abnhgjkgiytuduytduyfruy
Seri Puisi Esai Indonesia
Provinsi Sumatra Barat
Di Gerbang
Stasiun Penghabisan
Penulis
Dellorie Ahada
Dodi Indra
Joel Pasbar
Muhammad Subhan
Pinto Janir
Sastri Bakry
Pengantar
Alwi Karmena
HAK PENERBITAN
Denny J.A.
rights@cerahbudayaindonesia
TIM EDITOR
Nia Samsihono (Ketua)
Anwar Putra Bayu (Anggota)
Dhenok Kristianti (Anggota)
F.X. Purnomo (Anggota)
Gunoto Saparie (Anggota)
Handry T.M. (Anggota)
Isbedy Stiawan Z.S. (Anggota)
KOORDINATOR WILAYAH
Fatin Hamama (Wilayah Indonesia Barat)
Nia Samsihono (Wilayah Indonesia Tengah)
Sastri Sunarti (Wilayah Indonesia Timur)
DESAIN GRAFIS
Dani Fadryana
ISBN
978-602-5896-09-5
PENERBIT
Cerah Budaya Indonesia
Daftar Isi
Pengantar
Alwi Karmena
PUISI ESAI DALAM SECANGKIR KOPI HANGAT ..... vi
Dodi Indra
CATATAN SEORANG GURU HONORER ...................... 21
Joel Pasbar
PERANG PADRI: SEJARAH DAN AIR MATA ................ 33
Muhammad Subhan
PEREMPUAN KAPUR, GERBONG TUA MAK ITAM,
DAN KENANGAN YANG MENJADI NISAN DI BUKIT
ITU ............................................................................................... 49
Pinto Janir
DI GERBANG STASIUN PENGHABISAN ..................... 67
Sastri Bakry
BALADA SITI ZAINAB .......................................................... 97
Daftar Isi
vi
Pengantar
PUISI ESAI DALAM SECANGKIR KOPI HANGAT
Oleh Alwi Karmena
Dalam hati yang lapang dengan pikiran yang jernih, kita ucapkan
“Selamat Datang Puisi Esai” di Ranah Minang. Terlihat pakaianmu
bersih. Kami maklum, ketika hadir, agak tersibak rambutmu ditiup
angin lalu. Keretamu menderu dari jalan-jalan yang berbatu dan
berdebu. Niscayalah, “kata-kata” dalam puisi yang diusung, bukan
racun atau bisa yang mengundang perbenturan. Tapi, adalah
secangkir teh atau kopi hangat yang terhidang di beranda petang
hari, ketika orang dirindu menjamu kita bertamu.
Pengantar
viii
Pengantar
x
Pada buku ini terdapat 6 Puisi Esai dari 6 penulis yang dua di
antara penulis itu saya kenal sebagai penyair yang tidak asing lagi
di Sumatra Barat, yakni Pinto Janir dan Sastri Bakry.
Pengantar
xii
“ Ya Allah!”
Kupandang si sulung
kupandang si bungsu
Kupandang bini serindu
Mereka tersedu
nahan sesak mereguk abu mendebu
Sastri Bakry di buku ini menulis puisi esai dengan judul “Balada
Siti Zainab”. Membaca puisi Sastri, saya jadi berpikir, dan mungkin
saja Sastri tak bisa mengelak. Bagi saya “Balada Siti Zainab” adalah
salah satu upaya Sastri memotret diri dengan bingkai yang buram.
Pengantar
xiv
Kita simak pula puisi esai “Di Balik Redup Mata Ibu” yang ditulis
Dellorie Ahada. Entah mengapa Dellorie menampilkan “Mata
Ibu”. Mengapa tidak mata hati, tidak mata pikiran atau tidak mata
harapan. Mengapa mesti “mata ibu”. Mata secara biologis memang
cikal bakal dari keberadaan. Begitu proses kehidupan dimulai
dalam rahim, matalah yang pertama terbentuk. Tidak otak. Tidak
organ hati, kaki atau tangan.
Ibu adalah raga dan jiwa yang memelihara kasih dan harapan.
“Di balik Redup Mata Ibu” yang ditulis Dellorie sebagai tajuk
puisinya, adalah tanda kesadarannya pada nilai kasih sayang.
Begitu kata redup dikaitkan, maka rasa sendu langsung menikam
karena mata yang redup itu bukanlah mata siapa-siapa – tapi Mata
Ibu, mata mana dari hulu kasih sayang yang tak berbatas.
Pengantar
xvi
Kalau judul sajak ini “Perang Padri dan Air Mata”, itu bukanlah
cermin kecengengan. Bukan penyerahan atau jerit si lemah yang
terinjak. Air mata di perang paderi bagi Joel adalah linangan
kebanggaan. Siapa saja bisa menyatakan diri pahlawan, mungkin
Imam Bonjol tak pernah mengatakan hal seperti ini. Perang Padri
menegakkan hukum syariat keagamaan. Untuk menegakkan itu
orang beriman siap meneriakkan takbir “Allahuakbar”. Dan saat itu
tentu saja ada pedang, darah, dan air mata.
Ini kutipan sajak Joel Pasbar “Perang Padri: Sejarah dan Air
mata”.
Pengantar
xviii
dan Kenangan yang Menjadi Nisan di Bukit Itu”. Judul itu saja sudah
bercerita. Sudah sebuah fragmen yang jelas.
Pengantar
xx
PRAWACANA
Perempuan tua itu harus mengalah pada keadaan, di usia senja masih
harus bertarung untuk sekadar pengisi perut yang lapar, mengemis.
Hanya itu yang dapat ia lakukan, di saat tubuh lemahnya tak kuat
lagi untuk menjadi buruh cuci.
/1/
Perempuan itu masih saja terus berjalan
Matanya nanar, langkahnya lelah
Bau musim sepenggalan tersandang di pundaknya
Letih berkawan dengan sejuta harapan
Inikah hari tua yang didamba
Kembali merindu
Selayak kemarau menanti pergantian hari
Sejenak menggoda bumi pada siang yang gerah
Lalu hilang saat malam tengadah
Dan kepulangan mungkin jalan satu-satunya
/2/
”amak, jangan sering sering mengunjungi ambo ke sini, tak enak
hati ambo dengan uda Rais. Ambo orang susah pula, mak. Ambo
tak sangguplah menanggung hidup amak berkepanjangan selama
di sini. Besok sore, ambo antarkan amak ke terminal. Amak pulang
saja ke kampung”
”amak cuma rindu, apa salah amak datang menemuimu dan cucu-
cucu mak ke sini. Bukannya mak baru sehari di sini, sampai hati
kau menyuruh mak pulang. Kau tidak pernah tau bagaimana mak
/3/
Jika aku mampu
Aku akan pergi sejauh inginku
Jalanan di luar begitu luas
Sehampar ikhlas yang kupunya
Tentang siang dan malam yang menulisi jantungku sendiri
Saban waktu
Mata ini mengulum mendung
Degup yang mengejar ke sudut sudut hati
Lalu menutup hari dengan jutaan angan
/4/
‘’Suara suara yang tak asing
Juga tak begitu jauh
Kian dekat kain merapat
Ingatlah aku kepadanya
2 Lintau, nama sebuah Nagari/Desa dalam Kabupaten Kabupaten Lima Puluh Kota,
Provinsi Sumatra Barat.
3 Sekolah rakyat dibangun dan didirikan atas swadaya dari rakyat, dan prakarsa
para pejuang kemerdekaan Indonesia, sekolah yang berdiri pada penjajahan
Jepang atau yang lebih dikenal dengan nama Jepangnya “Kokumin Gakko” ini
membawa dampak positif bagi bangsa Indonesia, pada zaman dahulu yang dapat
menempuh pelajaran di sekolah rakyat adalah orang orang tertentu saja.
(lihat https ://id.m.wikipedia.org/wiki/sekolah_rakyat).
/5/
“kita bukan orang kaya, kau bisa bersekolah saja sudah syukur
Lalu sekarang saat ada yang mau mempersuntingmu apa mau
dikata
Bukankah kau juga belum bekerja, coba kau pikirkan itu, Hartini
Mak dan ayahmu sudah tua”
Begitulah kata yang diucapkan ayah Hartini puluhan tahun lalu,
saat memintanya menikah dengan Burhan,
lelaki yang menjadi ayah dari ke empat anak-anaknya
/6/
Datangnya seperti lagu sepi yang dimainkan angin lewat kisi
jendela kamar
Bergabuk memang
Menakar gigil ke setiap pori-pori
Lalu mengembun pada dini hari
Dulu, saat Mak dan ayahnya sudah tiada, Hartinipun harus rela
Sawah dan ladang diambil alih mamak5-nya
Tanah ulayat 6 memang tak ada hak kuasa
Tentu Hartini harus mengalah
“Mak dan ayahmu sudah tak ada, Hartini
Mungkin sudah saatnya mamak mengambil alih
Kurasa kau sudah tak kuatlah mengolah ladang dan sawah”
kata mamaknya satu ketika
“sudah lancang kau mengajari mamak, tak ada sopan santun, tak
beradat itu namanya
Ambo digadangkan dalam kaum, dibantaikan kerbau dialek
gadangkan, kamanakan sendiri yang menjatuhkan, ayah ibumu
kan sudah puas menikmati hasil dari sawah dan ladang itu,
kurang apa ambo selama ini, ambo mau gadaikan, ambo mau jual
sekarang, itu urusan ambo, kalau perlu kalian semua keluar dari
rumah gadang ini, tak guna kalian di sini, menambah beban saja
Pergi kau turut adik-adikmu yang merantau, kau minta tolonglah
ke mereka, adik beradik sama saja, indak laki-laki, indak
perempuan sama saja”
Hari-haripun berubah
Sudah jatuh tertimpa tangga pula
Gunggunglah terbang
Dunia tak berbilik lagi
Semua pun seakan telah mati
Sawah ladang sudah diambil orang
Rumah gadang7 pun mungkin akan dilelang
Mulutnya terkatup
Diam menorehkan gigil yang panjang
Tertimbun derik waktu mengakar
7 Rumah Gadang, rumah gadang atau rumah godang adalah nama untuk rumah
adat Minangkabau yang merupakan rumah tradisional dan banyak dijumpai di
Provinsi Sumatra Barat, rumah ini juga disebut Rumah Bagonjong ataupun Rumah
Baanjuang
(Lihat: //id.m.wikipedia.org >Rumah-Gadang.com).
/7/
Tak banyak yang dapat dilakukan Burhan, semenjak Hartini
dan anak anaknya diusir dari rumah Gadang
Dia tahu sebagai sumando8, dia tak punya hak apa pun di atas
rumah tersebut
Hanya bagai abu di atas tunggul, tak berarti apa-apa, dibawalah
anak dan istri ke rumah orang tuanya
Pantang bagi Burhan untuk dicap sebagai sumando yang hanya
bersandar ke keluarga istri
Tak tahu siang ataupun malam ia bekerja, tubuh tuanya yang sakit-
sakitan tak ia hiraukan
Tak peduli hujan ataupun panas yang penting anak istri tak
kelaparan
“Sudah cukup kok, Ibu, ini sudah membuat kita tidur tanpa perut
lapar
Siapa yang punya pesta, apakah anak kepala desa? Yang suaminya
orang Jawa?
Aku nanti juga ingin seperti dia, hidup jauh dari desa, pasti akan
kuajak ibu serta”
jawab anak perempuan Hartini satu-satunya
Hartini senang
Hartini riang
Diaminkan pengharapan sederhana anak gadisnya
Kelak dia akan ikut ke kota
Pergi dan merantau bersama anaknya
Menua bersama cinta anak dan cucu-cucunya
Sederhana saja
/8/
Di antara deretan-deretan toko yang sudah tutup
Hartini terdiam, ditajamkan penglihatan dan pendengaran
Malam yang merambat pelan, dari jauh lirih suara bangsi10 merobek
nadi
“kok bana saluang yo nan bapitunang
Cubo radokan dandam rindu di dado
Jikok bana baparindu bapakasiah
Tolong sintakkan buhua tali jantuang hati”
10 Bangsi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah alat musik tiup sejenis
suling bambu dengan empat sampai tujuh lubang nada, di Minangkabau alat
musik ini sangat terkenal, karena sangat kaya dengan instrumen tradisional. Alat
musik bangsi ini sering terlihat di berbagai acara tradisional dan pertunjukan
adat, dan juga sering digunakan sebagai pengiring tarian tradisional seperti Tari
Pasambahan, bangsi juga sering dimainkan bersama saluang.
(www.pelangiholiday.com/2014/01/bansi-seruling-pendek-khas-Minangkabau.
html?m=I).
12 Saluang secara etimologis nama saluang diambil dari nama seruling panjang
yang kerap kali menjadi alat musik pengiring dalam pertunjukan musik saluang jo
dendang. Sama halnya dengan bangsi, saluang merupakan alat musik tiup khas
Minangkabau yang terbuat dari bambu. Kalau bangsi cenderung lebih pendek
dari saluang, permainan ini sering dinikmati di acara perkawinan dan acara adat
lainnya, akan tetapi di Payakumbuh setiap malam tertentu setiap minggunya di
emperan toko-toko yang sudah tutup, saluang dendang mudah ditemui, karena
sudah menjadi suatu mata pencarian bagi mereka yang bergelut di saluang
dendang tersebut. Mereka tak harus menunggu panggilan ke acara acara adat
untuk manggung dan menghasilkan uang, dendangan dari perempuan Minang
bisa menjadi daya tarik tersendiri selain kelihaian para pemainnya. Dendangan
saluang sendiri berisikan pesan, sindiran dan juga kritikan halus, dendangan
tersebut bisa mengembalikan ingatan si pendengar terhadap kampung halaman
ataupun kehidupan yang sudah, sedang, dan akan dijalani.
Lihat: // www.wacana.co/2013/11/saluang-minagkabau/
PRAWACANA
“Guru adalah profesi mulia” barangkali kalimat itu sudah tidak asing
di telinga kita. Tapi bagaimana dengan mereka yang masih berstatus
sebagai guru honorer? Status sebagai guru honorer ibarat telur di
ujung tanduk, menjaga loyalitas kadang mengharuskan melawan
diri sendiri.
Dodi Indra
CATATAN SEORANG GURU HONORER
4 Gempa Bumi Sumatra Barat 2009 terjadi dengan kekuatan 7,6 Skala Richter
di lepas pantai Sumatra Barat pada pukul 17:16:10 WIB, tanggal 30 September.
Gempa ini terjadi di lepas pantai Sumatra, sekitar 50 km barat laut Kota Padang.
Gempa menyebabkan kerusakan parah di beberapa wilayah di Sumatra Barat.
Seperti Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang, Kabupaten Pesisir Selatan,
Kota Pariaman, Kota Bukittinggi, Kota Padangpanjang, Kabupaten Agam, Kota
Solok, dan Kabupaten Pasaman Barat.
(id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi_Sumbar).
5 Menurut data Satkorlak PB, sebanyak 1.117 orang tewas akibat gempa ini, yang
tersebar di 3 kotamadya dan 4 kabupaten di Sumatra Barat. Korban luka berat
mencapai 1.214 orang, luka ringan 1.688 orang, korban hilang 1 orang. Sedangkan
135.448 rumah rusak berat, 65.380 rumah rusak sedang, dan 78.604 rumah rusak
ringan. (id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi_Sumbar).
6 Sebanyak 533 unit gedung sekolah, rusak akibat gempa tektonik 7,6 SR
yang mengguncang Sumatra Barat (30/9/2009). Data satkorlak PB Sumbar
menyebutkan, dari 533 gedung sekolah yang rusak, 251 di antaranya rusak berat
dan sulit untuk dipakai lagi. (www.solopos.com/2009/10/05).
9 Kekerasan terhadap guru kembali terjadi. Kali ini menimpa AT (57), guru sekaligus
Kepala Sekolah SMP 4 Lolak, Sulawesi Utara yang terluka cukup parah di beberapa
bagian tubuhnya akibat dihantam meja kaca oleh orang tua muridnya, DP (41).
Kabid Humas Polda Sulut, Kombes Pol Ibrahim Tompo membenarkan kejadian
tersebut. Ibrahim mengatakan pelaku melakukan penganiayaan itu emosi setelah
diundang pihak sekolah terkait kenakalan anaknya. (www.merdeka.com/tag/k/
kekerasan-guru/).
10 Hari ini delapan tahun yang lalu, gempa berkekuatan 7,6 SR mengguncang
Sumatra Barat dan sekitarnya. Peristiwa itu disebut-sebut sebagai salah satu
bencana alam dengan dampak yang cukup parah, dalam sejarah Indonesia
modern. (global.liputan6.com> Home> Global> Internasional).
11 Dalam beberapa bulan terakhir marak diberitakan di berbagai media masa
perselisihan antara guru dengan orang tua murid. Kebanyakan perselisihan
terjadi karena orang tua tidak terima terhadap tindakan guru dalam memberikan
peringatan dan teguran pada siswa. Pengamat Kebijakan Publik UGM, Dr.soc.pol.
Agus Heruanto Hadna, menilai fenomena ini terjadi akibat sistem pendidikan
di Indonesia mengabaikan pendidikan perilaku dan karakter. Menurutnya,
pendidikan di Indonesia lebih banyak menekankan pada aspek kognitif.
Sementara itu, aspek perilaku cenderung dilupakan. (ugm.ac.id/id/berita/12396-
kekerasan).
Tafakur, istighfar
Aku tertunduk dalam simpuh
Kertas putih yang membingkai cerita saban musim
Tiada ragu atas kuasa-Mu
Mentari di sanubari, tempat pulang segala
Lindungi hamba dalam tugas mulia ini
PRAWACANA
Joel Pasbar
PERANG PADRI: SEJARAH DAN AIR MATA
/1/
Senyum melengkung pelangi bahagia
pada setiap raut wajah. Di ruangan penuh kuntum
renyah canda-tawa terpotret bersama bingkai juang
betapa sebuah jerih payah, kini telah membuahkan hasil
Master of Business Administration: gelar S-2 melekat
di belakang nama masing-masing
/2/
Sebuah kisah kembali muncul di relung ingat
Januari 2007, ia menatap lalu-lalang kendaraan
dari beranda rumah tua tempat lahir ayahnya
Ini kali pertama Abdul menginjakkan kaki
di sini, tanah sejarah yang sering diceritakan sang ayah
/3/
Senandung suara azan lamat-lamat memanggil
lafaz yang merdu, layaknya nyanyian magenta
Lelaki muda itu tersentak!
Buyar lamunannya di remang senja, seiring suara
“Jangan melamun, ayo salat ke surau!”
Ingatan kakek itu menerawang pada masa tujuh puluh tahun silam
Engku Kanti, ayahnya Somad. Adalah teman karib
seperguruan nyiak datuak belajar silat, sejarah
pepatah adat, hingga ilmu kebatinan dan agama
4 Dalam dialektika Pasaman dan Pasaman Barat, Amai adalah panggilan kepada
saudara perempuan ayah. Atau biasa juga disebut “bako” tali keturunan dari
keluarga ayah (sistem kekerabatan matrilineal).
5 Datuak (dibaca: datuk) sebuah gelar adat di Minangkabau. Gelar itu sebuah
kehormatan dalam setiap suku, yang mana setiap himpunan satu negeri adat,
dipilih satu penghulu/pemuka yang diberi gelar Datuak/Datuk.
/4/
Mentari menaburkan sinar pada pagi awal tahun 2007
Abdul tiba di kediaman Nyiak Datuak. Perbincangan di
Surau semalam jadi jembatan baginya
untuk bertanya tentang sejarah kepada nyiak Datuak
6 1839 penduduk Rao tercatat sekitar 25.000 orang, sementara pada tahun 1952,
penduduk Rao hanya tersisa 12.744 orang.Imigrasi dan perang Padri mencatat
sekian ribu penduduk Raoyang hilang dalam rentang waktu 113 tahun itu.
Seharusnyapada tahun 1952 itu penduduk Rao bisa mencapai 50.000 orang.
(Lihat: Undri, S. S., M.Si.: Sejarah Orang Pasaman, hal 61).
/5/
Abdul menyimak kata demi kata, merekam setiap
kalimat yang didengarnya. Seperti membaca
lembar demi lembar buku yang secara detail mengupas
segala sisi realita orang Rao, Pasaman
sepanjang kobaran api Perang Padri
Sesekali lelaki muda itu bertanya
tentang kebenaran salah satu tokoh Perang Padri
yang pernah menjadi kontroversi
Asal-usul dan kebenarannya7
/6/
Hampir setiap hari Abdul ke rumah Nyiak Datuak
menulis huruf demi huruf. Menyimak selubung cerita
selumbung luka
dari seorang sepuh yang secara suka rela
membagi ilmu dengannya
9 Salah satu dari tiga serangkai pemimpin Perang Padri. Lahir di Dalu-dalu,
Tambusai, Rohul, Riau. Bernama lahir Muhammad Saleh. Pahlawan berkuda yang
pemberani ini, oleh Belanda diberi julukan “De Padrische Tijger Van Rokan.” (Lihat:
Muhammad Radjab, Perang Padri di Sumatra Barat (1803--1838). Balai Pustaka,
1964).
10 Jiwa patriotisme orang Rao, Pasaman. Tidak pernah mundur apabila berhadapan
dengan penjajah dan kemungkaran, meskipun berada di negeri perantauan.
Namun orang Rao tetap komitmen dengan jati diri dan identitas. Dalam berbagai
peristiwa yang terjadi di Tanah Semenanjung, sering melibatkan orang Rao. Ketika
terjadi perang saudara dua orang anak Bendahara Pahang, yaitu Tun Ahmad
melawan Tun Muthahir (1857--1863) orang Rao membela Dua Dole haji Mustapa
Raja Kemala membawa diri ke Kalumpang. (Lihat: Orang Rao Dari Masa Klasik
Hingga Kontemporer, hal 9).
/7/
Semalam sebelum berangkat, masih terngiang kata
nyiak Datuak. Bahwa perang Padri
bukan hanya perang kekuasaan, tapi harga diri
Perempuan, anak-anak, orang tua
disuruh migrasi ke pulau seberang
mengulum rindu di relung dada, terpisah
dari orang-orang yang mereka cinta!
11 Di balik pecahnya perang Padri gelombang dua dan tiga terdapat campur tangan
dari pihak Belanda yang bermaksud memprovokasi kedua belah pihak (kaum
agama dan kaum adat) sehingga terjadi perang dahsyat yang menelan banyak
korban. Namun akhirnya dua kaum itu bersatu di bawah pimpinan Tuanku Imam
Bonjol. (Lihat: sejarah perang Padri).
/8/
Nyiak Datuak berulang kali berpesan
carilah orang Rao yang sedang di Malaysia
meneliti puing-puing sejarah yang hanyut
berserak sebagai bukti perjuangan
dari Rao hingga Negeri Sembilan12
Pada orang itu banyak sejarah yang harus
diketahui dan dipahami oleh generasi muda Pasaman
Agar sungai kisah tak lagi dikeruh orang-orang tuna sejarah
Yang berladang di tanah kita sendiri
/9/
Sepuluh tahun sudah berlalu
waktu melipat pergantian musim. Detik
melaju lesat tanpa jeda, hujannya tumbuhkan cemara
tertunduk mengenang kecambah
Kemarau tepiskan lecah simpang siur kisah
/10/
Abdul Gani. MBA, Dosen University of Malaysia Sabah
menatap lekat sebuah buku
yang tebalnya lebih dari lima ratus halaman
Sebulan yang lalu buku itu diterimanya, kiriman
dari petinggi Kabupaten Pasaman
di sampul depannya tertulis
“Orang Rao Dari Masa Klasik Hingga Kontemporer”13
Nama penulis yang tertera di situ mengingatkan ia
pada sosok seorang pahlawan baginya
Orang yang banyak memberi cerita
kisah yang mungkin tidak semua orang tahu
Muhammad Subhan
PEREMPUAN KAPUR,
GERBONG TUA MAK ITAM, DAN
KENANGAN YANG MENJADI
NISAN DI BUKIT ITU
PRAWACANA
Muhammad Subhan
PEREMPUAN KAPUR, GERBONG TUA MAK
ITAM, DAN KENANGAN YANG MENJADI
NISAN DI BUKIT ITU
/1/
kaulihat, Engku
rel tua usang
gerbong-gerbong4 lapuk kusam
dimakan musim
karatnya melukis kanvas
4 Sejak awal tahun 2000, disebab habisnya produksi batubara di tambang-tambang
Kota Sawahlunto, kereta api di Sumatra Barat tidak beroperasi lagi, termasuk di
Padang Panjang. Akibatnya stasiun di Padang Panjang menjadi museum mati dan
menyisakan rel-rel tua serta gerbong-gerbong lapuk dimakan usia. Sementara
di masa jayanya kereta api merupakan alat transportasi paling diandalkan serta
menjadi sumber ekonomi masyarakat. Pembangunan stasiun ini sejalan dengan
pembangunan jalur kereta api sepanjang Padang sampai Sawahlunto yang
dimulai pada tanggal 6 Juli 1889. Stasiun Padangpanjang mempunyai depo
lokomotif, yang digunakan menyimpan Lokomotif BB204. Stasiun ini dahulu
menjadi pemberhentian kereta api batubara dari pertambangan batubara
Ombilin di Sawahlunto yang hendak menuju Pelabuhan Teluk Bayur, Kota Padang.
(lihat https://id.wikipedia.org/wiki/Stasiun_Padangpanjang).
kerentaan
dan telah ada sejak lama
menjadi nisan
terik
rinai
dan badai
sepanjang tahun
memanggang-sirami stasiun itu
membingkai kenangan
yang membayang lekat
selekat-lekatnya di pelupuk mata
matamu
mataku
mata hati kita
/2/
kaulihat, Engku
kepundan Tandikat
Singgalang dan Marapi5
pasak bumi yang kukuh itu
menjadi saksi
berabad-abad lamanya
mencatat riwayat
tak pernah penat terucap
dari mulut zaman
di selingkar kaki
dan pinggang gunung-gunung itu
mimpi silih berganti dibingkai
lebur-terurai
terutang-tertunai
5 Kota Padang Panjang dilingkari tiga gunung yang merupakan bagian Pegunungan
Bukit Barisan, yaitu Gunung Tandikat (Tandikek) dengan ketinggian 2.438 m.
Tandikat termasuk gunung api aktif dan meletus terakhir pada tahun 1924.
Setubuh dengan Tandikat adalah Gunung Singgalang dengan ketinggian 2,877
meter. Dari bentuknya, gunung ini sangat mirip dengan Gunung Merbabu di Jawa
Tengah. Singgalang termasuk gunung api yang tidak aktif lagi dan terdapat Telaga
Dewi di puncaknya. Berhadapan dengan Gunung Tandikat dan Singgalang adalah
Gunung Marapi dengan ketinggian 2.891 meter. Gunung ini terakhir meletus pada
tahun 2004, namun hampir setiap hari meletus dengan semburan debu kapasitas
kecil.Masyarakat di sekitar kaki gunung ini mensyukuri letusan-letusan skala itu
sebab debu Marapi menyburkan ladang-ladang masyarakat.
—o, sungguh
tak ada yang ingin mengulang
6 Kota Padang Panjang pernah dihoyak gempa (lindu) besar pada tanggal 28
Juni 1926 dengan kekuatan gempa 7,6 SR yang berpusat di patahan Padang
Panjang. Gempa di zaman kolonial ini mengakibatkan sejumlah kerusakan terjadi
di berbagai tempat. Tanah terbelah dan longsor besar terjadi seperti di Kubu
Karambia dan Simabua. Selain di Padang Panjang, gempa ini juga dirasakan di
sekitar Danau Singkarak, Bukittinggi, Danau Maninjau, Solok, Sawahlunto dan
Alahan Panjang. Akibat gempa itu setidaknya 354 korban jiwa kehilangan nyawa.
Gempa susulan juga mengakibatkan kerusakan pada sebagian Danau Singkarak.
Di Kabupaten Agam, sebanyak 472 rumah roboh di 25 lokasi, 57 orang meninggal,
dan 16 orang luka berat. Di Padang Panjang sendiri 2.383 rumah roboh dan 247
orang meninggal. (lihat https://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi_Padang_
Panjang_1926).
7 Anak Dagang adalah sebuah ungkapan di Minangkabau yang artinya orang
perantauan atau anak rantau. Mereka bisa berperan sebagai pedagang yang
berniaga atau pelajar.
8 Ratok (Minang), ratapan yang didendangkan.
9 Rebab atau juga rebap, rabab, rebeb, rababah, atau al-rababa adalah jenis alat
musik senar dari abad ke-8 dan menyebar melalui jalur-jalur perdagangan Islam
yang lebih banyak dari Afrika Utara, Timur Tengah, bagian dari Eropa, dan Timur
Jauh. Beberapa varietas sering memiliki tangkai di bagian bawah agar rebab
dapat bertumpu di tanah, dan dengan demikian disebut rebab tangkai di daerah
tertentu, namun terdapat versi yang dipetik seperti kabuli rebab (kadang-kadang
disebut sebagai robab atau rubab). Di Minangkabau rebab salah satu salat musik
tradisional yang populer. (lihat https://id.wikipedia.org/wiki/Rebab)
o, deja vu!
aku masuk ke lorong waktu
/3/
aku lihat, Engku
di masa yang entah tahun ke berapa
gerbong-gerbong Mak Itam15 itu
terkikis kulit besinya
roda-roda memercikkan api
menjadi kembang di bumi
/4/
aku masuki lorong yang lain, Engku
aku saksikan perempuan-perempuan perkasa
yang meminak peluh dan air mata
bergelut debu dan asap yang membubung
15 Mak Itam, lokomotif uap seri E10 nomor urut 60 (E10 60) populer dengan sebutan
Mak Itam, ikon kereta api dari Kota Sawahlunto. (lihat https://www.kaorinusantara.
or.id/newsline/57166/lokomotif-uap-legendaris-mak-itam-kembali-beroperasi).
o, sansai badan
sungguh mahal itu kemerdekaan
/5/
setelah kampung-kampung merdeka
dan kompeni pulang ke negeri asalnya
bumi pertiwi menaruh harap
pada masa depan yang tak lagi senyap
dan perempuan-perempuan perkasa itu
masih teguh menjaga kesetiaannya
merawat bukit berdinding batu
hingga berpinak anak dan cucu
berganti-gantian, lahir dan besar
disuburi kapur
meski dada menahan sesak
asma mendesak
hingga renggut kebahagiaan
yang tak pernah mereka kenal kata bahagia
23 Tidak semata faktor kesehatan, pada November 2008, aparat setempat melakukan
razia berupa penggusuran tungku kapur dan menutup kawasan Bukit Tui Bagian
Utara. Konon kabarnya warga menambang tanpa izin dan penutupan dilakukan
tanpa ganti rugi.
/6/
dan, Engku
mulut ibu telah mengisahkan legenda
yang menjadi batu di puncak bukit itu
sebelum galodo24 memorakporandakan
rumah-rumah
bersama bah mahadahsyat
yang membawa air
dan longsoran tanah
merenggut ratusan nyawa
meraungkan tangis luka
menjerit pilu
di senyap malam gulita25
24 Galodo, istilah Minang untuk bencana alam longsor atau banjir besar.
25 Tanggal 4 Mei 1987, bertepatan bulan suci Ramadan terjadi galodo (longsor
besar) di Bukit Tui Padang Panjang. Sebanyak 131 orang meninggal dunia, 9 orang
hilang, 29 bangunan hancur, 9 rusak berat dan 9 rusak ringan. Merujuk ke bencana
alam itu warga dilarang menambah kapur sebab labilnya kondisi tanah di bukit
itu.
(http://www.fortunanetworks.com/2014/08/kisah-misteri-dibalik-tragedi-galodo.
html)
26 Bencana alam galodo Bukit Tui telah melahirkan trauma panjang bagi masyarakat
sekitar Bukit Tui yang kehilangan keluarga.
di sela-sela itu
ibu bercerita yang lain
tentang kesatrianya anak-anak Bukit Tui
yang tak berpangku tangan pada ibu-bapaknya
anak-anak yang membunuh waktu
memungut serupiah dua
anak-anak yang mengubur malu
menjaja paragede28 di Simpang Lapan
atau di stasiun angkutan kota
/7/
kusampaikan padamu, engku
mak itam yang telah menjadi makam
dan nisannya bersemayam di Sawahlunto
gerbongnya menahan gigil dingin angin
di sudut kota hujan29 ini
sepanjang musim
sepanjang waktu
sepanjang usiamu dan usiaku
sepanjang angan-angan
29 Iklim Padang Panjang berhawa sejuk, dan kota ini juga dikenal sebagai Kota Hujan
sebab tingginya curah hujan.
PRAWACANA
Ini adalah kejadian paling mengilu dan pilu di tengah keindahan Kota
Bukittinggi yang berhawa sejuk. PT KAI (Kereta Api Indonesia) memiliki
lahan di pusat kota ini. Penduduk setempat menamakan kawasan ini
stasiun, karena pada masa perkeretaapian masih berjaya di Sumatra
Barat, tempat ini adalah stasiun kereta api paling ramai. Jaraknya,
tak jauh dari Jam Gadang. Ya, sekitar 1 kilometer kurang. Pemerintah
pusat melalui Kementerian Perhubungan dan pelaksana PT KAI,
melakukan sosialisasi untuk mengaktifkan kembali jalur kereta api di
lahan seluas 41.569 meter persegi. Sejak berpuluh tahun silam, lahan
itu oleh PT KAI disewakan kepada sekitar 157 pengontrak 204 KK, 80%
di antara penyewa adalah rakyat kecil alias miskin.
Tokoh aku dalam puisi esai ini, tak hendak melawan. Ia tahu
diri. Lahan punya PT KAI, papan yang ia miliki sewaktu perjanjian
kontrak, ia teken; maka siap “angkat kaki” kapan saja kalau lahan
yang menjadi tempat tinggalnya dipergunakan PT KAI.
Pinto Janir
DI GERBANG STASIUN PENGHABISAN
-1-
Siapa pun tentu tahu Bukittinggi
meski belum menginjakkan kaki
di ranah Minang ini, udaranya sejuk
sebab berada di ketinggian, yaitu
930 meter di permukaan laut1
dan luasnya 25,24 km persegi
ya, ya,
tapi di kota yang terasa tenteram
dengan suhu udara nan sejuk
ada geliat dari orang-orang kecil
-2-
Bagaikan sepasang rel kereta
Tak pernah menyatu di mana
Begitulah hidup ini; nasib kami
Dalam gemuruh kota
Dan deru kehidupan
Ini hari
3 Sumatra Barat memang kerap dijuluki “etalase bencana”, karena berbagai macam
bencana alam bisa terjadi di sini bahkan kerap terjadi. Sebut saja banjir, longsor,
galodo, gempa bahkan tsunami telah terjadi dan masih terus berpeluang terjadi di
Sumatra Barat. Di satu sisi Sumatra Barat memiliki alam yang subur dan panorama
alam yang indah memesona.
4 Sejumlah warga stasiun histeris menyaksikan rumahnya dieksekusi oleh PT KAI
dengan cara merobohkan menggunakan alat berat, Senin pagi 4 Desember 2017.
(Harian Singgalang, 5 Desember 2017)
5 Menurut Kepala PT KAI Divre II Sumbar Sulthan, semuanya sudah diikat dengan
perjanjian yang salah satu isinya bila mana sewaktu waktu negara dalam hal ini
Kementerian Perhubungan membutuhkan maka warga harus meninggalkan
lahan tersebut. “Namun meraka masih berkeras tidak mau mengosongkan lahan
itu, karena itulah pihaknya melakukan eksekusi tersebut, tegasnya.(Sumber
Harian Haluan,Harian Singgalang, dan Padang Ekspres, 5 Desember 2017)
Sementara
Mungkin saja dari kumpulan hidup paling kelat
Bila jatuh hujan menaban lebat hingga ke relung jiwa merambat
Mungkin saja hujan darah yang jatuh dari hati rakyat melarat-larat
yang kuharap bukan dari ayat
keparat berlagak malaikat
rakyat dibujuk-bujuk apa hendak disikat
9 Eksekusi bangunan dan rumah warga penyewa aset PT Kereta Api Indonesia (KAI)
di kawasan Stasiun Kota Bukittinggi, Sumatra Barat (Sumbar), berlangsung ricuh,
Senin siang 4 Desember 2017. Warga bahkan nekat menggendong anak balitanya
untuk menghalangi pembongkaran dengan alat berat.Warga mengancam akan
menginap di jalan raya, jika PT KAI tetap melanjutkan eksekusi rumah. Menurut
warga, PT KAI tidak ada memberikan uang kompensasi kepada mereka untuk
menyewa rumah setelah pembongkaran. Salah seorang korban penggusuran,
Amelia namanya , warga Stasiun Kelurahan Auatajungkang Tangahsawah, Kota
Bukittinggi, nekat mendekati alat berat yang tengah merubuhkan bangunan.
Sambil menggendong anaknya berusia dua tahun Ibu rumah tangga ini
menghadang alat berat agar berhenti membongkar rumah.
10 Nan padiah iyolah runding/Dek tajam nampak nan luko/Dek kato hati taguntiang
adalah pepatah yang artinya perkataan yang menyakiti hati lebih berbahaya dari
pisau yang tajam. Suatu keputusan tanpa rundingan cendrung membawa bala
dan silang sengketa dalam kehidupan sosial.
kenangan terbayang-bayang
di kotaku sayang di aku yang malang
dihantar angin lalu
dingin makin keras menerjang
Lebih tajam dari sayatan sembilu
Bagai tulang dicincang-cincang garang
diremas di atas tungku sejarangan
amis aroma kenangan melukis alam takambang jadi abu
Asapnya merangkak dalam kalbu
Dadaku sesak sekali, bila kubatukkan
Darah-darah kesedihan terserak
11 )Warga penyewa aset PT KAI lainnya pun histeris. Bahkan, ada yang jatuh pingsan
saat mencoba menghalangi pembongkaran rumah-rumah warga oleh alat
berat.*(Bukittinggi INews)
12 Meski dihalangi dan mendapat penolakan oleh warga, eksekusi aset PT KAI tetap
berjalan. Ratusan personel gabungan Polri-TNI dan Satpol PP siaga di lokasi untuk
melancarkan pembongkaran bangunan. (Bukittinggi Inews)
18 Tangis histeris warga mewarnai eksekusi lahan milik PT KAI yang terletak di
belakang Stasiun KA Kota Bukittinggi, Senin (4/12). Warga yang merasa telah
menghuni rumah mereka bertahun-tahun tidak terima dengan penertiban itu.
Namun, mereka tidak mampu mengadang ketika alat berat bergerak masuk.
Apalagi aktivitas itu dikawal ketat aparat kepolisian, TNI, dan Polsuska. Penertiban
itu sendiri sebenarnya sempat beberapa kali tertunda. Awalnya memang sempat
terjadi perlawanan dari para penghuni. Mereka bersitegang tidak mau digusur
dan menuntut penuntasan ganti rugi. Sejumlah ibu rumah tangga melontari kata-
kata sumpah serapah pada petugas gabungan.”Selesaikan dulu ganti rugi, baru
kalian boleh membongkar. Ini rumah kami, kami yang membangun dan kami
membayar sewa,” ucap salah satu warga sambil terus menangis. (Jawa Pos.com)
Ondeh mande!
-3-
Grrrrr, Grrrrrr, Grrrrr
19 Laki-laki Minangkabau punya hak untuk mengatur segala yang ada di dalam
perkauman, baik pengaturan pemakaian dan pembagian harta pusaka.
Perempuan sebagai pemilik harta pusaka dapat mempergunakan semua hasilnya
untuk keperluan keluarga besarnya, meliputi ; anak dan kemenakan, anak pisang,
dll sesuai dengan maksud dan tujuan pemanfaatan harta pusaka. Peranan laki-laki
di dalam dan di luar kaumnya menjadi sesuatu yang harus dijalankannya dengan
seimbang dan sejalan. Laki-laki sebagai pengelola (manejer) dan perempuan
sebagai pemilik (owner) dari harta pusaka tinggi. Saudara laki-laki (disebut
mamak) memiliki wewenang menggadaikan harta pusaka bila sesuai alur dengan
patut dan hukum pantas.
Diam. Diamlah
Kupulangkan segala rasa
Habis semua rasa, habislah
kutinggalkan rasa pada-Nya
20 Adat, syarak bersendi kitabullah atau lengkapnya “Adat basandi syarak, syarak
basandi kitabullah, syarak mangato adat mamakai”. Hukum adat berdasarkan
hukum agama, hukum agama berdasarkan Alquran. Begitulah kesepakatan hidup
bersendi syarak orang Minang.
21 Mana tembaga mana nan besi, Mana basa mana basi. Mulut manis kucindan
murah adalah pepatah Minang. Artinya, seseorang yang berkata baik dan lembut
akan mudah mendapatkan simpati dan teman.
22 Peribahasa Minang ini berarti “yang baik itu budi, yang indah itu bahasa (sopan
santun atau tata krama). Kurang lebih peribahasa itu menekankan menjaga tata
krama).
23 Jam Gadang adalah ikon kota Bukittinggi dan provinsi Sumatra Barat. Ia simbol
khas Sumatra Barat. Jam Gadang dibangun tahun 1926 oleh arsitek Yazin dan
Sutan Gigi Ameh. Peletakan batu pertama jam ini dilakukan putra pertama Rook
Maker yang saat itu masih berumur 6 tahun. Jam ini merupakan hadiah dari
Ratu Belanda kepada Controleur (Sekretaris Kota). Simbol khas Bukittinggi dan
Sumatra Barat ini memiliki cerita dan keunikan dalam perjalanan sejarahnya. Hal
tersebut dapat ditelusuri dari ornamen pada Jam Gadang. Pada masa penjajahan
Belanda, ornamen jam ini berbentuk bulat dan di atasnya berdiri patung ayam
jantan.Pada masa penjajahan Jepang , ornamen jam berubah menjadi klenteng.
Sedangkan pada masa setelah kemerdekaan, bentuknya ornamennya kembali
berubah dengan bentuk gonjong rumah adat Minangkabau .Angka-angka pada
jam tersebut juga memiliki keunikan. Angka empat pada angka Romawi biasanya
tertulis dengan IV, namun di Jam Gadang tertera dengan IIII.
Dari menara Jam Gadang, para wisatawan bisa melihat panorama kota Bukittinggi
yang terdiri dari bukit, lembah dan bangunan berjejer di tengah kota yang sejuk
ini.
-4-
“ Ya Allah!”
Kupandang si sulung
kupandang si bungsu
Kupandang bini serindu
Mereka tersedu
nahan sesak mereguk abu mendebu
kupandang-pandang malang
makin kutahu seberapa kuat delapan kerat tulang
tak akan mampu menghadang
karena aku bukan orang terpandang
24 Ngarai Sianok adalah sebuah lembah curam (jurang) yang terletak di perbatasan
kota Bukittinggi, di kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Ngarai
Sianok yang dalam jurangnya sekitar 100 m ini, membentang sepanjang 15 km
dengan lebar sekitar 200 m, dan merupakan bagian dari patahan yang memisahkan
pulau Sumatra menjadi dua bagian memanjang (patahan Semangko). Patahan ini
membentuk dinding yang curam, bahkan tegak lurus dan membentuk lembah
yang hijau—hasil dari gerakan turun kulit bumi (sinklinal)—yang dialiri Batang
Sianok (batang berarti sungai, dalam bahasa Minangkabau) yang airnya jernih.
Di zaman kolonial Belanda, jurang ini disebut juga sebagai karbouwengat atau
kerbau sanget, karena banyaknya kerbau liar yang hidup bebas di dasar ngarai ini.
25 Kepala PT KAI Divre Sumbar, Sulthon, Senin (4/12/2017) mengatakan jumlah warga
yang menjadi penyewa pada lahan Stasiun Bukittinggi sebanyak 106 KK namun
banyak warga yang mempihakketigakannya penyewaan itu sehingga berjumlah
204 KK, namun pihaknya akan memberikan uang tersebut kepada data yang
terdaftar di PT KAI saja (sumber Covesia.com). Sementara itu, dari sumber Minang
Terkini.com, Kumar. Z. chan sebagai koordinator OPAKAI (Organisasi Penyewa
Aset Kereta Api Indonesia) mengungkapkan dari 157 pengontrak dengan PT.
KAI secara resmi dan memiliki akta perjanjian 80% warga yang tidak mampu.
Kumar mengatakan tawaran yang diberikan oleh PT. KAI secara sepihak berupa
dana kerohiman dengan dana Rp. 2,5 jt/KK untuk pembongkaran tapi belum ada
titik temu karena tawaran sepihak “Sewaktu difasilitasi oleh DPRD Kota Bukittinggi
kami mengharapkan win-win solusi sehingga masyarakat mendapatkan
perlakuan yang manusiawi, itu makanya warga menolak pembongkaran/eksekusi
karean belum ada titik temu nya tersebut”ujar Kumar. (Coversia.com).
Kemanusiaan?
Hahahahahaha
itu urusan hati nurani
Nurani?
Ah, bukankah ia sudah lama menjadi judul lagu
dangdut kita?
-5-
Undang-undang di negeri ini
buatan penguasa holand
perkeretaapian memiliki lahan
yang bisa diambil kapan saja
Ya
PT KAI punya lahan
Kami punya papan
PT KAI punya lahan
Kami punya bangkai
Aaaaahhhhh
Praakkkk!
Sedok alat berat menampar atap
“Ayaaaah, rumah kita, rumah kita!”
si bungsuku terpekik tajam
Aku surukkan mukanya ke pelukan
Atap seng melayang jatuh bertebaran
Tajamnya meretas tali jantung hati menikam
-----------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------
(kotaku kota wisata. Konon, ini ruang hendak jadi rest area. Ironis,
bukankah ini sudah jadi rest area sejak lama bagi ribuan nyawa?
Walau kecil, kami juga bayar kontrak atau sewa. Nasib orang kecil,
selalu kalah di angka-angka dan di ruang mata !)
-----------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------
Bergetar-getar
Tiang tua roboh
Seakan lebih kuat
Dari hoyak gempa 200927
Yang runtuhkan ribuan rumah
di Minangkabau
27 Gempa Bumi Sumatra Barat 2009 terjadi dengan kekuatan 7,6 Skala Richter di
lepas pantai Sumatra Barat pada pukul 17:16:10 WIB tanggal 30 September 2009.
Gempa ini terjadi di lepas pantai Sumatra, sekitar 50 km barat laut Kota Padang.
Gempa menyebabkan kerusakan parah di beberapa wilayah di Sumatra Barat
seperti Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang, Kabupaten Pesisir Selatan,
Kota Pariaman, Kota Bukittinggi, Kota Padangpanjang, Kabupaten Agam, Kota
Solok, dan Kabupaten Pasaman Barat. Menurut data Satkorlak PB, sebanyak 1.117
orang tewas akibat gempa ini yang tersebar di 3 kota dan 4 kabupaten di Sumatra
Barat, korban luka berat mencapai 1.214 orang, luka ringan 1.688 orang, korban
hilang 1 orang. Sedangkan 135.448 rumah rusak berat, 65.380 rumah rusak
sedang, dan 78.604 rumah rusak ringan.
28 Kebakaran hebat melanda di Pasar Atas atau Pasa Ateh Bukittinggi, Sumatra
Barat, Senin 30 Oktober 2017, sekitar pukul 06.00 WIB. (Tribun Pekanbaru).
-6-
Kini ke mana hendak pergi
Rumah kami di kampung roboh sudah
Dihoyak gempa 30 SR, 2009 nan parah
Rakyat susah
Susah benar jadi rakyat
Belum kering air mata
Derita tiba ganti berganti
Ya
Pasar Aua Kuniang tempat mereka menggalas
Terpanggang menimbulkan kerugian dan hutang
Terpanggang di pagi yang panas garang
Api tak kunjung padam
Puntung tak kunjung hanyut
“Lailahaillallah
Lailahaillallah
Lailahaillallah
“Allahu akbar
Allahu akbar
Allahu akbar!”
Kuredam benci
Kucampakkan dendam
Kusiram dengan wudu
”Selagi nyawa di kandung badan
Bukankah rezeki tak pernah tenggelam!”
PRAWACANA
Sastri Bakry
BALADA SITI ZAINAB
7 Kulah= bak mandi besar yang biasa untuk menampung air hujan.
8 Pupuik sarunai= alat musik tiup terbuat dari batang padi yang sudah tua dan
berbuku merupakan bagian dari hiburan rakyat yang dipadu dengan talempong=
sebuah alat musik pukul tradisional khas Minang
9 Batang terendam= peribahasa, mengangkat kembali kemegahan nama keluarga
yang tersembunyi atau telah lama hilang.
10 Angku, adalah panggilan untuk kakek.
11 Koka, sebuah daerah di Sulawesi.
12 Dakota RI 002 adalah pesawat milik Bobby Earl Freeberg. Samaun Bakri, seorang
wartawan, wakil Residen Banten, dan pejuang kemerdekaan RI. Atas perintah
Soekarno berangkat membawa emas seberat 20 kg dari Cikotok Banten dengan
pesawat Dakota RI, untuk membeli pesawat ke India, namun sebelum sampai ke
India pesawatnya jatuh di Tanjung Karang sekitar bulan Oktober tahun 1948.
13 Pamburangsang= temperamental.
14 Rajo Sipatokah= orang yang pemberani dan ditakuti.
15 Padusi= perempuan Minang biasanya dipanggil Bundo Kanduang jika sudah
menikah menjadi tumpuan keluarga, menjadi ratu dalam keluarga dan menganut
garis keturunan Ibu(matrilineal).
16 Kaba= dongeng atau cerita.
17 Batang manggis itu artinya pohon manggis beda dengan pengertian Batang
(dengan huruf besar) Mangau yang berarti sungai namun sudah melekat erat
dengan namanya seperti Ci yang berarti sungai, tapi orang sering menyebut
Sungai Cisadane, Sungai Ciliwung, dan seterusnya.
21 Dayuang= dayung, sebuah lagu lama Minang berjudul Dayuang Palinggam yang
diciptakan oleh Karim Nun dan dipopulerkan oleh Elly Kasim. Berkisah tentang
permainan sampan anak nagari Palinggam, sebuah nagari dikota Padang
22 CPNS= Calon Pegawai Negeri Sipil sebutan bagi calon pegawai pemerintah yang
baru diangkat 80 persen.
23 Cirik= adalah bahasa khas Piaman untuk menyebut sesuatu yang kotor yang
berasal dari dubur.
Ia tersenyum mengatakan
“Saya baru masuk kerja, belum punya uang”
Sebelum menjadi pegawai ia sudah mempelajari syarat menjadi
pegawai negeri
dan untuk mengikuti diklat prajabatan harus diusulkan oleh
atasannya
jika tidak diusulkan maka atasannya akan dapat sangsi
Ia bersiap-siap jika tidak jadi ikut diklat karena sogok yang tak
diberikan
Tapi atasannya tentu akan kena sangsi
Ternyata ia ikuti prosedur lurus-lurus tetap saja dipanggil diklat
Sogok tak laku
Lelaki itu diam sesaat, kemudian dengan suara tegas tanpa ragu ia
berkata
“Maaf Bu, gaji kami telah beberapa bulan tidak dibayar
dengan alasan SPP25 gaji kami belum Ibu tandatangani”
“Selama ini kami takut menyampaikannya karena takut dipecat”
“Beberapa bulan hidup kami penuh hutang”
Meski tangannya sedikit gemetaran
Lengan bajunya bergoyang menahan emosi
Matanya tajam menatap pimpinannya
Mata Inouk terbeliak. Kenapa ini harus terjadi? Apa yang salah?