Anda di halaman 1dari 56

KARAS

Majalah Sastra
Nomor 2, Desember 2020
Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

Sosiawan Leak
Wijang Wharèk Al Ma’uti
Sri Penny A.H.
Arif Khilwa
Jusuf A.N.
Dimas Indiana Senja
Cecep Syamsul Hari
Handry T.M.
Abdul Wachid B.S.
Narativisme Eko Tunas
Sampul majalah

King
2019

Oil, Kanvas
65x95
Karas merupakan majalah yang memuat karya dan esai sastra Indonesia
serta karya sastra terjemahan dalam bahasa Indonesia. Karas diterbitkan
oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah dan terbit dua kali dalam satu
tahun: Juni dan Desember. Selamat membaca!

Daftar Isi
5 Esai: Handry T.M.
9 Puisi: Sosiawan Leak
14 Puisi: Wijang Wharèk Al Ma’uti
22 Cerpen: Jusuf A.N.
27 Puisi: Sri Penny A.H.
34 Cerpen: Dimas Indiana Senja
39 Terjemahan: Cecep Syamsul Hari
42 Esai: Abdul Wachid B.S.
48 Drama: Arif Khilwa

Karas: Majalah Sastra


Nomor 2, Desember 2020

Diterbitkan oleh
Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah
Jalan Elang Raya 1, Mangunharjo, Tembalang, Semarang

Pos-el: karas.majalahsastra@gmail.com

Penanggung Jawab
Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah
Dr. Ganjar Harimansyah

Redaktur Ery Agus Kurnianto; Kahar D. P.; Shintya; Naratungga Indit P.


Penyunting Moch Fikri; Drajat Agus M.; Kustri Sumiyardana; Desi Ari P.; Inni Inayati
Desain Grafis Dian Respati P.
Sekretariat Christian Wahyu Prasetyo; Budi Prabowo; Danang Eko Prasetyo
Ilustrator Sapriandi, Eko Tunas

Redaksi menerima tulisan dalam bentuk puisi (minimal lima puisi), cerpen, esai, dan
drama Indonesia, serta karya sastra (puisi/cerpen/drama) terjemahan. Tulisan yang
dimuat akan mendapatkan honorarium.
Karas: Majalah Sastra 3
Foto 1 Handry T.M., koleksi pribadi

Karas: Majalah Sastra


4
Esai Handry T.M.
“PENARI”
DAN PSEUDO SASTRA

Sutradara Richard Attenborough mengatakan,


“Tidak ada yang lebih penting dalam pembuatan
film selain skenario.” Jargon ini serupa kata-kata
normatif, “Skenario adalah the first director.”
Seorang sutradara diharap mampu menciptakan
audio-visual sesuai dengan yang tertulis dalam
skenario. Maka, sebuah film akan menjadi sekeras
Year of the Dragon (Michael Cimino/ 1985), Casino
(Martin Scorses/ 1995) atau The Blacklist (Jon
Bokenkamp/ 2013). Sebaliknya akan selembut film
Tiga Dara (Usmar Ismail/ 1956), Badai Pasti Berlalu
(Teguh Karya/ 1977) atau Evita (Alan Parker/ 1996),
bergantung pada konsep cerita.

Demikianlah pengertian saya memberi keyakinan ketika skenario


mengenai skenario, yang saya mulai masuk industri film
mulai saya tulis tahun 1992. dan televisi oleh rumah produksi
Pengalaman menulis skenario Jakarta.
saya dapat ketika menjadi Pertanyaan, berikutnya, apa
pewarta hiburan di Harian beda naskah film dengan naskah
Suara Merdeka. Bagaimana drama? Manuskrip itu sama-
cara pembuatan film, atas sama memiliki cerita, dialog dan
dasar apa karya besar itu pengadeganan. Kalau naskah
dikerjakan dan serupa apa drama dapat dikategorikan sebagai
materi penceritaannya, semua karya sastra, mengapa skenario
saya amati di lapangan. Semakin atau naskah film tidak?

Karas: Majalah Sastra 5


Tagline

Buku Penari pada cover-nya


terbubuh tagline (deskripsi
singkat yang terdiri atas
beberapa kata) bertuliskan
“Negeri ini sudah kerepotan
mengurus dirinya
sendiri.” Tagline biasa
digunakan untuk untuk
mereklamekan isi buku.
Sengaja saya cantumkan
ini, mungkin karena
terpengaruh kebiasaan
mengerjakan media berupa
tabloid dan majalah.

Kalimat itu merupakan


potongan dialog Bu Guru
Lanita ketika menjelaskan
kondisi sekolah yang
diajarnya kepada Ony, salah
seorang mahasiswa Jakarta
yang akan membuat film di
desanya.

“Anak-anak di desa
ini harus mengejer
kepandaiannya, kalau
tidak mereka akan tetap
terbelakang. Negara ini
sudah kerepotan mengurus
dirinya sendiri. Sudah tak
sanggup lagi memikirkan
rakyatnya yang pucat-pasi.”
(Scene 039, Hal. 67-68).

Berkisah tentang misteri


Penari Utama Sendratari
Prambanan, yang setiap
berpentas ditutupi
wajahnya dengam
topeng. Inilah yang
membuat penasaran
Bima, mahasiswa jurusan
film Jakarta ketika
hunting location ke Desa
Prambanan. Bima akhirnya
bertemu Bu Guru Lanita,
pelatih tari di Sekolah
Dasar tempatnya mengajar.
Sayang Bu Lanita pun tidak
tahu siapa sebenarnya
penari utama sendratari.

6 Karas: Majalah Sastra


Atas kegigihan Bima dan Naskah ini sebenarnya Kertas). Beberapa sutradara
kawan-kawan, dengan pernah mengalami membebaskan penulis
dibantu Margono, seorang metamorfosa dengan judul skenario mengekspresikan
siswa Lanita, mereka Penari dari Majapahit, yang apa yang ia rasa. Mereka
berhasil membongkar digarap dalam bentuk FTV hanya mengetengahkan
rahasia siapa sebenarnya oleh sutradara Boy Sopingi. rambu-rambu agar
penari utama di pergelaran Namun saya kembalikan dialog jangan sampai
sendratari Prambanan ke judul asli ketika terbit tidak menjelaskan cerita.
tersebut. menjadi buku. Atau diskripsi (perintah
gambar) tidak melampaui
Pada beberapa dialog Pseudo Sastra kebutuhan gambar.
dibuat cair, tujuannya Sutradara Indonesia seperti
untuk memancing Istilah “pseudo sastra’ Djun Saptohadi (Sinetron
ketertarikan pembaca atau “Sastra yang tidak Di Bawah Matahari Bali),
ke rangkaian cerita sebenarnya,” saya dapat Slamet Rahardjo (Kodrat,
yang berikut. Saya dari seorang sutradara Ponirah Terpidana) dan
menghidupkan tokoh ketika merevisi beberapa Teguh Karya (Badai Pasti
Margono, anak berusia skenario. Diskripsi di Berlalu, Pacar Ketinggalan
delapan tahun yang polos luar dialog, misalnya, Kereta) juga melakukan
dan memancing kelucuan. Sementara Ade, Lita dan pembiaran subjektif bagi
Pada scene 013, Hal. 24, ia Ony, memperhatikan penulis yang terbiasa
sedang mengadu pada Ibu tarian itu dengan ekspresi menulis karya sastra.
Gurunya, bahwa Bu Guru bertanya-tanya. (Scene
Lanita mirip aktris Maudy 017, Hal. 31). Ataui, ESTBLISH Dalam perkembangannya,
Koesnaedi: SHOT: ….. Rumah mewah penerbitan buku skenario
dengan geriap lampu yang mudah-mudahan
Margono menawan dari kejauhan. dipertimbangkan sebagai
(Scene 50, Hal. 88) menjadi anak kandung sastra literer.
Wajah Bu Guru niki persis pertanyaan. Sutradara Skenario dengan bobot
Maudy Koesnaedi. menolak penggunaan cerita yang dalam, namun
kalimat “ekspresi bertanya- karena fungsinya sebagai
Maudy saja malah kalah tanya” atau “geriap lampu script teknis di lapangan,
persis, ha ha ha …. yang menawan.” Kalimat akan masuk sebagai
itu dinilai sangat subjektif naskah literer. Secara
Lanita dan tidak mudah dipahami otokritik, saya lebih memilih
di dalam proses produksi. istilah “Pseudo Sastra.”
Heh, sapa kuwi Maudy? Mereka meminta agar Sebuah karya literasi teknis
mengganti dengan kalimat yang pengungkapan
Margono informatif seperti “Ekspresi sastranya tidak hilang.
terlongong” atau “Lampu Bolehlah dkatakan hal ini
Istrinya si Doel di film itu kecil yang terlihat dari sebagai “Sastra Semu.”
lho… kejauhan.”
Ketika novelis pop seperti
Kata Eddy D Iskandar, Namun, dalam buku Penari, Ashadi Siregar, Marga
Direktur Festival Film kalimat sastrawi sebagai T dan Eddy D Iskandar
Bandung yang saya minta kebiasaan menulis fiksi saya yang pada tahun 1977-an
menuliskan komentarnya lepas saja. Tujuannya unruk ditolak keberadaannya.
untuk buku ini, Cerita edukasi agar sutradara Apakah novel – novel pop
Penari menarik, karena bekerja dengan tafsirnya termasuk karya sastra atau
tidak terjebak sebagai kisah yang dalam. Yang saya karya literer? Akhirnya
misteri. Yang lebih menarik kerjakan ini saya dapati industri film menjawab
lagi karena menyentuh pula pada scenario Arifin dengan diterimanya novel-
kebudayaan etnik yang C Noer (Serangan Fajar) novel pop seperti Cintaku
mulai enggan digarap. dan Putu Wijaya (Kembang di Kampus Biru (Ashadi

Karas: Majalah Sastra 7


Siregar), Karmila (Marga Pembaruan, Hai, Suara jurnalis dan redaktur
T), Semau Gue (Eddy D Karya, Gadis, Esquire di harian umum Suara
Iskandar) maupun Jangan
Indonesia, Story, dan Merdeka, tabloid Tren
Ambil Nyawaku (Titi
Said), sangat mewarnai lain-lain. Cek & Ricek, Planet
industri perfilman nasional,Cerita bersambung Badminton, Autobiz
Lantas di manakah posisi Denting hati (1983) dan Soccer Style,
naskah drama seperti adalah salah satu sebelum akhirnya
Panembahan Reso karya monumental mendirikan Ezzpro
(Rendra), Sumur tanpa
yang dimuat tiap bulan Media tempatnya
Dasar (Arifin C Noer) dan
Kebebasan Abadi (C.M. di majalan sekolah berkiprah sampai
Nas)? Media Pelajar (MOP) sekarang.
saat usia Handry Tahun 2017, Handry
Pada kondisi tersebutlah masih belia. Bahkan, terpilih sebagai Ketua
buku film Penari saat itu dia sudah Dewan Kesenian
ikut berjuang. Dalam
diperbolehkan magang Semarang, setelah
penerbitannya, Penari
mengalami proses yang bekerja di harian sebelumnya duduk
tidak sederhana. Saya umum Suara Merdeka di jajaran pengurus
berusaha agar buku (terbit di Semarang) Dewan Kesenian Jawa
ini diposisikan seperti yang akhirnya secara Tengah.
buku sastra yang lain. resmi bergabung ke
Tidak menggunakan
harian itu. Hampir
foto adegan film sebagai
sampul, melainkan separuh hidupnya
ilustrasi tangan yang bisa dihabiskan untuk
dipertanggungjawabkan. menulis, baik untuk
Beberapa tokoh film dan karya sastra maupun
penulis fiksi diundang dalam tugasnya
untuk berkomentar, istilah-
sebagai wartawan.
istilah pengambilan adegan
juga disertakan. Kekasih plastik
merupakan antologi
Mungkin akan diolok, cerpen pertama yang
namun saya yakin, akan ada dibukukan, ditulis saat
penulis lain yang mengikuti bertugas ke beberapa
jejak perjuangan ini.
negara. Trilogi novelnya
Selamat menikmati.
yang berjudul novel
Mata yang Berdusta
Handry TM, Lahir di dan Cinta yang
Kota Semarang, Jawa Menderai sebagai
Tengah, 23 September trilogi Gang Pinggir.
1963. Sejak usia muda, Kabut Bening adalah
dia sudah menulis novelet pertama
karya sastra utamanya Handry TM sebagai
prosa. Karya-karyanya Juara II Sayembara
menghiasi media penulisan Novelete
massa antara lain Majalah Gadis (1991).
Kompas, Suara Handry pernah
Merdeka, Suara bergabung sebagai

8 Karas: Majalah Sastra


Puisi Sosiawan Leak
Lahir di Solo tahun 1967. Menyelesaikan
studi di Fisip Universitas Negeri Sebelas
Maret Surakarta. Menulis puisi, esai,
dan naskah lakon, selain aktif sebagai
aktor dan sutradara teater. Diundang
membaca puisi di Bremen, Pasau,
Hamburg, Berlin, Seoul, Ansan City,
serta di berbagai kota di Indonesia,
selain tampil sebagai narasumber di
sejumlah festival sastra/seni budaya
di dalam dan luar negeri. Buku-
buku kumpulan puisinya mendapat
penghargaan sebagai buku terbaik
dari Perpusakaan Nasional dan dari
Yayasan Hari Puisi Indonesia.
Dinobatkan sebagai Tokoh
Sastra Indonesia 2017 oleh
Balai Bahasa Provinsi Jawa
Tengah. Sejak tahun 2013
menjadi koordinator nasional
Gerakan Puisi Menolak Korupsi,
yang menerbitan buku kumpulan
puisi antikorupsi karya penyair se-
Indonesia serta menggelar roadshow
di berbagai kota. Dua buku terbarunya
terbit sekaligus tahun ini, yakni "Rumah-Mu
Tumbuh di Hati Kami" dan "Tragedi Wirabangsa".

Karas: Majalah Sastra 9


Sosiawan Leak

AREK-AREK BONEK SURABAYA


SANG GARDA NEGARA
arek-arek bonek,
tanpa latihan, tanpa pengalaman nekat bertempur ke medan perang
berjuang demi menjaga kemerdekaan
yang hendak dirampok belanda
; berandal kolonial sekutu inggris dan nica.
bersenjata ala kadarnya
sepatu, seragam, topi baja tak pernah punya
(apalagi gaji, pangkat, dan bintang jasa)
tak perlu peleton, batalion atau kompi
tak butuh strategi serta konvensi
tak!
maka peduli setan!
mallaby, jendral panglima lawan
kautembak dari jarak dekat saat di jalanan
pistolnya kaurampas dari genggaman
mobilnya hancur berantakan
disikat granat marah jembatan merah!

arek-arek bonek surabaya,


meski musuh menuduh kau adalah biang rusuh
namun namamu tetap tercatat sebagai pahlawan teguh.

arek-arek bonek,
usai perundingan gagal di tunjungan
tanpa aba-aba, tanpa persiapan
yamato dipanjat demi menurunkan prinsenvlag
merobek birunya
lantas mengibarkannya kembali sebagai dwi warna
(sebab lupa membawa sang saka).
ploegmen, komandan netherland
yang lancang menodong residen sudirman
kaucekik hingga binasa, lunas napasnya
lantas kausambar sepeda
sebagai perisai bagi pisau serdadu lawan
yang dilempar, lolos menancap di badan.

arek-arek bonek surabaya,


meski sukma pisah dari raga
pengorbananmu sebagai kusuma negara tak kan pernah sia-sia!
serupa cak madun gugur di siola
menghadang tank sendirian
agar pasukannya terhindar dari amukan
di gentengkali menyusun barisan.

arek-arek bonek,
100 ribu pejuang, miskin senjata
sebagian besar rakyat jelata

10 Karas: Majalah Sastra


; tukang becak, pedagang, pelaut, preman sekalian
kuli, petani serta santri
juga para pemuda kampung dan desa
bersama heiho, knil, dan peta
mencegat pasukan sekutu pemenang perang dunia
; para tentara bayaran sikh dan gurkha, inggris dan eropa
yang dibekali senapan mesin, dikawal kendaraan lapis baja,
kapal perang, berikut pesawat udara.

arek-arek bonek surabaya,


meski kotamu hancur,
16 ribu pejuang gugur, 200 ribu rakyat tergusur
dibombardir mortir
diganyang panser dan meriam
tapi aksi heroikmu telah menggetarkan lawan
kebonekanmu menyadarkan dunia
bahwa merdeka adalah hak paling asasi manusia
suluh bagi perdamaian sesama.

arek-arek bonek surabaya,


sidik dan hariyono wong jawa
bergandengan dengan warouw dan worang jong minahasa
berangkulan dengan pemuda aceh abdullah dan jong ambon sapija.

arek-arek bonek surabaya,


bersama warga pemberani lainnya
dirumat bung tomo, gubernur suryo, dan kiai hasyim asy’ari
menjelma pandu bagi ibu pertiwi.

kini, di zaman perang politik dan agama


yang mengancam kemerdekaan negara menyerang kehidupan berbangsa
mengacau kedamaian sesama
di manakah kau berada
arek-arek bonek surabaya?

solo, 2 november 2018

Karas: Majalah Sastra 11


Sosiawan Leak

SALAM DAMAI DARI MENARA


mengaji menara
tak kan kau temui rumah bagi api
yang berkayu bakar iri dengki
berbara arang benci dendam
berkabut asap kepentingan

mengaji menara
ornamen lama mengukir kaki-kakinya
di badannya, relung candi menyimpan sunyi
tempat jati diri merenung sendiri.
piring-piring kiai te ling sing menghias di temboknya
20 berwarna biru bergambar masjid, manusia dan unta,
serta pohon kurma
12 lainnya merah putih lukisan bunga

mengaji menara
pilar-pilar menggambar kamar di puncaknya.
serupa meru pada para pura,
2 tajug bertumpuk, bertahta di atasnya
isyarat bagi kalimat syahadat
yang dilantunkan muazin menjelang shalat.
digenapi 4 tiang
mereka menyerukan rukun iman
kepada sang pencipta, malaikat, kitab suci, nabi
juga hari penghabisan, dan kepastian tuhan

bedug digantung melintang


dari utara ke selatan
seperti balai kul kul di pulau dewata
yang dilengkapi kentongan

mengaji menara
dua gapura bentar membabar keutamaan
yang di utara mengantar jamaah ke peshalatan
yang di selatan ziarah ke makam kanjeng sunan.
di serambi bakal kau temui
si lawang kembar paduraksa
menengadah kubah raksasa dengan 2 pengawal
berarsitektur mughal
selebihnya, para atap membentang suka cita
ada yang bergaya limasan,
datar dan lengkungan
atau mirip pelana

mengaji menara
bakal kau jumpa
5 pintu di kanan, 5 di kiri

12 Karas: Majalah Sastra


sebagai panutan hati kepada rukun islam yang hakiki
syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji.
4 saka andalan tegak tanpa bubungan
meruncing dari empat penjuru mata angin
menjelma pajupat yang dahsyat
lima pancer menali papat kiblat
aluamah, amarah, supiyah
dan mutmainah

mengaji menara,
mengaji menara
jendela jalusi menanti
juga pintu ganda berdaun jati
bergaya eropa serta india.
mengaji menara,
mengaji menara
batu-bata tanpa perekat
digosok-gosok hingga melekat
berhias sulur-suluran, putih kecoklatan
berbahan batu alam.
mengaji menara,
mengaji menara
mimbar beranak tangga 3 tingkatan
manunggal dengan dinding bangunan
sebagaimana masjid-masjid di jawa
yang dibangun para sunan

mengaji menara,
mengaji menara
8 pancuran
dari padasan kebo gumarang
merupa asta sang hika marga
sebagai jalan kebenaran

mengaji menara
kau bakal berjumpa rumah bhinneka
tempat berteduh jawa, cina, hindu, dan budha
juga india dan hindia belanda
sebab di menara,
agama dan keyakinan berwajah kearifan
bermata kasih sayang dan berbibir cinta
hingga menjelma senyum bagi semesta
menyeru salam

salam damai dari menara!

solo, 10 maret 2020

Karas: Majalah Sastra 13


Puisi Wijang Wharèk Al Ma’uti
Wijang Wharèk Al-Mau’ti, lahir di Demak, 5 September 1964.
Ia menjadi salah satu penggerak gerakan Revitalisasi Sastra
Pedalaman (1993).
Karya-karyanya pernah dimuat di berbagai media massa cetak
dan terhimpun ke dalam puluhan antologi bersama,
seperti Panorama Dunia Keranda (Solo,
1991), Kicau kepodang
2 (Solo, 1993), Refleksi
Setengah Abad
Indonesia
Merdeka
(Solo, 1995),
Puisi (Antologi
Puisi Penyair
se Sumatera,
Jambi, 1996),
Dari Bumi Lada
(Temu Penyair
Sumatera, Jawa
dan Bali; Dewan
Kesenian Lampung,
1996), Mimbar
Penyair Abad 21
(Dewan Kesenian
Jakarta; Balai Pustaka,
1996), Puisi-Puisi Dari
Pulau Andalas (TB
Lampung, 1999), Tanah
Pilih (Temu Sastrawan Indonesia
I; Jambi, 2008), Mengucap
Sungai (Temu Budaya Nasional,
TB Riau, 2010), Percakapan Lingua
Faranca (Temu Sastrawan Indonesia
III; Tanjungpinang, 2010), Puisi Menetas di
Kaki Monas (Temu Sastrawan MPU IX, Jakarta, 2014),
Tonggak Tegak Toleransi (Temu Sastrawan MPU X, Kupang NTT,
2015), dan Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Provinsi
Jawa Tengah, 2018). Adapun buku antologi puisi tunggalnya
bertajuk Perayaan 99 Kematian terbit tahun 2018. (*)

14 Karas: Majalah Sastra


Wijang Wharèk Al-Mau’ti

IMAJINASI SENTANI
: “di sini kami tinggal dengan damai” (missionaris BL Bin, 1898)

dari legenda kisah naga


orang-orang papua nugini purba
tersesat di antara 21 gugusan pulau
dipeluk pegunungan cycloops yang memukau

sungai-sungai seperti djaifuri


belo atau pun flafouw tak pernah mati
mengalir ke hilir bersama 34 mata air
dalam iklim tropis basah yang selalu mencair

ini negeri muara segala mimpi


serupa surga kecil yang turun ke bumi
berpagar jajar pohon kayu putih
matoa dan pinang merah merona
bagai lipstick memulas bibir dara
penuh pesona membuat terkesima

sementara di yougwa
resto di tepiannya
juice terong belanda
ikan gabus kuah asam
berpilih papeda
merayakan perjamuan

sepertiku, kau pun akan memandang


wajah kenangan mengambang bergoyangan
berenangan di atas permukaan
serupa lingkaran-lingkaran kerinduan
yang berjatuhan dari ranting dan dedaunan

di sana, di danau sentani


kita akan damai menghuni

- papuadlg, 03062016

Karas: Majalah Sastra 15


Wijang Wharèk Al-Mau’ti

ANALOGI CINTA
dengan apalagi mesti
mengungkap cinta sejati
sedang kisah sultan iskandar muda
dan putroe phang putri khamalia
dari pahang negeri seberang
telah lama memprasasti
bagai bunga putih mekar berseri
menjadi gunongan taman sari
tempat menyepi
dan menghibur diri
ketika kangen perbukitan asri

dengan apalagi mesti


mewujudkan cinta abadi
sedang kisah taj mahal di agra uttar pradesh
persembahan kaisar mughal shah jahan
untuk isteri persianya arjumand banu begum
telah tegak berdiri
atau prasat hin phimal
pun sudah menjadi bukti
cinta pangeran prajitt buat orapima
isteri yang dipersunting sejak dalam kandungan

dengan apalagi mesti


mengucapkan cinta suci
sedang kata-kata telah terpatri
di stratford castle, durban
“true love is a durable fire...
never sick, never old, never dead...”
demikianlah sir walter raleigh
menuliskannya begitu indah

ya, dengan apalagikah, kekasih


mesti kupersembahkan mahar
untuk kita dapat duduk di pelaminan
atau cukup dengan sehimpun puisi
dariku si pejalan sunyi?

- acehdlg, 19972017

16 Karas: Majalah Sastra


Karas: Majalah Sastra 17
Wijang Wharèk Al-Mau’ti

‘AINUN
aku akan datang, ‘ainun
bukakanlah pintu untukku
sebab dari sekian waktu
telah kuperam segala rindu

berpuluh purnama
aku terjaga
menanti senja
tanpa jeda

aku segera tiba, ‘ainun


kuakkanlah daun jendela
untuk kita bisa saling sua
bertukar hawa cinta
yang sempat tertahan
sejak mula kepergian

musim demi musim


kulewati dengan tintrim
dan kesendirian
adalah sunyi menyakitkan
yang selalu melahirkan
kangen tak bertepian

aku telah sampai, ‘ainun


di tubir kubur jalan penghabisan
mari, rentangkan tangan
untuk kita berpelukdepakan
mungkin seperti romeo juliet
atau kisah rara mendut dan pranacitra

aku sudah diujung waktu


menenun kafan kesunyian
menuju rumah tanpa cahaya
meninggalkan segala yang tampak fana
tapi tidak untuk cinta dan rinduku
padamu, padamu, ‘ainun

- dlg, 130920192020

18 Karas: Majalah Sastra


Wijang Wharèk Al-Mau’ti

TANAH AIR
ini tanah air kita
bukan serupa kota yang dikutuk
seperti sodom dan gomorah
yang kemudian musnah
oleh hujan belerang dan api

ini tanah air kita, sayang


bukan laksana negeri berhampar gurun pasir
padang-padang cadas berudara kering
tempat dahulu burung-burung ababil
melemparkan kerikil-kerikil bara dari langit
ke pasukan gajah abrahah
bukan pula seperti negeri nuh yang jauh
dan pernah tenggelam tersebab prahara bah
empat puluh hari empat puluh malam

bukan, sayang!

tapi ini tanah air kita sendiri


negeri warisan leluhur yang subur
untuk menebar dan menyemai benih cinta
pun menanam pohon kasih di rahimnya

sebab itu
jangan biarkan
orang-orang menabur kebencian
atas nama prasangka dan keyakinan buta
jangan biarkan
lidah mereka memelihara dusta
mencela dan menista demi nafsu berkuasa
jangan biarkan
tangan-tangan kotor mereka
menabuh genderang perang dan menghunus pedang
untuk sengaja meluka

jangan, sayang!

sungguh, ini tanah air kita


bukan bayang-bayang
negeri seberang!

- dlg, 08112016

Karas: Majalah Sastra 19


Wijang Wharèk Al-Mau’ti

PERIHAL
KENANGAN
: sunting -upita agustin dan yvonne
de fretes

kenangan adalah ibu


yang menyimpan rahim
tempat segala rindu
dan cinta bermukim

sebagai ibu, ia tak pernah


mengajarkan menanam tajam
pada bilah belati untuk merajam
apalagi mengasah dengan amarah
untuk menghunjam dan melukai
mengoyak atau pun menguliti

sebagai ibu, ia akan selalu


menjaga lidahmu
dari setiap kata yang tidak perlu
agar suara mampu meredam nafsu

sebagai ibu, ia senantiasa


memelihara segala peristiwa
merawat waktu dan ingatan
agar kelak sejarah tak kaulupakan

kenangan itu, ya, kenangan itu


seperti puisi haru
yang dituliskan sang empu
ia akan abadi
untukmu sesekali singgah menziarahi

- pdgbkldlg, 19952017

20 Karas: Majalah Sastra


Karas: Majalah Sastra 21
Cerpen Jusuf A.N.
PERANGKAP
BAGI PARA PENCURI

“Nanti malam, berkumpullah di puncak bukit Apel.


Akan aku ajari saudara-saudara bagaimana memasang
perangkap itu!” kata Kepala Kampung dengan suara
serak tetapi terdengar tegas.

22 Karas: Majalah Sastra


Kami, yang telah didera menangkap satu pun di tidak asam atau sepah,
kemalangan berupa antara para pencuri itu. melainkan perpaduan
kemalingan berminggu- antara ketiganya.
minggu, begitu antusias Kampung Apel, begitulah
mendengar pengumuman orang-orang menyebut Bagi warga yang memiliki
itu, tak sabar menunggu kampung kami. Sebuah kebun yang luas tentulah
datangnya matahari kampung kecil di lembah sangat beruntung, karena
tenggelam. Betapa pencuri- bukit Apel yang hampir mereka dapat hidup
pencuri itu telah begitu keseluruhan tanahnya sejahtera dari pohon-pohon
meresahkan kehidupan ditanami pohon apel. apel yang berbuah tanpa
di kampung kami. Entah Pohon apel dengan kenal musim. Tetapi bagi
dari mana mereka buah-buahnya yang warga yang tak memiliki
datang dan bagaimana sebesar kepal tangan, jika kebun, tak patut berkecil
cara mereka merampok matang berwarna ungu hati, karena mereka tetap
apel-apel di kebun kami. berkilauan, dan lezatnya dapat menikmati buah apel
Kami nyaris kehilangan tak tertandingkan. Apel setiap hari. Setiap warga
semuanya yang tidak manis, juga menanam pohon apel
dan hampir di depan rumah mereka,
putus asa yang dari sepohon apel
karena saja, setiap harinya
tak bisa

Karas: Majalah Sastra 23


dipastikan ada yang masak, Sekarang, tiada seorang kebun lainnya.
siap disantap. Kalaupun pun berani lancang
kurang puas hanya dengan memetik buah apel tanpa “Apa ini ulah binatang?”
sebuah apel satu hari, bagi mendapat ijin pemiliknya. tanya seseorang di tengah
warga yang tidak memiliki Semua itu bermula setelah kerumunan.
lahan, boleh-boleh saja terjadi pencurian—sebagian
bertandang ke kebun menyebutnya wahab—yang “Apa bedanya pencuri
yang sedang panen; tanpa baru pertama kali terjadi. dan binatang?” sanggah
harus malu-malu meminta, Pagi itu, kampung kami yang lain, seperti tengah
mereka yang panen pasti gempar oleh kabar seorang mengumpat. Lagian,
akan menawari makan warga yang mengaku telah binatang apa yang
apel dan membawa pulang kehilangan semua apel di sanggup menghabiskan
secukupnya. lahannya. begitu banyak apel dalam
semalam kecuali binatang
Ai, ai, alangkah damainya Di kebun-kebun, warung- berkepala manusia?
kehidupan di kampung warung, gardu, di depan
kami. Sesama warga hidup tungku dan tempat Kami benar-benar marah,
tekun berkebun, rukun, tidur, orang-orang ramai dan setuju menyebut
saling mengerti dan membincang kejadian itu. rentetan peristiwa
senang memberi, bahkan pencurian ini sebagai
merelakan apel-apelnya “Pastilah bukan warga kita wabah. Dan sejak itulah
dipetiki oleh anak-anak yang mencuri!” kami membuat jadwal
yang kelaparan sehabis ronda, juga memagari
berenang di sungai “Warga kita?” kebun-kebun kami yang
siang-siang, atau para tadinya dibiarkan terbuka.
pemburu dan pemancing “Tidak mungkin. Sejak Tetapi begitulah, Kawan,
yang kebetulan melewati kapan warga kita senang pencurian demi pencurian
perkebunan apel kami. Ya, mencuri?” kembali terulang dan
mulanya memang boleh- terulang. Para pencuri
boleh saja orang memetik “Pencuri itu pastilah orang itu seperti tupai yang
buah apel yang bukan jahat.” lihai meloncat-loncat dan
miliknya dan tidak akan mencari waktu yang tepat.
pernah dipermasalahkan “Warga kampung ini tidak
oleh yang punya, dengan ada yang jahat ‘kan?” Kami mencoba menebak,
syarat apel itu untuk barangkali pencuri itu
disantap bukan untuk “Ah, barangkali ini cobaan.” datang dari kota. Akhir-
dijual. akhir ini kami sering
“Jelas-jelas ini pencurian!” mendengar cerita tentang
Dulu, tiada seorang pun pencurian yang sedang
terkejut ketika menyadari “Tetapi apel yang dicuri itu marak di kota. “Ya, bisa
buah-buah apel di depah tidak seberapa dibanding saja. Orang kota memang
rumah atau di kebun ada apa yang telah kita dipanen pintar. Bukan hanya siasat
yang hilang—meski jarang selama ini.” yang mereka gunakan
sekali ada orang yang untuk mencuri, tetapi cara
menyadari akan kehilangan Belum genap seminggu, mereka menyembunyikan
apel mereka. Kalau toh ada seorang warga kembali hasil curian, dan bagaimana
yang merasa kehilangan, murka karena buah-buah supaya bisa terbebas
mereka justru bangga, apel yang hendak dipanen dari hukuman. Lebih
karena menganggap tak lagi tersisa. Beberapa mudah memburu celeng
bahwa pastilah buah hari setelah itu, pencurian ketimbang memburu
apelnya lebih lezat kembali terjadi di kebun orang seperti mereka,” kata
dibanding milik orang lain. yang lain. Peristiwa yang seorang pemburu yang
sama terus terjadi dan kebetulan tengah melintas
Itu cerita masa lalu, Kawan. terjadi, dari satu kebun ke pulang, bersama rekannya

24 Karas: Majalah Sastra


menggotong seekor berlari. Dan akan terus mantra-mantra. Mantra-
celeng. berlari sampai kehabisan mantra yang asing, yang
tenaganya. Tidak lain seketika membuat bulu
Esok hari, kami berduyun- karena ia telah mencuri kuduk kami berdiri.
duyun melapor ke apel di kebunku ini,” terang Kami tidak peduli dari
kantor keamanan di kota Kepala Kampung dengan mana Kepala Kampung
kecamatan. Tapi para dada membusung. “Itu mendapat mantra-
petugas di sana tidak hukuman yang pantas mantra itu. Di kampung
memberikan kepastian bagi seorang pencuri,” kami, Kepala Kampung
kapan pencuri-pencuri sambungnya, sembari adalah orang yang berusia
itu bisa ditangkap. Kami menunjuk lelaki tua yang paling tua. Mungkin saja
pun buru-buru pergi dari masih berlari dan sesekali ia mendapatkan ilmu itu
kantor itu, melangkah terjatuh tetapi kembali dari para moyang kami
dengan percakapan bangkit dan berlari. dulu dan baru sempat ia
yang lebih banyak berisi turunkan kepada kami.
makian. Ketika salah Kami yang mendengar Entahlah, kami hanya
seorang di antara kami keterangan itu hanya ingin kebun-kebun kami
mengeluarkan prasangka terbengong. Kami aman, dan untuk itu
bahwa mungkin para mengenal lelaki tua yang kami bersedia melakukan
polisilah pencurinya, kami dikatakan sebagai pencuri apapun yang diperintahkan
menghentikan langkah itu. Ia memang kerap Kepala Kampung.
sejenak. Polisi? Mungkin memetiki apel kami tanpa
saja. Tetapi mungkin juga izin, sebab ia sendiri tidak Usai merapal mantra-
orang yang mengatakan memiliki pohon apel. Tetapi mantra, kami diberi
bahwa polisilah pencurinya biasanya, ia memetik apel potongan-potongan kain
itu yang sebenarnya adalah hanya untuk dimakan di segi empat yang sudah
pencurinya, siapa sangka. tempat, sebagai pengganjal ditulisi rajah.
perut lapar, bukan untuk
Selama pencuri itu belum dijual. “Tanam kain-kain itu
tertangkap, selama itu persis di tengah-tengah
pula pikiran kami liar “Ya, mungkin bukan dia kebun kalian!” ujar Kepala
menebak-nebak. Maka, pencuri sesungguhnya. Kampung terdengar seperti
warga yang tidak memiliki Barangkali memang, suara seorang dukun.
kebun yang tadinya tidak dia hanya mencuri sebiji “Siapa pun orang yang
menyimpan cemas karena saja sebagaimana sudah berani mencuri apel-apel
tidak memikirkan akan menjadi kebiasaannya. kita, maka akan bernasib
kemalingan, kini turut Tetapi saudara harus tahu, sama seperti Pak Tua yang
gelisah dan susah tidur mulai detik ini kita tidak kalian lihat pagi tadi.”
karena mereka sering perlu cemas lagi. Aku sudah
diawas-awasi, dicurigai, dan punya cara ampuh untuk Demikianlah, kami tidak
tidak bebas lagi memetiki menjerat para pencuri.” sabar lagi menunggu
apel-apel milik tetangga. ada pencuri yang terjerat
Ucapan itu seperti nyala api perangkap yang kami
Sampai suatu hari, kami yang menghangatkan jiwa- pasang. Kami merindukan
dikejutkan dengan sebuah jiwa kami. menyaksikan pencuri
kabar. Kabar tertangkapnya berlari-lari mengitari kebun
seorang pencuri. Kabar itu *** kami seperti hukuman
berhembus seperti angin. yang dijalani Pak Tua di
Dalam waktu singkat, Malam itu kami berkumpul. kebun Kepala Kampung.
warga sudah bergerumbul, Dibimbing Kepala
di sebuah kebun apel milik Kampung yang mengaku Dan ternyata kami tidak
Kepala Kampung. telah menemukan cara perlu menunggu lebih
ampuh untuk menjerat dari tiga hari. Pagi-pagi,
“Lihatlah! Orang itu terus pencuri, kami merapal seorang warga memukul-

Karas: Majalah Sastra 25


mukul kentongan, ingin membuat orang dll. Kumpulan puisi
mengumumkan kalau di celaka hanya karena tidak tunggalnya berjudul
kebunnya ada sekelompok mengetahui aturan yang
Sebelum Kupu-kupu
pencuri sedang berlari-lari berlaku di kampung kami,
mengitari kebunnya. terlebih lagi kampung kami (2009) mendapat
kini banyak dikunjungi penghargaan dari
Ayaya. Tontonan yang wisatawan. Selain itu, Pusat Perbukuan
sangat menarik. Kami setelah Kepala Kampung Nasional, Hikayat
tertawa sampai serak kami mangkat dan Sri (2018) mendapat
menyaksikan tampang- kemudian kami dipimpin
penghargaan
tampang pencuri yang oleh Kepala Kampung
telah menghilangkan utusan dari kota, kami Prasidatama dari Balai
kedamaian tidur kami disuruh untuk berhati-hati. Bahasa Jawa Tengah.
selama beberapa minggu Sebab katanya, pemerintah Novelnya, Jehenna
ini. Jumlah mereka sekitar sudah menetapkan aturan (2010), Burung-Burung
sepuluh orang, sebagian yang bisa menyeret kami Cahaya (2011) dan
sudah jatuh tak sadarkan ke penjara.
Mimpi Rasul, Pedang
diri, pastilah karena tidak
kuat lagi berlari. Duh! Apa salahnya dengan Rasul (2012), Kailasa
aturan kami? Kami tidak (2016). Kumpulan
Ternyata betul kata si paham. Benar-benar tidak cerpennya, Gadis Kecil
Pemburu, para pencuri paham. Kepala Kampung yang Mencintai Nisan
itu berasal dari kota. dari kota itu menerangkan (2012), Ibu yang Selalu
Mereka mengaku hanya bahwasannya aturan kami
Berdandan Sebelum
sebagai suruhan, agar dianggap main hakim
kami kapok menanam sendiri. Tidur (2017)
apel dan kemudian rela
menjual lahan-lahan kami. Kami pikir bukan itu Email jusufan1984@gmail.com.
Pengakuan itu seketika alasan yang sebenarnya. Hp: 085230373555.
membuat kami teringat Barangkali mereka hanya
peristiwa beberapa tahun ketakutan jika kami
lalu, saat kami keras merapal mantra-mantra
menolak rencana Kepala dan kemudian menanam
Kota membangun gedung- kain yang sudah dituliskan
gedung dan pusat wisata rajah di sekitar gedung-
di pebukitan tempat kami gedung tempat mereka
tinggal. menyusun aturan dan
siasat pencurian.
***
Wonosobo, 2020
Sebenarnya kami malas
bertutur hal-ikhwal aturan Jusuf AN lahir di Desa
di kampung kami. Kami
sudah bosan, Kawan.
Lipursari, Wonosobo,
Berulang kali telah kami Jawa Tengah 2 Mei
ceritakan pada para pencari 1984. Karya-karyanya
berita dan tak lupa pula berupa cerpen, puisi,
kami buka keterangan dan esai tersebar
yang belum ditanyakan di berbagai media
kepada mereka. Sekali lagi,
berulang kali. Mulut kami
daerah dan pusat,
lelah kalau disuruh berkata antara lain Majalah
yang itu-itu juga. Namun Sastra Horison, Jurnal
begitu, sungguh kami tidak Cerpen Indonesia,

26 Karas: Majalah Sastra


Puisi Sri Penny A.H.
Sri Penny AH adalah Ketua Bidang Sastra dan Fiksi Forum Silaturahmi
Penulis Grobogan (FSPG). Sehari-hari menjadi guru di MAN 1 Grobogan.
Ia dikenal sebagai penulis dan pembaca puisi di berbagai even, baik
lokal, provinsi, maupun nasional. Buku antologi puisinya yang telah terbit
berjudul Perjalanan Diksi, Sehimpun Puisi 2013--2018 (Hanum Publisher,
2019).

Karas: Majalah Sastra 27


Sri Penny A.H.

NEGERIKU PINCANG
Sesudah membuat maklumat
Ketok palu wajib sepakat
Kemudian hengkang sambil melenggang
Selalu begitu
Rakyat di larang menggugat
Taat patuh adalah kewajiban
Apa yang bisa kita perbuat selain kata menurut
Tak pedulikan kita terseok seok
Jatuh bangun
Bermandikan peluh
Demi satu kata patuh
Awas saja jika kau semena kepada kami
Kami akan mengepalkan tangan
Bergerak menyerang dengan keberanian
Terlalu letih atas semua keputusanmu
Terlalu gerah atas semua prakarsamu
Kami semua kau jadikan boneka
Bebas kau buat obyek serakahmu
Rakyat kau buat main-main
Peraturan kau buat ugal-ugalan
Negeri macam apa ini
Jika tak pernah ada ujung pangkalnya setiap ada permasalahan
Tak pernah ada titik temu jika saling beradu
Negeriku semakin sakit
Semakin rumit
Menyebalkan jika selalu diungkit
Rezim bobrok
Kasta perut
Hierarki busuk
Selalu bikin rakyat kerasukan
Ratu adil datanglah
Libas tindas segala keonakan di muka bumi ini
Selamatkan negeriku dari penghuni-penghuni picik dan licik ini
Sembuhkan sakit negeriku ini
Agar rakyat bukan obyek kegagalan memimpin mereka

Purwodadi, 30 Juli 2020


28 Karas: Majalah Sastra
Sri Penny A.H.

CINTAKU DI BATAS SENJA


Tergopoh aku dalam lingkaran senja
Menata rasa membalut luka
Senja kala itu menyisakan luka
Di antara peron itu kata terucap sudah sepenggal
Setiap larik ucapmu serasa hambar
Tatapan matamu Nampak gusar
Aku biarkan sajak luka ini menganga di setiap peron statsiun ini
Aku biarkan waktu menggelangi rasaku
Sirene mulai terdengar
Masih kulihat wajahmu terpapar sangar
Tak ku lihat secuil pun rasa cinta yang tlah lama bersandar
Hilang bersama gelegar Guntur kemarin sore
Senja darimu aku banyak tahu
Arti indah dan terluka

Grobogan, 5 Agustus 2020

Karas: Majalah Sastra 29


Sri Penny A.H.

REMBULAN
Ada yang setia dalam pekat
Menebar hakikat tanpa bisa di sekat
Berlayar melingkupi semesta tanpa bisa dikejar
Menjauhkan segala penat
Kaukah itu rembulan yang hadirmu dinanti manusia sejagat
Kemilau cahayamu menentramkan jiwa
Cahaya teduh yang tak bisa ditawar

Grobogan, 5 Agustus 2020

30 Karas: Majalah Sastra


Sri Penny A.H.

RINDU BERPAGAR
Sudah sekian pekan
Rentetan rindu ini cukup aku sekap dalam ruang gelap
Larik-larik rindu pun cukup aku jeruji dalam kamar tak berpenghuni
Sajak-sajak beraroma rindu pun harus aku larung jauh-jauh ke dalam laut
tak bermuara

Sudah sekian bulan


Anyaman rindu ini kian rumit
Bak jantung terhimpit dua serambi kanan dan kiri
Laman-laman putih ini berisi bai-bait rindu harus aku tutup tanpa
diminta

Entah sampai kapan persoalan rindu ini terurai


Sajak rindu belum usai lahir bait sendu
Larik rindu belum terurai
Hadir sajak luka karena menahan rindu
Semua membisu
Tak ada yang kan bicara
Tak ada yang bisa menyelsaiakan persoalan rindu ini
Haruskah aku harus bicara dengan kertas putih ini tanpa pemegang pena
Haruskan aku berterikan dengan spidol hitam ini tanpa sapaan
Haruskan aku biarkan kekosongan ini merajai hati dan hidupku

Entah kepada entah berantah


Gundahku semkain menggulana
Resahku semakin bikin ucapku penuh serapah
Waktu ayo jawab
Kapan kau bisa menyelsaikan rindu ini
Aku sudah rindu mereka yang selalu menatapku tiap pagi
Aku sudah tak kuasa menahan jumpa pada mereka yang menunggu satu
eja dariku
Waktu lekas pertemukan dengan jantung pengetahuanku

Grobogan, 29 Juli 2020 21.52

Karas: Majalah Sastra 31


Sri Penny A.H.

BULAN MERAH PUTIH


Agustus mengutus Kepada seluruh anak negeri
Agustus menitahkan rakyat Indonesia harus tetap merdeka
Agustus berkata jangan sampai rakyat Indonesia terhalang untuk menyuarakan kata
merdeka
Sekali merdeka tetap merdeka
Agustus berpesan agar kemerdekaan ini jangan hanya kenangan
Jangan hanya euphoria tahunan yang berakhir tanpa makna
Napak tilas sejarah bahwa kemenangan ini tak bisa dibeli dengan rupiah
Sebuah perjuangan yang bermandi darah kala itu
Tidak hanya harta benda raga pun jadi taruhannya

75 tahun lalu
Agustus adalah bulan tercabutnya tangis
Bulan terbebasnya nafas dari jepitan tirani
Bulan terbebasnya rakyat Indonesia dari tipu daya Belanda
Agustus adalah adalah bulan yang menjadi saksi kemerdekaan yang tak pernah putus

Agustus berpesan di peringatan kemerdekaan ini sambutlah dengan suka cita


Buatlah parade merah putih
Buatlah barisan muda merah putih
Kibarkan merah putih setingi-tingginya
Dendangkan lagu kemenangan
Teriakkan kata merdeka di pelataran rumahmu
Di gang gang kumuh, di rumah-rumah mewah, di gedung –gedung megah, di setiap
tempat, yang kamu lewati
Kepalkan tangan seraya berucap merdeka
Mari kita sambut
Kemenangan jiwa raga
Kebebasan hak dan wewenang tanpa ada kata tapi
Sambut ulang tahun negeri ini dengan suka cita meski pandemi masih merajai negeri
Buktikan bahwa kita rakyat Indonesia akan menjaga merah putih sampai dunia ini di
telan bumi
Kibarkan merah putihmu di seluruh penjuru pertiwi
Agar rakyat pribumi ini bisa lebih dalam mengagungkan bulan Agustus
Mengistimewakan Agustus sebagai bulan merah putih

Yoyakarta, Balairung, 8 Agustus 2020


32 Karas: Majalah Sastra
Sri Penny A.H.

COVID MENGGERUS AGUSTUS

Kibaran merah putih tlah dibentangkan


Satu Agustus adalah kesaksian awal
Bahwa kita sebagai bangsa tak pernah abai
Prasasti merdeka ini

Bendera umbul-umbul terpasang di segala penjuru tanah air


Menjamur bak kerumunan lebah yang keluar dari sarangnya
Sorak sorai menyambut Agustus tak pernah putus

Gempita perayaan
Segudang sambutan telah dipersiapkan
Bejibun lomba virtual pun di galakkan
Sebagai wujud cinta
Sebagai bukti rasa
Sebagai ikrar bangsa bahwa kita tlah merdeka
Dan akan tetap mempertahankan kemerdekaan

Namun semua terasa hambar


Karena semua harus terhalang
Ditahan, dibatasi
Merdeka yang kusebut serasa di jeruji
Semua hal ikhwal harus di pangkas
Mengalah demi covid
Menyerah karena corona
Corona tlah merampas perayaan
Covid menghimpit ingin

Tapi rasa nasionalisme tak akan berkurang meski corona menghadang


Aku akan membuktikan bahwa Indonesia kan tetap merdeka meski corona di depan mata
Bangsaku akan tetap jaya meski covid mencubit
Bangsaku kita simpan segala perayaan nyata
Kita gemakan merdeka meski tak bertemu raga
Merdeka tetap nyata adanya
Semoga corona segera sirna

Grobogan , 5 Agustus 2020

Karas: Majalah Sastra 33


Cerpen Dimas Indiana Senja

TOKOH
KAMU
YANG
BERTARUNG
DENGAN
RAMALAN

Tokoh Kamu masih mau menuliskan pesan penting lagi untuk kita
duduk lemas. yang ingin Tokoh bahas dalam cerpen
Tangan kanannya Kamu kirimkan kepada ini.
menggenggam seseorang di seberang
gadget, dan ibu jarinya sana, entah di mana Tokoh Kamu menghela
napas panjang. Tokoh
memain-mainkan dan entah siapa. Kita Kamu kembali membuka
layar. Matanya kosong. sepakati saja bahwa buku Mistik Kejawen untuk
Tokoh Kamu seperti Tokoh Kamu sedang kesekian kalinya. Tokoh
menunggu panggilan, melamun. Artinya Kamu terus mengulang-
atau menunggu pesan, pergerakan jempol di ulang bagian perhitungan
atau barangkali justru layar gadgednya tidak weton. Tokoh Kamu
terbawa pada ingatan
34 Karas: Majalah Sastra
tepat sebulan sebelum tua”. Tokoh Kamu masih Dan betapa beruntungnya
memutuskan untuk belum percaya dengan cara mereka, mendapatkan
menikah. berpikir kolot bapak dan hitungan Tinari, sehingga
ibunya, dan hampir seluruh rumah tangga mereka awet
“Kamu pikirkan lagi masyarakat tempat Tokoh sampai Tokoh Kamu sendiri
aja, gah” nada pelan Kamu tinggal. Bahkan sudah dewasa dan hendak
ibunya yang berusaha konon, bapak ibunya juga menikah.
menenangkan “Wajar, sebelum memutuskan
bapak menentang rencana menikah, melalui Tokoh Kamu adalah
pernikahanmu itu. Kita pertimbangan matang seorang berpendidikan
orang Jawa, mau nggak mengenai hitung-hitungan tinggi. Bagi Tokoh Kamu,
mau tetap berpegangan hari lahir, atau yang hal-hal tidak lazim
pada kepercayaan wong diistilahkan dengan weton. semacam ini tetap tidak

Karas: Majalah Sastra 35


masuk logika, cacat Kamu mengalami nasib dada yang lapang, urusan
sebagai sebuah penalaran. buruk, yang konon rumah tangga tentu tidak
Tidak ada keterkaitan ditengarai lantaran akan menjadi persoalan
secara ilmiah antara hari perhitungan weton yang serius” Tokoh Kamu
lahir suami-istri dengan tidak cocok dan mereka membuang napasnya
hubungan rumah tangga tetap memaksa menikah. pelan-pelan.
yang akan dibangun.
Karena betapapun semua Cerita itu Tokoh Kamu “Bukannya setiap rumah
tergantung garis takdir. dapatkan ketika menemui tangga punya masalah
Dan sebagaimana yang Ki Daslam, adik dari masing-masing, Ki?” Tokoh
Tokoh Kamu yakini, takdir kakeknya, untuk meminta Kamu menghadapkan
bisa diupayakan. pendapat mengenai wajahnya ke Ki Daslam.
keputusannya tetap “Benar, Gah” Ki Daslam,
Tokoh Kamu tetap menikah mesti hitungan dengan tetap tenang
berusaha untuk wetonnya tidak cocok. mencoba memberi
meyakinkan diri bahwa Ki Daslam mencoba pengertian, “Setiap
ketakutan orangtuanya memberikan pengertian keluarga, atau rumah
lantaran Tokoh Kamu kepada Tokoh Kamu tangga pasti mempunyai
dan istrinya mendapat dengan sangat hati-hati. Ki masalah, apapun itu” Ki
hitungan sial itu tidak Daslam tidak mau Tokoh Daslam memutuskan
akan pernah terjadi. Itu Kamu tersinggung ataupun untuk duduk di rusbang
hanya mitos belaka. Tetapi, sedih. di ruang tamu rumahnya.
manusia dibentuk oleh “Tetapi, kita juga harus
lingkungan. Tokoh Kamu Dengan nada suaranya tetap berpegangan pada
mulai sedikit didera rasa yang agak berat, Ki kepercayaan wong tua.
cemas dan takut beberapa Daslam bercerita tentang Kita kan semua pasti
bulan setelah menikah. anak sepupunya yang menginginkan rumah
Pasalnya, Tokoh Kamu lahir mengalami kesialan. tangga yang dibangun itu
di hari Selasa Pon, yang Penjumlahan neptu dari awet” lanjutnya dengan
berarti punya hitungan 10, anak sepupunya dan menatap dalam-dalam
lantaran Selasa adalah 3 istrinya berjumlah 33, yang ceruk mata Tokoh Kamu.
dan Pon itu 7, sedangkan berarti masuk kategori
istrinya lahir di hari Senin Padu. Kehidupan keluarga “Kamu tahu kan Karman
Legi yang berarti punya mereka dipenuhi dengan anaknya Kaji Dullatip?
hitungan 9, lantaran Senin pertengkaran. Hingga para Hidupnya bahagia lantaran
adalah 4 dan Legi itu 5. tetangga sudah hafal jam- ia menikah dengan
Jumlah keduanya menjadi jam mereka bertengkar. perempuan yang hitungan
19. Dalam kepercayaan Keluarga kecil itu tidak ayal wetonnya pas. Mereka
Jawa, jika sepasang suami menjadi bahan gunjingan mendapat hitungan Ratu”
istri memiliki hitungan di pos ronda, di arisan dasa Ki Daslam tidak kurang
weton dengan jumlah wisma, di pertigaan desa bahan untuk meyakinkan
19, maka diistilahkan tempat tukang sayur dan Tokoh Kamu. “Apa kamu
dengan pegat, yaitu ibu-ibu berkumpul setiap nggak kepengin punya
keadaan di mana pasangan pagi. kehidupan seperti
itu akan mengalami mereka?” Ki Daslam
masalah-masalah yang “Mungkin itu memang mencoba merayu.
menyebabkan perceraian. sudah takdir mereka, Ki”
Tokoh Kamu mencoba “Ki, si Karman itu hidupnya
Ketakutannya semakin menjawab sekenanya, bahagia karena memang
bertambah lantaran agar kesan mistis dari orang kaya, dari keluarga
ada tetangganya yang perhitungan weton tidak berada, bapaknya lurah
mengalami hal serupa. begitu menjadi alasan yang sudah dua periode
Tetangga yang masih “Kalau toh mereka punya menjabat” Tokoh Kamu
saudara jauh dari Tokoh kepala yang dingin dan dengan sigap langsung

36 Karas: Majalah Sastra


melancarkan jawaban, kecewa lantaran tidak nasib dan melamun dan
“Sawahnya luas, punya mendapatkan dukungan membaca buku Mistik
Ricemil sendiri. Istrinya si dari Ki Daslam, orang yang Kejawen dan penyesalan
Juleha, dokter, anaknya Pak sering dimintai pendapat dan tangis paling rintih:
Camat. Lha, bagaimana setiap Tokoh Kamu menyadari tidak lagi ada
mereka tidak bahagia?” mendapatkan masalah istri yang akan menemani
tukas Tokoh Kamu. atau dalam keadaan hari-harinya lagi.
gundah.
Tokoh Kamu ikut duduk ***
di rusbang yang terbuat Tokoh Kamu masih
dari kayu jati. “Ki Daslam memegang erat-erat “Eyang bangun” lamat-
pernah dengar cerita keyakinannya. Sampai lamat Tokoh Kamu
Samidi dan Siti warga tiba saatnya sesuatu yang mendengar rengekan anak
dukuh sebelah?” kali ini tidak diharapkan terjadi. kecil, sebelum Tokoh Kamu
Tokoh Kamu seperi akan Tokoh Kamu dan istrinya benar-benar membuka
menguasai pembicaraan mengalami kerugian dalam matanya secara utuh,
sepenuhnya. “Dua orang usahanya. Tokoh Kamu “ayo kita pulang” suara
yang saling mencintai terlilit hutang. Persoalan itu sedemikian dekat,
itu gagal menikah itu berimbas pada pola dan Tokoh Kamu sangat
lantaran perhitungan komunikasi suami istri hafal dengan nada suara
weton yang konon jatuh yang tidak lagi sehat. itu: cucu ke tiga dari anak
dalam hitungan Sujana” Rumah tangganya tidak keduanya.
nada Tokoh Kamu mulai lagi seharmonis dulu,
agak meninggi. Dalam awal-awal pernikahan. Tokoh Kamu telah siuman.
kepercayaan Jawa, jika Tokoh Kamu dan istrinya Anak dan cucunya saling
hitungan sepasang sering bertengkar. Dalam melempar senyum bahagia.
suami istri mendapat kondisi yang serba Mengitari kasur tempat
Sujana, maka rumah membingungkan itu, Tokoh Kamu tergeletak
tangganya akan dipenuhi Tokoh Kamu mendapat selama lebih dari tiga jam
pertengkaran dan peringatan dari bapak koma, setelah Tokoh Kamu
perselingkuhan. mertuanya. Tokoh Kamu terjatuh di kamar mandi
dinilai tidak becus rumahnya. Di ruangan itu,
“Tapi apa nyatanya? Kaji menjadi suami bagi Tokoh Kamu merasakan
Darso, si juragan ayam, anak perempuan semata kehangatan keluarga.
orang paling kaya di desa wayangnya. Dinding berwarna putih
ini, menolak anaknya dan gorden hijau muda
menikah dengan Samidi Waktu terasa begitu seakan memberinya
bukan lantaran weton. cepat. Tokoh Kamu seperti selamat, lantaran Tokoh
Tetapi karena si Samidi terjerembab di lembah Kamu kembali kepada
anak orang miskin dan kebingungan paling pelukan istrinya, yang
sarjana pengangguran!” menyiksa. Ketakutan- setia menemani selama
Tokoh Kamu tidak ketakutannya seolah Tokoh Kamu tak sadarkan
memberi kesempatan Ki mewujud dalam kenyataan diri. Tokoh Kamu terus
Daslam untuk menyela. pahit. Tokoh Kamu tidak mengamati keadaan
“Omong kosong dengan pernah membayangkan sekitar, mencoba
perhitungan weton, Ki!”. rumah tangganya akan meyakinkan diri bahwa apa
sekacau itu. Tokoh yang Tokoh Kamu alami
Pertemuan itu Kamu tidak pernah hanyalah mimpi. Tentang
tidak menghasilkan membayangkan ramalan perceraian dan kehancuran
kesepahaman apapun. tentang kehancuran rumah tangga lantaran
Keduanya bersetia dengan rumahtangganya akan perhitungan weton yang
keyakinan masing-masing. terjadi. Tokoh Kamu stres sempat Tokoh Kamu
Tokoh Kamu pulang dalam berat. Hari-hari dilalui takutkan.
wajah muram. Tokoh Kamu dengan mengumpati

Karas: Majalah Sastra 37


Tokoh Kamu mulai tangganya lebih penting Pada 2020 menjadi
menyusun mozaik dari apapun. Tokoh Kamu peserta terpilih Jejak
ingatannya. Tokoh Kamu senantiasa meyakinkan diri
Virtua Aktor (JVA)
melihat airmuka istrinya bahwa kehidupannya akan
yang penuh sayang. baik-baik saja. Kemendikbud. Nomer
Dilihatnya kasih paling HP, 085741060425.
penuh dari mata yang “Eyang baik-baik saja Pos-el: dimassenja07@
teduh. Garis-garis lipatan kok. Eyang hanya butuh gmail.com
di keningnya adalah bukti istirahat” Seorang dokter
nyata cinta sejati yang telah yang ditemani perawat
diperjuangkan. Tangannya pembawa catatan pasien
yang mengeriput menyeletuk di tengah
menggenggam tangan ketegangan yang terjadi
Tokoh Kamu, dan Tokoh sore itu. Tiga anak dan lima
Kamu lekas mengusap cucunya memeluk Tokoh
airmata di pipinya. Kamu satu persatu penuh
kehangatan. Tokoh Kamu
Tokoh Kamu mengingat menarik napas panjang
betapa berat upayanya dan tersenyum lega. Tokoh
dalam mempertahankan Kamu menyeringai ke
rumah tangga selama arah pembaca cerpen ini.
ini. Juga segala upayanya Seolah Tokoh Kamu berkata
dalam menghalau “Aku telah menang dalam
ketakutan-ketakutan pertarungan melawan
yang sering menghantui. ramalan”.
Selama ini Tokoh Kamu
tidak pernah menceritakan Halaman Indonesia, 2020
soal perhitungan weton
mereka kepada istrinya.
Tokoh Kamu khawatir Dimas Indiana Senja.
jika diberitahu, maka Penulis, dosen, dan
istrinya akan tersugesti
Instruktur Literasi
dan kehancuran yang
diramalkanpun akan terjadi. Nasional. Bukunya:
Nadhom Cinta, Suluk
Dalam hangat dekap Senja, Sastra Nadhom,
istrinya, Tokoh Kamu Kidung Paguyangan,
mengingat masa-masa Museum Buton, Pitutur
sulit di awal pernikahan.
Luhur. Ketua Instruktur
Tokoh Kamu selalu
memperjuangkan Literasi Jawa Tengah,
kebahagiaan istrinya. Selalu Founder Bumiayu
berusaha menjadi suami Creative City Forum
yang baik, agar biduk (BCCF), Pengasuh
rumah tangganya tidak Komunitas Sastra
karam meski terombang-
Santri “Pondok Pena”
ambing badai cobaan
kehidupan yang datang Purwokerto, Pembina
bertubi-tubi. Bahkan ketika komunitas Rumah
terjadi perselisihan dengan Penyu Cilacap. Pada
istrinya, Tokoh Kamulah 2016 pernah diundang
yang meminta maaf di UWRF, Bali. Pada
terlebih dahulu. Bagi Tokoh
2019 pernah diundang
Kamu, keutuhan rumah
di MWCF, Sulawesi.
38 Karas: Majalah Sastra
Terjemahan
Cecep Syamsul Hari
Empat Puisi Cina Kontemporer
Diterjemahkan oleh

Haizi

KAMPUNG SEMBILAN PUISI


Sebuah malam di musim gugur
Membawaku ke masa silam yang sunyi
Bersimpuh di tanahku
Ditemani riak sungai dan biji padi

Sembilan puisi tua


Seperti sembilan kampung
Di musim rontok daun
Membawaku pulang ke masa lalu yang abadi

Dengan diam, bumi menjaga tanah kelahiran


Mengundangku tinggal di kampung halaman
Musim panen seperti kenangan airmata
Dalam hatiku yang terluka

Karas: Majalah Sastra 39


Mo Fei

BADAI
Pusaran badai dalam hatiku, sulit kulawan,
Sama muskilnya dengan menahan hijau rumput
Tumbuh runcing di musim semi. Ketika maut
Menggiring penyair ke sudut sepi, ia terus bernyanyi

Tubuh liar sunyiku bergetar


Selalu siap membakar. Mustahil kau hentikan
Kesedihan yang datang dari kepedihan
Begitulah takdir membawaku berjalan

Tak mungkin lari dari cahaya matahari


Tak mungkin mengubah batu jadi pupur pipi
Seperti permukaan salju memantulkan kerlip bintang
Begitulah aku mencintaimu

Yan Jiafa

JENDELA SALJU
Lukisan pegunungan yang jauh
Lukisan salju di pegunungan yang jauh
Kurasakan hawa dingin yang sepi
Di telunjuk dan ibu jari

Di jendela serpih salju membeku


Di luar jendela bentang salju pucat sekali
Jendela membingkai mataku yang jauh
Ke arah puncak gunung salju yang angkuh

Jalan desa menghilang


Jejak nafas di kaca jendela
Bersatu dengan kabut
Sentuhan hangat dalam dingin yang menyiksa

Dari jendela salju seorang lelaki memandang jauh

40 Karas: Majalah Sastra


Zhang Qinghe

AKU BERBISIK
KEPADAMU
Aku berbisik kepadamu
Dengan seluruh hatiku
Bila masih samar kau dengar
Ke kupingmu bibirku kudekatkan

Rahasia ini untukmu seorang:


Dunia sudah terlampau riuh
Sebab itu bisikan
Lebih ampuh dari teriakan

BIODATA SINGKAT:

Haizi lahir di Provinsi Ahui. Lulus dari Jurusan Hukum Universitas


Beijing pada tahun 1979, di usia 15 tahun. Menulis puisi sejak masa
mahasiswa. Setelah menjadi sarjana, ia mengajar di Jurusan Hukum
dan Politik Univeristas Cina. Ia bunuh diri pada bulan Maret 1989
(penyebabnya tidak pernah jelas hingga saat ini). Puisi-puisinya
dipublikasikan setelah ia meninggal.

Mo Fei lahir di Beijing pada tahun 1960. Setelah menyelesaikan


studinya di Universitas Beijing, ia bekerja sebagai penulis sejarah.

Zhang Qinghe lahir di Provinsi Shandong pada tahun 1949. Bekerja


sebagai editor Chinese Building Material News.

Yan Jiafa lahir di Provinsi Sichuan. Bekerja sebagai redaktur majalah


Stars.

Sumber terjemahan: Chinese Literature 2, Beijing: 1996. Terjemahan


Bahasa Indonesia kelima puisi di atas sebelumnya pernah
dipublikasikan pada tahun 2002 di sebuah surat kabar yang terbit di
Bandung. (csh)

Karas: Majalah Sastra 41


Esai Abdul Wachid B.S.
DARI
SASTRA KEAGAMAAN
KE
SASTRA BERNAPASKAN
ISLAM

Lahirnya berbagai awal perdebatannya Selanjutnya, Goenawan


ragam paham dan disebut sebagai “sastra Mohamad mengidentifikasi
ada dua hal yang
estetika karya sastra keagamaan”.
bisa diketengahkan
Indonesia, yang sebagai motif yang
kemudian melahirkan Di awal tahun 1960-an
melatarbelakangi hadirnya
Goenawan Mohamad
berbagai ragam menulis tentang “Posisi
genre tersebut:
paham pembacaan Sastra Keagamaan Kita
terhadap karya sastra Pertama, adalah motif-
Dewasa Ini” (Ed. Hoerip, Cet.
motif dalam kesusastraan,
itu, senyampang II, 1982:137-146). Goenawan
yakni pencarian identitas
dengan perkembangan Mohamad “...mempertegas
sastrawan-sastrawannya;
pemikiran kreativitas kehadiran suatu genre
dan yang kedua adalah
dalam tubuh kesusastraan
sastrawan yang hidup kita, yakni genre “sastra
motif-motif di luar
di tengah masyarakat keagamaan” sekaligus
kesusastraan, yakni
bangsa yang juga pengaruh penggolongan
mempertanyakan latar
serta rivalitas antar-
berkembang. belakang kehadiran sastra
golongan di dalam
Membicarakan wacana keagamaan ini “...hanya
masyarakat (Editor Hoerip,
sastra profetik dalam bersifat sementara, ataukah
Cet. II, 1982:138).
ia cukup mempunyai
kesejarahannya landasan yang kukuh buat
tidak bisa luput dari Namun, Goenawan
hidupnya di kemudian
pembicaraan terhadap Mohamad
hari?”
mempertanyakan
suatu istilah yang di
keberadaaan sastra
42 Karas: Majalah Sastra
keagamaan itu, “...
adakah motif-motif itu
mempunyai dasar-dasar
yang kuat dan masuk
akal?” (Editor Hoerip, Cet.
II, 1982:139). Persoalan
tersebut dianalisis dan
dijawab oleh Goenawan
Mohamad yang berujung
bahwa “...kita belum dapat
menemukan alasan yang
bertanggungjawab bagi
genre sastra keagamaan
itu untuk hadir dalam
kesusastraan kita dewasa
ini. Meskipun demikian,
adakah hal itu berarti
tidak mungkinnya sastra
keagamaan diketengahkan,
sekarang ini?” Goenawan
Mohamad menyimpulkan
bahwa :

“Saya kira prinsip ini


sesuai dengan posisi
sastra keagamaan itu
dan fungsinya yang
khusus: fungsi yang
tidak bermaksud untuk
mengislamkan pembaca
atau mengkristenkannya,
melainkan fungsi untuk
membantu pembaca dalam
menyelesaikan sendiri
persoalan hidupnya.

Dari sinilah mutu sastra


keagamaan bisa kita
perbaiki, sebab prinsip
tersebut sesuai dengan
kodrat kesusastraan, yakni
demokratik, sehingga pada
perkembangan selanjutnya
sastra keagamaan tidak
identik dengan khotbah-
khotbah yang dibungkus
dalam sajak, novel ataupun
reportoire” (Editor Hoerip,
Cet. II, 1982:145).

Akan tetapi, apa yang


dikemukakan Goenawan
Mohamad tersebut, motif
yang melatarbelakangi

Karas: Majalah Sastra 43


hadirnya genre sastra Indonesia. Bahkan, pada sastra.
keagamaan di awal tahun masa ditulisnya artikel
1960-an, pada dekade itu tersebut oleh Goenawan Dua motif yang
kehidupan masyarakat Mohamad (di bagian bawah dikemukakan Goenawan
sosial budaya Indonesia artikel itu tertulis “Jakarta, Mohamad, motif-motif
belumlah sekompleks 7 Juli 1964”), bersamaan dalam kesusastraan
sekarang dekade milenium dengan gencarnya yakni pencarian identitas
2000-an ini. Penggunaan polemik kebudayaan, sastrawan-sastrawannya,
istilah “sastra keagamaan” antara orang-orang dan motif-motif di luar
itu sendiri mencerminkan berpaham atheis yang kesusastraan yakni
pandangan umum tergabung dalam Lekra pengaruh penggolongan
berkenaan dengan sastra (Lembaga Kebudayaan serta rivalitas antar-
yang secara dimensi sastra Rakyat), dengan seniman golongan di dalam
dan pemikiran berorientasi Manifes Kebudayaan yang masyarakat, menjadi
kepada sumber-sumber berfalsafah kebudayaan bagian penting dari
keagamaan. Istilah “sastra Pancasila (ber-“Ketuhanan “perdebatan, pergulatan,
keagamaan”, sebagai Yang Maha Esa”). Di antara dan pencapaian sastra
cikal-bakal perkembangan kaum Manifes Kebudayaan bernafas Islam di Indonesia”
“sastra religi” dan “sastra ini adalah Taufiq Ismail, sebagaimana dikupas oleh
religius”, “sastra profetik” yang pada masa itu Abdul Hadi W.M. (2004:198):
dan “sastra sufistik” atau menulis sajak-sajak yang
“sastra mistik”, “sastra kemudian diterbitkan Kegelisahan dan pergulatan
Islam” dan “sastra Islami”, sebagai buku puisi Benteng tersebut juga mencakup
dan semacamnya. (1966) dan Tirani (1966). hasrat dan keperluan
Kedua buku puisi itu pengakuan, bahwa sudah
Hal itulah apresiasi awal menjadi bagian penting selayaknya sebagai bagian
dari kehadiran genre bagi perkembangan sajak dari komunitas yang
sastra keagamaan sebagai keagamaan sekaligus sajak besar, sastrawan muslim
bentuk seni sastra dan protes sosial. memiliki kebebasan
pemikirannya di awal untuk mengkespresikan
tahun 1960-an, dengan Menanggapi persoalan pandangan dunia dan
munculnya buku puisi sastra keagamaan pencariannya dalam karya
karya Frodolin Ukur, tersebut, Abdul Hadi seni atau sastra.
Suparwata Wiraatmadja, W.M. memfokuskan
Muhammad Saribi, kepada persoalan sastra Di antara mempertegas
karya teater Mohammad keagamaan Islam kehadiran sekaligus
Diponegoro, serta novel- berpendapat bahwa : mempertanyakan
novel Djamil Suherman. kehadiran sastra
Pemikiran Goenawan Sejak akhir 1930-an keagamaan sebagaimana
Mohamad tersebut bisa sampai kini, perdebatan- artikel Goenawan
dijadikan rujukan awal perdebatan itu Mohamad, Abdul Hadi W.M.
tentang apa, bagaimana, mencerminkan kegelisahan berpendapat bahwa :
dan mengapa dengan mendalam para sastrawan
kehadiran sastra muslim, khususnya “Para sastrawan muslim
keagamaan di tengah terhadap kecilnya sendiri tidak kunjung
kehidupan kesusastraan perhatian dan kurangnya lelah mencari wawasan
dan keindonesiaan. penerimaan di lingkungan estetik yang relevan bagi
terpelajar muslim sendiri. hasratnya tersebut. Maka
Kehadiran genre sastra Di lain hal ia merupakan tidak mengherankan
keagamaan ini terus pergulatan untuk apabila dalam setiap
berkembang bersamaan merespon perkembangan babakan penting sejarah
dengan perkembangan kebudayaan modern, sastra Indonesia modern,
kehidupan dan termasuk ideologi seni dan selalu muncul karya-
keberagamaan manusia di politik yang mempengaruhi karya bernapaskan

44 Karas: Majalah Sastra


Islam yang dapat maupun pemikirannya, bagi perkembangan sastra
dipertanggungjawabkan, dibandingkan dengan keagamaan. Bahkan, H.B.
baik mutu maupun napas Siti Nurbaya karya Jassin setelah banyak
Islamnya” (2004:199). Marah Rusli, atau Layar mengumpulkan dan
Terkembang karya Sutan menulis tentang karya-
Takdir Alisyahbana. Di karya Amir Hamzah sedari
Bawah Lindungan Ka’bah, buku Amir Hamzah Raja
Yang dimaksudkan oleh dengan menggunakan Penyair Pujangga Baru
Abdul Hadi W.M. tersebut cerita berbingkai, Hamka (Gunung Agung, 1962), dia
di antaranya adalah : mengkritik soal yang menyimpulkan bahwa:
karya-karya Amir Hamzah, mendasar dalam Islam
Hamka, Ali Hasymi, yaitu perbedaan kelas. “Amir Hamzah adalah
Karim Halim, Mohamad Adapun kepergian penyair besar dan religius
Dimyati, Aoh K. Hadimaja, tokoh utama novel itu yang meletakkan tradisi
dan lainnya. Begitu juga ke Makkah bukanlah besar kesusastraan
dalam novel yang secara sekadar memupus Indonesia modern.
implisit mengemukakan keputusasaannya, Kemurnian dan nada
pandangan Islam seperti melainkan harus dimaknai kepenyairannya tak dapat
Salah Asuhan (1927) karya secara simbolik sebagai ditiru, kerinduannya
Abdul Muis. Sementara perjalanan keruhanian kepada Tuhan, niscaya
itu, karya-karya Hamka, Di dan melaksanakan akan menempatkan
Bawah Lindungan Ka’bah rukun Islam (haji), yang kepenyairannya melampaui
(1938), dan Tenggelamnya wajib dilaksanakan oleh batas-batas angkatan serta
Kapal Van der Wijk (1939), seorang muslim yang baik. lingkungan geografis dan
Merantau ke Deli (1940), Sependapat dengan Abdul sosial.” (Editor Yusra, 1996:8).
menitikberatkan kehidupan Hadi W.M. (2004:200) :
beragama sebagai latar Karakteristik perpuisian
belakang, dan sebagai Dalam novel itu (Di Bawah Chairil Anwar sangatlah
pemecah persoalan Lindungan Ka’bah) Hamka kompleks, berbagai gaya
kehidupan. juga mengungkap sesuatu kepuitisan perpuisian
hal penting, yang sering Indonesia kemudian seakan
Novel-novel karya Hamka diabaikan oleh banyak dapat dicarikan rujukannya
dipandang oleh A. Teeuw kaum terpelajar kita: kepada sajak-sajak
(1977) sebagai kurang Ternyata Makkah dan Kairo karyanya, tidak terkecuali
menonjol. Ada pula yang juga merupakan tempat genre sastra keagamaan.
berpandangan bahwa penting penggodokan
novel-novel Hamka tersebut semangat nasionalisme. Setelah kemerdekaan
hanya menggunakan Islam Keindonesiaan dan Indonesia dapat kita
sebagai setting, bukan keislaman dengan temui karya-karya
sebagai permasalahan demikian telah lama sastra, baik secara
keagamaan Islam. menyatu dalam diri putra- eksplisit maupun implisit
Pandangan tersebut putri Indonesia, dan tidak mempermasalahkan
tidaklah didasari dapat diperdebatkan Islam sebagai agama,
pengertian yang dengan dalih apapun. dan sikap-sikap hidup
memadai tentang Islam. yang bersumber dari
Islam bukanlah sekadar Begitu pula masa Angkatan penghayatan terhadap
masalah teologi, tetapi Pujangga Baru, buku puisi Islam, di antaranya dalam
juga soal mu’amalah. Nyanyi Sunyi (November novel Atheis (1949) karya
Dalam hal ini, justru yang 1937) dan Buah Rindu (Juni Achdiat K. Miharja, Tuan
dipermasalahkan dalam 1941) karya Amir Hamzah, Direktur (1952) karya
novel-novel karya Hamka dan karya Sanusi Pane Hamka, dan Jabal el-Nur
adalah perkara muamalah, Puspa Mega (1927) dan (1955) karya Bachrum
yang tidak kalah mutunya, Madah Kelana (1931), dapat Rangkuti. Begitu pula
baik dari aspek kesastraan dinilai sebagai fondasi halnya dalam kumpulan

Karas: Majalah Sastra 45


cerpen Robohnya Surau periode 1970-1990, yakni (kumpulan sajak Suluk
Kami dan novel Kemarau 1) puisi mantra, 2) puisi Awang-uwung, 1975;
karya A.A. Navis. Dalam bergaya imajisme, 3) puisi Isyarat, 1976; Makrifat
Atheis, diceritakan konflik lugu atau mbeling, 4) puisi Daun Daun Makrifat, 1995),
seorang pemuda muslim yang menonjolkan latar Sutardji Calzoum Bachri
sebagai pengikut tarekat, sosial budaya Nusantara (kumpulan sajak 1966-1979,
yang hidup di lingkungan (daerah), 5) puisi lirik yang O Amuk Kapak, 1981), dan
budaya modern yang masih meneruskan gaya Abdul Hadi WM (kumpulan
sudah dipenuhi pandangan perpuisian Angkatan 45. sajak Laut Belum
individualis, atheis, marxis, Menurut Rachmat Djoko Pasang, Meditasi, Cermin,
sosialis, bahkan anarkis. Pradopo bahwa selanjutnya Tergantung pada Angin,
Novel Atheis ini merupakan puisi bergaya mantra Potret Panjang Seorang
kritik seorang muslim berkembang ke arah puisi Pengunjung Pantai Sanur,
modernis terhadap sikap mistik, yang di Indonesia Anak Laut Anak Angin,
hidup tradisionalis dalam dikenal dengan nama Madura: Luang Prabhang,
menafsirkan ajaran agama. puisi sufistik, yaitu puisi Pembawa Matahari, dan
Dalam novel Tuan Direktur, yang bernafaskan sufistik Tuhan Kita Begitu Dekat).
Hamka menceritakan atau mistik Islam, yang
kemenangan seorang mengikuti pandangan Dari sejumlah nama yang
muslim yang beriman ketuhanan para tokoh karya puisinya dominan
terhadap direkturnya yang sufi (1995:49-55). Namun, bersendikan kepada nilai
karena rapuhnya iman dalam periode 1970-1990 keagamaan Islam periode
maka melakukan korupsi. versi Rachmat Djoko sesudah tahun 1970,
Pradopo itu genre sastra yaitu: Emha Ainun Nadjib
Sajak keagamaan ini keagamaan tidaklah (M Frustasi, Sajak-sajak
meneruskan alurnya dalam dimasukkan sebagai ragam Sepanjang Jalan, 99 untuk
perpuisian Indonesia yang kecenderungannya Tuhanku, Seribu Masjid
dengan kita menyimak menguat sebagai gaya Satu Jumlahnya, Lautan
karya Toto Sudarto Bachtiar, ungkap puisi. Padahal Jilbab, Cahaya Maha
sebagai representasi menurut pembacaan Cahaya, Syair-syair Asmaul
dari sastra keagamaan penulis, justru pada periode Husna, dan masih banyak
Angkatan 50 (periode 1950- inilah tumbuh suburnya lagi lainnya), di samping
1970, Pradopo, 1995:28-31), sastra keagamaan. Aprinus itu D. Zawawi Imron (Bulan
baik dalam kumpulan sajak Salam (2004) mengkaji Tertusuk Lalang, 1982;
Suara (1956) maupun Etsa secara mendalam tumbuh Nenek Moyangku Airmata,
(1958). suburnya sastra sufi pada 1985, dan masih banyak lagi
periode 1970-1990 ini lainnya).
Menurut Abdul Hadi W.M. sebagai “Oposisi Sastra
“Karya bernapaskan Islam Sufi” terhadap represi sosial Didasarkan pada Tonggak
kian banyak tumbuh politik yang dilakukan oleh Antologi Puisi Indonesia
pada dasawarsa 1960-an” negara pada masa rejim Modern, 1-4, editor Suryadi
(2004:201). Bahkan, Ajip Orde Baru Soeharto. AG, 1987) yang puisinya
Rosidi dalam tulisannya dominan pemikiran religi
“Islam dalam Kesusastraan Para penyair yang menonjol atau religiositas, bahkan
Indonesia” (Budaya Jaya, pada awal tahun 1970-an latar kehidupannya
No.9:1976) mengemukakan, adalah mereka yang sudah santri (kaum agama), di
“Karya sastra bercorak atau menulis sejak awal tahun antaranya: Jamil Suherman,
bernapaskan Islam kian 1960-an. Pada periode Taufiq Ismail, Motinggo
meningkat sejak tahun ini, sastrawan yang karya Busye, Ajip Rosidi, Apip
1967.” puisinya bersendikan Mustopa, Arifin C. Noer,
nilai keagamaan ialah Syu’bah Asa, Mohammad
Rachmat Djoko Pradopo Taufiq Ismail (kumpulan Diponegoro, M. Saribi
menyimpulkan ada lima sajak Benteng, 1966; dan Afn, Daelan Mohammad,
ragam perpuisian Indonesia Tirani, 1966), Kuntowijoyo Kuntowijoyo, D. Zawawi

46 Karas: Majalah Sastra


Imron, Faisal Ismail, Hamid kebenaran sastra profetik”
Jabbar, Ahmadun Y. (2013:9), justru dari sinilah
Herfanda, Acep Zamzam perdebatan dan pencarian
Noor, dan Soni Farid sastra keagamaan Islam
Maulana. dimulai. *****

Mengacu kepada buku


Horison Sastra Indonesia
1, Kitab Puisi (editor Ismail,
dkk., 2002), penyair periode
1970-1990-an yang puisinya
dominan pemikiran religi
atau religiositas, bahkan
latar kehidupannya
santri (kaum agama) di
antaranya: Sutardji Caloum
Bachri, Abdul Hadi WM,
dan Emha Ainun Nadjib
(ketiganya menolak
puisinya dimasukkan
dalam antologi Tonggak),
Husni Jamaluddin, A.
Mustofa Bisri, Mustofa W.
Hasyim, Isbedy Stiawan ZS,
Zeffry J. Alkatiri, Ahmad
Syubbanuddin Alwy,
Ahmad Nurullah, Mathori
A. Elwa, Abdul Wachid B.S.,
Ulfatin Ch, dan Jamal D.
Rahman. Penyair selain
yang tercantum dalam
buku tersebut, tetapi
pemikirannya senafas ialah
puisi Abidah El-Khalieqy
dan Hamdy Salad.

Munculnya gerakan
sastra sufistik sejak 1970-
an, dan masih marak
hingga masa akhir ini,
semakin mengukuhkan
keberadaan karya-karya Abdul Wachid B.S.
bernapaskan Islam dalam seorang penyair, lulus
sejarah sastra Indonesia Doktor Pendidikan
(Hadi W.M., 2004:201).
Bahasa Indonesia
Demikian pula dengan
munculnya gerakan sastra Universitas Sebelas
transendental, yang oleh Maret (UNS), dan
Abdul Hadi W.M. dipandang menjadi dosen negeri
sebagai bagian dari sastra di Institut Agama
sufistik (1999:23), tetapi Islam Negeri (IAIN)
oleh konseptornya yaitu
Purwokerto.
Kuntowijoyo dikatakan
“barulah sepertiga dari

Karas: Majalah Sastra 47


Drama Arif Khilwa
TUYUL
ADEGAN I IA KEMBALI MENGHITUNG UANGNYA

PANGUNG BERSETTING RUANG TAMU. Hitunganku tidak salah. Kenapa tiap hari
KETIKA BERLAHAN LAMPU MENYALA jumlah uangku berkurang. Padahal kotak
TERANG DATANG SEORANG LAKI-LAKI ini aku simpan di dalam kamar dan hanya
MEMBAWA KOTAK DUDUK DISEBUAH aku saja yang tahu kalau berisi uang.
KURSI SAMBIL MENGHITUNG UANG DARI
DALAM KOTAK. TAMPAK IA SEPERTI IA MENCOBA BERFIKIR SEPERTI
ORANG BINGUNG. KEBINGUNGAN, TANPA SADAR ADA
SESEORANG DATANG MENGHAMPIRINYA.
KARLAN : Apa aku salah ngitung ya?

48 Karas: Majalah Sastra


KERDIL : Kenapa kang? Kok KERDIL : Hehehe, sabar kang, santai.
kelihatanya kayak orang bingung. Gitu saja kok marah, jangan emosi. Lagian
siapa yang sudi mencuri kotak seperti itu?
KARLAN : Oooalah kamu Dil, bikin orang Rugi kang, tidak ada untungnya.
kaget saja.
KARLAN : Lha kamu salah Dil, jangan
KERDIL : Lha sampean plolak-plolok lihat kotaknya tapi coba kamu lihat isinya.
sambil memegang kotak kayak orang
linglung gitu. SAMBIL MEMBUKA KOTAK DAN
MENUNJUKKAN ISINYA
KARLAN : Siapa yang linglung?
KERDIL : Wih wih wih, itu uang semua
KERDIL : Lha sampean itu. Lagian yang kang?
sampean pegang itu kotak apa?
KARLAN : Lha iya, memangnya daun.
KARLAN : Ooo ini. Ini ya kotak kayu
biasa. KERDIL : Itu semua uangmu kang?
Hayo uang dari mana itu kang?
KERDIL : Tak kira kotak sakti atau
keramat kok sampai dipegang segitunya. KARLAN : Ya jelas uangku, lha wong ada
Kayak ada rasa kuatir kalau aku curi saja. ditangankukan.

KARLAN : Kalau berani kamu mencuri KERDIL : Aku tidak percaya, sampean
kotak ini, aku pukuli kamu. punya uang sebanyak itu darimana?

Karas: Majalah Sastra 49


KARLAN : Kangmasmu inikan politikus KARLAN : Siapa dulu dong, kang Karlan.
sejati, jadi jangan heran kalau saja aku ini
mendadak kaya. KERDIL : Tadi kok kelihatan bingung
ada apa?
KERDIL : O, terus itu uang dari mana?
KARLAN : Aku bingung sebabnya
KARLAN : Begini ceritanya. Ini uang di dalam kotak ini kok setiap hari
sebenarnya uangnya Pak Calon. jumlahnya selalu berkurang. Padahal
Berhubung kangmasmu ini cerdas tidak ada yang tahu kalau dikotak ini ada
sekarang jadi uangku. uangnya, kamu sendiri juga tidak tahu
kan?
KERDIL : Kok bisa.
KERDIL : Iya jelas tidak tahu, lha wong
KARLAN : Aku inikan pendukung Pak kang Karlan itu orang yang cerdik. Apa
Calon ditingkat ring satu bagian distribusi jangan-jangan …
uang sogokan buat para pemegang kartu
suara. KARLAN : Jangan-jangan apa, Dil?

KERDIL : Terus, apa hubungannya? KERDIL : Uangnya sampean itu dicuri


Tuyul.
KARLAN : Dasar goblok, ya jelas ada
hubungannya. Karna semua data calon KARLAN : Zaman sekarang kok masih
penerima uang itu aku yang pegang, ada Tuyul
maka sangatlah mudah untuk dimainkan.
KERDIL : Bisa saja kang. Sebab,
KERDIL : Aku kok tidak paham. barusan aku dengar dari teman
dikampung sebelah lagi musim Tuyul.
KARLAN : Jelas kamu tidak paham, lha Uangnya temenku juga sering hilang, tapi
wong kamu bukan Politikus. Dengarkan sekarang katanya sudah aman semenjak
baik-baik, dari jumlah 100 % data yang ia minta bantuan sama orang sakti.
masuk secara riil aku lipat gandakan
menjadi 2 x. Jadi jumlah uangnya juga KARLAN : Yang benar kamu, Dil.
berjumlah 2 x lipat.Yang separo aku
bagikan dan yang separo aku manfaatkan, KERDIL : Beneran kok kang, baru saja
gampangkan. aku dari rumahnya.

KERDIL : Oaaalah gitu kang, apa tidak KARLAN : Ooo gitu, gimana kalau kamu
berbahaya kalau ketahuan Pak Calon?. balik lagi kerumah temenmu dan minta
tolong untuk nganterin kerumahnya orang
KARLAN : Tenang saja. Pak Calon sakti itu, biar masalahku ini cepet teratasi.
tidak akan tahu kalau tidak ada yang
mengkasihtahu. KERDIL : Siap kang, tapi ya harus ada
komisinya.
KERDIL : Terus, kalau ada yang kasih
tahu gimana? KARLAN : Kalau soal itu beres. Kamu
tidak usah khawatir.
KARLAN : Semua sudah aku antisipasi.
Orang-orang yang dekat dengan Pak KERDIL : Siap berangkat kang.
Calon sudah aku ajak konspirasi dan
mereka dapat bagian dari rencana ini. KERDIL KEMUDIAN PERGI DAN KARLAN
Perlu kamu tahu, mereka itu loyal kepada MASUKKEKAMARNYA.
uangnya bukan sama orangnya.
ADEGAN II
KERDIL : Kamu memang cerdas, kang.

50 Karas: Majalah Sastra


KERDIL TAMPAK MONDAR-MANDIR TAK LAMA DATANG KARLAN LANGSUNG
DIRUANG TAMU MENYALAMI TAMUNYA

KERDIL : Semoga Kepik berhasil KARLAN : Maaf bapak-bapak sudah


menyakinkan mbah dukun dan mau diajak lama menungguku.
kesini, sehingga kang Karlan percaya kalau
urusannya itu bisa cepat selesai. KEPIK : Tidak apa-apa kang. Barusan
kang Kerdil telah memberi tahu kita kok.
DATANG KEPIK DAN MBAH DUKUN
KARLAN : Baiklah kalau begitu, kita
KEPIK : Permisi, waaah maaf kang langsung saja pada pokok permasalahan.
Kerdil kita sedikit terlambat. Soalnya Bagaimana mbah dukun bisa membantu
mbah dukun tadi harus melayani pasienya saya?
terlebih dahulu.
DUKUN : Hehehe, kalau soal itu tidak
KERDIL : Tidak apa-apa kang, monggo usah ditanya lagi. Kalau aku tidak bias
silahkan duduk. membantu anda, aku tidak akan datang
kemari.
KEPIK : Perkenalkan kang, ini mbah
Dukun yang sudah bersertifikasi dan KERDIL : Percayalah kang, mbah
bersertifikat SNI. dukun ini sudah mengatur semuanya.
Pokoknya semua beres.
LALU KERDIL MENGULURKAN
TANGANNYA UNTUK BERJABAT TANGAN DUKUN : Betul itu, kang Karlan
DENGAN MBAH DUKUN. tidak usah khawatir. Sebab setelah
mendapatkan segala informasi dari
KERDIL : Apa sudah dijelaskan sama Kepik. Informasi itu telah aku jadikan
kang Kepik tentang maksud dan tujuan data guna memperdalam kajian dan
kita mbah? melalui investigasi yang telah aku lakukan
bersama agen-agen dari dunia gaib dan
DUKUN : Beres kang, semua sudah lelembut, hasilnya telah mengkrucut
diatur. Kang Kepik telah menjelaskan sebuah hipotesa bahwa ada indikasi
secara detail tentang segala hal yang yang telah mengambil uang kang Karlan
terjadi, dari awal hingga dengan akhir. Aku selama ini adalah Tuyul.
juga sudah menyiapkan berbagai strategi
dari beberapa kemungkinan. KERDIL : Lhaaaa betulkan kang, persis
seperti yang telah aku bilang.
KEPIK : Kamu tidak usah khawatir.
mbah dukun ini, sudah berpengalaman. KARLAN : Terus, solusinya bagaimana?
Selain lulusan luar negeri juga memang
spesialis dibidang itu. KEPIK : Tenang saja kang, soal solusi
itu gampang. Mbah dukun sudah tahu
KERDIL : Percaya aku kang. harus bagaimana, tapi…

DUKUN : Ngomong-ngomong dimana KARLAN : Tapi apa?


calon pasien saya?
KEPIK : Ada banyak persyaratannya
KERDIL : Maaf mbah, sebenarnya tadi dan itu tidak mudah.
kang Karlan sudah menunggu di ruangan
ini, tapi mendadak perutnya sakit dan KERDIL : Syaratnya apa?
sekarang lagi ada di WC.
KEPIK : Syaratnya banyak, aku
DUKUN : Oooo begitu ya. yakin kalian tidak akan sanggup untuk
melakukannya. maka lebih baik kalian

Karas: Majalah Sastra 51


pasrahkan saja sama mbah dukun dan DUKUN : Baiklah, kalau begitu aku
beri mentahannya saja. mohon pamit. Biar aku bisa cepat

KARLAN : Oooo gitu, iya aku setuju. mempersiapkan segalanya.

DUKUN : Kepik, kamu jangan langsung KEPIK : Aku juga ikut pamit kang.
seperti itu. SARU, tidak pantes. Secara Komunikasi lebih lanjut kita bisa bisa
etika itu tidak baik dan bisa menjatuhkan melalui telpon.
kretibilitas saya sebagai dukun ber SNI.
Siapa tahu mereka mau melakukannya.” KERDIL : Iyaaa silahkan, laksanakan
serapi mungkin ya mbah. Aku yakin kalian
KARLAN : Tidak apa-apa mbah, aku mampu mengatasi permasalahan ini.
pasrahkan saja baiknya. Soal pembiayaan
sudah saya siapkan, dari mulai biaya DUKUN : Pasti itu, permisi.
profesi, biaya operasional sampai
bagianmu kang Kepik. MBAH DUKUN DAN KEPIK PERGI
MENINGGALKAN PANGGUNG
DUKUN : Tapi begini kang, sebenarnya
masalah sampean itu kecil. Sebab yang KARLAN : Semoga cepat teratasi ya Dil
mengambil uang sampean itu hanya
Tuyul lokal. Tapi beratnya itu… KERDIL : Santai saja kang, Sampean
harus percaya itu. Karena masalah
KERDIL : Kenapa mbah? sampean sudah diatasi orang yang
berkompeten. Lebih baik sampean
DUKUN : Ada indikasi Tuyul lokal ini fokus pada urusannya pekerjaan di Pak
akan berkonspirasi dengan Tuyul asing. Calon, biar bisa jadi dan kita semua akan
mendapatkan keuntungan.
KARLAN : Bahayanya apa?
KARLAN : Baiklah Dil, kalau begitu aku
DUKUN : Kalau Tuyul lokal itu pergi dulu. Aku harus mengawal basis
mengambil uangnya hanya sedikit-sedikit. massa pak Calon agar tetap aman.
Tapi kalau Tuyul asing bisa-bisa uang
sampean diangkut semua. KERDIL : Bagaimana bisa aman kalau
tidak ada uangnya, jaman sekarang ini
KARLAN : Waduuuh bahaya itu mbah, tidak ada uang tidak jalan. Sedemikian
bisa Kere lagi aku mbah. juga dalam pemilihan dalam pencalonan
ini.
KERDIL : Kalau begitu, sampean harus
cepat bertindak. Sebelum konspirasi itu KARLAN : Semua sudah aku antisipasi,
terjadi dan kalian akan rugi besar. isu kampaye bersih dari politik uang harus
terus disuarakan, sehingga para pemilih
KARLAN : Iya mbah, aku mohon Mbah tak berharap untuk mendapatkan uang
Dukun segera bertindak, soal semua dalam pemilihan kali ini.
syarat dan mekanismenya aku percayakan
kepada sampean. Ini semua biaya yang KERDIL : Tapi apa mungkin itu bisa
sampean perlukan sudah aku siapkan terjadi
sebagai pembiayaan awal.
KARLAN : Kamu tenang saja,
SAMBIL MEMBERIKAN AMPLOP KE MBAH Panitia pengawas akan bener-bener
DUKUN mengawalnya. Apalagi mereka sudah saya
kondisikan untuk mengatur semua ini.
Dan ini bagianmu kang Kepik
KERDIL :Sampean itu benar-benar
JUGA MEMBERIKAN AMPLOK KE KEPIK. pintar, Kang.

52 Karas: Majalah Sastra


KARLAN : Menjadi politikus sepertiku ini KARLAN : Celaka Dil, uangku hilang
tak perlu pintar, hanya butuh kelicikan dan semua.
sedikit culas.
KERDIL : Apa, hilang? Kok bisa itu
KERDIL : Pantesan aku tidak bakat bagaimana?
dibidang itu.
KARLAN : Iya Dil, ini pasti ulah si Tuyul
KARLAN : Kamu itu bisanya apa, asing seperti yang diceritakan mbah
palingan hanya bisa nongkrong di warung dukun kemarin itu.
kopi dan ngomong kesana-kemari tak
jelas yang dibahas. Ya sudah, aku mau KERDIL : Berarti kita telah kedahuluan
pergi dulu. sama rencananya para tuyul ini kang.
Bener-bener celaka, konspirasi mereka
KERDIL : Iya kang silahkan. Semoga bener-bener sangat kuat. Walau sudah
sukses dan jangan lupa dengan adekmu diantisipasi dan dibentengi dengan segala
ini. cara masih saja mereka bisa beraksi.

KARLAN : Iya gampanglah. KARLAN : Terus bagaimana Dil, aku


jadi kere lagi. Pak calon juga kalah dalam
MEREKA BERDUA MENINGGALKAN pemilihan. Aku malu hidup di daerah dil.
PANGGUNG Aku bener-bener hancur dan yang jelas
ini akan berbahaya dalam kehidupanku
ADEGAN III kedepan.

RUANG TAMU TERLIHAT SEPI, TAK LAMA KERDIL :Jelas aku tidak tahu harus
TERDENGAR SUARA KARLAN DARI DALAM bagaimana, sampean tahukan kalau
aku ini orang yang tidak bisa berstrategi,
Tuyul kurang ajar, mereka telah hidupnya hanya banyak dihabiskan di
mengambil semua uangku warung-warung kopi.

KEMUDIAN TAMPAK KARLAN MASUK Rencana sampean sendiri apa?


KEPANGGUNG DENGAN SEMPOYONGAN
SAMBIL MEMBAWA KOTAK YANG SUDAH KARLAN : Aku mau kabur saja dari
KOSONG. daerah ini, Dil. Aku mau kerja ke kota saja
di bidang lain, biar identitasku tak terlacak.
KARLAN : Tamat sudah hidupku, kerja Tapi masalahnya aku benar-benar tak
keras, siasat, intrik dan strategi yang punya uang lagi sekarang.
selama ini kulakukan agar kaya akhirnya
sia-sia. Tuyuuuuuul, kenapa kamu memilih Padahal semua sudah kurencanakan
mengambil uangku. Kenapa kau tak serapi mungkin. Setelah pemilihan ini,
biarkan sekali-kali aku hidup enak dan hasilnya entah Pak Calon menang atau
menjadi kaya? kalah aku akan pergi dan menikmati hasil
kerjaku selama ini bersamamu di daerah
Kalau kalian butuh uang kenapa tidak lain. Tapi semua hancur dan uangku
mengambil uang para Koruptur kelas hilang, untuk beli tiket ke kota saja aku
kakap yang jelas uangnya banyak, kenapa gak punya.
kamu memilihku untuk engkau jadikan
korban. Padahal aku baru kelas teri yang KERDIL : Kalau ada uang untuk beli
baru pertama kali ini memainkan aksi tiket apa sampean sudah yakin mau
untuk kepentinganku sendiri. ke kota. Terus sampean mau ke kota
mana dan bekerja apa? Sampean itu ahli
DATANG KERDIL MENGHAMPIRI KARLAN strategi yang kerjaannya menggunakan
otak tidak sepertiku yang bisanya hanya
KERDIL : Ada apa kang? menggunakan otot.

Karas: Majalah Sastra 53


KARLAN : Iya Dil, aku dil. uangmu. Hahahaha
yakin. Aku juga belum
tahu harus kerja apa, yang Sekarang aku akan cari Kang, yang seharusnya
penting sekarang aku tiket dulu biar besok bisa berterima kasih itu aku,
kabur dulu dan pergi ke ibu langsung berangakat sebab sampean yang
kota. kekota. bersiasat dan saya yang
menikamati hasilnya.
KERDIL : Ini kang, pakai KERDIL : Tidak usah Hahahaha
uang ini. bicara seperti itu, sebagai
keluarga sudah selakyaknya SAMBIL MENGIPAS-
SAMBIL MENGULURKAS kita saling membantu satu NGIPASKAN UANG YANG
UANG KEPADA KARLAN dengan lainnya disaat ada BEGITU BANYAK
YANG DIAMBIL DARI SAKU masalah, kesusahan. Apa
CELANANYA yang aku lakukan adalah TAMAT
kewajibanku sebagai
Sampean masih ingatkan, seorang saudara.
kemarin itu sampean kasih
aku uang yang jumlahnya Kalau mau segera beli tiket,
banyak dan uang ini cepat saja. Sebelum anak
belum aku pakai. Sekarang buahnya pak Calon mencari
sampean pakai saja. sampean kang.

KARLAN : Betul ini KARLAN : Baiklah, Dil.


Dil, apa tidak kamu Aku pergi dulu dil.
buat kebutuhanmu,
aku tahu kamu sangat KERDIL : Iya kang, hati-
membutuhkan uang ini. hati dijalan dan harus selalu
waspada.
KERDIL : Sudah tenang
saja kang, sampean lebih KARLAM : Tentu itu
membutuhkan. Pakai saja dil, setelah dapat tiket
kang, toh itu juga asalnya aku tidak akan balik
uangmu juga. Aku akan kerumah ini tapi aku akan
tetap didaerah ini, selama sembunyi sampai besok
aku hidup di daerah seperti saat pemberangkatan bus.
disini aku akan aman dalam Tolong kalau ada orang
memenuhi kebutuhan yang mencariku, bilang
hidupku, memang aku saja aku telah pergi entah
tidak akan bisa kaya tapi kemana.
aku akan bisa hidup dan
memenuhi kebutuhan KERDIL : Beres kang,
hidupku. Aku bisa bekerja semua akan aku atasi.
sebagai buruh tani dan
banyak pekerjaan lainnya KARLAN BERGEGAS PERGI
yang bisa aku kerjakan MENINGGALKAN KERDIL
dengan ototku ini. SENDIRI

KARLAN : Terima kasih KERDIL : Kang-kang,


Dil, walaupun tidak saudara ngakunya cerdas. Ternyata
kandung kamu adalah mudah sekali dibohongi.
saudaraku yang terbaik. Bukannya hidup ini penuh
Kamu rela berkorban tipu muslihat, kenapa
untukku, aku sangat kamu cepat percaya kalau
berterima kasih padamu, Tuyullah yang mengambil

54 Karas: Majalah Sastra


Sapriandi lahir di Magelang,
11 April 1991. Lulusan Sarjana
Pendidikan Seni Rupa, Unnes, 2017
ini mengawali karirnya menjadi
seorang pelukis dan guru di
sekolah Semarang hingga akhirnya
bergelut dalam bidang ilustrasi
sejak di bangku kuliah. Beberapa
karya ilustrasinya mewarnai
berbagai judul buku dan cover
album dari penulis lokal hingga
penulis mancanegara. Pada 2020,
Sapriandi menyelesaikan karyanya
untuk cover album dan visualisasi
lagu karya musisi Amerika, John
John Brown dan komik berjudul
Lost in Orbit karya komikus dari
Amerika, Nicholis H. Pirnstill’s yang
rencananya akan diterbitkan oleh
Amazon. Sang ilustrator yang lebih
suka disebut komikus ini, saat ini
berdomisili di Kota Semarang dan
sedang sibuk mengembangkan
usaha kecilnya secara konsisten,
yaitu Karyakeselematan Illustration
Project yang berkecimpung di
penggarapan berbagai macam
media pembelajaran seperti komik,
cergam, pop-up, ilustrasi buku
pengayaan, dan lain sebagainya.
Karya-karyanya sebagian bisa
dilihat di akun instagramnya
@sapri.andy. Sapriandi dapat
dihubungi melalui Whatsapp:
085801053141 dan e-mail:
karyakeselamatan66@gmail.com.
Karas: Majalah Sastra
Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah
Jalan Elang Raya 1, Mangunharjo, Tembalang, Semarang

Pos-el: karas.majalahsastra@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai