Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MATA KULIAH SASTRA BANDINGAN PERBEDAAN PEMILIHAN KATA DALAM NOVEL LELAKI TUA DAN LAUT TERJEMAHAN

SAPARDI DJOKO DAMONO DAN DIAN VITA ELLYATI

INGEU WIDYATARI HERIANA 180110110055 SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS PADJADJARAN 2012

Pengarang: Penerjemah:

Ernest Hemingway Sapardi Djoko Damono

Pengarang: Penerjemah:

Ernest Hemingway Dian Vita Ellyati

Tahun terbit: 1973 Judul buku: Kota terbit: Penerbit: Lelaki Tua dan Laut Jakarta Pustaka Jaya

Tahun terbit: 2008 Judul buku: Kota terbit: Penerbit: Lelaki Tua dan Laut Surabaya Selasar Surabaya Publishing

Sastra yang sudah dialihbahasakan sudah bukan merupakan sastra aslinya sama dengan

sastra sasaran. Sastra sasaran tersebut sudah berbeda bahasanya yang memperkaya khasanah bahasa Indonesia dan yang demikian itu disebut sastra terjemahan Indonesia. Lain ladang, laing ilalang, lain belalang pepatah tersebut diterapkan dalam kehidupan sastra, terutama karya sastra. Berbeda orang pasti berbeda pemahaman maka akan berbeda pula bahasa yang digunakan. Pembahasan kali ini, karya seorang Jurnalis Amerika Serikat, Ernest Hemingway, novel yang berjudul The Oldman and The Sea. Novel tersebut telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Sapardi Djoko Damono dan Dian Vita Ellyati. Pemilihan kata atau diksi yang digunakan oleh kedua penerjemah tersebut berbeda karena latar belakang mereka berbeda, sehingga dalam masalah ini penerjemah justru mempengaruhi karya yang diterjemahkannya. Setelah saya membaca dua karya hasil terjemahan Sapardi Djoko Damono dan Dian Vita Ellyati, saya memiliki kesan terhadap kedua karya tersebut. Terutama mengenai pemahaman dan kenikmatan dalam menyerap makna cerita yang ingin disampaikan oleh pengarang aslinya, Ernest Hemingway. Sapardi Djoko Damono yang latar belakangnya memang seorang pujangga Indonesia terkenal, sangat cocok menerjemahkan karya yang terbit pada tahun 1952 dan yang telah memenangkan nobel tersebut. Beliau sejatinya seorang sastrawan, sebagai penulis puisi yang diterbitkan dalam bentuk buku-buku puisi, seperti Akuarium (1974), duka-Mu abadi (1969), yang terbaru Kolam (2009), Hujan Bulan Juni (1994) Mata Pisau (1974), Perahu Kertas (1983), cerpen Membunuh Orang Gila dalam buku kumpulan cerpen yang berjudul sama, "Pengarang Telah Mati" (2001; kumpulan cerpen).

Sudah tidak aneh rasanya jika Beliau sukses menerjemahkan karya yang memenangkan nobel tersebut dapat dinikmati pembaca berbahasa Indonesia dalam bahasa prosa yang memberikan kenikmatan sendiri bagi para penikmat sastra. Karena sejarahnya karya tersebut memenangkan Nobel Sastra pada tahun 1954, Sapardi Djoko Damono yang sejarahnya pun seorang sastrawan berhasil mengubah, mengurangi, atau menambah isi asli suatu kerya, novel diterjemahkan olehnya benar-benar menjadi sebuah novel lagi. Novel terjemahannya benarbenar mencerminkan sebuah karya sastra yang indah, bukan karya populer. Berbeda dengan Dian Vita Ellyati yang seorang penerjemah. Dian yang sudah menerjemahkan karya sastra asing, seperti Heart of Darkness (Kegelapan Jiwa) karya Joseph Conrad (1899, Dian: 2010), Love in The Time Of Cholera: Cinta Sepanjang Derita Kolera karya Gabriel Garca Mrquez (1985, Dian: 2010), dan lain-lain. Ada pula novel karyanya yang berjudul Gibran Keabadian (2010). Karya-karya tersebut yang mmembuat Dian dinilai condong ke arah jenis karya polpuler. Penjabaran-penjabaran tersebu dibuktikan dengan kutipan-kutipan novel berikut. Nun di sana, dalam gubuknya, lelaki tua tertidur lagi. (Damono, 1973: 98) Di atas jalan, dalam gubuknya, lelaki tua itu tertidur lagi. (Ellyati, 1973: 123) Kata yang saya cetak tebal menandakan perbedaan pilihan kata. Sapardi memilih kata Nun sebagai dengan menggunakan gaya bahasa metafora sehingga terkesan indah dan menyampaikan makna tersirat. Begitulah sastra sejatinya. Bicara apa, maksudnya apa sebagai istilah yang digunakan dalam kehidupan sastra. Dian dalam karya terjemahannya lebih memilih kata yang langsung menyampaikan makna dalam bentuk narasi, tidak dengan kata yang diindah-indahkan bentuk prosa.

Santiago, kata anak laki-laki itu kepadanya ketika mereka menaiki tebing dari mana perahunya diseret ke darat. (Damono, 1973: 6)

Ia seorang lelaki tua yang sendiri saja dalam sebuah perahu menangkap ikan di Arus Teluk Meksiko dan kini sudah genap delapan puluh empat hari lamanya tidak berhasil menangkap seekor ikanpun. (Damono, 1973: 5) Santiago, si bocah berkata padanya ketika mereka mendaki tebing tempat sampan mulai diseret. (Ellyati, 2008: 4) Adalah seorang lelaki tua yang pergi ke laut seorang diri dalam sebuah perahu di Arus Teluk Meksiko yang telah berlayar selama 84 hari tanpa membawa hasil ikan seekorpun. (Ellyati, 2008: 3) Sapardi lebih memilih kata-kata yang dicetak tebal sebagai frase mencerminkan sastra yang bersifat umum dibandingkan dengan Dian yang memilih kata benda sebagai penyampaian langsung. Anak laki-laki, yang dipilih Sapardi mengandung makna orang berjenis kelamin lakilaki dan lebih muda dari orang tua, tetapi belum tentu kecil. Si Bocah yang dipilih oleh Dian mengandung makna sudah pasti anak kecil. Sapardi memilih dari mana perahunya diseret ke darat dan seorang lebih mengandung unsur satra karena bahasanya yang dapat dimengerti oleh pembaca secara tidak langsung. Sastra memiliki Lisensi Poetika, hak untuk merusak bahasa. Sapardi tidak menterjemahkan dengan cara menyusun kata-kata secara lazim meruntut susunan dari bahasa aslinya agar karyanya itu berupa kalimat-kalimat indah. Dian yang menggunakan tempat sampan mulai diseret dan Adalah seorang langsung dapat ditangkap oleh pembaca mengenai maknanya karena kata-kata tersusun dengan semestinya sesuai dengan runtutan dari bahasa aslinya. Namun, buruknya Dian yang memang seorang penerjemah, Beliau menerjemahkan kata demi kata. Hal tersebut membuat pembaca kadang mengalami kesulitan untuk memahaminya. Adalah seorang dipilih Dian menjadikan sebuah kalimat yang mubazir sehingga tidak nyaman untuk dihikmati oleh pembaca, ditemukan kejanggalan.

Bisa dirasakan keindahan dan kenyamanan yang dinilai pantas atau aneh dalam kedua karya sastra dengan penerjemah yang berbeda. Sapardi yang menerjemahkan kata Heart dengan jiwa lebih menonjolkan karakter sastranya dibandingkan dengan Dian yang

menerjemahkannya dengan tetap pada arti Heart secara lazim, yaitu hati. Dari hal tersebut muncul penilaian bahwa Sapardi yang berhasil menerapkan istilah puisi jadinya puisi lagi, novel jadinya novel lagi dengan mengandalkan latar belakangnya sebagai seorang sastrawan. Dian yang seorang penerjemah lebih sering menggunakan susunan kata-kata yang berbelit pada kalimat karena Beliau menerjemahkan meruntut pada bahasa aslinya. Dibuktikan juga dengan kutipan novel berikut ini dengan kata-kata yang dicetak tebal. ya, kata anak itu. Mau kau kutraktir bir di teras dan sesudah itu kita bawa pulang perlengkapan ini? kenapa tidak? kata lelaki tua itu. kita sama-sama nelayan. (Damono, 1973: 6) ya, si bocah menjawab. Bolehkah aku menawarimu segelas bir di beranda dan kemudian kita akan membawa peralatan ke rumah. kenapa tidak? lelaki tua itu berkata. sebagai sesama lelaki. (Ellyati, 2008: 4) Pada Mau kau kutraktir, bir, di teras, sesudah itu dan Bolehkah aku menawarimu, segelas bir, di beranda, kemudian terlihat sangat kontras. Sapardi yang menerjemahkan dengan cara mempertahankan maksud menggunakan bahasanya sendiri lebih nyaman untuk dinikmati dan dipahami pembaca dibandingkan Dian yang lagi-lagi menerjemahkan dengan meruntut pada bahasa aslinya, tidak diserap oleh beliau sendiri maknanya. Begitu juga dengan bawa pulang perlengkapan dan membawa peralatan ke rumah. Sudah bisa dipastikan dalam karya aslinya ditemukan kata home. Seharusnya jika dalam suatu percakapan kata home diterjemahkan sebagai arti pulang, bukan rumah, yang lazim.

DAFTAR PUSTAKA
http://ariaagungwk.blogspot.com/2011/05/relevansi-jaman-dan-bahasapenyampaian.html http://achyar89.wordpress.com/2009/05/04/memaknai-dan-memahami-karyaterjemahan-the-old-man-and-the-sea/

http://verdeblu.wordpress.com/2010/06/10/the-oldman-and-the-seadalam-dua-penerjemahan-masalah-memaknai-kata/ http://lembayungjatinangor.blogspot.com/2012/04/sastrabandingan_641.html

Anda mungkin juga menyukai