Putar kanan… putar kiri… hadap kanan… hadap kiri… badanku meliuk-
liuk. Aliran darah segar segera membanjiri pembuluh darahku. Aku terbuai
keasyikan. Di tengah keasyikan itu, samar-samar kudengar orang
bercakap-cakap. Kuajak kakiku melangkah mencari asal suara. Di ruang
tamu ku dapati dua orang tengah terlibat perbincangan yang serius. Aku
intip dibalik pintu belakang. Bapak angkat dan temannya. Aku tak mengerti
apa yang sedang mereka bicarakan. Bahasa sunda adalah penghalangnya,
karena aku tidak mengerti bahasa itu.
Masalah pekerjaan dan tetek bengeknya, hal itulah ternyata yang jadi
perdebatan. Bapak angkatku seorang pedagang dan beliau menekuni
pekerjaan itu. temannya seorang guru dan setengah-setengah menjalani
profesi yang dimilikinya.
“Saya heran kenapa kamu tak pernah capek bolak-balik dari rumah ke
pasar tiap hari?” Pertanyaan temannya buat bapak. Pertanyaan konyol
kupikir. Bagaimana tidak coba , kalau aku boleh bertanya padanya kenapa
pula dia tak pernah capek bolak-balik dari rumahnya ke sekolah? Ya…
kan?
“Matahari bersinar disiang hari. Muncul ditimur dan tenggelam dibarat. Dia
bertugas menerangi bumi, memberi kehidupan untuk makhluk yang ada di
seantero persada.”
Kembali bapak diam. Kulihat teman bapak diam menyimak sabda bapak.
Aku ikut menunggu apa yang akan disampaikan bapak selanjutnya.
“Kalau matahari berhenti sejenak saja dari tugasnya, apa yang bakalan
terjadi?”
“Kacau…” Jawab teman bapak. aku mengiyakan. Bapak, aku dan temannya
tertawa. Suasana kembali tak tegang.
“Bagaimana jadinya jika matahripun ikut bosan dan meninggalkan
tugasnya?”
Pertanyaan retoris bapak muncul lagi.
“Begitulah, bagaimana pula saya akan bosan bolak-balik ke pasar. Jika
saya bosan dan berhenti bekerja, tentunya anak istri saya tak akan makan.
Bukankah begitu Jang?”
“Maju.. maju..
dia mendekat, cepatlah..
kita harus selamat sampai di sana..”
Begitulah suara riuh-riuh kecil yang kudengar sejak dari tadi aku bangun
tidur. Meraka keluar dari kediaman pertama mereka, berbaris entah itu
menuju kemana. Perjalanan mereka yang begitu panjang, membuat mereka
takut akan terjadi sesuatu.
Aku yang langsung kaget melihat mereka, dapatkah engkau bayangkan
ketika bangun tidur mereka berbaris di dinding, sedangkan wajahku
mengahadap kesana. Sontak aku langsung kaget, saat itu juga rasa
ngantukku hilang, padahal awalnya aku malas sekali untuk bangun. Rasa
takut meghampiriku. Tapi, lama-lama rasa itu mulai hilang, aku mulai
memperhatikan mereka dengan seksama, apa yang mereka fikirkan?
Mengapa mereka tampak terlalu tergesa-gesa berjalan?
Mungkin mereka mengira bahwa aku adalah raksasa jahat yang akan
mengganggu mereka.. hmm.. mereka terlalu berprasangka buruk
terhadapku, tapi lama-kelaman pasukan mereka bertambah sampai-
sampai ratu mereka juga keluar. Aku yang tadinya niat tidak akan
mengganggu mereka mulai merubah fikiran, kaya’nya mereka yang akan
menakut-takutiku.
Aku beraksi, aku ambil minyak angin aku semburkan pada mereka, sontak
mereka berkeliaran tak tau arah lagi. Aku mulai prihatin, banyak di antara
mereka keluar dari jalur yang ada, kehilangan arah kerena semburan tadi.
Hidup mereka memang sulit. Ada saja yang mengganggu mereka di tengah
perjalanan. Tidak lama kemudian mereka malui terarah lagi, telah berbaris
dan jalan ke tempat tujuan awal mereka, mereka mencari jalan baru yang
tidak terkontaminasi dengan minyak angin tadi.
Dari kisah semut tadi aku belajar perjalannan hidup yang mahal harganya.
Dimana saat kita telah mengusahakan sesuatu katakanlah itu impian kita,
maka jika di tengah perjalanan dalam menggapai impian itu kita jatuh.
Langsung bangkit, temukan jalan lain yang lebih baik untuk menggapainya.
Karena jika kita tetap diam, kita akan ketinggalan yang impian itu semakin
jauh dari kita, kehidupan akan terus berlanjut meskipun tanpa kita.
Trauma
Seorang lelaki masih muda dengan penampilan yang sangat rapi datang ke
sebuah kantor. Ia berharap bisa diterima di perusahaan tersebut dan bisa
bekerja di sana dengan nyaman. Karena itu, ia mempersiapkan materi dan
juga kebutuhan saat wawancara kerja dengan sangat baik. Sesampai di
perusahaan.
“Mohon maaf, apakah pak Toni ada?” Tanya salah seorang pemuda yang
memperoleh panggilan interview pekerjaan.
“Baiklah.”
“Dimana Pak Toni? Kenapa yang berada di dalam justru OB?” Tanya
pemuda tersebut kepada salah seorang petugas yang terdapat di liar
ruangan.
“Yang di dalam itu pak Toni. Beliau memang kerap begitu, pura-pura
menjadi OB untuk mengetes karyawannya” Jelas petugas tersebut.
“Maksudnya?”
“Berarti kami nggak lolos hari ini. Pak Toni memang seperti itu. Dulunya
beliau pernah trama karena materi dengan beberapa karyawannya”.