Anda di halaman 1dari 1

SUARA NTB Sabtu, 11 November 2017 Jendela Sastra Halaman 9

CERPEN

Tiga Surat Untuk Siapa Saja


Bayu Pratama
(Michael David Sorensen - fineartamerica)

Pada waktu-waktu tertentu, jika menyempatkan diri untuk melihat ke langit dari
tempat ini –hanya di tempat ini– siapa saja akan melihat bintang bergeser sedikit
dari tempatnya. Mengenai waktu tepatnya, saya juga tidak tahu. Hanya saja, itu pasti
akan terjadi, pada waktu-waktu tertentu.

SEDARI tadi saya menden- –sebenarnya apapun juga erima surat ini)
gar suara gesekan daun. Bu- sama membosankannya. Bersama datangnya surat
kankah itu artinya angin ber- “Mual?” Manusia yang ini kami ingin memberitahu-
tiup? Jika lamat-lamat men- duduk di sebelah saya bertan- kan beberapa hal kepada
dengar semua suara, maka ada ya. Bukan ‘manusia’ yang be- anda. Hal-hal tersebut se-
juga suara lain yang dapat saya rarti ‘manusia’. Tapi naman- bagai berikut:
dengar. Datangnya tepat dari ya memang Manusia. Entah 1. Anda tidak boleh bekerja
atas kepala saya. Saya kira itu kenapa, dia duduk dengan seperti biasanya. Tapi,
suara gemuruh, salak anjing, menaikkan kedua kakinya ke anda tetap harus datang ke
atau mungkin jangkrik. Saya atas kursi, dan bertanya ke- tempat kerja, kami sudah
tidak terlalu yakin. Tapi suara pada saya sambil menggoy- menyiapkan bus di sana,
itu seperti menyusun ang-goyangkan pantatnya. dan anda harus pergi
semacam komposisi yang aneh “Tidak. Hanya bosan,” menaiki bus itu.
untuk didengarkan. Atau mu- jawab saya. 2. Anda akan bersama rom-
ngkin suara burung hantu, “Perjalanan panjang me- bongan dan anda tidak
gagak? Saya kira itu suara jan- mang.” boleh mengeluh tentang itu
tung saya sendiri. Iya, pastilah “Saya tidak memperhati- (Jika ingin mengeluh, kelu-
itu suara jantung saya sendiri. kan.” hkan dalam hati.)
Jantung saya seperti meny- “Ikut bernyanyi saja.” 3. Anda harus melaksanakan
usun sesuatu yang mengerikan, “Hal bodoh.” kedua poin di atas!
dan membawa saya jauh pada “Separah itu?” Sebagai catatan, hari dima-
sebuah lamunan. “Mungkin. Pohon-pohon di na anda harus melaksanakan
Saya berusaha mengingat luar juga terlihat bosan.” hal-hal di atas adalah besok
apa yang sebenarnya saya pikir- Dia sedikit memajukan ke- terhitung dari kapanpun anda
kan dalam lamunan saya. Tapi palanya, menoleh ke luar jen- menerima surat ini. Teri-
itu semacam usaha yang sia- dela. Beberapa saat ia diam. makasih jika anda mau bek-
sia. Bus melaju biasa-biasa “Mungkin,” sambungnya ke- erja sama. Selamat pagi, siang,
saja. Di depan ada teman laki- mudian. sore, malam (kapanpun Anda
laki yang memainkan gitar. Naik-naik ke puncak gu- menerima surat ini).
Yang lainnya bernyanyi ‘Naik- nung… Bus terus melaju. Arah
naik ke Puncak Gunung’. Bosan. Orang-orang masih bernya- jalan di hutan ini membawa
Saya bosan hampir seten- nyi. saya semakin jauh pada
gah mati. Rasanya melihat tinggi-tinggi sekali perasaan bahwa saya melupa-
keluar jendela akan lebih me- …kiri-kanan… kan sesuatu. Saya tidak bisa
narik. Pohon-pohon bergerak Saya melihat ke luar jen- menjelaskan lupa yang saya
ke belakang, seperti film yang dela. Lagu bodoh. Bukankah maksud itu seperti apa. Tapi, tahari terbenam. Saya pergi bersamanya ke sana, menyusuri menggerutu dalam hati. Bus ini Nanti bagaimana caranya
setiap adegannya terus ber- tidak ada pohon cemara di bukankah terus maju berarti jalan, dan benar, semua daun di sana berwarna hijau. Semenjak terus melaju. Tunggu dulu, apa kembali? Bus terus melaju,
ganti. Tapi, itu perumpamaan sini? meninggalkan yang ada di be- itu saya melihat semua daun, di mana saja, berwarna hijau. isi surat tadi? dan saya terus dibawanya.
yang buruk. Film selalu berg- Beberapa orang tertawa. lakang? Saya tiba-tiba terin- Masa itu berlalu beberapa lama. Sampai saya sadar, bukan Semua orang masih duduk Saya mendengar suara-suara,
erak maju dengan gambaran Suaranya terdengar dekat. gat pada seseorang. Ingatan daun-daun yang berubah warna. Tapi sebenarnya, saya yang te- dengan menaikkan kedua datangnya dari atas kepala
yang berbeda-beda. Yang saya Ada sedikit kebingungan yang itu melempar saya jauh, sam- lah mengubah kepercayaan saya. Bukankah kenyataannya, se- kakinya di atas kursi, pantat saya. Di depan sana, bintang
lihat kali ini hanya pohon yang menghampiri kepala saya. pai ke masa di mana daun mua daun selalu berwarna merah? Saya kira, semua cerita juga dan kepala mereka bergoyang terlihat semakin dekat.
terus berganti tapi juga tetap Entahlah. Hal-hal membin- memiliki warna yang berbeda. berwarna merah, sejak dulu merah, dan sampai sekarang masih ke kiri dan ke kanan. Naik-
sama, diam. Saya akan men- gungkan semacam itu sering Orang itu datang entah dari sama. Bukankah semua memang selalu sama? Hanya saja, be- naik ke puncak gunung, tinggi- Bayu Pratama lahir di
gira kami hanya berputar-pu- membuat saya pusing. Tiba- mana. Dia menceritakan pada berapa hal terkadang memang tidak dapat dipercaya. tinggi sekali. Suara gitar dan Aiq Dewa, Lombok Timur, 2
tar di tempat yang sama jika tiba saya teringat surat itu. saya tentang sebuah tempat di Orang-orang masih bernyanyi ‘Naik-naik ke puncak gunung’ tepuk tangan terdengar lebih Mei 1994. Kumpulan
pemandu wisata yang datang Datangnya tepat sebelum mana daun memiliki warna dengan bersemangat. Pak sopir duduk sambil menaikkan ked- bising dari biasanya. Lagu cerpennya berjudul Benjor,
entah dari mana tidak men- saya berangkat pergi tadi. yang berbeda, dan karena itu, ua kakinya ke atas kursi, sama seperti Manusia. Pantat dan bodoh, saya menggerutu Opera Sabun, dan Cerita-
jelaskan bahwa kami sedang Saya ingat dengan persis apa orang-orang pandai berbahagia kepalanya bergoyang ke kiri dan ke kanan. Orang-orang me- dalam hati. Apa isi surat tadi? cerita (Akarpohon, 2017)
ada di tengah hutan yang san- yang tertulis di dalam surat dengan ketidakbahagiaannya. mang sangat senang melakukan hal sia-sia dan membuang-
gat sulit disebut namanya. itu. Bunyi suratnya seperti ini: Apa hal semacam itu dapat di- buang tenaga. Saya semakin muak dengan pantat mereka yang
Mereka yang ada di dalam Selamat pagi, siang, sore, mengerti? Saya kira tidak. terus bergoyang atau lagu bodoh yang terus mereka nyanyikan.
bus ini sangat membosankan malam (kapanpun Anda men- Tempat itu ada di arah ma- Seharusnya mereka tahu, apapun yang mereka lakukan, per-
jalanan selalu berakhir pada kata sampai. Sialan! Kata surat
itu saya tidak boleh mengeluh.
Angin bertiup. Sepucuk surat masuk le-
wat jendela dan jatuh tepat di pangkuan
saya. Dari mana datangnya? Mungkin diba-
wa angin. Entah dari mana.
Selamat pagi, siang, sore, malam (kapan-
pun Anda menerima surat ini)
Jika anda menerima surat ini, itu artinya
anda sudah berangkat dan sedang di tengah
perjalanan.
Anda mungkin kebingungan. Untuk itu,
kami sarankan agar anda jangan berpikir ter-
lalu banyak. Ikuti saja cerita yang kami sus-
un. Jangan dipikirkan, ikuti saja.
Terimakasih atas kerja-samanya. Selamat
pagi, siang, sore, malam (kapanpun Anda
menerima surat ini)
Orang bodoh! Pasti yang menulis surat ini
orang bodoh. Dia kira saya mau mengikuti
arahannya? Saya menggerutu dalam hati.
Bus ini terus melaju. Tunggu dulu, apa isi
surat tadi? Sialan! Hilang kah? Mungkin ter-
bang lagi.
Saya tidak bisa mengerti apa yang saya
pikirkan, saya terus bertanya pada diri saya.
Bukankah saya sedang pergi? Kemana? Ka-
pan bus ini akan berhenti?
Badan saya terasa pegal. Saya mereng-
gangkan badan sejenak. Orang-orang masih
bernyanyi, suaranya menyebalkan. Di luar
daun-daun berwarna merah. Semua pohon
terlihat seperti sedang terbakar. Saya tiba-
tiba teringat orang itu lagi. Saya pernah
ditipu. Dulu saya pernah mengira daun ber-
warna hijau. Penipu! Saya menggerutu
dalam hati.
Manusia terus mengoyangkan pantat dan
kepalanya dengan riang. Di sela-sela gera-
kannya itu, tepat di bawah pantatnya yang
bergoyang-goyang, saya melihat surat tadi.
Bagaimana surat itu bisa merayap ke sana?
Sialan! Dengan gerakan sigap, tepat saat
pantatnya bergerak ke arah kanan, saya
mengambil surat itu. Entah kenapa, dada
saya agak sedikit sesak karena melakukan
hal itu. Perlahan, saya buka surat itu.
Selamat pagi, siang, sore, malam (kapan-
pun Anda menerima surat ini)
Kami kira anda sedang bosan. Apa kami
benar? Biasanya, kami memang selalu benar
dalam mengira-ngira. Anda pasti belum sam-
pai ke mana-mana. Itu wajar, jangan dipikir-
kan terlalu serius. Ikuti saja cerita yang kami
susun. Kami hanya ingin memberikan beber-
apa arahan untuk anda:
1. Besok Anda harus kembali bekerja sep-
erti biasa.
2. Jika anda sudah turun dari bus yang
sekarang anda naiki, anda harus memikir-
kan bagaimana caranya kembali ke tempat
kerja. Mengenai caranya, silahkan anda pikir-
kanlah sendiri.
3. Jika Anda sudah berhasil kembali, mu-
lailah datang ke tempat kerja dengan ber-
jalan kaki. Jangan menaiki kendaraan apap-
un (Kami kira anda kurang olah-raga, dan
biasanya kami benar dalam mengira-ngira).
4. Mulai sekarang, Anda bebas untuk mera-
sa kesal. Tapi anda juga harus mengerti, anda
yang memutuskan untuk merasa begitu.
Sebagai tambahan, ini adalah surat tera-
khir kami. Apa anda senang? Kami harap
anda bersenang-senang. Atau senang saja
cukup. Terimakasih atas kerja-samanya.
Selamat pagi, siang, sore, malam (kapanpun
Anda menerima surat ini)
Isi suratnya berubah. Bagaimana bisa?
Tapi yang menulis surat-surat ini tetap saja
orang bodoh! Pasti benar-benar bodoh. Dia kira
saya mau mengikuti arahannya? Saya terus

Anda mungkin juga menyukai