Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Kebudayaan Daerah Kabupaten Tojo Una-una

Disusun Oleh :
Moh. Fahry Djuraini

Program Studi Pendidikan Geografi


Jurusan Ilmu Dan Teknologi Kebumian
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Gorontalo
2019
Kata Pengantar
Bismillahirrahmanirrahim puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT
berkat rahmat dan hidayahnya saya selaku penyusun dapat meyelesaikan makalah
ini. Shalawat serta salam kami curahkan kepada rasulullah SAW, keluarga, dan
sahabatnya.

Selanjutnya, saya selaku penyusun ingin meyampaikan rasa terimakasih


yang tak terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran pembuatan
makalah ini, baik berupa dorongan moril maupun materi. Terimakasih kepada Ibu
Wiwin Kobi, S.Pd, M.Pd selaku dosen mata kuliah Wawasan Budaya yang telah
membimbing kami. Semoga makalah ini dapat berguna baik untuk diri kami,
teman-teman, maupun yang membaca makalah ini.

Saya selaku penyususn memohon maaf atas segala kekurangan yang


terdapat dalam makalah ini. Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat dan
dapat memenuhi tugas yang diberikan. Terima kasih.

Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar ................................................................................................................... 2
Daftar Isi ............................................................................................................................. 3
BAB 1 PEMBUKAAN ............................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 4
BAB 2 PEMBAHASAN .......................................................................................................... 5
2.1 Sejarah Asal Usul Tojo Una-una ................................................................................ 5
2.2 Letak Geografis ......................................................................................................... 7
2.3 Kondisi Geografis ...................................................................................................... 8
2.4 Budaya Tojo Una-una ................................................................................................ 9
BAB 3 PENUTUP ................................................................................................................ 14
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 14
3.2 Saran ................................................................................................................. 14
GLOSARIUM ...................................................................................................................... 15
Daftar Pustaka .................................................................................................................. 16
BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kabupaten Tojo Una-Una merupakan salah satu wilayah di Sulawesi Tengah


yang memiliki keragaman seni dan budaya luar biasa banyaknya dan juga
memiliki ciri khas yang berbeda dari daerah lain. Tradisi yang menyangkut aspek
kehidupan diwariskan secara turun-temurun dan terpelihara dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari. Struktur adat istiadat yang kuat dan tumbuh berkembang
ditengah-tengah masyarakat adalah warisan budaya yang tetap terpelihara dan
pengaruh agama. Adat-istiadat dan budaya masyarakat masih berjalan
berkelanjutan menurut peran dan fungsi sebagai manifestasi dan nilai-nilai tradisi
yang melekat dan terus dipertahankan, sekaligus memberikan corak tradisi suatu
etnisitas. Ditinjau dari etnisitas bahwa penduduk yang berdomisili Kabupaten
Tojo Una-Una adalah suku Taa (penduduk asli) dan Baree, sedangkan yang
lainnya adalah suku pendatang (Gorontalo, Bugis, Kaili, Pamona, Bali dan Jawa).
Masyarakat Tojo Una-Una bersifat terbuka, bersahabat dan tidak ekslusif karena
dapat menerima dan terbuka serta memiliki tenggang rasa yang tinggi terhadap
masyarakat pendatang lainnya. Dengan semakin terbukanya akses masyarakat
pendatang, maka terdapat pula banyak perbedaan di antara etnis tersebut yang
merupakan kekhasan yang harmonis dalam masyarakat.
Rumusan Masalah

Adapun beberapa rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu.


1. Bagaimana asal-usul daerah Kabupaten Tojo Una-una ?
2. Dimana letak geografis Kabupaten Tojo Una-una ?
3. Bagaimana kondisi geografis Kabupaten Tojo Una-una ?
4. Bagaimana kebudayaan daerah Kabupaten Tojo Una-una ?
1.1Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini untuk mengenalkan kebudayaan


Kabupaten Tojo Una-una kepada pembaca. Selain itu untuk
memenuhi tugas wawasan budaya.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Asal Usul Tojo Una-una

Kabupaten Tojo Una Una berawal dari terbentuknya Kewedanaan Tojo Una
Una yang merupakan bekas wilayah swapraja yang berkedudukan di Ampana
yang dibentuk atas kuasa Zelfbestuurregeling Tahun 1938. Seiring dengan
lahirnya UU No. 29 Tahun 1959 Tentang Penghapusan Wilayah-wilayah
Swapraja, maka Bupati KDH Poso atas perintah Residen Koordinator Sulawesi
Tengah, mengeluarkan Instruksi No. 1 Tahun 1960 Tanggal 9 Pebruari 1960
untuk mempersiapkan Kewedanaan Tojo Una Una.

Pada tanggal 28 Pebruari 1962 terbitlah Keputusan Gubernur Sulawesi Utara


Tengah tentang Pembagian Wilayah Kewedanaan dan Kecamatan di Kabupaten
Poso. Wilayah Penghubung Bupati Wilayah Ampana menjadi 6 (enam)
Kecamatan, yaitu:

1. Kecamatan Tojo
2. Kecamatan Ulubongka
3. Kecamatan Ampana Tete (sebelumnya Kecamatan Ampana Borone)
4. Kecamatan Ampana Kota
5. Kecamatan Una Una
6. Kecamatan Walea Kepulauan.

Pada Tahun 1963 ketika dilaksanakan musyawarah antara GKDH dan


BKDH se Sulawesi Utara Tengah di Poso, delegasi penuntut Dati II Tojo Una-
Una yaitu : T. A. MUHAMMAD; DJAMAL SUPU; A. M. LASODI dan S. M.
ALMAHDALI selaku mandataris dari 3 (tiga) Front Nasional yaitu Tojo, Ampana
dan Una-Una menyampaikan keinginan masyarakat untuk terbentuknya Dati II
Tojo Una Una.
Selanjutnya pada bulan Mei 1964 Gubernur Pertama Sulawesi Tengah
Bapak ANWAR GELAR DATUK MADJO BASA NAN KUNING dalam
kunjungan kerjanya di Tojo Una-Una menyambut positif pembentukan Dati II.

Awal bulan April 1965 Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Tojo Una Una
(IKPM-TU) melalui delegasinya bertemu Pembantu Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia, dan membuat pernyataan yang tegas tentang realisasi
pembentukan Dati II Tojo Una Una.
Bulan Pebruari 1969 atas inisiatif dan semangat yang kuat dari penguhubung
Bupati KDH Tingkat II Poso untuk wilayah Tojo Una Una di Ampana Bapak
Yusuf Muslaini memberikan mandat kepada Panitia Penuntut Kabupaten Tojo
Una-Una. Panitia Penuntut Kabupaten Tojo Una Una tersebut berjumlah 9
(sembilan) orang yaitu :

1. LATOKO LABORAHIMA (Ketua/Unsur PSII);


2. JAMAL SUPU (Sekretaris/Unsur PSII);
3. MOHAMMAD SUAIB (Bendahara/Unsur Pemerintah);
4. MAHMUD LASODI (Anggota/Unsur Pemerintah);
5. YAHYA LABORAHIMA (Anggota/Unsur PSII);
6. MUSTAFA LABANU (Anggota/Unsur Parmusi);
7. HAROEN LAHAY (Anggota/Unsur NU);
8. S. M. ALMAHDALI (Anggota/Unsur NU);
9. HAFID BAKRI (Anggota);

Kemudian delegasi Tojo Una Una melalui bantuan Bapak Hi. ISHAK
MORO melakukan pertemuan dengan Menteri Dalam Negeri yang diwakili oleh
Dirjen PUOD bapak Mayjen TNI. SOENANDAR PRIJOSUDARMO kemudian
dilanjutkan pertemuan dengan Pimpinan Bagian “B” dan Komisi III untuk
menyampaikan surat Gubernur KDH Provinsi Sulawesi Tengah No. Pemda/2/1/28
Tanggal 25 Maret 1969, Tentang Tuntutan Kabupaten Tojo Una-Una.
Setelah menunggu ± 30 Tahun akhirnya bangkit kembali, yang ditandai dengan
Rembuk Masyarakat Tojo Una Una pada Tanggal 10 s.d. 11 Maret 2001 yang
disponsori oleh Mahasiswa Tojo Una Una yang tergabung dalam Forum Pelajar
Mahasiswa Tojo Una Una (FORPESTAN). Rembuk tersebut membentuk Forum
Perjuangan yang diberi nama : “KOMITE PERJUANGAN PEMBENTUKAN
KABUPATEN TOJO UNA-UNA (KPPK-TU)” sebagai wadah perjuangan
masyarakat Tojo Una Una, untuk merealisasikan terbentuknya Kabupaten Tojo
Una Una lepas dari Kabupaten Poso sebagai Kabupaten Induk dalam bingkai
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang di nakhkodai oleh Bapak Syaiful Bahri
Tandjumbulu sebagai Ketua Umum. Deklarasi hasil rembuk masyarakat tersebut
dibacakan oleh Bapak DJAMAL SUPU pada tanggal 11 Maret 2001.

Kerja keras yang dilakukan oleh Komite Perjuangan Pembentukan


Kabupaten Tojo Una Una akhirnya mendapat respon positif, sehingga pada
Tanggal 26 Januari 2004 Gubernur Sulawesi Tengah Prof. (Em) AMINUDIN
PONULELE, M.Si atas nama Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia melantik
Penjabat Bupati Tojo Una Una yang pertama Drs. DAMSIK LADJALANI di
Ampana, yang diangkat berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia No. 131.52-9 Tahun 2004 Tanggal 6 Januari 2004. Hal ini
merupakan awal dimulainya roda Pemerintahan Kabupaten Tojo Una Una secara
Yuridis lepas dari Kabupaten Poso sebagai Kabupaten Induk.

Namun perjuangan tidaklah berhenti sampai disitu saja, perjalanan panjang


melelahkan yang penuh dengan kerikil-kerikil tajam dalam membangun
Kabupaten Tojo Una Una kedepan sebagai salah satu Daerah Otonom masih
membentang dipeluk mata, namun hal tersebut tidaklah menjadi suatu masalah,
jika seluruh elemen masyarakat berkeinginan menciptakan Kabupaten Tojo Una
Una menjadi yang terdepan di propinsi sulawesi tengah
“ Bangsa Yang Besar adalah Bangsa Yanga Tidak Pernah Melupakan Sejarahnya”

2.2 Letak Geografis

Kabupaten Tojo Una-una adalah salah satu Daerah Tingkat


II di provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak
di Ampana. Semula kabupaten ini masuk dalam wilayah Kabupaten Poso namun
berdasar pada UU No. 32 Tahun 2003 Kabupaten ini berdiri sendiri. Kabupaten
ini memiliki luas wilayah 5.721,51 km² dan berpenduduk sebanyak 155.885 jiwa
(2017).

Kabupaten Tojo Una–una terletak pada kordinat 0º 06’ 56” Lintang


Selatan sampai 02º 01’41” Lintang Selatan dan 121º 05’ 25” Bujur Timur sampai
123º 06’ 17” Bujur Timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

Utara Teluk Tomini dan Provinsi Gorontalo

Timur Teluk Tomini dan Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai

Kecamatan Bungku Utara, Kecamatan Petasia dan Kecamatan Mori


Selatan
Atas Kabupaten Morowali

Barat Kabupaten Poso

2.3 Kondisi Geografis

Topografi wilayah Kabupaten Tojo Una–una umumnya pegunungan dan


perbukitan sebagian datar dan agak landai. Ketinggian wilayah umumnya berada
di atas 500 meter dari permukaan laut. Kemiringan lereng Kabupaten Tojo Una–
una dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Kemiringan 0-2% (datar-landai), tersebar di seluruh kecamatan khususnya


di Kecamatan Ampana Kota. Kondisi tanah ini sangat potensial
dimanfaatkan untuk pemukiman.
2. Kemiringan 3-15% (landai agak miring), tersebar hampir di seluruh
kecamatan. Kondisi tanah seperti ini potensial dimanfaatkan untuk
berbagai jenis usaha, tetapi diperlukan usaha konservasi tanah dan air.
3. Kemiringan 16-40% (miring agak curam), tersebar di seluruh kecamatan.
Penggunaan tanah dengan kemiringan demikian, cukup rawan dan kurang
baik untuk budidaya tanaman pertanian. Namun perlu dikelola dengan
baik pemilihan tanaman yang berfungsi sebagai konservasi.
4. Kemiringan di atas 40%, merupakan bagian terluas dari wilayah
Kabupaten Tojo Una–una. Kondisi tanah ini sangat potensial terkena erosi
sehingga perlu upaya pelestarian kawasan hutan lindung.

Kabupaten Tojo Una–una dipengaruhi oleh dua musim yang tetap, yakni
Musim Barat dan Musim Timur dengan iklim tropis, curah hujan berkisar 1.200-
4.100 mm/tahun dan temperaturnya berkisar 17–33 °C, sedangkan kelembaban
udara antara 74% - 82% dan kecepatan angin berkisar 3-6 knot. Sungai–sungai
besar yang mengalir sepanjang tahun di wilayah Kabupaten Tojo Una–una antara
lain Sungai Balingara di perbatasan Kabupaten Tojo Una–una dengan Kabupaten
Banggai dan Sungai Malei di perbatasan Kabupaten Tojo Una–una dengan
Kabupaten Poso.

Kabupaten Tojo Una-una mempunyai 12 kecamatan yang terdapat di daratan dan


kepulauan, yaitu:

1. Kecamatan Ampana Kota


2. Kecamatan Ampana Tete
3. Kecamatan Batudaka
4. Kecamatan Ratulindo
5. Kecamatan Talatako
6. Kecamatan Togean
7. Kecamatan Tojo
8. Kecamatan Tojo Barat
9. Kecamatan Ulubongka
10. Kecamatan Una-Una
11. Kecamatan Walea Besar
12. Kecamatan Walea Kepulauan

2.4 Budaya Tojo Una-una

a. Padungku

Ritual Padungku sudah sangat terkenal dan melembaga di desa-desa yang ada
di Kecamatan Tojo Barat dan Tojo timur Kabupaten Tojo Una-una dan juga di
desa-desa yang ada di Kabupaten Poso. Ritual padungku ini berkaitan dengan
pengucapan syukur kehadirat Allah SWT atas kebehasilan panen masyarakat yaitu
panen raya. Pengucap rasa syukur ini sama halnya dengan padungku pada etnis
bare’eyang ada di desa uedele, ketika semua masyarakat sudah selesai memanen
hasil pertaniannya maka sudah dekat pula hari pelaksanaan ritual padungku ini
dan masyarakat sangat antusias dalam menyambut pesta penen raya tersebut.

Pada awalnya ritual padungku ini disiapkan waktu pelaksanaanya oleh ketua
adat yang ada di desa Uedele, kemudiaan dimusyawarahkan bersama dengan
pemerintah desa dan masyarakat melalui rapat yang dilakukan di kantor desa
Uedele. Dalam rapat tersebut banyak yang harus disepakati bersama terkait
dengan acara pelaksanaan ritual padungku ini. Setelah semuanya sudah disepakati
dari penentuan hari, pembentukan panitia pelaksana, perlombaan yang akan di
tampilkan dan siapa-siapa yang akan di undang di luar desa untuk memeriahkan
ritual padungku tersebut. Maka masyarakat mulai melakukan gotong royong
dalam menyambut pesta panen
raya dengan penuh kegembiraan.

Nilai-nilai kultural di dalam ritual padungku, menjadi wahana utama untuk


mengekspresikan jiwa dari kebudayaan daerah dan dengan demikian
mengungkapkan keperibadian suku bangsa serta identitasnya. Sehingga disini
perlu ditekankan bahwa ritual padungku bagi etnis bare’e di kecamatan Tojo
Timur adalah merupakan adat leluhur mereka yang secara turun –temurun
dilaksanakansetiap tahunnya. Menurut kepercayaannya, masyarakat di desa
Uedele dahulu kala ada orang berdarah putih kawin dengan orang yang turun dari
khayangan dan pada saat itu mereka selalu melakukan ritual padungku sebagai
pengucap rasa syukur ketika panen tiba, begitu seterusnya sehingga ritual ini tetap
di laksanakan sampai sekarang. Keturunan dari orang berdarah putih tersebut
masih ada dan masih hidup serta pakaian yang serba putih yang digunakan kala itu
masih ada tersimpan rapi dalam peti dan itu akan di buka ketika 9 hari setelah
ritual padungku dilaksanankan untuk melihat apakah panen selanjutnya berhasil
atau tidak. Maka kepercayaan padungku ini dilakukan dimana terkait dengan
orang berdarah putih. Pakaian yang serba putih itu masih tersimpan rapi dalam
peti dan peti tersebut ada di tangan keluarga keturunan darah putih. Setiap tahun
setelah panen raya, peti tersebut bergilir lagi ke tangan keturunan darah putih yang
lain serta tidak boleh dibuka kecuali setelah 9 hari setelah adat pandungku baru di
buka petinya untuk melihat keberhasilan atau kegagalan panen tahun depan
tergantung dari isi peti yang dibuka. Semua itu dipercayai oleh etnis bare’e yang
ada di desa Uedele Kecamatan Tojo Timur bahwa ketika isi peti itu di buka dan
cahaya yang keluar dari peti itu berkilau keemasan dan warnanya cerah semua,
maka hasil panen tahun depan akan berhasil, dan ketika isi petinya tidak
mengeluarkan cahaya kekuningan atau isi peti di lihat lesu tidak bercahaya/tidak
mengeluarkan cahaya kemilau, maka panen tahun depan akan gagal dan semua itu
memang berakibat nyata karena masyarakat desa Uedele mempercayai hal itu
sehingga semuanya dilaksanankan sesuai dengan apa yang mereka yakini.

b. Alat Musik Tradisional

Masyarakat Kabupaten Touna memiliki beberapa alat musik tradisional seperti


musik bambu, kulintang, geso-geso, gendang, rabana, suling yang selama ini
dimainkan oleh orang tua kita sehingga perlu adanya regenerasi atau penerus yang
bisa memainkan alat musik tersebut.

Geso-geso adalah alat musik berdawai satu yang dimainkan dengan cara di
gesek. Selain nada yang dikeluarkann , bentuk alat musik ini sangat unik. Geso-
geo terbuat dari kayu khusus yang kuat dan keras, ditambah tempurung yang
dilapisi dengan kulit binatang sebagai membran pengeras bunyinya menjadikan
alat musik ini sangat estetis. Alat geseknya terbuat dari serat kayu atau ijuk yang
diikatkan pada sebilah kayu atau rotan. Alat musik gesek ini mampu
menghadirkan suasana eksotis ini menjadi salah satu kesenian yang sangat
menarik.
Sayang alat musik"geso-geso" ini jarang lagi digunakan saat mokayori pada
upacara padungku (panen padi) karena pelaku (pemain) sudah tidak ada (jarang
dijumpai) kalaupun ada peminat alat musik"unik" ini terbatas pada orang tua saja
karena mereka lebih mengerti dan mau menikmatinya.

c. Objek Wisata

1. Pulau Una-Una
Jika terbiasa menemukan pasir berwarna putih, kali ini di Pulau Una-una
pasirnya memiliki kombinasi warna putih dan hitam. Konon, di pulau ini ada
gunung berapi yang masih aktif. Meski tercatat sebagai gunung berapi yang sudah
tua. Dulunya terjadi letusan koloasal dari Gunung Colo di Pulau Una-una.
Sehingga menyebabkan bercampurnya material vulkanik dengan pasir pantai.

Jika berkunjung ke Pulau Una-una, cobalah untuk singgah lebih lama.


Sunset di sini indah banget, loh. Dari sunset platform di resort, kita juga bisa
bersantai di hammock sambil menikmati cantiknya Matahari terbenam.

1. Danau Mariona

Di Kepulauan Togean kita juga bisa menemukan ratusan ubur-ubur tak


menyengat di Danau Mariona. Meski arinya terlihat keruh, kita masih bisa tetap
berenang melihat dan dikelilingi ubur-ubur cantik. Danau Marional dulunya
terhubung dengan laut. Namun, akibat proses alam akhirnya terpisah dan
membentuk sebuah danau. Ubur-ubur yang hidup di danau ini menjadi terisolasi
dan setelah sekian lama berkembang biak di Danau Mariona. Hal ini juga
menyebabkan ubur-ubur kehilangan kemampuan untuk menyengat.

2. Pulau Kadiri

Hanya dengan menempuh satu jam perjalanan menggunakan speedboat, kita


sudah bisa menikmati keindahan alam yang menakjubkan di Pulau Kadiri. Pulau
ini sangat kaya akan hewan dan tumbuhan laut. Tak sekedar memanjakan mata,
hanya berjalan 5 meter dari tepi pantai saja kita sudah dapat menikmati keindahan
bawah laut yang indah.
Belum puas dengan pemandangan dari tepi pantai? Pergilah snorkeling atau
diving di sekitar Pulau Kadiri. Salah satu spot diving yang wajib dikunjungi
adalah titik puing pesawat B24, yang merupakan pesawat bekas Perang Dunia II.

3. Tanjung Api

Tanjung Api merupakan salah satu lokasi dimana merupakan suatu rangkaian
yang terhubung dengan gunung colo di pulau una-una. Di tempat ini, jika
menggali tanahnya maka secara otomatis akan keluar semburan api. Sehingga
banyak masyarakat maupun wisatawan yang memanfaatkan tempat ini untuk
berlibur dan bias untuk memasak.
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Adat-istiadat dan budaya masyarakat masih berjalan berkelanjutan
menurut peran dan fungsi sebagai manifestasi dan nilai-nilai tradisi yang melekat
dan terus dipertahankan, sekaligus memberikan corak tradisi suatu etnisitas.
Masyarakat Tojo Una-Una bersifat terbuka, bersahabat dan tidak ekslusif karena
dapat menerima dan terbuka serta memiliki tenggang rasa yang tinggi terhadap
masyarakat pendatang lainnya. Dengan semakin terbukanya akses masyarakat
pendatang, maka terdapat pula banyak perbedaan di antara etnis tersebut yang
merupakan kekhasan yang harmonis dalam masyarakat.
3.1 Saran
Kita sebagai generasi bangsa perlu menjaga serta melestarikan kebudayaan
daerah kita. Sehingga tetap terjaga secara terus menerus dari generasi ke generasi
selanjutnya. Mohon maaf atas berbagai kesalahan yang terdapat didalam makalah
ini.
GLOSARIUM

Baku binti : Permainan adu kekuatan kaki/betis


Baree : Suku (penduduk asli) yang mendiami Kabupaten Poso dan sebagian tersebar di wilayah
bagian barat Tojo Una-Una
Gasing : mainan terbuat dari kayu dan sebagainya yang diberi berpasak (paku atau kayu) yang
dapat dipusingkan dengan tali
Geso-Geso : alat musik gesek menyerupai biola bertali satu, biasanya digesek dengan cara
ditegakkan di lantai
Inuyu : Nasi yang dimasak/dibakar dalam bamboo

Kayori : Pertunjukkan berbalas pantun yang menampilkan berbagai unsur pertunjukkan tradisional
yang ada pada masyarakat Taa, yang diselenggarakan pada acara tertentu seperti : pesta panen
(padungku) dan pasca perkawinan, dll.
Lalove : Seruling yang mempunyaai tiga lubang dan ditiup lewat hidung
Lore : Tradisi
Main Kantar : Permainan (keahlian) untuk mempertahankan diri dengan kepandaian menangkis,
mengelak, dan sebagainya dengan menggunakan perisai
Mailogo : Permainan yang terbuat dari batok kelapa yang berbentuk segitiga dimainkan dengan
cara dipukul dengan kayu.
Malaolita : Seni berbalas pantun pada saat memetik padi.
Mangkoni mangkeni : Makan sepuasnya dan membungkus (bawa) pulang
makanan sebagai oleh-oleh.
Padungku : Berasal dari kata dungku (bahasa Taa), yang berarti semua sudah rapi, tertib, sudah
usai (selesai). Artinya petani di seluruh negeri sudah selesai memanen, alat-alat pertanian seperti
pemaras padi, ani-ani, alat pembajak, mesin penggiling, semua sudah disimpan atau ditempatkan
di bawah rumah (kolong rumah)
Senggona : Alat musik tiup yang terbuat dari bambu yang
mempunyaai empat lubang
Sivia Patuju : Kemampuan/keinginan yang sama dalam pembangunan
Taa : Sub etnis dari kelompok etnolinguistik Pamona yang mendiami wilayah-wilayah sekitar
sungai Bongka, Ulubongka, Bungku Utara dan Barong.
Tamburu : Alat musik yang terbuat dari bambu mirip Celempung. Tamburu dilengkapi dengan
senar yang dibuat dari sembilu bambu. Dimainkan dengan cara dipukul dengan alat pemukul. Alat
musik ini tidak dimainkan sendiri melainkan ini sebagai pengatur irama lagu pada tarian Salonde.
Daftar Pustaka

Agoes, A. & Jacob, T. (1984). Antropologi kesehatan. Jakarta: EGC.

Astutik, S. (2013). Koleksi flora hutan Tojo Una-Una. Dalam M.A. Humaedi,
Ekspedisi menuju Tuhan II: sakit dan penyakit dalam konsepsi Masyarakat Tau
Taa Vana (in press). Yogyakarta: Valia Press.

Atkinson, D.T. (1958). Magic, myth, and medicine. New York: Fawcett.

Atkinson, J.M. (1989). Agama dan Suku Wana di Sulawesi Tengah. Dalam

M. Dove (Ed.), Peranan kebudayaan tradisional Indonesia dalam modernisasi.


Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.

Bappeda Kabupaten Tojo Una-Una. (2007). Profil Tojo Una-Una 2007.

Ampana: Gempita.

Bennet, J.W. (1996). The ecological transition: cultural anthropology and

human adaptation. New York: Pergamon Press.

Bourdieu, P. (1997). The field of cultural production: essays on art and literature
Pierre Bourdieu. Columbia: Columbia University Press.

Camang, N. (2002). Tau Taa Wana Bulang: bergerak untuk berdaya. Jakarta:
Yayasan Merah Putih dan Regenskogsfondet Indonesia.

David, L. (1977). Culture, diseases, and healing: studies in medical anthropology.


New York: Mc Millan Publishing.

Departemen Pariwisata. (2008). Peta Pariwisata Sulawesi Tengah. Palu:

Bappeda Propinsi Sulawesi Tengah.

Departemen Sosial. (2003). Pengkajian calon lokasi permukiman komunitas adat


terpencil (KAT) Suku Wana di lokasi Mpoa, Desa Bulan Jaya, Kecamatan
Ampana Tete, Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah

Anda mungkin juga menyukai