Anda di halaman 1dari 6

Kontradiktif islam dan muslim

Rivalitas istilah keduanya memang sangat mendarah daging. Seakan berjalan searah tanpa perbedaan.
Namun sejatinya, keduanya memiliki pemahaman masing-masing yang membuat keduanya berbeda.
Mari kita ulas sedikit agar tahu dimana titik perbedaanya.

Dalam Bahasa Arab, islam merupakan ism masdar (asal kata) yang berartikan menyerahkan diri
seutuhnya kepada tuhan yang maha esa, Allah SWT. Sedangkan kata muslim merupakan ism fa'il (pelaku
atau subjek) yang berartikan penganut Agama Islam. Ringkas saya, Islam adalah agama penuh rahmat,
kedamaian dan keindahan, Sedangkan muslim adalah pemeluk agama islam itu sendiri. Jadi, dari sudut
harfiah sudah nampak perbedaannya. Mudahnya, islam adalah objek dan muslim adalah subjek.

Secara prakteknya, islam adalah sebuah kesempurnaan sedangkan muslim belum tentu. Namanya
juga pengikut belum tentu se-sempurna apa yang di ikutinya. Serupa dengan apa yang di katakan oleh
KH Nurul Huda pada unggahan Facebooknya "Namanya juga penganut, ada saja yang tidak bersesuaian
dengan apa yang dianutnya. Bisa karena ilmunya kurang, atau nafsunya yang kebablasan." ujar beliau.
Lalu timbul timbul pertanyaan.

Kalau muslimnya bejat, apakah bisa di salahkan islamnya juga?

Kalau sudah di uraikan sebagaimana diatas, maka sudah jelas pula jawabanya. Jelas tidak, karena
islam adalah suatu yang tetap sedangkan muslim bisa berubah tergantung individualnya masing-masing.
Ada yang taat, ada juga yang candu dengan maksiat. “Ini soal pilihan. Kamu pilih jadi Muslim pengasih
atau pencaci? Atau mau sepakati saja, yang pencaci tidak usah disebut Muslim? Tapi KTP-nya kan Islam?”
tambah Kiai Nurul Huda.
Dari penjabaran di atas, ada kisah yang berkesinambungan dengan tema kita ini. Adalah seorang
Ulama' besar dari negri Mesir yang berkunjung ke Eropa untuk suatu urusan, beliau bernama Syeikh
Muhammad Abduh. Dalam persinggahannya di Eropa beliau memperhatikan betul muamalah penduduk
Eropa satu sama lain, saling menolong, menghargai peraturan, sampai tingginya tingkat keamanan
disana. Terlihat jelas, Eropa menyuguhkan ketentraman di hadapan beliau, sang Mufti Mesir pada
zamannya. Mungkin selama beliau di Mesir belum pernah merasakan hal itu. Sehingga pada puncaknya,
Syeikh Muhammad Abduh mengucapkan.

‫ و رأيت المسلمين ولم أر السإلما‬،‫رأيت السإلما ولم أر المسلمين‬.

Roaitu al-islam wa lam aro al-muslimiin, wa roaitu-almuslimiin wa lam aro al-islam.

Yang artinya: "aku telah melihat islam dan aku tidak melihat muslim (didalamnya), dan aku telah melihat
muslim dan aku tidak melihat islam (didalamnya)." Nampak Syeikh Muhammad sedang mengajarkan kita
tentang perbedaan Islam dan Muslim. Mungkin mesir tak se-tertib Eropa.

Maka, jadilah seorang muslim sesuai dengan barometer islam itu sendiri.

Wallahu A'lam, usiikum waiyya ya.

Wassalam.

Saat itu tanggal 17 Agustus. Semua warga bersorak sorai untuk saling memeriahkan acara di desa
masing-masing, termasuk di Kabupaten Tuban tepatnya di Desa Senori. Sejak tanggal 17 agustus semua
warga sangat senang karena sudah terselenggara berbagai lomba gingga sekarang tornament volley yang
masih belom final.

Para warga sangat menyambutnya dengan hangat karena pada umunya lomba-lomba diadakan dengan
hanya melibatkan anak-anak sedangkan di Desa Senori melibatkan banyak kalangan termasuk bapak-
bapak, ibu-ibu, remaja, maupun kanak kanak. Sehingga semua bisa merasakan keseruan di acara lomba
17 agustus an ini.
Lomba yang diadakan cukup sederhana dengan hanya memerlukan barang-barang yang sederhana
seperti botol, kelereng, kerupuk, karung goni, paku, tali raffia, botol kaca, dan lain-lain. Semua peralatan
tersebut membutuhkan banyak tenaga tetapi keistimewaan di Desa Senori mereka masih sangat
menjaga tradisi nenek moyang yaitu gotong royong. Jadi, semua warga saling bahu membahu untuk
menyiapkan semuanya.

ADVERTISING

inRead invented by Teads

Lomba-lomba tersebut terdiri dari makan kerupuk, balap karung, balap kelereng dengan sendok,
memasukkan paku dalam botol, volley. Diantara lomba-lomba diatas yang paling dinantikan oleh warga
setempat hanya 2 yaitu tarik tambang dan anjat pinang.

Tarik tambang adalah lomba yang melibatkan orang dengan jumlah genap yang nantinya akan dibagi
menjadi 2 regu dan saling tarik menarik yang melewati garis batas grup dinyatakan kalah. Sedangkan
panjat pinang adalah lomba memanjat pohon pinang yang telah dilumuri oli dan minyak. Jika berhasil
memanjat sampai atas dia berhak mengambil hadiah apa yang bisa diambilnya kemudian turun dan
hadiah tersebut menjadi miliknya.

Bagi orang desa kegiatan tersebut wajib diselenggarakan setiap tahunnya karena acara tersebut adalah
ajang untuk mempererat tali persaudaraan mereka yang kebanyakan diera sekarang orang lebih memilih
bermalas-malasan diatas kasur sambil memandangi gadget mereka masing-masing. Itulah perbedaan
orang kota dengan orang desa.

Di era sekarang kepahaman terhadap teknologi sangat penting agar kita tidak termasuk golongan yang
gagap akan teknologi. Tapi alangkah baiknya jika kita menerima teknologi tanpa harus melupakan
warisan budaya nenek moyang kita.
Semut yang Pindah Rumah

“Maju.. maju..

dia mendekat, cepatlah..

kita harus selamat sampai di sana..”

Begitulah suara riuh-riuh kecil yang kudengar sejak dari tadi aku bangun tidur. Meraka keluar dari
kediaman pertama mereka, berbaris entah itu menuju kemana. Perjalanan mereka yang begitu panjang,
membuat mereka takut akan terjadi sesuatu.

Aku yang langsung kaget melihat mereka, dapatkah engkau bayangkan ketika bangun tidur mereka
berbaris di dinding, sedangkan wajahku mengahadap kesana. Sontak aku langsung kaget, saat itu juga
rasa ngantukku hilang, padahal awalnya aku malas sekali untuk bangun. Rasa takut meghampiriku. Tapi,
lama-lama rasa itu mulai hilang, aku mulai memperhatikan mereka dengan seksama, apa yang mereka
fikirkan? Mengapa mereka tampak terlalu tergesa-gesa berjalan?

Mungkin mereka mengira bahwa aku adalah raksasa jahat yang akan mengganggu mereka.. hmm..
mereka terlalu berprasangka buruk terhadapku, tapi lama-kelaman pasukan mereka bertambah sampai-
sampai ratu mereka juga keluar. Aku yang tadinya niat tidak akan mengganggu mereka mulai merubah
fikiran, kaya’nya mereka yang akan menakut-takutiku.

Aku beraksi, aku ambil minyak angin aku semburkan pada mereka, sontak mereka berkeliaran tak tau
arah lagi. Aku mulai prihatin, banyak di antara mereka keluar dari jalur yang ada, kehilangan arah kerena
semburan tadi. Hidup mereka memang sulit. Ada saja yang mengganggu mereka di tengah perjalanan.
Tidak lama kemudian mereka malui terarah lagi, telah berbaris dan jalan ke tempat tujuan awal mereka,
mereka mencari jalan baru yang tidak terkontaminasi dengan minyak angin tadi.

Aku menyerah untuk memganggu mereka. Aku biarkan mereka menuju tempat yang lebih nyaman,
perlahan aku tau ternyata mereka berjalan menuju rumah baru yang lebih aman dari rumah
sebelumnya. Ratu mereka memerintahkan untuk pindah karena tempat yang lama di rasa sudah tidak
memberikan perlindungan bagi meraka lagi. Perjalanan mereka yang jauh akhirnya bermuara pada
tempat yang lebih baik dari sebelumnya, disana mereka kembali menata kehidupan mereka.
Dari kisah semut tadi aku belajar perjalannan hidup yang mahal harganya. Dimana saat kita telah
mengusahakan sesuatu katakanlah itu impian kita, maka jika di tengah perjalanan dalam menggapai
impian itu kita jatuh. Langsung bangkit, temukan jalan lain yang lebih baik untuk menggapainya. Karena
jika kita tetap diam, kita akan ketinggalan yang impian itu semakin jauh dari kita, kehidupan akan terus
berlanjut meskipun tanpa kita.

-Karya Devi Yulia Rahmi-

Bintang

Dia, duduk di samping jendela, dibawah sinar lampu yang temaram. Mencoba memandang langit yang
gelap, hanya ada rembulan yang memantulkan sebagian dari cahaya matahari. Tak ada bintang yang
terlihat, semua bersembunyi dibalik awan, barangkali malu untuk kulihat, katanya dalam hati seraya
tersenyum. Angin malam berhembus sepoi-sepoi, solah menghembuskan udara pada wajahnya yang
lembut. Awan bergerak perlahan, memberikan seni tersendiri di kegelapan malam. Ahh, ternyata ada
satu bintang di balik awan, senyumnya tersungging di balik bibirnya yang mungil. Ya Rabb, ternyata
setitik cahaya pun bisa memberikan keindahan yang luar biasa diantara luasnya langit yang gelap di
malam hari. Ah, seandainya ketika membuka jendela, memandang langit dan tak menemukan bintang
kemudian dia tak mencoba menatap awan tapi menutup jendela kembali, dia tak akan menemukan
bintang yang tersembunyi di balik awan.

***

Seperti setitik bintang di kegelapan malam, terkadang kita tak menyadari ada cahaya kecil dalam malam
yang gelap, yang kita berinama “bintang”. Betapa indahnya cahaya itu walaupun tak bisa menerangi
malam. Tapi, lain halnya ketika kita melihat ada setitik noda di atas kain putih yang membentang. Kita
justru terfokus pada noda yang kecil, dan seolah lupa betapa bersihnya kain itu terlepas dari setitik noda
yang ada, yang mungkin bisa hilang hanya dengan sedikit detergent pemutih. Itulah hidup, kadang-
kadang kita lupa untuk memandang sesuatu dari sisi lain yang dimiliki.

Saya, memiliki seorang murid yang saya pikir kecerdasannya kurang menonjol dibanding lainnya. Suatu
hari, ketika kami tengah membicarakan sistem tata surya, hanya sebagai pengetahuan bahwa bumi
merupakan salah satu planet dalam sistem tata surya yang menjadi tempat tinggal manusia, murid saya
itu, sebut saja namanya Rimba, tiba-tiba berdiri dan mengambil helm milik guru lain yang disimpan
diatas loker dalam ruang kelas serta memakainya. Tanpa saya sadari saya berkata
kepadanya :”Wah,,,teman-teman, lihat!! Rimba memakai helm, seperti astronot yang mau terbang ke
bulan ya…”. Semua teman-temannya memandang ke arahnya, dia tersenyum, spontan helmnya langsung
di lepas dan dikembalikan ke tempat semula, tanpa harus disuruh untuk mengembalikan. Kemudian saya
ajak mereka untuk menggambar roket di atas kertas putih yang tersedia. Dan hasilnya, Subhanallah,
murid yang saya pikir kecerdasannya kurang menonjol itu justru tahapan menggambarnya dua tingkat
lebih tinggi dibanding murid yang saya pikir paling pandai di kelas.

Seandainya saja saya memberikan reaksi yang lain seperti :”Rimba, silakan dikembalikan helmnya karena
sekarang saatnya kita belajar”, atau :”Maaf, silakan dikembalikan helmnya karena Rimba belum minta ijin
bu guru”, atau yang lainya, mungkin saya tidak akan pernah tahu bahwa kecerdasan dia sudah lebih dari
apa yang saya sangka karena pembahasan hari itu bukan tentang astronot atau roket. Atau barangkali
saya membutuhkan lebih dari satu kalimat perintah untuk membuatnya mengembalikan helm ke tempat
semula.

Reaksi berbeda yang kita berikan ketika kita memandang bintang di kegelapan malam atau setitik noda
di selembar kain putih ternyata akan memberikan hasil yang berbeda pula. Hidup ini indah, cobalah kita
memandang sesuatu dari sisi yang lain, maka yang tampak bukan hanya sekedar 2 dimensi. Bukankah
lebih seru ketika kita melihat film 3 dimensi???

-Karya Wijayanti-

Anda mungkin juga menyukai