Anda di halaman 1dari 27

KONTEN SIMTARU LUWU

HOME
baca file Untuk Tampilan di halaman home.docx
PROFIL
Konten ada di halaman dibawah
RTRW
Pendahuluan
Tujuan Penataan Ruang
Kebijakan Penataan Ruang
Strategi Penataan Ruang
Rencana Struktur Ruang
Pusat-pusat Kegiatan
Sistem Jaringan Prasarana Utama
Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
Rencana Pola Ruang
Kawasan Lindung
Kawasan Budidaya
Penetapan Kawasan Strategis
Arahan Pemanfaatan Ruang
Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Perizinan
Ketentuan Insentif dan Disinsentif
Arahan Sanksi

RDTR
RDTR Kawasan Perkotaan Belopa
RDTR Ibukota Kec Kamanre
RDTR Ibukota Kec Lamasi
RDTR Ibukota Kec Lamasi timur
RDTR Ibukota Kec Walenrang Utara
RDTR Ibukota Kec Walenrang Barat
RDTR Ibukota Kec Walenrang Timur
RDTR Ibukota Kec Walenrang

RTBL
BERITA
Tata Ruang
Pemerintahan
Umum

WEBGIS
Peta Rencana Struktur Ruang
Peta Rencana Pola Ruang
Peta Penetapan Kawasan Strategis
Peta Administrasi
dst

DOWNLOAD
GALERI
KONTAK

Keterangan untuk konten:


- Untuk Menu PROFIL, isi ada di bawah
- Konten Menu RTRW ada pada file Konten Web RTRW
- Konten Menu RDTR RTBL, BERITA kosongkan saja, masih menunggu, nanti akan
diisi oleh dinas
- Untuk Menu DOWNLOAD, file terlampir :
Isi perda rtrw
Lampiran RTRW
- Untuk Menu GALERI, nanti akan diisi oleh dinas, berikan saja sampel file terlampir :

SEJARAH SINGKAT

Kabupaten Luwu yang ada saat ini sejak awal adalah bagian
integral dari Kerajaan Luwu yang semula berkedudukan di Ussu
Malili.
(sekarang masuk wilayah Luwu Timur) sebagai pusat pengendalian
pemerintahan yang dipimpin Pajung Luwu Pertama.
Dalam dinamika perkembangan sejarah Kedatuan Luwu, Ware
(watampare) atau ibukota sebagai pusat pengendalian pemerintahan
Kedatuan Luwu telah berpindah tempat beberapa kali antara lain;
Pertama, mencapai wilayah Kab. Kolaka Utara. Kedua, CilallangKamanre Kec. Kamanre. Ketiga,Pattimang Kec. Malangke dan Keempat
atau terakhir ke Palopo.
Pada saat ibukota Pemerintahan Kedatuan Luwu berkedudukan di
Kamanre,

datu menempatkan

petugas kedatuan (Pabbate-bate

Rilaleng Pare) di Bajo, dengan gelar Sanggaria Bajo, yang bertugas


mengawasi dan mengontrol keamanan

lalu lintas perdagangan di

Belopa dan Lamunre melalui pelabuhan Ulo-ulo.


Oleh karena tuntutan kebutuhan pemerintahan Kedatuan Luwu, maka
abad

ke-16

sebelum

masehi

diadakan

reorganisasi

sistem

Pemerintahan Kedatuan Luwu yang membentuk tiga wilayah besar


yang dipimpin oleh Anak Tellue yaitu :

Wilayah Makole Baebunta dipimpin oleh Opu Makole Baebunta


meliputi Kab. Luwu Utara, Kab. Luwu Timur sampai Kab. Morowali
Poso Sulawesi Tengah.

Wilayah Madika Bua dipimpin oleh Opu Madika Bua meliputi Kec.
Bua, Bastem, Kab. Tana Toraja, Kab. Kolaka, Kab. Kolaka Utara,
dan Walenrang-Lamasi.

Wilayah Madika Ponrang dipimpin oleh Opu Madika Ponrang


meliputi Kec. Ponrang, Bupon, Latimojong, Kamanre, Bajo, Belopa,
Suli, Suli Barat, Larompong/Larompong Selatan.
Dalam fase ini Belopa berada pada wilayah Kemaddikaan

Ponrang. Dalam suatu momentum penting lainnya, wilayah Belopa


tepatnya di kampung Senga di bentuk salah satu Lili Passiajingeng
atau wilayah kekerabatan dalam Kedatuan Luwu, sehingga mulai saat
itu Belopa berada dalam wilayah Lili Passiajingeng Opu Arung Senga
atau wilayah yang langsung berada di bawah koordinasi Datu Luwu
karena berada diluar koordinasi dari salah satu Anak Tellue (sejenis
daerah khusus istimewa di pemerintahan sekarang). Perkembangan
tersebut diatas tidak di ketahui secara pasti keadaannya, sampai
masuknya Islam dan penjajah Hindia Belanda di Wilayah Kerajaan
Luwu.

Masa Kerajaan Hindia Belanda.

Pada tahun 1905, pemerintah Hindia Belanda berhasil menduduki


pusat Kedatuan Luwu di Palopo setelah terlebih dahulu melalui
serentetan pertempuran. Berselang beberapa waktu kemudian, di Bajo
ditempatkan seorang pejabat Hindia Belanda yang disebut Tuan
Petoro Kecil dengan wilayah kekuasaan yang disebut distrik dari
wilayah kekuasaan Kedatuan Luwu bagian selatan, yang sebelumnya
secara de facto menjadi wilayah Opu Sanggaria Bajo, dimana
didalamnya terdapat Belopa dan pelabuhan ulo-ulo beserta daerahdaerah lainnya di Wilayah Kedatuan Luwu bagian selatan. Oleh karena
kepentingan penjajah Pemerintah Hindia Belanda, maka Belopa tetap
diberi posisi penting, baik karena letak geografis, maupun karena
didukung oleh pelabuhan ulo-ulo,

yang dapat memperlancar

perdagangan rakyat antara pulau. Begitu pentingnya Belopa dalam


pandangan pemerintah Hindia Belanda, sehingga Tuan Petoro Kecil
yang berkedudukan di Bajo, sangat mendukung, Belopa sebagai
daerah agraris dan sentra perdagangan hasil bumi di bagian selatan.

tetapi,

pada sisi lainnya ruang gerak masyarakat itu di batasi

kebebasannya. dan inilah yang menjadi salah satu pemicu munculnya


gerakan nasionalisme dari seluruh lapisan masyarakat, termasuk
Srikandi Luwu dari Belopa yaitu Opu dg. Risadju

Masa Pendudukan Jepang


Pada tahun 1942 jepang berhasil menghalau pemerintah Hindia
Belanda, namun sistem pemerintahannya hampir sama dengan sistem
pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintah Hindia Belanda.
tetapi rakyat agak lebih lega, karena diberi kebebasan berusaha,
bercocok tanam dan nelayan.
Keadaan tersebut diatas memberi suasana baru bagi masyarakat yang
mendiami Bajo-Belopa dan sekitarnya, sehingga hasil-hasil bumi
masyarakat Belopa dan sekitarnya yang dikenal dengan nama Tana
Manai lebih meningkat, kondisi seperti inilah yang memberi motivasi
sehingga Belopa dan sekitarnya, diberi julukan Pabbarasanna Tana
Luwu. (lumbung pangan Tana Luwu)

Masa Kemerdekaan dan Pergolakan DI/TII


Pasca pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda pada tanggal 29
desember 1949, Kab. Luwu pada umumnya dan Tana Manai pada
khususnya, dilanda gangguan keamanan dengan pergolakan DI/TII.
Pada masa tersebut meskipun Belopa berada dalam wilayah Distrik
Bajo dari

onder afdeling Palopo, tetapi secara de facto kegiatan

pemerintahan dan upaya pemulihan keamanan

tetap berpusat di

Belopa, sampai berakhirnya pergolakan DI/TII sekitar tahun 1962.

Masa Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).


Dengan berlakunya Undang-undang Darurat No. 3 tahun 1957 tentang
penghapusan Sistim Pemerintahan

Swapraja dan terpisahnya Tana

Toraja dari Kab. Luwu, maka praktis sistem pemerintahan Swapraja


disertai berakhirnya pula pemerintahan sistem Kerajaan Luwu.

Datu

Luwu Andi Djemma langsung menjadi Bupati/Datu Luwu kala itu,

dengan berlakunya UU.No.29 tahun 1959 tentang Terbentuknya


Daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi, sistem Pemerintahan Swatantra
dihapus. pada waktu itu Wilayah Kab. Dati II Luwu di bentuk 16
kecamatan dan salah satu diantaranya adalah Kecamatan Bajo dengan
ibukotanya Belopa, sesuai Keputusan Gubernur Kepala Daerah TK.I
Sulawesi Selatan Tenggara Nomor : 2067a tahun 1961 tanggal 19
Desember 1961. oleh karena Belopa mengalami perkembangan pesat
di berbagai bidang, maka Belopa ditingkatkan statusnya menjadi
Kecamatan pada tahun 1983, berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 25 tahun 1983. pada

Perkembangan berikutnya di bentuk

Pembantu Bupati Wilayah III yang berkedudukan di Belopa pada tahun


1993.
Sebagai konsekwensi logis lahirnya UU. no. 22 tahun 1999 sebagai
pertanda pelaksanaan otonomi Daerah, mekarlah Kab. Luwu Utara
dengan ibu kota Masamba berdasarkan UU Nomor 13 Tahun 1999.
Bahkan

sesudah

itu

Kota

Palopo

sebagai

Ibukota

Kab.

Luwu

ditingkatkan statusnya menjadi kota otonom, dengan lahirnya UU. no


11 tahun 2002. pada waktu itu, Kota Palopo berfungsi sebagai ibu kota
ganda, disamping sebagi ibu kota induk ( Kab. Luwu ) juga sebagai ibu
kota otonom Palopo hasil pemekaran. Dengan berpedoman peraturan
perundang-undangan yang berlaku, maka diupayakan pemindahan ibu
kota Kab. Luwu dari Palopo ke Belopa dengan melalui tahapan-tahapan
sebagai berikut :
1.

Pada tahap pertama pemerintah Kabupaten Luwu melakukan


penjaringan aspirasi dari berbagai elemen masyarakat Kabupaten
Luwu, pada umumnya mereka menghendaki ibukota Kabupaten
Luwu ditempatkan di kota Belopa mengingat letak geografis,
aksebilitas dan faktor pendukung lainnya yang dinilai sangat
strategis.
Sebagai penguatan dan respon pemerintah daerah dan DPRD
Kab. Luwu atas aspirasi masyrakat tersebut, sehingga pelantikan
Bupati dan Wakil Bupati periode 2004-2009 pada tanggal 13

Februari 2004

ditempatkan di kota

Belopa. Dengan demikian

Drs. H. Basmin Mattayang, M.Pd dan Ir. H. Bahrum Daido,


M.Si merupakan Bupati Luwu dan Wakil Bupati Luwu yang
pertama dilantik di Kota Belopa.
2.

Pada tahap kedua, Pemda Kabupaten Luwu meminta persetujuan


DPRD atas usul pemindahan ibukota Kab. Luwu dari Kota Palopo
ke-Belopa sesuai surat Bupati Luwu

nomor : 180/46/huk/2004

tanggal 1 april 2004, DPRD Kab. Luwu menindak lanjuti dengan


keluarnya surat keputusan DPRD Kabupaten Luwu No. 18 tahun
2004 tanggal 15 April 2004. Pada tahap kedua ini pula, kembali
Pemeintah Daerah dan DPRD menunjukkan keseriusannya dengan
peresmian pengangkatan anggota DPRD Kab. Luwu masa jabatan
2004-2009, pada tanggal 30 agustus 2004 serta pengukuhan
pimpinan DPRD Kab. Luwu periode 2004-2009 di Kota Belopa
pada tanggal 28 oktober 2004.
3.

Tahap

ketiga

mengusulkan

ke

Gubernur

Sulawesi

Selatan

mengenai Belopa sebagai ibukota Kabupaten Luwu sesuai surat


Bupati Luwu nomor : 135/81/huk/2004 tanggal 15 mei 2004.
selanjutnya

Gubernur

Sulawesi

Selatan

melanjutkan

usulan

tersebut ke Mentri Dalam Negeri melalui suratnya Nomor :


135/2317/otda/ tanggal 9 juni 2004 yang di susul surat Gubernur
Sul-Sel yang kedua dengan nomor : 135/3902/otda/ tanggal 14
September 2004 dan juga surat Bupati Luwu ke Menteri Dalam
Negeri dengan Nomor : 135/83/huk/2004 tanggal 17 Mei 2004.
4.

Tahap

keempat

petunjuk

adalah

menteri

melakukan

dalam

negeri

kajian
melalui

akedemik
surat

sesuai

Nomor

135/1279/otda tanggal 19 Oktober 2004, dan dengan Keputusan


Bupati No. 302/xi/2004 tanggal 23 Desember 2004 dibentuklah
tim pengkajian pemindahan ibukota

Kab. Luwu dari Kota

Palopo ke Kota Belopa. hasilnya di kirim ke Menteri Dalam Negeri


untuk menjadi dasar melakukan observasi yang dilakukan pada
bulan Mei Tahun 2005.

5.

Tahap kelima adalah penyusunan dan pembahasan rancangan


Peraturan Pemerintah pada bulan Juni sampai Oktober 2005, yang
pembahasannya melibatkan instansi antar Departemen, melalui
beberapa kali tahapan pembahasan sampai rancangan Peraturan
Pemerintah tersebut menjadi final dan siap dikirim ke-Presiden
Republik Indonesia.

6.

Tahap

keenam

adalah

penyampaian

rancangan

Peraturan

Pemerintah oleh Menteri Dalam Negeri ke Presiden Republik


Indonesia melalui Menteri Sekretaris Negara. pada tanggal 30
Desember 2005 Peraturan

Pemerintah

tentang

pemindahan

ibukota Kab. Luwu dari Kota Palopo ke Kota Belopa Kabupaten


Luwu ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia

dengan

Nomor 80 tahun 2005, akhirnya pada tanggal 13 Februari 2006


Kota Belopa diresmikan jadi ibu kota Kab. Luwu oleh Gubernur
Sulawesi Selatan.

ADMINISTRASI
Luas wilayah administrasi Kabupaten Luwu + 3000,25 km2 terdiri dari 22 Kecamatan, 227
Desa/Kelurahan.
- Sebelah Utara
: Berbatasan dengan Kota Palopo dan Kabupaten Luwu Utara.
- Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Wajo dan Sidenreng Rappang
- Sebelah Barat
: Berbatasan dengan Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Belopa
dan Kabupaten Toraja Utara.
- Sebelah Timur
: Berbatasan dengan Teluk Bone
Kecamatan Latimojong adalah kecamatan terluas di Kabupaten Luwu, luas Kecamatan
Latimojong tercatat sekitar 467,75 km 2 atau sekitar 15,59 persen dari luas Kabupaten
Luwu, menyusul kemudian kecamatan Walenrang Utara dan Walenrang Barat dengan
luas masing-masing sekitar 259,77 km2 dan 247,13 km2 atau 8,66 persen dan 8,24
persen. Sedangkan kecamatan yang memiliki luas wilayah terkecil adalah Kecamatan
Belopa Utara dengan luas kurang lebih 34,73 km2 atau hanya sekitar 1,16 persen.
Kecamatan
Larompong
Larompong Selatan
Suli
Suli Barat
Belopa
Kamanre
Belopa Utara

Luas
(km2)
225,25
131
81,75
153,5
59,26
52,44
34,73

Persen
7,51
4,37
2,72
5,12
1,98
1,75
1,16

Bajo
Bajo Barat
Basse Sangtempe
Latimojong
Bua Ponrang
Ponrang
Ponrang Selatan
Bua
Walenrang
Walenrang Timur
Lamasi
Walenrang Utara
Walenrang Barat
Lamasi Timur
Basse Sangtempe Utara
Total

68,52
66,3
181,7
467,75
182,67
107,09
99,98
204,01
94,6
63,65
42,2
259,77
247,13
57,65

2,28
2,21
6,06
15,59
6,09
3,57
3,33
6,80
3,15
2,12
1,41
8,66
8,24
1,92

119,3
3000,25

3,98

LETAK GEOGRAFIS
Secara geografis letak Kabupaten Luwu berada pada 2 o.3445- 3o.3030Lintang selatan
dan 120o.2115 - 121o.4311 Bujur Timur dari kutub Utara dengan patokan posisi Provinsi
Sulawesi Selatan. Dengan demikian posisi Kabupaten Luwu berada pada bagian Utara
dan Timur Provinsi Sulawesi Selatan.

TOPOGRAFI
Menurut ketinggian daerah sebagian besar wilayah Kabupaten Luwu berada pada
ketinggian 300 m ke atas. Luas wilayah yang berada di atas 300 m tercatat sekitar 54,2
persen, sisanya sekitar 45,8 persen wilayah berada pada ketinggian 0 300 m.
Tabel Ketinggian Daerah dan Luasan Kabupaten Luwu
Ketinggian

Luas (km2)

Persen

0-300

1343,64

45,80

300-500

369,15

12,58

500-1000

672,58

22,93

1000-1500

284,48

9,70

1500-2000

149,69

5,10

2000-2500

75,58

2,58

>2500

38,6

1,32

Total

2933,72

100,00

Wilayah dengan ketinggian di atas 1000 m terdapat pada wilayah kecamatan Latimojong
di mana 64% wilayahnya memiliki ketinggian 1000 m, 32% dengan ketinggian 300-500
m, hanya 4% wilayahnya yang mempunyai ketinggian di bawah 300 m. Sedangkan
daerah dengan ketinggian rendah terdapat di Kecamatan Belopa, Belopa Utara,
Kamaenre, Lamasi, Lamasi Timur dan Ponrang Selatan keseluruhan wilayahnya
mempunyai ketinggian di bawah 300 m.
Tabel Ketinggian Daerah dan Luasan per Kecamatan di Kabupaten Luwu
Kecamatan
Kec. Bajo
Kec. Bajo Barat

0-300

300500

54,2

3,61

5001000

10001500

15002000

20002500

0,63

61,32

21,69

19,53

2,25

7,81

42,75

117,95

36,35

19,39

Kec. Basse Sangtempe Utara

3,09

33,84

101,4

15,12

0,07

Kec. Belopa Utara

Grand
Total
58,44

Kec. Basse Sangtempe

Kec. Belopa

>2500

104,79
7,33

231,58
153,52

30,63

30,63

31,6

31,6

Kec. Bua

102,84

25,91

40,29

9,49

178,53

Kec. Bua Ponrang

107,58

27,77

30,75

0,14

166,24

Kec. Kamanre

51,02

51,02

Kec. Lamasi

45,16

45,16

Kec. Lamasi Timur

65,76

65,76

Kec. Larompong
Kec. Larompong Selatan
Kec. Latimojong
Kec. Ponrang

127,77

46,64

29,16

21,47

98,8

9,2

0,41

17,11

36,73

87,86

71,48

94,2

6,44

14,37

2,46

8,71

0,71

234,46
108,41

Kec. Ponrang Selatan

88,66

Kec. Suli

76,66

5,41

0,2

Kec. Suli Barat

71,7

25,92

55,68

27,66

Kec. Walenrang

48,21

9,78

14,61

6,57

71,64

54,66

38,57

378,05
117,47
88,66
82,27

9,17

0,68

190,81
79,17

Kec. Walenrang Barat

14,65

Kec. Walenrang Timur

55,54

0,01

Kec. Walenrang Utara

89,33
1343,64

Grand Total

32,76

89,92

64,41

32,96

11,2

40,69

69,82

27,08

7,75

369,15

672,58

284,48

149,69

75,58

0,03

245,93
55,55
235,67

38,6

2933,72

KEMIRINGAN LERENG
Wilayah Kabupaten Luwu sebagian besar mempunyai kemiringan curam dengan tingkat
kelerengan 15-40% (agak curam) dengan persentase luasan wilayah 44,36%, diikuti
dengan kemiringan 0-2 (datar) dengan persentase luas 23,5%, kemiringan >40 (sangat
curam), kemudian 5-15% (bergelombang), dan kemiringan 2-5 (Landai).
Tabel kemiringan lereng di Kabupaten Luwu

0-2

Luas
(km2)
689,27

2-5

80,69

5-15

186,53

15-40

1301,7

Kelerengan (%)

>40

676,2

Grand Total

2934,39

% Luas

23,49
2,75
6,36
44,36
23,04
100

Pada tabel di bawah ini dapat kita lihat bahwa kemiringan lereng sangat curam (>40%)
terdapat pada kecamatan Latimojong, Walenrang Barat dan Kecamatan
Bassesangtempe. Sedangkan kemiringan lereng datar (0-8) banyak terdapat di
Kecamatan Ponrang, Ponrang Selatan dan Bua Ponrang.
Tabel kemiringan lereng di Kabupaten Luwu
Kecamatan
Kec. Bajo
Kec. Bajo Barat
Kec. Basse Sangtempe
Kec. Basse Sangtempe
Utara
Kec. Belopa
Kec. Belopa Utara
Kec. Bua
Kec. Bua Ponrang
Kec. Kamanre
Kec. Lamasi
Kec. Lamasi Timur
Kec. Larompong
Kec. Larompong Selatan
Kec. Latimojong
Kec. Ponrang
Kec. Ponrang Selatan
Kec. Suli
Kec. Suli Barat

0-2

2-5

5-15

15-40

>40

26,64
7,58
0,29
1,17

5,45
5,51
0,15
0,08

6,32
11,66
5,72
7,39

15,65
55,78
139,44
101,14

4,4
24,26
86,01
43,81

25,99
30,79
37,05
38,29
50,16
38,9
65,76
21,53
32,73

0,53

1,35

0,15

16,79
10,56
0,61
2,32

10,74
24,16
0,14
1,85

2,62
0,81
91,02
61,12
0,11
2,09

3,94
7,44

36,67
19,46
3,02
5,8
0,05
8,27
18,38

154,7
46,01
180,59
25,89
0,11
22,8
117,06

71,18
88,49
42,5
11,56

5,65
3,99
1,92

23,02
32,17

17,68
2,8
194,55
8,96
4,73
41,96

Grand
Total
58,46
104,79
231,61
153,59
30,64
31,6
178,62
166,3
51,02
45,16
65,76
234,52
108,44
378,16
117,48
88,65
82,29
190,88

Kec. Walenrang
Kec. Walenrang Barat
Kec. Walenrang Timur
Kec. Walenrang Utara
Grand Total

22,4
0,47
54,11
21,68
689,27

5,74
0,11
9,9
80,69

4,11
1,99
0,43
19,02
186,53

34,35
124,48
0,83
125,1
1301,7

12,58
119,02
0,08
60,02
676,2

79,18
245,96
55,56
235,72
2934,39

MORFOLOGI

Menurut keadaan morfologi sebagian besar wilayah Kabupaten Luwu mempunyai


morfologi pegunungan dengan luasan 1.758,46 km 2 atau 60 % dari total luas wilayah
kabupaten.
Daerah dengan morfologi pedataran banyak terletak di wilayah Kecamatan Ponrang
Selatan dan Kecamatan Ponrang, morfologi perbukitan di Kecamatan Larompong dan
Larompong Selatan, sedangkan morfologi pegunungan banyak terdapat di Kecamatan
Latimojong dan Kecamatan Walenrang Barat.
Kecamatan
Kec. Bajo
Kec. Bajo Barat
Kec. Basse Sangtempe
Kec. Basse Sangtempe
Utara
Kec. Belopa
Kec. Belopa Utara
Kec. Bua
Kec. Bua Ponrang
Kec. Kamanre
Kec. Lamasi
Kec. Lamasi Timur
Kec. Larompong
Kec. Larompong Selatan
Kec. Latimojong
Kec. Ponrang
Kec. Ponrang Selatan
Kec. Suli
Kec. Suli Barat
Kec. Walenrang
Kec. Walenrang Barat
Kec. Walenrang Timur
Kec. Walenrang Utara
Grand Total

Perbukitan
22,76
38,37

Pedataran
29,51
4,17

0,00
4,02
0,92
20,15
46,37
0,13
2,95
136,90
84,63

26,61
30,68
49,80
43,91
50,89
42,20
65,76
17,64
23,76

13,53
0,15
14,74
35,29
4,62

77,50
88,51
43,94
9,84
28,05

1,37
27,12
454,03

54,18
34,20
721,17

Pegunungan
6,16
62,25
231,56
153,52

108,58
75,96

79,91
0,00
378,04
26,45
23,57
145,68
46,50
245,93
174,35
1758,46

Grand Total
58,43
104,79
231,56
153,52
30,63
31,60
178,53
166,24
51,02
45,16
65,76
234,46
108,39
378,04
117,48
88,66
82,26
190,82
79,17
245,93
55,55
235,66
2933,66

JUMLAH PENDUDUK
Jumlah penduduk Kabupaten Luwu tahun 2011 adalah sebesar 335.828 jiwa terdiri dari
165.968 jiwa laki-laki dan 169.860 jiwa perempuan. Laju pertumbuhan penduduk dari
tahun 2010-2011 mengalami peningkatan sebesar 1,01 persen, dengan jumlah penduduk
pada tahun sebelumnya sebesar 332.482 jiwa terdiri dari 164.314 jiwa laki-laki dan
168.168 jiwa penduduk perempuan.
Jumlah penduduk yang terus bertambah setiap tahunnya yang tersebar di berbagai
kecamatan di Kabupaten Luwu. Seperti ditunjukkan pada tabel 3.1.1, tahun 2011 jumlah
penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Bua yaitu sebesar 31.266 jiwa atau 9,31
persen dan jumlah penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Latimojong sekitar 5512 jiwa
atau 1,64 persen penduduk. Sementara jika dilihat dari kepadatan penduduk per km2,
Kecamatan Lamasi merupakan daerah terpadat yaitu 487,42 penduduk per kilometer
persegi (km2) dengan luas wilayah hanya 1,41 persen dari luas kabupaten Luwu,
sementara yang paling rendah kepadatannya terdapat di kecamatan Latimojong yaitu
hanya 11,78 penduduk per kilometer persegi (km2) dengan luas wilayah 15,6 persen dari
luas kabupaten Luwu.
Tabel jumlah penduduk dan kepadatan per kecamatan di Kabupaten Luwu
Kecamatan
Jumlah
Luas
Kepadata
%
%
Pendud
(km2)
n
Pendud
Luas
uk
(Jiwa/
uk
(Jiwa)
km2)
Kecamatan Bua
31266
204,01
153,26
9,31
6,80
Kecamatan Ponrang
26377
107,09
246,31
7,85
3,57
Kecamatan Ponrang Selatan
23983
99,98
239,88
7,14
3,33
Kecamatan Lamasi
20569
42,2
487,42
6,12
1,41
Kecamatan Larompong
19024
225,25
84,46
5,66
7,51
Kecamatan Suli
18665
81,75
228,32
5,56
2,72
Kecamatan Walenrang Utara
17923
259,77
69,00
5,34
8,66
Kecamatan Walenrang
17608
94,6
186,13
5,24
3,15
Kecamatan Larompong Selatan 15959
131
121,82
4,75
4,37
Kecamatan Walenrang Timur
15435
63,65
242,50
4,60
2,12
Kecamatan Belopa
14961
59,26
252,46
4,45
1,98
Kecamatan Belopa Utara
14691
34,73
423,01
4,37
1,16
Kecamatan Bua Ponrang
14596
182,67
79,90
4,35
6,09
Kecamatan Bajo
14381
68,52
209,88
4,28
2,28
Kecamatan Lamasi Timur
12288
57,65
213,15
3,66
1,92
Kecamatan Kamanre
11351
52,44
216,46
3,38
1,75
Kecamatan Bajo Barat
9418
66,3
142,05
2,80
2,21
Kecamatan Walenrang Barat
8987
247,13
36,37
2,68
8,24
Kecamatan Suli Barat
8577
153,5
55,88
2,55
5,12
Kecamatan Basse Sangtempe
7922
119,3
66,40
2,36
3,98
Utara
Kecamatan Basse Sangtempe
6335
181,7
34,87
1,89
6,06
Kecamatan Latimojong
5512
467,75
11,78
1,64
15,59
Total
335828
3000,2
111,93
100
100
5

Angka rasio jenis kelamin di bawah angka 100, tercatat hanya sekitar 98,
artinya bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari pada jumlah
penduduk laki-laki. Dalam 100 jiwa jumlah penduduk perempuan terdapat 98 jiwa
penduduk laki-laki. Jika diamati menurut kecamatan, di Kecamatan Suli Barat,
Bassesangtempe, Bassesangtempe Utara, Latimojong, Walenrang Utara,
Walenrang Barat, Lamasi Timur keadaannya menjadi terbalik angka rasio jenis
kelamin melebihi angka 100, yang berarti pula di kecamatan tersebut penduduk lakilaki lebih banyak dari penduduk perempuan.
Kecamatan
Kecamatan Larompong
Kecamatan Larompong Selatan
Kecamatan Suli
Kecamatan Suli Barat
Kecamatan Belopa
Kecamatan Kamanre
Kecamatan Belopa Utara
Kecamatan Bajo
Kecamatan Bajo Barat
Kecamatan Basse Sangtempe
Kecamatan Latimojong
Kecamatan Bua Ponrang
Kecamatan Ponrang
Kecamatan Ponrang Selatan
Kecamatan Bua
Kecamatan Walenrang
Kecamatan Walenrang Timur
Kecamatan Lamasi
Kecamatan Walenrang Utara
Kecamatan Walenrang Barat
Kecamatan Lamasi Timur
Kecamatan Basse Sangtempe Utara
Total

Jumlah
RT
4450
3658
3875
1982
3147
2523
3237
2950
2018
1710
1510
3313
5583
4934
6893
3655
3272
4854
3996
1743
2645
1827
73775

Laki-Laki
9488
7895
8934
4368
7033

Perempu
an
9536
8064
9731
4209
7928

5532
7173
6848
4678
3253
2824
7261
13159
11675
15173
8747
7693
10289
8987
4701
6135
4122
165968

5819
7518
7533
4740
3082
2688
7335
13218
12308
16093
8861
7742
10280
8936
4286
6153
3800
169860

Total

Rasio

19024
15959
18665
8577
14961

99,50
97,90
91,81
103,78
88,71

11351
14691
14381
9418
6335
5512
14596
26377
23983
31266
17608
15435
20569
17923
8987
12288
7922
335828

95,07
95,41
90,91
98,69
105,55
105,06
98,99
99,55
94,86
94,28
98,71
99,37
100,09
100,57
109,68
99,71
108,47
97,71

KETENAGAKERJAAN
Tenaga kerja adalah modal dasar untuk bergeraknya roda pembangunan.
Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan mengalami perubahan seiring dengan
berlangsungnya proses demografi. Penduduk usia kerja didefinisikan sebagai
penduduk yang berusia 15 tahun keatas. Penduduk tersebut terdiri dari angkatan
kerja,
Sedangkan yang dimaksud angkatan kerja adalah mereka yang bekerja atau
sedang mencari pekerjaan, namun yang bukan angkatan kerja pada usia tersebut
adalah mereka yang sedang bersekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya.
Tabel Pekerjaan Utama Di Kabupaten Luwu, 2011
LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA
LAKIPEREMPUAN
LAKI
1 . Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan
Perikanan Forestry, Hunting and Fishery
Agriculture,
2 . Industri Pengolahan
Manufactoring Industry
3 . Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan &
Hotel Restaurant & Hotel
Trade,
4 . Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan
Perorangan/
Community, Soda! and Persona! Service
5 . Lainnya
- Pertambangan, dan Penggalian
Mining and Quarrying,
- Listrik, Gas dan Air
Electricity, Gas and Water
- Bangunan/Construction
- Angkutan, Pergudangan & Komunikasi
Transportation, Storage & Communication
- Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan
Bangunan,
Tanah dan Jasa Perusahaan
Financing, Insurance, ReaL Estate and
Busines Service
JUMLAH

JUMLAH

88.991

37.703

126.694

16.179

10.539

26.719

4.755

15.039

19.794

13.493

12.416

25.909

17.999

205

18.204

141.417

75.903

217.320

Penduduk usia kerja yang aktif di Kabupaten Luwu tahun 2011 adalah 217.323
jiwa. Berdasarkan lapangan kerja, dari 217.323 jiwa penduduk yang bekerja sekitar
58,30 persen mereka bekerja disektor pertanian, sedangkan sektor lainnya yang
cukup berperan dalam penyerapan tenaga kerja diantaranya sektor perdagangan
sekitar 9,11 persen, sektor jasa kemasyarakatan sekitar 11,92 persen dan sektor
industri pengolahan sekitar 12,29 persen serta sektor lainnya sekitar 8,38 persen.
AGAMA
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011, agama yang dianut
penduduk Kab. Luwu meliputi Agama Islam, Kristen Protestan, Katolik dan Budha.
Sebagian Besar penduduk memeluk Agama Islam yaitu sebanyak 337.850 orang
diikuti pemeluk agama Kristen Protestan sebanyak 10.366 orang, Kristen Katolik
sebanyak 13.801 orang dan pemeluk Budha sebanyak 104 orang. Sedangkan
tempat ibadah menurut jenisnya hingga tahun 2011 adalah, Mesjid sebanyak 697
unit, Langgar/Musholla sebanyak 117 unit dan Gereja sebanyak 140 unit.

PERTANIAN
Pembangunan di bidang pertanian ini, Pemerintah Kab. Luwu lebih menerapkan strategi
optimalisasi sumber-sumber daya pertanian melalui intensifikasi sumber daya pertanian.
Perkembangan produktivitas tanaman Padi, Jagung dan Ubi Kayu menunjukkan bahwa
upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah terbukti perlu ditingkatkan lagi untuk
memberikan kontribusi terhadap perkembangan jumlah produksi tanaman Padi, Jagung
dan Ubi Kayu di Kab. Luwu.
Adapun perkembangan capaian indikator tersebut, masing-masing adalah
sebagai berikut :
1. Produksi tanaman padi selama tahun 2010 sampai dengan tahun 2011
menunjukkan
kondisi
penurunan
sebagai
berikut
:
Jumlah produksi padi pada tahun 2010 mencapai 341.399,79 ton dan tahun 2011
sebesar 272.614 ton. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa produktivitas
tanaman padi dari tahun 2010 sampai tahun 2011 mengalami penurunan sebesar
68.785,79 ton atau sekitar 20,1 %. Penurunan produksi padi diakibatkan adanya
perbaikan beberapa bendung yang ada diwilayah Kabupaten Luwu.

2. Produksi tanaman Jagung selama tahun 2010 sampai dengan tahun 2011
menunjukkan
kondisi
perkembangan
sebagai
berikut
:
Jumlah produksi jagung pada tahun 2010 sebesar 9.263,57 ton dan tahun 2011
sebesar 17.344,47 ton. Secara umum produktivitas tanaman jagung dari tahun
2010 sampai dengan tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 8.080,9 ton
atau sekitar 46,59 %.
3. Produksi tanaman Ubi Kayu selama tahun 2010 sampai dengan tahun 2011
menunjukkan
kondisi
perkembangan
sebagai
berikut:
Jumlah produksi ubi kayu pada tahun 2010 sebesar 4.445,70 ton dan pada tahun
2011 sebesar 7.081,72 ton. Secara umum produktivitas tanaman Ubi Kayu dari
tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 mengalami peningkatan yakni sebesar
2.635,02 ton atau sekitar 37,22 %.
4. Produksi tanaman Ubi Jalar selama tahun 2010 sampai dengan tahun 2011
menunjukkan
kondisi
perkembangan
sebagai
berikut:
Jumlah produksi Ubi Jalar pada tahun 2010 sebesar 3.115,88 ton dan pada
tahun 2011 sebesar 3.445,33 ton. Secara umum produktivitas tanaman Ubi Jalar
dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 mengalami peningkatan yakni
sebesar 329,45 ton atau sekitar 9,56 %.
5. Produksi tanaman Kedalai selama tahun 2010 sampai dengan tahun 2011
menunjukkan
kondisi
perkembangan
sebagai
berikut:
Jumlah produksi Kedelai pada tahun 2010 sebesar 243,27 ton dan pada tahun
2011 sebesar 1.165,53 ton. Secara umum produktivitas tanaman Kedelai dari
tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 mengalami peningkatan yakni sebesar
922,26 ton atau sekitar 79,13 %.
6. Produksi tanaman Kacang Tanah selama tahun 2010 sampai dengan tahun
2011
menunjukkan
kondisi
perkembangan
sebagai
berikut:
Jumlah produksi Kacang Tanah pada tahun 2010 sebesar 260,75 ton dan pada
tahun 2011 sebesar 301,07 ton. Secara umum produktivitas tanaman Kacang
Tanah dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 mengalami peningkatan yakni
sebesar 40,32 ton atau sekitar 13,39 %.
7. Produksi tanaman Kacang Hijau selama tahun 2010 sampai dengan tahun
2011
menunjukkan
kondisi
perkembangan
sebagai
berikut:
Jumlah produksi Kacang hijau pada tahun 2010 sebesar 252,00 ton dan pada
tahun 2011 sebesar 376,13 ton. Secara umum produktivitas tanaman Kacang

Hijau dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 mengalami peningkatan yakni
sebesar 124,19 ton atau sekitar 33,00 %.

PERKEBUNAN
Pembangunan perkebunan merupakan bagian dari sektor kehutanan dan
perkebunan di Kab. Luwu bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di
pinggiran kota atau wilayah perdesaan. Pengembangan tanaman perkebunan di
Kabupaten Luwu selain bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan di perdesaan,
meningkatkan konservasi lahan serta menciptakan kesempatan kerja baru.
Perkembangan produksi empat kelompok besar tanaman perkebunan periode
tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 meliputi beberapa komoditi yaitu komoditi
Kakao, Cengkeh, Kelapa Dalam dan Kopi Arabika dengan rincian perkembangan
sebagai berikut :
8. Produksi tanaman Kakao tahun 2010 sebesar 22.906,022 ton dan tahun 2011
sebesar 23,17 ton. Dari data yang ada maka perkembangan produksi tanaman
Kakao dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 secara umum mengalami
penurunanan sebesar 22.882,85 ton atau sekitar 99,89 %.

Gambar 1. Perkebunan kakao di Kecamatan Larompong Selatan


9. Produksi tanaman Cengkeh pada tahun 2010 sebesar 9.494,18 ton dan pada
tahun 2011 sebesar 7.594,10 ton. Dari perkembangan produksi tanaman
Cengkeh pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 terjadi peningkatan
sebesar 1.900,083 ton atau sekitar 20,01 %, hal ini disebabkan oleh
berkurangnya jumlah pohon yang berbuah dan iklim serta curah hujan yang
kurang baik.

Gambar 2. Perkebunan cengkeh di Desa Bukit Sutra, Kec. Larompong


10. Produksi tanaman Kelapa Dalam pada tahun 2010 sebesar 3.694,04 ton dan
tahun 2011 sebesar 3.825,42 ton dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan
sebesar 131,38 ton atau sekitar 3,43 %.
11. Produksi tanaman Kopi Arabika dan Kopi Robusta tahun 2010 sebesar 534,22
ton dan tahun 2011 sebesar 1.550,73 ton, maka perkembangan produksi
tanaman Kopi Arabika dan Robusta dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2011
secara umum mengalami peningkatan yang signifikan yakni sebesar 1.016,51
ton atau sekitar 0,66 %.
Untuk lebih terinci luas dan hasil produksi komoditi perkebunan dapat terlihat
pada tabel berikut ini :
No
Komoditi
Luas Areal
Produksi
(Ha)
(Ton)
1
Kelapa Dalam
4.538,30
2.566,38
2
Kelapa Hibrida
192,15
166,33
3
Kopi Robusta
936,15
361,77
4
Kopi Arabika
3.691,75
1.550,71
5
Cengkeh
6.986.128,16
6
Kakao
26.524,20
19.377,65
7
Pala
57,40
6,73
8
Lada
321,85
53,57
9
Kapok
67,45
8,20
10
Kemiri
252,12
71,07
11
Jambu Mente
726,30
186,81
12
Vanili
528,41
14,42
13
Kelapa Sawit
71,00
394,13
14
Sagu
1.462,00
151,48
15
Aren
298,30
51,68
16
Pinang
77,46
26,83
17
Nilam
1.780,00
18
Jarak Pagar
554,14
19
Tembakau
27,25
23,96

PERIKANAN
Untuk Produksi sektor perikanan terbagi ke dalam produksi perikanan tangkap
dan produksi perikanan budidaya. Total produksi perikanan tahun 2011 sebesar
475.241,08 ton, dengan rincian perikanan tangkap 15.731,08 ton dan perikanan
budidaya 459.510 ton.
Khusus untuk perikanan budidaya, total potensi lahan yang tersedia untuk
kegiatan budidaya perikanan cukup luas yaitu ; budidaya air payau seluas 10.525
hektar , budidaya laut 15.000 hektar dan budidaya air tawar 2.841 hektar. Lahan
pertambakan yang aktif berproduksi tahun 2011 seluas 9,472,50 hektar, atau sekitar
90,00 % dari potensi lahan yang tersedia, lahan budidaya laut untuk komoditas
Eucheuma cottonil seluas 7.559,7 hektar (50,40 % dari potensi lahan), sedangkan
budidaya air tawar untuk komoditas ikan mas dan ikan nila seluas 1.686 hektar.
Lahan budidaya tambak yang telah berproduksi didominasi oleh kegiatan budidaya
Polikultur rumput laut Gracillaria sp dengan Ikan Bandeng yaitu seluas 6.159 hektar.
Sedangkan Polikultur Gracillaria Sp, Ikan Bandeng dan Udang Windu seluas 569
Hektar, dan Polikultur budidaya Bandeng (Chanos chanos) dan Udang Windu
(Penaeus monodon) 947 hektar, dan udang vanamae (Lithopenaeus vannamae)
sekitar 10 hektar. Lahan tambak tradisional yang siap untuk dimamfaatkan masih
tersedia seluas 1.052,5 hektar.
Total produksi pada tahun 2011 dari kegiatan budidaya tambak sebesar
229.979,76 ton, budidaya laut sebesar 229,021 ton rumput laut basah dan budidaya
air tawar sebesar 473,67 ton. Produksi tambak menurut jenis komoditas yang
dibudidayakan berturut-turut yaitu budidaya udang windu 412,25 ton, udang
vanamae 86,46 ton, ikan bandeng 5.261,6 ton, rumput laut Gracillaria sp 222.099
ton rumput laut basah.

PETERNAKAN
Pada sektor Peternakan ini, Kabupaten Luwu termasuk daerah penghasil
ternak yang dapat mengirim hasil ternak tersebut ke luar daerah kabupaten tetangga
dan yang paling tinggi pengiriman keluar wilayah adalah babi. Populasi Ternak Besar
yang seperti sapi potong, kerbau, kuda pada tahun 2011 adalah : 15.259,00 ekor;
5.636,00 ekor dan 972,00 ekor. Sementara ternak kecil seperti kambing dan babi
masing-masing sejumlah 15.522,00 ekor dan 5.937,00 ekor. Sedangkan untuk
ternak jenis unggas untuk tahun 2011 tercatat sebanyak 2.679.911,00 ekor. Khusus
untuk ternak Babi, peningkatan populasi melebihi kebutuhan pemotong dalam
daerah, sehingga dikirim keluar daerah terutama ke Kabupaten.
Tana Toraja. Lokasi ternak Babi yang populasinya cukup tinggi yaitu di
Kecamatan Bastem, Walenrang Utara, Lamasi, Lamasi Timur, Ponrang, Ponrang
Selatan dan Kecamatan Bua.
KEHUTANAN
Menurut Fungsinya hutan dibagi menjadi hutan lindung, hutan suaka alam dan
hutan wisata, hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap dan hutan konversi serta
APL. Kawasan hutan suaka Alam dan Hutan Wisata Alam sekitar 40,00 Ha, Hutan
Produksi terbatas 5.120,00 Ha danHutan Produksi tetap sekitar 18.339,00 Ha serta
Area Penggunaan Lahan (APL) 100.685,58 Ha. Dengan demikian di Produksi kayu
hutan menurut jenisnya yaitu kayu jati 1.250,44 M3 , kayu meranti 1.372,63 M3 dan
kayu rimba campuran 23.225,96 M3 Luas lahan hutan adalah 17.027,71 Ha.

PERTAMBANGAN DAN BAHAN GALIAN


Sektor Pertambangan,Energi dan Mineral sampai saat ini masih mengarah
kepada inventarisasi dan eksploitasi bahan tambang rakyat, dimana penggalian
bahan galian golongan C masih didominasi. Guna mewujudkan usaha
penambangan yang ramah lingkungan serta bernilai ekonomi tersebut,
mengharuskan membuat strategi yang tepat dengan memanfaatkan pola
perencanaan dan inventarisasi untuk mengembangkan SDA sektor pertambangan.
Produksi Pertambangan/Penggalian
Perjenis Barang Galian Kab. Luwu Tahun 2011
Sumber

Satuan

2011

Pasir/Kerikil

37.089,00

Batu kali/Pasir Kerikil

10.830,00

Batu kali/Batu Gng.

81.486,00

Sirtu

62.388,00

Kalsit/Tanah Urug

11.637,00

Tanah Liat
M
Batu Pecah
M
36.150,00
OBJEK WISATA
Pada dasarnya pengembangan pariwisata merupakan perpaduan antara pengembangan
produk pariwisata dan pengembangan pemasaran pariwisata melalui pendekatan
pemberdayaan dan partisipasi masyarakat (community-based tourism development)
dengan dukungan infra dan supra struktur yang memadai. Adapun potensi yang dimiliki
mencakup kesenian dan kebudayaan, wisata belanja dan wisata agro dengan tetap
memperhatikan kelestarian seni dan budaya itu sendiri serta kelestarian lingkungan.
Kab. Luwu memiliki beragam jenis objek wisata, yaitu :
a. Wisata Alam
- Wahana Wisata Kayu Lara Desa Temboe Kecamatan
- Larompong Selatan.
- Air Terjun Buntu Sawa Desa Binturu Kecamatan
- Larompong
- Air Terjun Salutodang Desa Kaili Kecamatan Suli Barat.
- Air Terjun Sarambu Masiang Desa Poringan Kecamatan Suli Barat.
- Permandian Sapuangirat Desa Kaili Kecamatan Suli Barat.
- Air Terjun Sarasa Jambong Desa Tumbu Bara Kecamatan Bajo Barat.
- Agrowisata Raya Bastem-Latimojong.
- Air Terjun Sarasa Katapu (air terjun kembar) Desa Ulusalu Kecamatan
Latimojong.
- Air Terjun Salosawa Desa Kanna Kecamatan Bastem.
- Air Terjun Bungalow (Jenis Wisata : Air Terjun) Berlokasi di Desa Tampa
Kecamatan Ponrang;
- Air Terjun Tampumia Desa Tampumia Kecamatan Bupon;
- Air Terjun Bilante Desa Bilante Kecamatan Larompong;
- Air Terjun Parapassoang Desa Posi Kecamatan Bua;
- Air Terjun Karangan Titale Desa Puty Kecamatan Bua;
- Air Terjun Magaddang, Toga, Tipayo dan Air Terjun Salonsa Desa Siteba
Kecamatan Walenrang Utara;
- Permandian Alam Bantolle Desa Tombang Kecamatan Walenrang;

b. Wisata Tirta
- Pantai Pasir Putih Bone Pute Kecamatan Larompong Selatan;
- Pantai Pasir Putih Ponnori Desa Temboe Kecamatan Larompong Selatan;
- Pantai dan Alam Buntu Matabing Desa Buntu Matabing Kecamatan
Larompong;
- Pantai Batu Killong Desa Towondu Kecamatan Suli;
- Pantai Pasir Putih Mamonta Desa Seppon Kecamatan Belopa Utara;
- Pantai Pasir Putih Salolo Desa Muladimeng Kecamatan Ponrang;
- Pantai Bone-Pance Desa Jenne Maeja Kecamatan Ponrang Selatan;
- Pantai Lare-lare Desa Lare-lare Kecamatan Bua.
c. Wisata Sejarah dan Budaya
- Tugu Lapandoso (Sejarah Pendaratan pembawa ajaran Agama Islam Datuk
Sulaeman) Desa Baroa Kecamatan Bua;
- Kuburan Tandi Pau (Assallange) Pemeluk pertama ajaran Agama Islam Desa
Tiromanda Kecamatan Bua;
- Air Bubun datu (Bunda) Desa Puty Kecamatan Bua;
- Kawasan sejarah Buntu Kamanre Kelurahan Cilallang Kecamatan Kamanre;
- Ayam Puang Ritede Kecamatan Bastem;
- Bubun Lamu Desa Tede Kecamatan Bastem;
- Benteng Tajojok Desa Uraso Kecamatan Bastem;
- Awatodong Desa Pantilang Kecamatan Bastem;
- Kawasan Pantilang Desa Pantilang Kecamatan Bastem;
- Loko Maindo (Jenis Wisata : Pemakaman) Berlokasi di Desa Maindo Kecamatan
Bastem
- Kuburan Tua Noling Kecamatan Bupon;
- Kawasan Kaili Desa Kaili Kecamatan Suli Barat;
- Goa Liang Andulan Desa Siteba Kecamatan Walenrang Utara;
- Goa Ilan Batu Desa Ilan Batu Kecamatan Walenrang Barat;
- Goa Pompessak Desa Siteba Kecamatan walenrang Utara;
- Goa Puang Massawae Desa Tombang Kecamatan Walenrang;
- Goa Palar Desa Bukit Sutra Kecamatan Larompong;
- Goa Lebani Desa Lebani Kecamatan Belopa Utara;
- Goa Bumbu Sawa Desa Balutan Kecamatan Bupon.

Anda mungkin juga menyukai