DISUSUN OLEH :
XII-MIPA5
Kelompok 2
1. Nurlaili Ifadah (25)
2. Syafitri Azizatul Hasyri (31)
3. Yuhana Sopianti (33)
Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali aku padamu
Seperti dahulu
Satu kasihku
Aku manusia
Rindu rasa
Rindu rupa
Di mana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangkai hati
Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar tangkap dengan lepas
Kasihku sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu—bukan giliranku
Mati hari—bukan kawanku
Kandil / Pelita
Makna lugas = Sebuah pelita atau lampu
Makna perlambang = Tuhan yang selalu menjadi penerang dan pemberi petunjuk
Cakarmu
Makna lugas = bagian dari hewan
Makna perlambang = kekuasaan Allah atau tuhan yang tidak terbantahkan
Dara
Makna lugas = seorang wanita
Makna perlambang = Tuhan yang tidak tampak dimata yang membuat rasa penasaran
Bait pertama
Penyair merasakan ia tidak bisa menghindar dari kekasihnya atau Tuhannya. Walaupun
cinta itu sampai habis terkikis oleh waktu dan hilang terbang entah kemana, penyair tetap
tidak bisa melepaskan diri dari kekasihnya.Pulang kembali aku padamu, kata penyait
dalam salah satu baris puisinya. Bahkan untuk menguatkan keteguhan cinta kekasih
penyair menambahkan Seperti dahulu. Ini menandakan bahwa memang cinta yang
diberikan oleh kekasih penyair tidak dapat berubah. Dan itu tetap dirasakan penyair.
Bait kedua
Penyair memperlihatkan bagaimana ketulusan cinta kasih yang diberikan kekasihnya
pada dirinya. Cinta yang diberikan kekasihnya diibaratkan sebagaikandil kemerlap dan
pelita jendela di malam gelap yang selalu sabar dan setia menanti kedatangan penyair
dari kepergiannya.
Bait ketiga
Penyair tetap tidak mau mepedulikan kekasihnya itu. Sebagai seorang manusia, ia juga
membutuhkan rasa cinta yang berbentuk (rindu rupa). Sedangkan kekasihnya ini adalah
sesuatu yang tidak nampak.
Bait keempat
Penyair menumpahkan penasarannya itu dan bertanya,Di mana engkau /rupa tiada/ suara
sayup/ hanya kata merangkai hati. Karena yang dicintai adalah Tuhan, maka mata
manusia tidak mampu melihatnya. Sehingga rupa pun menjadi tiada. Tetapi bisikan kata-
kata selalu dirasakan oleh penyair merangkai hatinya untuk meyakini bahwa ia memang
tengah mencintai kekasihnya dan kasih itu berbalas.
Bait kelima
Penyair menjelaskan bahwa kekasihnya itu telah menjadi terbakar api cemburu oleh
kelakuan penyair, yaitu ketika penyair meningglkan kekasihnya. Hal ini, menurut
penyair, mengakibatkan sang kekasih menjadi ganas. Penyair melihat bahwa kekasihnya
hanya ingin cintanya tak berbagi ke lain hati. Katamangsa ini menandakan pemaksaan
kekasihnya tersebut
Bait keenam
Menunjukkan kepasrahan penyair karena telah “dimangsa” oleh “cakar” kekasihnya. Ia
menjadinanar dan gila sasar. Tak tahu hendak ke mana. Ia telah buta arah. Karena, biar
bagaimanapun, ia menyadari bahwa ia akan berulang (kembali) lagi kepada kekasihnya.
ditandaskan lagi, cinta yang diberikan kekasihnya diibaratkan Serupa dara di balik tirai
yang seakan-akan pelik menusuk ingin, benar-benar membuat penasaran dan ingin tahu.
Bait ketujuh
Merupakan puncak pertemuan penyair dengan kekasihnya. ternyata penyair
mendapatkan bahwa kasih yang diberikan kekasihnya itu sunyi. Sepi, karena ia hanya
menunggu seorang diri. Itu dirasakan penyari setelah waktu bukan lagi menjadi haknya.
Dan matahari bukan lagi menjadi kawannya, berarti hal itu menandakan kematian.
Puisi “Padamu Jua” karya Amir Hamzah mempunyai makna dan memberikan pesan
kepada kita bahwa apapun yang ada didunia ini akan sirna dan kita semua akan kembali
kepada pencipta kita yaitu Allah Swt. Untuk itu kita seharusnya rajin beribadah dan beramal
saleh sehingga Allah Swt. memberikan cintanya yang tak terbatas kepada kita. Juga puisi
tersebut berisi penegasan bahwa Allah Swt. lah yang memiliki kekuasaan di dunia ini dan
tidak ada satupun yang bisa menandingi kekuatannya.
Menyesal
Karya Ali Hasjmi
Pagi
Makna lugas = Awal hari
Makna perlambang= Masa muda
Melayang
Makna lugas = Terbang ditiup angin
Makna perlambang= Sudah telewat
Petang
Makna lugas = Waktu menjelang malam
Makna perlambang= Masa tua
Membayang
Makna lugas = Mulai trelihat
Makna perlambang= Akan segera datang
Barisan
Makna lugas = Deretan
Makna perlambang= Persiapan menuju masa depan
Tinggi
Makna lugas = Jauh ke atas
Makna perlambang= Sudah tua
Padang bakti
Makna lugas = Tempat yang dihormati
Makna perlambang = Masa depan
Bait pertama
Masa muda yang telah berlalu, sudah tidak dapat diulang kembali. Dan sekarang, masa tua
telah datang.
Bait kedua
Ketika masa muda lalai dan lengah. Sekarang, ketika sudah tua, hidup menderita, kurang
ilmu dan miskin harta.
Bait ketiga
Sekarang, ketika sudah tua, untuk apa menyesalinya. Menyesal sekarang tidak akan
membuat perubahan, namun akan menambah sakit dihati.
Bait keempat
Untuk para pemuda, diharapkan untuk merencanakan masa depannya sebaik mungkin,
agar tidak menyesal di masa tua nanti.
- Pertama, manfaatkanlah masa mudamu sebaik mungkin agar tidak menyesal di hari
tua.
- Kedua, penyesalan di kemudian hari (masa tua) tidak berguna oleh karena itu lakukan
yang terbaik di masa mudamu.
- Ketiga, penyesalan di masa tua hanya akan menambah beban dan penderitaan pada
diri sendiri.