dewan Kesenian In- teruntukmu kuhabiskan usiaku
Kita Hanya Pepohonan Hujan dramayu (DKI) dan
Kumparan awan
di pematang sekian waktu
Forum Masyarakat Cahaya bulan Seduhan kopi siang hari
Jarum-jarum hujan Sastra Indramayu Kemaraupun diantar penghujan berlabuh Panas halaman panas hati
kauungkit ciuman tujuh tahun lalu
Sehijau angin pengembara (FORMASI). Naman- sampai jauh bertanya bolehkah rindu menyusul senja
Menyentuh daun-daun wajahmu ya masuk buku “Apa
Akankah cerita pagi menuai yang salah waktu
dan Siapa Penyair Indonesia” Yayasan Hari Puisi.
Puisinya pernah mendapat Anugerah Puisi Umum Genderang ditabuh Bila senja tiba ku berdiri di halaman dan
Udara yang biru
Terbaik Disparbud DKI 2019 dalam Perayaan 7 Panas berlabuh kutahu
Ranting-ranting tanganku
Tahun Hari Puisi Indonesia Yayasan Hari Puisi kau berada di balik pintu. Tak mau melihat
Adalah ketabahan musim Tentang Penulis
dan pernah Juara 1 Lomba Cipta Puisi Kategori
diriku bak sejenak saja
Umum Tingkat Asia Tenggara Pekan Bahasa dan
Kita hanya pepohonan hujan Sastra 2018 Universitas Sebelas Maret. Tersiar Telepon Berdering Kematian Kupinta kau berdiri di sisi jendela. Meli- Fahrus Refendi lahir pada 7 Juni 1998. Penulis
Meyerap tetes-tetes bahagia dan duka pula puisi-puisinya di media lokal, nasional, dan hatku di tepi sepi ini berasal dari Pamekasaan, Madura, Jawa Timur.
Bunga dibasahi air mata Malaysia. Buku puisi terbarunya “Dari Lubuk Pada Minggu sore telepon berdering Bahwa akulah matahari yang tak pernah Saat ini merupakan mahasiswa Bahasa dan Sastra
Buah mekar di dalam kenangan Cimanuk ke Muara Kerinduan ke Laut Impian”
“Halo, sampaikan ke ibu, nenekmu habis singgah dari pagi-Mu Indonesia Universitas Madura.
penerbit Rumah Pustaka (2018).

CERITA BERSAMBUNG (248)

SASIGAR
I Putu Sugih Arta
atau ajaran langit biru. Ajaran suci puan remaja. Namun sebaliknya Te- pribadian bar-bar. Mereka bersatu bala tentaranya gugur. Bahkan ia
yang sangat menghormati,alam mujin, lelaki yang sudah berumur. mengangkat senjata. Wuji yang sempat terjerat, oleh kemampuan
lingkungan sesama manusia dan Usianya saat itu lima puluh tahunan, terbakar,saking marah karena utu- lihai para pimpinan pasukan kedua
pencipta alam semesta. Dari lem- mungkin sebaya dengan orang tua sannya dipotong telinganya. kerajaan besar di Asia Tengah.
bar buku langit,mereka mempela- dari Wuji. Karena itu ia mengang- “Aku yang mengutusmu, jadi Disinilah kemampuan Wuji diuji,
jari bagaimana manusia harus gap Wuji adalah putrinya. Apalagi aku yang bertanggungjawab. Tel- ia pun melakukan gerakan fantas-
bersikap, berpola santun sehingga ia bertalenta pemimpin, sehingga ia ingamu harus kembali, jika tidak tis, sehingga mampu terlepas dari
tidak melukai sesama manusia, sangat disayang layaknya seorang mereka harus membayar dengan jeratan yang membuatnya terjun-
lingkungan dan membuat marah putri istana. Sikap seorang ayah di- nyawanya…!”teriaknya mengg- gkal di tanah sedangkan kudanya
sang pencipta. Mereka sangat tanggap lain oleh Wuji. Suatu hari, etarkan jiwa semua orang. terjerebab.
menyadari bahwa lidah adalah saat malam tiba, ia menyelinap ke Pasukan berkuda pun memulai Ia adalah murid utama pergu-
senjata yang parah,otak adalah ruangan Kaisar. Lalu tidur diseb- adegan mengerikan, satu perastu ruan silat Bidadari Langit, dengan
pencetus ide yang kadangkala elahnya, ia tak diapa-apakan, dalam desa di wilayah Nishafur dibantai kemampuan tenaga dalam yang
konyol dan membuat sesama ma- pikiran kaisar, mungkin sahabatnya secara sadis, hampir sebagian rakyat tinggi ia menghadapi pasukan
nusia akan terpuruk. kembali menjadi kanak-kanak, ta- jelata yang tak mengetahui duduk lawan sendiri. Di kubu musuh,
Shamanisme ala Temujin, mem- kut tidur sendirian. Dibiarkan saja perkara. Setelah Wuji menanya- melihat pimpinan pasukan Mongol
buat rakyat sangat disiplin pada sampai pagi,tak disentuhnya. Tentu kan dimana sepasang telinga anak terjerebab terkena jebakan jerat
empat guru utama. Guru alam saja,Wuji merasa tak berdaya. Ia buahnya disembunyikan, penduduk yang dipasangnya, secera serentak
semesta, guru di perguruan, guru tak akan mampu mengungkap isi tak menjawab, mereka pun mem- menghunus pedang mengham-
di rumah dan guru pemerintah. hatinya kepada Kaisar yang mem- bantainya dengan kejam. Lalu, pirinya. Namun, mereka tertipu.
Bahkan yang membuat kagum perlakukannya sebagai anaknya membakar desa itu sampai ludes. Wuji bangkit lalu melompat tinggi
Wuji, bagaimana sikap Temujin sendiri. Cinta membara dihatinya Pasukan Nishafur dan Herat menggunakan ginkangnya. Ia
mempengaruhi istana untuk mem- sangat menyiksa,ia bisa gila kare- yang terlambat, melihat mayat- melompati beberapa kepala dan
berikan penghormatan kepada nanya. Pelampiasnya hanyalah satu mayat bergelimpangan di depan berdiri bebas dibelakangnya. Mu-
mendiang elangnya untuk mem- berperang, ya berperang. Ia mem- rumahnya yang terbakar. Mereka suhnya hanya bisa melongo, mere-
buat patung emas dan menaruh impin pasukan sendirian menuju mengeleng ngeri, benar-benar ka pun berbalik mengejar sembari
pesan di kedua kepak sayapnya. ke wilayah Asia Tengah, mereka biadab dan tak beradab. Hampir melakukan tusukan dengan pedang
Hal ini menandakan, penghor- menuju Nishafur dan Herat. Inilah 1,7 juta orang dihabisi dengan di tangan. Wuji tanpa sengaja, lalu
matan bagi sang elang yang telah misi pertama Wuji, ia mengamuk pedang pasukan Mongol di Ni- mengerahkan ilmu kedigjayaan
meningkatkan dirinya menjadi bagaikan banteng ketaton mengan- shafur. Kemudian, pasukan di yang dimilikinya. Hanya beberapa
guru semesta. Ia menjadi guru curkan musuh yang tak mau tunduk bawah panglima Wuji bergerak detik saja pimpinan pasukan itu
setelah berusaha menyelamatkan kepada kekasaran Mongol. ke Herat dan bertemu dengan terkapar dengan tubuh kurus
dirinya dari bahaya yang akan “Kami lebih baik mengang- pasukan gabungan Nishafur dan kering tak bernyawa. Demikian
mengancam jiwanya. kat senjata daripada tunduk Herat. Pertemburan dahsyat tak dahsyat ilmu bidadari langit, se-
Wuji sebagai wanita menjelang kepada raja zalim yang tak bisa dielakkan lagi. hingga hanya beberapa jam saja
WUJI yang menduga ajaran melanggar. Dan, sebaliknya halus usia dewasa,sangat mengagumi berperikemanusiaan,”ujar pem- Kedua pasukan kerajaan me- kedua kerajaan hancur dibuatnya.
sang idola adalah ajaran Budhies, jika patuh pada tata krama. Ia tak ajaran yang dianut junjungannya. impin Nishafur dan Herat sepa- mang terlatih dan hebat, mereka Kembali pasukan Wuji mengamuk,
seperti yang dipeluk orang tuanya, menduga,ajaran itu begitu mulia. Lama kelamaan ia jatuh cinta pada kat, mereka memiliki peradaban mengepung pasukan Mongol dari menghancurkan Herat. Sekitar 2
justru sebaliknya tidaklah de- Mereka menyebutnya dengan Temujin, sehingga bersemilah sen- tinggi, tatkala itu. Tentu saja dua jurusan. Panglima Wuji pun juta orang dibantai, Mongol pun
mikian. Ajaran mereka kasar, jika ajaran birunya surga yang perkasa andung cinta di hati seorang perem- mereka tak mau dikuasai oleh ke- mengamuk. Beberapa anggota digjaya.(Bersambung)

WWW.POSBALI.CO.ID

Anda mungkin juga menyukai