Anda di halaman 1dari 14

BAB II

WILAYAH DAN DEMOGRAFI BALIKPAPAN

A. Wilayah Administrasi Balikpapan

Sesuai dengan kontrak politik yang dilakukan oleh pemerintahan kolonial

Belanda dengan Kesultanan Kutai, maka secara administrasi Balikpapan masuk dalam

Keresidenan zuider en oosterafdeling van Borneo dengan pusat pemerintahan yang

terletak di Banjarmasin1. Keresidenan ini dibagi menjadi 5 Afdeeling yaitu

Banjarmasin, Hulu Sungai, Kapuas Barito, Samarinda dan Tarakan. 2 Untuk daerah Oost

Borneo ditempatkan dua asisten Residen di Samarinda dan Tarakan. Kedua asisten

Residen ini juga memiliki kewenangan untuk mengontrol hubungan langsung, antara

pemerintahan kolonial Belanda dengan pemerintahan kesultanan-kesultanan di

Kalimantan Timur (Oost Borneo).3 Asisten Residen yang berkedudukan di Samarinda

membawahi Kesultanan Kutai dan Pasir Balengkong, sedangkan asisten Residen yang

berada di Tarakan membawahi kesultanan Gunung Tabur, Sambaliung, dan Kesultanan

Bulungan.4 Dengan wilayah Kalimantan Timur yang luas, maka pengawasan wilayah

1
Lihat Staatsblad van Nederlandsch-Indië 1939, no. 612. Dalam kontrak politik antara
pemerintah kolonial Belanda dengan kesultanan Kutai tercatat bahwa wlayah Balikpapan merupakan
bagian dalam wilayah kesultanan Kutai.
2
A. Moeis. Hasan. Ikut Mengukir Sejarah. (Penerbit dan tempat terbit tidak diketahui), hlm. 35.
3
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sejarah Kebangkitan Nasional Derah Kalimantan
Timur. (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978), hlm. 12.
4
Ibid.

31
juga di bantu oleh controleur, yaitu orang Belanda yang ditunjuk serta ditempatkan oleh

pemerintah Hindia Belanda.5

Sebagai bagian daerah dari Kesultanan Kutai di sebelah selatan, maka

Balikpapan diberikan status sebagai distrik, dan dikepalai oleh seorang Kepala Distrik

atau yang disebut sebagai districthoofd. Daerah disekitar Balikpapan yang termasuk

wilayah penyangga Balikpapan seperti Samboja diberi status Onderdistrict Samboja.

Balikpapan dan wilayah Samboja oleh pemerintah kolonial Belanda kemudian

ditingkatkan statusnya menjadi Onderafdeling Balikpapan.6 Controleur yang

ditempatkan di Balikpapan juga merangkap sebagai Hoofd van Plaatselijk Bestuur

(Kepala Pemerintahan setempat) atau yang disingkat menjadi HPB. 7

Masalah keamanan di Onderafdeling Balikpapan ditangani oleh Korps.

Algemeene politie. Korps Algemene politie sendiri terdiri dari dua kesatuan yang

dibedakan berdasarkan tugas pengamanan yang mereka jalani beserta barak yang

mereka tempati. Kesatuan-kesatuan tersebut bertugas di daerah sekitar BPM dan

instalasi beserta kilang-kilang minyak. Sedangkan satu kesatuan politie ditempatkan

5
Ibid.
6
Humas Kota Balikpapan. 90 Tahun Kota Balikpapan, (Balikpapan: Humas Kota Balikpapan,
1987), hlm. 73.
7
Kepala pemerintahan lokal (Hoofd van Plaatselijk Bestuur) yang dirangkap oleh controleur
memiliki tugas dan kewenangan yang cukup besar dalam onderafdeling Balikpapan. Tugas dan
kewenangan tersebut diantaranya ialah menjadi hakim untuk pengadilan orang-orang ropa dan timur
asing yang bermukim di Balikpapan. Pengawasan administrasi keuangan kesultanan Kutai, kepala urusan
pertanahan, serta pelaksana urusan imigrasi setempat. Sebelum diperintah oleh seorang controleur atau
Hoofd van Plaatselijk, Balikpapan diperintah oleh seorang Gezaghebber yaitu komendur laut yang
merangkap jabatan sebagai Kepala pemerintahan setempat.

32
tersebar di hampir seluruh wilayah strategis di Balikpapan, seperti pasar, jalan-jalan

arteri utama, dan instalasi pemerintahan yang penting.8

Untuk memudahkan pengontrolan serta pengawasan wilayah, Balikpapan dibagi

ke dalam beberapa wilayah perkampungan yang masing-masing dipimpin oleh kepala

kampung. Pada tahun1920 di Balikpapan hanya terdapat lima kampung yaitu:9

1. Kampung Baru yang daerahnya meliputi wilayah kapung baru sekarang hingga

Balikpapan seberang (Sekarang Kabupatan Panajam Paser Utara).

2. Kampung Karang Anyar daerahnya meliputi Rapak hingga Gunung Sari Ulu.

3. Kampung Klandasan Ilir daerahnya meliputi Kawasan Klandasan hingga

Manggar.

4. Kampung Klandasan Ulu daerahnya meliputi Klandasan Ulu hingga daerah

sekitar Melawai.

5. Kampung Prapatan daerahnya meliputi Prapatan hingga Gunung sari Ilir.

Jabatan kepala kampung biasanya bersifat seumur hidup, sehingga hampir tidak

ada pergantian kepala kampung. Pengangkatan kepala kampung bagi perkampungan

yang terletak di sekitar wilayah BPM seperti kampung Pandan Sari, Gunung

Balikpapan, dan Pasar Baru, dilakukan langsung oleh BPM.10

8
Humas Kota Balikpapan. Op. cit., hlm. 75.
9
Ibid. hlm. 80.
10
Ibid.

33
Pada masa pendudukan Jepang Balikpapan juga dijadikan sebagai pusat

pemerintahan bagi militer Angkatan Laut Jepang untuk seluruh wilayah Kalimantan,

yang disebut Borneo Kaigun Minseibu dengan pusatnya di Makassar dibawah armada

selatan kedua pimpinan Laksamana Maeda.11 Menyerahnya Jepang di Balikpapan pada

tahun 1945 oleh tentara Australia membuat pemrintahan diambil alih untuk sementara,

dan setelah itu diserahkan kembali kepada NICA.

Setelah Kalimantan Timur bergabung kedalam ke RI pada 24 Maret 1950, masih

banyak masalah administrasi yang masih menggajal dalam beberapa wilayah di

Kalimantan Timur, khususnya Balikpapan. Berdasarkan Undang-undang Darurat No. 3

tahun 1953, Balikpapan termasuk dalam Daerah Istimewa Kutai, dalam daerah istimewa

tersebut dibagi dalam beberapa wilayah yang lebih kecil atau disebut dengan

kewedenaan. Balikpapan termasuk dalam Kewedanaan Kutai Selatan yang terdiri atas

Kecamatan Balikpapan (Tempat Kedudukan Ibukota Kewedanaan Kutai Selatan),

Kecamatan Balikpapan Seberang, dan Kecamatan Samboja.12

Sistem badan otonom-otonom tersebut didirikan oleh Komisaris Agung Borneo

Besar sejak tahun 1946 dan dituangkan dalam Undang-undang Negara Indonesia Timur

No. 44 Tahun 1950. Sistem tersebut dianggap kolot dan masih berbau kolonial

peninggalan Van Mook, sehingga menghambat kemajuan perekonomian dan kegiatan

11
A. Moeis Hasan. op. cit., hlm. 38. Lihat juga, Hendri F. Isnaeni dan Apid. Romusa: Sejarah
yang Terlupakan. (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2008). hlm, 34 – 35.
12
Ibid. hlm. 84. Undang-undang Darurat No. 3 tahun 1953 terdapat beberapa daerah istimewa di
provinsi Kalimantan Timur yang dianggap setingkat dengan kabupaten, yaitu Daerah Istimewa Kutai,
Daerah Istimewa Berau, dan Daerah Istimewa Bulungan.

34
pemerintahan di daerah-daerah.13 Sejak permulaan tahun 1950 sebagaian besar rakyat

Kalimantan Timur dengan dimotori oleh partai-partai politik menginginkan agar daerah-

daerah swapraja di Kalimantan Timur dihapuskan. Tidak adanya kemajuan yang

signifikan dalam bidang perekonomian dan pemerintahan di dua kota strategis di

Kalimantan Timur, yaitu Balikpapan dan Samarinda. Hal tersebut membuat DPRD

Kalimantan Timur dengan surat keputusan bertanggal 11 Maret 1957 menuntut kepada

Pemerintah Pusat untuk mengangkat status Kota Balikpapan dan Samarinda agar

dijadikan Kotapraja (Daerah Tingkat II), namun tuntutan tersebut belum dipenuhi.14

Akibat tuntutan tersebut belum dipenuhi, dan rakyat terus mendesak agar

swapraja dihapuskan, maka DPRD Tingkat I Kalimantan Timur mengeluarkan sebuah

resolusi tertanggal 25 Februari tahun 1959 No. Res/3/DP-RD.1/59 yang mendesak

pemerintah pusat untuk segera membuat undang-undang Pembentukan Daerah Tingkat

II di Kalimantan, khususnya Kalimantan Timur.15 Untuk mempelajari dan menghimpun

serta mempersiapkan data-data yang diperlukan mengenai pembentukan Kotapraja

Balikpapan dan Samarinda, maka dibentuklah panitia khusus, hasil dari data atau studi

yang telah dikumpulkan panitia khusus tersebut dimintai pendapat atau persetujuan dari

DPRD Daerah Istimewa Kutai.

Persoalan pembentukan Kotapraja Balikpapan dan Samarinda akhirnya

dibicarakan kembali pada sidang DPRD Daerah Istimewa Kutai tanggal 2 Juli 1958.

13
Ibid.
14
Ibid. hlm. 86.
15
Ibid.

35
Setelah mendengarkan masukan dari panitia khusus pengkaji kelayakan pembentukan

Kotapraja Balikpapan dan Samarinda, maka diadakan pemungutan suara dan dihasilkan

kesepakatan dengan 13 suara setuju dan 3 abstain tidak ada penolakan dalam

pemungutan suara tersebut.16 Hasil pemungutan tersebut merupukan suatu persetujuan

dari DPRD Daearh Istimewa Kutai atas dibentuknya Kotapraja Balikpapan dan

Samarinda. Terbitnya Undang-Undang No. 27 Tahun 1959 yang berisi pengurangan

wilayah dari Daerah Istimewa Kutai yaitu Balikpapan dan Samarinda yang kemudian

kedua daerah tersebut dijadikan Kotapraja.

Lahirnya undang-undang tersebut merupakan perwujudan dipenuhinya tuntutan

rakyat di Balikpapan dan Samarinda.17 Pada tanggal 21 Januari 1960 diadakan acara

serah terima antara Kepala Daerah Istimewa Kutai dengan Kepala daerah Kotapraja

Balikpapan. Penetapan batas-batas wilayah Kotapraja Balikpapan telah ditetapkan

dalam SK Gubernur Kalimanatan Timur no. 20 Tahun 1960. Namun surat tersebut

dibatalkan oleh menteri dalam negeri, karena menteri dalam negerilah yang berwenang

dalam menetapkan batas-batas wilayah otonom. Pada prakteknya menteri dalam negeri

tidak juga menetapkan batas-batas tersebut sehingga dalam praktek pemerintahan

sehari-hari dipakailah penetapan batas wilayah menggunakan SK gubernur tersebut. 18

16
Ibid. hlm. 89.
17
Ibid.
18
Ibid.

36
B. Geografis dan Ekologi Balikpapan

Topografi Balikpapan terdiri dari sekitar 85% daerah yang berbukit-bukit,

sedangkan sisanya berupa daerah datar yang sempit diantara daerah perbukitan dan

dataran landai yang berada di tepi laut. Sedangkan di luar pusat kota terdapat lembah-

lembah dan rawa-rawa, yaitu daerah muara sungai Wain dan sungai Manggar Besar.

Sebagian besar jenis tanah yang berada di Balikapapan ialah jenis tanah alluvial yang

relatif subur, namun tingkat kesuburan juga ditentukan oleh bahan-bahan induk yang

kurang subur, sehingga sifat tanah di Balikpapan kurang subur. Selain itu terdapat pula

jenis tanah pasir kwarsa yang dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuat kaca, namun

jenis tanah ini sangat labil terhadap erosi serta getaran-getaran yang mampu

menimbulkan potensi longsor.19

Balikpapan memiliki kelembaban udara sekitar 85%, dengan suhu rata-rata pada

siang hari 30,2oC dan suhu rata-rata pada malam hari 24,20C. Balikpapan berhawa

panas dan lembab yang dipengaruhi oleh angin laut. Hampir 75% Luas Balikpapan

masih berupa hutan yang ditumbuhi oleh flora-flora endemic khas Kalimantan Timur,

antara lain meranti, ulin, damar, kayu kapur, rotan, bambu, dan bermacam-macam

tumbuhan pakis. Pada daerah pesisir pantai ditumbuhi oleh pohon-pohon bakau dan

Nipah. Selain itu sebagian masyarakat kota Balikpapan juga membudidayakan tanaman

buah-buahan seperti rambutan, nangka, salak, dan lain sebagainya.20

19
Humas Kota Balikpapan, op.cit. hlm. 43.
20
Ibid. hlm. 44.

37
Kondisi geografis pantai yang landai serta berada di dalam teluk dengan ombak

yang tidak terlalu besar merupakan syarat sempurna untuk mengembangkan sebuah

pelabuhan alam. Keadaan geografis dapat dijadikan suatu acuan agar lebih mudah

memahami perbedaan antara kota pantai dengan kota pedalalaman. Apabila kota berada

jauh dari pantai maka disebut kota pedalaman, sedangkan apabila kota dekat dengan

pantai maka dapat disebut sebagai kota pantai.21 Sejak terdapat usaha untuk melakukan

pengeboran minyak pertama untuk menentukan lokasi perminyakan pada tahun 1897 ,

maka untuk menampung minyak bumi tersebut didrikan depot penyimpanan di sekitar

wilayah pantai teluk Balikpapan.

Gambar 1

Pantai Balikpapan beserta tangki minyak milik BPM


(Arsip KITLV#2793)

21
La Ode Rabani, “Morfologi dan Infrastruktur Kota Buton 1911-1964”, dalam Freek
Colombijn, dkk. (ed), Kota Lama-Kota Baru: Sejarah Kota-Kota di Indonesia. (Yogyakarta: Penerbit
Ombak, 2005), hlm. 313-335.

38
Pelabuhan Balikpapan terletak di posisi yang aman dari gangguan kekuatan alam

dan gangguan kemananan manusia, yang berarti pelabuhan di Balikpapan aman dari

terpaan angin dan gelombang laut serta aktivitas prompakan dari manusia. Letak

pelabuhan di daerah teluk yang menjorok kedalam daratan membuat pelabuhan ini

terlindung dari ombak besar. Kondisi ini sangat mendukung bagi terjadinya aktivitas

bongkar muat barang.

Gambar 2

Kapal Tanker BPM sedang melakukan pengisian minyak


(Arsip KITLV#52678)

Semakin bertambahnya jumlah produksi minyak membuat perluasan depot

penyimpanan harus semakin diperbesar. Selain itu pendistribusian hasil minyak yang

sudah ditemukanpun tidak boleh tersendat, walaupun pada tahun 1898 di Balikpapan

telah didirikan sebuah struktur kepengurusan peabuhan Haven Departmet yang

memiliki syahbandar (havenmeester) beserta perangkat pegawai pelabuhan dengan

pembagian tugas kerja yang telah rinci. Namun pelabuhan tersebut masih dirasa kurang

39
besar, sehingga kebutuhan untuk memperluas serta membangun fasilitas pelabuhan

yang cukup besar harus segera direalisasikan. Pada tanggal 15 April 1898 ditemukan

minyak yang cukup banyak di daerah konsensi Mathilda di Balikpapan yang

menghasilkan 32.618 Barrel minyak di tahun 1899. Untuk mendukung pengiriman hasil

minyak tersebut dibuatlah sebuah pelabuhan di Balikpapan dengan menggunakan tanah

pemberian Sultan Kutai seluas 16.100 M2 yang diserahkan kepada pemegang konsensi

tambang minyak pada tanggal 1 Maret 1900.22

Gambar 3.

Kapal Hr.Ms. De Ruyter berlabuh di pelabuhan Balikpapan


(Arsip KITLV#34112)

Pemerintah kolonial memiliki setidaknya 4 kota pelabuhan (havenplaats) di

pulau Kalimantan, di sebelah barat terdapat kota pelabuhan Pontianak, dan di selatan

22
Ibid. hlm. 45.

40
ada Banjarmasin, sedangkan di timur laut terdapat Balikpapan dan Samarinda.23

Pelabuhan yang telah dibangun di Balikpapan tersebut merupakan pelabuhan tersibuk di

seluruh pulau Kalimantan yang telah dikuasai pemerintah Hindia Belanda. Kapal-kapal

dengan tonase yang besar seperti kapal tanker bisa merapat ke Balikpapan dikarenakan

kedalaman pelabuhan yang sampai 7 meter. Kesibukan tersebut dikarenakan adanya

aktivitas bongkar muat kapal-kapal tanker yang akan menurunkan minyak mentah dan

kemudian mengambil minyak bumi yang telah disuling. Jenis barang-barang hasil

Industri minyak merupakan faktor utama yang sangat berperan penting dalam

meningkatkan jumlah bongkar muat barang. Jumlah keseluruhan barang yang berhasil

dikapalkan di pelabuhan Balikpapan pada tahun 1913 sebesar 1.853.893 M3. Jumlah

tersebut merupakan jumlah pengapalan barang terbesar di seluruh pelabuhan-pelabuhan

lain Kalimantan. 24

Pelabuhan di Balikpapan juga terhubungkan dengan rute perjalanan yang sangat

panjang dengan kota-kota pelabuhan besar di Hindia Belanda dan sekitarnya, seperti

adanya rute pelayaran ke Batavia, Singapura, Surabaya dan Makassar. Rute pelayaran

tersebut dijalani oleh KPM (Koninklijk Pakeetvart Maatschapij) atau perusahaan

pelayaran Hindia Belanda. Adanya rute pelayaran antara Balikpapan dengan kota-kota

pelabuhan tersebut membuat perkembangan ekonomi di Balikpapan berlangsung cepat,

23
Paulus,J, Encylopædie van Nedelandsch-Indië I . (Leiden: N.V. E.J. Brill. 1918). hlm. 376.
24
Ibid. hlm. 370.

41
disebabkan distribusi barang-barang kebutuhan pangan, modal, dan sumber daya

manusia dapat berjalan lancar.25

Tabel 1. Perbandingan Jumlah Muatan Barang Pelabuhan-pelabuhan di


Kalimantan Pada Tahun 1913

No Nama Kota Pelabuhan Jumlah Muatan (Dalam M3)


1 Balikpapan 1.853.893
2 Stagen 983.442
3 Samarinda 884.395
4 Bandjermasin 602.492
5 Kota Baroe 404820
6 Pontianak 275.835
7 Pemangkak 162.551
8 Beraoe 108.854
9 Singkawang 97.548
10 Sambas 79.054
11 Sampit 71.316
12 Boeloengan 63.611
Sumber: Paulus,J. Encylopædie van Nedelandsch-Indië I . (Leiden: N.V. E.J. Brill. 1918). Hlm. 376.

Perkembangan kota Balikpapan dilakukan dengan pembangunan infrastruktur

mengikuti jalur garis pantai, mulai dari jalan, pasar, pipa pengaliran minyak dan kabel

telegram. Perkembangan ini mengikuti orientasi untuk memudahkan mobilitas pegawai-

pegawai Minyak untuk bekerja kedalam pabrik penyulingan yang terletak di tepi teluk

Balikpapan. Pembangunan pipa-pipa juga diutamakan untuk mengalirkan minyak

mentah dari lapangan minyak yang terletak di Samboja dan Sanga-Sanga. Setelah

periode pasca proklamasi kemerdekaan pembangunan kota tetap seperti pola

sebelumnya, namun juga melakukan perluasan ke arah pedalaman.

25
Ibid. hlm. 376.

42
C. Demografi Balikpapan

Berbeda dengan Kesultanan Kutai dan Kesultanan Banjarmasin yang memiliki

sejarah politik serta cultural yang panjang. Balikpapan hanyalah sebagaian dari wilayah

Kesultanan Kutai yang berkembang pada saat pemerintah kolonial Belanda

mencetuskan politik ekonomi liberal, dan kemudian diikuti dengan penambahan politik

etis yang menginginkan peningkatan perekonomian pribumi, salah satu caranya ialah

dengan pengembangan pulau-pulau di luar Jawa agar memiliki infrastruktur yang baik

seperti pulau Jawa, sehingga diharapkan mampu memacu perekonomian masyarakat

pribumi.

Sebelum ditemukannya minyak bumi serta batu bara, Balikpapan merupakan

perkampungan nelayan kecil. Jumlah penduduk Balikpapan pada tahun 1915

diprkirakan sekitar 6000 orang pribumi dan campuran yang terdiri dari etnis Tionghoa

dan etnis asia lainnya, selain itu terdapat juga sekitar 100 orang Eropa yang telah

mendiami Balikpapan.26 Jumlah penduduk pada tahun 1930 mencapai 29.848 jiwa,

dengan rincian jumlah populasi orang Eropa sebanyak 988 jiwa, orang-orang tionghoa

sebanyak 4.327 jiwa, serta orang-orang timur asing sebanyak 1.117 Jiwa, dan jumlah

penduduk pribumi sebanyak 23.411 jiwa.27 Dengan rata-rata jumlah pertumbuhan

penduduk pertahunnya mencapai 11,28%. Pembangunan industri minyak di Balikpapan

yang semakin pesat yang juga didukung dengan pembangunan infrastruktur

26
Ibid.
27
Departement van Economisch Zaken, Indisch Verslag 1936: Statistisch Jaaroverzicht Van
Nederlandsh-Indië Over Het Jaar 1935. (Batavia: Landsdrukkerij, 1937).

43
pendukungnya membuat arus migrasi ke Balikpapan meningkat setiap tahunnya. Para

pendatang biasanya mencoba untuk mengadu nasib dengan berdagang atau bekerja

menjadi buruh minyak.28

Tahun 1961 jumlah penduduk Balikpapan berjumlah 91.706 orang, dengan rata-

rata pertumbuhan penduduk sebesar 3,81% pertahun. Satu dekade setelahnya tepatnya

pada tahun 1970 jumlah penduduk bertambah menjadi 130.306 orang. Kenaikan jumlah

penduduk yang cukup tinggi setelah tahun 1960an disebabkan adanya pembukaan

industri-industri dibidang kehutanan yang menyerap banyak buruh. Industri dibidang

kehutanan ini menerima tenaga kerja cukup besar, terutama dibidang pekerjaan kasar

seperti menebang pohon, merintis jalan di hutan, menguliti pohon dan lain sejenisnya.

Pekerjaan ini banyak digemari pada masa itu karena tidak memerlukan keahliaan

khusus.29

28
Humas Kota Balikpapan. op. cit., hlm. 45.
29
Ibid. hlm. 46.

44

Anda mungkin juga menyukai