Hari itu adalah hari Senin yang cerah di Sekolah Pergiangan. Aku, Rian, dan sahabat-
sahabatku, Maya dan Dito, sedang asyik bermain di halaman sekolah. Tiba-tiba, kami melihat
sesuatu yang aneh di balik semak-semak.
“Dit, Maya, lihat itu! Apa ya?” ucapku sambil menunjuk ke arah semak-semak yang
bergoyang-goyang.
Mereka berdua mendekat dan berkumpul di sekelilingku. “Mungkin ada hewan kecil yang
terjebak di sana,” kata Dito.
Tanpa pikir panjang, kami berempat berusaha membuka semak-semak yang rimbun itu.
Dan… tak disangka, kami menemukan pintu kecil yang tertutupi oleh dedaunan.
“Dia pasti mengarah ke suatu tempat yang menarik!” seru Dito dengan semangat.
Dengan berani, kami membuka pintu kecil tersebut dan memasukinya. Ternyata, di balik
semak-semak itu, ada lorong rahasia yang tak pernah kami ketahui sebelumnya.
“Ayo, tak usah takut! Kita jelajahi saja,” ajak Maya dengan penuh semangat.
Berani melangkah, kami menjelajahi lorong rahasia itu. Semakin dalam kami masuk, semakin
gelap dan misterius. Namun, ketertarikan untuk mengetahui apa yang ada di ujung lorong
membuat kami tak gentar.
Tiba-tiba, di ujung lorong, kami menemukan suatu ruangan kecil yang dipenuhi dengan
berbagai benda antik dan buku-buku tua.
“Wah, apa ini? Sepertinya ada harta karun di sini!” seruku dengan berbinar-binar.
Namun, sebelum kami sempat menyentuh apapun, sebuah suara aneh terdengar di balik kami.
Kami berbalik cepat dan terkejut melihat seorang penjaga tua muncul dari lorong.
“Siapa kalian dan apa yang kalian lakukan di sini?” tanya penjaga tua dengan tajam.
Kami cemas, tetapi berani memberitahunya tentang penemuan kami. Penjaga itu tersenyum
dan menjelaskan bahwa ruangan itu adalah perpustakaan rahasia yang sudah lama terlupakan.
Sejak saat itu, ruangan itu menjadi tempat kami mengeksplorasi dunia dengan membaca
berbagai buku tua yang penuh cerita menarik. Kami pun berjanji akan menjaga rahasia
perpustakaan ini dan berbagi pengetahuan dengan teman-teman lainnya.
Dari hari itu, petualangan kami di Sekolah Pergiangan semakin seru. Siapa sangka, di balik
semak-semak biasa, kami menemukan lorong rahasia dan perpustakaan kuno yang membuat
hari-hari kami penuh dengan petualangan dan pengetahuan baru.
Suatu pagi yang cerah, aku, seorang pecinta alam dan petualang, memutuskan untuk
melakukan perjalanan ke Taman Nasional yang terkenal di dekat rumahku. Aku sangat
antusias karena ini adalah kesempatan langka untuk menjelajahi keindahan alam yang belum
pernah kurasakan sebelumnya.
Setelah tiba di Taman Nasional, aku merasa terpesona oleh pemandangan yang menakjubkan.
Hutan lebat dengan pepohonan tinggi dan beragam flora serta fauna membuatku terpukau.
Aku berjalan di atas jembatan gantung yang menghubungkan dua puncak bukit dan bisa
melihat hamparan luas hutan dari ketinggian. Sungguh luar biasa!
Tak puas dengan hanya berjalan kaki, aku memutuskan untuk mencoba jalur pendakian ke
puncak tertinggi di Taman Nasional. Meski tantangannya besar, namun keinginan untuk
menyaksikan pemandangan indah dari atas sana sangat memotivasiku. Selama perjalanan
mendaki, aku harus berjuang melewati bebatuan dan akar-akar pohon yang licin, tetapi setiap
langkah yang kuambil terasa begitu berharga.
Sampai di puncak, pandangan yang terbuka membuat segala lelah terasa terbayar lunas. Aku
bisa melihat gunung-gunung menjulang di kejauhan dan hamparan hijau yang memukau. Aku
merasa begitu kecil di hadapan kebesaran alam ini, namun juga begitu beruntung karena bisa
menyaksikannya.
Setelah menikmati pemandangan yang menakjubkan, saatnya untuk turun dari puncak. Kali
ini, aku memilih jalur yang berbeda, yaitu melalui hutan yang rimbun. Aku berjalan perlahan,
mencoba mencatat setiap keindahan alam yang ada di sekitarku. Aku melihat burung-burung
berwarna cerah terbang dari satu pohon ke pohon lainnya, dan kadang-kadang juga bertemu
dengan beberapa binatang kecil.
***
Tak hanya contoh cerpen diri sendiri, ada juga contoh cerpen romantis yang bikin baper.
Jangan lewatkan contoh cerpen tentang kehidupan diri sendiri lainnya di Google News Berita
99.co Indonesia.