Anda di halaman 1dari 3

Nama : Yunus Hardi Hurulean

Kelas : A

UTS : Linguistik Bandingan

Nim : 201635029

1. Jelaskan kedudukan linguistik bandingan terhadap tiga cabang linguistik.

Jawaban.
jika diamati ada beberapa cabang linguistik seperti etnolinguistik yang merupakan
cabang linguistik yang mempelajari bahasa berdasarkan cara pandang budaya masyarakat
dan sosiolinguistik yang mempelajari bahasa dalam penggunaannya di dalam masyarakat
yaitu sikap dan perilaku berbahasa masyarakat dan juga psycholinguistic yang
mempelajari bahasa yang dihubungkan dengan ilmu jiwa. Jika kita mengamati tentunya
cabang-cabang linguistik tersebut mengkaji bahasa dan digabungkan dengan ilmu-ilmu
lain seperti etnolinguistik gabungan antara ilmu antropologi dan linguistik, sosiolinguistik
gabungan antara ilmu sosiologi dan linguistik,dan psycholinguistic merupakan gabungan
antara ilmu psikologi dan linguistik. Kita dapat mengamati dalam ketiga cabang
linguistik tersebut merupakan ilmu hibrida namun kedudukan linguistik bandingan itu
mengkaji bahasa dengan bahasa dalam artian membandingkan bahasa yang satu dengan
bahasa yang lain untuk menemukan bahasa proto karena bahasa-bahasa tersebut diduga
merupakan bahasa yang berkerabat yang diturunkan dari suatu bahasa proto yang dapat
diamati dari persamaan fonem, fon kata bahkan struktur kalimat. Jadi di ngisi bandingan
memiliki kedudukan yang memfokuskan persamaan bahasa-bahasa yang diduga memiliki
kekerabatan berbeda dengan cabang ilmu ilmu linguistik ketiga yang telah disampaikan
yang merupakan ilmu gabungan atau yang disebut dengan linguistik makro. Namun
dalam linguistik bandingan juga membutuhkan kajian-kajian dari etnolinguistik
sosiolinguistik dan juga juga psikolinguistik sebagai pemahaman penggunaan bahasa
dalam budaya masyarakat dan pemikiran masyarakat.

2. Jelaskan dan berikan contoh klasifikasi bahasa secara areal dan secara sosiolinguistik

a. Klasifikasi Areal

Klasifikasi areal dilakukan berdasarkan adanya hubungan timbal balik antara


bahasa yang satu dengan bahasa yang lain di dalam suatu areal atau wilayah, tanpa
memperhatikan apakah bahasa itu berkerabat secara genetik atau tidak. Klasifikasi ini
bersifat arbitrer karena dalam kontak sejarah bahasa- bahasa itu memberikan
pengaruh timbal balik dalam hal- hal tertentu yang terbatas. Klasifikasi inipun bersifat
non ekhaustik, sebab masih banyak bahasa- bahasa di dunia ini yang masih bersifat
tertutup dalam arti belum menerima unsur- unsur luar. Selain itu, klasifikasi inipun
bersifat non unik, sebab ada kemungkinan sebuah bahasa dapat masuk dalam
kelompok tertentu dan dapat pula masuk ke dalam kelompok lainnya lagi.

CONTOH : Bahasa Kur di kepulaun kei dan bahasa Banda yang dahunya hidup di
kepulaun Banda yang sekarang bermigrasi di kepulaun kei. Klasifikasi yang
dilakukan ini bersifat arbiter atau mana suka terhadap kedua bahasa ini untuk mencari
bahasa porto atau bahasa kedu yang di duga memiliki kekerabatan. Klasifikasi ini
dilakukan tanpa memperhatikan apakah bahasa ini berkerabat atau tidak karena kedua
bahasa ini hidup dan dituturkan dalam suatu areal yaitu dikepulaun kei. Kedua bahasa
ini juga memiliki sejumlah fonem dan kata yang sama seperti bahasa banda sa, ruo
telu fatu limu kosakata tersebut juga mempunyai kemiripan dengan beberapa kata
yang berada di dalam bahasa Kur. Salah satu hal yang unik yaitu masyarakat banda
ketika bertutur dengan masyarakat kur mereka saling memahami dan bisa
menggunakan bahasa satu sama lain sehingga perlu dilakukan klasifikasi areal u ntuk
memahami apakah kedua bahasa ini mempunyai kekerabatan dari sisi geneti atau
histori tertentu.

b. Klasifikasi Sosiolinguistik
Klasifikasi sosiolinguistik dilakukan berdasarkan hubungan antara bahasa dengan
faktor- faktor yang berlaku dalam masyarakat, tepatnya berdasarkan status, fungsi,
penilaian yang diberikan masyarakat terhadap bahasa itu. Klasifikasi sosiolinguistik
ini pernah dilakukan oleh William A. Stuart tahun 1962 yang dapat kita baca dalam
artikelnya “ An Outline of Linguistic Typology for Describing Multilingualism”.
Klasifikasi ini dilakukan berdasarkan empat ciri atau kriteria, yaitu :
historisitas berkenaan dengan sejarah perkembangan bahasa atau sejarah pemakaian
bahasa itu,
standardisasi berkenaan dengan statusnya sebagai bahasa baku atau tidak baku atau
statusnya dalam pemakaian formal atau tidak formal,
vitalitas berkenaan dengan apakah bahasa itu mempunyai penutur yang
menggunakannya dalam kegiatan sehari- hari secara aktif atau tidak,
homogenesitas berkenaan dengan apakah leksikon dan tata bahasa dari bahasa itu
diturunkan.
Dengan menggunakan keempat ciri di atas, hasil klasifikasi bisa menjadi
ekshaustik sebab semua bahasa yang ada di dunia dapat dimasukkan ke dalam
kelompok- kelompok tertentu. Tetapi hasil ini tidak unik sebab sebuah bahasa bisa
mempunyai status yang berbeda
Contoh dalam penggunaan bahasa kei dari zaman dahulu sampai sekarang
perkembangan bahasa diwarikan secara turun temurun dan bahasa kei digunakan
sebagai lingua franca atau bahasa perhubungan untuk masyarakat Banda dan
masyarakat Kur sehingga masyarakat banda dan masyarakat Kur juga fasih
menggunakan bahasa Kei. Bahasa yang diwariskan juga merupakan bahasa kei
standar baku yang digunakan dalam situasi formal dan juga situasi non formal. Dan
bahasa kei digunakan dalam kehidupan sehari-hari berdampingan dengan bahasa
Melayu Ambon. Dan leksiko serta tata bahsa pun diwariskan secara baik sehingga
struktur bahasa dan leksikon tetap bertahan.

Anda mungkin juga menyukai