Anda di halaman 1dari 7

Nama : Yunus Hardi Hurulean

Kelas : A
Nim : 201635029
UTS : Teori Sastra

Namaku Bukan Kribo Cerpen Karangan: Dwi Septiyana


Kategori: Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 4 July 2020

Semua mata tertuju papan tulis. Mereka seakan tersihir oleh rangkaian huruf-huruf yang
tercetak pada papan tulis itu. Garis satu, garis ganda, rangkap tiga, tulisan aneh (mungkin
bahasa alien), tanda panah, huruf C yang terhubung oleh garis tunggal dan sebagian
terhubung oleh garis ganda. Pikiran mereka melayang-layang. Bukan karena hari itu
pelajaran sastra, tetapi aku yakin karena mereka tidak paham.
“Baik, kita lihat gugus hidrokarbon berikutnya.” Suara itu terdengar mengisi ruang
kelasku.
“Iya, Paaa…!” Kompak seperti koor yang ditanya menjawab.
“Masih dengan senyawa alkana, tetapi atom C-nya berjumlah dua.” Laki-laki berkacamata
tebal di depan kelas itu menuliskan huruf C lalu menarik garis sekali, seperti tanda strip
panjang, diakhiri menulis huruf C lagi di sisi lain. Aku hanya menatap antara paham dan
tidak.
“Nah, lihat perbedaannya. Senyawa ini memiliki jumlah atom C sebanyak?” dengan suara
masih lantang dia bertanya.
“Duaaaa…!” jawab kami serempak.
“Bagus. Berarti senyawa tersebut memiliki nama, etana.*)” memberitahu kami.
“Etanaaa…!” kami mengulang perkataannya.
“Naona Pa? Naona?**)” celetuk si Kribo. Sontak seisi kelas tertawa terbahak mendengar
ucapannya.
“Etana kribo, etana.” aku menimpali. Aku tahu dia bertanya agar dijawab lagi dengan etana.
“Apa? Apa katanya?” Laki-laki yang tak lain adalah guru kimia kami setengah bingung siapa
yang bersuara. “Kenapa kalian tertawa, hah?!” Bukan menjawab pertanyaannya, kami semua
bertambah keras tertawa.
Aku melihat si Kribo setengah mendunduk agar tidak kelihatan dari depan cengengesan,
gembira tak terkira. Dia tahu guru kami adalah orang luar pulau Jawa dan tidak mengerti
bahasa Sunda.
Selalu menyenangkan kalau si Kribo hadir di kelas ketika pelajaran berlangsung. Minggu
kemarin, tiga hari lamanya dia tak hadir, izin, menjenguk pamannya tengah sakit keras di
kampungnya. Tiga hari pula aku malas bersekolah, seakan ketidakhadirannya membawa
kesepian. Kegembiraannya adalah kegembiraanku, keceriaannya membuat seisi kelas ramai
Namanya Miftah. Miftah Muhammad. Rambutnya kribo sehingga mudah dikenali orang-
orang. Perawakannya tinggi besar.dengan gigi depan gingsul bagian atas. Kalian akan sangat
mudah mengenalinya diantara kerumunan anak-anak SMA di sekolahku. Kami lebih senang
memanggilnya dengan kribo daripada nama aslinya.
“Bruk!” Tiba-tiba saja ada yang menabrakku dari belakang. Badanku setengah sempoyongan
menahan agar tidak jatuh.
“Hey, Kribo! Matamu kemana sih?!” Aku bicara ketus kepadanya.
“Lho, kamu Debby. Kapan kamu ada disitu? Aku punya nama, dan namaku bukan kribo.”
Wajahnya menunjukkan seakan tak pernah punya rasa bersalah.
“Dari tadi aku di sini. Kamu saja yang menabrakku dari belakang.”
“Kamu bisa menghilang ya? Sungguh aku tidak melihatmu tadi di sini.”
“Enggak lucu tahu.”
“Tahu gak Debby, sebenarnya manusia punya kemampuan menghilang lho.” Aku tak peduli
dengan omongannya. “Manusia itu punya kemampuan seperti hantu tidak bisa terlihat. Beda
tipis.” Dia terus berbicara dengan bualannya. Aku anggap dia hanya membual.
“Semua materi di alam terdiri dari atom atau molekul. Benda apa pun itu pasti tersusun
atas atom-atom. Manusia, air, pohon, tanah, batu, udara, bahkan hantu sekalipun. Bedanya
hanya dari energinya saja. Pergerakan molekul dalam tubuh manusia lambat, sedang pada
hantu pergerakan molekulnya sangat cepat. Akibatnya hantu tak bisa dilihat oleh manusia.
Coba kalau kita punya kemampuan untuk menambah pergerakan molekul tubuh kita lebih
cepat.” Anak itu terus nyerocos menjelaskan teorinya.
Dia memang sering terlihat urakan, seenaknya sendiri, sering jahil, tapi dalam pelajaran
tertentu dia bisa membuat guru-guru terdiam hanya karena pertanyaan anehnya. Jika sudah
keluar kumatnya, maka seisi kelas akan terbengong-bengong dengan semua penjelasan dan
pertanyaan. Atau seisi kelas akan tertawa terbahak-bahak mendengar ucapannya yang
menurut kami ngelantur.
Aku pernah menjumpainya sedang asyik dengan accumulator di atas meja, gelas kimia
ukuran dua ribu mililiter, kabel berwarna-warni, tabung reaksi, dan alat lainnya berserakan.
Kalian tahu apa yang dia lakukan? Kalau kalian melihatnya sendiri pasti akan bilang dia itu
orang aneh, setengah waras, setengah gendheng. Tidak salah memang kalau orang-orang
mengatakannya demikian, karena kelakuannya seperti itu.
“Heh, apa-apaan ini? Apa yang kamu lakukan Kribo?” Tanyaku begitu masuk ke ruangan
kelas. Tapi dia terus asyik dengan pekerjaannya.
“Jadi berantakan gini kan! Apa sih benda-benda ini?” Yang ditanya malah semakin
tenggelam, asyik sendiri mengutak-atik peralatannya, sekali-kali menunduk untuk mengamati
alat tersebut. Aku semakin dongkol karena merasa diacuhkan.
“Kamu dengar tidak sih! Kamu gak punya kuping ya?!” Bentakku.
“Lihat Deb.” Anak itu menarik lenganku. Nadanya seakan tidak ada kejadian apa-apa
sebelumnya. Padahal dari tadi aku bertanya kepadanya. “Lihat ujung kabelnya, perhatikan
Deb!”
Si Kribo menunjuk sebuah gelas kimia besar dengan larutan bening di dalamnya. Gelas
kimia satunya sama besar, tapi larutannya berwarna putih pudar. Kedua gelas kimia tersebut
dicelupkan kabel berwarna hitam dan merah, tabung reaksi terbalik, dan pada kedua ujung
kabel muncul gelembung-gelembung gas seakan menari-nari berlompatan ke atas permukaan
larutannya.
“Aku akan membuat penemuan terhebat abad ini!” Dia berkata sangat antusias. “Tahu
kamu Deb, gelembung gas itu apa?” Aku menggelengkan kepala, setengah malas berpikir.
“Gelembung itu adalah gas oksigen. Aku menciptakan gas oksigen, Deb. Nanti akan
produksi dengan jumlah besar. Di samping sekolah kita kan ada danau. Nah, aku akan
memulai percobaan besarku menggunakan air danau. Tarik saja kabel PLN yang menjuntai di
atasnya untuk mengalirkan listrik. Wadah penampungannya adalah truk tangki yang sering
mengangkut air isi ulang. Bayangkan, aku akan menjadi ilmuwan paling muda di negeri ini!
Penemu gas oksigen!” Bicaranya semakin ngelantur. Aku mendengarkannya dengan ogah.
Walaupun sebenarnya dalam batinku mengagumi kejeniusannya. Kejadian paling seru dan
tak akan pernah dilupakan adalah ketika teman kami berulang tahun. Ide awalnya tentu saja
berasal dari anak yang urakan itu. Dia akan membuat kejutan dengan sesuatu yang
menurutnya sangat keren.
“Nih dengerin ya. Kalau kita panaskan gas etuna***) maka akan terjadi reaksi
pembakaran tak sempurna. Asyiknya reaksi itu menghasilkan energi yang besar. Sebuah
dentuman!” Matanya berbinar dan membuat gerakan tangan mengepal dari bawah ke atas,
lalu kepalan tangannya membuka perlahan seakan telah terjadi ledakan bom seperti di
Hiroshima dulu kala. “Begitu teman kita, Marni, masuk kelas nah di situlah kita bakar gas
etuna. Aku yakin dia akan terkaget-kaget. Lalu kita berlarian semua seakan terjadi kejadian
mengerikan.”
“Bahaya enggak Bro?” Aku bertanya, memanggilnya bro maksudnya kribo.
“Asal volumenya hanya satu liter, tidak lebih itu cukup buat bikin kaget orang.” Jelasnya.
“Kalau lebih?” Aku bertanya lagi.
“Kau bayangkan saja sendiri, kalau sampai kaca jendela pecah, dinding tembok mengelupas,
lalu kepsek datang kesini, kasih surat skor seminggu.” Wajahnya serius.
“Iiih, ngeri juga ya. Bisa sampai sedahsyat itu ledakannya?” Dia mengangguk mantap.Hari
yang dinanti tiba. Kami sudah merancang rencana dengan matang. Kribo menyiapkan semua
alat dan bahannya. Bersiap di kelas. Sebagian berada di luar kelas menyiapkan kue ulang
tahun. Sebagian lagi tetap di dalam kelas, siap berlari ketika ledakan terjadi. Aku sendiri akan
memberi kode dengan tepukan tangan jika Marni sudah kelihatan batang hidungnya, tepat di
pintu kelas. Skenario yang sempurna. Marni sendiri tak pernah tahu akan diberi kejutan.
Semua menunggu dengan dag dig dug, berharap rencana berjalan dengan sukses. Si Kribo
sendiri seperti biasa, terlihat santai, mengunyah permen karet sambil sekali-kali mengutak-
atik peralatannya, mungkin masih melakukan percobaan lain. Suasana sekolah lumayan sepi,
karena murid lain berada di dalam kelas mengikuti pelajarannya masing-masing. Akhirnya
yang ditunggu tiba. Sesosok perempuan dengan rambut panjang tergerai, mata sendu, kulit
putih berjalan tergesa. Marni! Aku hampir bersorak. Yes, dia akan menuju kelas, membuka
pintu, lalu … bom! Semua anak berlarian dan dia akan ikut lari, kaget, bingung, ikut berlari
juga, batinku.
Tepat ketika aku memberikan kode tepukan, di belakang Marni tampak sesosok lain
mengikutinya berjalan. Seorang laki-laki berkacamata tebal yang tak lain adalah guru
kimiaku. Dan, aku tak sempat memberitahu anak-anak yang berada di dalam kelas. Ah ….
SELESAI
*) Etana (kimia) = merupakan senyawa hidrokarbon yang memiliki jumlah atom C dua,
dengan rumus senyawa C2H6. Etana memiliki arti lain, dalam bhs. Sunda berarti “anunya”
**) Apanya Pa? Apanya?
***) Etuna, senyawa hidrokarbon berupa gas dengan jumlah atom C sebanyak dua dan ikatan
rangkap tiga. Jika dipanaskan akan meledak hebat.

Jawaban no 1
Cerita pendek tersebut mengisahkan seorang gadis yang masih menempuh sekolah
menengah atas dan sangat mencintai pelajaran kimia sehingga ia membuat eksperimen yang
tanpa sengaja pada gurunya.
Berdasarkan peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam cerita pendek tersebut ada beberapa
fungsi.
1. Fungsi rekreatif
cerita pendek si karibo mempunyai salah satu tujuan yaitu menghibur pembaca atau
penikmat cerpen karena dari orientasi di dalam cerita telah memperkenalkan sosok si kribo
yang adalah julukan baginya walaupun ia memiliki nama sebagai identitas diri namun teman-
temanya tidak memanggilnya dengan namanya tetapi memanggilnya Si Kribo karena tipe
rambutnya yang keriting. Tidak hanya peristiwa lucu saja yang disajikan tetapi juga peristiwa
yang sangat menagagumkan seperti kejeniusan dari tokoh Si kribo di dalam cerita ini yang
membuat pembaca terkesan. berikut ini kutipan teks berikut ini
“Heh, apa-apaan ini? Apa yang kamu lakukan Kribo?” Tanyaku begitu masuk ke ruangan
kelas. Tapi dia terus asyik dengan pekerjaannya.
“Jadi berantakan gini kan! Apa sih benda-benda ini?” Yang ditanya malah semakin
tenggelam, asyik sendiri mengutak-atik peralatannya, sekali-kali menunduk untuk mengamati
alat tersebut. Aku semakin dongkol karena merasa diacuhkan.
“Kamu dengar tidak sih! Kamu gak punya kuping ya?!” Bentakku.
“Lihat Deb.” Anak itu menarik lenganku. Nadanya seakan tidak ada kejadian apa-apa
sebelumnya. Padahal dari tadi aku bertanya kepadanya. “Lihat ujung kabelnya, perhatikan
Deb!”
Jika kita mengamati konteks cerita dari awal tentunya salah satu peristiwa yang juga
adalah peristiwa. Pembaca akan membayangka bentuk fisik dari tokoh Si kribo di dalam
cerita pada awak cerita saja pembaca sudah merasa lucu. Apalagi penggunaan sapaan Si
Kribo yang ditujukan untuk dirinya. Berdasarkan peristiwa yang tertera dalam kutipan di atas
tentunya pembaca berimajanasi bahwa teman yang menegurnya Si kribo karena mekakukan
hal yang tidak wajar terhadap cairan kimia. selain itu dengan sikap tidak peduli dan serius
melanjutkan eksperumenya ini pembaca akan berimajinasi bahwa dibalik sosok yang lucu
juga mempunyai keseriusan dan mimpi yang besar.
Jika diamati dengan baik tidak hanya peristiwa itu tetapi cerita ini dari awal membuat
kagum para pembaca akan sosok Si Kribo dalam cerita. walaupun ia mempunyai bentuk fisik
yang apa adanya namun ia memiki pengetahuan dalam bidang kimia. Hal itu membuat
pembaca merasa kagum dan secara langsung cerita ini menghibur pembacanya.
2. Fungsi moral
Bagaimana di dalam teks mengajarkan kita untuk saling menghargai, menujukan sikap
yang baik terhadap orang lain dan juga tidak membalas perbuatan orang lain. seperti yang
tertera pada kutipan teks berikut ini.
"Hey, Kribo! Matamu kemana sih?!” Aku bicara ketus kepadanya.
“Lho, kamu Debby. Kapan kamu ada disitu? Aku punya nama, dan namaku bukan kribo.”
Wajahnya menunjukkan seakan tak pernah punya rasa bersalah"
Berdasarkan kutipan teks tersebut mengajarkan kita untuk menyapa orang dengan sopan
karena orang itu memiliki nama yang perlu disapa. ketika kita menyapa seseorang dengan
nama tanpa menggunakan julukan terhadap kekurangan fisiknya atau sikapnya tentu
menimbulkan nilai rasa saling tidak menghargai diantara sesama.
3. Fungsi didaktis.
Di dalam cerita ini tidak hanya mengajarkan baik buruknya seseora dalam bertindak
melalui perilaku tokoh tetapi juga kemampuan tokoh yang mengaggumkan secara tidak
langsung telah memotivasi pembaca untuk lebih giat belajar seperti pada kutipan teks ini.
“Aku akan membuat penemuan terhebat abad ini!” Dia berkata sangat antusias. “Tahu
kamu Deb, gelembung gas itu apa?” Aku menggelengkan kepala, setengah malas berpikir.
“Gelembung itu adalah gas oksigen. Aku menciptakan gas oksigen, Deb. Nanti akan
produksi dengan jumlah besar. Di samping sekolah kita kan ada danau. Nah, aku akan
memulai percobaan besarku menggunakan air danau. Tarik saja kabel PLN yang menjuntai
di atasnya untuk mengalirkan listrik. Wadah penampungannya adalah truk tangki yang
sering mengangkut air isi ulang. Bayangkan, aku akan menjadi ilmuwan paling muda di
negeri ini!
Berdasarkan kutipan di atas secara tidak langsung pembaca berimajinasi tentang
kejeniusan dari tokoh Si Kribo di dalam cerita ini. Pembaca juga akan termotifasi dari dalam
diri untuk melakukan sesuatu yang telah ditekuninya untuk menjadi orang yang hebat. Selajn
memotifasi teks ini secara langsung meberi pengetahuan kepada pembaca karena banyak
sekali penjalasan tentang ilmu kimia dalam teks tesebut.

Jawaban no 2
Fakta adalah segala sesuatu yang pernah ada atau peristiwa yang sungguh terjadi dan
dapat dibuktikan kebenarannya, itulah yang disebut fakta. Sedangkan fiksi adalah karangan
yang berisi kisah atau cerita yang dibuat berdasarkan khayalan atau imajinasi pengarang.
Walaupun fiksi hanya imajinasi penulis, namun fiksi tetap masuk akal dan mempunyai
kebenaran. Penulis Memanfaatkan imajinasi secara maksimal untuk membangun koherensi
peristiwa secara sistematik, seakan penulis membangun suatu kehidupan dalam karyanya.

Jawaban no 3
Karena sejarah sastra mempelajari perkembangan ilmu sastra dari waktu ke waktu maka
seseorang yang ingin melakukan studi tentang sejarah sastra harusnya mempunyai kebiasaan
membaca yang banyak serta kesiapan diri dalam menelaah dengan cermat perbedaan prinsip,
kategori atau bahkan gaya bahasa dan tema suatu karya sehingga ia dapat melihat dan
menemukan berbagai perbedaan dan persamaan karya sastra dalam beberapa tahun.
Contohnya ketika ia ingin mengetahui perbedaan dan persamaan baik dari segi bahasa
bentuk karyanya, apakah mrngalami perubahan dan apa penyebabnya maupun tema yang
diangkat dalam karya satra angkatan 20 (Balai Pustaka) dengan ankatan 30 (punjangga baru)
maka ia harus membaca dan menelaah dengan cermat karya-karya kedua angkatan itu.

Jawaban no 4
Perbedaan yang paling mendasar antara puisi, prosa dan drama terletak pada bentuk
penyajian teksnya. Jika kita mengamati dengan baik ketiga gendre sastra ini, pada prosa
mempunyai penyajian teks dalam bentuk paragraf yang ceritanya disajikan dengan peristiwa-
peristiwa yang sudah terurut. Sedangkan dalam teks puisi mempunyai bentuk teks yaitu
menggunakan bait hal ini berbeda juga dengan teks drama yang di dalam seluruh ceritanya
disajikan dalam bentuk dialog dan di dalam teks drama juga dilengkapi sebuaj petunjuk yang
harus dilakukan pemeran atau tokoh tersebut dalam pertunjukan, biasanya ditulis dalam tanda
kurung.
selain dari bentuk penyajian yang telah dijelaskan. Perbedaan juga dapat diamati seperti
pada puisi terikat dengan rima dan banyak menggunakam gaya bahasa yang membuat
pembaca harus mengamati dengan baik sehingga dapat memahami. Hal ini berbeda dengan
prosa dan drama yang menggunakan bahasa yang lugas dan menguraikan peristiwa secara
jelas sehingga mudah dipahami oleh pembaca.

Anda mungkin juga menyukai