DITULIS OLEH :
Kabupaten Indragiri Hulu mulai ada sejak Kerajaan Indragiri yang berlanjut hingga
zaman pra penjajahan Belanda, Pra kemerdekaan hingga pasca kemerdekaan Republik
Indonesia yang secara umum merupakan proses terbentuknya sejarah Kabupaten
Indragiri Hulu. Sebagai contoh adanya seorang pembesar Pemerintah Hindia Belanda
bernama E. Netser yang pernah menjadi Residen Riau, mencatat bahwa pada tahun 1892,
Rengat juga menjadi tempat kedudukan Asisten Residen yang sebelum itu di Tanjung
Buton Lingga. Dan daerah Indragiri merupakan suatu afdeeling dari kesatuan wilayah
yang disebut Keresidenan Riau (Residentie Riouw).
Ada beberapa priode pemerintahan yang dilalui semenjak dari awal terbentuknya
Kabupaten Indragiri Hulu:
Wilayah Kerajaan Indragiri pada waktu itu meliputi Kabupaten Indragiri Hilir dan
Kabupaten Indragiri Hulu sekarang, kecuali Kecamatan Cerenti, Kuantan Hilir, Kuantan
Tengah, Kuantan Mudik yang merupakan bagian dari Kerajaan Kuantan sedangkan
Kuantan Singingi pada waktu itu termasuk wilayah I Kerajaan Siak.
Setelah VOC pada waktu itu daerah ini dikuasai oleh pemerintah Belanda dengan nama
Afdeling Indragiri yang pernah diperintah oleh seorang Afdeling yang terdiri dari:
- Order Afdeling / District Rengat
- Order Afdeling / District Tembilahan
- Order Afdeling / District Teluk Kuantan
Order Afdeling ini dipakai oleh seorang District Hoofd. Masing-masing District dibagi
dalam 4 Order District Hoofd atau disebut AMIR dalam wilayah kerajaan
Indragiri. Karena luasnya wilayah dan sulitnya komunikasi serta untuk memperlancar
roda pemerintahahn daerah maka sultan mengangkatbeberapa AMIR yang sekarang
Camat yaitu:
- Amir yang berkedudukan di Kelayang untuk Order District Pasir Penyu
- Amir yang berkedudukan di Rengat untuk Order District Rengat
- Amir yang berkedudukan di Sungai salak untuk Order District Tempuling
- Amir yang berkedudukan di Tembilahan
- Amir yang berkedudukan di Kateman.
Khusus untuk daerah Rantau Kuantan dimana daerah ini tidak berada dibawah kekuasaan
Sultan Indragiri. Daerah ini diperintah oleh seorang citroleor yang berkedudukan di Teluk
Kuantan dan Kuantan merupakan daerah otonom sendiri yang disebut dengan Kuantan
Distriction, Kerajaan yang hanya berkuasa memegang urusan adat, agama, pengadilan
kecil dan urusan rakyat.
Dengan kemenangan Jepang dalam perang Asia Timur Raya dan didudukinya Indonesia
dan beralih kekeuasaan Jepang. Dengan Indragiri pada waktu itu berada dibawah fasis
Jepang, penguasaannya pada waktu itu disebut Bunshiho (bupati) dan dibantu oleh
Gusaibu (Fatih) karena perpindahan Indragiri seakan-akan tidak ada lagi.
Dengan dibentuknya Provinsi Riau dengan undang-undang nomor 61 tahun 1958 maka
timbulah didua kebedaan tersebut yaitu kewedaan Indragiri Hilir dan Indragiri Hulu.
Dengan perjuangan yang disalurkan melalui Panitia Persiapan Pembentukan Kabupaten
Indragiri Hilir dan melalui Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong Kabupaten
Indragiri ternyata hasrat tersebut mendapat dukungan dari DPRD Riau dan DPRGR
pusat.
Pada tahun 1996 terjadi penambahan kecamatan dengan adanya pemekaran Kecamatan
Kuantan Tengah, Pasir Penyu, dan Rengat, Kecamatan yang baru adalah:
a. Kec. Benai ibukota Benai
b. Kec. Kelayang ibukota Simpang Kelayang
c. Kec. Rengat Barat ibukota Pematang Reba.
Pada tahun 1999 Kabupaten Indragiri Hulu dipecah lagi menjadi 2 kabupaten yaitu
Kabupaten Kuansing yang berkedudukan di Taluk Kuantan dan Kabupaten Indragiri
Hulu berkedudukan di Rengat. Pada tahu 2004 mengalami beberapa pemekaran wilayah
Kecamatan sehingga menjadi 14 kecamatan:
a. Kec. Rengat ibukota Rengat
b. Kec. Rengat Barat, ibukota Pematang Reba
c. Kec. Seberida, ibukota Pangkalan Kasai
d. Kec. Batang Gangsal, ibukota Seberida
e. Kec. Batang Cenaku, ibukota Aur Cina
f. Kec. Pasir Penyu, ibukota Air Molek
g. Kec. Lirik, ibukota Lirik
h. Kec. Kelayang, ibukota Simpan Kelayang
i. Kec. Peranap ibukota Peranap
j. Kec. Batang Peranap, ibukota Pematang
k. Kec. Rakit Kulim, ibukota Petonggan
l. Kec. Sungai Lala, ibukota Kelawat
m.Kec. Lubuk Batu Jaya, ibukota Lubuk Batu Tinggal
n. Kec. Kuala Cenaku, ibukota Kuala Cenaku.
1. Visi
Terwujudnya Kabupaten Indragiri Hulu yang maju, mandiri sejahtera, ber- budaya dan
agamis tahun 2020
2. Misi
1. Membangun sumber daya manusia yang berkualitas dan terampil dan siap
menghadapi tantangan masa depan yang dilandasi oleh kekuatan keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta mampu menguasai IPTEK
2. Memelihara nilai-nilai luhur budaya daerah yang berpijak pada nilai-nilai agama
guna menyaring pengaruh budaya lain untuk mempertahan identitas dan integritas
Kabupaten Indragiri Hulu
3. Memberdayakan kekuatan ekonomi yang berbasis kerakyatan melalui peningkatan
kualitas dan kapasitas manajemen, permodalan, produksi dan peningkatan
kemampuan dalam mengakses sumber-sumber bahan baku, teknologi, pasar dan
faktor lainnya.
4. Mengembangkan industri-industri yang berbasis pertanian (Agroindustri) dengan
mengembangkan industri turunan yang berorientasi pada pasar lokal dan eksport
5. Membangun dan mengembangkan sarana dan prasarana infrastruktur yang mampu
membuka isolasi daerah, mengembangkan potensi daerah, mengembangkan kawasan-
kawasan produktif, meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas faktor-faktor produksi
serta membuka peluang pasar
6. Meningkatkan kinerja pemerintah daerah agar mampu memberikan pelayanan yang
prima kepada masyarakat dan menjalankan roda pemerintahan yang baik dan benar
melalui peningkatan kualitas dan kapasitas aparatur, penataan kelembagaan
pemerintahan daerah serta penataan perangkat hukum dan perundang-undangan.
Penduduk Indragiri Hulu pada tahun 2020 sebesar 444.548 jiwa dengan penduduk laki-
laki sebanyak 228.502 jiwa (51,40%) dan penduduk perempuan 216.046 jiwa (48,60%).
Penduduk laki-laki di kabupaten Indragiri Hulu lebih besar dibandingkan penduduk
perempuan, dengan seks ratio di Kabupaten Indragiri Hulu sebesar 105,76 artinya
terdapat 106 penduduk laki-laki untuk setiap 100 penduduk perempuan. Kepadatan
penduduk Indragiri Hulu tahun 2020 sebanyak 54 jiwa per kilometer persegi. Kepadatan
penduduk tertinggi masih terdapat di kecamatan Lirik 204 jiwa per kilometer persegi,
tetapi kondisi ini dikarenakan luas wilayah dan jumlah penduduk kecamatan Pasir Penyu
masih tergabung dengan kecamatan Sungai Lala dan kecamatan Lubuk Batu Jaya.
Kepadatan penduduk terendah di Kecamatan Peranap yaitu 28 jiwa per kilometer persegi,
dengan kondisi luas wilayah dan jumlah penduduk Kecamatan Peranap. .
E. Sejarah awal mula masuknya Islam di Kabupaten Indragiri Hulu Dan tokoh-
tokohnya
Agama islam bersama masuknya dengan berkembangnya ilmu dan budaya Melayu.
Dalam hal ini berkembang adalah meluas atau menyebar luas keseluruh daerah. Pada
abad ke 13-17 M, agama Islam berkembang diseluruh pelosok daerah yaitu: Daerah
Kuantan Indragiri.[1]
Agama islam masuk dan berkembangnya didaerah ini Dalam abad ke 13 datang dari
Kuntu Kampar dikembangkan olehSyeh Burhanuddin dan Muridnya, tetapi sebelum
Agama Islam berakar kuat disini, Aditiyawarman telah berhasil menanamkan
pengaruhnya didaerah Kuantan. Tujuannya ialah untuk dapat memonopoli perdagangan
lada dalam daerah penghasil lada.
Dalam abad 14 ini disamping runtuhnya Kerajaan Kunto Kampar akibat penaklukan
Adityawarman namun dalam abad ini pula kita jumpai masuknya islam ke tahap III yaitu
agama islam masuk dan berkembang dari aceh dan malaka. Pada abad ini muncul
kerajaan Islam Kunto Dar Es Salam di Rokan dan Kerajaan Siak Gasib di Siak dibawah
oleh Sultan Ibrahim, yaitu Sultan Indragiri. Kata Indragiri berasal dari bahasa Sankrit,
dari suku kata Indra yang mengenai Ketuhanan Agama Hindu dan juga dipakai untuk
nama benda dan tempat yaitu dalam arti kata Negeri dan Negara. Dengan demikian
kerajaan Indragiri dapat diartikan kerajaan mahligai sedangkan kata Indragiri artinya
mahligai disuatu negeri dan Negara.[2]
Mula-mula Agama Islam masuk dan berkembang di Arabia, lalu menyebarkan ke daerah-
daerah lainnya dan Afrika lalu menyebar ke Iran (Persia) dan India Utara (Gujarat dengan
pelabuhan kembay, menyebar keseberang lautan iantaranya sampai ke Idonesia, melalui
perdangan menurut pendapat : W.P GROEE VELD Tahun 674, sudah ada perdangan
Muslim Arab sampai di pantai barat Sumatera.
Pada masa kebesaran Keraaan Aceh dibawah Pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-
1636) hiduplah seorang ulama besar yang bernama Syekh Abdur Rauf dari Singkil. Ia
membuka Pesantren di kuala, oleh karena itu ia dikenal sebagai Syah Kuala. Nama tokoh
tersebut menjadi nama sebuah Universitas Negeri di Aceh.[3]
Pada awal abad ke 15 M muncul Malaka sebagai pusat perdagangan Islam, sejalan
dengan itu Malaka juga menggantikan peranan Samudra Pasai sebagai pusat penyebaran
Agama Islam. Hubungan perdagangan dengan pelabuhan - pelabuhan dipantai utara Jawa
Timur, terus dilakukan oleh Malaka, sebagai pusat perdagangan, Malaka juga
melangsungkan perdagangan dengan Brunai, bahkan terus ke Filipina.
Dari Malaka Islam menyebar kedaerah - daerah Kampar dan Indragiri yang terdapat di
Propinsi Riau. Di Indragiri penyebaran Agama Islam dibantu oleh beberapa Ulama,
diantaraya Syekh Burhanudin dan beberapa muridnya di Indragiri pada waktu itu
penyebaran Islam sempat mendapat tantangan yaitu dengan masuknya pengaruh
ADITYAWARMAN yang ingin menguasai daerah perdagangan lada. Dengan demikian
penyebaran Islam mundur untuk sementaradi Indragiri dan Kuntu Kampar.
Beberapa tahun lamanya perkembangan Islam terhalang untuk selajutnya Islam kembali
lagi tersiar, dengan demikian penyebaran Agama Islam dilanjutkan oleh salah satu murid-
murid dari Syekh Burhanudduin yang bernama Dugo, Dugo ini tinggal Taluk Kuantan
sebagai Mubaligh penduduk setempat mmnggilnya Tunku Lebai, yaitu elar Guru Agama
Islam sebelum menjadi Syekh.[4]
Tuaku Lebai juga mempunyai murid untuk menyebarkan Islam Indragiri dan Kuantan
salah seorang muridnya adalah Utih juga melanjutkan penyebaran Agama Islam di
Indragii. Setelah meninggalnyaDatuk Nan Patih maka penyebaran Agama Islam di
lanjutkan oleh muridnya kepelosok Desa, dengan mandirikan Surau-surau yang di bantu
ole masyarakat setempat.
Bertahun-tahun lamanya Utih bermukim di tanah Mekkah sambil belajar Agama Islam,
kemudian Utih kawin di Mekkah dengan seorang Putri berasal dari Palembang, yang
bernama AIJAH sementara Utih berada di Mekkah , ajaran Agama Islam sudah
berkembang di masyarakat. Bertahun-tahun lamanya pertikaian antara pihak Agama
dengan pihak Adat yang sangat sulit untuk mengubah perbuatan dan tigkah laku
kaum adat adalah Penguasa Adat yang belum memeluk Agama Islam pada waktu itu.
Dengan demikian walaupun antara adat dengan agama telah menyatu dalam kehidupan
sehari-hari , sampai saat itu masih terdapat kebiasaan yang tidak sesuai dengan ajaran
Agama Islam. Hal seperti inilah yang diberantah Utih. Semenjak itu Utih selain
menjalankan fungsi agama, juga menjalankan fungsi adat. Salah satu peninggalannya yng
masih ada sekarang ialah Gantang Baghdad. Gantang ini adalah untuk menggantungkan
zatkat. Sampai saat ini gantang tersebut masih tersimpan. Karena Uh menjalankan fungsi
adat maka Utih diberi gelar Datuk Sinaro Nan Putih. Datuk Sinaro Nan Putih meninggal
dalam tahun 1691 masehi di Taluk Kuantan. Kuburan beliau sampai sekarang masih
dipelihara dengan baik dan kuburan itu oleh penduduk setempat dianggap keramat.
Setelah meinggalkannya Datu Sinaro Nan Putih maka penyebaran Agama Islam di
lanjutkan murid-muridnya kepelosok-pelosok desa dengan mendirikan surau-surau yang
dibantu ole masyarakat setempat. Sumber lain menyebutkan masuk dan berkembangnya
Agama Islam ke Indragiri yaitu melalui pantai Barat Sumatera dibawa oleh seorang
ulama yang bernama Sayed Ali Al Idrus. Beliau bukan seorang pedagang yang datang ke
Indragiri, tetapi tugasnya khusus untuk menyiarkan Agama Islam. Sedangkan jalur-jalur
yang dilalui beliau adalah dari Handal Maut singgah di Samudera Pasai setelah mendarat
dipantai Barat Sumatera disitu terletak kota Air Bangis. Didaerah ini beliau
mengembangkan Agama Islam untuk beberapa lama. Kemudian menuju Timur dan
sampai ke Kerajaan Siak. Di Siak pada waktu itu Agama Islam sudah berkembang,
Karena beliau mencari daerah yang belum dimasuki Islam dan beliau berangkat ke
Pelalawan ini beliau meneruskan perjalanan kearah Selatan kearah Indrgiri. Tujuan beliau
adalah kesuatu negeri yang bernama Baturijal dengan Tugas menyiarkan ajaran Agama
Islam.
Sesampainya Sayed Ali Al Idrus di Desa Baturijal barulah lega hatinya, yang cita-citanya
sampailah sudah. Karena memang penduduknya belum memeluk ajaran Agama Islam,
sehingga ia bisa mengembangkan ajaran Agama Islam disana. Memang belum ada tokoh
Agama Islam yang sampai di Baturijal hanya Sayed Ali Al Idrus lah orang pertama yang
mengembangkan syiarnya Agama Islam, akhirnya mulailah ia menetapkan di Baturijal.
Disini dengan lemah lembut dan sikap santun penuh kesabaran ia memikat hati
penduduk. Lama kelamaan mulailah satu persatu penduduk memeluk ajaran Agama
Islam, sehingga akhirnya satu kampung atau daerah itu memeluk ajaran Agama Islam.[5]
Kemudian pada masa pemerintahan Sultan Ibrahim yaitu Sultan Indragiri yang beribu
kota di Rengat. Sultan Ibrahim mngangkat salah seorang ulama dari keturunan Sayed Ali
Al Idrus untuk menjabat sebagai Mufti kerajaan yang berkedudukan di Rengat. Untuk
menyiarkan Islam pada waktu itu Sultan medirikan rumah-rumah Ibadah yang kemudian
didatangi oleh Anak-anak remaja di Indragiri. Karena pesatnya kemajuan pada waktu itu
maka Sultan pun mendirikan Mesjid Kerajaan yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat
sembayang jumat akan tetapi juga berfungsi sebagai tempat pendidikan dan pengajaran
Agama Islam. Dengan Demikin Agama Islam dapat tersiar dan berkembang diseluruh
negeri yang berada di Indragiri.
Dengan masuk dan berkembangnya Agama Islam di Indragiri Agama Islam dapat
dikatakan identitasnya orang Melayu, di dalam kehidupan sehari-hari ajaran Agama
Islam merupakan sumber kehidupan yang penting bagi masyarakat Indonesia umumnya
dan masyarakat Indragiri khususnya ajaran Agama Islam nampaknya sangat cocok dan
dapat diterima oleh penduduk ketempat tanpa adanya pemaksaan.
Dalam ajaran Agama Islam semua manusia adalah sama derajatnya disisi Tuhan. Maka
berkembanglah ajaran Agama Islam di daerah Peranap, karena Sayed Ali merupakan
seorang tokoh Agama Islam yang bijak dan pandai dalam soal agama dan
kemasyarakatan sehingga ia menjadi panutan oleh masyarakat setempat waktu itu, juga
karena Sayed Ali mempunyai sifat dan tingkah laku yang baik berakhlak dan tinggi ilmu
agamanya, juga luas pandangannya tentang agama serta berpengalaman dalam
menyiarkan Agama Islam, berjiwa berani dan hati yang ikhlas dalam melaksanakan
tugasnya.
Sayed Ali Al Idrus kemudian kawin dengan seorang gadis dan mendapatkan seorang
putra, putra ini kemudian di jadikan menantu oleh Sultan Salaludin yang berkuasa di
Indragiri. Penerapan islam di Indragiri yaitu melalui perdagangan,
perkawinan,pendidikan, tasyawuf, dan kesenian.
1. Perdagangan
Penerapan islam terjadi pada tahap awal yakni sejalan dengan kesibukan lalu lintas
perdagangan abad ke_ 7-16M.
2. Perkawinan
Penerapan islam terhadap keluarga Raja/Bangsawan misalnya: segi ekonomi baik. Bisa
kawin asal putri Raja/Bangsawan pandai mengucap dua kalimat syahadat.
3. Pendidikan
Yaitu pesantren, sekolah atau pondok yang merupakan lembaga yang penting dalam
penerapan ajaran Agama Islam
4. Penerapan Melalui Ilmu Tasawuf
Tasyawuf (orang suci) merupakan golongan orang-orang yang mencari, terdorong oleh
cinta rindu ALLAH untuk mencapai itu mereka bertapa menyendiri dan merenungkan
soal ke tuhanan dan makna hidup yang sebenarnya
5. Penerapan Islam Melalui Seni
Islam melalui seni dapat pula melalui cabang-cabang seni seperti: seni bangunan, seni
pahat, seni ukir, seni tari, seni music, seni baca al-quran. Pada abad ke -13 M islam sudah
berkembang di pelosok dunia timur tengah sebagai pusatnya, dan abad ke-13 M tersebut
jalur perdagagangan antara Indonesia dan Timur Tengah semakin ramai, sehingga banyak
Saudagar Arab, Persia, dan Gujarat datang ke Indonesia.
Di Indragiri ajaran islam sudah berkembang dan agma islam merupakan bagian dari
kehidupan yang penting bagi masyarakat Indonesia umumnya dan masyarakat Indragiri
khususnya yang mayoritas orang melayu, jadi kebenaran nilai-nilai ke Islaman sudah
menjadi acuan hidup masyarakat Indragiri yang sudah ditandai dengan adanya kegiatan
yang baik, yang bersifat rutin maupun berupa perayaan dalam rangka Memperingati Hari
Besar Islam
Tokoh Islam di Indragiri Hulu yaitu:
Said Ali Alaydrus, mufti Kerajaan Indragiri.