1.PENDAHULUAN
Bertolak dari semangat Allamungan Batu di Luyo yang mengikat
Mandar dalam perserikatan Pitu Baqbana Binanga dan Pitu Ulunna
Salu dalam sebuah muktamar yang melahirkan Sipamandar(saling
memperkuat) untuk bekerja sama dalam membangun Mandar, dari
semangat inilah maka sekitar tahun 1960 oleh tokoh masyarakat
Mandar yang ada di Makassar yaitu antara lain : H. A. Depu, Abd.
Rahman Tamma, Kapten Amir, H. A. Malik, Baharuddin Lopa,
SH. dan Abd. Raufmencetuskan ide pendirian Provinsi Mandar
bertempat di rumah Kapten Amir, dan setelah Sulawesi Tenggara
memisahkan diri dari Provinsi Induk yang saat itu bernama Provinsi
Sulawesi Selatan dan Tenggara (Sulselra).
Ide pembentukan Provinsi Mandar diubah menjadi rencana
pembentukan Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) dan ini tercetus di
rumah H. A. Depu di Jl. Sawerigading No. 2 Makassar, kemudian sekitar
tahun 1961 dideklarasikan di Bioskop Istana (Plaza) Jl. Sultan
Hasanuddin Makassar dan perjuangan tetap dilanjutkan sampai pada
masa Orde Baru perjuangan tetap berjalan namun selalu menemui jalan
buntu yang akhirnya perjuangan ini seakan dipeti-es-kan sampai pada
masa Reformasi barulah perjuangan ini kembali diupayakan oleh tokoh
masyarakat Mandar sebagai pelanjut perjuangan generasi lalu yang
diantara pencetus awal hanya H. A. Malik yang masih hidup, namun
juga telah wafat dalam perjalanan perjuangan dan pada tahun 2000
yang lalu dideklarasikan di Taman Makam Pahlawan Korban 40.000
jiwa di Galung Lombok kemudian dilanjutkan dengan Kongres I
Sulawesi Barat yang pelaksanaannya diadakan di Majene dengan
mendapat persetujuan dan dukungan dari Bupati dan Ketua DPRD Kab.
Mamuju, Kab. Majene dan Kab.Polmas.
Tuntutan memisahkan diri dari Sulsel sebagaimana di atas sudah
dimulai masyarakat di wilayah Eks Afdeling Mandar sejak sebelum
Indonesia merdeka. Setelah era reformasi dan disahkannya UU Nomor
22 Tahun 1999 kemudian menggelorakan kembali perjuangan
masyarakat di tiga kabupaten, yakniPolewali Mamasa,
Majene, dan Mamuju untuk menjadi provinsi.
Sejak tahun 2005, tiga kabupaten (Majene, Mamuju dan Polewali-
Mamasa) resmi terpisah dari Propinsi Sulawesi Selatan menjadi
Propinsi Sulawesi Barat, dengan ibukota Propinsi di kota Mamuju.
Selanjutnya, Kabupaten Polewali-Mamasa juga dimekarkan menjadi
dua kabupaten terpisah (Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten
Mamasa). Untuk jangka waktu cukup lama, daerah ini sempat menjadi
salah satu daerah yang paling terisolir atau yang terlupakan di
Sulawesi Selatan.Ada beberapa faktor penyebabnya, antara lain, yang
terpenting: Jaraknya yang cukup jauh dari ibukota propinsi (Makassar);
kondisi geografisnya yang bergunung-gunung dengan prasarana jalan
yang buruk; mayoritas penduduknya (etnis Mandar, dan beberapa
kelompok sub-etnik kecil lainnya) yang lebih egaliter, sehingga sering
berbeda sikap dengan kelompok etnis mayoritas dan dominan (Bugis
dan Makassar) yang lebih hierarkis (atau bahkan feodal).
Pada awal tahun 1960an, sekelompok intelektual muda Mandar
pimpinan almarhum Baharuddin Lopa (Menteri Kehakiman dan Jaksa
Agung pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, 1999-
2000, dan sempat menjadi ikon nasional gerakan anti korupsi
karena kejujurannya yang sangat terkenal) melayangkan Risalah
Demokrasi menyatakan ketidaksetujuan mereka terhadap
beberapa kebijakan politik Jakarta dan Makassar; serta Fakta sejarah
daerah ini sempat menjadi pangkalan utama tentara pembelot
(Batalion 710 pimpinan Kolonel Andi Selle), pada tahun 1950-60an,
yang kecewa terhadap beberapa kebijakan pemerintah dan kemudian
melakukan perlawanan bersenjata terhadap Tentara Nasional Indonesia
(TNI); selain sebagai daerah lintas-gunung dan hutan untuk
memperoleh pasokan senjata selundupan melalui Selat Makassar- oleh
gerilyawan Darul Islam (DI) pimpinan Kahar Muzakkar yang berbasis
utama di Kabupaten Luwu dan Kabupaten Enrekang di sebelah
timurnya.
Pembentukan daerah kabupaten baru di wilayah Sulawesi Barat masih
dalam proses dan dalam prosesnya masih sering diiringi oleh
permasalahan-permasalahan yang merupakan efek penyatuan
pendapat yang belum memiliki titik temu.
Dalam konteks Kabupaten Polewali Mandar, sebelum daerah ini
bernama Polewali Mandar, daerah ini dulunya bernama Kabupaten
Polewali Mamasa disingkat Polmas yang dibentuk berdasarkan UU
Nomor 29 Tahun 1959 yang secara administratif pada saat itu berada
dalam wilayah Provinsi Sulawesi Selatan . Setelah daerah ini
dimekarkan dengan berdirinya Kabupaten Mamasa sebagai kabupaten
tersendiri, maka nama Polewali Mamasa pun diganti menjadi Polewali
Mandar. Nama Kabupaten ini resmi digunakan dalam proses
administrasi Pemerintahan sejak tanggal 1 Januari 2006 setelah
ditetapkan dalam bentuk Peraturan Pemerintah No.74 Tahun 2005
tanggal 27 Desember 2005 tentang perubahan nama Kabupaten
Polewali Mamasa menjadi Kabupaten Polewali Mandar.
Pada masa penjajahan, wilayah Kabupaten Polewali Mandar adalah
bagian dari 7 wilayah pemerintahan yang dikenal dengan nama Afdeling
Mandar yang meliputi empat onder afdeling, yaitu:
b. Misi
Untuk mewujudkan visi Kabupaten Polewali Mandar menuju kondisi
yang diharapkan, maka ditetapkan misi sebagai berikut:
1) Menjadikan ajaran agama dan nilai-nilai budaya sebagai acuan
dan sumber kearifan dalam berintegrasi dengan tatanan kehidupan
global;
2) Melaksanakan agenda reformasi berdasarkan prinsip-prinsip
demokrasi, transparansi, dan akuntabilitas;
3) Meningkatkan profesionalisme aparatur pemerintah yang bebas
dari praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme;
4) Penegakan supremasi hukum dan HAM untuk tumbuh dan
berkembang kualitas kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara;
5) Pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana serta
memaksimalisasi sektor-sektor unggulan dalam mengembangkan
perekonomian masyarakat;
6) Meningkatkan SDM dan pemberdayaan aparat dan masyarakat
dalam pelaksanaan otonomi daerah yang bertumpu pada kemandirian
lokal;
7) Mengaktualisasikan prinsip-prinsip kesetaraan dalam setiap bentuk
kemitraan pembangunan serta menciptakan iklim yang kondusif untuk
memacu kehidupan perekonomian daerah;
8) Mengembangkan Kabupaten Polewali Mandar sebagai daerah
agropolitan dalam mengantisipasi pasar global.
3. LETAK GEOGRAFIS
Kabupaten Polewali Mandar secara geografis terletak antara 2 o 40
00 3o 32 00 LU dan 118o 40 27 119o 32
27 BT dan dibatasi:
Sebelah Utara : Kabupaten Mamasa
Sebelah Timur : Kabupaten Pinrang
Sebelah Selatan : Selat Makassar
Sebelah Barat : kabupaten Majene
Luas wilayah Polewali Mandar adalah 2.022,30 km 2, dan secara
administrasi kepemerintahan, Polewali Mandar terbagi menjadi 16
kecamatan.dengan 109 Desa dan 23 Kelurahan, sehingga jumlah total
desa dan kelurahan yang ada yaitu 132. Dari 132 desa dan kelurahan
yang ada tersebut terdapat 509 dusun dan 107 lingkungan. Dari 16
kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar, ada 2 kecamatan yang
memiliki desa dan kelurahan terbanyak, yaitu Kecamatan Campalagian
dan Kecamatan Wonomulyo yang masing-masing terdiri dari 14 desa
dan kelurahan. Sedangkan kecamatan yang mempunyai jumlah desa
dan kelurahan paling sedikit adalah Kecamatan Matangnga yang hanya
memiliki 4 desa dan kelurahan.
Diantara 16 Kecamatan di Kabupaten Polman, Ibukota Kecamatan yang
letaknya terjauh dari Ibukota Kabupaten adalah Ibukota Kecamatan
Tubbi Taramanu ( Taramanu) yaitu sejauh 72 Km sementara Kecamatan
Polewali adalah merupakan Ibukota Kabupaten, dan setelah itu Ibukota
Kecamatan yang terdekat dari Ibukota Kabupaten adalah Kecamatan
Anreapi (Anreapi) yang berjarak 5 Km dari Polewali. (BPS, 2008)
Cara Hidup:
-Sendiri-sendiri atau berpasangan;
-Makanannya berupa tumbuhan, serangga, dan hewan air;
-Habitatnya berkembang-biak dihutan dan rawa-rawa.
c. Sarung Sutera
7. POTENSI WILAYAH
1.SEKTOR TANAMAN PANGAN
Kabupaten Polewali Mandar merupakan salah satu daerah penghasil
tanaman pangan di Propinsi Sulawesi Barat.Selain padi sebagai
komoditas tanaman pangan andalan, tanaman pangan lainnya yang
dihasilkan Kabupaten Polman adalah jagung, ubi kayu, ubi jalar dan
kacang-kacangan. Produksi padi Kabupaten Polman tahun 2007
sebesar 208.848,00 ton yang dipanen dari areal seluas 31.250 ha atau
rata -rata 6,68 ton per hektar yang berarti naik sekitar 8,08 persen
dibandingkan dengan tahun 2006, yang menghasilkan 193.231,00 ton
padi dengan luas panen 30.276 ha atau rata-rata produksi 6,338 ton per
hektar.
Sebagian besar produksi padi di Kabupaten Polewali Mandar dihasilkan
oleh jenis padi sawah. Jenis padi ini menyumbang 97,66 persen dari
seluruh produksi padi atau sebesar 203.968,00 ton. Sedangkan sisanya
dihasilkan oleh padi ladang. Produksi jagung Kabupaten Polman pada
tahun 2007 sebesar 6.394 ton dengan luas panen 2.003 ha atau
menghasilkan ratarata 3,19 ton/ha. (BPS ; 2008)
2.SEKTOR PERKEBUNAN
Sebagai sumber daya pengembangan, sub sektor perkebunan memiliki
peran yang sangat besar dalam berbagai aspek: ekonomi, ekologi, dan
sosial. Pada aspek ekonomi, sektor perkebunan dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat dan daerah, yang berimplikasi pada aspek
sosial (social security).Adapun pada aspek ekologi, sektor ini berperan
besar dalam menjamin keseimbangan lingkungan hidup yang juga
berdampak pada aspek sosial pembangunan.
Dengan kondisi wilayah yang cukup luas yang terletak di areal strategis
merupakan potensi ekonomi terutama disektor perkebunan.Untuk
menunjang ini, diperlukan jangkauan pemasaran yang luas dan
tepat.Sampai saat ini, hasil bumi seperti kakao, kopi, kelapa, cengkeh,
kemiri, dan jambu mente masih sangat diandalkan sebagai komoditas
unggulan di Polewali Mandar.
Berdasarkan data pada Buku Polewali Mandar Dalam Angka 2008
terbitan BPS, luas areal tanaman perkebunan rakyat secara
keseluruhan sebesar 81.804,51 Ha, dari luas ini sebesar 63.668,70 Ha
merupakan luas tanaman perkebunan rakyat yang menghasilkan.
Produksi tanaman perkebunan di kabupaten Polman selama tahun 2007
yang terbesar produksinya adalah tanaman kakao dan kelapa dalam
masing-masing sebesar 30.364,51 ton dan 20.170,50 ton.
3. SEKTOR KEHUTANAN
Dalam bidang kehutanan, Polewali Mandar termaksud sukses melalui
program partisipasi dan peran aktif masyarakat, tanpa
mengesampingkan pentingnya menjaga hutan, masyarakat dan
pemerintah bersama-sama secara sinergis memanfaatkan hasil hutan
dan mengembangkannya untuk kesejahteraan bersama. Untuk itu,
berbagai upaya digalakkan, antara lain dengan peningkatan
keterampilan sumberdaya manusia dalam penguasaan pengetahuaan
dan ternologi, pengelolaan hutan secara profesional di Polewali Mandar,
yang menghasilkan komoditas andalan seperti rotan, pinus, damar, dan
kayu, terus di galakkan.
Data pada BPS (2008) menunjukkan bahwa kawasan hutan di
Kabupaten Polewali Mandar pada tahun 2007 seluas 121.490 ha yang
terdiri dari 77.550 ha hutan lindung, 43.040 ha hutan produksi dan 900
ha merupakan cagar alam.Produksi hasil hutan terdiri dari kayu dan non
kayu (seperti rotan).Produksi hutan Kabupaten Polman pada tahun
2007 yang berupa kayu sebesar 2.851,713 kubik. Hasil lainnya yakni
rotan sebesar 635,98 ton.
4. SEKTOR PETERNAKAN
Kebijakan pembangunan sektor peternakan Kabupaten Polewali
Mandar didasarkan pada rencana pembangunan tahunan daerah ini
dan merujuk kepada program nasional di bidang peternakan.Titik fokus
pembangunan peternakan disini dalam arti luas yaitu peningkatan
populasi ternak dari tahun ke tahun.
Iklim Polewali Mandar cocok untuk budidaya ternak besar, seperti sapi,
kerbau dan kuda. Populasi ternak besar yang terdiri dari sapi, kerbau
dan kuda pada tahun 2007 secara berturut-turut adalah 30.365 ekor,
3.808 ekor dan 5.877 ekor. Sedangkan untuk populasi ternak kecil yang
terdiri dari kambing sebesar 159.380 ekor dan babi sebesar 15.889
ekor.Baik populasi ternak besar maupun kecil semuanya mengalami
peningkatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2006). Untuk
populasi unggas pada tahun 2007, ayam buras berjumlah 3.415.595
ekor, ayam ras petelur sebesar 26.584 ekor, ayam ras pedaging 73.180
ekor dan itik sebesar 1.718.105 ekor.(BPS;2008)
5.SEKTOR PERIKANAN
Selain kawasan daratan dan pegunungan, Kabupaten polewali Mandar
juga merupakan daerah yang berada di kawasan maritim. Dengan garis
pantai sepanjang kurang-lebih 89,07 kilometer dan dengan luas
perairan 86.921 km2, masyarakat pesisir Polewali Mandar telah
menciptakan kebudayaan bahari yang sangat khas. Salah satu upaya
pemanfaatan perairan Mandar adalah aktifitas para nelayan dalam
menangkap ikan atau membudidayakan potensi laut lainnya.
Selain hasil tangkapan nelayan tradisional mandar (ikan tuna,
cakalang, tongkol), ikan juga dibudidayakan dengan sistem
pertambakan (bandeng dan udang). Dengan demikian, potensi
perikanan Kabupaten Polewali Mandar (laut maupun tambak) sangat
besar. Data dari dinas terkait di Polewali Mandar menunjukkan bahwa
produksi perikanan Kabupaten Polman pada tahun 2007 tercatat
27.278,70 ton, yang terdiri dari 23.770,10 ton produksi perikanan laut
dan 3.508,60 ton perikanan darat. Produksi perikanan ini mengalami
peningkatan sebesar 1,05 persen dibanding tahun 2006. Jumlah
perahu/kapal penangkap ikan secara keseluruhan mengalami
penurunan dari 2.425 unit menjadi 2.160 unit. Yaitu masing-masing
perahu/kapal penangkap ikan tak bermotor berkurang 250 unit, motor
tempel berkurang 33 unit dan hanya kapal motor yang bertambah 18
unit, sehingga secara keseluruhan berkurang 265 unit. (BPS; 2008)
6.SEKTOR PARIWISATA
Pada sektor pariwisata, Polewali Mandar juga memiliki potensi yang
besar dibandingkan daerah lainnya di Sulawesi barat.Diantara potensi
itu adalah wisata bahari, wisata alam, wisata budaya, dan kerajinan
yang tersebardi beberapa kecamatan. Adapun objek wisata wisata
tersebut adalah:
Pantai Palippis
A. Selayang Pandang
Jika wisatawan berkunjung ke Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi
Barat, belum lengkap rasanya jikalau tidak singgah di Pantai Palippis.
Pantai yang terletak di sisi jalan umum yang menghubungkan beberapa
kota di Provinsi Sulawesi Barat dan berada sekitar 20 km dari Kota
Polewali ini memiliki panorama alam yang menarik.
Pantai Palippis menyuguhkan keindahan panorama pantai dengan
pemandangan laut lepas.Pantai ini berada di sisi barat Pulau Sulawesi
dan berhadapan langsung dengan laut yang memisahkan antara Pulau
Sulawesi dengan pulau Kalimantan dan Pulau Jawa.Laut yang
membentang luas ini menyuguhkan pemandangan tanpa batas dengan
gulungan ombak yang berderu.
Selain keindahan pantai dan pemandangan laut, Pantai Palippis
didukung panorama alam yang lain di sekitarnya, seperti gua kelelawar
dan hamparan tebing batu karang. Gua kelelawar tersebut terletak di
atas bukit yang membentang tidak jauh dari bibir pantai.Sementara itu,
hamparan tebing batu karang membentang tidak begitu jauh dari mulut
gua kelelawar.
B. Keistimewaan
Pantai Palippis membentang sepanjang 3 km di sebelah barat Pulau
Sulawesi. Hal ini memberikan keleluasaan bagi para wisatawan yang
datang ke pantai tersebut untuk bermain, berlarian, atau menyongsong
deburan ombak di sepanjang bibir pantai. Dan yang tidak kalah menarik,
apalagi bagi kalangan muda-mudi, di pantai ini para wisatawan dapat
bercengkrama sembari menyaksikan tenggelamnya matahari di ufuk
barat.
Di samping menikmati panorama pantai, para pelancong juga dapat
menyaksikan batu karang yang membentuk tebing-tebing curam.
Lawuang adalah nama sebuah tebing batu karang yang memanjang di
samping kawasan Pantai Palippis. Hamparan batu karang yang
langsung menghadap ke laut lepas tersebut memiliki daya tarik
eksotik.Apalagi, tebing tersebut berdiri menyerupai ngarai yang curam,
berbelok-belok, terjal dengan ketinggian antara 3080 meter.
Tentunya, ini akan menjadi tantangan yang menarik bagi mereka yang
mencintai dunia panjat tebing untuk menaklukkan angkuhnya batu
karang yang berdiri tinggi menjulang.
Tidak jauh dari bibir pantai atau di sebelah tebing, terdapat sebuah gua
yang dihuni oleh ribuan kelelawar. Kawasan tersebut menjadi satu
dengan Pantai Palippis, sehingga para wisatawan dapat menikmati
panorama gua tersebut sembari berwisata pantai dengan hanya satu
kali bayar saja.
Yang lebih menyenangkan lagi, ketika mengunjungi pantai ini wisatawan
dapat melihat dari dekat pembuatan perahu sandeq khas masyarakat
suku Mandar. Para wisatawan dapat mengetahui secara lengkap proses
pembuatan perahu dari para pengrajin di sentra-sentra
pembuatan perahu sandeq.
C. Lokasi
Objek wisata Pantai Palippis terletak di Desa Bala, Kecamatan
Balanipa, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi
Barat, Indonesia.
D. Akses
Untuk menuju lokasi, perjalanan dapat dimulai dari Bandara Tampa
Padang yang terletak di Kota Mamuju.Dari bandara tersebut perjalanan
dilanjutkan ke Kota Polewali, Ibu Kota Kabupaten Polewali Mandar
dengan waktu tempuh kira-kira 1 jam 30 menit dengan menggunakan
angkutan umum (bus) atau mobil pribadi. Setelah sampai di Kota
Polewali, kemudian perjalanan dilanjutkan ke Pantai Palippis
menggunakan angkutan kota dengan waktu tempuh sekitar 20 menit.
E. Harga Tiket
Dalam proses konfirmasi.
F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Tidak jauh dari bibir pantai terdapat pondokan kecil tempat bersantai
bagi wisatawan yang lelah sehabis bermain.Tidak jauh dari pondokan
tersebut terdapat beberapa kamar mandi dan WC yang dapat
dimanfaatkan untuk mandi setelah selesai berenang di laut atau setelah
bermain pasir.Bagi para wisatawan yang datang ke Pantai
menggunakan mobil pribadi, tersedia area parkir yang cukup luas.
Untuk kebutuhan makan dan minum, di sekitar bibir pantai terdapat
beberapa warung yang menyediakan menu makanan tradisional
setempat, seperti buras tarrean, jepa tarrean, songkolo tarrean, bubur
tarrean, serta ikan bakar
LOPI SANDEQ
Salah satu warisan kebudayaan bahari Mandar adalah lopi
sandeq.Bentuknya yang mungil menjadikan perahu ini lincah di
samudera. Lopi sandeq terdiri dari anasir perahu, antara lain tambera,
sobal, guling, pallayarang, palatto, tadiq, petaq, dsb.Oleh nelayan,
perahu ini kerap digunakan sebagai alat transportasi antarpulau,
mencari ikan, atau motangnga (berburu telur ikan terbang).Bahkan,
untuk memeriahkan perayaan Hari Kemerdekaan RI, setiap tahun
diadakan Sandeq Race yang diikuti berbagai kalangan di Sulawesi
hingga mancanegara.Tak terhitung jumlah peneliti yang tertarik dan
telah melakukan riset tentang sandeq dan tradisi bahari Mandar.
A. Selayang Pandang
Sandeq merupakan sebutan untuk perahu layar tradisional khas
masyarakat suku Mandar, yang sentra pembuatannya terdapat di Desa
Bala, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat.Perahu ini memiliki
panjang lambung sekitar 711 meter dan lebar 6080 sentimeter,
dan di samping kiri-kanannya dipasang cadik dari bambu sebagai
penyeimbang.Dilihat secara sekilas, perahu ini terkesan rapuh dan
mudah rusak ketika melawan ombak.Tetapi, kenyataannya perahu
sandeq punya kekuatan yang luar biasa. Tercatat pada masa lampau,
perahu tersebut mampu berlayar ke beberapa pulau di
Nusantara,bahkan sampai ke Madagaskar. Menurut Horst H Liebner,
peneliti sandeq asal Jerman, perahu sandeq merupakan perahu
tradisional tercepat yang pernah ada di Austronesia. Perahu ini juga
dikenal memiliki ketangguhan dalam menghadapi angin dan gelombang
saat mengarungi laut lepas.
Hal ini menunjukkan, bahwa para pembuat perahu sandeq sangat
cermat dalam merancang dan membuat perahu ini. Hal tersebut tidaklah
berlebihan, karena masyarakat suku Mandar sangat memperhatikan
proses pembuatannya dengan baik. Misalnya, pembuatan tiap perahu
membutuhkan waktu antara 1,5 sampai 2 bulan. Karena lamanya waktu
pembuatan tersebut, maka perahu yang dihasilkan pun memiliki kualitas
yang bagus.
Perahu Sandeq umumnya digunakan oleh masyarakat suku Mandar
untuk menangkap ikan. Namun, seiring dengan perkembangan zaman,
masyarakat perlahan-lahan beralih menggunakan perahu bermesin.
Kondisi tersebut membuat keberadaan perahu sandeq mulai tergeser
dari masyarakat suku Mandar. Hal itu juga berimbas pada para
pengrajin perahu sandeq yang ada di sentra pembuatan perahu
tersebut. Para pengrajin mulai kehilangan mata pencaharian karena
pesanan pun mulai sepi. Terkadang pada waktu-waktu tertentu para
pengrajin terpaksa sementara beralih profesi guna mencukupi
kebutuhan hidup keluarga mereka.
Selain digunakan untuk menangkap ikan, perahu sandeq juga
digunakan untuk perlombaan yang diadakan sekali setahun di Pantai
Manakarra Provinsi Sulawesi Barat tepat pada tanggal 17 Agsutus yang
bertepatan dengan Hari Ulang Tahun (HUT) kemerdekan RI. Biasanya,
menjelang perlombaan pesanan kembali mengalir ke sentra pembuatan
perahu sandeq baik dari masyarakat Sulawesi Barat maupun dari luar
daerah, bahkan ada juga yang datang dari luar negeri, seperti Australia,
Singapura, Malaysia, dan lain-lain. Hal ini, tentunya membangkitkan
kembali geliat usaha pembuatan perahu sandeq. Para pengrajin
kembali bersemangat untuk membuat perahu. Terkadang para pengrajin
menambah tenaga baru untuk pembuatan perahu agar dapat
menyelesaikan pesanan tepat pada waktunya.
B. Keistimewaan
Pembuatan perahu sandeq tergolong unik, mulai dari awal sampai akhir.
Proses pembuatan perahu dimulai dengan pemilihan
bahan baku. Biasanya masyarakat setempat memilih
jenis pohon kanduruangmamea yang sudah berumur tua. Jenis pohon
ini jikalau sudah tua bila diolah untuk berbagai keperluan bisa bertahan
lama dari segala terpaan cuaca. Pemilihan pohon yang berumur tua
juga dikaitkan dengan perhatian masyarakat suku Mandar terhadap
lingkungan dan alam sekitarnya dan menghindari penebangan tidak
beraturan yang dapat menyebabkan rusaknya ekosistem hutan. Dengan
cara ini, kelestarian alam tetap terjaga dan masyarakat terbebas dari
ancaman bencana.
Proses penebangan pohon
Sumber Foto: www.panyingkul.com - Muhammad Ridwan Alimuddin
Agar selama kegiatan penebangan pohon masyarakat mendapat izin
dan restu dari alam dan penghuni hutan, maka dilakukan bebarapa
ritual pembacaan doa dan mantra yang dipanjatkan pada makhluk halus
dalam rangka membersihkan lokasi penebangan kayu. Ritual ini
dilakukan di sekitar pohon yang hendak ditebang agar masyarakat
terbebas dari gangguan jin dan makhluk halus. Kegiatan ini dilakukan
pada saat pemilihan dan penentuan pohon yang hendak ditebang.
Pesan yang disampaikan melalui ritual ini adalah pohon yang hendak
ditebang dan akan digunakan haruslah bersih, baik secara lahir maupun
secara spiritual.
Selanjutnya, ritual pembacaan doa dan mantra yang khusus ditujukan
bagi penghuni hutan dan pohon agar memberi izin pada mereka untuk
mengambil pohon. Kemudian dilanjutkan dengan ritual pembacaan
doa dan mantra untuk memohon kesediaan pada si pohon untuk
ditebang. Setelah selesai, maka dilanjutkan dengan membaca doa dan
mantra untuk membuat batang kayu menjadi lunak agar mudah
ditebang. Ini dilakukan sebelum batang kayu dirobohkan menggunakan
alat, seperti gergaji atau kapak. Ritual diakhiri dengan pembacaan doa
dan mantra memohon izin pada penunggu hutan agar merelakan
kayu yang telah diolah untuk dibawa keluar dari hutan.
Pembuatan perahu biasanya melewati beberapa tahap dan tiap-tiap
tahapan dikerjakan dengan hati-hati agar hasilnya sempurna. Ada
beberapa tahapan yang dilaksanakan pada pembuatan perahu, di
antaranya tahap persiapan, pemotongan kayu, pembuatan calon
perahu, dan pembuatan perahu. Pada tahap persiapan ini, para
pengrajin biasanya terlebih dahulu mempersiapkan beberapa
kebutuhan, seperti pemilihan peralatan yang digunakan, menghubungi
orang yang ahli dalam bidang pembuatan perahu, dan pemilihan pohon
yang akan ditebang untuk bakal perahu. Tahap yang paling lama adalah
pemilihan dan penebangan kayu sebelum diolah menjadi bakal perahu.
Hal ini berhubungan dengan tradisi masyarakat setempat untuk
menghormati pohon, sehingga acara ritual dan upacara adat
berlangsung cukup panjang bila dibandingkan dengan proses
penebangan dan pengolahan kayu itu sendiri.
Sebelum pembuatan perahu, masyarakat setempat atau para pengrajin
bermusyawarah untuk menentukan waktu yang tepat guna
melaksanakan rencana tersebut. Biasanya, mereka memilih waktu yang
dianggap baik, yaitu hari ke-15 berdasarkan kalender Hijriah (kalender
Islam). Masyarakat suku Mandar meyakini waktu itulah saat yang tepat
untuk memulai proses pembuatan perahu.
Pembuatan perahu sandeq juga diiringi dengan aneka ritual, seperti
ritual adat dan pembacaan mantra-mantra selama berlangsungnya
pembuatan perahu. Biasanya, masyarakat setempat melakukan hal itu
dengan harapan agar proses pembuatan perahu bisa berjalan dengan
lancar dan mereka terbebas dari bencana. Prosesi pembacaan doa dan
mantra tersebut, berkaitan erat dengan tata krama manusia terhadap
alam semesta, penghuni hutan, dan penunggu pohon (menurut
keyakinan masyarakat suku Mandar).
C. Lokasi
Para pengrajin yang membuat perahu sandeq dapat dijumpai di Desa
Bala, Kecamatan Balanipa, Kabupaten Polewali Mandar (Polman),
Sulawesi Barat, Indonesia.
D. Akses
Untuk mencapai lokasi, para wisatawan dapat menggunakan angkutan
umum atau kendaraan pribadi.Untuk menuju lokasi, perjalanan dapat
dimulai dari Bandara Tampa Padang yang terletak di Kota Mamuju.Dari
bandara tersebut perjalanan kemudian dilanjutkan ke Kota Polewali Ibu
Kota Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat dengan waktu
tempuh 1 jam 30 menit.Setelah sampai di Kota Polewali, kemudian
perjalanan dilanjutkan ke lokasi yang berjarak sekitar 20 km dengan
waktu tempuh sekitar 30 menit menggunakan angkutan umum atau
kendaraan pribadi.
c. Wisata Alam
Wisata alam ini terdiri dari air terjun Indo Ranoang, permandian
Limbong di Kecamatan Anreapi, permandian Biru di Kecamatan
Binuang, dan objek tirta bendungan pengairan Sekka-Sekka di
Kecamatan Wonomulyo.
d. Air Terjung Indo Ranoang & Limbong
Air terjun Indo Ranoang dan permandian Limbong berada di lokasi yang
sama. Indo Ranoang merupakan sumber air yang tak pernah kering
bagi permandian Limbong, sekaligus hulu sungai yang sama walau
berada di tempat yang berbeda.
e. Air Terjung Limbong Miala dan Limbong Kamandan
Permandian alam ini terletak di Desa Kurrak kecamatan Tapango.
Karena didukung alamnya yang asri dan sejuk permandian alam ini
sangat menarik untuk dikunjungi terutama bagi mereka yang ingin
menikmati hawa pegunungan. Jarak tempuh dari kota polewali sekitar
satu setengah jam melalui Wonomulyo, Pelitakan Tapango, Riso dan
Kalimbua. Jarak tempuh yang terbilang dekat dari kota polewali karena
jalan menuju Permandian telah dirintis oleh Pemerintah daerah yang
dapat dilalui kendaraan roda dua dan roda empat.
f. Air Terjun Kumundang
Air terjun ini terletak di Desa Lilli Kecamatan Matangnga.Air terjun ini
sangat menarik dikunjungi karena disisi kiri kanan yang dilalui penuh
dengan pemandangan alam pegunungan yang asri. Sayang
permandian alam ini belum terkelola dengan baik karena sarana
infrastruktur untuk menuju kelokasi ini belum tersentuh.
g. Sekka-sekka
10.SEKTOR PERHUBUNGAN
a. Perhubungan Darat
Jalan merupakan prasarana angkutan darat yang sangat penting untuk
memperlancar kegiatan perekonomian.Usaha pembangunan yang
meningkat menuntut adanya sarana transportasi untuk menunjang
mobilitas penduduk dan kelancaran distribusi barang dari dan kesatu
daerah.
Panjang jalan yang ada di Kabupaten Polman pada tahun 2007
sepanjang 1.460,00 Km. Panjang jalan ini bertambah sepanjang 90,00
Km dari tahun sebelummya.
Sedangkan untuk jumlah kendaraan bermotor di Kabupaten Polman
pada tahun 2007 sebanyak 33.196 unit kendaraan atau meningkat
sebesar 62,45% dibanding tahun 2006 yang ada sebanyak 20.435 unit
kendaraan bermotor.
Kendaraan motor tersebut terdiri dari 1.844 unit mobil penumpang,
1.797 unit mobil truk, 221 unit mobil bus dan yang merupakan jumlah
terbesar adalah sepeda motor dengan jumlah 29.334 unit.
b. Perhubungan Laut
Sepanjang tahun 2007 banyaknya kunjungan kapal di Kabupaten
Polewali Mandar sebesar 600 kunjungan yang kesemuanya adalah
merupakan pelayaran rakyat. Jika dilihat dari banyaknya kunjungan,
maka banyaknya kunjungan kapal sepanjang tahun 2007 mengalami
peningkatan dibandingkan dengan tahun 2006 yang berjumlah 324
kunjungan. Begitu juga dengan lalu lintas bongkar muat barang
mengalami peningkatan.
Jumlah bongkar barang sepanjang tahun 2007 (yang semuanya berasal
dari pelayaran rakyat) adalah sebesar 9.062 ton. Jumlah bongkar
barang ini mengingkat jika dibanding tahun 2006 yang mana sebesar
8.290 ton atau menurun sebesar 772 ton atau sekitar 9,31% dari tahun
sebelumnya. Sedangkan untuk jumlah muat barang juga megalami
peningkatan dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2007 jumlah muat
barang adalah sebesar 166 ton, dibanding sepanjang tahun 2006
jumlah muat barang sebesar 107 ton, atau menurun sebanyak 59 ton
( naik sekitar 55,14%). Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa barang
yang dibongkar jauh lebih besar atau jauh lebih banyak dibanding
barang yang dimuat.
c. Pos
Jumlah fasilitas pelayanan pos di Kabupaten Polman hingga tahun 2007
tercatat sebanyak 4 kantor pos. Sementara jumlah surat yang dikirim di
dalam negeri melalui kantor pos sebanyak 60.418 buah yang mana
sebagian besar menggunakan fasilitas kilat yaitu sebesar 27.561 buah
kemudian sebesar 17.171 buah melalui fasilitas biasa dan sisanya
adalah fasilitas tercatat dan kilat tercatat. Sedangkan untuk surat masuk
yang diterima selama tahun 2007 tercatat sebesar 79.122 buah yang
terdiri dari dari 29.020 buah fasilitas biasa, 32.740 buah fasilitas kilat
dan sisanya fasilitas tercatat dan kilat tercatat. Untuk pengiriman paket
dalam negeri tercatat 536 potong sedangkan jumlah paket yang masuk
sebanyak 4.370 potong.Sedangkan untuk Pengiriman paket luar negeri
yang dikirim 75 paket dan yang diterima 43 paket. Pengiriman wesel
dalam negeri pada tahun 2007 yang melalui Kantor Pos di Kabupaten
Polman sebesar Rp. 786.962.000,- sedangkan wesel yang diterima Rp.
1.085.800.000,- . Untuk pengiriman wesel keluar negeri sepanjang
tahun 2007 tidak ada. Tetapi penerimaan wesel dari luar negeri sebesar
Rp.25.096.284,- (Polman Dalam Angka ; 2008)
d.. Telekomunikasi dan Informatika
Pemanfaatan sarana telekomunikasi khususnya telepon menunjukkan
penurunan hal ini dapat dilihat dari penurunan jumlah pelanggan.
Jumlah pelanggan telepon di Kabupaten Polewali Mandar pada akhir
tahun 2007 sebanyak 2.050 pelanggan, Menurun dibanding akhir tahun
2006 yang berjumlah 2.643 pelanggan.
Untuk dengan prasarana telekomunikasi lainnya di Kabupaten Polman
yaitu wartel mengalami penambahan dari akhir tahun 2006 yang
jumlahnya 10 unit pada akhir tahun 2007 menjadi 12 unit wartel.
Sepanjang tahun 2007 ada 5 spesial servis dan tidak terdapat telepon
umum.
Sementara untuk sarana telekomunikasi dan informatika mengalami
perkembangan pesat. Berdasarkan data pada Dinas Perhubungan
Komunikasi dan Informatika Kabupaten Polewali Mandar sampai
dengan bulan Oktober 2009 jumlah Warung Internet (Warnet) yang ada
di Kabupaten Polewali Mandar sebanyak 17 unit yang tersebar di
kecamatan Polewali dan Wonomulyo. Sebagian diataranya telah berizin
dan sebagian besar dalam tahap pengurusan. Perkembangan ini dipacu
sejak PT.Telkom meluncurkankan paket internet melalui program
Telkomnet Speedy. Disamping itu perkembangan usaha cafeteria yang
menyediakan fasilitas internet gratis (area hotspot) juga mengalami
peningkatan. Sampai dengan bulan Oktober 2009 jumlah Cafenet di
Kabupaten Polewali Mandar sebanyak 5 unit.
f. Hotel dan Restoran
Jumlah Hotel/Penginapan/Losmen di Kabupaten Polman pada tahun
2007 adalah 15 Hotel/Penginapan/Losmen.Dimana 11 diantaranya
berada di Kecamatan Polewali dan 4 di Kecamatan Wonomulyo. Dari 15
Hotel/Penginapan/Losmen yang ada, secara Keseluruhan terdapat 201
kamar, 344 tempat tidur dan 94 orang tenaga kerja. Sedangkan jumlah
Rumah Makan/Restoran sebanyak 9 Rumah Makan.