Anda di halaman 1dari 113

Berikut ini adalah versi HTML dari berkas

http://psda.jabarprov.go.id/data/arsip/PT%2002%202010.pdf.
G o o g l e membuat versi HTML dari dokumen tersebut secara otomatis pada saat menelusuri web.

Page 1

STANDAR PERENCANAAN
IRIGASI
PERSYARATAN TEKNIS
BAGIAN
PEMETAAN TOPOGRAFI
PT 02
Page 2
PENGANTAR
Standar Perencanaan Irigasi yang telah ditetapkan tahun 1986 dan
disusun dalam 3(tiga) kelompok yaitu Kriteria Perencanaan,
Gambar Bangunan Irigasi, Persyaratan Teknis sejak tahun 2007
dilakukan penyesuaian Standar Perencanaan Irigasi yang
diprogamkan 3(tiga) tahun anggaran dengan alasan sebagai berikut
:
Umur berlakunya Standar Perencanaan Irigasi sudah 20 thn
(dari tahun 1986 s/d thn 2006)
Bertambahnya type bendung (diantaranya bendung karet,
bendung tyroll)
Berkembangnya teknologi alat survei yang umumnya sudah
digital (diantaranya alat pengukur debit sungai/saluran, alat
survei topografi)
Perubahan sosial budaya masyarakat
Perubahan daerah tangkapan air (catchmen area)
Ketentuan standar lama tidak sesuai lagi
Berubahnya peraturan dan kebijakan
Kriteria Perencanaan tetap tidak berubah terdiri dari 7 (tujuh) bagian atau 7(tujuh) buku
yang berisikan Kriteria Perencanaan Teknis untuk Perencanaan Irigasi (system planning),
Perencanaan Bangunan Irigasi Jaringan Utama, Sekunder, Tersier, Parameter Bangunan,
dan Standar Penggambaran.

Page 3
Gambar Bangunan Irigasi tetap tidak berubah terdiri dari 2 (dua) bagian atau 2 (dua) buku
yaitu Type Bangunan Irigasi yang berisi kumpulan gambar-gambar sebagai contoh
informasi yang akan memberikan gambaran bentuk dan model bangunan dan Standar
Bangunan Irigasi yang berisi kumpulan gamba-gambar bangunan yang telah distandarisasi
serta langsung dapat digunakan.
Persyaratan Teknis tetap tidak berubah terdiri dari 4 (empat)
bagian atau 4 (empat) buku yang berisi minimal syarat-syarat
teknis harus dipenuhi dalam pembangunan irigasi.
Salah satu dari 4 (empat) bagian atau 4 (empat) buku persyaratan
teknis yaitu Bagian Pengukuran Topografi dilakukan penyesuaian
dengan alasan sebagai berkut :
Perubahan judul
Menggabungkan beberapa pekerjaan pemetaan yang
sejenis
Perubahan produk umumnya sudah digital
Perubahan dan penyesuaian alat ukur yang digunakan
Penggambaran tidak lagi manual
Meskipun persyaratan teknis Bagian Pemetaan Topografi dengan
batasan dan syarat yang tertuang dalam tiap bagian buku siap untu
digunakan perencana irigasi, namun demikian dalam penerapannya
masih memerlukan kajian teknis dari penggunanya, dengan
demikian siapapun yang menggunakan persyaratan teknis Bagian
Pemetaan Topografi ini tidak lepas dari tanggung jawab sebagai

Page 4
perencana irigasi dalam merencanakan pembangunan irigasi yang
aman dan memadai.
Setiap masalah di luar batas-batas dan syarat atau dalam batas-
batas dan syarat persyaratan teknis Bagian Pemetaan Topografi
mempunyai tingkat kesulitan dan kepentingan , harus dipecahkan
dengan tenaga ahli khusus dan atau melaui konsultasi dengan
Direktotat Irigasi Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Departemen
Pekerjaan Umum sebagai pembina.
Semoga persyaratan teknis Bagian Pemetaan Topografi dapat
bermanfaat dan memberikan sumbangan dalam pengembangan
irigasi di Indonesia, kami mengharapkan langsung kritik dan saran
untuk perbaikan kesempurnaan persyaratan teknis Bagian
Pemetaan Topografi.
Jakarta,
Desember
2007
Direktur Irigasi

Page 5
DAFTAR ISI
BAGIAN PEMETAAN TOPOGRAFI
SUB BAGIAN 1
: PEMETAAN FOTOGRAMETRIS
SUB BAGIAN 2
: PEMETAAN TERESTRIS
SUB BAGIAN 3 :
PEMETAAN TRASE RENCANA SALURAN DAN LOKASI
KHUSUS
SUB BAGIAN 4
: PEMETAAN SUNGAI DAN LOKASI
BENDUNG

Page 6
SUBBAGIANI
PEMETAAN FOTOGRAMETRIS
Page 7
DAFTAR ISI
PEMETAAN FOTOGRAMETRIS
1. IKHTISAR PEKERJAAN
1.1 Umum .......................................................................
1.2 Ruang Lingkup Pekerjaan ...........................................
1.3 Basis Survei ...............................................................
2. HASIL DAN DATA YANG DISERAHKAN KEPADA PEMILIK PEKERJAAN
3.
PEMOTRETAN UDARA VERTIKAL
3.1 Rencana Penerbangan ..............................................
3.2 Pemasangan Premark (Tanda Kenal) ..........................
3.3 Persyaratan Teknis Kamera .......................................
3.3.1 Kalibrasi .......................................................
3.3.2 Filter ............................................................
3.3.3 Lebar Kamera ...............................................
3.4 Daerah Pemotretan dan Penerbangan ........................
3.4.1 Tinggi dan Arah Terbang ................................
3.4.2 Luas Daerah Pemotretan ................................
3.4.3 Kondisi Pemotretan ........................................
3.4.4 Pesawat dan Awak Pesawat (crew) .................
3.5 Mutu Film dan Negative ............................................
3.5.1 Film Udara ....................................................
3.5.2 Exposure .......................................................
3.5.3 Pemrosesan Foto Udara .................................
3.5.4 Mutu Negative ...............................................
3.6 Mutu Diaspositif Digital .............................................

Page 8
3.7 Kualitas Fotogrametris ..............................................
3.8 Dokumentasi dan Anotasi ..........................................
3.9 Pencetakan dan Foto Indek .....................................
4.
TITIK KONTROL TANAH
4.1 Desain Jaringan Titik Kontrol .....................................
4.1.1 Kelengkapan Receiver GPS ..............................
4.1.2 Rencana Jaringan ...........................................
4.2 Pemasanaga Benchmark ..........................................
4.3 Metode Pengamatan dan Pengukuran ........................
4.3.1 Pengamatan GPS ...........................................
4.3.2 Pengukuran Sipat Datar ..................................
4.3.3 Pengukuran Titik Rincik ..................................
4.3.4 Identifikasi Lapangan .....................................
4.4 Pencatatan,Reduksi dan Pemrosesan Hasil Lapangan ...
4.4.1 Pencatatan ....................................................
4.4.2 Reduksi .........................................................
4.4.3 Pemrosesan ..................................................
5. TRIANGGULASI UDARA
5.1 Persiapan Trianggulasi Udara ......................................
5.2 Pemilihan Titik Model dan Pemberiann Tanda ...............
5.3 Pemindahan dan Penandaan Titik Kontrol ....................
5.4 Pembuatan Diagram Foto ...........................................
5.5 Penentuan Koordinat Fotogrametri ..............................
5.6 Perataan Blok ............................................................
6. PEMROSESAN PETA FOTO DIGITAL

Page 9
6.1 Peralatan dan Bahan .................................................
6.2 Scanning Foto Udara .................................................
6.3 Digital Elevasi Model(DEM) ........................................
6.4 Proses Ortofoto Digital ..............................................
6.4.1 Georeferencing ................................................
6.4.2 Orofoto Digital .................................................
6.5 Mosaik (Perakitan) ....................................................
6.6 Kartografi Digital ......................................................
6.7 Pengecekan Ketelitian Peta Foto Digital ......................
7. INFORMASI TITIK TINGGI DAN KARTOGRAFI
7.1 Informasi Titik Tinggi ................................................
7.2 Titik Rincik dan Penumpangan Kontur(Contour overlay)
dan Kontur Fotogrametri ...........................................
7.3 Penggambaran Halus Titik Rincik dan Kontur ..............
7.4 Penulisan nama,Bencmark dan Grid ...........................
8. TATA LETAK PETA FOTO DIGITAL SKALA 1 : 5.000 DAN
SKALA 1 : 20.000
8.1 Peta Orofoto Skala Digital 1 : 5.000 ............................
8.2 Peta Foto Digital Skala 1 : 20.000 .............................
9.
PEMROSESAN PETA GARIS DIGITAL
Interprestasi Foto Udara ...................................................
Identifikasi Lapangan ........................................................
Digital Stereo Ploting ........................................................
Kartografi Digital ..............................................................

Page 10
10. TATA LETAK PETA GARIS SKALA 1: 5.000 DAN SKALA 1: 20.000
Peta Garis Digital Skala 1:5.000 ........................................
Peta Garis Digital Skala 1:20.000 ......................................

Page 11
1. IKHTISAR PEKERJAAN
1.1. Umum
Pemotretan Udara dilaksanakan dalam posisi Vertikal dimana sebelumnya
sudah terpasang Premark (Tanda Lapangan) di atas tanah untuk kontrol
Triangulasi Udara dengan ukuran dan interval jarak Premark yang sudah
ditentukan, hasil Foto Udara Stereoskopis skala 1 : 10.000 pankhromatis
hitam putih dengan pertampalan ke muka 60 % dan ke samping 30
%, kamera yang digunakan kamera metrik yang memiliki jarak fokus
yang sudah di kalibrasi antara 151 mm-152 mm, batas daerah
pemotretan udara sesuai dengan yang sudah ditentukan oleh pemilik
pekerjaan dan negatif film milik Pemilik Pekerjaan.
Foto Udara Stereoskopis digunakan untuk peta Ortofoto atau peta Garis
skala 1 : 5.000 yang kegiatannya meliputi pemasangan Benchmark
(Benchmark) untuk kebutuhan Perencanaan Irigasi dengan ukuran dan
interval jarak Benchmark yang sudah ditentukan. Seluruh Benchmark dan
Premark di ukur langsung di lapangan melalui pengamatan GPS dengan
ketelitian Orde 3 (tiga), pengukuran harus terikat kepada titik tetap
kepunyaan Bakosurtanal. Tahap berikutnya pekerjaan Triangulasi Udara
memperbanyak titik kontrol minor untuk orientasi foto udara yang
dilanjutkan dengan pemrosesan ortofoto skala 1 : 5.000 dan skala 1 :
20.000.
Pelaksana pekerjaan harus mempergunakan segala peralatan dan
perlengkapan serta bahan-bahan yang memenuhi syarat teknis.
1.2. Ruang Lingkup Pekerjaan
Pemetaan Ortofoto skala 1 : 5.000 dan skala 1 : 20.000 meliputi kegiatan-
kegiatan sebagai berikut :

Page 12
1)
Pemasangan Premark (Tanda Lapangan)
2)
Pemotretan Udara Vertikal
3)
Pemasangan Benchmark (Benchmark )
4)
Pengukuran Titik Kontrol Tanah
5)
Pengukuran Titik Rincik Ketinggian
6)
Triangulasi Udara
7)
Pemrosesan Ortofoto
8)
Kontur Fotogrametri
9)
Reproduksi Kartografi
10) Hasil Akhir Peta Ortofoto
11) Pemrosesan Peta Garis
1.3. Basis Survei
Peta yang dibutuhkan untuk menetapkan jalur terbang Peta Rupa Bumi
Skala 1 : 50.000 atau Skala yang lebih besar Bakosurtanal.
Referensi yang digunakan sebagai titik ikat pengukuran koordinat (x,y)
dan pengukuran tinggi (z) menggunakan titik tetap Bakosurtanal.
2. HASIL-HASIL DAN DATA-DATA YANG HARUS DISERAHKAN
KEPADA PIHAK PEMILIK PEKERJAAN
Seluruh hasil-hasil dan data-data diperiksa oleh
pengawas pekerjaan dan diserahkan kepada pihak
pemilik pekerjaan sebagai berikut :
A. Hasil dan data Pemotretan Udara
1. Semua negatif potret udara dalam tabung plastik
2. 1 (satu) set diapositif tiap-tiap negatif foto udara
3. 3 (tiga) set foto udara hitam putih pada kertas double-weight

Page 13
4. 3 (tiga) set foto indeks berskala 1 : 50.000 diatas kertas transparan,
dimana dijelaskan baik posisi setiap jalur terbang maupun hubungan
foto satu dengan yang lainnya.
5. 6 (enam) salinan laporan akhir yang isinya menyangkut penerbangan
harian, kemajuan kerja, sertifikat kalibrasi kamera dan laporan
mengenai hasil uji foto udara.
6. 3 (tiga) set daftar beserta keterangan mengenai lokasi dan koordinat
semua titik dengan tanda kenal.
B. Hasil dan data Ortofoto
1) 3 (tiga) set peta digital ortofoto skala 1 : 5.000 dengan kontur selang
0,5 m dan titik-titik tinggi (spot heights) dan softcopy dalam vcd/dvd.
2) 2 (dua) set peta digital ortofoto dengan selang kontur tiap 5 meter,
skala 1 : 20.000.
3) 1 (satu) peta digital skala 1 : 50.000 yang mencantumkan semua
benchmark dengan jalur sipat datar utama dan sekunder.
4) Peta digital ortofoto yang asli dan penggambaran halus kontur dan
overlay titik tinggi dalam bentuk vcd/dvd.
5) Semua foto asli dan satu set fotokopi semua pekerjaan pengamatan
dan pengukuran dan perhitungan diberi indeks dijilid dan dilengkapi
dengan keterangan/referensi.
6) Daftar koordinat dari benchmark yang dibuat lengkap dengan data
pilar triangulasi yang digunakan sebagai titik ikat.
7) Gambaran letak titik-titik secara lengkap, termasuk elevasinya,
koordinat-koordinat dan dua foto dari semua pilar yang digunakan.
8) 1 (satu) set foto perbesaran dengan skala 1 : 5.000 yang sudah
digunakan selama pengukuran titik rincik ketinggian di lapangan.

Page 14
C. Hasil dan Data Peta Garis Digital
1) 3 (tiga) set peta garis digital skala 1 : 5.000 dengan kontur selang
0,5 m dan titik-titik tinggi (spot heights) dan softcopy dalam vcd/dvd.
2) 2 (dua) set peta garis digital dengan selang kontur tiap 5 meter, skala
1 : 20.000.
3) 1 (satu) peta digital skala 1 : 50.000 yang mencantumkan semua
benchmark dengan jalur sipat datar utama dan sekunder.
4) Peta garis digital yang asli dan penggambaran halus kontur dan
overlay titik tinggi dalam bentuk vcd/dvd.
5) Semua foto asli dan satu set fotokopi semua pekerjaan pengamatan
dan pengukuran dan perhitungan diberi indeks dijilid dan dilengkapi
dengan keterangan/referensi.
6) Daftar koordinat dari benchmark yang dibuat lengkap dengan data
pilar triangulasi yang digunakan sebagai titik ikat.
7) Gambaran letak titik-titik secara lengkap, termasuk elevasinya,
koordinat-koordinat dan 5 (lima) foto dari semua benchmark yang
digunakan.
8) 1 (satu) set foto perbesaran dengan skala 1 : 5.000 yang sudah
digunakan selama pengukuran titik rincik ketinggian di lapangan.
3. PEMOTRETAN UDARA
Pemotretan Udara dilaksanakan dalam posisi vertikal yang meliputi
kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Rencana Penerbangan
b. Pemasangan Premark (tanda kenal)
c. Persyaratan Teknis Kamera
d. Daerah Pemotretan dan Penerbangan
e. Mutu Film dan Negative

Page 15
Ketentuan pemotretan udara harus mengikuti ketentuan dibawah ini :
3.1. Rencana Penerbangan
Rencana penerbangan harus dibuat untuk menetapkan jumlah jalur,
jumlah foto udara, dan arah pemotretan sesuai dengan ketentuan
dibawah ini :
1) Arah jalur penerbangan pemotretan udara
Arah jalur terbang yang akan dilakukan yaitu Timur-Barat atau Utara-
Selatan.
Rencana jalur terbang dengan arah jalur penerbangan tersebut di atas
harus dimasukkan dan digambar dalam usulan teknis pada peta rupa
bumi skala 1 : 250.000 atau lebih besar.
2) Pemotretan Pada Satu Jalur
Masing-masing jalur terbang harus dipotret secara berurutan dan
setiap jalur terbang harus tercakup dalam 1 kali penerbangan
/pemotretan.
Terputusnya pemotretan dalam satu strip diperbolehkan apabila
kondisi cuaca memang tidak memungkinkan untuk melanjutkan
pemotretan atau dikarenakan mengubah tinggi terbang untuk
penyesuaian skala.
3) Awal dan Akhir Pemotretan
Setiap awal dan akhir pemotretan untuk masing-masing jalur terbang
harus mencakup minimum 2 exposure di luar batas area yang
dipotret.
3.2. Pemasangan Premark (Tanda Kenal)

Page 16
1) Pemasangan premark untuk kontrol triangulasi udara dengan cara
premarking (signalisasi) atau identifikasi foto hingga kerapatan dan
ketelitiannya cukup untuk dapat mencapai ketelitian yang telah
ditentukan. Lihat pada Gambar 3.4.
2) Pemasangan premark atau signalization harus dipasang sesuai dengan
kebutuhan Triangulasi Udara dengan cara PAT-M atau PAT-B sehingga
bayangannya dapat terlihat jelas dalam foto udara dan mudah
mengidentifikasikannya dengan alat Stereo Ploter.
3) Pemasangan Premark mengikuti ketentuan berikut :
Sebelum pemotretan udara dimulai harus dipasang Premark dalam
bentuk Tugu dengan interval 6-8 km yang melingkupi daerah
pemetaan atau dengan interval 4 (empat) sampai dengan 6 (enam)
basis foto udara sepanjang jalur terbang dan pada side lap di awal
dan akhir yang tegak lurus jalur terbang serta ditempatkan minimal
pada tugu yang terdistribusi secara merata di tengah wilayah
pemotretan udara.
Tugu dipasang Premark berbentuk palang dengan ukuran keseluruhan
4 m dan lebar lengan 0,60 m yang sesuai gambar 3.2 dan juga plastik
berwarna putih atau orange.
Premark dipasang sama dengan ketinggian tanah, daerah terbuka,
sehingga keadaan antara premark dan lingkungan menjadi kontras.
Deskripsi Tugu yang menjelaskan lokasi dilapangan dan nomor Tugu
sebanyak 5 (lima) kali dengan posisi 4 (empat) mata angin dan 1
(satu) dari atas.
4) Apabila ternyata premark tidak ditemui didaerah-daerah yang
dimaksud didalam foto udara, maka lakukan identifikasi foto dengan
ketentuan berikut :
Diperlukan 3 (tiga) titik (x,y) dan 2 (dua) titik(z) yang ada di foto,

Page 17
foto-foto tersebut detail-detailnya harus jelas, kontras yang tinggi,
daerah terbuka datar dengan tekstur yang baik, dan tidak terdapat
gangguan bayangan.
Jika memungkinkan, titik-titik foto akan ditempatkan pada sisi yang
berhimpitan pada jalur-jalur yang berdampingan, asalkan kualitas titik
harus memenuhi syarat, titik-titik tersebut harus jelas terlihat pada
semua foto yang bersangkutan.
Sketsa serta keterangan yang jelas mengenai titik tersebut dibuat
pada saat identifikasi (lihat Gambar.3.6). Ini meliputi nomor titik foto,
nomor foto udara, hubungan antara titik ke detail sekelilingnya dan ke
titik utama, radius permukaan tanah rata di sekitar titik, arah utara,
tanggal dan juga nama dan tanda tangan juru ukur.
Jika titik-titik tinggi dan denah dipisahkan, hal ini harus dinyatakan
secara jelas pada foto dan penjelasannya.
Titik-titik foto yang bersangkutan ditandai secara jelas pada bagian
belakang foto (dapat dilakukan dengan menggunakan jarum) dan,
diberi nomor titik foto, tanggal identifikasi dan juga nama dan tanda
tangan juru ukur.
5) Apabila titik kontrol foto identifikasi tidak berada dalam jalur
benchmark maka hubungan ke benchmark dapat dilakukan dengan
pengukuran sudut dan jarak antara, sedangkan titik-titik tinggi
digunakan jaringan tertutup sipat datar.
6) Tugu-tugu diukur berdasarkan pengamatan receiver GPS dan harus
dipasang ditempat terbuka yang memungkinkan receiver GPS
menerima langsung signal satelit GPS dengan ketinggian 15 derajat di
atas horizon.
3.3. Persyaratan Teknis Kamera

Page 18
1) Kamera yang digunakan adalah tipe presisi yang konstruksi lensanya
menghasilkan citra dengan distrosi tidak melebihi 15 mikrometer,
kecuali untuk sudut-sudut format foto. Film selama exposure harus
dalam keadaan posisi mendatar untuk menjaga agar fokus tetap
tajam dan memperkecil distorsi citra.
2) Format negatif harus 230 x 230 mm dan jarak fokus lensa yang dipakai
adalah antara 151,00 mm sampai dengan 155,00 mm.
3) Panel data-data kamera harus dicatat secara fotografis pada masing-
masing pengambilan foto (exposure), jam harus cocok dengan waktu
setempat dan altimeter harus disetel agar cocok dengan altimeter
yang dikalibrasi.
3.3.1. Kalibrasi
1) Setiap unit optik kamera yang akan digunakan selama survei harus
sudah dikalibrasi tanpa menggunakan filter dan tetap diuji, serta telah
disetujui oleh badan kalibrasi yang ditunjuk oleh pabrik pembuat
kamera tersebut. Sertifikat tersebut harus dianggap mempunyai masa
berlaku satu tahun, dan apabila ada kamera yang dipergunakan di
luar masa berlaku tersebut, hasil fotonya adalah menjadi tanggung
jawab Pelaksana Pekerjaan yang bersangkutan.
2) Sertifikat kalibrasi kamera dipegang oleh Pelaksana Pekerjaan dan
sebelum dimulainya pemotretan udara harus diserahkan kepada
pemberi pekerjaan.
3) Sertifikat tersebut memuat data-data sebagai berikut :
a. Surat tanda kalibrasi
Kamera udara yang digunakan sudah dikalibrasi dengan tanda surat
kalibrasi.
b. Informasi kalibrasi kamera udara
Page 19

Nama pelaksana dan tanggal saat kalibrasi.

Nomer seri lensa.

Kalibrasi panjang fokus kamera dengan toleransi akurasi 0,005 mm.

Distorsi radial kamera udara tidak boleh melebihi 0,005 mm pada


setiap posisi diagonal dari pusat lensa ke masing-masing tepi.
Pembagian posisi dari pusat lensa disetiap tepi adalah selang 5 atau
7.
Kesalahan jarak antara kedua tanda tepi (fiducial mark) yang bersisian
tidak melebihi 0,010 mm.
Kesalahan sudut antara kedua garis diagonal yang menghubungkan
kedua tanda tepi (fiducial mark) dengan pusat lensa tidak boleh
melebihi 10 busur (10 second of arc).
Kesalahan sudut pusat autocollimation tidak boleh melebihi 10 busur
(10 second of arc).
c. Hasil Test Kamera Udara
Kenampakan resolusi lensa sepanjang garis diagonal baik untuk posisi
radial dan tangensial mempunyai selang 5 atau 7.
Waktu efektif dan efisien untuk kecepatan bukaan lensa, dipasang
(diset) pada posisi nilai maksimum, menengah dan minimum.
Informasi kedataran pelat bidang fokus.
Keseragaman penyinaran sepanjang kedua diagonal bidang negatif
film harus merata (uniform).
3.3.2. Filter
1) Filter optik yang harus dipergunakan hanyalah filter bikinan pabrik
yang bersangkutan, atau yang memenuhi spesifikasi optik yang telah
disetujui.

Page 20
2) Pemilihan filter yang cocok digunakan untuk mengatur penerangan
relatif dari bagian tengah kebagian tepi-tepi bidang titik api kamera.
3.3.3. Lebar Kamera
1) Sebelum pemotretan setiap lebar kamera (camera window) yang akan
dipakai harus diperiksa oleh lembaga kalibrasi, untuk menjamin
bahwa tidak akan terjadi efek yang merugikan resolusi dan distorsi
lensa, dan bahwa lebar kamera tersebut benar-benar bebas dari
guratan-guratan, goresan-goresan dan ketidakserasian lainnya.
2) Lebar kamera tersebut harus dipasang dalam bahan peredam getaran
untuk menghindari tekanan-tekanan mekanis pada lebar kamera.
3) Kamera harus dipasang dalam suatu bantalan yang meredamkan efek
getaran Pesawat terbang.
Daerah Pemotretan dan Penerbangan
Daerah pemotretan dan penerbangan meliputi
ketentuan tinggi dan arah terbang, luas daerah
pemotretan, dan kondisi-kondisi selama pemotretan.
Tinggi dan Arah Terbang
1) Tinggi terbang diatas permukaan tanah rata-rata harus dicapai oleh
Pelaksana Pekerjaan agar dapat mencapai skala foto sekitar 1 :
10.000.
Foto yang menyimpang 5 % dari persyaratan yang telah disepakati,
setelah mempertimbangkan variasi relief, bisa ditolak oleh Pemberi
Pekerjaan.
2) Jalur-jalur arah penerbangan harus dari Timur ke Barat, atau Utara-
Selatan kecuali jika ada persetujuan lain dari Pemberi Pekerjaan.
Pelaksana Pekerjaan harus memberikan salinan rencana

Page 21
penerbangannya kepada Pemberi Pekerjaan untuk disetujui sebelum
penerbangan dimulai.
3.4.1. Luas Daerah Pemotretan
1) Daerah pemotretan sesuai dengan rencana arah terbang.
2) Pertampalan muka dan samping yaitu antara exposure yang
berurutan dalam setiap strip adalah 60 % dengan toleransi 5 % dan
pertampalan sisi antar strip-strip foto yang berdampingan adalah 30
% dengan toleransi 5 %.
Jika ketinggian tanah dalam daerah pertampalan menyimpang lebih
dari 10% terhadap ketinggian penerbangan. Maka suatu variasi yang
wajar masih diizinkan dalam pertampalan-pertampalan yang
disebutkan, asalkan selalu pertampalan muka dan samping tidak
kurang dari 55 % dan pertampalan samping tidak kurang dari 25 %.
3) Jika strip memotong baris pantai pada sudut tegak lurus, atau sudut
miring, maka pertampalan di tambah sampai nominal 90, tergantung
dari hambatan yang berasal dari siklus waktu kamera.
4) Apabila jalur terbang berarah sejajar dengan garis pantai, maka perlu
diatur posisi jalur-jalur tersebut sedemikian sehingga areal potret
yang mencakup muka laut diusahakan sekecil-kecilnya, agar daratan
terpotret sebesar-besarnya, yaitu dengan cara mengatur lebar jalur
terbang tersebut dengan batasan-batasan sampai dengan 10 %.
5) Semua garis-garis foto harus ditempuh dengan jalur terbang yang
tidak terputus-putus. Apabila perlu memutus garis dan kemudian
meneruskannya lain waktu, maka kedua bagian garis itu harus
bertampalan pada titik putus tersebut dengan sekurang-kurangnya
dua model stereoskopis.

Page 22
6) Gerak sedat (crab) tidak diperkenankan melebihi sudut 5 derajat.
Apabila diukur, dari garis basis yang bersangkutan dengan garis-garis
yang sejajar dengan kerangka negatif, sehingga tidak menimbulkan
kesenjangan stereoskopis dalam hal pemotretannya.
Kemiringan biasanya tidak boleh melebihi 2. Exposure terisolasi
dengan kemiringan sampai 40, diperbolehkan apabila cuaca sangat
buruk.
Kondisi Pemotretan
1) Awan, bayangan awan tebal atau asap tidak boleh terdapat diatas titik
utama foto atau homologusnya pada foto-foto yang berdekatan.
Demikian juga tidak boleh terdapat gumpalan awan, bayangan awan
tebal atau asap menutupi lebih dari 3 % dari daerah negatif
seluruhnya. Juga tidak boleh terdapat suatu kumpulan awan,
bayangan awan tebal dan asap yang menutupi lebih dari 5 % dari
daerah negatif seluruhnya.
2) Pemotretan udara hanya diadakan dalam keadaan sedemikian rupa
sehingga penglihatan tidak secara fisik merusak intensitas warna
(tone) reproduksi di dalam negatif.
3) Pemotretan dapat diterima jika ketinggian matahari melebihi 25
derajat.
3.5.
Mutu Film dan Negative
Mutu Film dan negative meliputi ketentuan kualitas
film, kecepatan dan pergerakkan exposure, tipe filter,
kualitas pemrosesan, mutu negative, kualitas
fotogrametris, dokumentasi dan anotasi.

Page 23
3.5.1.
Film Udara
1) Tipe film udara yang harus digunakan di dalam kontrak adalah
Pankromatik hitam putih, khusus untuk pemotretan udara, bahan
dasar yang stabil, dan belum melewati batas masa kadaluarsa. Film
harus dijaga dan disimpan dalam tabung plastik sesuai dengan
anjuran pabrik.
2) Ketebalan dasar tidak boleh kurang dari 0,1 mm dan mempunyai
format lebar 24,1 cm.
3) Stabilitas dimensional dasar harus sedemikian rupa sehingga dalam
suatu negatif panjang dan lebar antara fiducial tidak boleh berada
lebih dari 0,3 % dari ukuran-ukuran yang sama yang diambil pada
kamera, dan bahwa perbedaan antara ukuran-ukuran tersebut tidak
melebihi 0,04 %.
4) Harga bersih kabut tidak boleh melebihi D 0,2 atau D 0,4 diatas
densitas penunjang ketika sepenuhnya diproses di dalam developer D
19 pada suatu 200 C selama 10 menit, diaduk terus menerus.
Densitas 0,4 hanya berlaku untuk film dengan kecepatan lebih dari
250 ASA (Affective Aerial Film Speed).
3.5.2.
Exposure
1) Kecepatan shutter harus memenuhi ketentuan-ketentuan baik gerakan
citra minimal maupun aperture lensa optimal untuk kondisi-kondisi
iluminasi yang berlaku.
2) Gerakan citra biasanya tidak boleh melebihi 30 mikrometer, tetapi jika
kurang terdapatnya cahaya, gerakan citra sampai 90 mikrometer
dapat diterima.
3) Filter yang dipakai harus memberikan tone reproduksi optimal.

Page 24
3.5.3.
Pemrosesan Foto Udara
1) Peralatan yang dipakai pemrosesan adalah alat otomatis harus
mampu mencapai kualitas negative yang disyaratkan tanpa
menyebabkan distrorsi film.
2) Kandungan thiosulphate residual dari film yang telah diproses tidak
boleh melebihi 2,0 mikrogram mikrogram per cm.
3) Pengeringan film dilakukan tanpa mempengaruhi stabilitas
dimensinya.
4) Seluruh negatif yang diproses harus bebas dari lepuh-lepuh,
gelembung-gelembung, batasan-batasan, garis-garis lapisan, tekanan
atau tanda-tanda statis bekas-bekas jeruji, lubang-lubang kecil,
goresan-goresan ringan, coretan-coretan ringan, noda-noda dan
tanda-tanda pengeringan.
3.5.4. Mutu Negative
Densitas, kekontrasan warna dan tidak adanya
bayangan kabut harus diusahakan sedemikian rupa
sehingga jenis-jenis kertas yang ada di pasaran
(termasuk Log, E dari 0,6-1,6) dapat dipakai untuk
pencetakan yang dapat memberikan kejelasan
terhadap detail-detail lokasi yang dibutuhkan baik segi
sinarnya maupun segi bayangannya.
2) Tingkat kabut negatif biasanya tidak boleh melebihi densitas D 0,2
jika diukur didaerah yang bebas dari detail citra. Apabila harga
densitas kabut lebih bebas dari D 0,4 maka hal ini dapat diterima
apabila sifat film-film yang dipakai mempunyai nilai kecepatan nominal
lebih dari 250 ASA.

Page 25
3) Detail bayangan minimum terbaik biasanya tidak boleh kurang dari
densitas bersih D 0,2 diatas base/dasar ditambah harga kabut seperti
yang dijelaskan dalam pasal 4.52 diatas. Bagaimanapun juga densitas
minimum harus berada di bawah D 0,1 dan diatas dasar, ditambah
harga kabut.
4) Densitas maksimum dalam daerah-daerah penting pada negatif tidak
boleh melebihi D 1,5 diatas dasar, lain halnya pada daerah-daerah
berefleksi tinggi dimana densitas maksimum D 2,0 dapat dibenarkan.
5) Semua tanda-tanda tepi (fiducial marks) harus terlihat jelas pada
setiap negatif.
6) Panel peralatan kamera harus terlihat jelas pada setiap negatif yang
sudah diproses seperti nomer foto, nomor kamera, tanda tepi, waktu
pemotretan, tinggi terbang, panjang focus, nivo, dan informasi
lainnya.
7) Semua negative film yang dihasilkan harus terbebas dari noda-noda
bahan kimia, goresan, dan akibat lain yang merusak citra foto itu
sendiri.
Mutu Diapositif Digital
Bahan diapositif yang dipergunakan untuk triangulasi
udara dan proses ortofoto adalah duplicating film
yang khusus untuk pembuatan diapositif dengan
ketebalan 0,18 mm dan belum melewati batas
kadaluarsa.
Kualitas tone diapositif yang dihasilkan harus uniform
dan detail yang paling terang maupun yang paling
gelap terlihat dengan jelas.

Page 26
Diapositif yang dihasilkan harus bebas dari noda
bahan kimia, cacat pada saat proses, dan goresan-
goresan.
Kualitas Fotogrametris
Pemotretan yang diperoleh harus dijamin oleh Pemilik
Pekerjaan bahwa hasilnya secara fotogrametris dapat
diterima untuk pemetaan ortofoto.
Uji coba stereo model dan dimensi negative film
udara diuraikan sebagai berikut :
1) Setelah pemrosesan negative film udara pilih satu (1) stereo-model
per lima puluh (50) model dari hasil pemotretan udara yang
mempunyai daerah terbuka yang tanahnya kelihatan disetiap posisi
agar paralaks menjadi jelas.
2) Uji coba stereo-model harus mencakup hal-hal sebagai berikut :
a. Model dipasang dalam alat restitusi analog.
b. Lakukan orientasi absolut dan relatif dengan tampakan alamiah, isi
data berikut dalam formulir.
Semua informasi yang diperlukan.
Penyetelan seluruh peralatan yang dipakai.
Posisi sejumlah besar paralaks didalam stereo-model.
Mutu resolusi model dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :
BAIK
Ulangan bacaan ketinggian konsisten, ketinggiannya,
garis besar bentuk detailnya jelas, kontrasnya baik.
SEDANG

Page 27
Ulangan bacaan ketinggian terdapat variasi, tapi
dapat diterima sejauh untuk keperluan pemetaan,
garis besar bentuk detailnya jelas.
BURUK
Kesukaran dalam membuat bacaan ketinggian yang
konstan, kontras jelek, detailnya tidak pasti.
SANGAT BURUK
Hampir tidak mungkin membuat catatan pembacaan
ketinggian, kontras tidak jelas, keadaan tidak
memungkinkan untuk mendapatkan data yang dapat
digunakan, baik untuk pemetaan garis maupun
pemetaan ortofoto.
Posisi dari tanda-tanda yang berlebihan, goresan atau
noda.
Hal-hal yang tidak terlihat yang dapat menimbulkan
kesulitan-kesulitan selama pemrosesan peta
selanjutnya termasuk pemrosesan ortofoto.
c. Jika selama diadakannya uji coba terdapat tanda-tanda
penyelesaian yang BURUK atau SANGAT BURUK, maka semua
kerangka/frame negatif film udara dimana uji coba itu dibuat
harus diperiksa dan dibuatkan suatu laporan.
3) Uji coba dimensional mencakup hal sebagai berikut :
Pilih stereo model negatif film yang asli, ukur keempat sisi dan
diagonal negative film sampai ketelitian 0,01 mm untuk
menunjukkan ketepatan fiducial mark.
4) Toleransi dimensional perbedaan antara jarak yang dikalibrasi dan
yang diukur dari setiap satu sisi tidak boleh melebihi 0,12 mm
dan/atau diukur dari setiap dua sisi tidak boleh melebihi 0,20 mm.
Page 28
5) Jika suatu uji coba menunjukkan salah satu indikasi sebagai berikut :
Sejumlah besar paralaks.
Perbedaan dimensional yang melebihi toleransi.
Resolusi/penyelesaian yang sangat buruk.
Keadaan menunjukkan foto udara tidak diterima
untuk pemetaan ortofoto, jika hasil uji coba foto
udara menunjukkan jumlah paralaks nol, data dimensi
masih di dalam batas toleransi, serta hasil tes resolusi
BAIK/SEDANG, maka hasil pemotretan yang telah
diuji coba tersebut dianggap dapat diterima.
Apabila ternyata hasil tes menunjukkan bahwa
resolusi jelek, maka pihak Pemilik Pekerjaan dapat
menolak atau menerimanya, hal ini tergantung dari
keadaan yang berlaku.
Dokumentasi dan Anotasi
1) Setiap negative foto udara diberi anotasi tinta yang mempunyai sifat
permanen sehingga tidak mudah hilang (tinta china).
2) Anotasi negative harus mengikuti tata cara anotasi Bakosurtanal
seperti contoh di bawah ini :
Anotasi per jalur terbang.
Anotasi untuk foto udara yang pertama dan yang terakhir dalam satu
jalur ditulis sebagai berikut :
ABC/D-E,FG
H/IJK/LM-N/O

Page 29
Keterangan :
A : Initial pemilik pekerjaan
B : Tahun Pelaksanaan Pemotretan
C : Nama Daerah Irigasi
D : Material yang digunakan (HP=01,PCIR=02,TC=03,HPIR=04)
E : Penggunaan produksi foto (pemetaan=PEM)
F : Arah jalur terbang (derajat)
G : Tinggi terbang pesawat diatas permukaan referensi (MSL) dalam
satuan meter
H : Provinsi daerah pemotretan
I : Nama pelaksanaan pekerjaan
J : Tanggal pemotretan udara
K : Skala foto udara
L : Nomor roll film
M : Nomor jalur terbang
O : Nomor jumlah foto dalam satu jalur
Anotasi untuk negative film setelah foto pertama
sampai sebelum foto terakhir cukup ditulis sebagai
berikut :
H/AJK/LM-N
Pencetakan dan Foto Indek
Pencetakan Foto Udara ukuran (23 x 23) cm hitam putih.
Pencetakan mini print harus dibuat mosaik untuk
keperluan pemeriksaan pertampalan kesamping dan
kemuka.

Page 30
3) Peta indek dibuat pada peta berskala 1 : 50.000 memuat gambar-
gambar jalur terbang, lokasi dan nomor urut titik utama foto udara
pertama dan terakhir pada setiap jalur, sera posisi setiap 5 (lima) foto
udara sepanjang jalur tersebut. Sumber pembuatan peta, koordinat
geografi dan proyeksi harus ditampilkan.
TITIK KONTROL TANAH
Titik kontrol tanah dalam bentuk Tugu (Benchmark)
yang ukurannya sesuai dengan ketentuan yang
berlaku membentuk jaring segitiga meliputi daerah
yang akan dipetakan, kegunaannya untuk kontrol
pemetaan dan perencanaan pembangunan irigasi
selanjutnya.
Pengukuran titik kontrol horizontal dilakukan dengan
menggunakan pengamatan receiver GPS sedangkan
untuk ketinggian tetap menggunkan level tidak
menggunakan elevasi dari pengamatan receiver GPS
karena ada perbedaan referensi.
Desain Jaringan Titik Kontrol
Pekerjaan desain jaringan meliputi kelengkapan
receiver GPS dan rencana jaringan baseline (jarak
antara benchmark) sebagai berikut :
4.1.1. Kelengkapan Receiver GPS
1) Seluruh pengamatan harus mempergunakan receiver GPS type
Geodetik yang mampu mengamati data fase.

Page 31
2) Receiver GPS yang digunakan single frekuensi (L1) namun demikian
penggunaan dual frekuensi (L1+L2) lebih diharapkan.
3) Kemampuan antena sesuai dengan kemampuan receiver GPS, tidak
boleh diperpanjang melebihi standar pabrik.
4) Hindari pengamatan receiver GPS dilokasi-lokasi pemantulan sinyal
GPS mudah terjadi seperti di pantai, danau, tebing, bangunan
bertingkat atau antena harus dilengkapi dengan Ground plane untuk
mereduksi pengaruh multipath.
5) Komponen receiver GPS harus dari merk yang sama.
4.1.2. Rencana Jaringan
1) Rencana jaringan dibuat di atas peta rupa bumi skala 1 : 50.000 atau
yang lebih besar harus menunjukkan kekuatan jaringan sehingga
syarat ketelitian dapat terpenuhi (strenge of figure).
2) Pembuatan Grid minimal 8 (delapan) titik terdistribusi secara merata
ditempatkan pada wilayah peta Ortofoto atau peta garis.
3) Jumlah baseline yang membentuk jaringan tertutup paling banyak 4
(empat) buah baseline, setiap stasiun dihubungkan dengan minimal 3
(tiga) buah baseline non-trival yang diperoleh dari minimal 2 (dua)
session pengamatan yang berbeda.
4) Tiap baseline sebaiknya terdistribusi secara seragam diseluruh
jaringan daerah pemetaan yang ditunjukkan yang relatif sama.
4.2. Pemasangan Benchmark (Tugu)
1) Benchmark diberi nomor dan ukuran sesuai dengan gambar 3.1,
setiap benchmark mewakili luas area 500 ha atau interval jarak 2-3
km.
2) Benchmark tersebut harus dipasang sesuai dengan kriteria berikut :

Page 32
(a) Benchmark-benchmark ditempatkan pada tanah keras, hindarkan di
daerah rawa, sawah, tegangan tinggi yang akan mempengaruhi
gelombang/sinyal GPS.
(b) Benchmark-benchmark harus berada pada lokasi terbuka yang bebas
pandangan ke segala arah sehingga alat penerima GPS dapat
menerima satelit kira-kira pada radius clearance 15 derajat di atas
horizon.
(c) Benchmark-benchmark harus ditempatkan direncana saluran
jaringan irigasi
(d) Benchmark tersebut tidak harus saling kelihatan
3) Semua benchmark harus dijelaskan selengkap mungkin seperti
tercantum pada gambar 3.3, antara lain mencakup :
(a) Sketsa ukuran penampang melintang benchmark yang dibuat.
(b) Lima (5) foto benchmark dari arah utara, barat, selatan, timur, dan
atas.
(c) Sketsa lokasi dengan jarak-jarak titik detail yang ada disekitar
benchmark
(d) Sketsa gambaran umum lokasi lengkap dengan deskripsi sekitarnya.
(e) Koordinat-koordinat titik benchmark akan ditambahkan pada deskripsi
apabila perhitungannya sudah selesai.
4) Titik-titik koordinat lainnya dibuat dari patok kayu yang kuat dengan
ukuran panjang sekurang-kurangnya 30 cm dengan penampang
melintang 5 x 5 cm, ditempatkan hampir rata dengan permukaan
tanah, ujungnya diberi paku sehingga mudah ditemukan, untuk tanah
yang lebih lunak dibutuhkan ukuran panjang yang lebih dari 30 cm,
patok kayu tersebut harus tahan selama pengukuran berlangsung.

Page 33
4.3. Metoda Pengamatan dan Pengukuran di Lapangan
Untuk menentukan kontrol horizontal (x,y) dilakukan
dari pengamatan receiver GPS Geodetic sedangkan
kontrol vertikal (z) di ukur dengan alat ukur Level
biasa atau Level digital.
4.3.1. Pengamatan GPS
1) Alat ukur yang digunakan minimal 3 (tiga) buah GPS Geodetic model
digital yang mempunyai ketelitian 5 mm + 1 ppm(H) dan 10 mm + 2
ppm(V).
2) Pengamatan receiver GPS Geodetic dilakukan dengan cara Double
Difference berdasarkan data fase dengan metoda Static atau Rapid
static (static singkat) dengan alat Receiver GPS single frekuensi (L1)
atau dual frekuensi (L1 + L2).
3) Kententuan pengamatan harus mengikuti ketentuan berikut :
Satelit yang diamati minimum 4 (empat) buah dalam kondisi tersebar.
Besaran GDOP (geometrical dilution of precisition) lebih kecil dari 8.
Pengamatan dilakukan siang hari atau malam hari.
Level aktifitas atmosfer dan ionosfer relative sedang.
Lama pengamatan berdasarkan panjang baseline.
Panjang
Baseline(km
)
Metoda
Pengamatan
Lama
Pengamatan(L
1)
Lama Pengamatan(L1+L2)
05
Statis
singkat
30 menit
15 menit
5 10
Statik
singkat
60 menit
30 menit
10 30
Statik
90 menit
60 menit

Page 34
4) Pengamatan GPS dengan data fase digunakan dalam model
penentuan posisi relatif untuk menentukan komponen baseline antara
dua titik, memastikan bahwa semua receiver melakukan pengamatan
terhadap satelit-satelit yang sama secara bersamaan, mengumpulkan
data dengan kecepatan dan epoh yang sama.
5) Setiap receiver GPS harus dapat menyimpan data selama mungkin
dari minimum 4 (empat) buah satelit dengan kecepatan minimum 4
(empat) epoh dalam 1 (satu) menit, masing-masing 15 (lima belas)
detik.
6) Tidak diizinkan untuk menggunakan merek dan jenis receiver GPS
yang berbeda dalam satu session.
7) Terdapat minimal 1 (satu) titik sekutu yang menghubungkan 2 (dua)
session.
8) Tidak diizinkan untuk mengamati satelit dengan elevasi dibawah 15
derajat.
7) Setelah session pengamatan seluruh data harus didownload dan
disimpan dalam sebuah CD dan dibuatkan cadangannya.
4.3.1.1. Reduksi baseline
1) Geometri dari jaringan harus memenuhi spesifikasi ketelitian dan
persyaratan strenght of figure yaitu :
a. Statistik reduksi baseline
Untuk setiap jaring orde 3 standar deviation (s) hasil hitungan dari
komponen baseline toposentrik (dN,dE,dH) yang dihasilkan oleh
software reduksi baseline harus memenuhi hubungan berikut :
N M

Page 35
E M
H 2M
dimana M = [102 + (10d)2]1/21.96 mm dan d = panjang baseline.
b. Baseline yang diamati 2 (dua) kali
- Baseline yang lebih pendek dari 4 (empat) km
Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh berbeda
lebih besar dari 0.03 m sedangkan komponen tinggi tidak boleh
berbeda lebih dari 0.06 m.
- Baseline yang lebih panjang dari 4 (empat) km
Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh berbeda
lebih besar dari 0.05 m sedangkan komponen tinggi tidak boleh
berbeda lebih dari 0,10 m
2) Seluruh reduksi baseline harus dilakukan dengan menggunakan
software processing GPS yang telah dikenal dibuat oleh agen software
atau badan peneliti ilmiah yang bereputasi baik.
3) Koordinat pendekatan dari titik referensi yang digunakan dalam
reduksi baseline tidak boleh lebih dari 10 m dari nilai sebenarnya.
4) Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi
troposfer untuk semua data pengamatan.
5) Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi
ionosfer untuk semua data pengamatan. Data dual frekuensi harus
digunakan untuk mengeliminasi pengaruh ionosfer jika ambiguiti fase
single tidak dapat dipecahkan.
4.3.1.2. Perataan Jaring
1) Perataan jaring bebas dan terikat dari seluruh jaring harus dilakukan
dengan menggunakan software perataan kuadrat terkecil yang telah

Page 36
dikenal dibuat oleh agen software atau badan peneliti ilmiah
bereputasi baik.
2) Informasi di bawah ini harus dihasilkan dari setiap perataan
- Hasil dari test Chi-Square atau Variance Ratio pada residual
setelah perataan (test ini harus dapat melalui confidence 99 %
yang berarti bahwa data-data tersebut konsisten terhadap model
matematika yang digunakan).
- Daftar koordinat hasil perataan.
- Daftar baseline hasil perataan termasuk koreksi dari komponen-
komponen hasil pengamatan.
- Analisis statistik mengenai residual komponen baseline termasuk
jika ditemukan koreksi yang besar pada confidence level yang
digunakan.
- Ellip kesalahan titik untuk setiap stasiun/titik.
4.3.1.3 Analisa
1) Integritas pengamatan jaring harus dinilai berdasarkan :
- Analisis dari baseline yang diamati 2 (dua) kali (penilaian
keseragaman)
- Analisis terhadap perataan kuadrat terkecil jaring bebas (untuk
menilai konsistensi data)
- Analisis perataan kuadrat terkecil untuk jaring terikat berorde lebih
tinggi (untuk menilai konsistensi terhadap titik kontrol)
2) Akurasi komponen horizontal jaring akan dinilai terutama dari analisis
ellip kesalahan garis 2D yang dihasilkan oleh perataan jaring bebas
3) Koordinat benchmark dari hasil pengamatan GPS disajikan dalam
system proyeksi UTM dan ellipsoid WRG 84.
Page 37
4) Tinggi benchmark hasil ukuran GPS dikoreksi terhadap besaran
undulasi (N) atau di koreksi terhadap titik MSL yang ada disekitar
lokasi.
4.3.2. Pengukuran Sipat Datar
Pengukuran sipat datar dilakukan dengan alat ukur
level automatic atau level automatic digital dengan
ketentuan sebagai berikut :
1) Sistem patok benchmark sudah terpasang sebelum dilakukan
pengukuran sipat datar, pemindahan elevasi ke benchmark yang di
buat sesudah selesainya penyipatan datar tidak akan diterima.
2) Pengukuran digunakan alat rambu ukur metrik dan tatakan rambu
yang terbuat dari metal, untuk jaring sipat datar utama digunakan alat
sipat datar digital atau non digital.
3) Setiap alat harus dicek kolimasinya (kesalahan garis bidik) setiap hari
dengan menggunakan 2 patok-uji (peg test), mid-base atau cara-cara
sejenis sampai dengan jarak 100 m, dalam metode mid-base dicari
perbedaan tinggi antara dua titik, di mana hasil ukuran disaat alat
ditempatkan di tengah harus dibandingkan dengan hasil ukuran disaat
alat ditempatkan di dekat salah satu titik.
Penyesuaian harus dilakukan apabila kesalahan kolimasinya lebih dari
0,05 mm/m. Nivo kotak dan kompensator otomatis juga harus selalu
di cek secara teratur.
Pelaksana pekerjaan harus membuat catatan lengkap mengenai
seluruh hasil pengecekan dan penyesuaian yang telah dilakukan.
4) Rambu ukur ditempatkan pada tatakan dari metal pada setiap
pengukuran (kecuali pada benchmark atau benchmark sementara).
Juru ukur harus menginstruksikan kepada pemegang rambu, agar

Page 38
rambu ukur selalu tepat vertikal dengan menggunakan stafflevel atau
carpenters level (penempatannya harus juga dicek).
5) Metode stan ganda (double-stand) pada pengukuran sifat datar tidak
boleh digunakan, jarak bidikan tidak diperkenankan lebih dari 50 m.
Bidikan ke belakang kira-kira sama dengan bidikan ke muka, untuk
menghindari kesalahan kolimasi. Tidak dibenarkan melakukan
pembidikan silang (intermediate sight).
6) Pembacaan rambu tidak boleh dilakukan melebihi 20 cm dari batas
bawah rambu dan juga 20 cm dari batas bagian atas rambu.
7) Untuk membantu pelaksanaan pengukuran titik-titik rincik ketinggian
dianjurkan agar titik tinggi sementara dipasang pada waktu
pengukuran sipat datar utama antara lain : gorong-gorong, tangga
rumah, lantai pengeringan padi, dan lain sebagainya. Titik-titik
tersebut ditandai serta dicatat secara lengkap.
8) Juru ukur harus memasukkan data-data mengenai tinggi dan
rendahnya hasil ukuran pada setiap formulir yang sudah ditentukan,
bacaan belakang, bacaan muka, beda tinggi h (+ dan -) harus
dijumlahkan. Perbedaan antara hasil bacaan belakang, dan muka
harus sama dengan hasil beda tinggi (h), hanya merupakan
pengecekan aritmatik dapat menghindarkan kesalahan yang tidak
terlihat karena data yang tidak benar.
9) Pengecekan harus dilakukan pada setiap halaman dan setiap bagian
pengukuran sipat datar, secara sistematis setiap hari, serta harus
ditandatangani oleh juru ukur yang bersangkutan.
10)Ketelitian sipat datar sebagai berkut :
Jalur utama yang pada umumnya merupakan jaring tertutup, harus
diukur dua kali yaitu pergi dan pulang. Perbedaan antara kedua harga

Page 39
untuk masing-masing seksi harus kurang dari 7 k mm, dimana k
adalah jarak dalam km antar benchmark tersebut.
Jalur sekunder yang umumnya terikat dengan titik-titik jaringan utama
untuk kontrol foto dan titik-titik ikat pengukuran rincikan cukup satu
kali dengan ketelitian 20 k mm, dimana k adalah jarak dalam km
antara benchmark atau di sekitar jalur tertutup.
4.3.3 Pengukuran Titik Rincik
Pada saat melakukan pengukuran rincikan setiap juru ukur harus
membawa foto udara yang sudah dibesarkan skalanya yaitu skala 1 :
5.000 dengan cara men-scan diapositif foto udara hasil pemotretan
dengan menggunakan scanner presisi resolusi 2400 dpl, data digital foto
udara skala 1 : 10.000 diplot menggunakan inkjet plotter pada kertas foto
dengan perbesaran 2 kali skala foto udara sama dengan 1 : 5.000.
1) Metoda Pengukuran Rincikan (titik tinggi)
i. Di daerah pengukuran yang datar titik-titik rincikan harus
diperlihatkan pada interval antara 1 cm dan 2 cm pada peta skala 1 :
5.000 yang berarti 50 m dan 100 m di lapangan, supaya perbedaan
relief dapat digambarkan lebih teliti, maka kepadatan titik-titik rincik
tersebut harus lebih diperbanyak lagi pada tempat-tempat yang
curam, terjal dan tempat-tempat yang tertutup tumbuh-tumbuhan.
ii. Setiap juru ukur diberi lembaran foto udara daerah yang ditentukan
yang sudah diperbesar mendekati skala peta 1 : 5.000, masing-
masing daerah yang diukur oleh para juru ukur harus saling
bertampalan sebesar 50 m pada daerah yang berbatasan sehingga
jumlah pertampalannya 100 m, penyebaran titik-titik rincik diperlukan
kontrol dari hasil sipat datar utama dengan mengikatkannya pada
benchmark tersebut.

Page 40
iii. Jaring-jaring perimeter sekunder perlu diukur untuk memasukkan
benchmark atau titik-titik tinggi sementara yang sudah ditetapkan
selama pengukuran sipat datar utama dan titik-titik ikat umumnya
yang terletak pada keempat sudut dari masing-masing foto
perbesaran dan akan di pindahkan ke foto-foto perbesaran lainnya
yang bersebelahan untuk menjamin kejelasan ketinggian-ketinggian
yang telah didapatkan, selanjutnya diukur garis-garis yang saling
berpotongan dari sipat datar tersebut untuk melengkapi penyebaran
titik-titik rincik.
iv. Apabila mungkin titik rincik ketinggian ditentukan posisinya secara
identifikasi langsung, pada peta pembesaran, jika hal ini tidak
mungkin untuk menentukan lokasi titik rincik digunakan tacheometri.
v. Posisi titik rincik di identifikasi sudut horizontal, jarak, dan tinggi
semuanya di catat dengan penjelasan singkat mengenai posisi titik
rincik, misalnya sawah, kampung, tanggul jalan, sungai.
vi. Identifikasi titik-titik rincik harus dicocokkan dengan sudut dan jarak
yang sudah diukur, dan apabila sudah pasti maka titik-titik tersebut
akan di anotasi dan di plot pada foto perbesaran, posisi alat dan titik-
titik yang di bidik harus di anotasikan pada foto perbesaran tersebut.
vii. Jarak lihat ke titik-titik rincik tidak boleh lebih dari 100 m (2 cm
dipeta).
viii. Untuk daerah yang luas (misalnya : hutan yang mencakup seluruh
foto perbesaran) penentuan tinggi titik rincikan harus dihubungkan
dengan jaringan utama yang secara khusus dianggap sebagai kontrol
perimeter untuk tinggi titik rincikan, panjang maksimum yang
dilakukan dengan cara tacheometri adalah 2 km (memotong satu
lembar foto perbesaran), tinggi titik dengan cara tersebut diplot pada
kertas transparan yang kemudian digabungkan dengan peta ortofoto

Page 41
apabila peta tersebut telah mencantumkan titik tinggi dan kontur.
ix. Untuk daerah kecil dimana identifikasi sukar dilakukan, penentuan titik
rincik ketinggian dapat dilakukan dengan cara tacheometri antara
titik-titik yang diidentifikasi pada perbesaran, jaring tersebut diplot
pada kertas transparan, untuk daerah yang datar pengeplotan bisa
dilakukan pada foto perbesaran kemudian dilakukan penelitian ulang
untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan hasil identifikasi atau
detail foto sehingga ketinggian titik rincik boleh dipindahkan ke foto
perbesaran, jika pada medan yang tidak teratur dimana distorsi
ketinggian dalam perbesaran sangat menyolok ketinggian titik rincik
diplot langsung ke peta ortofoto.
x. Pada kedua kasus di atas, hasil pengamatan harus dianotasi pada
lembar pengamatan sebagai Tidak Dapat Diidentifikasi. Jalur poligon
digambarkan secara kasar dan ditandai dengan garis putus-putus
pada foto pembesaran.
xi. Cara tacheometri hanya dapat digunakan untuk penentuan tinggi titik
rincik di daerah curam dan atas persetujuan pemilik pekerjaan.
2) Pengukuran Ketinggian Titik Rincik
i. Pada setiap sawah harus diukur tinggi titik rincik kira-kira jaraknya
lebih dari 50 x 50 m.
ii. Daerah pengukuran yang tidak luas selang/jarak antara tiap titik
kira-kira 75 m, daerah sawah yang kering, rambu ukur harus
ditempatkan tepat ditengahnya guna meningkatkan hasil identifikasi
dan anotasi, daerah sawah basah, rambu ukur ditempatkan di tepi
sawah tersebut (tidak di pematang), rambu ukur tidak boleh
ditenggelamkan pada tanah sawah tersebut, tetapi diletakkan setinggi
permukaan tanah sawah.
iii. Lokasi titik rincik tersebut harus diletakkan pada perbatasan antara

Page 42
kampung dan sawah, satu pada sawah yang lainnya di kampung,
apabila jalan melewati sawah maka titik rincik tersebut harus
ditempatkan satu pada jalan dan titik lainnya pada kedua sisi sawah.
iv. Rincik ketinggian akan diambil sepanjang dasar lembah baik yang
memiliki anak sungai maupun yang tidak dan pada punggung bukit
serta pada titik bukit yang teratas, seluruh jalur-jalur yang ada tempat
air mengalir harus diukur (seperti : kanal, sungai, selokan) dan
ditandai pada peta hasil pembesaran dengan tanda panah sesuai arah
alirannya.
Jika sungai dangkal dan kering titik rincik ketinggian ditempatkan di
sepanjang dasar sungai dan bagian atas tebing dengan interval 50
meter, apabila aliran sungai ternyata tidak tampak pada foto
perbesaran, ini akan diamati dengan cara tacheometri untuk
menentukan bentuk sungai, misalnya tikungan, pertemuan dua sungai
kecil.
v. Daerah rawa harus ditentukan juga titik rincik yang meliputi keliling
daerah rawa, pemegang rambu harus masuk ke rawa sampai dengan
setinggi lutut.
vi. Daerah yang berhutan lebat jalur pengukuran akan banyak terputus,
pengukuran dilakukan pada satu jalur tunggal yang diorientasikan
oleh kompas untuk menjaga keseragaman, jalur-jalur paralel berjarak
100 meter, dalam hal ini terserah pada pihak pemilik pekerjaan
berhubung pengukuran susulan bisa saja dilakukan setelah hutan
ditebang, garis-garis jalur harus bermula dan berakhir pada titik
kontrol yang sudah di ketahui, bisa pada titik yang dipakai selama
pengukuran jaring-jaring koordinat kontrol planimetri atau pada titik-
titik detail yang dapat dilihat pada foto.
vii. Pelaksana pekerjaan harus memeriksa apakah rincik ketinggian di

Page 43
lapangan sudah diamati secara memadai sesuai dengan perubahan-
perubahan elevasi antara rincik ketinggian dan detail yang
dicantumkan dalam foto udara.
viii. Ketelitian Titik Rincik Ketinggian sebagai berikut :
Seluruh perhitungan rincik ketinggian harus diselesaikan dan diperiksa
ketelitiannya sebelum dipindahkan ke foto perbesaran.
Ketinggian relatif untuk tinggi rincikan harus memenuhi ketelitian
5 cm.
Harga tinggi titik rincikan dihitung sampai dengan sentimeter, posisi
titik-titik tersebut ditandai dengan koma (titik) desimal dari harga
ketinggiannya atau koma yang terpisah dengan menggunakan tanda
panah apabila detailnya menjadi kabur karena nomor-nomor lokasi
sebelumnya.
Semua titik rincikan yang diberi nomor harus jelas sehingga
pemeriksaan yang dilakukan lewat lembar-lembar pengamatan pada
tahap berikutnya akan lebih mudah.
4.3.4 Identifikasi Lapangan
Identifikasi lapangan adalah proses pengumpulan data dari lapangan baik
untuk kelengkapan pembuatan peta ortofoto maupun peta garis,
dilaksanakan dengan membawa foto yang sudah dibesarkan skala 1 :
5.000, dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Batas Administrasi, garis batas administrasi pemerintahan (batas
provinsi, kabupaten, kecamatan, dan batas desa/kelurahan) harus di
identifikasi dimana letak garis batas harus di konfirmasi dengan
instansi pemerintah terkait, pemerintah setempat.

Page 44
2) Nama dan fungsi bangunan, semua detail bangunan harus di lengkapi
dengan data yang menyangkut fungsi bangunan/penggunaan dan
namanya antara lain :
Bangunan perkantoran baik pemerintah dan swasta.
Bangunan yang berfungsi sebagai tempat pendidikan seperti TK, SMP,
SMU dan Perguruan Tinggi.
Bangunan yang berfungsi sebagai tempat pelayanan masyarakat
seperti kantor pos, Rumah Sakit, Kantor Kecamatan/Kelurahan/Desa,
Pasar, Hotel.
Bangunan yang berfungsi sebagai tempat ibadah seperti Masjid,
Gereja, Vihara dsb.
Bangunan yang merupakan perumahan.
Nama Jalan harus jelas.
Nama Sungai dan Aliran, Danau, Bendung, Bendungan, dsb harus
jelas.
Nama Daerah Irigasi dan Rawa yang sudah ada batas-batasnya harus
jelas termasuk sumber airnya.
Pertanian yang sudah ada harus jelas batas-batasnya, sawah, ladang,
tambak, kelapa, karet, tebu dsb.
Untuk tanaman penduduk sebagai tanaman pelengkap atau tumpang
sari cukup di tulis sebagai ladang.
Kuburan, untuk area kuburan cukup di tulis kuburan tidak perlu di
tulis jenis kuburan.
Titik Kontrol, harus di identifikasi di tandai dan di catat .

Page 45
4.4 Pencatatan, Reduksi dan Pemrosesan Hasil Pengamatan di
Lapangan
Pencatatan, reduksi, pemrosesan hasil pengamatan di
lapangan harus mengikuti ketentuan di bawah ini.
4.4.1 Pencatatan
1) Pelaksana pekerjaan harus menyerahkan laporan hasil hitungan
dengan menggunakan software dari distribusi alat-alat merk apa saja
dalam bentuk softcopy VCD atau DVD.
2) Penjelasan-penjelasan yang dibutuhkan dimasukkan ke lembar
pengamatan sementara pekerjaan berlangsung, hal ini menyangkut
nama pengamat, tanggal, nomor titik, nomor alat juga penjelasan-
penjelasan lainnya seperti ketinggian alat, temperatur dan tekanan
udara, seluruh lembar data harus disertai tanggal dan tandatangan
pengamat dan orang yang telah melakukan pemeriksaan.
3) Seluruh laporan pengamatan yang dilakukan di lapangan diserahkan
kepada pihak pemilik pekerjaan, termasuk juga bagian-bagian yang
telah diulang, yang disebut terakhir ini harus ditandai dengan jelas
sehingga bisa saling dicocokkan.
4.4.2 Reduksi
1) Koordinat (x,y) perlu direduksi dan dirata-ratakan pada setiap titik dan
diperiksa apakah memenuhi toleransi yang sudah ditetapkan, reduksi
koordinat (x,y) termasuk juga koreksi bias ionosfer, troposfer,
kesalahan titik nol alat, dan koreksi faktor skala dimana dianggap
perlu.
2) Pengamatan di lapangan perlu direduksi setiap harinya lalu
ditandatangani, disertai tanggal pemeriksaan oleh pelaksana

Page 46
pekerjaan, hasil pengamatan harus disimpan dengan rapi dan diberi
nomor referensi agar mudah dicari bilamana diperlukan dikemudian
hari, bila sudah diarsipkan, hasil-hasil pengamatan itu tidak boleh
dibawa ke lapangan lagi.
4.4.3 Pemrosesan
1) Penghitungan harus dilakukan di lapangan untuk memeriksa apakah
pengamatan telah sesuai dengan standar ketepatan.
2) Untuk kontrol planimeter ini meliputi :
Pengecekan hasil penghitungan koordinat.
Pengecekan penutup koordinat tertutup.
Pengecekan azimut antara titik-titik triangulasi dan hasil pengamatan.
Penyesuaian kesalahan koordinat.
Penghitungan dari x dan y untuk mencek hasil planimetrik.
3) Untuk kontrol ketinggian kegiatan pemrosesan ini meliputi :
Pemeriksaan hasil hitungan dari Bacaan belakang, Bacaan muka,
Perbedaan tinggi (h).
Perhitungan h untuk seksi-seksi antara titik-titik tetap (benchmark)
dan kontrol foto.
Perhitungan dari tiap loop/kring.
Perataan dari loop dengan metode Dell (atau metode lainnya), agar
memperoleh ketinggian yang tepat untuk dipakai pada perhitungan
rincik ketinggian nantinya.
4) Perhitungan blok-blok pengukuran lapangan harus disesuaikan
dengan batas-batas triangulasi udara, hal ini dimaksudkan untuk
menghindari kelambatan pada tahapan selanjutnya.

Page 47
5) Apabila hasil pekerjaan lapangan telah disetujui oleh pengawas, hasil
pengamatan serta hasil hitungannya segera dikirim ke kantor
pelaksana pekerjaan untuk dilakukan perhitungan akhir.
6) Penyesuaian planimetri harus dihitung mencakup seluruh titik-titik
triangulasi yang ada di lapangan.
7) Penyesuaian titik-titik poligon harus sesuai dengan jarak, hal ini
berarti bahwa koreksi dalam koordinat simpangan timur (easting)
sama dengan:
salah-penutup dalam simpangan timur
--------------------------------------------------- x jarak akumulasi
jumlah jarak poligon seluruhnya
Hal yang sama berlaku untuk simpangan utara.
8) Seluruh hasil penghitungan, pengamatan dan informasi seperti yang
didaftar di bawah ini harus diserahkan kepada pihak Pemilik pekerjaan
untuk mendapatkan persetujuan sementara.
Urutan cara perhitungan loop atau jalur koordinat antara benchmark.
Kesalahan penutup sudut pada setiap bagian/seksi, azimut kontrol
atau azimut yang diperoleh dari loop yang berdekatan, bersama-sama
dengan jumlah titik dalam setiap seksi.
Kesalahan penutup linier x, y dari setiap loop atau jalur koordinat
antara titik-titik simpul dan kesalahan penutup fraksi yang dipilih
dengan jumlah titik.
Detail-detail hasil pengamatan yang ditolak, diragukan, tidak dipakai
lagi.
9) Setidak-tidaknya dilaksanakan perataan kuadrat terkecil asalkan
kegiatan ini tidak akan menyebabkan tertundanya proses berikutnya,
perataan lebih baik dilakukan sebelum triangulasi udara.

Page 48
5.
TRIANGULASI UDARA
Triangulasi udara adalah untuk menentukan koordinat (x,y,z) titik-titik
kontrol minor melalui fotogrametris yang kegiatannya meliputi persiapan,
pemilihan titik model, pemindahan titik model, pembacaan koordinat
model, proses perataan udara (block adjustment) dan pembuatan indek
model dimana alat yang digunakan harus salah satu jenis dari yang
disebutkan dibawah :
Plotter Analitik.
Comparator.
Alat Plotting Stereo Presisi atau
Soft Copy Photogrametri.
5.1
Persiapan Triangulasi Udara
Pekerjaan persiapan meliputi kegiatan seleksi foto udara yang paling
cocok dan pembuatan diagram foto untuk triangulasi udara dan
pembuatan ortofoto dengan ketentuan seperti dibawah ini :
1) Foto udara menunjukkan pertampalan, foto udara minimum
pertampalan ke samping 30 % dan pertampalan ke muka 60 %,
bebas dari awan, bebas dari bayangan awan sehingga menutupi detail
foto, pantulan air, hindari pertampalan ke samping dan ke muka jika
ada perbedaan gelap dan terang, hindari kesenjangan di antara foto.
2) Harus dibuat diagram foto udara diatas peta skala 1 : 50.000 dimana
dijelaskan topografi dari daerah yang bersangkutan dan batas
administrasinya.
3) Diagram foto harus menunjukkan secara grafis dan numeris hal-hal
berikut :
Kesenjangan (gap) pada foto udara
Daerah berawan

Page 49
Pertampalan lebih kecil dari 30 % (ke samping) dan 60 % (ke muka)
Titik utama, nomor foto, dan nomor jalur
Danau, sungai, garis pantai, dan rawa-rawa
Batas pemetaan yang diusulkan
Gambaran topografi lainnya
4) Diagram harus di identifikasi, diberi nomor, skala, tanggal seperti
contoh dibawah ini :
5.2
Penentuan Titik Model dan Pemberian Tanda
Titik model adalah sembarang titik yang ada di daerah pertampalan ke
muka dan ke samping dimana koordinatnya (x,y,z) didapat dari triangulasi
udara dengan cara fotogrametris, pemilihan titik model mengikuti
ketentuan berikut :
1) Setiap stereo model yang dipersiapkan untuk triangulasi udara
sekurang-kurangnya mempunyai 6 titik model yang tersebar pada
posisi yang lazim, masing-masing diberi tanda lingkaran dengan
diameter 0,75 cm dan nomor pada diapositif digital dan cetakan foto.
Titik-titik ini akan digunakan untuk menghubungkan model-model di
sebelahnya yang terdapat pada jalur yang sama. Jika ada
pertampalan sisi antar jalur yang berdampingan maka titik-titik model
harus dipilih dalam batas pertampalan sehingga terdapat suatu ikatan
antara jalur-jalur tersebut. Titik tersebut boleh dipakai untuk 2 macam
keperluan (sebagai titik penghubung dalam jalur yang bersangkutan
dan sebagai titik pengikat antara jalur-jalur) asal saja saat melakukan
pemindahan titik-titik tersebut sudah tepat.

Page 50
2) Jika perlu diadakan penyambungan jalur-jalur foto udara arah ke
samping dan ke muka, maka diperlukan pertampalan sekurang-
kurangnya terdiri dari satu stereo-model penuh.
3) Titik kontrol yang ditempatkan pada posisi yang lazim, sebaiknya tidak
digunakan sebagai titik model, jika suatu titik kontrol digunakan
sebagai suatu titik model, maka titik model ini sama sekali tidak boleh
dipindahkan selama dilakukan penyesuaian triangulasi udara.
4) Apabila mungkin titik model akan dipilih pada stereo model di
permukaan tanah pada daerah yang rata dan detailnya cukup terang
sehingga kedudukan titik tersebut dapat lebih jelas dan sebaiknya
hindari bayangan yang bertentangan.
Harus dijamin agar titik pada model yang berdampingan adalah
merupakan titik yang sama dalam penggabungan titik.
5) Jika terdapat pertampalan sisi (lateral overlap) yang berlebihan, maka
diperlukan suatu pola titik-titik model yang zigzag (saling silang)
6) Titik kontrol foto yang telah dipilih pada paper print dipindahkan pada
diapositif film dan dilanjutkan pricking model demi model yang saling
pertampalan ke muka dan ke samping, untuk ketepatan pekerjaan ini
digunakan alat pricking yaitu point transfer device Wild PUG 4 atau
yang setingkat.
7) Djarum pricking maksimum yang diizinkan untuk tanda diapositif
digital tersebut, adalah 60 mikro
8) Penomoran titik-titik model harus uniform.
9) Penomoran model-model di seluruh proyek harus dari 1 (satu) sampai
ke model N dimana N adalah sama dengan jumlah model-model
stereo yang akan diukur selama proses triangulasi udara, atau sistem
penomoran lain yang telah disepakati oleh Pelaksana Pekerjaan
dengan pihak Pemilik Pekerjaan.

Page 51
10)Jika suatu titik model ditempatkan pada suatu posisi yang tidak ideal,
umpamanya pada ketinggian pohon atau di dalam bayangan awal,
maka harus ada catatan keadaannya ini.
11)Stereo model yang diperlukan untuk pembuatan ortofoto tetapi yang
tidak penting untuk triangulasi udara harus mempunyai sekurang-
kurangnya 6 (enam) koordinat untuk memungkinkan dilakukannya
pemberian skala dengan praktis. Pada umumnya model-model yang
bersebelahan. Model-model tersebut boleh dihilangkan, jika memang
tadinya dipakai, apabila tidak memperjelek blok secara keseluruhan
maupun blok-blok yang bersebelahan.
12)Pemilihan, penandaan dan pemindahan titik-titik model harus
dilakukan dengan amat sangat berhati-hati. Apabila timbul kesulitan
pada tahap penyesuaian, maka pihak pelaksana pekerjaan harus
bersedia untuk kembali lagi ke tahap permulaan/persiapan dan ke
pemilihan titik kontrol pemindahannya.
5.3
Pemindahan dan Penandaan Titik Kontrol
Pemindahan dan penandaan titik kontrol tujuannya
adalah pemindahan titik kontrol dari cetakan foto ke
diapositif dan titik kontrol tersebut diberi nomor,
pemindahan dan penandaan titik kontrol harus mengikuti
ketentuan seperti dibawah ini :
1) Setiap titik kontrol hasil identifikasi lapangan harus dipindahkan dari
cetakan foto ke diapositif digital asli.
2) Suatu titik kontrol tanah harus di tandai pada diapositif digital dengan
menggunakan alat stereoskopis pemindahan titik, yang setingkat
dengan WILD PUG 4 dengan ukuran maksimum yang diizinkan untuk
tanda diapositif digital tersebut adalah diameter 60 mikro.

Page 52
3) Pemindahan titik dari cetakan foto ke diapositif digital harus teliti
sekali.
4) Pemindahan suatu titik kontrol, maka harus di buat catatan mengenai
keadaannya dan di buat sedemikian rupa agar dapat di lihat setiap
waktu.
5) Penomoran titik kontrol di seluruh proyek sesuai dengan keinginan
pemilik pekerjaan, tetapi jenis-jenis kontrol tersebut seperti : premark,
kontrol horizontal, kontrol vertikal dan sebagainya, harus mudah
diketahui dengan sistem penomoran yang dipakai tersebut.
5.4
Pembuatan Diagram Foto
Pembuatan diagram foto tujuannya adalah sebagai dasar pengamatan
fotogrametris dimana ketentuannya sebagai berikut :
1) Pelaksana Pekerjaan harus menyusun, suatu Diagram (diagram)
Persiapan (lihat gambar 6.1) setelah selesainya pemilihan titik-titik
model, dengan skala yang memadai, yang merinci hal-hal berikut :
Titik-titik utama pada foto yang digunakan selama proses triangulasi
udara dan pembuatan peta ortofoto, lengkap dengan nomor foto dan
nomor jalur. Titik-titik utama foto udara yang digunakan hanya untuk
produksi ortofoto, harus ditandai dengan simbol yang berbeda dengan
simbol pada diagram seleksi foto udara untuk keperluan triangulasi
udara.
Semua titik-titik kontrol yang sudah di beri nomor dan tanda sesuai
dengan klasifikasinya, dan berada pada posisi yang relatif tepat
dengan titik-titik utama tersebut.
Semua titik-titik diberi nomor dan tanda sesuai dengan klasifikasinya
dan berada pada posisi yang relatif tepat dengan titik utama (agar
lebih jelas nomor titik model dapat dihilangkan)

Page 53
Setiap batas dan nomor stereo-model yang akan digunakan untuk
proses triangulasi udara.
Batas masing-masing pertampalan (nomor model tidak diperlukan
hanya untuk keperluan produksi ortofoto saja (Hal ini merupakan
suatu pengecualian lihat 6.212).
Batas-batas pemetaan proyek dan blok PAT-B
Danau, sungai besar dan tepi pantai.
2) Diagram foto harus diidentifikasi dengan jelas, mempunyai skala,
bernomor, bertanggal dan dibuat dalam bentuk yang sama,
berdasarkan diagram seleksi foto udara (lihat 5.2 di atas). Diagram
tersebut nantinya dapat berfungsi sebagai Diagram Hubungan
(Connection Diagram), lihat 6.6.15 berikut ini).
5.5
Pengamatan Fotogrametri
Pengamatan fotogrametri atau triangulasi udara tujuannya adalah
memperbanyak titik kontrol minor dengan fotogrametri dengan cara
triangulasi udara dimana ketentuannya seperti dibawah ini :
1) Penentuan koordinat secara fotogrametri dari semua titik kontrol dan
titik-titik model harus dilaksanakan dengan metode triangulasi udara
yang sudah diakui, dan untuk penyesuaian data digunakan program
PAT-M atau PAT-B (atau program lain yang disetujui oleh Direktorat),
dengan di kontrol horizontal dan vertikal (lihat bagian 3.3, dan 3.4).
2) Semua proses triangulasi udara harus diselesaikan dengan
menggunakan alat restitusi analog yang mempunyai ketelitian tinggi
(First Order) atau analiytical plotter, atau stereo comparator, alat yang
dipilih harus bisa dihubungkan pada suatu alat pencatat data

Page 54
elektronik untuk memperoleh hasil koordinat-koordinat model
fotogrametri yang teliti.
3) Pelaksana Pekerjaan harus menjelaskan di dalam usulan, mengenai
peralatan dan metode yang akan digunakan, berikut laporan terbaru
mengenai pemeliharaan perbaikan dan kalibrasi.
4) Perlunya pencatatan data yang akurat selama penentuan koordinat
dan dalam perhitungan pusat perspektif jangan terlalu dilebih-
lebihkan, selanjutnya pelaksanaan pekerjaan harus bertanggungjawab
terhadap standar ketelitian yang ditentukan dalam melaksanakan
pekerjaan yang bersangkutan.
5) Pelaksana pekerjaan yang memakai peralatan untuk triangulasi udara
yang memerlukan perhitungan pusat perspektif boleh menghitung
harga-harga itu selama dilakukan pengamatan triangulasi udara atau
menggunakan fasilitas yang disediakan oleh program paket PAT- M
atau PAT-B.
6) Semua catatan dan berkas yang membuat koodinat-koordinat tiap
model hasil triangulasi udara, harus disimpan oleh pelaksana
pekerjaan, untuk pemeriksaan yang akan dilakukan oleh pemilik
pekerjaan (Direktorat Irigasi).
5.6
Perataan Blok
Penyesuaian blok tujuannya adalah sebagai dasar pembuatan peta
ortofoto dan peta garis dimana ketentuannya seperti dibawah ini :
1) Penyesuaian blok triangulasi udara dapat diselesaikan dengan
menggunakan paket Program PAT-M atau PAT-B atau program yang
setingkat dan disetujui terlebih dahulu oleh pemilik pekerjaan.
Sebelum proses penyesuaian seluruh blok, diajukan agar data-data

Page 55
yang akan dipakai harus sudah disaring dengan cara melaksanakan
penyesuaian strip-strip atau blok dan memeriksa hasil-hasilnya.
2) Koordinat-koordinat tanah untuk titik-titik kontrol hasil pengamatan di
lapangan akan dimasukkan ke dalam program untuk melakukan
perataan.
3) Untuk keperluan PAT-M atau PAT-B haruslah diyakinkan bahwa titik
kontrol (x,y,z) tidak boleh digunakan sebagai titik ikat, kecuali kalau
semua titik-titik tersebut sudah diseleksi dan sudah diberi tanda, bisa
digunakan sebagai titik ikat (x,y,z).
4) Ketelitian yang diperlukan pada setiap titik kontrol minor dan titik
kontrol tanah setelah dilakukan perataan harus sedemikian rupa agar
harga-sisa (residual value) tidak melampaui harga-harga berikut :
Titik Kontrol Minor
Horizontal (x,y), tidak lebih besar dari 25 mikron.
Tinggi (z), tidak lebih besar dari 0.01 % dari tinggi terbang .
Titik Kontrol Tanah
Horizontal (x,y), tidak lebih besar dari 40 mikron skala foto
Tinggi (z), tidak lebih besar dari 0.01 % dari tinggi terbang daerah datar
sedangkan untuk daerah curam tidak boleh lebih besar dari 0.03 %
dari tinggi terbang.
5) Pelaksana pekerjaan harus mengadakan penelitian untuk mengetahui
asal/sumber kesalahan jika titik kontrol melebihi apa yang telah
ditentukan, harus dibuat catatan penelitian tersebut, dan disimpan
untuk diperiksa oleh pemilik pekerjaan.
6) Jika pada suatu ketika tidak diperoleh jawaban yang memuaskan dari
kesalahan titik kontrol, maka diadakan pengamatan ulang di lapangan
jika tidak tersedia titik pengganti.

Page 56
7) Dalam keadaan bagaimana pun, titik-titik kontrol sama sekali tidak
boleh dipindahkan dari perataan tersebut.
8) Pelaksana pekerjaan harus melakukan penelitian untuk mengetahui
sumber-sumber kesalahan sesudah dilakukan perataan, apabila sisa
kesalahan fotogrametri melampaui sebagai berikut (lihat 6.6.5) :
Titik-titik Model
Standar ketelitian kontrol x 1,5
Pusat perspektif
Standar ketelitian kontrol x 3,0
9) Penelitian tersebut mencakup beberapa atau semua hal-hal berikut :
Kebenaran data penomoran titik dan model.
Ketelitian dalam pemindahan titik antar model.
Kemungkinan tidak bersambungnya masing-masing titik-titik yang
membawa akibat serius pada blok.
Pengamatan ulang model sehingga menjadi jelas pada permulaan
atau sesudah dilakukannya pengamatan ulang.
10) Titik-titik model boleh dipisahkan (dengan penomoran kembali pada
satu model atau lebih) dengan mengikuti kriteria sebagai berikut :
11) Jika terjadi pemberian nomor ulang hendaknya diperhatikan agar
semua dokumen yang bersangkutan dirubah sesuai dengan yang
baru.
12) Pemisahan titik model antar strip harus sedikit mungkin, usahakan
tidak lebih dari 5% untuk seluruh blok, pemisahan titik pada model-
model yang berurutan tidak diperkenankan.
13) Tidak diizinkan memisahkan titik pusat perspektip.
14) Walau bagaimanapun, titik-titik model tidak boleh dihapus dari
perhitungan perataan.

Page 57
a. Jumlah hitungan interasi yang dilakukukan untuk (x,y,z) harus
sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil yang paling pantas (seperti
perbedaan maksimum koordinat titik (x,y) dan (z) dengan koordinat
akhir (x,y) dan z sedangkan interasi tidak boleh lebih dari 0,5 m). Jika
koreksi kelengkungan bumi dan koreksi refraksi pada PAT-M atau
PAT-B digunakan, maka sekurang- kurangnya perlu ditambahkan
sepasang step interasi lagi, sesudah step tersebut digunakan.
b. Ketelitian perataan titik-titik model dalam blok bersebelahan tidak
lebih besar dari :
Horizontal (x dan y)
0,5 mm x denominator (bilangan penyebut) skala akhir peta
Vertikal
Kontur hasil pengukuran lapangan
z x Interval Kontur
Kontur hasil fotogrametri
1 x Interval Kontur
c. Sesudah perataan selesai, maka pelaksana pekerjaan harus
mempersiapkan diagram hubungan (Gambar 6.2) yang merinci :
Semua stereo model (diberi nomor).
Semua titik model dan titik kontrol (diberi nomor), (kecuali pada 6.4.1
(c)).
Garis hubungan untuk memperlihatkan model-model setiap titik
tersebut untuk itu harus dipakai warna yang kontras dan jelas.
Tiap-tiap yang diulangi penomorannya harus dicatat dengan jelas
14) Apabila pelaksana pekerjaan telah yakin bahwa tingkat hasil perataan
memuaskan perbandingan dengan blok di dekatnya, maka dibuat
Diagram Hubungan dua (2) salinan dari hasil hitungan penyesuaian
dan dua (2) salinan dari Diagram Hubungan.

Page 58
15) Seluruh hasil perataan dan diagram hubungan yang diterima
Direktorat akan dipertimbangkan apakah hasil tersebut dapat diterima
seluruhnya atau sebagian.
16) Apabila pemilik pekerjaan puas karena ketelitian memenuhi syarat
maka perataan dapat disetujui dan dilanjutkan proses fotogrametri,
kecuali untuk blok yang hanya sebagian saja yang disetujui, maka
masing-masing model diklasifikasikan sebagai berikut :
Model yang disetujui untuk pembuatan ortofoto dan kontur.
Model yang disetujui hanya untuk pembuatan ortofoto.
Model yang dihilangkan menggunakan koordinat-koordinat dari blok
sebelahnya.
Model yang ditolak disebabkan hasil perataan tidak memenuhi syarat.
Suatu model yang dianggap tidak cukup pengontrolnya dalam x,y
atau z dan yang bukan bagian dari blok yang bersebelahan, akan
diberi catatan sebagai semi kontrol. (catatan hal tersebut akan
ditambahkan pada referensi lembar peta yang bersangkutan pada
waktu diadakan penyelesaian).
17) Pihak pemilik pekerjaan akan menandai secara jelas pada print-out
blok, blok mana yang sudah sepenuhnya disetujui dan tidak akan
diberi tanda, tidak diizinkan menggunakan salinan (copy) selain salah
satu dari kedua dokumen tersebut.
18) Pelaksana pekerjaan menerima satu salinan print-out perataan dan
diagram hubungan diberi catatan.
19) Hasil perataan sementara (print-out) harus diserahkan kepada pemilik
pekerjaan untuk disimpan sampai hasil akhir perataan disetujui.
Segera setelah hasil seluruh perataan disetujui, maka seluruh laporan
penyusunan sementara tersebut harus dimusnahkan oleh pelaksana

Page 59
pekerjaan, untuk menghindari penyalahgunaan data yang tidak
disetujui.
20) Tidak ada proses fotogrametri dilakukan sampai keseluruhan perataan
disetujui seluruhnya.
5.7
Digital Elevasi Model (DEM)
Digital Elevasi Model maksudnya adalah melakukan pengeplotan terhadap
titik-titik yang diamati ketinggiannya dan dapat dianggap mewakili bentuk
dari relief permukaan tanah, menggunakan alat stereoplotter yang
dilengkapi komputer dan software dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Proses DEM point dilakukan dari model ke model yang mencakup
seluruh daerah pemetaan.
2) Sebelum dilakukan pengambilan data, DEM terlebih dahulu dilakukan
orientasi baik orientasi dalam, relatif, absolut, dengan memperhatikan
elemen orientasi (kappa, omega, phy, bx, by) dan besarnya
penyimpanan tinggi maupun planimetris untuk setiap model.
3) Pengambilan DEM point dilakukan dengan metoda teratur bentuk grid,
dimana jarak antara titik DEM sekurang-kurangnya 100 m untuk
daerah datar, 50 m untuk daerah yang relatif sedang, 25 m pada
daerah terjal.
4) Selain data tinggi diatas, untuk menghasilkan bentuk permukaan
tanah yang sama dengan bentuk relief, sebenarnya pada foto udara
ambil data tinggi yang dapat mewakili setiap break line yang ada.
5) Teknik pengambilan DEM point untuk break line diuraikan sebagai
berikut :
Sungai, sungai diamati ketinggiannya sepanjang tepi air sungai (kiri-
kanan) dengan kerapatan pengambilan data disesuaikan dengan
kondisi relief.

Page 60
Punggungan, punggungan bukit diamati sepanjang punggungan
dengan kerapatan disesuaikan dengan topografi punggungan bukit.
Jalan, diamati sepanjang garis tengah jalan.
Selokan besar, selokan besar diamati pada garis tengah selokan.
Garis aliran air, garis aliran air di perbukitan diamati dengan
kerapatan disesuaikan dengan bentuk topografi semakin terjal
semakin rapat pengamatannya.
6) Selesai pengamatan DEM pada model tersebut, lakukan penarikan
kontur dengan interval kontur 1.0 m secara teliti dan di simpan dalam
format interchange drawing sehingga dapat digunakan untuk
keperluan selanjutnya.
6. PEMROSESAN DAN PERAKITAN PETA ORTOFOTO
Proses pembuatan peta ortofoto digital skala 1 : 5.000 adalah dari hasil
pemotretan foto udara yang telah mempunyai titik kontrol koordinat
tanah digitalisasi dengan software Orto Engine (PCI Versi 9.1), dimana
kegiatannya meliputi pekerjaan berikut :
Scanning Foto Udara.
Ortofoto Digital.
Editting dan Entry data.
6.1
Peralatan dan Bahan
1) Harus dijelaskan pemeliharaan, kalibrasi, servis dan informasi
peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan peta ortofoto
digital.
2) Pembuatan positif dari ortofoto digital harus menggunakan kertas
yang stabil atau menggunakan kertas yang cocok.

Page 61
3) Screen yang digunakan harus mempunyai 133 dot screen (atau lebih
banyak) artinya 133 dot pada setiap inci membentuk sudut 450
terhadap ujung lembar peta bagian sebelah bawah (sebelah selatan),
dot yang membentuk citra half one ini harus tajam dengan ukuran
maksimum dan minimum 8 % dan 20 % sesuai dengan densitas citra
1,3 dan 0,3 pada ortofoto digital.
6.2
Scanning Foto Udara
Maksud scanning foto udara adalah untuk mendapatkan image foto udara
dalam bentuk digital dari diapositif foto udara skala 1 : 10.000 yang
sudah dilengkapi titik-titik kontrol minor hasil triangulasi udara dengan
ketentuan berikut :
1) Diapositif yang digunakan harus diperiksa dulu agar dapat menjamin
kualitas ortofoto digital, jika ada goresan, noda atau kerusakan maka
diapositif digital harus diganti.
2) Mengganti diapositif akibat kerusakan dan sebagainya harus
diperhatikan agar model dan titik kontrol dipindahkan secara akurat
dengan menggunakan alat stereoskopis yang dilengkapi dengan alat
pemindahan titik, citra kualitas diapositif yang diganti harus sama
dengan sebelumnya.
3) Diapositif yang telah diganti harus disimpan pelaksana pekerjaan
diberi tanda yang jelas untuk menghindari agar tidak terpakai pada
saat proses ortofoto digital.
4) Setiap diapositif yang dihasilkan harus memuat minimal 9 (sembilan)
titik koordinat (x,y,z), sekurang-kurangnya 6 (enam) dari titik-titik
tersebut harus ditandai dan harus kelihatan dengan jelas. Persyaratan
ini berguna untuk mengecek ketepatan ukuran dan membantu selama
tahap perakitan, jika perlu tanda yang dibuat untuk keperluan

Page 62
triangulasi udara ditambah dan titik-titik tambahan tersebut bisa
dipindahkan dari diapositif sebelahnya dengan menggunakan alat
pemindah stereoskopis, dengan cara ini menggunakan seluruh foto
udara tunggal (bukan dari model stereo).
5) Scanner yang digunakan scanner fotogrametri yang dilengkapi dengan
komputer dan software yang mempunyai resolusi tinggi 2400 dpl.
6.3 Proses Ortofoto Digital
Metoda ortofoto digital merupakan cara ortofoto analistis dengan
menggunakan perangkat lunak tertentu dimana foto yang akan diproses
orto telah berbentuk data digital yang merupakan proses dari scanning
dimana kegiatannya meliputi geoferencing dan proses ortofoto digital.
6.3.1 Geoferencing
Geoferencing adalah suatu metoda atau cara untuk menghubungkan
koordinat dari koordinat foto ke koordinat tanah, ketentuannya sebagai
berikut :
1) Menghubungkan koordinat foto udara digital ke koordinat tanah
menggunakan software PCI.
2) Pada tahapan pekerjaan ini diperlukan data kalibrasi kamera dan
koordinat titik minor dan titik kontrol hasil triangulasi udara.
3) Melakukan pengamatan pada titik kontrol minor yang ada pada foto
udara dan fidusial mark foto udara.
4) Ketelitian titik minor dan fidusial mark tidak lebih besar dari 12
micron.

Page 63
6.3.2 Ortofoto Digital
Proses Ortofoto digital merupakan proses rektifikasi
differensial foto udara digital secara analitis, proses ini
full automatic pada komputer dengan menggunakan
perangkat lunak khusus untuk pengolahan ortofoto,
mengikuti ketentuan sebagai berikut :
1) Data yang dibutuhkan dalam pekerjaan ini data foto udara digital
yang sudah dikoreksi dan digital elevasi model (DEM point) .
2) Memasukkan data-data (parameter) seperti yang disebut no 1)
sebagai data input, data-data tersebut akan menentukan bentuk,
ukuran, skala, resolusi, dan tone.
3) Pelaksana pekerjaan harus berusaha mengurangi semaksimal
mungkin variasi tone (tonal variations) antara positif-positif ortofoto
digital yang berdekatan agar hasil fotografi tetap baik.
4) Perbedaan tone yang menyolok, ortofoto digital yang berdampingan,
akan ditolak oleh pemilik pekerjaan yang selanjutnya akan
Foto
udara
digital
Data
kalibrasi
kamera &
AT
Proses
Geofere
ncing
Foto udara
yg sudah
dikoreksi

Page 64
menginstruksikan dilakukannya tinjauan ulang model-model yang
tidak dapat diterima tersebut.
5) Jika tidak dapat dihindarkan adanya variasi tone antara ortofoto digital
yang berdampingan maka usaha untuk memperbaiki keadaan tersebut
dapat dilakukan dengan pengulangan pada tahap produksi
selanjutnya nanti.
6.3.3 Mosaik Digital
Pembuatan mosaik pada skala foto udara 1 : 10.000 dengan ketentuan
sebagai berikut :
Edge matching dari image foto ortofoto yang berurutan.
Menyamakan tone dari mosaik tersebut.
Menajamkan image mosaik .
Melakukan pemotongan image sesuai dengan lembar petanya.
Melakukan perbesaran skala image dari skala 1 : 10.000 ke Skala 1 :
5.000.
Catatan : Tahapan edge matching sampai dengan melakukan
pemotongan image dilakukan dengan menggunakan software
parameter
Foto udara
digital
skala
1:5.000
Data DEM jg
sudah
dirapatkan
Proses
ortofoto
digital dgn
software
PCI
foto
ortofoto
digital

Page 65
PCI sedangkan tahap perbesaran menggunakan software
Adobe Photoshop.
6.4
Editing dan Entry Data
Setelah proses pemotongan image foto selesai, untuk menjadi peta
ortofoto harus dilengkapi dengan informasi hasil identifikasi lapangan dan
memenuhi kaidah peta, ketentuan dan informasi yang harus ada pada
peta ortofoto digital sebagai berikut :
1) Ukuran peta ortofoto digital 50 cm x 50 cm yang mencakup daerah
seluas 2,5 km x 2,5 km dengan skala 1 : 5.000 dan garis-garis grid
UTM setiap interval 500 m.
2) Jaringan garis-garis grid dengan interval jarak tiap 10 cm diberi tanda
garis silang dengan panjang garis 1 cm dan tebal 0.2 mm, setiap garis
diberi notasi yang lengkap, dengan menggunakan harga-harga
koordinat planimetris.
3) Arah utara, skala grafis dan numeris digambarkan secara jelas, grid
tercakup di dalam peta.
4) Setiap peta saling bertampalan sekurang-kurangnya 1 garis grid
penuh sepanjang pertampalan tersebut.
5) Penomoran dan pembagian lembar peta disesuaikan dengan
pembagian dan penomoran peta yang ada di direktorat irigasi.
6) Batas administrasi pemerintahan, benchmark dengan nomor yang
jelas, nama bangunan buatan manusia dan alam harus tercantum
dalam peta dengan jelas.
7) Perbedaannya Intensifikasi atau reduksi suatu positif dapat dicoba
untuk memperbaiki tone yang besar agar sesuai dengan positif-positif
yang lain, bahan-bahan kimia yang digunakan untuk keperluan

Page 66
tersebut harus mengikuti instruksi yang diberikan oleh pabrik pembuat
bahan-bahan kimia.
8) Tujuan dari hal tersebut diatas adalah agar supaya sedapat mungkin
dicapai suatu bentuk tone yang bersambungan di seluruh lembar peta
dan juga menghindari perbedaan yang nampak menyolok antara
ortofoto-ortofoto yang bersebelahan.
6.5
Pengecekan Ketelitian Ortofoto Digital
Sebelum ortofoto di edit harus diperiksa dengan
ketentuan berikut :
1) Satu persatu ketelitian planimetrisnya di periksa dengan cara
membandingkan dan posisi dari model-model atau titik-titik kontrol
pada ortofoto dengan semua yang ada pada lembar peta.
2) Harus membuat diagram vektor yang memperlihatkan perbedaan
setiap titik model dalam milimeter, jika ada kesalahan yang lebih
besar dari 0,5 mm harus diteliti kembali.
3) Peta ortofoto tidak boleh mempunyai garis-garis scanning yang
menyolok atau variasi tone yang menyolok antara exposure di
sebelahnya
4) Perbandingan garis-garis scanning, garis-garis mosaik atau batas-
batas lembar peta apabila digabungkan dengan penafsiran gambar
muka bumi tidak sesuai, atau tidak sesuai dengan bentuk estetiknya
maka menurut pemilik pekerjaan ada ketidakcocokan keseluruhan
ortofoto yang melebihi 1 (satu) milimeter atau ketidakcocokan pada
suatu tempat tertentu melebihi 2 (dua) milimeter, dalam hal demikian
pemilik pekerjaan tidak dapat menyetujuinya.
5) Kekurangan lain seperti terdapatnya guratan-guratan dan citra dari
guratan-guratan ataupun hal lainnya yang dapat mempengaruhi

Page 67
kemurnian hasil foto udara, dapat ditolak, terlebih lagi apabila
mempengaruhi hasil estetis foto, sebagaimana selalu terjadi pada
pemotretan lokasi yang tidak bisa lengkap terselusuri oleh jangkauan
potret.
6. GAMBARAN MENGENAI INFORMASI TITIK TINGGI DAN
KETENTUAN KARTOGRAFI
Gambaran informasi titik tinggi dan ketentuan
kartografi tujuannya adalah ketentuan penarikan garis
kontur dan kelengkapan peta sebagai berikut :
7.1 Informasi Titik Tinggi
1) Secara umum kemiringan digambarkan berdasarkan interpolasi kontur
setengah meter, untuk mencegah rapatnya garis kontur yang
mengakibatkan kurang jelasnya detail peta agar kontur digambarkan
dengan memadai. Tabel berikut dapat digunakan sebagai dasar
penentuan interval garis kontur
2) Indeks kontur digambarkan interval 10 m jika blok pemetaan kontur
digambar 1,0 m dan indeks kontur digambarkan interval 5,0 m jika
blok pemetaan kontur digambar 0,5 m.
Kemiringan
Interval
0 2%
2 5%
5 20%
Lebih curam dari 20%
0,5 m
1,0 m
2,0 m
0,0 m

Page 68
3) Kriteria yang diberikan di atas hanya merupakan panduan saja,
tujuannya adalah untuk menjaga kesamaan garis kontur pada seluruh
lembar peta (kecuali di daerah yang sangat curam/terjal). Walaupun
demikian perubahan interval dalam lembar peta akan diizinkan dalam
hal adanya perubahan kecuraman menyeluruh dalam suatu daerah,
tetapi tidak dalam hal perubahan lokal.
4) Semua garis kontur harus benar-benar sesuai dengan ketentuan
dalam penarikan interval kontur dan sekurang-kurangnya 85 % dari
semua kontur harus mempunyai harga yang sesuai dengan harga
(setengah) interval kontur, apabila dicek berdasarkan hasil
pengukuran lapangan dengan alat ukur sipat datar yang diikatkan
pada kontrol titik tetap Benchmark yang terdekat.
5) Semua kontur tersebut harus masuk toleransi dengan pergeseran
dalam perubahan posisi vertikalnya yang telah diplot tidak lebih dari
0,5 milimeter atau 1/10 jarak mendatar antara kontur tersebut.
6) Daerah sawah pada peta ortofoto, garis-garis kontur bisa diinterpolasi
antara titik rincik ketinggian, bukannya mengikuti batas-batas
golongan sawah.
7) Interpolasi kontur dilakukan dengan mempertimbangkan detail yang
ada pada foto dan kalau memang cocok, akan digunakan stereoskopis
untuk mengecek kebenaran interpretasi.
8) Apabila ada 2 kontur atau lebih, yang berdekatan dan hampir berimpit
(misalnya batas kampung, tanggul, jalan, kelokan saluran) kontur
digambarkan dengan garis putus-putus untuk menghindari
tertutupnya detail dari ortofoto.
9) Pada daerah yang mempunyai kemiringan tanah lebih besar dari 2 %,
kontur fotogrametri harus diplot untuk membantu interpolasi titik-titik

Page 69
tinggi hasil pengukuran. Hal tersebut akan di kombinasikan dengan
data-data ukur dan bentuknya didapat dari kontur fotogrametri.
10) Jika keadaan medan terbuka (tidak banyak tumbuh-tumbuhan), tidak
beraturan dan curam, gunakan kontur fotogrametri. Dalam hal ini
kontrol tinggi yaitu kontrol tinggi titik foto akan diamati dengan
melakukan penyipatan datar pada keempat sudut dari masing-masing
model yang akan dipakai untuk penarikan kontur.
11) Detail mengenai metode kontur yang digunakan harus jelas
dicatumkan pada semua lembar peta, termasuk informasi mengenai
datum (duga) titik tinggi dan sumber informasi yang dipakai.
7.2 Titik Rincik, Penumpangan Kontur, dan Kontur
Fotogrametris
Titik rincik dan penumpangan kontur maksudnya adalah titik rincik dan
garis kontur digambarkan pada waktu penumpangan kalkir (kertas
transparan) pada hasil rakitan peta ortofoto sedangkan kontur
fotogrametris adalah penarikan kontur dengan cara fotogrametris, harus
mengikuti ketentuan berikut :
1) Harus disiapkan dua lembar kalkir yang berisi titik-titik rincik dan garis
kontur, pensil gambar dan gambar akhir, yang sudah dikerjakan
dengan tinta untuk setiap lembar peta ortofoto dengan menggunakan
bahan gambar transparan. Semua hasil plot, termasuk tanda-tanda
registrasi yang terletak pada sudut setiap lembar dan petunjuk arah
utara, harus jelas indikasinya.
2) Gambar konsep (draft) yang pertama harus digambarkan dengan
pensil, dimana semua koreksi atau perbaikan akan dilakukan pada
konsep tersebut. Sebelum dilakukan interpolasi garis kontur titik-titik
rincikan yang diidentifikasi oleh tim ukur pada foto udara perbesaran

Page 70
dipindahkan ke detail yang ada pada peta ortofoto. Titik-titik rincik
yang tidak dapat diidentifikasi harus dipindahkan dulu ke transparan
yang stabil. Secara umum lembar dasar (base sheet) yang telah
digunakan untuk memplot titik kontrol digunakan bagi keperluan
scanning, perakitan ortofoto, dan penumpangan draft titik rincikan.
3) Kontur hasil fotogrametri dengan interval 1 atau 2 meter harus diplot
pada kertas transparan yang stabil.
4) Prosedur pekerjaan plotting dijelaskan sebagai berikut :
a. Mesin plotting fotogrametris harus diatur dahulu dengan
menggunakan kontrol hasil triangulasi udara yang selanjutnya
digunakan untuk keperluan orientasi absolut.
b. Tinggi-tinggi model harus dibandingkan dengan sampel rincikan
lapangan yang tersebar dengan baik dari konsep penggambaran
rincikan.
c. Jika perbedaannya kecil (umumnya di bawah 2 meter dengan
beberapa titik mencapai 2 meter), maka orientasi absolut dapat
menggunakan harga tinggi dari harga-harga rincikan lapangan (yang
lebih teliti daripada tinggi triangulasi udara, asal saja harga-harga
tersebut bebas dari kesalahan besar.
d. Perbedaan yang besar akan segera diketahui dengan perbesaran foto
udara, buku lapangan, atau pada print-out triangulasi udara.
e. Prosedur pekerjaan ini akan menunjukkan kontur fotogrametri, yang
diplot langsung, akan memerlukan perbaikan sedikit saja, terutama
jika kontur-kontur dicek dengan rincikan pada intervalnya selama
pekerjaan plotting dan perbedaan-perbedaan harga diteliti dengan
cara seperti di atas.
f. Perlu disiapkan diagram untuk masing-masing model yang
memperlihatkan perbedaan posisi horizontal pada setiap titik model

Page 71
(lihat gambar 7.1). Titik-titik model dan semua titik rincikan yang
digunakan dalam pekerjaan orientasi absolut perlu juga dibuat
daftarnya dan dengan jelas memperlihatkan perbedaan dengan hasil
triangulasi udara, tinggi-tinggi model yang telah diorientasi dan tinggi
lapangan.
5) Kontur-kontur fotogrametri harus di edit dengan baik agar dapat
dipakai untuk kerapatan dan ketelitian network (kerangka) dari
pekerjaan pengukuran rincikan di lapangan; sedangkan bentuk tanah
yang diperlihatkan dengan cara fotogrametri. Adanya perubahan yang
penting dari persyaratan dalam pekerjaan kontur fotogrametri harus
digambar pada konsep gambar transparan rincikan, bukan pada hasil
asli hasil kontur fotogrametri. Perbedaan-perbedaan yang masih ada
dapat diteliti, jika dituntut oleh persyaratan seperti di atas harus
diinterpolasi pada gambar konsep rincikan.
6) Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penarikan kontur :
Di dalam suatu hal tertentu pelaksana pekerjaan dapat diizinkan untuk
melaksanakan kontur fotogrametri tanpa menunggu hasil pindahan
titik rincik lapangan pada kertas transparan.
Titik tinggi (spot height) fotogrametri harus diplot pada semua
punggung medan, lembah dan pada patahan, dan juga pada daerah
datar yang intervalnya cukup wajar, atau bahkan daerah yang miring.
Pencatatan ketinggian pada daerah-daerah tersebut digambarkan
dengan satu angka desimal dalam meter.
Perlu disiapkan diagram untuk memperlihatkan perbedaan pada titik-
titik model setelah dilakukan penyipatan datar (levelling), termasuk
perbedaan antara triangulasi udara dan kontrol lapangan.
Pekerjaan editing dan interpolasi dapat dilaksanakan apabila gambar
konsep (overlay) ukuran rincikan dari lapangan sudah ada, tetapi hal
Page 72
ini akan memerlukan lebih banyak pekerjaan. Perbedaan-perbedaan
antara tinggi hasil ukuran lapangan dan fotogrametri yang lebih dari 2
meter harus diteliti kembali. Garis kontur hasil editing harus digambar
dengan menggunakan bentuk yang tidak berombak (smooth) dan
tidak diizinkan menggambarkannya dalam bentuk yang bergelung-
gelung (artistic looping).
7.3
Penggambaran Halus Titik Rincik dan Kontur
1) Setelah gambar draft telah disetujui maka selanjutnya dilakukan
peningkatan pada kertas transparan yang digunakan untuk keperluan
penumpangan pada negatif ortofoto, titik rincik harus dipindahkan
dengan menggunakan tinta ke atas kertas transparan, dilakukan
sebelum penggambaran halus garis kontur yang telah di edit.
2) Rincian harus ditulis dengan menggunakan stensil atau leterring set
ukuran 1,5 mm dengan mata pena 0,1 mm, letak rincikan harus
diindikasikan sampai dengan fraksi desimal; jika bentuk detail
terganggu oleh harga rincikan, maka angkanya dapat ditunjukkan dan
posisinya ditunjukkan dengan tanda panah. Titik desimal tersebut
harus diletakkan relatif terhadap angka-angka, seperti terlihat :
24316 bukan 243.16
3) Rincikan yang ditentukan dengan pengukuran lapangan diperlihatkan
dalam dua angka desimal meter, contoh 243,16 Rincian yang
ditentukan dari hasil fotogrametri diperlihatkan hanya dengan satu
angka desimal, contoh 243.2
4) Semua garis kontur digambar dengan menggunakan pena yang
berukuran 0,1 mm, kecuali untuk indeks kontur yang digambarkan
pada setiap interval 10 m digunakan pena ukuran 0,3 mm. Harga-
harga garis kontur dituliskan hanya pada garis kontur yang berharga 1
meter dan harga juga pada indeks kontur, dan harus diulang pada

Page 73
setiap 15 sampai 20 centimeter pada peta. Harga-harga garis kontur
ditulis dengan menggunakan lettering set ukuran 1,5 mm dan mata
pena ukuran 0,2 mm. Harga garis-garis kontur ditulis dengan arah
dari puncak ke lereng, secara kasar untuk pengarahan, diperlihatkan
sebagai berikut :
Benar
Benar
salah
29
32
28
30
31
29
31
30
30
32
29
31
Benar
Benar
salah
indek kontur
0.5m kontur
1m kontur
5) Apabila kontur fotogrametri saja yang ada akan diperlihatkan dengan
menggunakan garis putus-putus. Ukuran garis putus-putus tersebut
diperlihatkan sebagai berikut :
___ ___ ___ ___ ___ ___ ___ ___
1m 5m
6) Garis kontur harus berhenti pada jalan-jalan raya dan sungai-sungai
besar, dalam hal ini garis kontur tidak boleh digambarkan memotong
sungai tetapi harus berhenti pada salah satu tebing sungai dan
selanjutnya bersambung pada tebing sungai yang di seberang lainnya.
7.4
Penulisan Nama, Benchmark, dan Grid
1) Nama-nama sungai, kampung, gunung dsb, ditulis pada rakitan
mosaik positif (sebelum negatifnya diproduksi) atau pada overlay
kontur, sesuai keinginan pemilik pekerjaan. Harus dilakukan
pertimbangan mengenai kerapatan citra detail di sekeliling nama. Jika
detail pada rakitan positif sangat gelap, maka nama harus di tulis
pada kontur overlay sehingga pada peta akhir akan terlihat putih. Jika
detail pada rakitan positif amat terang, maka nama harus ditulis

Page 74
dengan tinta hitam sebelum negatif dari ortofoto diproduksi sehingga
pada peta akhir akan terlihat hitam.
2) Ketentuan nama kampung dan sungai sebagai berikut :
(a) Semua nama yang ditulis harus menggunakan stensil atau yang
sejenis, ukuran huruf tersebut adalah sebagai berikut :
i. Kampung : Stensil ukuran 3 mm dengan mata pena ukuran 0,3 mm
ii. Sungai : Ukuran huruf seimbang dengan lebar sungai; aliran sungai
harus digambarkan dengan tanda panah
(b) Nama tulis dengan huruf besar tiap awal tulisan, contoh Tanah Merah.
3) Benchmark (BM) ditulis dengan cara diatas, ukurannya 2 mm dan
memakai mata pena 0,2 mm , dapat dilihat bentuknya sebagai
berikut :
3mm
2mm
2mm
Nomor pilar (BM)
Tinggi pilar (BM)
TR 24
42.76
Posisi benchmark harus dicek pada deskripsi lapangan dari titik
tersebut, untuk memastikan bahwa pengeplotan yang dilakukan
sesuai dengan detail sekelilinya. Titik-titik triangulasi yang ada juga
diplot dengan cara yang sama tetapi simbolnya berbentuk segitiga.
4) Ketentuan penulisan Grid sebagai berikut :
Garis silang (grid) panjang 10 x 10 mm, dan pada sisi peta garis
silangnya sepanjang 5 mm, dengan menggunakan mata pena 0,1
mm.
Koordinat-koordinat garis silang dapat ditulis pada overlay kontur atau
pada perakitan positif mosaik, penggunaan warna hitam atau warna
putih.
Koordinat-koordinat garis silang ditulis di luar lembar peta. Koordinat
tersebut ditulis dengan tinta hitam tiap selang 500 m, sepanjang
keempat sisi dari peta. Angka harus ditulis dengan tinggi tulisan 2,5

Page 75
mm serta ditulis dengan menggunakan stensil atau lettering set
dengan mata pena ukuran 0,3 mm.
8. TATA LETAK PETA ORTOFOTO SKALA 1 : 5.000 DAN SKALA 1
: 20.000
Tata letak peta ortofoto skala 1 : 5.000 dan 1 : 20.000 maksudnya adalah
hubungan komponen peta yang disajikan dalam lembar peta,
ketentuannya sebagai berikut :
8.1
Peta Ortofoto Skala 1 : 5.000
1) Tata letak (layout) dan penyajian peta ortofoto digital akan mengikuti
contoh tata letak Gambar 8.1, penyampaian diluar ketentuan oleh
pelaksana pekerjaan hanya dapat diperbolehkan dengan persetujuan
pemilik pekerjaan.
2) Adanya hal-hal lainnya yang tidak disebutkan di dalam ketentuan ini
harus disampaikan kepada pihak pemilik pekerjaan untuk dimintakan
penjelasan atau petunjuk mengenai penggunaan simbol.
3) Pelaksana pekerjaan harus menyerahkan kepada pemilik pekerjaan
suatu contoh salinan dari catatan panel (Footnote panel) yang
digunakan selama penyelesaian pembuatan peta ortofoto digital untuk
disetujui.
4) Pada penyajian akhir tiap peta ortofoto digital harus dibuat di atas
kertas bromida yang bermutu tinggi dan stabil.
5) Setiap lembar peta ortofoto digital yang sesuai dengan nomor serinya
masing-masing harus dibuat dalam bentuk VCD atau DVD.

Page 76
8.2
Peta Ortofoto Skala 1 : 20.000
1) Seri peta ortofoto digital yang dibuat pada skala 1 : 20.000
merupakan perkecilan dari peta ortofoto digital yang berskala 1 :
5.000.
2) Garis-garis kontur yang diambil dari peta ortofoto digital berskala 1 :
5.000 harus pada interval 5 m dan pada daerah curam interval
kontur dibuat tiap 10 m atau pada suatu perkalian 10 m yang
disetujui oleh pemilik pekerjaan.
3) Suatu jaringan garis-garis grid lengkap digambarkan pada setiap
lembar peta interval 12,5 cm.
4) Harus dijaga selama perakitan peta gabungan, reduksi tiap peta
ortofoto digital harus berada pada posisi yang tepat terhadap jaringan
garis-garis grid tersebut.
5) Tata letak masing-masing lembar harus sesuai dengan gambar 8.2,
keterangan yang mendetail lembar peta harus disetujui oleh pemilik
pekerjaan
6) Pada tahap penyerahan akhir masing-masing peta gabungan harus
dibuat di atas kertas bromida yang bermutu tinggi dan stabil
7) Masing-masing lembar sesuai dengan susunan serinya harus
dibuatkan dalam bentuk VCD atau DVD.
9. PETA GARIS DIGITAL SKALA 1 : 5.000 DAN SKALA 1 : 20.000
Peta garis digital maksudnya adalah format vektor dari pengambilan data
kartografik (detail planimetrik) dari foto udara dengan menggunakan alat
digital stereoplotting menghasilkan peta garis digital skala 1 : 5.000
dengan ketentuan sebagai berikut :

Page 77
Kelaikan alat-alat yang digunakan harus dibuktikan dengan hasil
kalibrasi.
Penyimpangan maksimum posisi planimetrik titik yang digambar pada
peta dasar tidak boleh lebih dari 0.2 mm.
Penyimpangan tinggi antara ploter dan titik kontrol tidak boleh lebih
0.03 % dari tinggi terbang rata-rata.
Kelengkapan detail harus diperiksa dengan menggunakan foto udara
yang bersangkutan.
Unsur geografi digambar dalam bentuk yang sebenarnya dengan
simbol-simbol yang sudah ditetapkan.
Obyek penggambaran adalah seluruh obyek detail.
Memplot titik detail yang akan digunakan dan membuat daftar
koordinatnya dengan jumlah minimal 20 (dua puluh) titik untuk setiap
model dan terdistribusi secara merata, dipilih dari titik detail yang
dapat diidentifikasi dengan jelas di foto dan terdefinisi dengan baik di
lapangan.
Interval kontur 0.5 m.
9.1 Kartografi
Kartografi adalah etiket peta yang harus ada sesuai kaidah umum yang
dipenuhi sebuah peta dengan ketentuan sebagai berikut :
Simbol harus dilakukan dengan mengikuti kaidah-kaidah kartografi
yang sudah ditetapkan.
Data dan informasi harus sesuai dengan informasi lapangan.
Penulisan nama-nama geografik jalan dan bangunan dll, harus sesuai
dengan data lapangan.
Semua detail planimetris di gambar sesuai dengan symbol yang telah
ditentukan.

Page 78
Semua keterangan dalam bentuk teks dicantumkan sesuai dengan
ketentuan ukuran dan ketebalan teks yang telah ditentukan.
Pemberian symbol pada daerah cukup luas diwakili dengan beberapa
symbol dan di distribusikan merata.
Detail dalam satu lembar harus bersambung pada lembar sebelahnya.
Selain kaidah-kaidah tersebut diatas terdapat pula ketentuan-ketentuan
khusus yang digunakan sebagai berikut :
Pembagian dan penomoran lembar peta skala 1 : 5.000.
Ukuran peta (50x50)cm.
Interval kontur peta garis 0.5 m.
Jika terdapat dua atau lebih garis batas administrasi pada satu lokasi,
hanya garis batas administrasi yang paling tinggi tingkatannya yang
digambar.
Jika garis batas administrasi berimpit dengan detail bersangkutan dan
jika garis batas terletak pada sungai, saluran air, selokan, atau jalan,
garis tersebut di gambar ditengah-tengah dua garis detail yang
bersangkutan atau sesuai hasil identifikasi lapangan.
Pojok atap bangunan di gambar siku-siku kecuali bangunan yang
arsitekturnya tidak siku-siku.
Areal yang di tumbuhi semak, pepohonan heterogen, digambar
dengan symbol pohon, jika pada areal tersebut terlihat garis batas
yang tidak jelas, misalnya antara semak dan ladang, semak dan
hutan, batas tersebut tidak perlu digambar kecuali jika areal tersebut
termasuk kawasan hutan yang jelas.
9.2 Tata Letak Peta Garis Digital Skala 1 : 5.000 dan Skala 1 :
20.000
Page 79
Tata letak peta garis digital skala 1 : 5.000 dan 1 : 20.000 maksudnya
adalah hubungan komponen peta yang disajikan dalam lembar peta,
ketentuannya sebagai berikut :
9.2.1 Peta Garis Digital Skala 1 : 5.000
1) Tata letak (layout) dan penyajian peta garis digital akan mengikuti
contoh tata letak Gambar 8.1, penyampaian diluar ketentuan oleh
pelaksana pekerjaan hanya dapat diperbolehkan dengan persetujuan
pemilik pekerjaan.
2) Adanya hal-hal lainnya yang tidak disebutkan di dalam ketentuan ini
harus disampaikan kepada pihak pemilik pekerjaan untuk dimintakan
penjelasan atau petunjuk mengenai penggunaan simbol .
3) Pelaksana pekerjaan harus menyerahkan kepada pemilik pekerjaan
suatu contoh salinan dari catatan panel (Footnote panel) yang
digunakan selama penyelesaian pembuatan peta garis digital untuk
disetujui.
4) Pada penyajian akhir tiap peta garis digital harus dibuat di atas kertas
bromida yang bermutu tinggi dan stabil .
5) Setiap lembar peta garis digital yang sesuai dengan nomor serinya
masing-masing harus dibuat dalam bentuk VCD atau DVD.
9.2.2 Peta Garis Digital Skala 1 : 20.000
1) Seri peta garis digital yang dibuat pada skala 1 : 20.000 merupakan
perkecilan dari peta garis digital yang berskala 1 : 5.000.
2) Garis-garis kontur yang diambil dari peta garis digital berskala 1 :
5.000 harus ada pada interval vertikal 5 m dan pada daerah curam
interval kontur dibuat tiap 10 m atau pada suatu perkalian 10 m yang
disetujui oleh pemilik pekerjaan .

Page 80
3) Suatu jaringan garis-garis grid lengkap digambarkan pada lembar
setiap interval 12,5 cm.
4) Reduksi tiap peta garis digital harus berada pada posisi yang tepat
terhadap jaringan garis-garis grid lengkap tersebut.
5) Tata letak masing-masing lembar harus sesuai dengan gambar 8.2,
keterangan yang mendetail lembar peta harus disetujui oleh pemilik
pekerjaan.
6) Pada tahap penyerahan akhir masing-masing peta harus di buat di
atas kertas bromida yang bermutu tinggi dan stabil
7) Masing-masing lembar sesuai dengan susunan serinya harus
dibuatkan dalam bentuk VCD atau DVD.

Page 81

SUBBAGIAN2
PEMETAAN TERESTRIS
Page 82
DAFTAR ISI
PEMETAAN TERESTRIS
1. IKHTISAR PEKERJAAN
1.1 Umum.
1.2 Ruang Lingkup Pekerjaan
1.3 Basis Survey
2. HASIL DAN DATA YANG DISERAHKAN KEPADA PEMILIK PEKERJAAN.
3. TITIK KONTROL TANAH
Persiapan Pemasangan Benchmark
Pemasangan Benchmark
4. METODE PENGAMATAN DAN PENGUKURAN.
Pengukuran Sudut Horizontal (Poligon) Utama.
Pengukuran Sudut Horizontal (Poligon) Cabang.
Pengukuran Azimut Matahari
4.4 Pengukuran Sudut Vertikal
4.5 Pengukuran Sipat Datar .
4.6 Pengukuran Situasi Detail
4.7 Pencatatan, Reduksi, Pemrosesan Data
4.7.1 Pencatatan
4.7.2 Reduksi
4.7.3 Pemrosesan

Page 83
5. PENGGAMBARAN PETA SITUASI SKALA !:2.000
5.1 Kartografi
5.2 Ketelitian Penggambaran
6. PENGGAMBARAN PETA SITUASI SKALA 1:5.000

Page 84
1.
IKHTISAR PEKERJAAN
1.1 Umum
Pemetaan teristris maksudnya adalah semua data yang diperlukan untuk
membuat peta sesuai dengan skala yang diinginkan, yang diperoleh
dengan jalan melakukan pengukuran langsung di lapangan (darat),
dimana pelaksana pekerjaan harus mempergunakan segala peralatan dan
perlengkapan serta juga bahan-bahan yang memenuhi syarat dan
ketepatan dan standar ketelitian yang telah disetujui dalam ketentuan
teknis. Hasil pengecekannya, alat yang digunakan, harus dilampirkan
termasuk jenis-jenis alat dan nomor-nomor seri.
Pelaksana pekerjaan harus mempekerjakan pegawai yang telah mendapat
latihan dalam bidangnya serta cukup berpengalaman dalam berbagai
pekerjaan yang diberikan. Pegawai-pegawai praktikan atau pegawai yang
sedang dilatih dapat digunakan asalkan mereka berada dalam
pengawasan yang sebagaimana mestinya.
Pelaksana pekerjaan harus dapat memberikan hasil yang berkualitas
tinggi. Pekerjaan akan diperiksa sewaktu-waktu untuk menjamin
terpenuhinya ketentuan teknis yang telah ditetapkan, bila ternyata
ketentuan teknis tidak terpenuhi menurut penilaian pihak pemilik
pekerjaan maka pelaksana pekerjaan harus menanggung biaya pekerjaan
tambahan.
1.2
Ruang Lingkup Pekerjaan
Secara garis besar pekerjaan pemetaan teristris terdiri dari :
Pemasangan benchmark dan patok kayu.
Pengukuran koordinat.
Pengukuran sipat datar.

Page 85
Pengukuran situasi detail.
Perhitungan.
Penggambaran
1.3 Basis Survei
Peta yang dibutuhkan untuk menetapkan daerah pemetaan,
menetapkan rencana pemasangan Benchmark, dan rencana
pengukuran, digunakan Peta Rupa Bumi Skala 1 : 50.000 atau Skala
yang lebih besar Bakosurtanal.
Referensi yang digunakan sebagai titik ikat pengukuran koordinat (x,y)
dan pengukuran tinggi (z) menggunakan titik tetap Bakosurtanal.
2.
HASIL DAN DATA YANG HARUS DISERAHKAN KEPADA
PIHAK PEMILIK PEKERJAAN
1) Satu set peta asli digital skala 1 : 2.000/1 : 5.00 yang dilengkapi
dengan titik-titik tinggi pada kertas transparan yang stabil dan dalam
bentuk VCD/DVD.
2) Satu set peta asli digital dengan skala 1 : 10.000/1 : 25.000 yang
dilengkapi dengan garis-garis tinggi, pada kertas transparan yang
stabil dan dalam bentuk VCD/DVD.
3) Semua eksemplar asli dan satu set fotokopi semua pekerjaan
observasi dan perhitungan, diberi indeks, dijilid dan dilengkapi dengan
keterangan/referensi.
4) Daftar koordinat dari benchmark yang dibuat, lengkap dengan data-
data pilar triangulasi yang digunakan sebagai titik ikat.
5) Gambaran letak titik-titik secara lengkap, termasuk elevasinya,
koordinat-koordinat dan lima foto untuk masing-masing benchmark
yang digunakan.

Page 86
6) Sepuluh salinan/kopi laporan akhir yang meliputi penelitian lapangan,
proses serta hasilnya. Laporan tersebut harus merinci metode
sebenarnya yang digunakan, ketepatan sebenarnya yang diperoleh
dan kesulitan-kesulitan yang dijumpai serta pemecahannya pada
seluruh tahap pekerjaan. Laporan itu meliputi diagram-diagram jaring
koordinat dan sifat-sifat dasar serta penjelasan mengenai semua titik-
titik tetap dan titik-titik koordinat. Laporan tersebut tidak boleh
semata-mata mengulangi isi ketentuan-ketentuan teknis tetapi harus
benar-benar berdasarkan hasil pelaksanaan.
3.
TITIK KONTROL TANAH
Titik kontrol tanah dalam bentuk tugu sebagai benchmark untuk
menyimpan data koordinat (x,y) dan tinggi (z) yang digunakan untuk
kepentingan pembangunan irigasi dan kontrol pemetaan, ketentuannya
mengikuti dibawah ini :
3.1
Ketentuan Umum Pemasangan Benchmark
1) Seluruh pengukuran koordinat (x,y) dan tinggi (z) harus diikatkan
pada titik tetap orde 0 atau orde1 Bakosurtanal.
2) Kerapatan setiap satu titik kontrol mewakili luas areal 250 ha atau
setiap jarak 2,5 km di sepanjang jalur koordinat dan setiap titik
simpul, ketepatan dari titik tersebut harus memenuhi ketentuan-
ketentuan yang telah ditetapkan.
3) Benchmark dalam bentuk tugu harus mencakup semua daerah yang
akan dipetakan dan sebagai kontrol perimeter, sebagai catatan jumlah
keseluruhan dari titik-titik tetap tersebut dapat melebihi jumlah yang
telah dihitung dari daerah nominal yang akan dipetakan, pemasangan
benchmark dipasang lebih dulu sebelum pekerjaan lapangan dimulai.
Page 87
3.2 Pemasangan Benchmark
1) Benchmark yang harus dipasang ada 2 macam yaitu benchmark besar
dan kecil, bagian yang muncul diatas tanah setinggi 20 cm.
Benchmark besar dan kecil dipasang dengan jarak antara 100-150 m,
harus kelihatan satu sama lainnya karena akan digunakan untuk
pengikatan azimut matahari, konstruksi penanda azimut akan dibuat
pada titik pertama di sepanjang jalur koordinat dari benchmark. Jenis
konstruksi untuk penanda azimut terserah pada pelaksana pekerjaan,
tetapi sebelumnya harus diperlihatkan untuk kemudian disetujui oleh
pihak pemilik pekerjaan.
2) Bilamana mungkin benchmark tersebut harus ditempatkan sesuai
dengan kriteria berikut :
a. Benchmark ditempatkan pada tanah keras (hindarkan pemasangan di
daerah rawa atau sawah).
b. Benchmark dan tanda lapangan dipasang paling sedikit 10 meter dari
pinggir jalan dan di daerah yang tidak akan terkena perubahan.
c. Benchmark ini akan ditempatkan di sekitar jalur saluran irigasi dan
pembuang yang sudah ada atau yang baru diusulkan.
3) Semua harus dijelaskan selengkap mungkin pada saat pemasangan
antara lain mencakup :
Sketsa ukuran (penampang melintang) benchmark yang dibuat.
Lima foto untuk setiap benchmark yang sudah jadi, dilengkapi dengan
pelat nomor dan baut kuningannya, empat buah foto dari empat mata
angin, satu buah foto dari atas lengkap dengan daerah sekitarnya.
Sketsa lokasi lengkap dengan jarak-jarak titik detail yang ada disekitar
benchmark dan lokasi penanda azimut (azimut mark).
Sketsa gambaran umum lokasi, lengkap dengan deskripsi pendekatan
ke sekitar titik tetap.

Page 88
Penanda azimut dapat dideskripsikan dalam formulir yang sama
dengan benchmark atau dalam formulir lain, menurut keinginan
pelaksana pekerjaan.
Koordinat-koordinat titik akan ditambahkan pada deskripsi apabila
perhitungannya sudah tuntas.
4) Titik-titik koordinat selain benchmark atau penanda azimut dibuat dari
patok kayu yang kuat, ukuran panjang sekurang-kurangnya 50 cm
dengan penampang melintang 5 x 5 cm, dipasang sedemikian rupa
sehingga patok-patok tersebut dapat bertahan selama pengukuran
(sekurang-kurangnya 6 bulan). Tanah yang lebih lunak membutuhkan
patok-patok yang lebih panjang, patok-patok tersebut harus muncul
10 cm dari permukaan tanah dan pada ujungnya diberi paku agar titik
yang tepat mudah ditemukan, letak titik itu harus diperlihatkan
dengan patok lain atau pohon yang mudah dilihat yang jaraknya tidak
lebih dari 3,0 meter. Nomor titik akan diperlihatkan pada patok yang
dicat merah.
4. METODA PENGAMATAN DAN PENGUKURAN
Pengamatan dan pengukuran koordinat (x,y) dan tinggi (z) di lapangan
untuk memperoleh data lapangan (darat) dalam membuat peta skala 1 :
2.000 dan Skala 1 : 5.000, alat ukur yang digunakan Total Station (x,y)
dan level automatic atau automatic digital (z), seluruh benchmark harus
diukur koordinat (x,y) maupun tinggi (z). Jika menggunakan Receiver
pengamatan GPS ketentuannya seperti diatas.
Ketentuan pengukuran dengan menggunakan alat Total Station dan level
automatic atau level automatic digital sebagai berkut :

Page 89
4.1 Pengamatan GPS
1) Alat ukur yang digunakan minimal 3 (tiga) buah GPS Geodetic model
digital yang mempunyai ketelitian 5 mm + 1 ppm(H) dan 10 mm + 2
ppm(V).
2) Pengamatan receiver GPS Geodetic dilakukan dengan cara Double
Difference berdasarkan data fase dengan metoda Static atau Rapid
static (static singkat) dengan alat Receiver GPS single frekuensi (L1)
atau dual frekuensi (L1 + L2)
3) Ketentuan pengamatan harus mengikuti ketentuan berikut :
Satelit yang diamati minimum 4 (empat) buah dalam kondisi tersebar
Besaran GDOP (geometrical dilution of precisition) lebih kecil dari 8
Pengamatan dilakukan siang hari atau malam hari
Level aktifitas atmosfer dan ionosfer relative sedang
Lama pengamatan berdasarkan panjang baseline
4) Pengamatan GPS dengan data fase digunakan dalam model
penentuan posisi relatif untuk menentukan komponen
baseline antara dua titik, memastikan bahwa semua receiver
melakukan pengamatan terhadap satelit-satelit yang sama
secara bersamaan, mengumpulkan data dengan kecepatan
dan epoh yang sama.
Panjang
Baseline
(km)
Metoda
Pengam
atan
Lama
Pengamat
an(L1)
Lama Pengamatan(L1+L2)
05
Statis
singkat
30 menit
15 menit
5 10
Statik
singkat
60 menit
30 menit
10 30
Statik
90 menit
60 menit

Page 90
5) Setiap receiver GPS harus dapat menyimpan data selama mungkin
dari minimum 4 (empat) buah satelit dengan kecepatan minimum 4
(empat) epoh dalam 1 (satu) menit, masing-masing 15 (lima belas)
detik.
6) Tidak diizinkan untuk menggunakan merek dan jenis receiver GPS
yang berbeda dalam satu session.
7) Terdapat minimal 1 (satu) titik sekutu yang menghubungkan 2 (dua)
session.
8) Tidak diizinkan untuk mengamati satelit dengan elevasi dibawah 15
derajat.
9) Setelah session pengamatan seluruh data harus didownload dan
disimpan dalam sebuah CD dan dibuatkan cadangannya.
4.1.1 Reduksi baseline
1) Geometri dari jaringan harus memenuhi spesifikasi ketelitian dan
persyaratan strenght of figure yaitu :
a. Statistik reduksi baseline
Untuk setiap jaring orde 3 standar deviation (s) hasil hitungan dari
komponen baseline toposentrik (dN,dE,dH) yang dihasilkan oleh
software reduksi baseline harus memenuhi hubungan berikut :
N M
E M
H 2M
dimana M = [102 + (10d)2]1/21.96 mm dan d = panjang baseline
b. Baseline yang diamati 2 (dua) kali
- Baseline yang lebih pendek dari 4 (empat) km

Page 91
Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh berbeda
lebih besar dari 0.03 m sedangkan komponen tinggi tidak boleh
berbeda lebih dari 0.06 m.
- Baseline yang lebih panjang dari 4 (empat) km
Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh berbeda
lebih besar dari 0.05 m sedangkan komponen tinggi tidak boleh
berbeda lebih dari 0,10 m.
2) Seluruh reduksi baseline harus dilakukan dengan menggunakan
software processing GPS yang telah dikenal dibuat oleh agen software
atau badan peneliti ilmiah yang bereputasi baik.
3) Koordinat pendekatan dari titik referensi yang digunakan dalam reduksi
baseline tidak boleh lebih dari 10 m dari nilai sebenarnya.
4) Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi
troposfer untuk semua data pengamatan.
5) Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi
ionosfer untuk semua data pengamatan. Data dual frekuensi harus
digunakan untuk mengeliminasi pengaruh ionosfer jika ambiguiti fase
single tidak dapat dipecahkan.
4.1.2 Perataan Jaring
1) Perataan jaring bebas dan terikat dari seluruh jaring harus dilakukan
dengan menggunakan software perataan kuadrat terkecil yang telah
dikenal dibuat oleh agen software atau badan peneliti ilmiah
bereputasi baik.
2) Informasi di bawah ini harus dihasilkan dari setiap perataan
- Hasil dari test Chi-Square atau Variance Ratio pada residual setelah
perataan (test ini harus dapat melalui confidence 99 % yang berarti
Page 92
bahwa data-data tersebut konsisten terhadap model matematika yang
digunakan).
- Daftar koordinat hasil perataan.
- Daftar baseline hasil perataan termasuk koreksi dari komponen-
komponen hasil pengamatan.
- Analisis statistik mengenai residual komponen baseline termasuk jika
ditemukan koreksi yang besar pada confidence level yang digunakan.
- Ellip kesalahan titik untuk setiap stasiun/titik.
4.1.3 Analisa
1) Integritas pengamatan jaring harus di nilai berdasarkan :
- Analisis dari baseline yang diamati 2 (dua) kali (penilaian
keseragaman)
- Analisis terhadap perataan kuadrat terkecil jaring bebas (untuk
menilai konsistensi data)
- Analisis perataan kuadrat terkecil untuk jaring terikat berorde lebih
tinggi (untuk menilai konsistensi terhadap titik kontrol)
2) Akurasi komponen horizontal jaring akan di nilai terutama dari analisis
ellip kesalahan garis 2D yang dihasilkan oleh perataan jaring bebas.
3) Koordinat benchmark dari hasil pengamatan GPS disajikan dalam
system proyeksi UTM dan ellipsoid WRG 84.
4) Tinggi benchmark hasil ukuran GPS di koreksi terhadap besaran
undulasi (N) atau dikoreksi terhadap titik MSL yang ada disekitar
lokasi.
4.2
Pengukuran Poligon Utama
1) Basis poligon meliputi daerah pemetaan yang merupakan jaring-
jaring tertutup (closed loop) dan diikatkan ke titik tetap orde 0 atau

Page 93
orde 1 Bakosurtanal, kaki-kaki poligon harus sepanjang mungkin
dan sistem statip tetap (fixed tripod) seperti yang diuraikan di
bawah ini dipakai untuk mendapatkan ketelitian yang diisyaratkan.
2) Apabila mungkin titik-titik yang ada akan digunakan sebagai azimut
awal dan azimut akhir, titik-titik triangulasi yang digunakan harus
saling berhubungan dengan titik triangulasi yang lainnya.
3) Untuk kontrol orientasi harus dilakukan pengamatan azimut
matahari, jika titik-titik triangulasi yang sudah ada tidak terlihat lagi
dan/atau pada interval 25 titik di sepanjang masing-masing poligon.
4) Statip harus ditempatkan pada tanah yang stabil untuk memperoleh
hasil pengamatan sudut horizontal dan jarak yang teliti, poligon
yang melalui daerah sawah harus diikuti secara hati-hati untuk
menghindari lokasi-lokasi sulit di daerah genangan sawah atau pada
pematang-pematang yang tidak stabil.
5) Semua theodolit harus dalam keadaan baik dan setelannya akan
diperiksa terus selama pengamatan berlangsung, kolimasi akan
diperiksa apabila melebihi 1 (satu menit), pelaksana pekerjaan
harus menyiapkan semua catatan yang berkenaan dengan
pemeriksaan dan penyesuaian peralatan yang dilakukan.
6) Theodolit harus mampu mengukur sampai 1 (satu detik ) dan
dilengkapi dengan komponen yang diperlukan.
7) Untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu pada saat
melakukan sentring maka perlu digunakan 4 buah statip dan 4 buah
kiap (tribrach). Selama pengamatan berlangsung statip dan kiap
tersebut harus tetap berada disatu titik, hanya target dan teodolit
saja yang berpindah/berubah.
8) Di titik-titik dimana pekerjaan hari itu berakhir dan pekerjaan hari
berikutnya mulai, sentering harus dilakukan dengan hati-hati, hal

Page 94
yang sama berlaku juga pada waktu dilakukan pengamatan ulang
ditempat yang sama.
9) Kedudukan nivo kotak dan pengunting optic harus sering diperiksa
dengan bantuan unting-unting gantung dan penyesuaian-
penyesuaian dilakukan bilamana perlu.
10) Sebelum pengamatan dilakukan theodolit harus di setel sebaik-
baiknya, pengukuran sudut horizontal dan jarak dilakukan minimum
2 kali pengamatan, untuk satu kali pengamatan dilakukan sejumlah
pembacaan dengan urutan sebagai berikut :

Bidik kiri (FL) untuk bacaan target belakang

Bidik kiri (FL) untuk bacaan target ke depan

Bidik kanan (FR) untuk bacaan target ke depan

Bidik kanan (FR) untuk bacaan target ke belakang


Dua kali pengamatan diambil dari titik nol secara terpisah.
11) Ketelitian pengukuran poligon :

Semua hasil pengamatan di reduksi di lapangan jika perbedaan


antara keempat harga sudut yang diperoleh (2FL, 2FR) melebihi 5,
maka harus dilakukan pengukuran ulang.

Toleransi untuk kesalahan penutup pada azimut matahari harus 10


n dimana n adalah jumlah sudut, jika kesalahan penutupnya masih
berada dalam toleransi maka sudut itu akan disesuaikan dengan
azimut matahari dan jika toleransi tersebut dilampaui, maka azimut
dan/atau sudut-sudut tersebut harus di ulang dan dicek.

Kesalahan penutup linear poligon utama tidak boleh lebih besar dari
1 : 10.000 dari panjang totalnya, poligon akan dijaga agar tetap
pendek untuk menjamin bahwa kesalahan penutup pada jaring-
jaring atau bagian tidak lebih dari satu meter.

Page 95
4.3
Pengukuran Poligon Cabang
i.
Poligon cabang harus dimulai dari poligon utama diakhiri pada
poligon utama, sehingga titik-titik poligon utama akan merupakan
kontrol hasil pengukuran poligon cabang.
ii.
Untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu pada saat
melakukan sentering maka perlu digunakan 2 buah statip dan 2 buah
kiap (tribrach). Selama pengamatan berlangsung statip dan kiap
tersebut harus tetap berada di satu titik, hanya target dan theodolit
saja yang berpindah/berubah.
iii.
Poligon cabang di bagi atas seksi-seksi dengan panjang maksimum
2,5 km dan diusahakan sisi poligon sama panjangnya untuk untuk
mencapai ketelitian yang memenuhi syarat.
iv.
Di titik-titik dimana pekerjaan hari itu berakhir dan pekerjaan hari
berikutnya di mulai, sentering harus dilakukan dengan hati-hati, hal
yang sama berlaku juga pada waktu dilakukan pengamatan ulang
ditempat yang sama.
v.
Kedudukan nivo kotak dan pengunting optic harus sering diperiksa
dengan bantuan unting-unting gantung dan penyesuaian-penyesuaian
dilakukan bilamana perlu.
vi.
Sebelum pengamatan dilakukan theodolit harus disetel sebaik-
baiknya, pengukuran sudut horisontal dan jarak dilakukan minimum 1
(satu) kali pengamatan dengan pembacaan urutan sebagai berikut :
vii. Bidik kiri (FL) untuk bacaan target belakang
viii. Bidik kiri (FL) untuk bacaan target ke depan
ix. Bidik kanan (FR) untuk bacaan target ke depan
x. Bidik kanan (FR) untuk bacaan target ke belakang
xi. Ketelitian pengukuran poligon :

Page 96
xii. Semua hasil pengamatan direduksi di lapangan jika perbedaan antara
kedua harga sudut yang diperoleh (FL, FR) melebihi 10 maka harus
dilakukan pengukuran ulang.
xiii. Toleransi untuk kesalahan penutup pada azimut matahari harus 20
n dimana n adalah jumlah sudut, jika kesalahan penutupnya masih
berada dalam toleransi maka sudut itu akan disesuaikan dengan
azimut matahari dan jika toleransi tersebut dilampaui, maka azimut
dan/atau sudut-sudut tersebut harus diulang .
xiv. Kesalahan penutup linear poligon utama tidak boleh lebih besar dari 1
: 5.000 dari panjang totalnya, poligon akan dijaga agar tetap pendek
untuk menjamin bahwa kesalahan penutup pada jaring-jaring atau bagian
tidak lebih dari satu meter.
4.4 Pengukuran Azimut Matahari
1) Azimut matahari akan diamati pagi dan sore hari, dilakukan masing-
masing sedikitnya 5 kali pengamatan, dalam satu seri tidak boleh
lebih dari 30.
2) Pengamatan dilakukan sebagai berikut :
Bidik kiri (target).
Bidik kiri (matahari).
Bidik kanan (matahari).
Bidik kanan (target)
Seri ini merupakan satu kali pengamatan.
3) Pembacaan sudut horizontal pada pengamatan azimut matahari harus
diberikan koreksi akibat tidak mendatarnya kedudukan alat. Koreksi ini
sangat penting dan dapat dihitung dari hasil bacaan kedudukan
gelembung nivo tabung tersebut atau apabila alat theodolit dilengkapi

Page 97
dengan kompensator otomatis, dari pembacaan lingkaran vertikal
pada sudut kanan pada masing-masing sisi garis bidik.
4) Metode yang dipakai untuk menentukan azimut tergantung keinginan
pelaksana pekerjaan, walaupun demikian hal-hal berikut harus
diperhatikan bila akan digunakan azimut dengan metode ketinggian
matahari :
Pengamatan matahari dilakukan apabila tinggi matahari lebih besar
dari 200 karena apabila dilakukan pengamatan pada waktu tinggi
matahari dibawah 200 refraksi (pembiasan) menjadi terlalu besar dan
tidak menentu, jika mungkin usahakan ketinggian matahari di bawah
400.
Pembacaan temperatur dan tekanan udara akan dilakukan untuk
keperluan koreksi refraksi.
Perlengkapan-perlengkapan tambahan yang diperlukan terdiri dari jam
tangan yang ketepatannya dicocokkan satu menit sebelum tanda
waktu resmi berbunyi, prisma Reoloff, tabel deklimasi matahari dan
table refraksi.
5) Jika untuk pengukuran azimut digunakan metode sudut waktu maka
bisa dilakukan pengamatan pada saat tinggi matahari di bawah 200,
tetapi waktu pengamatan harus jauh lebih teliti.
4.5 Pengukuran Sipat Datar (z)
Pengukuran sipat datar dilakukan dengan alat ukur
level automatic atau level automatic digital dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Sistem patok benchmark sudah terpasang sebelum dilakukan
pengukuran sipat datar, pemindahan elevasi ke benchmark yang
dibuat sesudah selesainya penyipatan datar tidak akan diterima.

Page 98
b. Pengukuran digunakan alat rambu ukur metrik dan tatakan rambu
yang terbuat dari metal, untuk jaring sipat datar utama digunakan alat
sipat datar digital atau non digital
c. Setiap alat harus dicek kolimasinya (kesalahan garis bidik) setiap hari
dengan menggunakan 2 patok-uji (peg test), mid-base atau cara-cara
sejenis sampai dengan jarak 100 m, dalam metode mid-base di cari
perbedaan tinggi antara dua titik, di mana hasil ukuran di saat alat
ditempatkan di tengah harus dibandingkan dengan hasil ukuran di
saat alat ditempatkan di dekat salah satu titik. Penyesuaian harus
dilakukan apabila kesalahan kolimasinya lebih dari 0,05 mm/m. Nivo
kotak dan kompensator otomatis juga harus selalu dicek secara
teratur. Pelaksana pekerjaan harus membuat catatan lengkap
mengenai seluruh hasil pengecekan dan penyesuaian yang telah
dilakukan.
d. Rambu ukur ditempatkan pada tatakan dari metal pada setiap
pengukuran (kecuali pada benchmark atau benchmark sementara).
Juru ukur harus menginstruksikan kepada pemegang rambu, agar
rambu ukur selalu tepat vertikal dengan menggunakan stafflevel atau
carpenters level (penempatannya harus juga dicek).
e. Metode stan ganda (double-stand) pada pengukuran sifat datar tidak
boleh digunakan, jarak bidikan tidak diperkenankan lebih dari 50 m.
Bidikan ke belakang kira-kira sama dengan bidikan ke muka, untuk
menghindari kesalahan kolimasi. Tidak dibenarkan melakukan
pembidikan silang (intermediate sight).
f. Pembacaan rambu tidak boleh dilakukan melebihi 20 cm dari batas
bawah rambu dan juga 20 cm dari batas bagian atas rambu.
g. Untuk membantu pelaksanaan pengukuran titik-titik rincik ketinggian
dianjurkan agar titik tinggi sementara dipasang pada waktu

Page 99
pengukuran sipat datar utama antara lain : gorong-gorong, tangga
rumah, lantai pengeringan padi, dan lain sebagainya. Titik-titik
tersebut ditandai serta dicatat secara lengkap.
h. Juru ukur harus memasukkan data-data mengenai tinggi dan
rendahnya hasil ukuran pada setiap formulir yang sudah ditentukan,
bacaan belakang, bacaan muka, beda tinggi h (+ dan -) harus
dijumlahkan. Perbedaan antara hasil bacaan belakang, dan muka
harus sama dengan hasil beda tinggi (h), hanya merupakan
pengecekan aritmatik dapat menghindarkan kesalahan yang tidak
terlihat karena data yang tidak benar.
i. Pengecekan harus dilakukan pada setiap halaman dan setiap bagian
pengukuran sipat datar, secara sistematis setiap hari, serta harus
ditandatangani oleh juru ukur yang bersangkutan.
j. Ketelitian sipat datar sebagai berkut :
Jalur utama yang pada umumnya merupakan jaring tertutup, harus di
ukur dua kali yaitu pergi dan pulang. Perbedaan antara kedua harga
untuk masing-masing seksi harus kurang dari 7 k mm, dimana k
adalah jarak dalam km antar benchmark tersebut.
Jalur sekunder yang umumnya terikat dengan titik-titik jaringan utama
untuk kontrol titik detail cukup satu kali dengan ketelitian 20 k mm,
dimana k adalah jarak dalam km.
4.6 Pengukuran Situasi Detail
1) Alat yang digunakan adalah Total Station atau yang sederajat
ketelitiannya.
2) Metode yang digambarkan adalah Raai dengan jarak antara Raai 20 m
sampai dengan 40 m atau Voorstraal dengan jarak pengambilan titik
detail 20 m sampai dengan 40 m atau kombinasi Raai dan Voorstraal

Page 100
dengan jarak 40 m dan pekerjaan tersebut dapat dilakukan sekaligus
pada saat pengukuran poligon utama atau poligon cabang.
3) Ketelitian poligon raai untuk sudut 20n, dimana n = banyak titik
sudut, ketelitian linier poligon kombinasi Raai dan Voorstraal 1 :
2.000.
4) Semua tampakan yang ada, baik alamiah maupun buatan manusia di
ambil sebagai titik detail, misalnya : bukit, lembah, alur, sadel, dll.
5) Kerapatan titik detail ( 40 m di lapangan) harus di buat sedemikian
rupa sehingga bentuk topografi dan bentuk buatan manusia dapat
digambarkan sesuai dengan keadaan lapangan.
6) Sketsa lokasi detail harus di buat rapi, jelas dan lengkap sehingga
memudahkan penggambaran dan memenuhi persyaratan mutu yang
baik dari peta.
7) Pengukuran situasi harus dilebihkan sebesar 250 m dari batas yang
telah ditentukan.
8) Sudut poligon kombinasi Raai dan Voorstraal cukup 1 (satu) seri.
9) Ketelitian tinggi poligon raai 10 cm D (D dalam km).
4.7 Pencatatan, Reduksi dan Pemrosesan Hasil Pengamatan di
Lapangan
Pencatatan, reduksi, dan pemrosesan hasil
pengamatan di lapangan harus mengikuti ketentuan
di bawah ini :
4.7.1 Pencatatan
1) Seluruh proses perhitungan koordinat (x,y) dalam proyeksi UTM,
tinggi (z) terhadap permukaan air laut rata-rata, azimut matahari, dan

Page 101
perhitungan titik detail menggunakan software distributor alat merk
apa saja yang berlaku di Indonesia.
2) Pelaksana pekerjaan harus menyerahkan laporan hasil hitungan
dengan menggunakan software dari distribualat alat merk apa saja
dalam bentuk softcopy VCD atau DVD.
3) Penjelasan-penjelasan yang dibutuhkan dimasukkan ke lembar
pengamatan sementara pekerjaan berlangsung, hal ini menyangkut
nama pengamat, tanggal, nomor titik, nomor alat juga penjelasan-
penjelasan lainnya seperti ketinggian alat, temperatur dan tekanan
udara, seluruh lembar data harus disertai tanggal dan tanda tangan
pengamat dan orang yang telah melakukan pemeriksaan.
4) Seluruh laporan pengamatan yang dilakukan di lapangan diserahkan
kepada pihak pemilik pekerjaan, termasuk juga bagian-bagian yang
telah di ulang,yang disebut terakhir ini harus ditandai dengan jelas
sehingga bisa saling dicocokkan.
4.7.2 Reduksi
1) Koordinat (x,y) perlu di reduksi dan dirata-ratakan pada setiap titik
dan di periksa apakah memenuhi toleransi yang sudah ditetapkan,
reduksi koordinat (x,y) termasuk juga koreksi kesalahan titik nol alat,
dan koreksi faktor skala dimana dianggap perlu.
2) Pengamatan di lapangan perlu di reduksi setiap harinya lalu
ditandatangani, di sertai tanggal pemeriksaan oleh pelaksana
pekerjaan, hasil pengamatan harus di simpan dengan rapi dan diberi
nomor referensi agar mudah di cari bilamana diperlukan dikemudian

Page 102
hari, bila sudah diarsipkan, hasil-hasil pengamatan itu tidak boleh
dibawa ke lapangan lagi.
4.7.3 Pemrosesan Data
1) Penghitungan harus dilakukan di lapangan untuk memeriksa apakah
pengamatan telah sesuai dengan standar ketelitian.
2) Untuk kontrol planimeter ini meliputi :
Pengecekan hasil penghitungan koordinat.
Pengecekan penutup koordinat tertutup.
Pengecekan azimut antara titik-titik triangulasi dan hasil pengamatan.
Penyesuaian kesalahan koordinat.
Penghitungan dari x dan y untuk mencek hasil planimetrik.
3) Untuk kontrol ketinggian kegiatan pemrosesan ini meliputi :
Pemeriksaan hasil hitungan dari Bacaan belakang, Bacaan muka,
Perbedaan tinggi (h).
Perhitungan h untuk seksi-seksi antara titik-titik tetap (benchmark) .
Perhitungan dari tiap loop/kring.
Perataan dari loop dengan metode Dell (atau metode lainnya), agar
memperoleh ketinggian yang tepat untuk di pakai pada perhitungan
rincik ketinggian nantinya.
4) Perhitungan blok-blok pengukuran lapangan harus disesuaikan dengan
batas-batas triangulasi udara, hal ini dimaksudkan untuk menghindari
kelambatan pada tahapan selanjutnya.
5) Apabila hasil pekerjaan lapangan telah disetujui oleh pengawas, hasil
pengamatan serta hasil hitungannya segera di kirim ke kantor
pelaksana pekerjaan untuk dilakukan perhitungan akhir.
6) Penyesuaian planimetri harus dihitung mencakup seluruh titik-titik
triangulasi yang ada di lapangan.

Page 103
7) Penyesuaian titik-titik poligon harus sesuai dengan jarak, hal ini berarti
bahwa koreksi dalam koordinat simpangan timur (easting) sama
dengan :
salah-penutup dalam simpangan timur
--------------------------------------------------- x jarak akumulasi
jumlah jarak poligon seluruhnya
Hal yang sama berlaku untuk simpangan utara.
8) Seluruh hasil penghitungan, pengamatan dan informasi seperti yang di
daftar dibawah ini harus diserahkan kepada pihak pemilik pekerjaan
dalam bentuk VCD atau DVD untuk mendapatkan persetujuan
sementara.
Urutan cara perhitungan loop atau jalur kordinat antara benchmark.
Kesalahan penutup sudut pada setiap bagian/seksi, azimut kontrol
atau azimut yang diperoleh dari loop yang berdekatan, bersama-sama
dengan jumlah titik dalam setiap seksi.
Kesalahan penutup linier x, y dari setiap loop atau jalur koordinat
antara titik-titik simpul dan kesalahan penutup fraksi yang dipilih
dengan jumlah titik.
Detail-detail hasil pengamatan yang ditolak, diragukan, tidak dipakai
lagi.
5. PENGGAMBARAN PETA SITUASI TERISTRIS SKALA 1 : 5.000
Penggambaran peta situasi teristris skala 1 : 5.000 dilakukan dengan cara
memperkecil 2.5 kali peta situasi teristris skala 1 : 2.000 menggunakan
software dari distributor merk apa saja yang berlaku di Indonesia,
ketentuan yang harus ada dalam peta situasi teristris skala 1 : 5.000
sebagai berikut :

Page 104
1) Ketentuan pemasangan benchmark untuk peta situasi skala 1 : 5.000
setiap 500 ha sedangkan untuk peta situasi skala 1 : 2.000 setiap 250
ha, dengan demikian yang tercantum dalam peta situasi skala 1 :
5.000 benchmark setiap 500 ha.
2) Ketentuan titik detail yang diukur untuk peta setuasi skala 1 : 5.000
dengan jarak 1 cm sampai dengan 2 cm di peta atau jarak 50 m
sampai 100 m di lapangan sedangkan titik detail yang diukur dengan
1 cm sampai dengan 2 cm di peta atau jarak 20 m sampai dengan 40
m di lapangan, dengan demikian yang harus tercantum dalam peta
situasi skala 1 : 5.000 adalah titik detail dengan jarak 50 m sampai
dengan 100 m di lapangan.
3) Untuk luasan-luasan dibawah 100 m2 demikian juga jarak-jarak
dibawah 10 m dalam skala 1 : 5.000 dihapus/dihilangkan.
4) Ketentuan interval kontur dalam peta situasi skala 1 : 5.000 setiap 1.0
m sedangkan untuk peta situasi skala 1 : 2.000 setiap 0.5 m, dengan
demikian yang tercantum dalam peta situasi skala 1 : 5.000 interval
kontur 1.0 m.
5) Ketentuan interval grid peta dalam peta situasi skala 1 : 5.000 setiap
500 m sedangkan untuk peta situasi skala 1 : 2.000 setiap 250 m,
dengan demikian yang tercantum dalam peta situasi skala 1 : 5.000
setiap 500 m.
6) Ketentuan kartografi dan ketelitian penggambaran dalam skala 1 :
5000 sama dengan ketentuan kartografi skala 1 : 2.000
6. PENGGAMBARAN PETA SITUASI TERISTRIS SKALA 1 : 2.000
Peralatan yang digunakan untuk penggambaran Autocad ukuran A-1 yang
dikeluarkan oleh distributor apa saja berlaku di Indonesia demikian juga
komputer yang digunakan, skala peta yang dibuat skala 1 : 2.000
sedangkan untuk Skala 1 : 5.000 pengecilan dari skala 1 : 2.000 dengan

Page 105
membuang beberapa detail yang tidak diperlukan untuk skala 1 : 5.000,
ketentuan penggambaran sebagai berikut :
6.1
Kartografi
1)
Ukuran peta (50x50) cm, garis silang untuk grid dibuat setiap 10 cm
dengan ukuran (10x10) mm, garis sambungan peta 10 cm, skala
peta 1 : 2.000 di buat grafis dan numeris, indek peta dengan ukuran
yang sudah ditentukan, informasi legenda sesuai dengan yang ada
di lembar peta , keterangan titik referensi harus ada disetiap
lembar peta dicantumkan dibawah legenda.
2)
Semua benchmark, titik ikat horizontal bakosurtanal, dan titik tinggi
bakosurtanal yang ada di lapangan harus digambar dengan legenda
yang telah ditentukan dan di lengkapi dengan elevasi (z) dan
koordinat (x,y).
3)
Pada setiap interval 5 (lima) garis kontur di buat tebal dari garis
kontur lainnya dengan ketebalan ukuran yang telah ditentukan dan
ditulis angka elevasinya.
4)
Pencantuman legenda pada gambar harus sesuai dengan ketentuan
Direktorat Irigasi dan sesuai dengan topografi yang ada di lapangan.
5)
Penarikan kontur cukup 2.5 m untuk daerah datar dan 5 m untuk
daerah berbukit dengan ketebalan yang sudah ditetapkan serta
harus tercantum data elevasi.
6)
Gambar/peta situasi skala 1 : 2.000 digambar di atas kertas
transparan stabil atau sesuai dengan keinginan pemilik pekerjaan
dengan ukuran A-1.
7)
Gambar konsep (draft) lengkap Skala 1 : 2.000 dan titik pengukuran
poligon utama dan raai/voorstraal harus dilakukan di atas kertas
transparan stabil untuk di setujui pemilik pekerjaan.
Page 106
8)
Gambar kampung, sungai, rawa buatan alam dan manusia harus
diberi nama yang jelas dan harus diberi batas.
9)
Peta ikhtisar skala 1 : 10.000 di gambar dengan cara pengecilan
peta skala 1 : 2.000 menggunakan software dari distributor merk
apa saja yang berlaku di Indonesia pada kertas transparan stabil.
10) Pada peta ikhtisar skala 1 : 10.000 harus tercantum nama kampung,
nama sungai, benchmark, jalan, jembatan, rencana bendung dan
lain-lain tampakan yang ada di daerah pengukuran dengan interval
kontur cukup tiap 12,5 m untuk daerah datar dan 25 m untuk
daerah berbukit, grid peta ikhtisar tiap 10 cm.
11) Lembar peta harus di beri nomor urut yang jelas dan teratur serta
format gambar etiket peta harus sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan oleh pemilik pekerjaan.
12) Titik poligon utama, poligon cabang dan poligon raai di gambar
dengan sistem koordinat, tidak diperkenankan di gambar dengan
cara grafis.
6.2
Ketelitian Penggambaran
1) Semua tanda silang untuk grid koordinat tidak boleh mempunyai
kesalahan lebih dari 0,3 mm yang di ukur dari titik kontrol horizontal
terdekat.
2) Titik kontrol posisi horizontal tidak boleh mempunyai kesalahan lebih
dari 0,3 mm yang di ukur dari garis grid.
3) Sembilan puluh lima persen (95 %) dari bangunan penting seperti
bendung, dan jembatan, saluran dan sungai tidak boleh mempunyai
kesalahan lebih dari 0,6 mm diukur dari garis grid atau titik kontrol
horizontal terdekat. Sisanya 5 % (lima persen) tidak boleh mempunyai
kesalahan lebih dari 1,2 mm.

Page 107
4) Sembilan puluh persen (90 %) dari penarikan garis kontur tidak boleh
menyimpang lebih dari setengah kali interval kontur yang
bersangkutan dari letak sebenarnya, yang diperhitungkan dari titik
kontrol horizontal, sisanya 10 % (sepuluh persen) tidak boleh
menyimpang dari satu kali interval kontur yang bersangkutan.
5) Pada sambungan lembar peta satu dengan yang lain, garis kontur,
bangunan, saluran, sungai, harus tepat tersambung. Batas pergeseran
yang diperbolehkan maksimum 0,3 mm.

Page 108

SUB BAGIAN 3
PEMETAAN SITUASI TRASE
RENCANA SALURAN DAN LOKASI
KHUSUS
Page 109
DAFTAR ISI
PEMETAAN SITUASI TRASE RENCANA SALURAN DAN
LOKASI KHUSUS
1. IKHTISAR PEKERJAAN ................................................. 69
1.1 Umum ................................................................. 69
1.2 Ruang Lingkup Pekerjaan ..................................... 69
1.3 Basis Survei ......................................................... 70
2. HASIL DAN DATA YANG HARUS DISERAHKAN KEPADA
PEMILIK PEKERJAAN .................................................. 70
3. TITIK KONTROL TANAH .............................................. 71
3.1 Persiapan Pemasangan Benchmark ........................ 71
3.2 Pemasangan Benchmark ........................................ 71
4. METODE PENGUKURAN SITUASI TRASE RENCANA SALURAN
SISTIM KONTUR .......................................................... 73
4.1 Pengukuran Sudut Horizontal (Poligon) ................ 73
4.2 Pengamatan Azimut Matahari .............................. 74
4.3 Pengukuran Sudut Vertikal .................................... 75
4.4 Pengukuran Sipat Datar ........................................ 76
4.5 Pengukuran Situasi RencanaTrase Saluran .............. 77
4.5.1 Pengukuran Situasi Lokasi Khusus ............... 78

Page 110
............................................................. 4.5.2
Pengukuran Titik Rincik (Detail) Antara Penampang
melintang .................................................... 79
4.5.3 Ketelitian Pengukuran Titik Rincik .................. 79
4.6 Pencatatan, Reduksi, Pemrosesan Data Lapangan . 80
4.6.1 Pencatatan .................................................. 80
4.6.2 Reduksi .................................................... 80
4.6.3 Pemrosesan .............................................. 81
5. PENGGAMBARAN SITUASI TRASE RENCANA SALURAN SISTIM
KONTUR ..................................................................... 82
5.1 Peta Situasi Trase Rencana Saluran ...................... 82
5.2 Penulisan Nama, Benchmark, Grid ......................... 83
5.3 Peta Situasi Lokasi Khusus .................................... 84
5.4 Peta Penampang memanjang ................................ 85
5.5 Peta Potongan Melintang ..................................... 85
6. METODE PENGUKURAN DAN PENGGAMBARAN SITUASI TRASE
RENCANA SALURAN SISTEM IP ..................................... 86
6.1 Pemasangan Benchmark dan Patok Kayu ................ 86
6.2 Penyelusuran Trase Rencana Saluran ..................... 87
6.3 Pengukuran Sudut Horizontal (Poligon), Azimut Matahari,
Sipat Datar, Situasi .............................................. 87
6.4 Pengukuran Penampang Memanjang dan Melintang
87

Page 111
6.5 Penggambaran Situasi Trase Rencana Saluran Sistim IP
88
7. METODE PENGUKURAN SITUASI TRASE RENCANA SALURAN
TERSIER ...................................................................... 88
Pengukuran Sudut Horizontal (Poligon) .................. 88
Pengukuran Sipat Datar ........................................ 89
Pengukuran Penampang Melintang dan Memanjang
89
Pengukuran Situasi Trase Rencana Saluran Tersier . 90
Perhitungan dan Penggambaran ........................... 90
Perhitungan ................................................ 90
Penggambaran ........................................... 91
Penggambaran Situasi Trase Rencana
Saluran Tersier ........................................... 91

Page 112
1.
IKHTISAR PEKERJAAN
1.1
Umum
Pengukuran rencana trase saluran ada 2 (dua)
pendekatan yaitu sistem kontur dan sistem
Intersection Point (IP), untuk efisiensi pekerjaan luas
Irigasi di bawah 10.000 ha gunakan sistem kontur
sedangkan untuk luas Irigasi di atas 10.000 ha
gunakan Sistem IP yang maksudnya adalah untuk
memberikan kepastian perencanan saluran utama dan
sekunder termasuk bangunan yang harus ada
disaluran tersebut, demikian juga dengan pengukuran
rencana saluran tersier.
Dalam hal ini diperlukan data-data situasi sepanjang
trase tersebut dengan lebar kiri-kanan trase yang
sudah ditentukan dan data-data potongan
memanjang/melintang sehingga diperlukan koordinat
(x,y) dan tinggi (z) yang memenuhi syarat dengan
ketelitian yang telah disetujui dalam ketentuan teknis.
Pelaksana pekerjaan harus mempekerjakan personil
yang telah mendapat latihan dalam bidangnya serta
cukup berpengalaman dalam berbagai pekerjaan yang
diberikan sehingga dipelukan sertifikasi keahlian
termasuk manajer poyek yang mempunyai keahlian
manager proyek dipekerjakan selama masa kontrak
berlangsung.
Pelaksana pekerjaan harus dapat memberikan hasil
yang berkualitas sesuai dengan ketentuan teknis,

Page 113
pekerjaan akan diperiksa sewaktu-waktu untuk
menjamin terpenuhinya ketentuan teknis yang telah
ditetapkan, bila ternyata ketentuan tidak terpenuhi
menurut penilaian pihak pemilik pekerjaan maka
pelaksana pekerjaan harus menanggung risiko
pengulangan pengukuran.
1.2
Ruang Lingkup Pekerjaan
Garis besar pengukuran rencana trase saluran terdiri dari :
Pemasangan Benchmark.
Pengukuran Poligon .
Pengukuran Azimut Matahari
Pengukuran Sipat Datar .
Pengukuran RencanaTrase Saluran.
Pengukuran Potongan Memanjang.
Pengukuran Potongan Melintang .
Pencatatan, Reduksi, Pemrosesan Data.
Penggambaran
1.3
Basis Survei
Peta yang dibutuhkan untuk menetapkan daerah pengukuran
rencana trase saluran adalah peta situasi teristris skala 1 : 5.000
atau peta ortofoto digital skala 1 : 5.000 atau peta garis skala 1 :
5.000.
Referensi yang digunakan sebagai titik ikat pengukuran trase
saluran adalah minimal 2 (buah) benchmark yang sudah dipasang

Page 114
pada saat pengukuran situasi skala 1 : 5.000 dan minimal 1 (satu)
buah koordinat (x,y) titik tetap Bakosurtanal orde 0 atau orde 1
sedangkan pengukuran tinggi (z) menggunakan titik tetap
Bakosurtanal.
2. HASIL DAN DATA YANG HARUS DISERAHKAN KEPADA
PIHAK PEMILIK PEKERJAAN
1) Tiga kopi (cetakan) dan satu set negatif dan gambar-gambar dan
dalam bentuk VCD atau DVD berikut :
Peta situasi rencana trase saluran yang dilengkapi dengan garis-garis
tinggi skala 1 : 2.000.
Gambar potongan melintang skala 1 : 200 ke arah horizontal dan
vertikal.
Gambar potongan memanjang rencana trase saluran skala 1 : 2.000
ke arah horizontal dan 1 : 200 ke arah vertikal.
2) Semua eksemplar asli dan satu set fotokopi semua hasil pekerjaan
pengukuran, perhitungan diberi indeks, di jilid dan dilengkapi dengan
keterangan/referensi dalam bentuk VCD atau DVD.
3) Daftar koordinat dari patok beton yang di buat, lengkap dengan data-
data titik ikat Bakosurtanal.
4) Gambaran letak titik-titik Benchmark secara lengkap termasuk elevasi,
koordinat-koordinat dan 5 (lima) foto dari 4 (empat) penjuru angin
dan 1 (satu) dari atas.
5) Tiga salinan laporan akhir yang meliputi penelitian lapangan, proses
serta hasilnya, laporan tersebut harus merinci metode sebenarnya
yang digunakan, ketelitian sebenarnya yang diperoleh dan kesulitan-
kesulitan yang dijumpai serta pemecahannya pada seluruh tahap
pekerjaan, laporan itu meliputi diagram-diagram jaring poligon dan

Page 115
sifat-sifat dasar serta penjelasan mengenai semua titik-titik tetap dan
titik-titik koordinat, laporan tersebut tidak boleh semata-mata
mengulangi isi ketentuan teknis tetapi harus benar-benar berdasarkan
hasil pelaksanaan pekerjaan.
3. TITIK KONTROL TANAH
Titik kontrol tanah dalam bentuk tugu sebagai benchmark untuk
menyimpan data koordinat (x,y) dan tinggi (z) yang digunakan untuk
kepentingan pembangunan irigasi dan kontrol pemetaan, ketentuannya
mengikuti dibawah ini :
3.1 Ketentuan Umum Pemasangan Benchmark
1) Seluruh pengukuran koordinat (x,y) dan tinggi (z) harus diikatkan
pada titik tetap orde 0 atau orde 1 Bakosurtanal dan Benchmark skala
1 : 5.000.
2) Kerapatan setiap satu titik benchmark setiap jarak 2,5 km di
sepanjang jalur as trase saluran, ketepatan dari titik tersebut harus
memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.
3) Benchmark dalam bentuk tugu harus mencakup sepanjang rencana
trase saluran yang akan dipetakan dan sebagai kontrol perimeter,
sebagai catatan jumlah keseluruhan dari titik-titik tetap tersebut dapat
melebihi jumlah yang telah dihitung dari daerah nominal yang akan
dipetakan, pemasangan benchmark di pasang lebih dulu sebelum
pekerjaan lapangan dimulai.
4) Bila trase saluran memotong sungai atau lembah yang lebar maka
akan dipasang benchmark-benchmark sementara di kedua sisi sungai
atau lembah, jauhnya paling tidak 25,0 meter dari tepi dan bila trase

Page 116
saluran memotong sungai atau lembah yang lebih kecil maka hanya
satu benchmark sementara saja yang akan dipasang dengan sebuah
penanda azimut didekatnya jika tidak ada penanda azimut atau
benchmark lain yang langsung kelihatan.
3.2 Pemasangan Benchmark
1) Benchmark yang harus dipasang ada 2 macam yaitu benchmark besar
dan kecil, bagian yang muncul diatas tanah setinggi 20 cm,
benchmark besar dan kecil di pasang dengan jarak antara 100-150 m,
harus kelihatan satu sama lainnya karena akan digunakan untuk
pengikatan azimut matahari, konstruksi penanda azimut akan dibuat
pada titik pertama di sepanjang jalur rencana trase saluran, jenis
konstruksi untuk penanda azimut terserah pada pelaksana pekerjaan
tetapi sebelumnya harus diperlihatkan untuk kemudian disetujui oleh
pihak pemilik pekerjaan.
2) Bilamana mungkin benchmark tersebut harus ditempatkan sesuai
dengan kriteria berikut :
Benchmark ditempatkan pada tanah keras (hindarkan pemasangan
didaerah rawa atau sawah).
Benchmark dan tanda lapangan dipasang paling sedikit 10 meter dari
pinggir jalan dan di daerah yang tidak akan terkena perubahan.
Benchmark ini akan ditempatkan di sekitar jalur saluran irigasi dan
pembuang yang sudah ada atau yang baru diusulkan.
3) Semua harus dijelaskan selengkap mungkin pada saat pemasangan
antara lain mencakup :
Sketsa ukuran (penampang melintang) benchmark yang dibuat.

Page 117
Lima foto untuk setiap benchmark yang sudah jadi di lengkapi dengan
pelat nomor dan baut kuningannya, empat buah foto dari empat mata
angin satu buah foto dari atas lengkap dengan daerah sekitarnya.
Sketsa lokasi lengkap dengan jarak-jarak titik detail yang ada di
sekitar benchmark dan lokasi penanda azimut (azimut mark).
Sketsa gambaran umum lokasi, lengkap dengan deskripsi pendekatan
ke sekitar titik tetap.
4) Penanda azimut dapat dideskripsikan dalam formulir yang sama
dengan benchmark atau dalam formulir lain, menurut keinginan
pelaksana pekerjaan.
5) Koordinat-koordinat titik akan ditambahkan pada deskripsi apabila
perhitungannya sudah tuntas.
6) Titik-titik koordinat selain benchmark atau penanda azimut dibuat dari
patok kayu yang kuat, ukuran panjang sekurang-kurangnya 50 cm
dengan penampang melintang 5 x 5 cm, dipasang sedemikian rupa
sehingga patok-patok tersebut dapat bertahan selama pengukuran
(sekurang-kurangnya 6 bulan), tanah yang lebih lunak membutuhkan
patok-patok yang lebih panjang, patok-patok tersebut harus muncul
10 cm dari permukaan tanah dan pada ujungnya diberi paku agar titik
yang tepat mudah ditemukan, letak titik itu harus diperlihatkan
dengan patok lain atau pohon yang mudah dilihat yang jaraknya tidak
lebih dari 3,0 meter, nomor titik ditulis pada patok yang dicat merah.
4. METODA PENGUKURAN RENCANA TRASE SALURAN SISTEM
KONTUR
Pengamatan dan pengukuran koordinat (x,y) dan tinggi (z) di lapangan
untuk memperoleh data lapangan (darat) dalam membuat peta situasi
rencana trase saluran skala 1 : 2.000 dan Skala 1 : 5.000, alat ukur yang

Page 118
digunakan Total Station (x,y) dan level automatic atau automatic digital
(z), seluruh benchmark harus diukur koordinat (x,y) maupun tinggi (z).
Ketentuan pengukuran dengan menggunakan alat Total Station dan level
automatic atau level automatic digital sebagai berkut :
4.1. Pengamatan GPS
1) Alat ukur yang digunakan minimal 3 (tiga) buah GPS Geodetic model
digital yang mempunyai ketelitian 5 mm + 1ppm(H) dan 10 mm + 2
ppm(V)
2) Pengamatan receiver GPS Geodetic dilakukan dengan cara Double
Difference berdasarkan data fase dengan metoda Static atau Rapid
static (static singkat) dengan alat Receiver GPS single frekuensi (L1)
atau dual frekuensi (L1 + L2)
3) Kententuan pengamatan harus mengikuti ketentuan berikut :
Satelit yang diamati minimum 4 (empat) buah dalam kondisi tersebar
Besaran GDOP (geometrical dilution of precisition) lebih kecil dari 8
Pengamatan dilakukan siang hari atau malam hari
Level aktifitas atmosfer dan ionosfer relative sedang
Lama pengamatan berdasarkan panjang baseline
Panjang
Baseline
(km)
Metoda
Pengam
atan
Lama
Pengamat
an(L1)
Lama Pengamatan(L1+L2)
05
Statis
singkat
30 menit
15 menit
5 10
Statik
singkat
60 menit
30 menit
10 30
Statik
90 menit
60 menit

Page 119
4) Pengamatan GPS dengan data fase digunakan dalam model
penentuan posisi relatif untuk menentukan komponen baseline antara
dua titik, memastikan bahwa semua receiver melakukan pengamatan
terhadap satelit-satelit yang sama secara bersamaan, mengumpulkan
data dengan kecepatan dan epoh yang sama.
5) Setiap receiver GPS harus dapat menyimpan data selama mungkin
dari minimum 4 (empat) buah satelit dengan kecepatan minimum 4
(empat) epoh dalam 1 (satu) menit masing-masing 15 (lima belas)
detik.
6) Tidak diizinkan untuk menggunakan merek dan jenis receiver GPS
yang berbeda dalam satu session.
7) Terdapat minimal 1 (satu) titik sekutu yang menghubungkan
2 (dua) session.
8) Tidak diizinkan untuk mengamati satelit dengan elevasi dibawah 15
derajat.
9) Setelah session pengamatan seluruh data harus di download dan di
simpan dalam sebuah CD dan dibuatkan cadangannya.
4.1.1. Reduksi Baseline
1) Geometri dari jaringan harus memenuhi spesifikasi ketelitian dan
persyaratan strenght of figure yaitu :
a. Statistik reduksi baseline
Untuk setiap jaring orde 3 standar deviation (s) hasil hitungan dari
komponen baseline toposentrik (dN,dE,dH) yang dihasilkan oleh
software reduksi baseline harus memenuhi hubungan berikut :
N M
E M
H 2M
dimana M = [102 + (10d)2]1/21.96 mm dan d = panjang baseline
b. Baseline yang diamati 2(dua) kali

Page 120
- Baseline yang lebih pendek dari 4 (empat) km
Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh berbeda
lebih besar dari 0.03 m sedangkan komponen tinggi tidak boleh
berbeda lebih dari 0.06 m.
- Baseline yang lebih panjang dari 4(empat) km
Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh berbeda
lebih besar dari 0.05 m sedangkan komponen tinggi tidak boleh
berbeda lebih dari 0,10 m
2) Seluruh reduksi baseline harus dilakukan dengan menggunakan
software processing GPS yang telah dikenal dibuat oleh agen software
atau badan peneliti ilmiah yang bereputasi baik
3) Koordinat pendekatan dari titik referensi yang digunakan dalam
reduksi baseline tidak boleh lebih dari 10 m dari nilai sebenarnya.
4) Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi
troposfer untuk semua data pengamatan.
5) Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi
ionosfer untuk semua data pengamatan. Data dual frekuensi harus
digunakan untuk mengeliminasi pengaruh ionosfer jika ambiguiti fase
single tidak dapat dipecahkan.
4.1.2. Perataan Jaring
1) Perataan jaring bebas dan terikat dari seluruh jaring harus dilakukan
dengan menggunakan software perataan kuadrat terkecil yang telah
dikenal dibuat oleh agen software atau badan peneliti ilmiah
bereputasi baik.
2) Informasi di bawah ini harus dihasilkan dari setiap perataan
- Hasil dari test Chi-Square atau Variance Ratio pada residual setelah
perataan (test ini harus dapat melalui confidence 99 % yang berarti

Page 121
bahwa data-data tersebut konsisten terhadap model matematika yang
digunakan).
- Daftar koordinat hasil perataan.
- Daftar baseline hasil perataan termasuk koreksi dari komponen-
komponen hasil pengamatan.
- Analisis statistik mengenai residual komponen baseline termasuk jika
ditemukan koreksi yang besar pada confidence level yang digunakan.
- Ellip kesalahan titik untuk setiap stasiun/titik.
4.1.3 Analisa
1) Integritas pengamatan jaring harus dinilai berdasarkan :
- Analisis dari baseline yang diamati 2 (dua) kali (penilaian
keseragaman)
- Analisis terhadap perataan kuadrat terkecil jaring bebas (untuk
menilai konsistensi data)
- Analisis perataan kuadrat terkecil untuk jaring terikat berorde lebih
tinggi (untuk menilai konsistensi terhadap titik kontrol)
2) Akurasi komponen horizontal jaring akan dinilai terutama
dari analisis ellip kesalahan garis 2D yang dihasilkan oleh
perataan jaring bebas
3) Koordinat benchmark dari hasil pengamatan GPS disajikan dalam
system proyeksi UTM dan ellipsoid WRG 84.
4) Tinggi benchmark hasil ukuran GPS dikoreksi terhadap besaran
undulasi (N) atau dikoreksi terhadap titik MSL yang ada disekitar
lokasi.
4.2
Pengukuran Poligon

Page 122
1) Alat ukur yang digunakan adalah Theodolit Total Station yang
mempunyai ketelitian 5 dengan kemampuan memory minimal 15.000
titik.
2) Basis poligon meliputi daerah pemetaan yang merupakan jaring-jaring
terbuka dan diikatkan ke titik tetap orde 0 atau orde 1 Bakosurtanal
dan benchmark skala 1 : 5.000, kaki-kaki poligon harus sepanjang
mungkin dan sistem statip tetap (fixed tripod) seperti yang diuraikan
di bawah ini dipakai untuk mendapatkan ketelitian yang diisyaratkan.
3) Apabila mungkin titik-titik yang ada akan digunakan sebagai azimut
awal dan azimut akhir, titik-titik tetap yang digunakan harus saling
berhubungan dengan titik tetap yang lainnya.
4) Untuk kontrol orientasi harus dilakukan pengamatan azimut matahari,
jika titk-titik tetap yang sudah tidak ada dan/atau pada interval 25
titik di sepanjang masing-masing poligon.
5) Statip harus ditempatkan pada tanah yang stabil untuk memperoleh
hasil pengamatan sudut horizontal dan jarak yang teliti, poligon yang
melalui daerah sawah harus di ikuti secara hati-hati untuk
menghindari lokasi-lokasi sulit di daerah genangan sawah atau pada
pematang-pematang yang tidak stabil.
6) Semua theodolit harus dalam keadaan baik dan setelannya akan
diperiksa terus selama pengamatan berlangsung, kolimasi akan
diperiksa apabila melebihi 1 (satu menit), pelaksana pekerjaan harus
menyiapkan semua catatan yang berkenaan dengan pemeriksaan dan
penyesuaian peralatan yang dilakukan.
7) Theodolit harus mampu mengukur sampai 1 (satu detik ) dan
dilengkapi dengan komponen yang diperlukan.
8) Untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu pada saat
melakukan sentering maka perlu digunakan 4 buah statip dan 4 buah

Page 123
kiap (tribrach). Selama pengamatan berlangsung statip dan kiap
tersebut harus tetap berada disatu titik, hanya target dan teodolit saja
yang berpindah/berubah.
9) Di titik-titik dimana pekerjaan hari itu berakhir dan pekerjaan hari
berikutnya mulai sentering harus dilakukan dengan hati-hati, hal yang
sama berlaku juga pada waktu dilakukan pengamatan ulang ditempat
yang sama.
10) Kedudukan nivo kotak dan pengunting optic harus sering diperiksa
dengan bantuan unting-unting gantung dan penyesuaian-penyesuaian
dilakukan bilamana perlu.
11) Sebelum pengamatan dilakukan theodolit harus disetel sebaik-
baiknya, pengukuran sudut horizontal dan jarak dilakukan minimum 1
(satu) kali pengamatan dengan jumlah urutan pembacaan sebagai
berikut :
Bidik kiri (FL) untuk bacaan target belakang.
Bidik kiri (FL) untuk bacaan target ke depan.
Bidik kanan (FR) untuk bacaan target ke depan.
Bidik kanan (FR) untuk bacaan target ke belakang
12) Ketelitian pengukuran poligon :
Semua hasil pengamatan di reduksi di lapangan jika perbedaan antara
keempat harga sudut yang diperoleh (2FL, 2FR) melebihi 5, maka
harus dilakukan pengukuran ulang.
Toleransi untuk kesalahan penutup pada azimut matahari harus 10
n dimana n adalah jumlah sudut, jika kesalahan penutupnya masih
berada dalam toleransi maka sudut itu akan disesuaikan dengan
azimut matahari dan jika toleransi tersebut dilampaui, maka azimut
dan/atau sudut-sudut tersebut harus diulang.
Page 124
Kesalahan penutup linear poligon utama tidak boleh lebih besar dari 1
: 10.000 dari panjang totalnya, poligon akan dijaga agar tetap pendek
untuk menjamin bahwa kesalahan penutup pada jaring-jaring atau
bagian tidak lebih dari satu meter.
4.3 Pengukuran Azimut Matahari
1) Untuk menentukan arah rencana trase saluran dilakukan Azimut
matahari yang diamati pagi dan sore hari, masing-masing sedikitnya 3
(tiga) kali pengamatan, dalam satu seri tidak boleh lebih dari 30.
2) Pengamatan dilakukan sebagai berikut :
Bidik kiri (target).
Bidik kiri (matahari).
Bidik kanan (matahari).
Bidik kanan (target)
Seri ini merupakan satu kali pengamatan.
3) Pembacaan sudut horizontal pada pengamatan azimut matahari harus
diberikan koreksi akibat tidak mendatarnya kedudukan alat, koreksi ini
sangat penting dan dapat dihitung dari hasil bacaan kedudukan
gelembung nivo tabung tersebut atau apabila alat theodolit di
lengkapi dengan kompensator otomatis, dari pembacaan lingkaran
vertikal pada sudut kanan pada masing-masing sisi garis bidik.
4) Metode yang dipakai untuk menentukan azimut tergantung keinginan
pelaksana pekerjaan, walaupun demikian hal-hal berikut harus
diperhatikan bila akan digunakan azimut dengan metode ketinggian
matahari.
Pengamatan matahari dilakukan apabila tinggi matahari lebih besar
dari 200 karena apabila dilakukan pengamatan pada waktu tinggi
matahari dibawah 200 refraksi (pembiasan) menjadi terlalu besar dan

Page 125
tidak menentu, jika mungkin usahakan ketinggian matahari di bawah
400.
Pembacaan temperatur dan tekanan udara akan dilakukan untuk
keperluan koreksi refraksi.
Perlengkapan-perlengkapan tambahan yang diperlukan terdiri dari jam
tangan yang ketepatannya dicocokkan satu menit sebelum tanda
waktu resmi berbunyi, prisma Reoloff, tabel deklimasi matahari dan
tabel refraksi.
5) Jika untuk pengukuran azimut digunakan metode sudut waktu maka
bisa dilakukan pengamatan pada saat tinggi matahari di bawah 20,
tetapi waktu pengamatan harus jauh lebih teliti.
4.4 Pengukuran Sipat Datar
1) Pengukuran sipat datar digunakan dengan alat ukur level automatic
atau level automatic digital.
2) Sistem patok benchmark sudah terpasang sebelum dilakukan
pengukuran sipat datar, pemindahan elevasi ke benchmark yang
dibuat sesudah selesainya penyipatan datar tidak akan diterima.
3) Pengukuran digunakan alat rambu ukur metrik dan tatakan rambu
yang terbuat dari metal, untuk jaring sipat datar utama digunakan alat
sipat datar digital atau non digital
4) Setiap alat harus dicek kolimasinya (kesalahan garis bidik) setiap hari
dengan menggunakan 2 patok-uji (peg test), mid-base atau cara-cara
sejenis sampai dengan jarak 100 m, dalam metode mid-base dicari
perbedaan tinggi antara dua titik, di mana hasil ukuran disaat alat
ditempatkan di tengah harus dibandingkan dengan hasil ukuran di
saat alat ditempatkan di dekat salah satu titik. Penyesuaian harus
dilakukan apabila kesalahan kolimasinya labih dari 0,05 mm/m. Nivo

Page 126
kotak dan kompensator otomatis juga harus selalu dicek secara
teratur. Pelaksana pekerjaan harus membuat catatan lengkap
mengenai seluruh hasil pengecekan dan penyesuaian yang telah
dilakukan.
5) Rambu ukur ditempatkan pada tatakan dari metal pada setiap
pengukuran (kecuali pada benchmark atau benchmark sementara).
Juru ukur harus menginstruksikan kepada pemegang rambu, agar
rambu ukur selalu tepat vertikal dengan menggunakan stafflevel atau
carpenters level (penempatannya harus juga dicek).
6) Metode stan ganda (double-stand) pada pengukuran sifat datar tidak
boleh digunakan, jarak bidikan tidak diperkenankan lebih dari 50 m.
Bidikan ke belakang kira-kira sama dengan bidikan ke muka, untuk
menghindari kesalahan kolimasi. Tidak dibenarkan melakukan
pembidikan silang (intermediate sight).
7) Pembacaan rambu tidak boleh dilakukan melebihi 20 cm dari batas
bawah rambu dan juga 20 cm dari batas bagian atas rambu.
8) Untuk membantu pelaksanaan pengukuran titik-titik rincik ketinggian
dianjurkan agar titik tinggi sementara dipasang pada waktu
pengukuran sipat datar utama antara lain : gorong-gorong, tangga
rumah, lantai pengeringan padi, dan lain sebagainya. Titik-titik
tersebut ditandai serta dicatat secara lengkap.
9) Juru ukur harus memasukkan data-data mengenai tinggi dan
rendahnya hasil ukuran pada setiap formulir yang sudah ditentukan,
bacaan belakang, bacaan muka, beda tinggi h (+ dan -) harus
dijumlahkan. Perbedaan antara hasil bacaan belakang, dan muka
harus sama dengan hasil beda tinggi (h), hanya merupakan
pengecekan aritmatik dapat menghindarkan kesalahan yang tidak
terlihat karena data yang tidak benar.

Page 127
10)Pengecekan harus dilakukan pada setiap halaman dan setiap bagian
pengukuran sipat datar, secara sistematis setiap hari, serta harus
ditandatangani oleh juru ukur yang bersangkutan.
11)Ketelitian sipat datar sebagai berkut :
Jalur utama yang pada umumnya merupakan jaring terbuka yang
terikat dengan titik referensi harus diukur dua kali yaitu pergi dan
pulang, perbedaan antara kedua harga untuk masing-masing seksi
harus kurang dari 10k mm, dimana k adalah jarak dalam km antar
benchmark tersebut.
4.5 Pengukuran Situasi Rencana Trase Saluran
1) Menentukan elevasi tanah untuk situasi trase saluran akan dilakukan
dengan metode potongan melintang sedangkan detail-detail yang ada
di antara potongan-potongan melintang akan ditentukan dengan
pengukuran rincikan agar variasi dalam relief dapat digambarkan
dengan tepat pada waktu dilakukan penggambaran kontur.
2) Semua jarak diukur langsung di lapangan dengan menggunakan alat
total station.
3) Jarak antara potongan melintang yang akan diambil tegak lurus
terhadap as saluran adalah sekitar 50,0 meter untuk saluran lurus dan
25,0 meter untuk potongan saluran melengkung, atau menurut
petunjuk pemilik pekerjaan.
4) Letak potongan-potongan melintang akan ditetapkan dengan
menggunakan patok-patok kayu seperti dijelaskan di atas, poligon
(garis kerangka peta situasi trase saluran) yang terbentuk oleh patok-
patok itu, akan sedekat mungkin mengikuti trase saluran yang
ditunjukkan yang ditandai pada peta skala 1 : 5.000.

Page 128
5) Poligon harus tertutup terhadap titik terdekat yang sudah ditetapkan
(benchmark atau penanda azimut) guna mencek ketelitian.
6) Potongan melintang yang akan diukur akan membentang sedikit-
dikitnya 75.0 meter di kedua sisi as saluran atau mengikuti petunjuk
dari pemilik pekerjaan.
7) Semua jalan air berapapun ukurannya (saluran, pembuang, parit-parit
di sawah) akan diamati termasuk lebar dasar, elevasi dan arah aliran .
8) Semua tampakan seperti rumah-rumah, fasilitas, jalan, jembatan,
gorong-gorong, pagar, patok beton dan vegetasi (jenis dan
kerapatannya) akan dicatat.
9) Bahan-bahan khusus yang dijumpai di permukaan tanah, seperti
batuan, rawa-rawa, tanah longsor dan sebagainya harus dicatat.
10)Ketinggian-ketinggian potongan melintang akan dicatat dalam
software total station.
4.5.1 Pengukuran Situasi Lokasi Khusus
Pengukuran situasi lokasi khusus maksudnya adalah
lokasi trase saluran yang memotong sungai atau
lembah dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Lokasi khusus sebagaimana ditunjukkan pada peta skala 1 : 5.000 di
mana trase saluran memotong sungai atau lembah yang lebar, alur
saluran akan diukur dengan potongan melintang dari jarak 500 meter
ke hulu sampai 500 meter ke hilir dari titik potong, potongan
melintang ini akan dibuat 10,0 meter jauhnya.
2) Bila trase saluran memotong sungai atau lembah yang kecil maka alur
saluran akan diukur dengan potongan melintang dari jarak 100 meter
ke hulu sampai 100 meter ke hilir dari titik potong, potongan
melintang ini akan dibuat 10,0 meter jauhnya.

Page 129
3) Detail-detail berikut akan ditentukan dan dicatat :
Elevasi maksimum banjir.
Tinggi normal permukaan air dan tanggal pencatatan.
Sifat-sifat bahan tanah di dasar dan pinggir sungai atau lembah
Tumbuhan atau tanaman yang punya nilai tinggi
4) Ketinggian-ketinggian di dalam potongan melintang akan dicatat
dalam software total station.
5) Ketelitian titik-titik tinggi potongan melintang akan ditentukan
sebagaimana diuraikan bawah.
4.5.2 Pengukuran Titik Rincik (Detail) Antara Potongan
Melintang
1) Titik-titik tinggi di antara potongan-potongan melintang akan dicatat
sebagai berikut:
Posisi tinggi diukur dengan cara tacheometri.
Posisi titik dan jarak langsung terukur dengan software alat total
station dan dicatat dengan penjelasan singkat mengenai posisi titik
rincik, misalnya sawah, kampung, tanggul jalan (bagian atas atau
bawah), dasar sungai.
Jarak ke titik-titik rincik tidak boleh lebih dari 100 m.
Cara tacheometri hanya dapat dipakai untuk penentuan tinggi titik
rincik di daerah curam dan hanya atas persetujuan pemilik pekerjaan.
Daerah landai titik-titik tinggi akan diambil dengan beda tinggi
maksimum 0,25 meter atau pada setiap 20 meter di lapangan mana
saja yang lebih segera dapat dicapai.
Daerah yang tidak teratur misalnya di daerah berbukit-bukit,
perbatasan kampung, lembah dan semacamnya, titik-titik tinggi

Page 130
dengan jarak yang lebih pendek agar bisa diperoleh gambar yang
lebih jelas dengan situasi lengkap di daerah ini.
2) Pada umumnya titik-titik tinggi akan diberikan di semua lokasi di
mana kemiringan bisa berubah dan di tempat-tempat di mana bisa
terjadi perubahan ketinggian secara mendadak.
3) Pada daerah sawah titik rincik ketinggian harus ada pada setiap sawah
tersebut yang kira-kira jaraknya lebih dari 50 x 50 m, untuk daerah
pengukuran yang tidak luas selang/jarak antara tiap titik kira-kira 75
m, untuk daerah sawah yang kering rambu ukur harus ditempatkan
tepat ditengah, untuk daerah sawah basah rambu ukur boleh
ditempatkan di tepi sawah tersebut (tidak di pematang), rambu ukur
tidak boleh ditenggelamkan pada tanah sawah tersebut tetapi
diletakkan setinggi permukaan tanah sawah dan harus dilakukan
dengan hati-hati.
4) Lokasi dari titik rincik tersebut harus diletakkan pada perbatasan
antara kampung dan sawah, satu titik pada sawah yang lainnya di
kampung, apabila jalan melewati sawah maka titik rincik tersebut
harus ditempatkan satu titik pada jalan dan titik lainnya pada kedua
sisi sawah.
5) Rincik ketinggian akan diambil sepanjang dasar dari lembah-lembah
baik yang memiliki anak sungai maupun yang tidak dan pada
punggung bukit serta pada titik-titik bukit yang teratas.
6) Pelaksana pekerjaan harus memeriksa apakah rincik ketinggian di
lapangan sudah diamati secara memadai sesuai dengan perubahan-
perubahan elevasi antara rincik ketinggian dan detail yang
diperlihatkan dalam peta.

Page 131
4.5.3 Ketelitian Pengukuran Titik Rincik
1) Seluruh perhitungan rincik ketinggian harus diselesaikan dan diperiksa
ketelitiannya sebelum meninggalkan lapangan.
2) Ketinggian relatif tinggi titik rincik harus memenuhi ketelitian 5 cm.
3) Harga tinggi titik rincik dihitung sampai dengan sentimeter terdekat,
posisi titik-titik tersebut ditandai dengan koma (titik) desimal dari
harga ketinggiannya atau koma yang terpisah dengan menggunakan
tanda panah apabila detailnya menjadi kabur karena nomor-nomor
lokasi sebelumnya.
4) Semua titik rincik diberi nomor yang jelas sehingga pemeriksaan yang
dilakukan lewat lembar-lembar pengamatan pada tahap berikutnya
akan lebih mudah.
4.6
Pencatatan, Reduksi, Pemrosesan Hasil Pengamatan di
Lapangan
Pencatatan, reduksi, pemrosesan hasil pengamatan di
lapangan harus mengikuti ketentuan di bawah ini :
4.6.1 Pencatatan
1) Seluruh proses perhitungan koordinat (x,y) dalam proyeksi UTM,
tinggi (z) terhadap permukaan air laut rata-rata, azimut matahari, dan
perhitungan titik detail menggunakan software distributor alat merk
apa saja yang berlaku di Indonesia.
2) Pelaksana pekerjaan harus menyerahkan laporan hasil hitungan
dengan menggunakan software dari distributor alat alat merk apa saja
dalam bentuk softcopy VCD atau DVD.

Page 132
3) Penjelasan-penjelasan yang dibutuhkan dimasukkan ke lembar
pengamatan sementara pekerjaan berlangsung, hal ini menyangkut
nama pengamat, tanggal, nomor titik, nomor alat juga penjelasan-
penjelasan lainnya seperti ketinggian alat, temperatur dan tekanan
udara, seluruh lembar data harus disertai tanggal dan tanda tangan
pengamat dan orang yang telah melakukan pemeriksaan.
4) Seluruh laporan pengamatan yang dilakukan di lapangan diserahkan
kepada pihak pemilik pekerjaan, termasuk juga bagian-bagian yang
telah diulang, yang disebut terakhir ini harus ditandai dengan jelas
sehingga bisa saling dicocokkan.
4.6.2 Reduksi
1) Koordinat (x,y) perlu di reduksi dan dirata-ratakan pada setiap titik
dan diperiksa apakah memenuhi toleransi yang sudah ditetapkan,
reduksi koordinat (x,y) termasuk juga koreksi kesalahan titik nol alat,
dan koreksi faktor skala dimana dianggap perlu.
2) Pengamatan di lapangan perlu di reduksi setiap harinya lalu
ditandatangani, disertai tanggal pemeriksaan oleh pelaksana
pekerjaan, hasil pengamatan harus disimpan dengan rapi dan diberi
nomor referensi agar mudah di cari bilamana diperlukan dikemudian
hari, bila sudah diarsipkan, hasil-hasil pengamatan itu tidak boleh
dibawa ke lapangan lagi.
4.6.3 Pemrosesan Data
1) Penghitungan harus dilakukan di lapangan untuk memeriksa apakah
pengamatan telah sesuai dengan standar ketelitian.
2) Untuk kontrol planimeter ini meliputi :
Pengecekan hasil penghitungan koordinat.

Page 133
Pengecekan penutup koordinat tertutup.
Pengecekan azimut antara titik-titik triangulasi dan hasil pengamatan.
Penyesuaian kesalahan koordinat.
Penghitungan dari x dan y untuk mencek hasil planimetrik.
3) Untuk kontrol ketinggian kegiatan pemrosesan ini meliputi :
Pemeriksaan hasil hitungan dari Bacaan belakang, Bacaan muka,
Perbedaan tinggi (h).
Perhitungan h untuk seksi-seksi antara titik-titik tetap (benchmark) .
Perhitungan dari tiap loop/kring.
Perataan dari loop dengan metode Dell (atau metode lainnya), agar
memperoleh ketinggian yang tepat untuk dipakai pada perhitungan
rincik ketinggian nantinya.
4) Perhitungan blok-blok pengukuran lapangan harus disesuaikan dengan
batas-batas trianggulasi udara, hal ini dimaksudkan untuk
menghindari kelambatan pada tahapan selanjutnya.
5) Apabila hasil pekerjaan lapangan telah disetujui oleh pengawas, hasil
pengamatan serta hasil hitungannya segera dikirim ke kantor
pelaksana pekerjaan untuk dilakukan perhitungan akhir.
6) Penyesuaian planimetri harus dihitung mencakup seluruh titik-titik
trianggulasi yang ada di lapangan.
7) Penyesuaian titik-titik poligon harus sesuai dengan jarak, hal ini berarti
bahwa koreksi dalam koordinat simpangan timur (easting) sama
dengan:
salah-penutup dalam simpangan timur
--------------------------------------------------- x jarak akumulasi
jumlah jarak poligon seluruhnya
Hal yang sama berlaku untuk simpangan utara.

Page 134
8) Seluruh hasil penghitungan, pengamatan dan informasi seperti yang
didaftar dibawah ini harus diserahkan kepada pihak pemilik pekerjaan
dalam bentuk VCD atau DVD untuk mendapatkan persetujuan
sementara.
Urutan cara perhitungan loop atau jalur koordinat antara benchmark.
Kesalahan penutup sudut pada setiap bagian/seksi, azimut kontrol
atau azimut yang diperoleh dari loop yang berdekatan, bersama-sama
dengan jumlah titik dalam setiap seksi.
Kesalahan penutup linier x, y dari setiap loop atau jalur koordinat
antara titik-titik simpul dan kesalahan penutup fraksi yang dipilih
dengan jumlah titik.
Detail-detail hasil pengamatan yang ditolak, diragukan, tidak dipakai
lagi.
5.
PENGGAMBARAN PETA RENCANA TRASE SALURAN SKALA
1 : 2.000
Penggambaran dilakukan dengan Autocad ukuran A-1 type apa saja yang
dikeluarkan dari distributor tunggal yang berlaku di Indonesia, mengikuti
ketentuan dibawah ini :
5.1
Peta Situasl Rencana Trase Saluran
1) Secara umum kemiringan untuk situasi trase saluran akan ditunjukkan
dengan interpolasi kontur 0,5 meter.
2) Untuk mencegah terlalu padat garis kontur pada detail peta situasi
trase yang mengakibatkan kekurangjelasan dan agar bentuk
permukaan tanah tetap tergambarkan dengan memadai, tabel berikut
ini dapat digunakan sebagai dasar penentuan interval garis kontur :

Page 135
Kemiringan
Interval
0-2%
2-5%
5 20 %
Lebih curam dari 20 %
0.5 m
1.0 m
2.0 m
10.0 m
3) Indeks kontur harus ada pada interval 10 m pada semua hal kecuali di
mana keseluruhan pemetaan harus digambarkan dengan kontur 0,5
dan 1,0 m maka indeks kontur harus ada pada interval 5 m.
4) Kriteria yang diberikan hanya merupakan panduan saja, tujuannya
adalah untuk menjaga kesamaan garis kontur pada seluruh lembar
peta (kecuali di daerah yang sangat curam/terjal), walaupun demikian
perubahan interval dalam lembar peta akan diizinkan dalam hal
adanya perubahan kecuraman menyeluruh dalam suatu daerah tetapi
tidak dalam hal perubahan kemiringan setempat.
5) Semua garis kontur harus benar sesuai dengan ketentuan dalam
penarikan interval kontur, dan sekurang-kurangnya 85% dari semua
kontur harus mempunyai harga yang sesuai dengan harga
(setengah) interval kontur apabila dicek berdasarkan hasil pengukuran
lapangan dengan alat ukur sipat datar yang diikatkan dari kontrol titik
tetap (benchmark) yang terdekat, semua kontur tersebut harus masuk
toleransi dengan pergeseran dalam perubahan posisi vertikalnya yang
telah diplot tidak lebih dari 0,5 milimeter atau 1/10 jarak mendatar
antara kontur tersebut dan dimana saja di dalam skala peta yang
dianggap lebih besar dapat diterima.
6) Apabila ada 2 (dua) kontur atau lebih yang berdekatan dan hampir
berimpit (misalnya batas kampung, tanggul, jalan, kelokan saluran)
kontur digambarkan dengan garis putus-putus .

Page 136
7) Detail mengenai metode kontur yang digunakan harus jelas
dicantumkan pada semua lembar peta, termasuk informasi mengenai
datum (duga) titik tinggi dan sumber informasi yang dipakai.
8) Titik rincik harus digambar selambat-lambatnya sebelum
penggambaran halus garis kontur dan sebelum dilakukan interpolasi
garis kontur atau editing.
9) Titik rincik harus ditulis dengan menggunakan ukuran 1,5 mm, letak
titik rincik harus diindikasikan sampai dengan fraksi desimal, jika
bentuk detail terganggu oleh harga titik rincik maka angkanya dapat
ditulis di sebelahnya.
10)Semua garis kontur digambar dengan menggunakan ukuran 0,1 mm
kecuali untuk indeks kontur digunakan ukuran 0,3 mm, harga-harga
garis kontur dituliskan hanya pada indeks kontur setiap lima garis
kontur.
11)Harga-harga garis kontur dituliskan dengan arah dari puncak ke
lereng, secara kasar untuk pengarahan, diperlihatkan sebagai berikut
:
Benar
Benar
salah
29
32
28
30
31
29
31
30
30
32
29
31
Benar
Benar
salah
indek kontur
0.5m kontur
1m kontur
12) Garis kontur harus berhenti pada jalan-jalan raya dan sungai-sungai
besar, dalam hal ini garis kontur tidak boleh digambarkan memotong
sungai tetapi harus berhenti pada salah satu tebing sungai dan
selanjutnya bersambung pada tebing sungai yang di seberang lainnya.
5.2
Penulisan Nama, Benchmark, Grid

Page 137
1) Nama-nama sungai, kampung, gunung dsb, ditulis pada peta dengan
ukuran huruf tersebut adalah sbb :
Kampung dengan ukuran 0,3 mm.
Sungai ukuran huruf seimbang dengan lebar sungai, aliran sungai
harus digambarkan dengan tanda panah.
Nama ditulis dengan huruf besar tiap awal tulisan, contoh : Tanah
Merah, bukan TANAH MERAH.
2) Benchmark ditulis dengan cara di atas ukurannya 2 mm, dapat dilihat
bentuknya sbb:
3mm
2mm
2mm
Nomor pilar (BM)
Tinggi pilar (BM)
TR 24
42.76
Posisi benchmark harus dicek pada deskripsi lapangan dari titik
tersebut untuk memastikan bahwa pengeplotan yang dilakukan sesuai
dengan detail sekelilingnya, titik-titik tetap yang ada juga diplot
dengan cara yang sama tetapi simbolnya berbentuk segitiga.
3) Garis silang (grid) panjang 10 x 10 mm, dan pada sisi peta garis
silangnya sepanjang 5 mm dan koordinat-koordinat garis silang ditulis
di dalam atau di luar batas lembar peta bergantung dari keinginan
pemilik pekerjaan, koordinat-koordinat tersebut ditulis dengan selang
250 m sepanjang keempat sisi dari peta, angka harus ditulis dengan
tinggi tulisan 2,5 mm.
3) Kertas yang akan dipakai adalah transparan stabil atau yang sejenis,
peta-peta dilengkapi dengan keterangan (legenda) situasi menurut
standar yang berlaku berkenaan dengan ukuran garis, arsiran dan
simbol yang diserahkan kepada pihak pemilik pekerjaan.
5.3
Peta Situasi Lokasi Khusus

Page 138
Dimensi peta, blok judul dan tebal garis akan sesuai dengan standar
yang sudah diberikan oleh pemilik pekerjaan.
Simbol-simbol standar situasi, titik duga (datum) yang dipakai untuk
kontrol horizontal dan vertikal serta data-data teknis yang lain akan
diperlihatkan pada lembar peta.
Pada tiap lembar set peta akan menunjukkan peta petunjuk lembar.
Pada gambar-gambar tersebut aliran saluran akan diarahkan dari kiri
ke kanan.
Garis hubung untuk lembar di sebelahnya dari masing-masing peta
adalah berupa garis koordinat, tanpa pertampalan (overlap).
Semua titik-titik poligon akan diplot dengan koordinat sebelum
memplot penunjuk ketinggian.
Semua benchmark akan ditunjukkan dalam semua gambar yang
bersangkutan dengan perencanaan, deskripsi dan elevasi.
Garis-garis kontur situasi akan digambar dengan Autocad ukuran A-1.
Peta-peta itu akan memperlihatkan semua tampakan (feature) buatan
yang biasanya ditunjukkan pada peta-peta situasi, tampakan-
tampakan ini termasuk (tetapi tidak perlu dibatasi sampai pada) hal-
hal berikut :
batas-batas dan jenis pengolahan tanah, padang rumput, hutan,
hutan belantara dan rawa- rawa.
jalan-jalan, saluran, parit-parit sawah dan bangunan-bangunan yang
ada.
batas-batas desa, kelompok rumah, termasuk elevasi tanah desa.
elevasi banjir besar.
batu singkapan, daerah-daerah berpasir atau berbatu-batu.
interval kontur akan diatur seperti telah diuraikan di atas.

Page 139
Peta situasi saluran akan selalu digambar terpisah dari peta situasi
umum dengan skala 1 : 2.000.
Peta peta lokasi khusus akan dibuat dengan aliran saluran dari kiri ke
kanan, skala peta akan dibuat 1 : 100, 1 : 200 atau 1 : 500 agar
seluruh daerah yang diukur bisa diliput dalam satu lembar peta.
Interval kontur adalah 0,25 m untuk skala 1 : 100 dan 1 : 200, dan
0,50/0,25 meter untuk skala 1 : 500.
5.4
Peta Potongan Melintang
Pada gambar-gambar tersebut menunjukkan
potongan-potongan melintang sebagai berikut :
nomor masing-masing potongan melintang.
semua titik-titik tinggi potongan melintang yang berhasil diamati di
lapangan serta jarak antara titik-titik itu.
sebuah garis vertikal yang menunjukkan titik potong as dan potongan
melintang saluran, jika dalam satu gambar dijumpai beberapa as
sekaligus dalam potongan melintang, maka as-as itu akan digambar
ke arah vertikal, satu di atas yang lain.
potongan-potongan melintang akan digambar menghadap ke arah
aliran hilir.
potongan-potongan melintang akan digambar dengan skala 1 : 200
atau 1 : 100 ke arah horizontal dan vertikal.
5.5
Peta Potongan Memanjang

Page 140
1) Peta situasi saluran dan potongan memanjang bentang saluran yang
sama yang mengalir dari kiri ke kanan akan di gambar pada lembar
yang sama.
2) Panjang potongan memanjang adalah panjang total trase saluran
sebagaimana ditetapkan di lapangan.
3) Bila potongan memanjang dan dengan demikian juga peta situasi
saluran harus digambar pada beberapa lembar kertas maka jarak
akumulasi (chainage) akan diteruskan pada setiap lembar berikutnya,
jarak akumulasi dalam kilometer dengan dua desimal, dimulai dari
pengambilan di dekat bendung untuk saluran primer atau di bangunan
sadap dari saluran primer untuk saluran sekunder.
4) Pada gambar itu, yang memperlihatkan potongan memanjang
saluran, hal-hal berikut akan ditunjukkan :
nomor-nomor potongan melintang.
jarak antara potongan-potongan melintang dan jarak akumulasi
bentang saluran.
elevasi tanah pada titik potong trase saluran dan potongan melintang.
skala untuk potongan-potongan memanjang adalah 1 : 2.000 ke arah
horizontal dan 1 : 200 ke arah vertikal, atau 1 : 100 ke arah vertikal,
menurut pengarahan dari pihak pemilik pekerjaan.
6. METODA PENGUKURAN RENCANA TRASE SALURAN SISTEM IP
Metoda pengukuran trase saluran sistem IP
menunjukkan trase saluran tersebut sudah ada kepastian
arah trase saluran sehingga ada kepastian dimana lokasi
benchmark harus dipasang, sedangkan pengukuran
poligon, sipat datar, azimut matahari, potongan
memanjang, potongan melintang, dan penggambaran

Page 141
sama dengan ketentuan metoda pengukuran trase
sistem kontur.
6.1 Pemasangan Benchmark dan Patok Kayu
1) Sepanjang jalur trase akan dipasang 3 (tiga) macam benchmark yaitu
benchmark A, B dan C dimana benchmark tersebut diberi warna untuk
membedakan satu dan lainnya Benchmark A diberi warna merah, B
warna putih dan C warna kuning.
2) Benchmark A dipasang pada ujung awal, ujung akhir, dan tiap jarak
2,5 km dari trase saluran.
3) Benchmark C dipasang pada ujung awal, ujung akhir, dan tiap jarak 5
km dari trase saluran.
4) Benchmark A dan C digunakan untuk pengamatan azimut matahari,
benchmark C sebagai target azimut sisi poligon, jarak antara
benchmark A dan C sekitar 100 m-150 m dan trase C harus terlihat
dari benchmark A.
5) Benchmark B juga dipasang pada lokasi titik potong (IP) final.
6) Benchmark B dipasang pada (sekitar) lokasi bangunan dan benchmark
C sebagai penanda azimutnya.
7) Benchmark A dan C dipasang 50 m dari sumbu trase saluran kecuali
benchmark B untuk IP.
8) Lokasi benchmark pada trase harus dicantumkan juga pada peta 1 :
5.000.
9) Tiap benchmark harus dibuat sketsa lokasinya dan difoto dalam 5
(lima) posisi yaitu 4 (empat) posisi mata angin dan 1 (satu) dari atas.
10)Agar mudah di kenal dari jauh, maka patok-patok kayu yang dipasang
sepanjang trase saluran diberi warna sebagai berikut :

Page 142
Merah untuk patok-patok profil tiap jarak 50 m dan patok-patok pada
lengkungan.
Putih untuk patok-patok poligon sementara.
Kuning untuk patok-patok sipat datar sementara
Ukuran kayu 5 cm x 5 cm x 40 cm, ditanam sedalam
30 cm dan 10 cm muncul di atas permukaan tanah.
6.2
Penyelusuran Trase Saluran
1) Penelusuran dan pemasangan patok IP (sementara) dilakukan oleh
tenaga-tenaga perencanaan dan pengukuran.
2) Penelusuran dan pemasangan patok IP (sementara) berdasarkan tata
letak pendahuluan saluran di atas peta skala 1 : 5.000.
3) Lokasi IP (sementara) dilapangan dinyatakan dengan patok kayu
berwarna putih.
4) Lokasi IP (final) dilapangan dinyatakan dengan pilar beton
(benchmark) tipe B warna putih.
5) Pelaksana pekerjaan harus melakukan pengukuran tambahan
seandainya ada instruksi dari Perencana.
(UNTUK PEKERJAAN PENGUKURAN POLIGON, SIPAT
DATAR, AZIMUT MATAHARI KETENTUANNYA SAMA
SEPERTI DI ATAS)
6.3
Pengukuran Potongan Memanjang dan Melintang
1) Pengukuran penampang melintang dilakukan tiap interval jarak 50
meter (untuk jarak trase lurus).
2) Untuk trase yang berbelok dilakukan tiap interval lebih kecil dari
ketentuan tersebut di atas dengan memperhatikan busur
kelengkungannya yaitu tiap 25 meter.

Page 143
3) Bila trase saluran melintas (memotong) sungai besar, lembah besar,
maka harus dibuat penampang melintang dan memanjang
sungai/lembah tersebut dengan ketentuan :
Penampang melintang dibuat 200 m ke udik dan 200 m ke hilir dari
pertemuan tersebut.
Penampang melintang tiap 50 m untuk bagian yang lurus dan 25 m
untuk bagian yang berbelok-belok dengan lebar 75 m ke kiri dan 75 m
ke kanan dari tepi saluran.
Penampang memanjang skala jarak 1 : 2.000 dan skala tinggi1 : 200
Penampang melintang, skala jarak 1 : 200 dan skala tinggi1 : 200
4) Bila trase saluran memotong sungai/lembah kecil, maka harus dibuat :
Penampang melintang 100 m ke udik dan 100 m ke hilir.
Penampang melintang dibuat tiap 25 meter untuk bagian yang lurus
dan untuk belokan harus ditambah pada belokannya.
Skala seperti di atas.
5) Setiap perubahan elevasi tanah harus diambil sebagai titik detail untuk
penampang melintang/memanjang.
Pengukuran penampang melintang saluran adalah tegak lurus trase
dengan lebar 75 m ke kiri dan 75 m ke kanan (sudut profil melintang
harus diukur).
Jarak-jarak penampang melintang diambil secara optis dengan
membaca ketiga benang pada alat ukur, yaitu benang atas, benang
tengah dan benang bawah atau dengan pita ukur baja sampai
pembacaan dalam sentimeter.
Sketsa dari pengukuran harus dibuat dengan rapih dan jelas, untuk
memudahkan penggambaran.
(KETENTUAN PENGGAMBARAN SAMA SEPERTI DIATAS)

Page 144
7. METODA PENGUKURAN RENCANA TRASE SALURAN TERSIER
Pengukran trase tersier dilaksanakan setelah tata letak jaringan tersier telah disetujui oleh
pemilik pekerjaan sehingga trase saluran tersier sudah ada kepastian arah dan jarak, tidak
diperlukan pemasangan benchmark baru tetapi menggunakan benchmark yang ada
sepanjang jaringan utama dan sekunder.
7.1
Pengukuran Poligon
Sudut horizontal pada setiap titik poligon harus di ukur dengan alat
yang mempunyai ketelitian di atas 1.
Jarak antar patok kayu adalah 50 m dan harus diukur sekurang-
kurangnya dua kali dengan pita ukur, metode spring station tidak
diperbolehkan.
Setiap boks kuarter atau tersier harus merupakan titik poligon.
Pengamatan matahari untuk kontrol azimut harus dilakukan setiap 50
titik poligon.
Untuk pembacaan sudut akan dipakai metode pembacaan satu seri.
Pengukuran poligon mulai dari bangunan yang sudah ada atau yang
baru direncana dan mengikuti arah aliran air.
Pengukuran poligon mulai dan berakhir pada titik kontrol, dan harus
diplot untuk menggambarkan trase saluran.
Ketelitian sudut adalah 2,5N, dimana N = jumlah sudut. Ketelitian
linier adalah 1/1.000.
Jika ternyata gambarnya berbeda dari tata letak akhir (definitive)
yang telah di buat sebelumnya, maka harus dilakukan pengukuran
ulang.
7.2 Pengukuran Sipat Datar
Bila trase saluran yang akan diukur adalah trase baru maka elevasi
bagian atas patok kayu dan elevasi tanah harus langsung di ukur sipat
datar.
Page 145
Elevasi bagian atas setiap patok (5 cm) harus diukur sekurang-
kurangnya dua kali dengan pengukuran sipat datar.
Sipat datar harus di ukur dua kali dengan arah yang berlawanan.
Kesalahan penutup dalam penyipatan datar yang telah disebutkan di
atas harus kurang dari kesalahan yang diizinkan dan diperkirakan,
kesalahan yang diizinkan (mm) = 10 mm D dimana D = jarak total
penyipatan datar ( km).
Jika trase saluran yang baru bertepatan dengan trase saluran yang
sudah ada maka elevasi patok, dasar saluran dan tinggi tanggul kanan
dan kiri harus diukur.
Jika trase saluran yang baru bertepatan dengan tanggul sawah, maka
permukaan tanah yang harus diukur adalah yang lebih tinggi.
Penyipatan datar harus mulai dan berakhir pada titik kontrol.
7.3 Pengukuran Potongan Melintang dan Memanjang
Alat yang dipakai untuk pekerjaan ini adalah automatic level .
Pengukuran potongan melintang harus dilakukan di setiap titik dengan
lebar minimum 7,5 meter untuk masing-masing sisi as saluran.
Lebar pengukuran harus ditambah di tempat-tempat tertentu jika hal
ini dikehendaki oleh pemilik pekerjaan.
Untuk pengukuran ini, dapat dipakai metode stadia (stadia surveying
method) atau menggunakan pita ukur.
Pada lokasi bangunan harus dilakukan pengukuran potongan
melintang.
Potongan melintang harus dibuat setiap jarak 50 m dan untuk daerah
berkelok-kelok setiap jarak 25 m.
Sketsa relief lapangan harus dicatat dalam buku ukur pada waktu
melakukan pengukuran potongan melintang.

Page 146
7.4 Pengukuran Rencana Trase Saluran Tersier
Lebar trase saluran yang diukur minimum 7,5 m dengan skala 1 :
2.000 dan interval garis-garis kontur 0,5 m.
Trase harus sejauh mungkin mengikuti tanggul sawah.
Sketsa kondisi lapangan harus dicatat dalam buku ukur pada waktu
dilakukan pengukuran topografi.
Untuk menghindari kekeliruan trase saluran, gambar-gambar
pengukuran situasi harus cocok dengan tata letak akhir.
Tanggul, jalan dan sebagainya harus di ukur jika di lewati oleh trase
saluran.
7.5
Perhitungan dan Penggambaran
Perhitungan dilaksanakan sebagai dasar penggambaran di samping untuk
memeriksa ketelitian pengamatan dengan ketentuan sebagai berikut :
7.5.1 Perhitungan
Koordinat masing-masing titik potongan harus di ukur dengan system
proyeksi seperti peta dasar skala 1 : 2.000, perhitungan dilakukan
dengan metode Bowdich.
Kontrol horizontal akan mencakup :
Sudut rata-rata dan jarak rata-rata aritmatik metode stadia dan pita
ukur.
Cek penutup sudut untuk jaring-jaring tertutup (closed loop).
Cek azimut antara titik ikat atau azimut matahari.
Perataan kesalahan penutup.
Perhitungan x, y untuk mencek penutup planimetris.
Kontrol tinggi akan mencakup :

Page 147
Cek perhitungan untuk bidikan ke belakang, bidikan ke muka,
h.
Perhitungan h untuk seksi-seksi antara dua benchmark.
Perhitungan jaring-jaring (loop).
Seluruh titik poligon harus di hitung dengan proyeksi yang sama
dengan skala 1 : 2.000.
Konsultan boleh menggunakan system yang umum di pakai di daerah
setempat dengan seizin pemilik pekerjaan.
Koordinat-koordinat sistem proyeksi tidak boleh memakai metode
grafis.
Jarak dan tinggi tempat akan dihitung dengan metoda trigonometris
dan tacheometri.
7.5.2 Penggambaran
Konsep peta dan gambar harus di buat pada kertas millimeter yang
berkualitas baik.
Titik poligon di gambar dengan titik poligon koordinat bukan dengan
metode grafik kecuali untuk titik tinggi.
Jalur poligon dan kontrol vertikal harus di gambar pada peta.
Titik tinggi harus di plot pada peta hingga sentimeter.
Lembar indeks peta di gambar berdasarkan grid peta.
Pertampalan (overlap) peta adalah 5 cm.
Garis-garis kontur diplot dengan menginterpolasikan permukaan tanah
asli sawah bukan dari tanggul sawah.
Keterangan peta (legenda) harus sesuai dengan yang digunakan
dalam Buku Petunjuk Perencanaan Peta Tersier dari Direktorat Irigasi.
7.5.3 Penggambaran Situasi Rencana Trase Saluran Tersier

Page 148
Peta situasi trase saluran tersier harus disetujui oleh pemilik
pekerjaan.
Peta topografi trase harus digambarkan pada kertas transparan stabil.
Jika mungkin peta tersier tercakup dalam satu lembar peta jika tidak
mungkin boleh beberapa lembar peta dengan pertampalan 5 cm.
Peta-peta dan gambar-gambar berikut dengan skalanya harus
diserahkan kepada pemilik pekerjaan
Peta topografi daerah irigasi dengan ketentuan sebagai berikut :
o daerah datar skala 1 : 2.000 dan interval garis kontur 0,25 m.
o daerah berbukit-bukit skala 1 : 200 dan interval garis kontur 0,50
m.
Peta topografi trase saluran dengan skala 1 : 2.000.
Gambar-gambar potongan memanjang dengan skala horizontal dan
vertikal 1 : 2.000.
Page 149

SUBBAGIAN4
PEMETAAN SITUASI SUNGAI DAN
LOKASI BENDUNG
Page 150
DAFTAR ISI
PEMETAAN SITUASI SUNGAI DAN LOKASI BENDUNG
1. IKHTISAR PEKERJAAN
1.1 Umum
1.2 Ruang Lingkup Pekerjaan
1.3 Basis Survei
2. HASIL DAN DATA YANG DISERAHKAN KEPADA PEMILIK PEKERJAAN
3. METODE PENGUKURAN SITUASI SUNGAI
3.1 Pemasangan Benchmark
3.2 Pengukuran Sudut Horizontal (Poligon)
3.3 Pengamatan Azimut Matahari
3.4 Pengukuran Sudut Vertikal
3.5 Pengukuran Sipat Datar
3.6 Pengukuran Ditil Sungai
3.6.1 Pengukuran Titik Detail Antara Penampang melintang
3.6.2 Ketelitian Titik Detail
3.7 Pencatatan, Reduksi dan Pemrosesan Data
3.7.1 Pencatatan
3.7.2 Reduksi
3.7.3 Pemrosesan

Page 151
4. PENGGAMBARAN SITUASI SUNGAI
4.1 Peta Situasi Sungai
4.2 Penampang Melintang
4.3 Penampang Memanjang
5. METODE PENGUKURAN SITUASI LOKASI BENDUNG
5.1 Pemasangan Benchmark
5.2 Pengukurann Sudut Horizontal (Poligon), Azimut Matahari, Sudut
Vertikal, Sipat Datar
5.3 Pengukuran Detail Lokasi Bendung
5.4 Pencatatan, Reduksi dan Pemrosesan Hasil Lapangan
6. PENGGAMBARAN SITUASI LOKASI BENDUNG

Page 152
1.
IKHTISAR PEKERJAAN
1.1
Umum
Pemetaan situasi sungai dilaksanakan minimal
sepanjang 2 (dua) km (satu km ke arah upstream dan
satu km ke arah downstream dari rencana bendung)
dengan skala 1 : 2.000 sedangkan pemetaan lokasi
bendung dilaksanakan minimal sepanjang 1 (satu) km
(0.5 km ke arah upstream dan 0.5 km ke arah
downstream dari rencana bendung) dengan skala 1 :
500, hal ini untuk menunjang perencanaan bendung
dan komponen lainnya.
Dalam hal ini data-data situasi sepanjang sungai dan
lokasi bendung dengan lebar kiri-kanan sungai yang
sudah ditentukan dan data-data situasi lokasi
bendung sehingga diperlukan koordinat(x,y) dan
tinggi(z) serta situasi lokasi yang memenuhi syarat
dengan ketelitian yang telah disetujui dalam
ketentuan teknis.
Pelaksana pekerjaan harus mempekerjakan personil
yang telah mendapat latihan dalam bidangnya serta
cukup berpengalaman dalam berbagai pekerjaan yang
diberikan sehingga dipelukan sertifikasi keahlian
termasuk manajer poyek yang mempunyai keahlian
manager proyek dipekerjakan selama masa kontrak
berlangsung.
Pelaksana pekerjaan harus dapat memberikan hasil
yang berkualitas sesuai dengan ketentuan teknis,

Page 153
pekerjaan akan diperiksa sewaktu-waktu untuk
menjamin terpenuhinya ketentuan teknis yang telah
ditetapkan, bila ternyata ketentuan tidak terpenuhi
menurut penilaian pihak pemilik pekerjaan maka
pelaksana pekerjaan harus menanggung risiko
pengulangan pengukuran.
1.2
Ruang Lingkup Pekerjaan
Garis besar pengukuran dan penggambaran sungai terdiri dari :
Pemasangan Benchmark.
Pengukuran Poligon.
Pengukuran Azimut Matahari.
Pengukuran Sipat Datar.
Pengukuran Potongan Memanjang.
Pengukuran Potongan Melintang.
Pengukuran Situasi.
Pencatatan, Reduksi, Pemrosesan Data.
Penggambaran.
Sedangkan garis besar pengukuran dan penggambaran lokasi bendung
terdiri dari :
Pemasangan Benchmark.
Pengukuran Poligon.
Pengukuran Azimut Matahari.
Pengukuran Sipat Datar.
Pengukuran Situasi.
Pencatatan, Reduksi, Pemrosesan Data.

Page 154
Penggambaran.
1.3
Basis Survei
Peta yang dibutuhkan untuk menetapkan daerah pengukuran sungai dan
lokasi bendung adalah peta situasi teristris skala 1 : 5.000 atau peta
ortofoto digital skala 1 : 5.000 atau peta garis skala 1 : 5.000.
Referensi yang digunakan sebagai titik ikat pengukuran trase saluran
adalah minimal 2 (buah) benchmark yang sudah dipasang pada saat
pengukuran situasi skala 1 : 5.000 dan minimal 1 (satu) buah koordinat
(x,y) titik tetap Bakosurtanal orde 0 atau orde 1 sedangkan pengukuran
tinggi (z) menggunakan titik tetap Bakosurtanal.
2. HASIL DAN DATA YANG HARUS DISERAHKAN KEPADA
PIHAK PEMILIK PEKERJAAN
1) Satu hardcopy gambar-gambar berikut :
Peta situasi sungai yang dilengkapi dengan garis-garis tinggi skala
1 : 2.000.
Gambar-gambar melintang skala 1 : 200 ke arah horizontal dan
vertikal.
Gambar potongan memanjang sungai dengan skala 1 : 2.000 (ke arah
horizontal) dan 1 : 200 (ke arah vertikal).
Peta situasi lokasi bendung dengan garis-garis tinggi skala 1 : 500.
2) Semua eksemplar asli dan satu set softcopy dalam bentuk VCD/DVD
semua hasil pekerjaan observasi pengukuran dan perhitungan diberi
indeks, dijilid dan dilengkapi dengan keterangan/referensi.
3) Hardcopy daftar koordinat dari patok beton yang dibuat, lengkap
dengan data-data titik referensi yang digunakan sebagai titik ikat.

Page 155
4) Hardcopy gambaran letak titik-titik secara lengkap, termasuk
elevasinya, koordinat-koordinat dan lima foto dari seluruh benchmark.
5) Tiga salinan/kopi laporan akhir yang meliputi penelitian lapangan,
proses serta hasilnya. Laporan tersebut harus merinci metode
sebenarnya yang digunakan, ketepatan sebenarnya yang diperoleh,
dan kesulitan-kesulitan yang dijumpai serta pemecahannya pada
seluruh tahap pekerjaan. Laporan itu meliputi diagram-diagram jaring
poligon dan sifat-sifat datar serta penjelasan mengenai semua titik-
titik tetap dan titik-titik koordinat. Laporan tersebut tidak boleh
semata-mata mengulangi isi ketentuan-ketentuan teknis tetapi harus
benar-benar berdasarkan hasil pelaksanaan pekerjaan.
3. PENGUKURAN SITUASI SUNGAI
Pengukuran situasi sungai dilaksanakan menggunakan
alat Total Station yang dapat menyimpan data
dengan perlengkapan lainnya dan Automatic Level,
lebih disukai Automatic Level Digital, ketentuan setiap
tahap pekerjaan sebagai berikut :
3.1. Pengamatan GPS
1) Alat ukur yang digunakan minimal 3 (tiga) buah GPS Geodetic model
digital yang mempunyai ketelitian 5 mm + 1ppm(H) dan 10 mm + 2
ppm(V)
2) Pengamatan receiver GPS Geodetic dilakukan dengan cara Double
Difference berdasarkan data fase dengan metoda Static atau Rapid
static (static singkat) dengan alat Receiver GPS single frekuensi (L1)
atau dual frekuensi (L1 + L2)
3) Kententuan pengamatan harus mengikuti ketentuan berikut :
Satelit yang diamati minimum 4 (empat) buah dalam kondisi tersebar
Page 156
Besaran GDOP (geometrical dilution of precisition) lebih kecil dari 8
Pengamatan dilakukan siang hari atau malam hari
Level aktifitas atmosfer dan ionosfer relative sedang
Lama pengamatan berdasarkan panjang baseline
4) Pengamatan GPS dengan data fase digunakan dalam model
penentuan posisi relatif untuk menentukan komponen baseline antara
dua titik, memastikan bahwa semua receiver melakukan pengamatan
terhadap satelit-satelit yang sama secara bersamaan, mengumpulkan
data dengan kecepatan dan epoh yang sama.
5) Setiap receiver GPS harus dapat menyimpan data selama mungkin
dari minimum 4 (empat) buah satelit dengan kecepatan minimum 4
(empat) epoh dalam 1 (satu) menit masing-masing 15 (lima belas)
detik.
6) Tidak diizinkan untuk menggunakan merek dan jenis receiver GPS
yang berbeda dalam satu session.
7) Terdapat minimal 1 (satu) titik sekutu yang menghubungkan
2 (dua) session.
8) Tidak diizinkan untuk mengamati satelit dengan elevasi dibawah 15
derajat.
9) Setelah session pengamatan seluruh data harus di download dan di
simpan dalam sebuah CD dan dibuatkan cadangannya.
Panjang
Baseline(km
)
Metoda
Pengamatan
Lama
Pengamatan(L
1)
Lama Pengamatan(L1+L2)
05
Statis
singkat
30 menit
15 menit
5 10
Statik
singkat
60 menit
30 menit
10 30
Statik
90 menit
60 menit

Page 157
3.1.1. Reduksi Baseline
1) Geometri dari jaringan harus memenuhi spesifikasi ketelitian dan
persyaratan strenght of figure yaitu
a. Statistik reduksi baseline
Untuk setiap jaring orde 3 standar deviation (s) hasil hitungan dari
komponen baseline toposentrik (dN,dE,dH) yang dihasilkan oleh
software reduksi baseline harus memenuhi hubungan berikut :
N M
E M
H 2M
dimana M = [102 + (10d)2]1/21.96 mm dan d = panjang baseline
b. Baseline yang diamati 2(dua) kali
- Baseline yang lebih pendek dari 4 (empat) km
Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh
berbeda lebih besar dari 0.03 m sedangkan komponen tinggi tidak
boleh berbeda lebih dari 0.06 m.
- Baseline yang lebih panjang dari 4(empat) km
Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh
berbeda lebih besar dari 0.05 m sedangkan komponen tinggi tidak
boleh berbeda lebih dari 0,10 m
2) Seluruh reduksi baseline harus dilakukan dengan menggunakan
software processing GPS yang telah dikenal dibuat oleh agen software
atau badan peneliti ilmiah yang bereputasi baik
3) Koordinat pendekatan dari titik referensi yang digunakan dalam
reduksi baseline tidak boleh lebih dari 10 m dari nilai sebenarnya.
4) Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi
troposfer untuk semua data pengamatan.

Page 158
5) Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi
ionosfer untuk semua data pengamatan. Data dual frekuensi harus
digunakan untuk mengeliminasi pengaruh ionosfer jika ambiguiti fase
single tidak dapat dipecahkan.
3.1.2. Perataan Jaring
1) Perataan jaring bebas dan terikat dari seluruh jaring harus dilakukan
dengan menggunakan software perataan kuadrat terkecil yang telah
dikenal dibuat oleh agen software atau badan peneliti ilmiah
bereputasi baik.
2) Informasi di bawah ini harus dihasilkan dari setiap perataan
- Hasil dari test Chi-Square atau Variance Ratio pada residual setelah
perataan (test ini harus dapat melalui confidence 99 % yang berarti
bahwa data-data tersebut konsisten terhadap model matematika yang
digunakan).
- Daftar koordinat hasil perataan.
- Daftar baseline hasil perataan termasuk koreksi dari komponen-
komponen hasil pengamatan.
- Analisis statistik mengenai residual komponen baseline termasuk jika
ditemukan koreksi yang besar pada confidence level yang digunakan.
- Ellip kesalahan titik untuk setiap stasiun/titik.
3.1.3 Analisa
1) Integritas pengamatan jaring harus dinilai berdasarkan :
- Analisis dari baseline yang diamati 2 (dua) kali (penilaian
keseragaman)
- Analisis terhadap perataan kuadrat terkecil jaring bebas (untuk
menilai konsistensi data)
Page 159
- Analisis perataan kuadrat terkecil untuk jaring terikat berorde lebih
tinggi (untuk menilai konsistensi terhadap titik kontrol)
2) Akurasi komponen horizontal jaring akan dinilai terutama dari analisis
ellip kesalahan garis 2D yang dihasilkan oleh perataan jaring bebas
3) Koordinat benchmark dari hasil pengamatan GPS disajikan dalam
system proyeksi UTM dan ellipsoid WRG 84.
4) Tinggi benchmark hasil ukuran GPS dikoreksi terhadap besaran
undulasi (N) atau dikoreksi terhadap titik MSL yang ada disekitar
lokasi.
3.2
Pemasangan Benchmark
1) Benchmark-benchmark akan ditetapkan yang merupakan kontrol
untuk keperluan pemetaan dan digunakan untuk keperluan proyek
irigasi yang akan datang, satu benchmark di ujung hulu, satu di
tengah-tengah (as rencana bendung) dan satu di ujung hilir
sepanjang sungai yang diukur 2 (dua) km.
2) Masing-masing benchmark akan ditandai dengan sebuah patok beton
seperti tampak pada gambar 3.1. sebagai tambahan akan dibuat 2
penanda azimut dari beton, satu untuk masing-masing benchmark
kecuali jika benchmark berikutnya dapat dilihat dengan mudah.
Konstruksi penanda azimut akan dibuat pada titik pertama di
sepanjang jalur poligon dari benchmark. Jenis konstruksi untuk
penanda azimut diperlihatkan pada gambar S.1.
3) Bilamana mungkin benchmark-benchmark tersebut harus ditempatkan
sesuai dengan kriteria berikut :
Patok beton ditempatkan pada tanah keras (hindarkan pemasangan di
daerah rawa atau sawah).

Page 160
Patok beton dan tanda lapangan di pasang paling sedikit 10 meter
dari tanggul sungai dan di daerah yang tidak akan terkena perubahan.
Patok beton ini akan ditempatkan di sepanjang tanggul sungai.
4) Semua patok beton harus dijelaskan selengkap mungkin pada saat
pemasangan seperti tertera pada gambar 33. antara lain mencakup :
Sketsa ukuran (penampang melintang) patok beton yang dibuat.
Lima foto untuk setiap patok beton yang sudah terpasang dilengkapi
dengan pelat nomor dan baut kuningan, 4(empat) buah dibuat
berdasarkan mata angin dengan daerah sekitarnya dan satu buah dari
atas.
Sketsa lokasi lengkap dengan jarak-jarak titik detail yang ada di
sekitar patok beton dan lokasi patok beton penanda azimut (azimut
Mark).
Sketsa gambaran umum lokasi lengkap dengan deskripsi pendekatan
ke sekitar titik tetap.
Penanda azimut dapat dideskripsikan dalam formulir lain menurut
keinginan pemilik pekerjaan.
Koordinat-koordinat titik akan ditambahkan pada deskripsi apabila
perhitungannya sudah tuntas.
5) Titik-titik poligon selain benchmark dan penanda azimut harus dibuat
titik poligon dengan interval 50 m dari patok kayu yang kuat, ukuran
panjang sekurang-kurangnya 30 cm dengan penampang melintang 5
x 5 cm, dipasang sedemikian rupa sehingga patok-patok tersebut
dapat bertahan selama pengukuran (sekurang-kurangnya 6 bulan).
Tanah yang lebih lunak membutuhkan patok-patok yang lebih
panjang. Patok-patok tersebut rata atau hampir rata dengan
permukaan tanah dan pada ujungnya diberi paku agar titik yang tepat
mudah ditemukan. Letak titik itu harus terlihat dengan patok lain atau

Page 161
pohon yang mudah dilihat yang jaraknya tidak lebih dari 3,0 meter.
Harus ada nomor titik pada patok dan/atau penanda yang lain.
6) Patok kayu dipasang sebelah kiri dan kanan sungai dan harus dilalui
poligon, beberapa titik dapat di-seislag.
3.3
Pengukuran Poligon
1) Alat ukur yang digunakan adalah Theodolit Total Station yang
mempunyai ketelitian 5 dengan kemampuan memory minimal 15.000
titik.
2) Basis poligon meliputi daerah pemetaan yang merupakan jaring-jaring
tertutup dan diikatkan ke titik tetap orde 0 atau orde 1 Bakosurtanal
dan benchmark skala 1 : 5.000, kaki-kaki poligon harus melalui patok
kayu dan benchmark dan sistem statip tetap (fixed tripod) seperti
yang diuraikan di bawah ini dipakai untuk mendapatkan ketelitian
yang diisyaratkan.
3) Apabila mungkin titik-titik yang ada akan digunakan sebagai azimut
awal dan azimut akhir, titik-titik tetap yang digunakan harus saling
berhubungan dengan titik tetap yang lainnya.
4) Untuk kontrol orientasi harus dilakukan pengamatan azimut matahari
di ujung-ujung daerah pemetaan sungai.
5) Statip harus ditempatkan pada tanah yang stabil untuk memperoleh
hasil pengamatan sudut horizontal dan jarak yang teliti, poligon yang
melalui daerah sawah harus diikuti secara hati-hati untuk menghindari
lokasi-lokasi sulit di daerah genangan sawah atau pada pematang-
pematang yang tidak stabil.
6) Semua theodolit harus dalam keadaan baik dan setelannya akan
diperiksa terus selama pengamatan berlangsung, kolimasi akan
diperiksa apabila melebihi 1 (satu menit), pelaksana pekerjaan harus

Page 162
menyiapkan semua catatan yang berkenaan dengan pemeriksaan dan
penyesuaian peralatan yang dilakukan.
7) Theodolit harus mampu mengukur sampai 1 (satu detik ) dan
dilengkapi dengan komponen yang diperlukan.
8) Untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu pada saat
melakukan sentering maka perlu digunakan 4 buah statip dan 4 buah
kiap (tribrach). Selama pengamatan berlangsung statip dan kiap
tersebut harus tetap berada disatu titik, hanya target dan teodolit saja
yang berpindah.
9) Di titik-titik dimana pekerjaan hari itu berakhir dan pekerjaan hari
berikutnya mulai sentering harus dilakukan dengan hati-hati, hal yang
sama berlaku juga pada waktu dilakukan pengamatan ulang ditempat
yang sama.
10) Kedudukan nivo kotak dan pengunting optic harus sering diperiksa
dengan bantuan unting-unting gantung dan penyesuaian-penyesuaian
dilakukan bilamana perlu.
11)Sebelum pengamatan dilakukan theodolit harus disetel sebaik-baiknya,
pengukuran sudut horisontal dan jarak dilakukan minimum 2(dua) seri
pengamatan, untuk 1 (satu) seri dengan jumlah urutan pembacaan
sebagai berikut :
Bidik kiri (FL) untuk bacaan target belakang.
Bidik kiri (FL) untuk bacaan target ke depan.
Bidik kanan (FR) untuk bacaan target ke depan.
Bidik kanan (FR) untuk bacaan target ke belakang
12) Ketelitian pengukuran poligon :
Semua hasil pengamatan direduksi di lapangan jika perbedaan antara
keempat harga sudut yang diperoleh (2FL, 2FR) melebihi 5, maka
harus dilakukan pengukuran ulang.

Page 163
Toleransi untuk kesalahan penutup sudut terhadap azimut harus
10n dimana n adalah jumlah sudut, jika kesalahan penutupnya
masih berada dalam toleransi maka sudut itu akan disesuaikan
dengan azimut matahari dan jika toleransi tersebut dilampaui, maka
azimut dan/atau sudut-sudut tersebut harus diulang.
Kesalahan penutup linear poligon utama tidak boleh lebih besar dari 1
: 10.000 dari panjang totalnya, poligon akan dijaga agar tetap pendek
untuk menjamin bahwa kesalahan penutup pada jaring-jaring atau
bagian tidak lebih dari 1 m.
Hasil rata-rata dari keempat ujung garis tersebut harus mempunyai
persamaan lebih dari (10 mm + 10 ppm dari jarak) kalau tidak
maka pengamatan ulang perlu dilakukan.
3.4
Pengukuran Azimut Matahari
1) Untuk menentukan arah orientasi sungai dilakukan azimut matahari
yang diamati pagi dan sore hari, masing-masing sedikitnya 3(tiga) kali
pengamatan, dalam satu seri tidak boleh lebih dari 30.
12)Pengamatan dilakukan sebagai berikut :
Bidik kiri (target).
Bidik kiri (matahari).
Bidik kanan (matahari).
Bidik kanan (target)
Seri ini merupakan satu kali pengamatan.
13)Pembacaan sudut horisontal pada pengamatan azimut matahari harus
diberikan koreksi akibat tidak mendatarnya kedudukan alat, koreksi ini
sangat penting dan dapat dihitung dari hasil bacaan kedudukan
gelembung nivo tabung tersebut atau apabila alat theodolit dilengkapi

Page 164
dengan kompensator otomatis, dari pembacaan lingkaran vertikal
pada sudut kanan pada masing-masing sisi garis bidik.
14)Metode yang dipakai untuk menentukan azimut tergantung keinginan
pelaksana pekerjaan, walaupun demikian hal-hal berikut harus
diperhatikan bila akan digunakan azimut dengan metode ketinggian
matahari.
Pengamatan matahari dilakukan apabila tinggi matahari lebih besar
dari 200 karena apabila dilakukan pengamatan pada waktu tinggi
matahari dibawah 200 refraksi (pembiasan) menjadi terlalu besar dan
tidak menentu, jika mungkin usahakan ketinggian matahari di bawah
400.
Pembacaan temperatur dan tekanan udara akan dilakukan untuk
keperluan koreksi refraksi.
Perlengkapan-perlengkapan tambahan yang diperlukan terdiri dari jam
tangan yang ketepatannya dicocokkan satu menit sebelum tanda
waktu resmi berbunyi, prisma Reoloff, tabel deklimasi matahari dan
tabel refraksi.
5) Jika untuk pengukuran azimut digunakan metode sudut waktu maka
bisa dilakukan pengamatan pada saat tinggi matahari di bawah 20,
tetapi waktu pengamatan harus jauh lebih teliti.
3.5 Pengukuran Sipat Datar
1) Pengukuran sipat datar digunakan dengan alat ukur level automatic
atau level automatic digital.
2) Semua patok kayu dan benchmark sudah terpasang sebelum
dilakukan pengukuran sipat datar, pemindahan elevasi ke benchmark
yang dibuat sesudah selesainya penyipatan datar tidak akan diterima.

Page 165
3) Pengukuran digunakan alat rambu ukur metrik dan tatakan rambu
yang terbuat dari metal, untuk jaring sipat datar utama digunakan alat
sipat datar digital atau non digital.
4) Setiap alat harus dicek kolimasinya (kesalahan garis bidik) setiap hari
dengan menggunakan 2 patok-uji (peg test), mid-base atau cara-cara
sejenis sampai dengan jarak 100 m, dalam metode mid-base dicari
perbedaan tinggi antara dua titik, di mana hasil ukuran disaat alat
ditempatkan di tengah harus dibandingkan dengan hasil ukuran disaat
alat ditempatkan di dekat salah satu titik. Penyesuaian harus
dilakukan apabila kesalahan kolimasinya labih dari 0,05 mm/m. Nivo
kotak dan kompensator otomatis juga harus selalu dicek secara
teratur. Pelaksana pekerjaan harus membuat catatan lengkap
mengenai seluruh hasil pengecekan dan penyesuaian yang telah
dilakukan.
5) Rambu ukur ditempatkan pada tatakan dari metal pada setiap
pengukuran (kecuali pada benchmark atau benchmark sementara).
Juru ukur harus menginstruksikan kepada pemegang rambu, agar
rambu ukur selalu tepat vertikal dengan menggunakan stafflevel atau
carpenters level (penempatannya harus juga dicek).
6) Metode stan ganda (double-stand) pada pengukuran sifat datar tidak
boleh digunakan, jarak bidikan tidak diperkenankan lebih dari 50 m.
Bidikan ke belakang kira-kira sama dengan bidikan ke muka, untuk
menghindari kesalahan kolimasi. Tidak dibenarkan melakukan
pembidikan silang (intermediate sight).
7) Pembacaan rambu tidak boleh dilakukan melebihi 20 cm dari batas
bawah rambu dan juga 20 cm dari batas bagian atas rambu.
8) Untuk membantu pelaksanaan pengukuran titik-titik rincik ketinggian
dianjurkan agar titik tinggi sementara dipasang pada waktu

Page 166
pengukuran sipat datar utama antara lain : gorong-gorong, tangga
rumah, lantai pengeringan padi, dan lain sebagainya. Titik-titik
tersebut ditandai serta dicatat secara lengkap.
9) Juru ukur harus memasukkan data-data mengenai tinggi dan
rendahnya hasil ukuran pada setiap formulir yang sudah ditentukan,
bacaan belakang, bacaan muka, beda tinggi h (+ dan -) harus
dijumlahkan. Perbedaan antara hasil bacaan belakang, dan muka
harus sama dengan hasil beda tinggi (h), hanya merupakan
pengecekan aritmatik dapat menghindarkan kesalahan yang tidak
terlihat karena data yang tidak benar.
10)Pengecekan harus dilakukan pada setiap halaman dan setiap bagian
pengukuran sipat datar, secara sistematis setiap hari, serta harus
ditandatangani oleh juru ukur yang bersangkutan.
11)Ketelitian sipat datar sebagai berkut :
Jalur utama yang pada umumnya merupakan jaring tertutup yang
terikat dengan titik referensi harus diukur dua kali yaitu pergi dan
pulang, perbedaan antara kedua harga untuk masing-masing seksi
harus kurang dari 10k mm, dimana k adalah jarak dalam km antar
benchmark tersebut.
3.6 Pengukuran Situasi Sungai
1) Menentukan elevasi tanah untuk situasi sungai akan dilakukan dengan
metode potongan melintang sedangkan detail-detail yang ada di
antara potongan-potongan melintang akan ditentukan dengan
pengukuran rincikan agar variasi dalam relief dapat digambarkan
dengan tepat pada waktu dilakukan penggambaran kontur.
2) Semua jarak, sudut, dan tinggi diukur langsung di lapangan dengan
menggunakan alat total station.

Page 167
3) Jarak antara potongan melintang yang akan diambil tegak lurus
terhadap as sungai adalah sekitar 50,0 meter untuk saluran lurus dan
25,0 meter untuk potongan yang berbelok atau menurut petunjuk
pemilik pekerjaan.
4) Letak potongan-potongan melintang akan ditetapkan dengan
menggunakan patok-patok kayu yang sudah dipasang, poligon (garis
kerangka peta situasi sungai) yang terbentuk oleh patok-patok itu,
akan sedekat mungkin mengikuti alur sungai yang ditunjukkan pada
peta skala 1 : 5.000.
5) Poligon harus tertutup terhadap titik terdekat yang sudah ditetapkan
(benchmark atau penanda azimut) guna mencek ketelitian.
6) Potongan melintang yang akan diukur akan membentang sedikit-
dikitnya 250 m di kedua sisi as sungai atau mengikuti petunjuk dari
pemilik pekerjaan.
7) Semua jalan air berapapun ukurannya (saluran, pembuang, parit-parit
di sawah) akan diamati termasuk lebar dasar, elevasi dan arah aliran.
8) Semua tampakan seperti rumah-rumah, fasilitas, jalan, jembatan,
gorong-gorong, pagar, patok beton dan vegetasi (jenis dan
kerapatannya) akan dicatat.
9) Bahan-bahan khusus yang dijumpai di permukaan tanah, seperti
batuan, rawa-rawa, tanah longsor dan sebagainya harus dicatat.
10)Ketinggian potongan melintang akan dicatat dalam software total
station.
3.6.1 Pengukuran Titik Rincik Antara Potongan Melintang
1) Titik-titik tinggi di antara potongan-potongan melintang akan dicatat
sebagai berikut:
Page 168
Posisi tinggi diukur dengan cara tacheometri untuk daerah terjal.
Posisi titik dan jarak langsung diukur dengan alat total station dan
dicatat dengan penjelasan singkat mengenai posisi titik rincik,
misalnya sawah, kampung, tanggul jalan (bagian atas atau bawah),
dasar sungai.
Jarak ke titik-titik rincik tidak boleh lebih dari 20 m.
Cara tacheometri hanya dapat dipakai untuk penentuan tinggi titik
rincik di daerah curam dan hanya atas persetujuan pemilik pekerjaan.
Daerah landai titik-titik tinggi akan diambil dengan beda tinggi
maksimum 0,25 meter atau pada setiap 20 meter di lapangan mana
saja yang lebih segera dapat dicapai.
Daerah yang tidak teratur misalnya di daerah berbukit-bukit,
perbatasan kampung, lembah dan semacamnya, titik-titik tinggi
dengan jarak yang lebih pendek agar bisa diperoleh gambar yang
lebih jelas dengan situasi lengkap di daerah ini.
2) Pada umumnya titik-titik tinggi harus dicantumkan di semua lokasi di
mana kemiringan bisa berubah dan di tempat-tempat di mana bisa
terjadi perubahan ketinggian secara mendadak.
3) Pada daerah sawah titik rincik ketinggian harus ada pada setiap
sawah tersebut yang kira-kira jaraknya lebih dari 50 x 50 m, untuk
daerah pengukuran yang tidak luas selang/jarak antara tiap titik kira-
kira 75 m, untuk daerah sawah yang kering rambu ukur harus
ditempatkan tepat ditengah, untuk daerah sawah basah rambu ukur
boleh ditempatkan di tepi sawah tersebut (tidak di pematang), rambu
ukur tidak boleh ditenggelamkan pada tanah sawah tersebut tetapi
diletakkan setinggi permukaan tanah sawah dan harus dilakukan
dengan hati-hati.

Page 169
4) Lokasi dari titik rincik tersebut harus diletakkan pada perbatasan
antara kampung dan sawah, satu titik pada sawah yang lainnya di
kampung, apabila jalan melewati sawah maka titik rincik tersebut
harus ditempatkan satu titik pada jalan dan titik lainnya pada kedua
sisi sawah.
5) Rincik ketinggian akan diambil sepanjang dasar dari lembah-lembah
baik yang memiliki anak sungai maupun yang tidak dan pada
punggung bukit serta pada titik-titik bukit yang teratas.
6) Pelaksana pekerjaan harus memeriksa apakah rincik ketinggian di
lapangan sudah diamati secara memadai sesuai dengan perubahan-
perubahan elevasi antara rincik ketinggian dan detail yang
diperlihatkan dalam peta.
3.6.2 Ketelitian Titik Rincik
1) Seluruh perhitungan rincik ketinggian harus diselesaikan dan diperiksa
ketelitiannya sebelum meninggalkan lapangan.
6) Ketinggian relatif tinggi titik rincik harus memenuhi ketelitian 5 cm.
7) Harga tinggi titik rincik dihitung sampai dengan sentimeter terdekat,
posisi titik-titik tersebut ditandai dengan koma (titik) desimal dari
harga ketinggiannya atau koma yang terpisah dengan menggunakan
tanda panah apabila detailnya menjadi kabur karena nomor-nomor
lokasi sebelumnya.
8) Semua titik rincik diberi nomor yang jelas sehingga pemeriksaan yang
dilakukan lewat lembar-lembar pengamatan pada tahap berikutnya
akan lebih mudah.
3.7 Pencatatan, Reduksi, dan Pemrosesan Hasil Pengamatan
di Lapangan

Page 170
Pencatatan, reduksi, pemrosesan hasil pengamatan di
lapangan harus mengikuti ketentuan di bawah ini :
3.7.1 Pencatatan
1) Seluruh proses perhitungan koodinat (x,y) dalam proyeksi UTM, tinggi
(z) terhadap permukaan air laut rata-rata, azimut matahari, dan
perhitungan titik detail menggunakan software distributor alat merk
apa saja yang berlaku di Indonesia.
2) Penjelasan-penjelasan yang dibutuhkan di fotocopi dari rekaman
software dimasukkan ke lembar pengamatan sementara pekerjaan
berlangsung, hal ini menyangkut nama pengamat, tanggal, nomor
titik, nomor alat juga penjelasan-penjelasan lainnya seperti ketinggian
alat, temperatur dan tekanan udara, seluruh lembar data harus
disertai tanggal dan tanda tangan pengamat dan orang yang telah
melakukan pemeriksaan.
3) Seluruh laporan pengamatan yang dilakukan di lapangan dalam
bentuk hardware dan VCD/DVD diserahkan kepada pihak pemilik
pekerjaan, termasuk juga bagian-bagian yang telah diulang, yang
disebut terakhir ini harus ditandai dengan jelas sehingga bisa saling
dicocokkan.
3.7.2 Reduksi
1) Koordinat (x,y) perlu direduksi dan dirata-ratakan pada setiap titik dan
diperiksa apakah memenuhi toleransi yang sudah ditetapkan, reduksi
koordinat (x,y) termasuk juga koreksi kesalahan titik nol alat, dan
koreksi faktor skala dimana dianggap perlu.
2) Pengamatan di lapangan perlu direduksi setiap harinya lalu
ditandatangani, disertai tanggal pemeriksaan oleh pelaksana

Page 171
pekerjaan, hasil pengamatan harus disimpan dengan rapi dan diberi
nomor referensi agar mudah dicari bilamana diperlukan dikemudian
hari, bila sudah diarsipkan, hasil-hasil pengamatan itu tidak boleh
dibawa ke lapangan lagi.
3.7.3
Pemrosesan Data
1) Penghitungan harus dilakukan di lapangan untuk memeriksa apakah
pengamatan telah sesuai dengan standar ketelitian.
2) Untuk kontrol planimeter ini meliputi :
Pengecekan hasil penghitungan koordinat.
Pengecekan penutup koordinat tertutup.
Pengecekan azimut antara titik-titik triangulasi dan hasil pengamatan.
Penyesuaian kesalahan koordinat.
Penghitungan dari x dan y untuk mencek hasil planimetrik.
3) Untuk kontrol ketinggian kegiatan pemrosesan ini meliputi :
Pemeriksaan hasil hitungan dari Bacaan belakang, Bacaan muka,
Perbedaan tinggi (h).
Perhitungan h untuk seksi-seksi antara titik-titik tetap (benchmark) .
Perhitungan dari tiap loop/kring.
Perataan dari loop dengan metode Dell (atau metode lainnya), agar
memperoleh ketinggian yang tepat untuk dipakai pada perhitungan
rincik ketinggian nantinya.
4) Apabila hasil pekerjaan lapangan telah disetujui oleh pengawas, hasil
pengamatan serta hasil hitungannya segera dikirim ke kantor
pelaksana pekerjaan untuk dilakukan perhitungan akhir.
5) Penyesuaian titik-titik poligon harus sesuai dengan jarak, hal ini
berarti bahwa koreksi dalam koordinat x sama dengan :
Salah penutup dalam koordinat x

Page 172
--------------------------------------------------- x jarak akumulasi
jumlah jarak poligon seluruhnya
Hal yang sama berlaku untuk koodinat y.
6) Seluruh hasil penghitungan, pengamatan dan informasi seperti yang
didaftar dibawah ini harus diserahkan kepada pihak pemilik pekerjaan
dalam bentuk hardware dan VCD atau DVD untuk mendapatkan
persetujuan sementara.
7) Urutan cara perhitungan loop atau jalur koordinat antara benchmark.
8) Kesalahan penutup sudut pada setiap bagian/seksi, azimut kontrol
atau azimut yang diperoleh dari loop yang berdekatan, bersama-sama
dengan jumlah titik dalam setiap seksi.
9) Kesalahan penutup linier x, y dari setiap loop atau jalur koordinat
antara titik-titik simpul dan kesalahan penutup fraksi yang dipilih
dengan jumlah titik.
10)Detail-detail hasil pengamatan yang ditolak, diragukan, tidak dipakai
lagi.
4. PENGGAMBARAN SITUASI DAN POTONGAN MEMANJANG /
MELINTANG SUNGAI
Penggambaran dilakukan dengan Autocad ukuran A-1 type apa saja yang dikeluarkan dari
distributor tunggal yang berlaku di Indonesia, mengikuti ketentuan dibawah ini :
4.1 Peta Situasi Sungai
1) Secara umum peta situasi sungai skala 1 : 2.000 dengan kemiringan
untuk situasi sungai akan ditunjukkan dengan interpolasi kontur 0,5
meter dan indeks kontur harus ada pada interval 5 m.
2) Kriteria yang diberikan hanya merupakan panduan saja, tujuannya
adalah untuk menjaga kesamaan garis kontur pada seluruh lembar
peta (kecuali di daerah yang sangat curam/terjal), walaupun demikian

Page 173
perubahan interval dalam lembar peta akan diizinkan dalam hal
adanya perubahan kecuraman menyeluruh dalam suatu daerah tetapi
tidak dalam hal perubahan kemiringan setempat.
3) Apabila ada 2 (dua) kontur atau lebih yang berdekatan dan hampir
berimpit (misalnya batas kampung, tanggul, jalan, kelokan saluran)
kontur digambarkan dengan garis putus-putus .
4) Detail mengenai metode kontur yang digunakan harus jelas
dicantumkan pada semua lembar peta, termasuk informasi mengenai
datum (duga) titik tinggi dan sumber informasi yang dipakai.
5) Titik rincik harus digambar selambat-lambatnya sebelum
penggambaran halus garis kontur dan sebelum dilakukan interpolasi
garis kontur atau editing.
6) Titik rincik harus ditulis dengan menggunakan ukuran 1,5 mm, letak
titik rincik harus diindikasikan sampai dengan fraksi desimal, jika
bentuk detail terganggu oleh harga titik rincik maka angkanya dapat
ditulis di sebelahnya.
7) Semua garis kontur digambar dengan menggunakan ukuran 0,1 mm
kecuali untuk indeks kontur digunakan ukuran 0,3 mm, harga-harga
garis kontur dituliskan hanya pada indeks kontur setiap lima garis
kontur.
8) Garis silang (grid) panjang 10 x 10 mm, dan pada sisi peta garis
silangnya sepanjang 5 mm dan koordinat-koordinat garis silang ditulis
di dalam atau di luar batas lembar peta bergantung dari keinginan
pemilik pekerjaan, koordinat-koordinat tersebut ditulis dengan selang
250 m sepanjang keempat sisi dari peta, angka harus ditulis dengan
tinggi tulisan 2,5 mm.
9) Kertas yang akan dipakai adalah transparan stabil atau yang sejenis,
peta-peta dilengkapi dengan keterangan (legenda) situasi menurut

Page 174
standar yang berlaku berkenaan dengan ukuran garis, arsiran dan
symbol yang diserahkan kepada pihak pemilik pekerjaan.
10) Persyaratan kartografi peta situasi sungai adalah sebagai berikut :
Pada tiap lembar set peta akan menjelaskan peta kunci petunjuk
lembar.
Arah utara akan ditunjukkan pada setiap lembar.
Pada gambar-gambar tersebut aliran sungai akan diarahkan dari kiri
ke kanan atau dari atas ke bawah.
Garis hubung untuk lembar di sebelahnya dari masing-masing peta
adalah berupa garis koordinat, tanpa pertampalan (overlap).
Semua titik-titik poligon akan diplot dengan koordinat-koordinat,
sebelum memplot penunjuk ketinggian.
Semua benchmark akan ditunjukkan dalam semua gambar yang
bersangkutan, dengan perencanaan, deskripsi dan elevasi.
Peta-peta itu akan memperlihatkan semua tampakan (feature) buatan
yang biasanya ditunjukkan pada peta-peta situasi. Tampakan-
tampakan ini termasuk (tetapi tidak perlu dibatasi sampai pada) hal-
hal berikut :
batas-batas dan jenis pengolahan tanah, padang rumput, hutan,
hutan belantara dan rawa-rawa.
jalan, saluran, parit, sawah dan bangunan-bangunan yang ada.
batas-batas desa, kelompok rumah, termasuk elevasi tanah desa.
elevasi banjir besar.
batu singkapan, daerah-daerah berpasir atau berbatu-batu.
4.2 Peta Potongan Melintang

Page 175
Pada gambar-gambar tersebut yang menunjukkan
potongan-potongan melintang sungai, dengan
ketentuan sebagai berikut :
Nomor masing-masing potongan melintang
Semua titik-titik tinggi profil melintang dan jarak antara titik-titik
tersebut.
Palung yang sudah ditetapkan (titik terdalam di dasar sungai), garis-
garis palung potongan melintang yang muncul pada satu gambar
akan digambar vertikal satu di atas yang lain.
Potongan-potongan melintang akan digambar menghadap ke arah
aliran hilir.
Tinggi muka air di sungai (kalau ada) pada hari-hari pengukuran dan
bahan-bahan dasar kontruksi.
Potongan melintang akan digambar dengan skala 1 : 200 ke arah
horisontal dan vertikal.
4.3 Peta Potongan Memanjang
1) Gambar potongan melintang sungai akan diturunkan dari potongan
melintang, panjang potongan memanjang adalah jarak total antara
potongan-potongan melintang pada sungai.
2) Pada gambar itu, yang memperlihatkan potongan memanjang saluran,
hal-hal berikut akan ditunjukkan :
Nomor-nomor potongan melintang.
Jarak antara potongan-potongan melintang dan jarak akumulasi
bentang sungai.
Tinggi tanggul kiri.
Tinggi tanggul kanan.
Tinggi dasar sungai pada as sungai tersebut.

Page 176
Panjang sungai (jarak horisontal pada palung) akan digambar dengan
skala 1 : 2.000, kecuali ada ketentuan lain.
Jarak vertikal atau ketinggian akan digambar dengan skala 1 : 200.
5. PENGUKURAN LOKASI BENDUNG
Pengukuran situasi lokasi bedung dilaksanakan
bersamaan dengan pengukuran situasi sungai,
dengan menggunakan alat Total Station yang dapat
menyimpan data dengan perlengkapan lainnya dan
Automatic Level, lebih disukai Automatic Level Digital,
ketentuan setiap tahap pekerjaan sebagai berikut :
5.1 Pengamatan GPS
1) Alat ukur yang digunakan minimal 3 (tiga) buah GPS Geodetic model
digital yang mempunyai ketelitian 5 mm + 1ppm(H) dan 10 mm + 2
ppm(V)
2) Pengamatan receiver GPS Geodetic dilakukan dengan cara Double
Difference berdasarkan data fase dengan metoda Static atau Rapid
static (static singkat) dengan alat Receiver GPS single frekuensi (L1)
atau dual frekuensi (L1 + L2)
3) Kententuan pengamatan harus mengikuti ketentuan berikut :
Satelit yang diamati minimum 4 (empat) buah dalam kondisi tersebar
Besaran GDOP (geometrical dilution of precisition) lebih kecil dari 8
Pengamatan dilakukan siang hari atau malam hari
Level aktifitas atmosfer dan ionosfer relative sedang
Lama pengamatan berdasarkan panjang baseline

Page 177
4) Pengamatan GPS dengan data fase digunakan dalam model
penentuan posisi relatif untuk menentukan komponen baseline antara
dua titik, memastikan bahwa semua receiver melakukan pengamatan
terhadap satelit-satelit yang sama secara bersamaan, mengumpulkan
data dengan kecepatan dan epoh yang sama.
5) Setiap receiver GPS harus dapat menyimpan data selama mungkin
dari minimum 4 (empat) buah satelit dengan kecepatan minimum 4
(empat) epoh dalam 1 (satu) menit masing-masing 15 (lima belas)
detik.
6) Tidak diizinkan untuk menggunakan merek dan jenis receiver GPS
yang berbeda dalam satu session.
7) Terdapat minimal 1 (satu) titik sekutu yang menghubungkan
2 (dua) session.
8) Tidak diizinkan untuk mengamati satelit dengan elevasi dibawah 15
derajat.
9) Setelah session pengamatan seluruh data harus di download dan di
simpan dalam sebuah CD dan dibuatkan cadangannya.
5.1.1. Reduksi Baseline
Panjang
Baseline
(km)
Metoda
Pengam
atan
Lama
Pengamat
an(L1)
Lama Pengamatan(L1+L2)
05
Statis
singkat
30 menit
15 menit
5 10
Statik
singkat
60 menit
30 menit
10 30
Statik
90 menit
60 menit

Page 178
1) Geometri dari jaringan harus memenuhi spesifikasi ketelitian dan
persyaratan strenght of figure yaitu :
a. Statistik reduksi baseline
Untuk setiap jaring orde 3 standar deviation (s) hasil hitungan dari
komponen baseline toposentrik (dN,dE,dH) yang dihasilkan oleh
software reduksi baseline harus memenuhi hubungan berikut :
N M
E M
H 2M
dimana M = [102 + (10d)2]1/21.96 mm dan d = panjang baseline
b. Baseline yang diamati 2(dua) kali
- Baseline yang lebih pendek dari 4 (empat) km
Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh berbeda
lebih besar dari 0.03 m sedangkan komponen tinggi tidak boleh
berbeda lebih dari 0.06 m.
- Baseline yang lebih panjang dari 4(empat) km
Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh berbeda
lebih besar dari 0.05 m sedangkan komponen tinggi tidak boleh
berbeda lebih dari 0,10 m
2) Seluruh reduksi baseline harus dilakukan dengan menggunakan
software processing GPS yang telah dikenal dibuat oleh agen software
atau badan peneliti ilmiah yang bereputasi baik
3) Koordinat pendekatan dari titik referensi yang digunakan dalam
reduksi baseline tidak boleh lebih dari 10 m dari nilai sebenarnya.
4) Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi
troposfer untuk semua data pengamatan.
5) Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi
ionosfer untuk semua data pengamatan. Data dual frekuensi harus

Page 179
digunakan untuk mengeliminasi pengaruh ionosfer jika ambiguiti fase
single tidak dapat dipecahkan.
5.1.2. Perataan Jaring
1) Perataan jaring bebas dan terikat dari seluruh jaring harus dilakukan
dengan menggunakan software perataan kuadrat terkecil yang telah
dikenal dibuat oleh agen software atau badan peneliti ilmiah
bereputasi baik.
2) Informasi di bawah ini harus dihasilkan dari setiap perataan
- Hasil dari test Chi-Square atau Variance Ratio pada residual setelah
perataan (test ini harus dapat melalui confidence 99 % yang berarti
bahwa data-data tersebut konsisten terhadap model matematika yang
digunakan).
- Daftar koordinat hasil perataan.
- Daftar baseline hasil perataan termasuk koreksi dari komponen-
komponen hasil pengamatan.
- Analisis statistik mengenai residual komponen baseline termasuk jika
ditemukan koreksi yang besar pada confidence level yang digunakan.
- Ellip kesalahan titik untuk setiap stasiun/titik.
5.1.3 Analisa
1) Integritas pengamatan jaring harus dinilai berdasarkan :
- Analisis dari baseline yang diamati 2 (dua) kali (penilaian
keseragaman)
- Analisis terhadap perataan kuadrat terkecil jaring bebas (untuk
menilai konsistensi data)
- Analisis perataan kuadrat terkecil untuk jaring terikat berorde lebih
tinggi (untuk menilai konsistensi terhadap titik kontrol)

Page 180
2) Akurasi komponen horizontal jaring akan dinilai terutama dari analisis
ellip kesalahan garis 2D yang dihasilkan oleh perataan jaring bebas
3) Koordinat benchmark dari hasil pengamatan GPS disajikan dalam
system proyeksi UTM dan ellipsoid WRG 84.
4) Tinggi benchmark hasil ukuran GPS dikoreksi terhadap
besaran undulasi (N) atau dikoreksi terhadap titik MSL yang
ada disekitar lokasi.
5.2 Pemasangan Benchmark
1) Benchmark-benchmark akan ditetapkan yang merupakan kontrol
untuk keperluan pemetaan dan digunakan untuk keperluan proyek
irigasi yang akan datang, satu di tengah-tengah (as rencana bendung)
yang sudah terpasang pada saat pengukuran sungai dan satu di
seberang sungai as rencana bendung.
2) Titik-titik poligon selain benchmark harus dibuat titik poligon dengan
interval 15 m dari patok kayu yang kuat, letak titik itu harus terlihat
dengan patok lain atau pohon yang mudah dilihat yang jaraknya tidak
lebih dari 3,0 meter, harus ada nomor titik pada patok dan/atau
penanda yang lain.
3) Patok kayu dipasang sebelah kiri dan kanan sungai dan harus dilalui
poligon, beberapa titik dapat di-seislag.
5.3 Metoda Pengukuran di Lapangan
Pengukuran poligon dan sipat datar dilakukan
bersamaan dengan pengukuran situasi sungai,
ketentuannya mengikuti ketentuan seperti di atas.

Page 181
5.3.1 Pengukuran Poligon
1) Alat ukur yang digunakan adalah Theodolit Total Station yang
mempunyai ketelitian 5 dengan kemampuan memory minimal 15.000
titik.
2) Basis poligon meliputi daerah pemetaan yang merupakan jaring-jaring
tertutup dan diikatkan ke titik tetap orde 0 atau orde 1 Bakosurtanal
dan benchmark skala 1 : 5.000, kaki-kaki poligon harus melalui patok
kayu dan benchmark dan sistem statip tetap (fixed tripod) seperti
yang diuraikan di bawah ini dipakai untuk mendapatkan ketelitian
yang diisyaratkan.
3) Apabila mungkin titik-titik yang ada akan digunakan sebagai azimut awal dan
azimut akhir, titik-titik tetap yang digunakan harus saling
berhubungan dengan titik tetap yang lainnya.
4) Untuk kontrol orientasi harus dilakukan pengamatan azimut matahari
di ujung-ujung daerah pemetaan sungai.
5) Statip harus ditempatkan pada tanah yang stabil untuk memperoleh
hasil pengamatan sudut horizontal dan jarak yang teliti, poligon yang
melalui daerah sawah harus diikuti secara hati-hati untuk menghindari
lokasi-lokasi sulit di daerah genangan sawah atau pada pematang-
pematang yang tidak stabil.
6) Semua theodolit harus dalam keadaan baik dan setelannya akan
diperiksa terus selama pengamatan berlangsung, kolimasi akan
diperiksa apabila melebihi 1 (satu menit), pelaksana pekerjaan harus
menyiapkan semua catatan yang berkenaan dengan pemeriksaan dan
penyesuaian peralatan yang dilakukan.
7) Theodolit harus mampu mengukur sampai 1 (satu detik ) dan
dilengkapi dengan komponen yang diperlukan.

Page 182
8) Untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu pada saat
melakukan sentering maka perlu digunakan 4 buah statip dan 4 buah
kiap (tribrach). Selama pengamatan berlangsung statip dan kiap
tersebut harus tetap berada disatu titik, hanya target dan teodolit saja
yang berpindah.
9) Di titik-titik dimana pekerjaan hari itu berakhir dan pekerjaan hari
berikutnya mulai sentering harus dilakukan dengan hati-hati, hal yang
sama berlaku juga pada waktu dilakukan pengamatan ulang ditempat
yang sama.
10) Kedudukan nivo kotak dan pengunting optic harus sering diperiksa
dengan bantuan unting-unting gantung dan penyesuaian-penyesuaian
dilakukan bilamana perlu.
11)Sebelum pengamatan dilakukan theodolit harus disetel sebaik-baiknya,
pengukuran sudut horisontal dan jarak dilakukan minimum 2(dua) seri
pengamatan, untuk 1 (satu) seri dengan jumlah urutan pembacaan
sebagai berikut :
Bidik kiri (FL) untuk bacaan target belakang.
Bidik kiri (FL) untuk bacaan target ke depan.
Bidik kanan (FR) untuk bacaan target ke depan.
Bidik kanan (FR) untuk bacaan target ke belakang
12) Ketelitian pengukuran poligon :
Semua hasil pengamatan direduksi di lapangan jika perbedaan antara
keempat harga sudut yang diperoleh (2FL, 2FR) melebihi 5, maka
harus dilakukan pengukuran ulang.
Toleransi untuk kesalahan penutup sudut terhadap azimut harus
10n dimana n adalah jumlah sudut, jika kesalahan penutupnya
masih berada dalam toleransi maka sudut itu akan disesuaikan

Page 183
dengan azimut matahari dan jika toleransi tersebut dilampaui, maka
azimut dan/atau sudut-sudut tersebut harus diulang.
Kesalahan penutup linear poligon utama tidak boleh lebih besar dari 1
: 10.000 dari panjang totalnya, poligon akan dijaga agar tetap pendek
untuk menjamin bahwa kesalahan penutup pada jaring-jaring atau
bagian tidak lebih dari 1 m.
Hasil rata-rata dari keempat ujung garis tersebut harus mempunyai
persamaan lebih dari (10 mm + 10 ppm dari jarak) kalau tidak
maka pengamatan ulang perlu dilakukan.
5.3.2 Pengukuran Sipat Datar
1) Pengukuran sipat datar digunakan dengan alat ukur level automatic
atau level automatic digital.
2) Semua patok kayu dan benchmark sudah terpasang sebelum
dilakukan pengukuran sipat datar, pemindahan elevasi ke benchmark
yang dibuat sesudah selesainya penyipatan datar tidak akan diterima.
3) Pengukuran digunakan alat rambu ukur metrik dan tatakan rambu
yang terbuat dari metal, untuk jaring sipat datar utama digunakan alat
sipat datar digital atau non digital.
4) Setiap alat harus di cek kolimasinya (kesalahan garis bidik) setiap hari
dengan menggunakan 2 patok-uji (peg test), mid-base atau cara-cara
sejenis sampai dengan jarak 100 m, dalam metode mid-base dicari
perbedaan tinggi antara dua titik, di mana hasil ukuran disaat alat
ditempatkan di tengah harus dibandingkan dengan hasil ukuran disaat
alat ditempatkan di dekat salah satu titik. Penyesuaian harus
dilakukan apabila kesalahan kolimasinya labih dari 0,05 mm/m. Nivo
kotak dan kompensator otomatis juga harus selalu dicek secara
teratur. Pelaksana pekerjaan harus membuat catatan lengkap

Page 184
mengenai seluruh hasil pengecekan dan penyesuaian yang telah
dilakukan.
5) Rambu ukur ditempatkan pada tatakan dari metal pada setiap
pengukuran (kecuali pada benchmark atau benchmark sementara).
Juru ukur harus menginstruksikan kepada pemegang rambu, agar
rambu ukur selalu tepat vertikal dengan menggunakan stafflevel atau
carpenters level (penempatannya harus juga dicek).
6) Metode stan ganda (double-stand) pada pengukuran sifat datar tidak
boleh digunakan, jarak bidikan tidak diperkenankan lebih dari 50 m.
Bidikan ke belakang kira-kira sama dengan bidikan ke muka, untuk
menghindari kesalahan kolimasi. Tidak dibenarkan melakukan
pembidikan silang (intermediate sight).
7) Pembacaan rambu tidak boleh dilakukan melebihi 20 cm dari batas
bawah rambu dan juga 20 cm dari batas bagian atas rambu.
8) Untuk membantu pelaksanaan pengukuran titik-titik rincik ketinggian
dianjurkan agar titik tinggi sementara dipasang pada waktu
pengukuran sipat datar utama antara lain : gorong-gorong, tangga
rumah, lantai pengeringan padi, dan lain sebagainya. Titik-titik
tersebut ditandai serta dicatat secara lengkap.
9) Juru ukur harus memasukkan data-data mengenai tinggi dan
rendahnya hasil ukuran pada setiap formulir yang sudah ditentukan,
bacaan belakang, bacaan muka, beda tinggi h (+ dan -) harus
dijumlahkan. Perbedaan antara hasil bacaan belakang, dan muka
harus sama dengan hasil beda tinggi (h), hanya merupakan
pengecekan aritmatik dapat menghindarkan kesalahan yang tidak
terlihat karena data yang tidak benar.

Page 185
10)Pengecekan harus dilakukan pada setiap halaman dan setiap bagian
pengukuran sipat datar, secara sistematis setiap hari, serta harus
ditandatangani oleh juru ukur yang bersangkutan.
11) Ketelitian sipat datar sebagai berkut :
Jalur utama yang pada umumnya merupakan jaring tertutup yang
terikat dengan titik referensi harus diukur dua kali yaitu pergi dan
pulang, perbedaan antara kedua harga untuk masing-masing seksi
harus kurang dari 10k mm, dimana k adalah jarak dalam km antar
benchmark tersebut.
5.3.3 Pengukuran Situasi Sungai
1) Menentukan elevasi tanah untuk situasi lokasi bendung akan
dilakukan dengan metode potongan melintang sedangkan detail-detail
yang ada di antara potongan-potongan melintang akan ditentukan
dengan pengukuran rincikan agar variasi dalam relief dapat
digambarkan dengan tepat pada waktu dilakukan penggambaran
kontur.
2) Luas lokasi bendung termasuk pekerjaan-pekerjaan pelengkap,
tanggul banjir dan tanggul penutup akan diukur dengan potongan
melintang setiap 15 m, titik-titik tinggi akan diambil pada potongan-
potongan melintang tersebut setiap 5 m demikian juga lokasi antara
profil melintang.
3) Potongan-potongan melintang yang akan diukur akan mencakup
sekurang-kurangnya 50 m dari sisi sungai kiri dan kanan atau
sebagaimana ditunjukkan oleh pemilik pekerjaan.
4) Letak dari potongan-potongan melintang tersebut ditetapkan dengan
patok-patok kayu, masing-masing di satu sisi sungai, patok-patok
kayu tersebut ditetapkan sebagai titik-titik poligon.

Page 186
5) Ketelitian titik-titik tinggi potongan melintang ditentukan sebagaimana
diuraikan di atas.
5.4 Pencatatan, Reduksi, dan Pemrosesan Hasil Pengamatan di
Lapangan
Pencatatan, reduksi, pemrosesan hasil pengamatan di
lapangan harus mengikuti ketentuan di atas.
6. PENGGAMBARAN SITUASI LOKASI BENDUNG
Penggambaran dilakukan dengan Autocad ukuran A-1 type apa saja yang dikeluarkan dari
distributor tunggal yang berlaku di Indonesia, mengikuti ketentuan dibawah ini :
1) Secara umum peta situasi lokasi bendung skala 1 : 500 dengan
kemiringan untuk situasi lokasi bendung akan ditunjukkan dengan
interpolasi kontur 0,1 meter, indeks kontur harus ada pada interval 1
m.
2) Titik rincik harus ditulis dengan menggunakan ukuran 1,5 mm, letak
titik rincik harus diindikasikan sampai dengan fraksi desimal, jika
bentuk detail terganggu oleh harga titik rincik maka angkanya dapat
ditulis di sebelahnya.
3) Semua garis kontur digambar dengan menggunakan ukuran 0,1 mm
kecuali untuk indeks kontur digunakan ukuran 0,3 mm, harga-harga
garis kontur dituliskan hanya pada indeks kontur setiap lima garis
kontur.
4) Garis silang (grid) panjang 10 x 10 mm, dan pada sisi peta garis
silangnya sepanjang 5 mm dan koordinat-koordinat garis silang ditulis
di dalam atau di luar batas lembar peta bergantung dari keinginan
pemilik pekerjaan, koordinat-koordinat tersebut ditulis dengan selang

Page 187
50 m sepanjang keempat sisi dari peta, angka harus ditulis dengan
tinggi tulisan 2,5 mm.
5) Kertas yang akan dipakai adalah transparan stabil atau yang sejenis,
peta-peta dilengkapi dengan keterangan (legenda) situasi menurut
standar yang berlaku berkenaan dengan ukuran garis, arsiran dan
symbol yang diserahkan kepada pihak pemilik pekerjaan.
6) Ketentuan lainnya mengikuti ketentuan di atas.

Page 188
ujung blok Pat-M/Pat-B
edge of Pat-M/Pat-B block
batas daerah pemetaan
mapping area boundary
pertampalan batas jalur harus rapi
neat overlap boundary of strips
kontrol denah dan tinggi (X,Y,Z) harus ada
plan and height control (X,Y,Z) obligatory
penentuannya terserah pelaksana pekerjaan
disposition at discretion of contractor
kontrol denah dan tinggi (X,Y,Z)
plan and height control (X,Y,Z)
kontrol tinggi saja ( Z )
height control only ( Z )
panjang 4 basis
4 base lengths
*)
*)
*)
CATATAN UNTUK GAMBAR 1
1. Diagram di atas memperlihatkan suatu blok pemetaan seluas 25.000 ha
dan tercakup pada foto udara dengan skala 1 : 10.000 dengan
pertampalan (overlap) 60 % (muka dan belakang) dan 30 %
pertampalan samping.
Persyaratan blok PAT-M/PAT-B, termasuk kontrol di sekeliling perimeter,
memakai foto udara yang mencakup luas sekitar 30.000 ha dalam 12
strip/jalur terbang di mana setiap jalur, masing-masing terdiri dari 17
model.
2. Kontrol tinggi fotogrametri diperlukan pada setiap interval 4 (empat)
panjang basis sepanjang masing-masing ujung setiap strip/jalur; jumlah
keseluruhan titik-titik kontrol yang diperlihatkan adalah 65 buah.
Hal ini berhubungan erat dengan kerapatan benchmark (x,y,z). Jadi
kontrol tersebut sudah siap ditempatkan untuk x,y dan z dan penempatan
tinggi-tingginya harus diketahui dari foto identifikasi (jika tidak ada
premark).
3. Keempat titik sudut harus ditempatkan pada x,y dan z. Bagaimanapun
juga penempatan kontrol horizontal mungkin bervariasi tetapi Direktorat
Irigasi dalam hal ini hanya memperlihatkan suatu contoh yang paling
sedikitnya harus memenuhi syarat seperti pada diagram di atas; dengan
penyebaran yang cukup seragam di seluruh blok, dengan titik berat pada
sudut-sudut untuk menghindarkan terjadinya kesalahan besar.
4. Daerah pemetaan yang tidak teratur dan perhimpitannya bervariasi,
begitu juga skala fotonya, akan selalu menyebabkan penyimpangan-

Page 189
penyimpangan dari keseimbangan ideal antara persyaratan-persyaratan
teknik dan kontrol fotogrametris.
Gambar 1 Contoh Skema Kontrol Untuk Triangulasi Udara
15
0
20
30
30
2
0
15
0
40
0
150
50
30
20
150
titik tetap
benchmark
kerangka penyangga
dari kayu atau kaso
wooden supports
plastik kuning
yellow plastic sheets
400
2
0

Gambar 2 Konstruksi Tanda Lapangan

Page 190
PROYEK
FOTO IDENTIFIKASI
FP 26
DI IDENTIFIKASI OLEH
SKETS DARI FOTO
RUN 7 : 16
TANGGAL
IDENTIFIKASI FOTO
RUN 7 : 15.16
135 mm
58 mm
95 mm
172 mm
CATATAN
1. FP 26 A terletak di samping atap
rumah, 2,5 m. diatas tanah. Titik
baik untuk (x,y).
2. FP 26 B. terletak di daerah datar di
antara rumah dan pagar, dan di
tengah - tengah jalan setapak.
Daerah datar sekitar 3 meter. Titik
baik untuk (z)
KH 26/1
KH 26
KH 25/8
POHON
JALAN
SETAPAK
19.8m
A
B
u
rumah
pagar
SKETS :
Gambar 3 Contoh Sketsa Identifikasi Foto

Page 191
Catat jumlah peralaks pada setiap posisi yang
di tetapkan (1 s/d 6) Jumlah perkiraan dalam
mm. Catat semua besar paralaks termasuk
bacaan-bacaan Zero (zero reading).
Catatan-catatan mengenai kualitas dan kondisi
umum*) diapositif/negatif film udara.
LAPORAN UJI COBA PEMOTRETAN UDARA
FORMULIR A
No.Uji Coba
SEKSI 1
No. Negatif Roll .
Nomor-nomor Exposure ..
Tanggal Pemotretan .
Tinggi Terbang ..
Tipe Kamera
Kamera P.D
Tanggal Uji Coba ..
Alat Uji Coba & No.
SEKSI 2
UJI COBA STEREO
PENYETELAN PERALATAN :
K1
W1
Q1 ..
BY ..
B
..

..
K2
W2
Q2
BY
BX

Resolusi diapositif
Uji coba diselesaikan oleh : .
SEKSI 3
UJI COBA DIMENSIONAL
PANEL DATA
Catat semua ukuran A sampai F dalam mm
PANEL DATA
Emulsi naik / turun selama pengukuran
*) Catat informasi yang bisa dipakai
Uji coba diselesaikan oleh :
3
4
+1
2+
5
6
No.
No.
3
4
+1
2+
5
6
2
1
3
4
2
1
3
4
A
B
C
D
E
F
Gambar 4 Laporan Pemotretan Udara

Page 192
20
15
10
0
65
20
40
10
Pen kuningan level
Bross level control pin
tanah asli/ ground level
begel 6mm-15cm
slirrup
Tiang 10mm
bar
beton 1:2:3
Concrete
pelat marmer 12x12cm
marble plate
pasir yang dipadatkan
well compacted sand
ukuran dalam cm
dimention in cm
20
10
20
10
40
1m
No
.
10
20

Gambar 5 Konstruksi Pilar Titik Tetap dari Beton

Page 193
nomor titik yang ditandai pada pipa paralon
station number to be marked on drainpipe
setiap penandaan azimut tertentu, harus terlihat dari titik tetap ybs
one azimuth mark to be visible from every benchmark
tanah asli/ ground level
ukuran dalam cm
dimention in cm
paku
nail
pipa peralatan
plastic drainpipe
nomor titik
station number
beton
concrette
7
5
2
5
1
0
0
6cm
A12
Gambar 6 Contoh Konstruksi Penanda Azimut

Page 194
PROYEK
Komering Hulu
No mor Bench Mark
KH 42
DI UKUR OLEH
A.Suryana
Tanggal
19.4.82
DISKRIPSI BENCHMARK
Foto Benchmark
Nomor
E (m)
N (m)
Elevasi (m)
catatan
BENCHMARK
KH 42
17423.58
10762.12
58.76
Tinggi diatas pilar
AZIMUT MARK
A42
17116.16
10654.46
50.18
Tinggi diatas paralon
PREMARK
KH 42/1
17446.41
10769.38
57.24
Tinggi di permukaan tanah
Tanah Asli
20
20
15
68
25
10
8
40
Pasir
Ukuran Cm
ke buaymadang
KE MARTAPURA
U
U
SEKOLAH
Pagar kayu
mag74
KH 42/1
KH 41
ke Tanah
Merah
251 /326 m
KH 42
A 42
33
m
25
m
SKETSA LOKASI SEKITARNYA
SKETSA DETIL

DESKRIPSI DAN CATATAN


1. Dari kantor polisi Buaymadang sebagai titik tolak, ke arah martapura
sepanjang jalan raya sejauh 12.4 km sampai menemui persimpangan
jalan, kemudian belok ke arah kiri menuju ke arah sekolah di Kp.Tanah
merah sejauh 0.5 km. Dari sekolah tersebut belok kiri mengikuti jalan
setapak sejauh 90 meter. Pilar BM tersebut akan diketemukan pada jarak
12 meter di arah sebelah kanan dari jalan setapak tersebut.
2. Premark di pasang dengan kedudukan terhadap BM tersebut seperti
tertentu pada gambar di atas.
3. Titik A42 dapat di tentukan dari KH42 dengan A42 magnetic 251
D dan
jarak 326 meter.
KH 42 merupakan pilar yang tetap,
dengan ukuran 1.0 x 0.2 x 0.2 meter.
Tinggi pilar dari atas permukaan tanah
kira-kira 0,23 meter
FOTO UDARA
RUN 3 : 44,45 RUN 4 : 132,133

12

Page 195
Gambar 7 Contoh Penjelasan Mengenai Letak Benchmark
TT
TT
titik ikat
50
m
50
m
titik ikat
tie point
daerah yang di ukur
bertampalan 100m
surveyed areas to overlap by 100m
perbesaran terhadap
skala peta (kurang lebih)
enlargement to mapping scale
(approx)
daerah dalam garis
putus-putus dan 50 m
di luarnya harus diukur
area within packed line
including 50 m outside to
be surveyed
BM
BM
tie poin
Gambar 8 Foto Perbesaran Sesuai Skala Pendekatan Peta
Page 196
P.17
3.86
P.18
3.76
P.19
3.85
P.20
3.91
P.21
4.12
P.22
4.36
P.23
4.52
b
2.43
S.1
2.88
S .2
3.01
S .3
3.27
S.4
3.46
S.3
3.67
S.6
3.86
S.9
4.20
S.8
4.20
S.7
2.93
sawah
jalan
b
2.43
a
3.76
b
3.03
c
3.14
d
3.10
f
2.85
a
3.97
b
3.37
c
3.37
d
3.89
e
3.39
sawah
kampung
sawah
batas
ka
m
pu
ng
a
4.03
b
3.72
c
4.00
a
4.12
b
4.20
c
2.48
d
3.80
a
3.53
T.2
3.62
T.3
T.4
T.5
T.6
T.7
HR.25
b
a
a
a
a
a
b
b
b
b
T.1
b
3.17
U.1
3.26
a
3.33
U.2
3.85
U.3
3.96
U.4
3.99
U.5
4.15
U.6
3.75
U.7
3.96
sawah
b
a
3.47
a
3.56
a
4.24
3.66
sawah
3.62
4.48
b
4.28
jalan

Gambar 9 Bayangan/Citra Foto Telah Dihilangkan Agar Supaya Contoh


Ini Lebih Jelas
pematang
bund
sawah
rice field
sawah
rice field
sawah
rice field
titik tinggi
spot height
jalan
road
sungai
river/stream
kampung
village
a
b
c
d

Page 197
Gambar 10 Lokasi Titik-titik Tinggi
RUN 4
RUN 5
RUN 6
RUN 7
RUN 6A
DESA
RUN 10A
C
KOTA
PRINCIPAL POINT
&PHOTO NUMBER
EXTENT OF STRIP
SELECTED
CLOUD
MAPPING LIMIT
CLOUD SHADOW
SELECTED AERIAL PHOTOGRAPHY DIAGRAM
C
S
+12
DIAGARAM NO.
SAP 1/83
DATE :
SCALE
1 : 50000
OLEH :
BLOCK NAME
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
13
15
17
19
21
23
25
27
29
31
33
17
19
21
23
25
27
29
31
33
35
37
39
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28

Gambar 11 Contoh Ikhtisar dari Diagram Foto Udara yang Telah Diseleksi

Page 198
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
13
15
17
19
21
23
25
27
29
31
33
17
19
21
23
25
27
29
31
33
35
37
39
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
RUN 4
RUN 5
RUN 6
RUN 7
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(90)
(91)
(92)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
43040
63040
83000
103040
123040
143040
163040
183040
203040
223040
243040
311050
131050
151050
171050
191050
211050
231050
251050
271050
291050
18001
331050
171060
191060
211060
231060
251060
271060
291060
81070
101070
121070
141070
161070
181070
7
0
0
04
311060
011061
031061
051061
071061
091061
253050
273050
293050
313050
333050
96004
233040
253040
273040
293040
313040
053051
073051
093051
9
7
0
04
27002
261070
281070
(137)
RU
N
10A
PRINCIPAL POINT
MAPPING LIMIT
AERIAL TRIANGULATION PREPARATION DIAGRAM
DIAGARAM NO.
ATP 1/83
DATE :
SCALE
1 : 50000
OLEH :
BLOCK NAME
MODEL POINT &
MODEL LIMITS
(53) MODEL NUMBER
CONTROL POINTS
PLAN & HEIGHT
PLAN ONLY
HEIGHT ONLY
12
69004
22004
(93)
24004
7101
7301
63100
23004
23004
96004
9
7
0
04
27002

Gambar 12 Diagram Persiapan

Page 199
RUN 4
RUN 5
RUN 6
RUN 7
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
13
15
17
19
21
23
25
27
29
31
33
17
19
21
23
25
27
29
31
33
35
37
39
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(90)
(92)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
43040
63040
83000
103040
123040
143040
163040
183040
203040
223040
243040
311050
131050
151050
171050
191050
211050
231050
251050
271050
291050
18001
331050
171060
191060
211060
231060
251060
271060
291060
81070
101070
121070
141070
161070
181070
7
0
0
04
311060
011061
031061
051061
071061
091061
253050
273050
293050
313050
333050
96004
233040
253040
273040
293040
313040
053051
073051
093051
9
7
0
0
4
27002
261070
281070
(137)
RU
N
10A
PRINCIPAL POINT
MAPPING LIMIT
AERIAL TRIANGULATION CONNECTIONS DIAGRAM
12
DIAGARAM NO.
ATC 1/83
DATE :
SCALE
1 : 50000
OLEH :
BLOCK NAME
MODEL POINT &
MODEL LIMITS
(53) MODEL NUMBER
CONTROL POINTS
PLAN & HEIGHT
PLAN ONLY
HEIGHT ONLY
69004
22004
23004
23004
24004
(93)
7101
7301
63100

Gambar 13 Diagram Sambungan-sambungan

Page 200
0.3
0400765
0.3
0400766
02
0612217
01
0611217
0.0
100251
00
0400727
00
0632217
PROYEK
:
MODEL
:
JALUR
:
ALAT
:
TANGGAL PENGAMATAN :
ATAU
PROYEK
:
LEMBAR
:
TANGGAL PERAKITAN :
DIPERIKSA
:
Gambar 14 Diagram Vektor Residu Titik Model dalam Model Ortofoto
atau Rakitan Peta
Ortofoto
salah
wrong
benar
right
benar
right
tinggi
high
450
500
550
600
650
600
550
500
450
400
550
500
450
400
350
450
500
550
600
650
600
500
450
400
550
550
500
450
400
350
salah
wrong
benar
right
a. Angka-angka garis kontur harus tegak ke arah
yang lebih tinggi dan tegak lurus pada garis
kontur.
b. Garis kontur yang memotong rumah harus
digeser.

Page 201
JAYA
JAYA
salah
wrong
benar
right
P
P
salah
wrong
benar
right
salah
wrong
benar
right
10 cm
10 cm
1
0
c
m
salah
wrong
benar
right
300
315
310
325
320
315
310
325
300
35
310
3
2
5
3
2
0
3
1
0
3
1
5

?
c. Simbol, ketinggian, dan garis silang grid, serta
nama-nama desa tidak diperbolehkan menimpa
detail lain. Dengan demikian detail yang lain
dikalahkan.
d. Simbol bangunan hendaknya tegak lurus dan sejajar
dengan garis tepi samping. Tidak diperkenankan
mengikuti letak bangunan.
e. Peletakan simbol jembatan jangan terbalik. Yang
diberi jembatan adalah jalan bukan kalinya. Kecuali
bila jalan dilewati bangunan air di atasnya seperti
talang dan lain-lain.
f. Angka kontur dituliskan menurut kontur interval yang
telah ditetapkan. Ini harus berlaku bagi seluruh
lembar. Karena peta yang dibuat adalah merupakan
satu seri peta.
g. Silang-silang grid dilengkapi tiap 10 cm.
h. Ketebalan penarikan garis harus tetap, sehingga garis
betul-betul hitam. Hal ini penting sebab garis yang
tidak betul-betul hitam bila dicetak akan hilang.
i. Garis kontur tidak mungkin bersilangan ataupun
bersinggungan.

Page 202
salah
wrong
benar
right
salah
wrong
benar
right
100
100
75
75
salah
wrong
benar
right
Gambar 15
j. Penggambaran arah aliran air sungai :
- Bila sungai digambar dengan 2 garis, maka simbol
aliran air yang berupa anak panah diletakkan di
antara kedua garis.
- Bila sungai digambar 1 garis simbol anak panah
k. Penyebaran simbol pada tata guna tanah harus
diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak
bertumpukan dengan simbol lainnya.
l. Peletakkan simbol pada suatu areal tata guna tanah
tertentu digambar merata walaupun terdapat
sungai/anak sungai di dalam areal tersebut.

Page 203
.
980.000
5
3
0
.0
0
0
5
3
0
.5
0
0
5
3
1
.0
0
0
5
3
1
.5
0
0
5
3
2
.0
0
0
5
3
2
.5
0
0
979.500
979.000
978.500
978.000
977.500
VILLAGE NAME (w)
B M (w )
TRIG (w)
R
IV
ER
N
AM
E
(w
)
20
20
20
5
3
0
.0
0
0
5
3
0
.5
0
0
5
3
1
.0
0
0
5
3
1
.5
0
0
5
3
2
.0
0
0
5
3
2
.5
0
0
20
980.000
979.500
979.000
978.500
978.000
977.500
20
P e tu n ju k
Lembar
Skala
1:5000
PETA INDEX
KETERANGAN
NAMA PROYEK
10 mm
10 mm

CATATAN :
1. Citra ortofoto, tinggi titik rincikan dan kontur tidak dimasukkan dalam contoh
ini agar lebih jelas.
2. Huruf (W) menunjukkan bahwa nama satu identifikasi ditulis dalam suatu
bentuk citra stensil (ialah : putih di atas bayangan positif atau peta ortofoto),
kecuali apabila detail positifnya menggunakan warna pucat di mana tulisan
huruf harus tampak hitam.
3. Lihat bag. 8.4 untuk hal-hal yang terserah kepada pihak Pelaksana
Pekerjaan.
Gambar 16 Contoh : Susunan Peta Ortofoto 1 : 5.000

Page 204
2
0
5
3
0
.0
0
0
5
2
7
.5
0
0
5
2
5
.0
0
0
5
2
2
.5
0
0
5
2
0
.0
0
0
2
0
980.000
977.500
975.000
972.500
970.000
20
Orthophoto Map
With 5 m
10
980.000
5
3
0
.0
0
0
5
2
7
.5
0
0
5
2
5
.0
0
0
5
2
2
.5
0
0
5
2
0
.0
0
0
977.500
975.000
972.500
970.000
2
0
20
Skala
1:20000
PETA INDEX
KETERANGAN
NAMA PROYEK

U
9
8
7
6
C
D
E
F
CATATAN :
1. Citra ortofoto dan kontur tidak dimasukkan dalam contoh ini agar terlihat
lebih jelas.
2. Catatan harus menjelaskan bahwa peta ortofoto skala 1 : 20.000 ini berasal
dari peta ortofoto skala 1 : 5.000
Gambar 17 Contoh : Susunan Peta Ortofoto 1 : 20.000

Page 205

Anda mungkin juga menyukai