Anda di halaman 1dari 3

Klasifikasi Bahasa

Klasifikasi Areal dan Sosiolinguistik

Nama kelompok:
1. Isti’anah(1810221009)
2. Aura Fiska Amalia Risanti(1810221010)
3. Eky Yunan Wildyan(1810221012)
4. Amalia Risma Fasya(1810221013)
Pengertian Klasifikasi Areal
Klasifikasi areal dilakukan berdasarkan adanya hubungan timbal balik antara bahasa yang
satu dengan bahasa yang lain di dalam suatu areal atau wilayah, tanpa memperhatikan apakah
bahasa itu berkerabat secara genetik atau tidak. Klasifikasi ini bersifat arbitrer karena dalam
kontak sejarah bahasa- bahasa itu memberikan pengaruh timbal balik dalam hal- hal tertentu
yang terbatas. Klasifikasi ini pun bersifat non ekhaustik, sebab masih banyak bahasa- bahasa
di dunia ini yang masih bersifat tertutup dalam arti belum menerima unsur- unsur luar.
Usaha klasifikasi ini pernah dilakukan oleh Wilhelm Schmidt (1868- 1954) dalam bukunya
Die Sprachfamilien und Sprachenkreise der Ende, yang dilampiri dengan peta. Dimana dalam
peta tersebut diperlihatkan distribusi geografis dari kelompok-kelompok bahasa yang penting,
disertai dengan ciri-ciri tertentu dari bahasa-bahasa tersebut.

Pengertian Klasifikasi Sosiolinguistik


Sosiolinguistik bersasal dari kata “sosio” dan “ linguistic”. Sosio sama
dengan kata sosial yaitu berhubungan dengan masyarakat. Linguistik adalah ilmu
yang mempelajari dan membicarakan bahasa khususnya unsur- unsur bahasa dan
antara unsur- unsur itu. Jadi, sosiolinguistik adalah kajian yang menyusun teoriteori tentang
hubungan masyarakat dengan bahasa. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa sosiolinguistik tidak hanya mempelajari tentang bahasa tetapi juga
mempelajari tentang aspekaspek bahasa yang digunakan oleh masyarakat. Menurut Willian
A. Struarttahun (1961) dalam artikelnya “An Outline Of Linguistic Typology For DErcribing
Multilingualism” klasifikasi dilakukan berdasarkan 4 ciri yaitu :
a. Historis : Berkenaan dengan sejarah pengembangan bahasa atau sejarah pemakaian
bahasa
b. Standarisasi : Berkenaan dengan statusnya sebagai bahasa baku atau tidak baku
c. Vutalitas : Berkenaan apakah bahasa itu mempunyai penutur yang menggunakannya
dalam kegitan sehari-hari secara aktif atau tidak
d. Homogenesitas leksikon dan tata bahasa : Berkenaan apakah bahasa itu diturunkan
atau tidak
Kegunaan Sosiolonguistik
a. Teoritis : mengembangkan ilmu. Sumbangan bagi perkembangan sosiolinguitik.
b. Praktis : ada manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Sebab sosiolinguistik
mempelajari tentang “siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan, kepada siapa
dia berbicara, kapan dan dimana pembicaraan itu berlangsung.
c. Dalam pengajaran bahasa di sekolah, sosiolinguistik juga mempunyai peran
besar, yaitu kajian bahasa secara internal, akan menghasilkan bahasa sebagai
objektif deskriptif dalam wujud sebuah buku “tata bahasa”, yang kesulitannya
adalah bahwa ragam bahasa yang diajarkan adalah bahasa baku (formal) dan non
baku (non formal). Sebagai contoh konkret, seorang dosen bila berbicara dengan
mahasiswanya di ruang kuliah akan menyebut dirinya sebagai kata ganti saya.
Begitu pula dengan mahasiswanya, untuk menyapa mahasiswanya biasanya tidak
menggunakan kata ganti kamu atau engkau, melainkan kata ganti anda atau
saudara. Namun sang mahasiswa tidak boleh memanggil sang dosen dengan
panggilan kamu, engkau anda, saudara, melainkan dengan panggilan bapak/ibu.
Topik-topik umum dalam Sosiolinguistik :
a. Bahasa, dialek (ciri bahasa kelompok. Contoh : kelompok banjar memakai ciri-
ciri bahasa banjar), idiolek (ciri perorangan. Setiap orang memiliki ciri tersendiri
dalam berbicara), dan ragam bahasa (bahasa formal dan non formal).
b. Repertoar Bahasa (perbendaharaan dan kekayaan bahasa yang dimiliki.
Maksudnya kita memiliki atau menguasai berbagai bahasa, baik itu bahasa daerah
ataupun bahasa asing).
-competence: kemampuan, pengetahuan yang dimiliki pemakai bahasa mengenai
bahasanya.
-performance: perbuatan bahasa. Pemakaian secara bahasa.
-communicative competence: kemampuan bertutur atau kemampuan
menggunakan bahasa sesuai dengan fungsi dan situasi serta norma-norma
penggunaan bahasa dalam konteks sosialnya.
c. Masyarakat bahasa (sekumpulan masyarakat yang menggunakan bahasa yang
lebih dari satu, baik itu bahasa daerah nya sendiri dan juga bahasa indonesia).
d. Kedwibahasaan (bahasa yang lebih dari satu), dan kegandabahasaan. Ini
berkaitan dengan variasi bahasa, yaitu ragam bahasa yang pemakaiannya di
sesuaikan dengan fungsi dan situasional tanpa mengabaikan kaidah-kaidah pokok
yang berlaku dalam bahasa.
e. Sosiolinguistik. Contoh : Di kota Samarinda yang memiliki beragam bahasa
daerah dan masyarakat pendatang membuat kota Samarinda menjadi tempat
berkumpulnya masyarakat daerah di luar samarinda. Contoh :
-Wilayah “Air Putih” dan sekitarnya mayoritas adalah perkampungan atau
masyarakat yang berbahasa “banjar”.
-Wilayah “Mugirejo” dan sekitarnya mayoritas berbahasa “jawa”. dan lain
sebagainya.
f. Bahasa dan kebudayaan: kebudayaan mencerminkan bahasa.

Anda mungkin juga menyukai