DISUSUN OLEH:
Nama : 1. Silvia Indriyani
2. Endang Lestari
3. Evita Amelya
4. Septina Indriyani
5. Yeni Agustina
6. Elda Yuliana
Kelas : X IPS 3
Guru Pembimbing : Normadhan Janab, S. Pd.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul .................................................................................. i
Kata Pengantar .................................................................................. ii
Daftar Isi ............................................................................................ iii
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai yaitu diharapkan dapat memberikan
informasi kepada siswa dan masyarakat mengenai sejarah terbentuknya
desa Senumarga agar bisa lebih memahami dan mengetahui sejarah
yang sebenarnya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Didasari semangat reformasi, lahirlah komitmen masyarakat yang
menghendaki pemekaran Kabupaten Ogan Komering Ulu dengan
pertimbangan untuk mempersingkat rentang kendali pelaksanaan
pemerintahan, meningkatkan pelayanan, kemudahan pengawasan dan
meningkatkan kemampuan daerah dalam pemanfaatan sumber daya alam,
serta mempercepat proses pembangunan dalam rangka percepatan
tercapainya kesejahteraan masyarakat.
Rencana pemekaran Kabupaten Ogan Komering Ulu menjadi 3 (tiga)
Kabupaten mendapat dukungan dari Tokoh Masyarakat, Partai Politik dan
berbagai elemen masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ulu. Menyikapi hal
itu, pada tanggal 25 Mei Tahun 2001 Pemerintah Kabupaten Ogan
Komering Ulu melalui surat Nomor 136/II/2001 mengusulakn rencana
pemekaran Kabupaten Ogan Komering Ulu kepada DPRD Kabupaten Ogan
Komering Ulu. Selanjutnya DPRD Kabupaten Ogan Komering Ulu
menanggapi dengan mengeluarkan surat keputusan DPRD Kabupaten
Ogan Komering Ulu Nomor 33 Tahun 2001, tanggal 13 Juli 2001 yang isinya
menyetujui rencana pemekaran wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu
Timur.
Melalui surat keputusan Bupati Ogan Komering Ulu Nomor :
125/10.A/SK/2001 dibentuk tim penyusunan rencana pemekaran Kabupaten
Ogan Komering Ulu, dan melalui surat keputusan Gubernur Sumatera
Selatan Nomor : 670/SK/W/2001 tanggal 13 Februari 2001, dibentuk tim
peneliti rencana penetapan Kabupaten dan Kota Administratif menjadi
Kotamadya dalam Propinsi Suamtera Selatan. Untuk mewujudkan
keinginan tersebut, maka pada tanggal 15 Agustus Tahun 2001 dibentuk
panitia pembantu persiapan pembentukan Kabupaten Ogan Komering Ulu
Timur dengan ketua H.A.Rasyid Yusuf dan kawan-kawan.
4
2 (dua) tahun rencana pemekaran Kabupaten Ogan Komering Ulu belum
menunjukkan kepastian, sehingga seluruh elemen masyarakat termasuk
Panitia Persiapan Pembentukan Kabuapten Ogan Komering Ulu Timur
(PPP-KOT) menyampaikan aspirasi secara terbuka di lapangan Ahmad
Yani Baturaja.
Penyampaian aspirasi ini ternyata membawa dampak yang positif,
yakni mendapat dukungan dari DPRD Propinsi Sumatera Selatan melalui
surat keputusan DPRD Propinsi Sumatera Selatan nomor 10 tahun 2002
tanggal 23 Agustus 2002 yang isinya memberikan persetujuan terhadap
rencana pemekaran Kabupaten Ogan Komering Ulu menjadi 3 (tiga)
Kabupaten.
5
Seiring dengan perjalanan waktu yang ditandai berakhirnya masa
jabatan H. Herman Deru dan HM Kholid Mawardi dari jabatannya sebagai
Bupati dan Wakil Bupati Oku Timur pada priode kedua tahun 2010-2015.
Selanjutnya, tampuk Pimpinan di Kabupaten Oku Timur dipercayakan
Gubernur Sumsel kepada Richard Chahyadi AP, M.Si sebagai Penjabat
Bupati Oku Timur sampai dilantiknya Bupati dan Wakil Bupati Oku Timur
hasil Pilkada Tahun 2015.
Berdasarkan rapat Pleno Terbuka Rekapitulasi Penghitungan
Perolehan Suara Tingkat Kabupaten Pada Pemilihan Bupati dan Wakil
Bupati Ogan Komering Ulu Timur Tahun 2015 yang di gelar KPU Oku Timur
di Martapura tanggal 16 Desember 2015 menempatkan pasangan HM
Kholid Mawarsi S.Sos M.Si dan Ferry Antoni SE sebagai pasangan Bupati
dan Wakil Bupati Oku Timur terpilih Priode 2016-2021 dengan perolehan
suara sebanyak 180.677 (58,55%) dari total jumlah suara sah 308.587
dengan jumlah pemilih di Oku Timur 330.679 mata pilih.
Pasangan HM Kholid Mawardi dan Ferry Antoni dilantik dan diambil
sumpahnya sebagai Bupati dan Wakil Bupati Oku Timur Priode 2016-2021
oleh Gubernur Sumsel Ir H Alex Noerdin pada tanggal 17 Februari 2016 di
Palembang, bersamaan dengan pelantikan enam pasangan Bupati dan
Wakil Bupati di Sumsel hasil Pilkada tahun 2015. Kabupaten Ogan
Komering Ulu Timur adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera
Selatan dengan luas wilayah 3.370 km2 dengan Ibukota Kabupaten ini
terletak di Martapura yang didiami penduduk dengan beragam multi etnis
suku dengan penduduk asli suku komering, kemudian ada suku Jawa,
Ogan, Bali dan sejumlah suku lainnya yang ada di Nusantara meskipun
demikian kehidup rukun penuh kekerabatan yang sangat kental. Pada awal
berdirinya Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur terdiri dari atas 10
Kecamatan, 199 Desa dan 3 Kelurahan dan saat ini Oku Timur sudah ada
20 kecamatan, 305 desa, 7 kelurahan dan 20 desa persiapan.
6
merupakan sebuah daerah yang masih berupa hutan belukar yang lebat.
Kontur daerah Belitang tergolong datar untuk sebuah daerah di sebuah di
kawasan sumatera selatan yang kebanyakan merupakan daerah yang
berawa-rawa, meski demikian Belitang masih memiliki ciri khas seperti
daerah di sumsel lainnya, yaitu memiliki aliran sungai-sungai, yaitu sungai
komering, dan jugabeberapa sungai yang relatif lebih kecil yaitu sungai
macak dan sungai yang menjadi cikal bakal nama Belitang yaitu sungai
Belitang.
B. Kondisi Geografi
Luas wilayahnya adalah 73,04 km 2, Belitang dilalui oleh saluran
irigasi buatan yang terbagi dalam beberapa bendungan. Oleh penduduk
bendungan ini dinamakan bendungan komering (BK). Sebutan ini kemudian
digunakan untuk memberi nama daerah-daerah yang dibagi oleh
bendungan tersebut. Bk yang ada di kecamatan Belitang adalah bk 6
sampe bk 10. adapun batas – batas kecamatan Belitang adalah sebagai
berikut: sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Belitang madang
raya sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan buay madang timur
dan kecamatan Belitang, jaya sebelah timur berbatasan dengan kecamatan
Belitang 3 dan kecamatan Belitang jaya sebelah barat berbatasan dengan
kecamatan buay madang timur
Selain etnis jawa juga terdapat juga etnis bali, yang datang pada
masa kemudian. Kebanyakan etnis bali ini beragama Hindu, namun pada
perkembangan selanjutnya mulai ada beberapa etnis bali ini yang memeluk
agama islam. Etnis bali ini kebanyakan berada di desa Nusa Bali, sebagian
Nusa Raya, Dharna Buana, Tegal Besar dan Kelirejo di bagian pedalaman
dan beberapa desa di arah Martapura. Kebanyakan daerah orang-orang bali
cukup maju dan memiliki pendapatan yang baik. Beberapa suku lain pun
mulai dapat ditemui seperti suku madura, batak, dan sedikit orang etnis cina,
yang jumlahnya tidak begitu signifikan. Selain itu juga suku Ogan, Kisam
dan dari daerah lain di Sumatera Selatan.
C. Sejarah Belitang
Belitang merupakan sebuah kawasan daerah transmigrasi dengan
beragam suku, etnis, dan juga agama. Suku dan etnis yang terbesar adalah
7
suku jawa yang kebanyakan kaum transmigran dari daerah jawa tengah dan
yogjakarta. Orang-orang transmigrasi ini tidak datang secara serentak
namun secara bergelombang yang dimulai sejak masa akhir kolonialisme
belanda dan pada masa selanjutnya yang dimulai sejak sekitaran sebelum
tahun 1930-an. yang terdiri dari 137 UPT dengan jumlah transmigran
sebanyak 45.067 KK (175.530 jiwa).
Menurut cerita mbah Saginem, salah seorang dari puluhan ataupun
bahkan ribuan orang yang meemilih meninggalkan tanah kelahiran untuk
memilih pergi menuju daerah baru di tanah Sumatera. Beliau
meninaggalkan tanah Jawa sejak beliau masih kecil karena daerah di tanah
Jawa sudah tidak memberikan jaminan keadaan yang lebih baik. Beliau
meninggalkan tanah Jawa sejak beliau memasuki usia batita.
Pemberhentian pertama beliau di tanah sumatera adalah di sebuah
kawasan di sebuah daerah yang sekarang bernama desa Cahya Negeri,
yang saat ini masuk dalam daerah administrasi dari kabupaten ogan
Komering Ilir, kurang lebih sekitar satu setengah jam perjalanan dengan
kendaraan dari Belitang sekarang.
Orang-orang transmgran ini menetap di daerah ini selama beberapa
bulan. Disini mereka mulai membuka daerah perkampungan baru. Mereka
menanam pohon kelapa, membuka lahan pertanian membangun pondokan
dan mulai membuka hidup di tanah baru di bumi sriwijaya. Beberapa bulan
disana pada masa kolonialisme jepang, semua yang di usahakan sudah
lebih baik, namun pada akhirnya, merekapun harus juga meninggalkan
daerah yang baru mereka buka ini. Mereka meninggalkan desa cahya
negeri karena sering terjadi serangan dan tekanan maupun teror yang
dilakukan oleh jepang. Selain itu daerah ini juga belum begitu stabil,
mengingat tentara Jepang sering mengambil hasil panen para petani pada
daerah ini.
Masih menurut mbah saginem, pada masa itu masyarakat tidak
diperbolekan untuk makan nasi, mereka yang memiliki beras maka
berasnya di ambil oleh tentara jepang. Masyarakat pada waktu itu hanya
diperboehkan memakan umbi-umbian seperti singkong, ubi jalar dan
lainnya. Untuk itu, mereka pun menyiasati hal ini, semua beras yang mereka
miliki diembunyikan dalam sebuah tempat yang biasa disebut dengan
grobog (sebuah wadah yang besar berbentuk kotak ) yang di atasnya
8
ditutupi dengan jerami dan dedaunan. Dan agar mereka tidak diketahui oleh
pemerintah jepang bila memassak nasi, mereka menyiasati dengan
menaruh nasi yang dimasak dibawah singkong dan umbi-umbian lainnya.
Hal-hal dan masa sulit di Desa Cahya negeri ini memaksa sebagian
dari mereka untuk menyingkir kedaerah lain. Mereka pun berjalan bekilo-kilo
jaraknya dan pada akhirnya sampai di daerah yang bernama Belitang, desa
pertama yang pertama kali didatangi adalah sebuah desa yang sekarang
bernama desa Tepung Sari, yang saat ini masuk dalam kelurahan desa
Tegal Rejo, desa tetangga Gumawang yang merupakan pusat dari Belitang,
dan pusat kantor Kecamatan Belitang 1.
Menurut Dra. Rahmawati, seorang guru senior di sekolah MAN
Gumawang Belitang, menyatakan bahwa dulu daerah Belitang sudah ada
beberapa suku Komering di daerah pedalaman di Belitang yang berada di
desa-desa yang cukup terpencil seperti desa Tanjung Raya dan Kurungan
Nyawa, namun beberapa dari etnis Komering sudah berada di desa yang
bernama Gumawang. Akan tetapi daerah Gumawang ini dulunyya belum
bernama Gumawang. Nama Gumawang sendiri didapat setelah kedatangan
kaum transmigran Jawa kedaerah ini. Nama Gumawang berasal dari kata
jawa awang-awangan yang berarti malas-malasan. Kata ini merujuk pada
orang Jawa yang malas menggarap lahan di daerah Gumawang, mengingat
daerah ini kurang subur. Saat ini Gumawang menjadi pusat dari Belitang
dengan menjadi pusat ekonomi, pendidikan dan merupakan daerah yang
lebih maju dibandingkan daerah lainnya, baik di desa-desa ke arah
Martapura dan desa-desa ke arah selatan. Setelah terbukannya daerah
Gumawang ini, maka mulai banyak kaum transmigran yang datang ke
daerah ini sehingga terbukalah daerah lain disekitarnya.
Setelah kedatangan orang-orang Jawa ini, Belitang mulai tumbuh
menjadi daerah pertanian dan perkebunan. Pertanian padi menjadi
komoditas utama dari daerah ini, setelah sebelumnya masih berupa
daeerah hutan belukar yang dipenuhi kaayu-kayu besar dan binatang buas.
Daerah yang sebelumnya merupakan daerah yang sepi dan dipenuhi
dengan hutan belukar, kini telah berubah menjadi sebuah daerah yang
cukup makmur. Sejak masa orde baru sampai dengan masa reformasi,
perkembangan Belitang lebih menonjol dibandingkan dengan daerah lain
dikawasan Oku Timur. Daerah Belitang merupakan kawasan yang pertama
9
kali dikenal di daerah Oku Timur ini, bahkan dari kota Martapura sekalipun,
yang saat ini menjadi ibukota Oku Timur.
Asal muasal nama Belitang sendiri berasal dari sebuah sungai yang
bernama sungai Belitang. Konon sungai ini memiliki bentuk yang berbelit-
belit dan memiliki banyak pohon-pohon besar yang melintang di sekitar
sungai, karena itu jadilah nama Belitang yang dikenal hingga sekarang.
Seiring dengan terbentuknya kabupaten Oku Timur, Belitang menjadi salah
satu dari 16 kecamatan awal yang ada di kabupaten ogan komering ulu
timur,yang merupakan pemekaran dari kabupaten Ogan Komering Ulu.
Kecamatan Belitang telah mengalami pemekaran menjadi kecamatan
Belitang II, Belitang III, dan Belitang Jaya. Kecamatan Belitang sekarang
terdiri dari 22 desa definitif dan beribu kota di Gumawang.
Pada tahun 2007 daerah Belitang dijadikan kota terpadu mandiri
bertepatan dengan hari jadi ke-3 Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur.
Sebelumnya kecamatan Belitang merupakan kecamatan yang cukup besar
dan luas. Namun seiring perkembangan waktu, terjadi pemekaran di
kabupaten ogan komering ulu timur,sehingga kecamatan Belitang pecah
menjadi 4 kecamatan,yaitu kecamatan Belitang sendiri sebagai kecamatan
induk dan 3 kecamatan baru. kecamatan baru tersebut adalah Kecamatan
Belitang II, Kecamatan Belitang III dan Kecamatan Belitang Jaya.
10
tujuan transmigrasi. Atas prestasi kemajuan yang dicapai, pada Tanggal 17
Januari 2007, menteri tenaga kerja dan transmigrasi yang diwakili oleh
Dirjen P2MK, meresmikan Belitang sebagai Kota Terpadu Mandiri (KTM).
Kecamatan Belitang adalah salah satu kecamatan yang mempunyai
potensi besar di bidang pertanian,dimana mayoritas mata pencarian
masyarakatnya adalah di bidang pertanian, khususnya padi sawah berbeda
dengan nasib para petani di daerah lain di Sumsel yang umumnya pas-
pasan, masyarakat petani di Belitang bisa dibilang hidup berkecukupan
sandang, pangan, dan papan. Kemakmuran itu tercermin dari rumah-rumah
penduduk yang rata-rata sudah bertembok, lantai tegel, atau plester
semen.Sebagian rumah juga sudah dilengkapi antena parabola
besar.Rasanya sulit ditemukan rumah dari bambu atau kayu yang reyot. Di
Kecamatan Belitang I, telah berdiri dealer mobil yang menunjukkan daya
beli masyarakat sekitar lumayan tinggi. Beras yang diproduksi di kabupaten
ogan komering ulu timur lebih dikenal dengan sebutan “beras Belitang”
meskipun sebagian berasal dari kecamatan lain,bukan dari kecamatan
Belitang. Berdasarkan data yang diberikan oleh uptd pertanian tanaman
pangan dan hortikultura, luas sawah yang ada di kecamatan Belitang seluas
5.309,75 ha. Hampir seluruh desa di kecamatan Belitang mempunyai lahan
persawahan. Seiring dengan kemajuan ekonomi di kecamatan Belitang,
lahan sawah pun beralih fungsi menjadi tempat perdagangan, khususnya
yang terletak di pinggir jalan utama.
Pada periode ini masyarakat Belitang mengalami masa yang baik,
sistem irigasi untuk pertanian mulai diperhatikan dan sudah dimulai
pembangunanya. Pada akhirnya dapat di lihat, bahwa daerah ini yang
semula merupakan daerah kumuh berubah menjadi daerah yang jauh lebih
baik.. Karena itu perusahaan beras pemerintah Bulog mulai melirik daerah
ini, dan pada akhirnya mendirikan kantor cabangnya di bk 16. Selain bidang
pertanian bidang perkebunan pun turut mendapat perhatian, mengingat di
Oku Timur sendiri terdapat banyak perkebunan rakyat seperti karet.
Daerah pedalaman yang relatif kurang subur diubah menjadi
perkebunan karet, perkebunan karet banyak ditemui di jalan lintas Provinsi
di daerah Komering, di Kecamatan Belitang III terutama di desa Nusa Raya,
Nusa Tunggal, Nusa Bali, Nusa Bakti, Nusa Jaya, Nusa Tenggara dan
beberapa desa lainnya. Bahkan untuk sekarang ini di beberapa daerah di
11
Belitang sendiri pun sudah mulai membuka perkebunan karet baru di
beberapa wilayah di Oku Timur. Ini dapat dimengerti, mengingat
penghasilan dari sawah saja tentu belum cukup mencukupi kebutukan hidup
mereka karena sawah hanya dipanen selama 3 bulan sekali dengan modal
yang besar sekitar 2-3 juta rupiah permusimnya dan hanya mendapatkan
hasil kotor sekitar 5 juta rupiah. Berbeda dengan perkebunan karet, karet
dapat di panen seminggu sekali ataupun malah bahkan bisa 3 hari sekali
dengan hasil yang lumayan.
Selain perkebunan karet, terdapat pula perkebunan tebu yang
berada di ddaerah BK.16. selain itu perkebunan lain nya seperti duku juga
terdapat di Belitang. Ekonomi lainnya diBelitang juga sudah mulai
berkembang ekonomi dari sektor swasta seperti dari budi daya ikan, dan
juga dari perdagangan.
Kemajuan Belitang pada bidang ekonomi tidak sejalan dengan
keadaan di bidang sistem transportasi. Di jalan jalan Provinsi di Oku Timur
pada umumnya dan Belitang pada khususnya sangat kurang memadai. Di
berbagai tempat banyak jalan berlubang sehingga kesulitan bagi
masyarakat untuk memasarkan produknya, sebagai contoh Jl. Jenderal
sudirman di Belitang yang menghubungkan antara daerah Lempuing di
Kabupaten OKI menuju Lampung dan juga penghubung dengan ibukota
Kabupaten Martapura. Selain itu juga jl. Lintas Provinsi yang
menghubungkan Belitang dengan kota Kayu Agung, dan juga Palembang.
Beberapa kali Bupati Oku Timur saat itu meminta kepada pemerintah
Provinsi untuk memperbaiki jalan-jalan di wilayah administrasi Oku Timur,
mengingat jalan-jalan tersebut merupakan jalan-jalan Provinsi yang tidak
mungkin bisa dilakukan oleh pemkab. Selain rusak, jaaln Provinsi ini juga
rawan dengan kriminalitas di berbagai tempat perbatasan Oku Timur,
seperti perbatasan Belitang dengan komering maupun Belitang dengan
martapura dan juga Belitang dengan Lempuing OKI dan Mesuji. Harapan
kami sebagai masyarakat seharusnya pemerintah memperhatikan
kriminalita di daerah perbatasan, terutama bagi Pemkab, dan juga Pemprov.
Seharusnya, bila aksesbilitas masyarakat mudah maka dapat dipastikan
Belitang dan daerah lainnya akan mendapatkan kemakmuran.
12
2.3 Asal-Usul Desa Senumarga
Asal mula sejarah desa Senumarga adalah transmigrasi korban
bencana alam Gunung Agung dari daerah Bali.
Ditempati lebih kurang tahun 1963 kemudian awal dari Senumarga
yaitu “Nusa Yoga” berhubung di sebelah barat/Nusa Yoga dada bukaan
kampung 5 desa Tanjung Raya yang pada waktu itu bernama Ogan Rejo
lalu oleh pemerintah daerah setempat di gabungkan menjadi satu, jadilah
nama Desa Senumarga.
Kata Senumarga berasal dari 2 kata yaitu:
Senu yang berarti kayu (kayu senu)
Marga yang berarti jalan
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dalam pembahasan dapat disimpulkan bahwa
kata Senumarga berasal dari 2 kata yaitu: senu yang berarti kayu (kayu
senu) dan marga yang berarti jalan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
desa Senumarga merupakan jalan yang digunakan untuk mencari kayu
senu.
Asal mula sejarah desa Senumarga adalah transmigrasi korban
bencana alam Gunung Agung dari daerah Bali sekitar awal tahun 1963.
3.2 Saran
Sejarah merupakan jati diri kita. Sehingga diharapkan
masayarakat tidak melupakan sejarah terbentuknya Desa Senumarga.
Dan hendaknya terus berjuang dan bergotong royong dalam
pembangunan menuju desa yang damai dan sejahtera.
14
DAFTAR PUSTAKA