Belanda dengan Kesultanan Kutai, maka secara administrasi Balikpapan masuk dalam
Banjarmasin, Hulu Sungai, Kapuas Barito, Samarinda dan Tarakan. 2 Untuk daerah Oost
Borneo ditempatkan dua asisten Residen di Samarinda dan Tarakan. Kedua asisten
Residen ini juga memiliki kewenangan untuk mengontrol hubungan langsung, antara
membawahi Kesultanan Kutai dan Pasir Balengkong, sedangkan asisten Residen yang
Bulungan.4 Dengan wilayah Kalimantan Timur yang luas, maka pengawasan wilayah
1
Lihat Staatsblad van Nederlandsch-Indië 1939, no. 612. Dalam kontrak politik antara
pemerintah kolonial Belanda dengan kesultanan Kutai tercatat bahwa wlayah Balikpapan merupakan
bagian dalam wilayah kesultanan Kutai.
2
A. Moeis. Hasan. Ikut Mengukir Sejarah. (Penerbit dan tempat terbit tidak diketahui), hlm. 35.
3
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sejarah Kebangkitan Nasional Derah Kalimantan
Timur. (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978), hlm. 12.
4
Ibid.
31
juga di bantu oleh controleur, yaitu orang Belanda yang ditunjuk serta ditempatkan oleh
Balikpapan diberikan status sebagai distrik, dan dikepalai oleh seorang Kepala Distrik
atau yang disebut sebagai districthoofd. Daerah disekitar Balikpapan yang termasuk
Algemeene politie. Korps Algemene politie sendiri terdiri dari dua kesatuan yang
dibedakan berdasarkan tugas pengamanan yang mereka jalani beserta barak yang
5
Ibid.
6
Humas Kota Balikpapan. 90 Tahun Kota Balikpapan, (Balikpapan: Humas Kota Balikpapan,
1987), hlm. 73.
7
Kepala pemerintahan lokal (Hoofd van Plaatselijk Bestuur) yang dirangkap oleh controleur
memiliki tugas dan kewenangan yang cukup besar dalam onderafdeling Balikpapan. Tugas dan
kewenangan tersebut diantaranya ialah menjadi hakim untuk pengadilan orang-orang ropa dan timur
asing yang bermukim di Balikpapan. Pengawasan administrasi keuangan kesultanan Kutai, kepala urusan
pertanahan, serta pelaksana urusan imigrasi setempat. Sebelum diperintah oleh seorang controleur atau
Hoofd van Plaatselijk, Balikpapan diperintah oleh seorang Gezaghebber yaitu komendur laut yang
merangkap jabatan sebagai Kepala pemerintahan setempat.
32
tersebar di hampir seluruh wilayah strategis di Balikpapan, seperti pasar, jalan-jalan
1. Kampung Baru yang daerahnya meliputi wilayah kapung baru sekarang hingga
2. Kampung Karang Anyar daerahnya meliputi Rapak hingga Gunung Sari Ulu.
Manggar.
sekitar Melawai.
Jabatan kepala kampung biasanya bersifat seumur hidup, sehingga hampir tidak
yang terletak di sekitar wilayah BPM seperti kampung Pandan Sari, Gunung
8
Humas Kota Balikpapan. Op. cit., hlm. 75.
9
Ibid. hlm. 80.
10
Ibid.
33
Pada masa pendudukan Jepang Balikpapan juga dijadikan sebagai pusat
pemerintahan bagi militer Angkatan Laut Jepang untuk seluruh wilayah Kalimantan,
yang disebut Borneo Kaigun Minseibu dengan pusatnya di Makassar dibawah armada
tahun 1945 oleh tentara Australia membuat pemrintahan diambil alih untuk sementara,
tahun 1953, Balikpapan termasuk dalam Daerah Istimewa Kutai, dalam daerah istimewa
tersebut dibagi dalam beberapa wilayah yang lebih kecil atau disebut dengan
kewedenaan. Balikpapan termasuk dalam Kewedanaan Kutai Selatan yang terdiri atas
Besar sejak tahun 1946 dan dituangkan dalam Undang-undang Negara Indonesia Timur
No. 44 Tahun 1950. Sistem tersebut dianggap kolot dan masih berbau kolonial
11
A. Moeis Hasan. op. cit., hlm. 38. Lihat juga, Hendri F. Isnaeni dan Apid. Romusa: Sejarah
yang Terlupakan. (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2008). hlm, 34 – 35.
12
Ibid. hlm. 84. Undang-undang Darurat No. 3 tahun 1953 terdapat beberapa daerah istimewa di
provinsi Kalimantan Timur yang dianggap setingkat dengan kabupaten, yaitu Daerah Istimewa Kutai,
Daerah Istimewa Berau, dan Daerah Istimewa Bulungan.
34
pemerintahan di daerah-daerah.13 Sejak permulaan tahun 1950 sebagaian besar rakyat
Kalimantan Timur dengan dimotori oleh partai-partai politik menginginkan agar daerah-
Kalimantan Timur, yaitu Balikpapan dan Samarinda. Hal tersebut membuat DPRD
Kalimantan Timur dengan surat keputusan bertanggal 11 Maret 1957 menuntut kepada
Pemerintah Pusat untuk mengangkat status Kota Balikpapan dan Samarinda agar
dijadikan Kotapraja (Daerah Tingkat II), namun tuntutan tersebut belum dipenuhi.14
Akibat tuntutan tersebut belum dipenuhi, dan rakyat terus mendesak agar
Balikpapan dan Samarinda, maka dibentuklah panitia khusus, hasil dari data atau studi
yang telah dikumpulkan panitia khusus tersebut dimintai pendapat atau persetujuan dari
dibicarakan kembali pada sidang DPRD Daerah Istimewa Kutai tanggal 2 Juli 1958.
13
Ibid.
14
Ibid. hlm. 86.
15
Ibid.
35
Setelah mendengarkan masukan dari panitia khusus pengkaji kelayakan pembentukan
Kotapraja Balikpapan dan Samarinda, maka diadakan pemungutan suara dan dihasilkan
kesepakatan dengan 13 suara setuju dan 3 abstain tidak ada penolakan dalam
dari DPRD Daearh Istimewa Kutai atas dibentuknya Kotapraja Balikpapan dan
wilayah dari Daerah Istimewa Kutai yaitu Balikpapan dan Samarinda yang kemudian
rakyat di Balikpapan dan Samarinda.17 Pada tanggal 21 Januari 1960 diadakan acara
serah terima antara Kepala Daerah Istimewa Kutai dengan Kepala daerah Kotapraja
dalam SK Gubernur Kalimanatan Timur no. 20 Tahun 1960. Namun surat tersebut
dibatalkan oleh menteri dalam negeri, karena menteri dalam negerilah yang berwenang
dalam menetapkan batas-batas wilayah otonom. Pada prakteknya menteri dalam negeri
16
Ibid. hlm. 89.
17
Ibid.
18
Ibid.
36
B. Geografis dan Ekologi Balikpapan
sedangkan sisanya berupa daerah datar yang sempit diantara daerah perbukitan dan
dataran landai yang berada di tepi laut. Sedangkan di luar pusat kota terdapat lembah-
lembah dan rawa-rawa, yaitu daerah muara sungai Wain dan sungai Manggar Besar.
Sebagian besar jenis tanah yang berada di Balikapapan ialah jenis tanah alluvial yang
relatif subur, namun tingkat kesuburan juga ditentukan oleh bahan-bahan induk yang
kurang subur, sehingga sifat tanah di Balikpapan kurang subur. Selain itu terdapat pula
jenis tanah pasir kwarsa yang dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuat kaca, namun
jenis tanah ini sangat labil terhadap erosi serta getaran-getaran yang mampu
Balikpapan memiliki kelembaban udara sekitar 85%, dengan suhu rata-rata pada
siang hari 30,2oC dan suhu rata-rata pada malam hari 24,20C. Balikpapan berhawa
panas dan lembab yang dipengaruhi oleh angin laut. Hampir 75% Luas Balikpapan
masih berupa hutan yang ditumbuhi oleh flora-flora endemic khas Kalimantan Timur,
antara lain meranti, ulin, damar, kayu kapur, rotan, bambu, dan bermacam-macam
tumbuhan pakis. Pada daerah pesisir pantai ditumbuhi oleh pohon-pohon bakau dan
Nipah. Selain itu sebagian masyarakat kota Balikpapan juga membudidayakan tanaman
19
Humas Kota Balikpapan, op.cit. hlm. 43.
20
Ibid. hlm. 44.
37
Kondisi geografis pantai yang landai serta berada di dalam teluk dengan ombak
yang tidak terlalu besar merupakan syarat sempurna untuk mengembangkan sebuah
pelabuhan alam. Keadaan geografis dapat dijadikan suatu acuan agar lebih mudah
memahami perbedaan antara kota pantai dengan kota pedalalaman. Apabila kota berada
jauh dari pantai maka disebut kota pedalaman, sedangkan apabila kota dekat dengan
pantai maka dapat disebut sebagai kota pantai.21 Sejak terdapat usaha untuk melakukan
pengeboran minyak pertama untuk menentukan lokasi perminyakan pada tahun 1897 ,
maka untuk menampung minyak bumi tersebut didrikan depot penyimpanan di sekitar
Gambar 1
21
La Ode Rabani, “Morfologi dan Infrastruktur Kota Buton 1911-1964”, dalam Freek
Colombijn, dkk. (ed), Kota Lama-Kota Baru: Sejarah Kota-Kota di Indonesia. (Yogyakarta: Penerbit
Ombak, 2005), hlm. 313-335.
38
Pelabuhan Balikpapan terletak di posisi yang aman dari gangguan kekuatan alam
dan gangguan kemananan manusia, yang berarti pelabuhan di Balikpapan aman dari
terpaan angin dan gelombang laut serta aktivitas prompakan dari manusia. Letak
pelabuhan di daerah teluk yang menjorok kedalam daratan membuat pelabuhan ini
terlindung dari ombak besar. Kondisi ini sangat mendukung bagi terjadinya aktivitas
Gambar 2
penyimpanan harus semakin diperbesar. Selain itu pendistribusian hasil minyak yang
sudah ditemukanpun tidak boleh tersendat, walaupun pada tahun 1898 di Balikpapan
pembagian tugas kerja yang telah rinci. Namun pelabuhan tersebut masih dirasa kurang
39
besar, sehingga kebutuhan untuk memperluas serta membangun fasilitas pelabuhan
yang cukup besar harus segera direalisasikan. Pada tanggal 15 April 1898 ditemukan
menghasilkan 32.618 Barrel minyak di tahun 1899. Untuk mendukung pengiriman hasil
pemberian Sultan Kutai seluas 16.100 M2 yang diserahkan kepada pemegang konsensi
Gambar 3.
pulau Kalimantan, di sebelah barat terdapat kota pelabuhan Pontianak, dan di selatan
22
Ibid. hlm. 45.
40
ada Banjarmasin, sedangkan di timur laut terdapat Balikpapan dan Samarinda.23
seluruh pulau Kalimantan yang telah dikuasai pemerintah Hindia Belanda. Kapal-kapal
dengan tonase yang besar seperti kapal tanker bisa merapat ke Balikpapan dikarenakan
aktivitas bongkar muat kapal-kapal tanker yang akan menurunkan minyak mentah dan
kemudian mengambil minyak bumi yang telah disuling. Jenis barang-barang hasil
Industri minyak merupakan faktor utama yang sangat berperan penting dalam
meningkatkan jumlah bongkar muat barang. Jumlah keseluruhan barang yang berhasil
dikapalkan di pelabuhan Balikpapan pada tahun 1913 sebesar 1.853.893 M3. Jumlah
lain Kalimantan. 24
panjang dengan kota-kota pelabuhan besar di Hindia Belanda dan sekitarnya, seperti
adanya rute pelayaran ke Batavia, Singapura, Surabaya dan Makassar. Rute pelayaran
pelayaran Hindia Belanda. Adanya rute pelayaran antara Balikpapan dengan kota-kota
23
Paulus,J, Encylopædie van Nedelandsch-Indië I . (Leiden: N.V. E.J. Brill. 1918). hlm. 376.
24
Ibid. hlm. 370.
41
disebabkan distribusi barang-barang kebutuhan pangan, modal, dan sumber daya
mengikuti jalur garis pantai, mulai dari jalan, pasar, pipa pengaliran minyak dan kabel
pegawai Minyak untuk bekerja kedalam pabrik penyulingan yang terletak di tepi teluk
mentah dari lapangan minyak yang terletak di Samboja dan Sanga-Sanga. Setelah
25
Ibid. hlm. 376.
42
C. Demografi Balikpapan
sejarah politik serta cultural yang panjang. Balikpapan hanyalah sebagaian dari wilayah
mencetuskan politik ekonomi liberal, dan kemudian diikuti dengan penambahan politik
etis yang menginginkan peningkatan perekonomian pribumi, salah satu caranya ialah
dengan pengembangan pulau-pulau di luar Jawa agar memiliki infrastruktur yang baik
pribumi.
diprkirakan sekitar 6000 orang pribumi dan campuran yang terdiri dari etnis Tionghoa
dan etnis asia lainnya, selain itu terdapat juga sekitar 100 orang Eropa yang telah
mendiami Balikpapan.26 Jumlah penduduk pada tahun 1930 mencapai 29.848 jiwa,
dengan rincian jumlah populasi orang Eropa sebanyak 988 jiwa, orang-orang tionghoa
sebanyak 4.327 jiwa, serta orang-orang timur asing sebanyak 1.117 Jiwa, dan jumlah
26
Ibid.
27
Departement van Economisch Zaken, Indisch Verslag 1936: Statistisch Jaaroverzicht Van
Nederlandsh-Indië Over Het Jaar 1935. (Batavia: Landsdrukkerij, 1937).
43
pendukungnya membuat arus migrasi ke Balikpapan meningkat setiap tahunnya. Para
pendatang biasanya mencoba untuk mengadu nasib dengan berdagang atau bekerja
Tahun 1961 jumlah penduduk Balikpapan berjumlah 91.706 orang, dengan rata-
rata pertumbuhan penduduk sebesar 3,81% pertahun. Satu dekade setelahnya tepatnya
pada tahun 1970 jumlah penduduk bertambah menjadi 130.306 orang. Kenaikan jumlah
penduduk yang cukup tinggi setelah tahun 1960an disebabkan adanya pembukaan
kehutanan ini menerima tenaga kerja cukup besar, terutama dibidang pekerjaan kasar
seperti menebang pohon, merintis jalan di hutan, menguliti pohon dan lain sejenisnya.
Pekerjaan ini banyak digemari pada masa itu karena tidak memerlukan keahliaan
khusus.29
28
Humas Kota Balikpapan. op. cit., hlm. 45.
29
Ibid. hlm. 46.
44