Pada suatu ketika, ada sebuah danau besar di dalam hutan. Disana
tinggallah empat sekawan yaitu seekor tikus bermata besar dan berekor panjang,
seekor rusa coklat keemasan nan cantik, burung gagak hitam dan seekor kura-
kura yang bergerak sangat lambat. Si gagak tinggal di pucuk pohon blackberry
dekat di tepi sungai, si tikus tinggal di liang bawah tanah yang aman, si kura-
kura tinggal senang di danau dan si rusa menikmati tinggal di padang rumput
hijau nan lembab.
Seperti setiap hari, keempatnya berkumpul, tetapi hari ini setelah lama
ditunggu si rusa tidak hadir. Mereka sangat bingung. Mereka semua sangat
khawatir dan curiga pada si rusa.
“Arghhhhh!!”
“Astaga apa yang harus kita lakukan? Kita harus melakukan sesuatu
denagn sangat cepat.”
Si rusa berkata, “Kita bisa lakukan satu hal. Aku akan pura-pura makan
rumput kemudian si pemburu akan melihat dan mengejarku meninggalkan
tasnya lalu tugas selanjutnya adalah untuk si tikus.”
Si rusa lantas berdiri di jalanan yang dilalui pemburu dan mulai makan
rumput. Melihat si rusa, pemburu mengejar si rusa dengan busur dan panahnya
dan meninggalkan tasnya di tempat. Kali ini si tikus harus berjuang keras, tetapi
dia menangkap tas situ dengan giginya yang kuat. Ketiganya lantas lari menuju
danau dan si pemburu yang kecewa berpikir, “Setidaknya aku masih punya
kura-kuranya, jadi aku bisa makan itu. Yasudahlah, tidak apa-apa.”
Dia menghampiri tasnya dan terkejut karena tasnya itu kosong. Pemburu
yang malang, dia pulang dengan tangan kosong. Setelah itu, keempat hewan itu
hidup bahagia di dekat danau.
RIBUAN BINTANG DI KAMPUNG WAEREBO
Saat libur sekolah, keluarga Uni berkunjung ke Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Mereka mengunjungi sebuah desa yang terletak pada ketinggian 1.200
meter di atas permukaan laut. Desa yang dikunjungi Uni merupakan bagian dari
Desa Satar Lenda, Kecamatan Satar Messe, Kabupaten Manggarai Barat,
Flores. Nama tempat itu adalah Kampung Waerebo.
“Ayah, mengapa selain di sini kita tidak pernah melihat bintang sebanyak
dan seterang ini? Bukankah seharusnya kita bisa melihat bintang di mana saja?”
tanya Uni tanpa mengalihkan pandangan dari ribuan bintang di langit.
“Polusi cahaya? Apa itu, Yah? Uni hanya tahu tentang polusi udara, air
dan tanah,” tanya Uni ingin tahu.
“Nah, coba Uni perhatikan sekeliling kita. Saat ini, kita sedang berada di
tengah hutan yang gelap. Di sini, tidak ada cahaya buatan kecuali cahaya di
rumah-rumah adat Mbaru Niang. Sepanjang jalan menuju kampong ini, kita
hanya melihat hutan belantara. Hampir tidak ada cahaya buatan di sini,” terang
Ayah.
“Oh jadi begitu, Yah. Uni bersyukur sekali bisa menikmati pemandangan
ini. Kita bisa melihat bintang-bintang yang sungguh indah,” kata Uni riang. Uni
berharap malam ini ia bisa menyaksikan bintang jatuh di Kampung Waerebo.