(To be W4Ginued)
(To be W4Ginued)
Tak pelak kami pun langsung menghambur "Ssssh.. Panaass! Panaass!" teriaknya.
ke arah suara teriakan. Orang-orang
"Hei! Kamu makhluk astral. Mana bisa Daripada tidak tenang, saya memutuskan
minum darah dan makan daging yang untuk mengikuti bisikan halus itu. Saat
bentuknya fisik. Kamu sekolah gak sih!!" pamitan ke ibu kos, ia bilang mau titip
sesuatu.
Untuk kesekian kalinya makhluk itu diam.
Kesempatan bagi saya untuk melancarkan "Tolong bawakan kotak pusaka itu ke
serangan akhir. Wonosobo, mas. Biar nanti mbah Sudin
mengambil di rumah mas Gun saja. Kan
"Minggat kamu sekarang!!! Kalau tidak, Banjar-Wonosobo dekat," kata bu Sri
saya kencingi kamu!!!" sembur saya sambil sambil mengibaskan selembar uang
berdiri dan pura-pura membuka retsluiting. sepuluhribuan gambar Kartini.
Eh, tiba-tiba tubuh bu In tersentak, Wow.. saya hanya bisa garuk-garuk
kemudian perlahan-lahan matanya kepala. Gak tahu ini musibah apa berkah
terbuka. Sadar. Wah, untung belum namanya.. Yah, jadi kuli angkut bentar gak
telanjur bukak pintu hanggar tadi! papa lah. Toh gajinya uhuiiyy.. Untuk
Pelan-pelan bu In saya bimbing istighfar ongkos Solo-Wonosobo pp saja masih
dan zikir. Sekitar setengah jam kemudian sisa...
bu In sudah stabil. Saya pun pamit pulang. Kotak pun saya gotong ke pinggir jalan Kol
Sambil berjalan ke kos saya merasa heran Sutarto, nyegat bus arah ke Terminal
sendiri. Kok lelembut takut ya diancam Tirtonadi.
mau dipipisi. Layak dulu mbah saya kalau Bus pertama lewat. Melintasi saya
menyadarkan orang kesurupan dengan bukannya berhenti malah ngegas. Bus
cara dipledingi. Ini tadi baru saya ancam kedua lewat. Juga ngegas. Bus ketiga,
saja sudah ngacir. Untuuungg... keempat, dan seterusnya juga demikian.
Coba kalau tadi sudah kebacut buka Semua lewat begitu saja seperti tidak
celana tapi lelembutnya gak mau pergi, melihat saya. Padahal saya sudah ngawe-
kan kewirangan saya. Sekali lagi. awe sampai loncat-loncat... Aneh!
Untungnya.. Putus asa dua jam gak dapat bus, kotak
Sampai di kos saya mendadak kepikiran akhirnya saya bawa kembali ke kos. Uang
kotak pusaka yang belum juga diambil oleh gambar Kartini saya kembalikan ke bu Sri.
mbah Sudin, adik ibu kos yang tinggal di "Lho.. mas?" tanya bu Sri heran.
Kalibening, Banjarnegara.
Tapi saya hanya memberi isyarat
Saya sangat berharap kotak yang penolakan dengan tangan, lalu lari lagi
sementara ini dikembalikan ke tempat nyegat bus ke jalan. Wis kawanen iki,
semula di kamar bapak, segera dievakuasi ndess!
ke Banjarnegara. Kenapa? Karena jika
mbah Sudin ngambil kotak itu, saya bisa (To be W4Ginued)
nunut mobilnya pulang ke Wonosobo.
Rutenya keliwatan. Hehehe...
Pagi itu saya sedang nglaras di teras ketika
tiba-tiba terdengar bisikan, "Bali (pulang)...
bali...." seperti memerintah.
Saya hafal betul, itu suara sosok baju putih
yang kemarin menolong saya. Tapi kenapa
menyuruhku pulang?
Sekali-sekali para gondes ini memang Kami hanya bisa ngakak sampai sakit
harus di-shock terapi agar gak perut. Untungnya, hadiah untuk Meyek
kebablasan. tetap turun tanpa harus setor pintu ke
agen!
Belajar dari bang haji Rhoma Irama, judi
memang meracuni kehidupan. Jangan Saat menghitung lembaran duit, saya
sampai si Meyek yang pekerja keras ikut- kembali menanyakan hal-ikhwal dari mana
ikutan. Bisa-bisa duit ndhog cecaknya ilham angka 41 itu berasal.
habis untuk beli buntutan. Kan kasihan. "Dari kamu," kata meyek pelan.
Tapi pagi itu saya terkaget-kaget ketika "Laah.. kok bisa???"
melihat Meyek memasang sesuatu di daun "Kemarin kamu kan ngusir aku sambil
pintu dengan lem super Alteco. nuding-nuding menyuruh aku keluar.."
"Apa itu?" tanyaku. "Ya.. lalu?"
"Kupon Cap Jie Kia," jawab Meyek tak "Orang nuding kan empat jarinya ditekuk,
acuh. satu jari lurus. Ya tak beli saja 41. Eh,
"Kok kamu pasang pakai lem super?" malah nembus!"
"Biar gak ilang. Biar jadi monumen. Bukti Saya menepuk jidat sambil teriak,
kalau saya pernah sekali beli dan sesudah "Yasalaaaaaammm!!!"
itu kapok." (To be W4Ginued)
"Aku tukang pacaran, ndes.. tapi soal "Weh, kok masih sarungan ma kuplukan.
sholat gak pernah lupa. Lha kamu mantan Baru tahajud ya?" celetuk Mitro.
guru ngaji kok malah ndlodor begitu," Saya menggeleng lemah. Bagaimana mau
semprot Tekek. tahajud, sholat Magrib dan Isya saja
Ampun Esmeralda! You are so right. Would belum!
you mind to give me a piece of time to Huaduuh.. ini pasti situasinya gak normal.
change my attitude... halaahh... Pokoke Sepertinya saya sengaja disirep agar gak
intine... nasihatmu taktompo, ndess! sholat. Tapi siapa yang nyirep? Pembaca
Cling... tiba-tiba saya ingat pesan mbah jangan nanya gitu, wong aku sendiri juga
Kyai Soleh: Jangan pernah tinggalkan gak ngerti je, ndes!
sholat. Tapi ironisnya, meski sudah Walhasil jam 01.00 saya baru sholat
diwarning begitu, saya enteng saja Magrib, jamak sama Isya. Mbuh diterima
meninggalkan kewajiban yang menjadi apa tidak, yang penting saya gak mau
tiang agama itu. Hiiks.. ampuni saya ya lowong sholat. Memang sih orang tidur gak
Allah.. wajib sholat. Tapi kalau keseringan itu
Kalau mengingat, menimbang, dst... dari namanya dhemen, bukan alpa.
pesan mbah Kyai bahwa ada yang Tak mau kecolongan, saya pinjam jam
mencoba "mengatur" saya, sepertinya wekernya Mitro. Saya setel alarm jam
benar. Rasanya semua ini bukan kemauan 04.00. Biar berisik maksimal, weker saya
letakkan di kasur, tepat di atas ubun-ubun.
"Ndeehh.. Sejak kapan awakem (dirimu Dengan ogah-ogahan saya ambil tas itu.
dialek Cepu) jadi paranormal, Tro. Kok Males aja, karena selain bulukan juga
main tuduh begitu?" sudah jamuran, eh sama saja ya... Dan
baunya.. gak patek wangi, ndes!
"Lha kan baru saja dikukuhkan jadi
pengurus IKPTK." Saya rogoh, seluruh anak tas kosong
melompong. Ya kan semua isinya sudah
"Apa kuwi?" saya remove sejak pindah dari Kuncen
"Ikatan Keluarga Paranormal Tegal dulu. Tapi saat saku tas sebelah dalam
Kuniran! Tapi aku bagian keluarganya. saya cek ulang, loooh... kok ada kantung
Bagian paranormalnya dirimu!" kecil bertali terbuat dari kain mori di situ!
"Ra kacek, ndess!" potongku sambil Saat saya lihat isinya, ternyata batu akik
mringis. berwarna putih bersih tembus pandang
yang di dalamnya ada warna merah seperti
Tapi analisis Mitro kok ya masuk akal
bercak darah segar. Wah, bikin curigation
bagiku. Akik.. pusaka.. hmm.. kok saya jadi
ini! Siapa yang memasukkan akik beserta
kepo sendiri! Jangan-jangan memang ada
kantungnya itu ke dalam tasku? Sejak
barang-barang nyalawadi yang katut
kapan?
(terbawa) atau sengaja ngatut di
propertiku? "Naah.. gue kate juge ape.. pasti itu biang
keroknye!" ujar Mitro saat saya tunjukkan
Tak ada jalan lain untuk membuktikannya,
batu seukuran ujung telunjuk itu.
kecuali harus mbongkar ulang seluruh
harta kekayaan, eh.. harta kemiskinan.. Belum lagi saya ajak diskusi, Mitro sudah
yang kumiliki satu per satu. Saya pengin menyingkir dari pintu kamar sambil bilang,
masalah ini tuntas tas tas.. kayak iklan M "Tapi.. tapi.. itu urusanmu ya. Aku gak ikut-
Kapsul. ikutan lo, ndes!!" lalu lari terbirit-birit entah
ke mana. Wealaahh..
Operasi lanjutan ini gak menyita waktu kok.
Wong harta saya cuma celana panjang 4, Setelah batu akik dalam genggaman,
kaos 3, baju 2, jaket almamater 1, celdam ingatan tentang kerugian-kerugian yang
3 yang dipakai side A dan side B, dan saya alami mendadak muncul. Emosiku
sepatu 2. Plus dompet yang selalu kosong kembali tersulut. No mercy! Batu ini harus
dan... setumpuk diktat kuliah! dimusnahkan!
Lho, jangan salah. Justru di antara barang
yang kumiliki, diktat inilah yang paling
Saya tidak pedulikan suara si Om. Palu Sampai di tempat, si Om yang sedang
besar saya ambil. Akik saya letakkan di plat merakit ranjang besi saya semprot.
besi tebal yang biasa dipakai tatakan "Om, yang bener aja! Om sengaja
tempa. mengerjai kami untuk membersihkan
Sekali ayun.. prak!! Huaduuhh... ternyata bengkel secara gratis kan!?"
meleset! Cuma kena ujung, dan barang itu "Hayaa.. itu masih ringan laa.. Coba kalau
meluncur secepat peluru melewati ujung mata owe sampai bolong kena batu yang
hidung Om Taruno. Untung ia sigap lu pukul, bisa milyaran lu orang bayar owe!"
merunduk dengan gerakan kung fu. sergahnya.
"Hayaaaa.. hampir ilang saya punya mata Saya cuma nyengir. Jindul ik.. Babahe
haa..." celetuk si Om marah sambil dilawan!
menyeka keringat. (To be W4Ginued)
Saya hanya bisa minta maaf berkali-kali.
Walang wadung walang ataga. Barang wis
kadhung, arep dikapakna? (Sudah telanjur
mau bagaimana lagi). Termasuk
kecerobohanku yang gagal
menghancurkan akik sialan itu adalah
ketelanjuran.
Saya dibantu Om Taruno dan geng
Tegalkuniran mencoba menyisir akik itu
hingga ke sudut-sudut bengkel. Tapi
barang ajib itu seperti lenyap ditelan bumi.
"Coba disilak pakai sapu la... Mungkin itu
barang kena tumpuk sampah sama tahi
bubut (sayatan logam sisa mesin bubut),"
usul Om Taruno.
Kami pun berbagi mengeroyok setiap
jengkal bengkel dengan sapu lidi. Dalam
waktu singkat sisa dedaunan dan sayatan
logam terkumpul. Kami sortir lagi sampah
itu seteliti mungkin. Tetap saja batu putih
itu nihil eksis.
Setelah lelah mencari, kami pun balik
kanan ke kos dengan langkah gontai.
"Orang tidak akan termotivasi untuk Jindul ik.. neraca debet-kredit kas scontro-
memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi ku jadi njomplang lagi. Mau cari pinjaman
seperti aktualisasi diri, jika kebutuhan dari mana lagi untuk beli formulir?
dasarnya tidak terpenuhi. Begitu menurut Jes pasca menang tiga nomeran dulu itu,
teori Hierarki Kebutuhan Maslow," duitnya bisa dipastikan masih banyak. Tapi
plodrahnya. daripada minjam ke dia, saya mending
"Kebutuhan dasar itu apa?" tanya saya putus cinta deh. Karena hasilnya sama
yang memang ketinggalan sepur di saja: sama-sama sakit hati!
perkuliahan. Mitro jelas sedang krisis moneter, malah
"Makan, misalnya..." plus hiper inflasi dan devaluasi. Tekek juga
sedang gak baik ekonomi makronya pasca
"Oh... lalu?" kredit macetnya ditagih pak Wardi (karena
"Enek sewu, ndes? Durung sarapan je!" ditagih bu Wardi tidak mempan). Hihihi...
Bu Sri memandang saya dengan tatapan Yang menyesakkan dada, uang saya
setajam silet. Lalu bicara dengan nada sebenarnya kurang sedikit, kurang
tinggi. Rp8.000 saja. Tapi begitulah. Jangankan
delapan ribu, kurang satu sen juga tetap
"Kalau mau pinjam uang, bilang saja terus kurang namanya.
terang!"
"Gak jadi ndaftar UGM kan?" celetuk ibu
"Hah.. kok ibu tahu kalau saya mau pinjam kos saat kebetulan nyuci bersebelahan di
uang?" seruku kaget. sumur.
"Saya itu jadi ibu kos sudah 19 tahun. Jadi "Gak, bu. Kehabisan formulir," jawab saya.
sudah hafal betul, wajah dan kelakuan
anak kos butuh uang itu seperti apa," Dalam batin saya heran tak kepalang, kok
celetuknya dingin. update banget ya ibu ini dengan info
terbaru para kosternya?
"Seperti apa, bu?"
"Alhamdulillah kalau gak jadi ikut
"Ya seperti mase tadi. Pura-pura bantu Sipenmaru lagi!" sambungnya.
nyapu sambil pasang wajah manis.
Jiaaann... Gak kreatif blass! Mosok dari "Loh.. kenapa kok ibu malah bersyukur?"
jaman saya bukak kos abad 19 sampai kejar saya heran.
sekarang kok modusnya begitu terus!" "Kan sampean jadi tetap kos di sini. Saya
Saya cuma njuwowos mendengar omelan ayem kalau mas di sini, karena rumah saya
bu Sri. Begitu ya?? Tapi saya belum jadi tenang. Para lelembut gak berani
menyerah. ganggu."
"Jadi, saya tetap boleh mbantu nyapu kan, "Sik tah bu.. jadi itu alasan ibu tidak mau
bu?" ngasih utangan ke saya. Karena tahu mau
saya pakai untuk beli formulir?"
"Nyapu boleh. Utang tidak!" jawabnya
ketus. Bu Sri mengangguk lemah. Memandang
saya dengan pandangan bersalah. Lalu
Sayur bayam, sayur lodeh. Wassalam menunduk sambil terus nguceki pakaian di
deh... ember besar sampai busanya terbang ke
Sebenarnya, uang saya yang beredar di mana-mana.
bursa efek, maksud saya efek kelaparan Sungguh saya tak tahu harus sedih atau
kawan-kawan Tegalkuniran lumayan bahagia saat itu. Sedih karena tidak jadi
banyak. Kalau saya hitung, lebih dari cukup menjajal remidi ujian masuk kampus idola.
untuk menambal kekurangan beli formulir. Bahagia karena ternyata di sini keberadaan
Kenapa tidak ini saja yang ditagih? saya dibutuhkan orang lain.
Sayangnya, saya seperti es krim meleleh "Ndes.. aku ada perlu. Ke sini sebentar!"
karena kelamaan tidak dimakan, jika sudah tiba-tiba suara Tekek memecah
berhadapan dengan para gondes yang tak kecanggungan suasana.
lain adalah kawan sak kruntelan.
Jangankan menagih utang, melihat mata "Enek apa?"
Sekira jam 15.00 saya sedang "Sedih aku, ndes! Takrewangi golek
utangan nggo nglunasi formulirmu, malah
membongkar soal-soal Sipenmaru yang
ora katut!" ucapnya sambil mimblik-
saya pinjam dari kamar Mitro, ketika
sekonyong-konyong Om Taruno Wagiyo mimblik.
datang bertamu sambil menenteng Saya pun tak sanggup berkata apa-apa.
bungkusan martabak. Toh manusia hanya bisa berusaha. Allah
yang menentukan hasilnya.
"Apa itu, Om?"
"Hayaa.. ini oleh-oleh owe buat lu olang "Kegagalan adalah sukses yang tertunda,
Kek!" ujarku sambil menepuk bahu Tekek.
semua!" ujarnya dengan wajah bersinar.
Waah, tumben.. Padahal si Om terkenal "Betul, Ndul. Tetapi kegagalanmu adalah
pelitnya dari pelit masih ke sana lagi. Ada makan yang tertunda. Karena kita berdua
sekarang sama sekali gak punya uang!"
apa ini?
"Syukuran ya, Om?" "Jindul, ik! Kamu aslinya sedih karena saya
gak diterima Sipenmaru, atau karena gak
Ia cuma mengangguk. bisa makan?"
"Dapet nomer?" tebakku. "Dua-duanya," jawab Tekek sambil nyengir.
Sekali lagi ia mengangguk. Benar juga ya.
Saat si Om beringsut pergi, sepintas saya Saat sedang bingung, tiba-tiba muncul bu
lihat sesuatu menyembul di jari manisnya. Sri dengan wajah secerah mentari pagi.
Setelah saya amati, olala... ternyata ia
memakai cincin perak mengkilat dengan "Gak diterima di UGM kan?" tanyanya
renyah.