Naskah / Editor:
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pegunungan Bintang
BPS-Statistics of Pegunungan Bintang Regency
******
BUPATI KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG
SAMBUTAN
Makna dari pembangunan pembangunan manusia sebenarnya mencakup
bidang yang sangat luas, yang meliputi peningkatan pilihan-pilihan yang dimiliki
manusia. Namun apabila dipersempit, bidang prioritas dapat dikelompokkan
menjadi 3 (tiga), yaitu: lamanya hidup (longevity), Pengetahuan (knowledge) dan
standar hidup layak (decent living). Dengan pemahaman konsep pembangunan
manusia secara utuh, diharapkan reorientasi pendekatan pembangunan dalam
praktek perencanaan pembangunan daerah akan semakin mudah
diimplementasikan dan dilaksanakan.
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka penyediaan data dan
informasi tentang kinerja pembangunan manusia sebagai dampak dari
pembangunan yang telah dilaksanakan di Pegunungan Bintang, maka saya sambut
gembira atas diterbitkannya publikasi “Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Kabupaten Pegunungan Bintang Tahun 2015”.
Kepada Dinas/Instansi/Badan yang telah berupaya sungguh-sungguh
sehingga dapat menerbitkan publikasi ini saya minta agar melakukan konfirmasi dan
koordinasi dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas data yang disajikan. Semoga
publikasi ini bermanfaat dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di
Kabupaten Pegunungan Bintang.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………….…….……………...…… 1
1.2 Tujuan dan Sasaran ...…………………………………..…….………………….. 3
1.3 Ruang Lingkup .………………………………………………….…………………… 4
1.4 Istilah-Istilah Yang Digunakan ……………………………….……………….. 4
Tabel 2.1 Nilai Maksimum dan Nilai Minimum Indikator Komponen IPM 16
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Pegunungan Bintang Dirinci
Menurut Distrik Tahun 2015 ………………………………….…............ 29
Tabel 4.2 Angka Ketergantungan Penduduk Kabupaten Pegunungan
Bintang, 2015 .......................................................................... 33
Tabel 4.3 APK dan APM Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten
Pegunungan Bintang, Tahun 2015 ........................................... 40
Tabel 4.4 TPAK di Kabupaten Pegunungan Bintang dan Jayawijaya
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2015 ........................................ 46
Tabel 4.5 TPAK dan TKK di Kabupaten Pegunungan Bintang Menurut
Jenis Kelamin Tahun 2015 ........................................................ 48
Tabel 4.6 Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di Kabupaten
Pegunungan Bintang Menurut Sektor Lapangan Pekerjaan
Utama Tahun 2015 ……………………………………………………..……….. 47
Tabel 4.7 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten
Pegunungan Bintang dan Jayawijaya Tahun 2015 ................... 49
Tabel 4.8 Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Sakit dan
Rata-Rata Lama Sakit di Kabupaten Pegunungan Bintang,
Jayawijaya dan Provinsi Papua Tahun 2015 ............................ 53
Tabel 4.9 Distribusi Pendapatan Penduduk di Kabupaten Pegunungan
Bintang Tahun 2015 ................................................................. 61
Angka Harapan Lama Sekolah (HLS), lamanya sekolah (dalam tahun) yang
diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang.
Indeks Daya Beli/Standar Hidup, didasarkan pada paritas daya beli (PPP).
Proses
Provinsi Perencanaan Kesehatan
Sektor X Harapan Hidup
Sektor Y
Sektor Z Pendidikan
Harapan Lama Sekolah
Kabupaten Alat/Instrumen Rata-Rata Lama Sekolah
Sektor X
Sektor Y Pendapatan
Sektor Z Daya Beli Masyarakat
2. Bottom up approach
Pendekatan ini (Gambar 2.4) berbanding terbalik dengan pendekatan
yang pertama. Pemanfaatan IPM dalam perencanaan pembangunan
daerah dengan pendekatan dari bawah (bottom up), berangkat dari
target IPM yang ingin dicapai, tetapi dimulai dengan menetapkan
komposisi rencana anggaran persektor/program sebagaimana yang
selama ini dilakukan, kemudian baru dihitung berapa pengaruhnya
terhadap kenaikan IPM.
3. Hybrid approach
Pendekatan ini (Gambar 2.5) merupakan kombinasi dari
pendekatan pertama dan kedua, dimana dalam aplikasinya dapat dilihat
dari dua sisi yaitu sisi IPM yang ditargetkan dan sisi komposisi anggaran
2. Pengetahuan
Selain usia hidup, pengetahun juga diakui secara luas sebagai
unsur mendasar dari pembanguan manusia. Pada metode baru, terjadi
perubahan indikator yang digunakan dalam penghitungan indeks
pendidikan atau pengetahuan. Sebelumnya, indikator yang digunakan
adalah angka melek huruf (AMH) dan rata-rata lama sekolah (RLS).
Namun pada metode baru, angka melek huruf tidak lagi digunakan
karena dianggap sudah tidak relevan dalam mengukur pendidikan secara
utuh karena tidak dapat menggambarkan kualitas pendidikan. Selain itu,
karena AMH di sebagian besar daerah sudah tinggi, sehingga tidak dapat
membedakan tingkat pendidikan antardaerah dengan baik. Sebagai
pengganti AMH, digunakan angka harapan lama sekolah (HLS, yang
didefinisikan sebagai lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan
akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. HLS
dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem
pendidikan di berbagai jenjang. HLS dihitung pada usia 7 tahun ke atas
Keterangan:
HLSat = Harapan Lama Sekolah pada umur a di tahun t
t
E i = Jumlah penduduk usia i yang bersekolah pada tahun t
t
Pi = Jumlah penduduk usia i pada tahun t
i = Usia (a, a + 1, ..., n)
FK = Faktor Koreksi Pesantren
Jumlah santri sekolah & mukim = rasio santri mukim x jumlah santri sekolah
Dimana
pik : Harga komoditas i di Jakarta Selatan
m : Jumlah komoditas
Tabel 2.1 Nilai Maksimum dan Nilai Minimum Indikator Komponen IPM
Nilai Nilai
INDIKATOR Satuan
Minimum Maksimum
Angka Harapan Hidup (AHH) 20 85 Tahun
Keterangan:
* Daya beli minimum merupakan garis kemiskinan terendah kabupaten
tahun 2010 (data empiris) yaitu di Tolikara-Papua.
** Daya beli maksimum merupakan nilai tertinggi kabupaten yang
diproyeksikan hingga 2025 (akhir RPJPN) yaitu perkiraan pengeluaran
per kapita Jakarta Selatan tahun 2025.
Keterangan:
IPMt : IPM suatu wilayah pada tahun t
IPMt-1 : IPM suatu wilayah pada tahun (t-1)
Gambar 3.1 Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Pegunungan Bintang dan
Sekitarnya Tahun 2015
Pencapaian Angka HLS tahun 2015 Kabupaten ini menempati urutan ke-
28 dari 29 kabupaten/kota se-Provinsi Papua. Angka tertinggi adalah Kota
Jayapura yaitu 14,16 tahun dan Kabupaten Jayapura sebesar 13,79 tahun.
Sementara kabupaten dengan HLS terendah adalah Nduga yaitu 2,19 tahun.
IDEAL RLS = 15
Jayawijaya sebagai kabupaten induk memiliki nilai IPM yang lebih tinggi
dibandingkan dengan daerah pemekarannya, diikuti oleh Kabupaten Yahukimo. Dari
seluruh wilayah pemekaran Kabupaten Jayawijaya (7 kabupaten), dengan metode
penghitungan baru, tidak ada yang masuk kategori pembangunan manusia sedang.
Apabila dirinci menurut Kabupaten/Kota yang berada di wilayah Provinsi
Papua, pencapaian IPM tertinggi terjadi pada Kota Jayapura dan Kabupaten Mimika,
dengan pencapaian masing-masing sebesar 78,04 dan 70,88. Berdasarkan besaran
IPM pada tahun 2015 ini, ada 4 kabupaten yang termasuk dalam kategori
pembangunan manusia tinggi, 7 kabupaten yang masuk dalam ketegori
pembangunan manusia sedang dan 18 kabupaten yang masuk di kategori rendah.
sedang
rendah
4.1 KEPENDUDUKAN
Penduduk merupakan faktor yang sangat dominan, dalam pelaksanaan
pembangunan. Selain berperan sebagai pelaksana pembangunan, penduduk juga
menjadi sasaran pembangunan itu sendiri. Oleh sebab itu, perkembangan penduduk
harus diarahkan pada peningkatan kualitas, pengendalian kuantitas serta
pengarahan mobilitasnya, sehingga mempunyai ciri dan karakteristik yang dapat
menunjang tercapainya keberhasilan pembangunan dalam rangka peningkatan
kesejahteraan penduduk.
4.2 PENDIDIKAN
Sumber daya manusia berperan penting terhadap kemajuan suatu
bangsa, oleh karena itu perlu diupayakan peningkatan sumber daya manusia
demi tercapainya keberhasilan pembangunan. Salah satu upaya untuk
meningkatkan sumber daya manusia adalah peningkatan kualitas melalui bidang
Dari Gambar 4.6, secara umum semakin tinggi tingkat pendidikan nilai
APK-nya semakin kecil. Tercatat pada tahun 2015 nilai APK di Kabupaten
Pegunungan Bintang pada jenjang sekolah dasar sebesar 86,50. Hal ini berarti
4.3 KETENAGAKERJAAN
Data ketenagakerjaan merupakan salah satu informasi penting yang
diperlukan pemerintah dalam menyusun kebijakan pembangunan. Ada dua faktor
Pada Tabel 4.6 ditunjukkan bahwa TKK perempuan sebesar 97,61 persen
sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan TKK laki-laki yaitu sebesar 96,98 persen.
Hal ini menegaskan bahwa dalam hal ketenagakerjaan kesempatan perempuan
untuk mendapatkan pekerjaan bisa dikatakan sedikit lebih tinggi dibandingkan
laki-laki. Hal ini perlu dicermati terkait dengan jenis lapangan pekerjaan yang
menyerap tenaga kerja di Kabupaten Pegunungan Bintang. Secara keseluruhan
(total laki-laki dan perempuan), sekitar 97,28 persen dari seluruh angkatan kerja
Kualitas rumah juga ditinjau dari segi jenis atap, lantai, dan dinding
terluas yang digunakan. Berdasar hasil Susenas Tahun 2015, dilihat menurut
jenis atap hanya sebesar 69,39 persen rumah penduduk menggunakan atap
permanen yaitu seng. Jenis dinding kayu paling banyak ditemui yaitu sebesar
Berdasarkan data Susenas tahun 2015, hanya 2,54 persen rumah tangga
di Kabupaten Pegunungan Bintang yang menggunakan listrik PLN sebagai
sumber penerangan utama. Hal ini karena listrik PLN (tenaga surya) baru
tersedia di distrik Kolomdol saja. Kemudian sebanyak 25,91 persen
Kriteria Bank
Distribusi Pendapatan Penduduk Gini Ratio
Dunia
40% berpendapatan rendah 24,69
40% berpendapatan sedang 38,61
0,27
20% berpendapatan tinggi 36,69
TOTAL 100 00
5.1 KESIMPULAN
Dari berbagai uraian tentang pembangunan manusia, dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Ada 3 (tiga) komponen penting dalam penyusunan Indeks pembangunan
Manusia (IPM) yaitu Lamanya Hidup (longevity), Pengetahuan/tingkat
pendidikan (knowledge), dan standar hidup (decent living).
2. Angka IPM Kabupaten Pegunungan Bintang tahun 2015 sebesar 40,10. Angka ini
masuk dalam kategori kinerja pembangunan rendah. Angka IPM Kabupaten
Pegunungan Bintang pada tahun 2015 mengalami peningkatan dibanding tahun
2014 yang sebesar 39,68.
3. Bila dilihat dari Lamanya Hidup, Angka harapan hidup kabupaten Pegunungan
Bintang tahun 2015 sebesar 63,78 tahun atau lebih rendah dibanding angka
harapan hidup Provinsi Papua pada tahun yang sama yaitu sebesar 65,09 tahun.
4. Bila dilihat dari pengetahuan/tingkat pendidikan, harapan seseorang untuk
menikmati pendidikan selama 4,42 tahun dan rata-rata lama sekolah 2,06 tahun.
5. Bila dilihat dari standar hidup, rata-rata pengeluaran riil perkapita pertahun
penduduk Kabupaten Pegunungan Bintang pada tahun 2015 sebesar Rp
5.176.465,-.
BPS Provinsi Papua. Daerah Dlam Angka Provinsi Papua 2015. Jayapura.
BPS Provinsi Papua. Profil Tenaga Kerja dan Keadaan Tenaga Kerja Provinsi Papua
2015. Jayapura.
BPS, UNDP, dan Bappenas. 2001. Indonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001.
Jakarta: BPS.
BPS. 2015. Indeks Pembangunan Manusia Metode Baru. Direktorat Analisis dan
Pengembangan Statistik. Jakarta.
BPS. 2015. Bahan Sosialisasi IPM Metode Baru. Sosialisasi 14 Juli 2015, Jakarta.
SMERU. Dampak Desentralisasi dan Otonomi Daerah Atas Kenerja Pelayanan Publik.
2002. Jakarta.
Todaro, M.P., Stephen C.S. 2003. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. (Jilid 1 dan
2, Terjemahan Haris Munandar). Jakarta : Erlangga.