Anda di halaman 1dari 8

Enggan

Sebatas Ada Erriska Nur Aulia

Senyum yang terukir indah


Erriska Nur Aulia

Rasaku hanya sebatas tanya Meskipun ada hati yang patah

Tentang keberadaan yang entah dimana Diri ini enggan untuk berubah

Tentang hati yang entah siapa pemiliknya Karena nyatanya kau masih bertahta

Akupun lebih suka mengagumimu dalam


diam Ingin ku menyapamu
Berharap semuanya tak berakhir kelam Ingin ku sekedar menanya kabarmu
Berdiri menatapmu dari kejauhan Namun itu semua tak mungkin
Adalah hal sederhana yang mengesankan Ketentuannya membuatku yakin
Melihat senyum sahajamu

Adalah hal yang tak mudah kulupakan Memanjatkan pintaku padaNya


Aku tak pandai mengungkapkan kata Adalah sebuah sajak kepastian
Hanya bisa melangitkannya dengan doa Menanya tentang siapa yang memulai
Meskipun kutahu kau hanya menganggap Atau siapa yang bertahan
ku sebatas ada
Hingga bahagia membingkai
Gempol, 23/05/19
Gempol, 21/04/19
Sudut Hampa Tanyaku
Erriska Nur Aulia Erriska Nur Aulia

Aku melihatmu pada sebuah sudut Tuhan, Dimana pelangiku itu


bernama hampa
Yang setiap saat melindungiku
Dengan sejuta makna di matamu
Apakah telah legam dipungut waktu
Rangkaian masa yang telah memberi kita
Apakah kesalahan jika aku beranjak
jeda dalam diam berkepanjangan
dewasa
Melewati episode berhiaskan warna abu
Mengapa hanya ada kemarahan di
Dengan ritme yang tiada henti mengeja matanya
namamu
Mengapa kasihnya kini tak lagi
menenangkan

Dari sudut ruang itu aku mengenalmu Kata katanya juga tak lagi mendamaikan

Sebagai sosok yang istimewa Mengingat kisah itu

Akupun tak peduli meski itu hanya Senyum yang tak kunjung hilang
sekedar ilusi
Namun kini singgah pun enggan
Menata satu demi satu harap terbungkam
Hanya menjadi masa kecil yang
sunyi
kurindukan
Karena ku tahu kita bertemu di situasi
Sosoknya akan tetap menjadi pelindung
yang salah
terhebatku

Pundak ternyaman saat aku tidur


Kembalilah dengan kesibukanmu
Penghapus air mata dengan sebuah
meraih rapalan cita genggam permen coklat

Semoga berjumpa pada episode ujung Meskipun kini hanya sebuah kenangan
senja
Gempol, 06/10/19
Di sebuah tempat pada cerita lama.

Palembang, 21/06/19
Kepiawaianmu
Masih Erriska Nur Aulia

Bayangan itu tak kunjung hilang


Erriska Nur Aulia

Masih dalam hitungan detik yang sama Membuat pening sekali lagi datang

Dengan sejuta cerita dibaliknya Aku bisa apa

Dan masih dengan peran yang sama Rasa ini membuatku tak kuasa

Dengan larut dalam kepura-puraan yang Mendera hingga jatuh tak berdaya
luar biasa Bahagia yang hanya sesaat

Begitu cepat melesat


Dimana senyum hanyalah sebuah kiasan Kau begitu piawai memainkannya
Menghias wajah tanpa lelah Membawa pergi senyumku dengan
Menipu siapa saja yang memandangnya sempurna

Lara ini tak mungkin ku nyatakan Gempol, 06/07/19

Karena terkadang dunia terlalu kejam

Inginku mengakhiri semuanya

Namun tidak semudah itu

Karena masih banyak yang harus


kuperjuangkan

Gempol, 05/10/19
Putih-Abu Kecewa
Erriska Nur Aulia Erriska Nur Aulia

Arunika kian pertanda kebesaran Tuhan Untaian kata bersyahdu

Memandangnya membuat langkah ini Imaji nyata tertuju


semakin keberatan
Keyakinan mereka akan diri ini
Candrawama akan keputusan begitu
Melebihi hamba sendiri
membingungkan
Do’a mereka saling menggema meriuh
Putih abu telah lebur berwarna
arsy
Diantara beribu sorak kemenangan
Namun, Tuhan punya jalan lain
Mengikis indah bayang kenangan
Kecewa ini nampak begitu sakit
Suatu tujuan terpenuhi
Bukankah semua telah digariskan
Namun belum tercapai
Lalu mengapa jika belum tercapai kata
Tampak lika-liku jalan panjang mulai seandainya menjadi peran utama
menyambut megah
Bukankah itu berlebihan
Bangil, 30/04/19
Pasrah dengan ketentuan-Nya

Membuat lebih damai

Malang, 01/05/19
Seusai Erriska Nur Aulia

Erriska Nur Aulia Aksara nan indah

Indah kala itu Diukir satu persatu


Menatap cahya sendu
Membentuk perisai ketulusan
Warna kian beradu
Membaris laksana burung di sore itu
Namun masih tersisa Satu
Pesan dengan nada kuyu
Masa yang dulu

Kian tak rela lelah direnggut waktu Berbait menjuntai mega biru

Bangil, 01/05/19 Nadanya tak bersua

Tak terdefinisi pula

Sesekali mata ini terpejam

Berharap bak gadis kasmaran

Merajut asa pada keyakinan

Yang nyatanya itu rapuh

Pada sekotak surat pojok kamar

Berkelana menitip harap

Untuk masa yang bukan ilusi

Menggenggam erat jalinan kasih

Gempol, 16/09/19

Surat Pojok Kamar Asaku


Erriska Nur Aulia Kata demi kata diejanya

Malam semakin muram Tersimpan ketulusan didalamnya

Bayu membuntal dengan kelam Kesetiaan yang bukan main

Memangkas puisi ini dengan legam Terlukis dalam bingkai aksara

Ku hanya terdiam Menanti sang waktu menyatukan

Menunggu sang semesta memihak

Hening menatap bulan yang murung Dia yang merintih kepada Tuhan

Semakin aku termangu Dengan piawai menyebut

Jerit do'a menawan qolbu nama kekasihnya

Adakah yang mendengarku Penduduk langit mendengar pintanya

Menembus jendela-jendela malam

Saat ambisi dan nurani menggeliat Akankah sampai pada sang kuasa

Terbentur tanya yang tak kunjung Gempol, 6/10/19


terjamah

Bertahan dalam keraguan yang jemawa

Tenggelam pada panorama malam

Gempol, 15/08/19

Doa Sakral
Dia
Aku terlahir dari sempitnya nalar imaji
Erriska Nur Aulia
Menata mozaik yang enggan dipahami Bentuk nyata Sang Pengasih

Begitu candala diri ini Daksamu sudah rentan sekarang

Tersekekat ruang dan waktu tak bernaluri Lenggana kalbu ini meninggalkanmu

Apa yang hendak kulakukan tanpa dzatmu Namun ku pergi tuk capai harap

Memungut puing puing kepercayaan Berkelana buana melawan gamang

Hingga tak bernyawa kalbuku Menapaki anca yang siap menyambut

Perjalanan berdiksi kuyu telah kulalui Gugusan diksi indahmu selalu kuingat

Menjembatani segala takdir sang maha Senyum tulus yang kau hias
kuasa
Layaknya indurasmi yang tak pernah legam
kini, pertanggungjawaban dipenghujung
mata Atma kian terisak mengingat
pengorbananmu
Namun, doa sakral itu menjadi nyata
gelabah sekali diri ini tanpa kasihmu,
Menggenggam diri ini dalam indahnya
nurani

Iya, kasih yang telah baka meski direnggut


waktu

Sekarang, harapmu tak akan pupus

Menjemputmu dalam genggam harsa

Menjadi citta gadismu ini

Genggam mu
Harapmu

Anindita nian keberadaanmu


Detik yang selalu ku tunggu
Meski terkadang risak menghampiri

Namun kupercaya

Itu bukanlah ilusi

Semesta telah merestui

Mengantar rapalan doa

Apa kau percaya itu

Mungkin iya

Mungkin juga tidak

Bak Mega biru yang meneduhkan

Tapi akulah sang mendung itu

Diksi ini tak mampu ku ucap

Genggam ku yang semakin erat

Mala sekali kita dulu

Mendamba kasih yang paling indah

Apa daya ketika masa tak memihak

Kini rintangan itu telah sirna

Genggam mu sudah abadi sekarang

Anda mungkin juga menyukai