BAB I
PENDAHULUAN
3
4. Pemanfatan seefesien mungkin serta pemeliharaan kelestarian
sumber daya dan lingkungan perairan.
5. Meningkatkan peranan sub sektor perikanan dalam kegiatan dan
pembangunan pedesaan terutama dalam hal menciptakan peluang
bekerja dan berusaha.
Rendahnya kontribusi sektor industri terhadap struktur
perekonomian di Kabupaten Indragiri Hilir tidak terlepas dari
kurangnya jenis dan jumlah industri yang berkembang di daerah ini.
Padahal jika dilihat dari aspek potensi pembangunan industri, sangat
besar karena daerah ini memiliki sumber daya alam yang dapat
dijadikan sebagai basis dalam penyediaan bahan baku industri. Yakni,
potensi sumber daya sektor perkebunan, perikanan dan lainnya.
Dengan kondisi potensi sumber daya alam yang tersedia tersebut
sangat berpeluang dibangunnya sektor industri kedepan, agar sektor
industri dapat tumbuh lebih cepat sehingga berperan lebih besar dalam
penciptaan nilai tambah yang berujung pada peningkatan
pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Peningkatan
pertumbuhan dan peran sektor industri tersebut akan dapat dicapai
apabila berbagai permasalahan yang dihadapi saat ini dapat diatasi,
yaitu :
a. Masih lemahnya daya saing industri daerah;
b. Belum kuat dan belum dalamnya struktur industri daerah; dan
c. Belum optimalnya regulasi pemerintah dalam mendukung kemajuan
sektor industri.
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian yang
disusun dapat dijalankan karena memiliki tujuan untuk mengatasi
permasalahan diatas. Undang-Undang tersebut telah memberikan
peran yang lebih besar kepada pemerintah dalam mendorong kemajuan
industri nasional dan daerah secara terencana untuk tumbuh lebih
cepat dan mengejar ketertinggalan dari Negara lain yang lebih dahulu
maju dengan daya saing dan struktur industri yang lebih kuat, serta
regulasi yang sangat mendukung dalam pembangunan industri.
4
a. Setiap Bupati/Walikota menyusun Rencana Pembangunan
Industri Kabupaten/Kota
b. Rencana Pembangunan Industri Kabupaten/Kota mengacu
kepada Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional dan
Kebijakan Industri Nasional;
c. Rencana Pembangunan Industri Kabupaten/Kota disusun dengan
paling sedikit memperhatikan :
a. Potensi sumber daya industri daerah;
b. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan atau Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten/Kota dan:
c. Keserasian dan Keseimbangan dengankegiatan sosial ekonomi
serta daya dukung lingkungan.
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah;
3. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
4. Undang-Undang Nomor 26 Tanhun 2007 tentang Penataan Ruang;
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan,
Lembaran Negara Nomor 4663;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk
Pembangunan Industri Nasional;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2015 tentang Pembangunan
Sumber Daya Industri;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 tentang Kawasan
Industri;
10. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional;
11. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 110/M-IND/PER/12/2015
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pembangunan Industri
Provinsi dan Rencana Pembangunan Industri Kabupaten/Kota.
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2018 tentang
Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana
Pembangunan Industi Daerah Provinsi dan Rencana Pembangunan
Industri Daerah Kabupaten/Kota.
13. Peraturan Menteri Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang;
5
14. Peraturan Daerah nomor 9 Tahun 2018 tentang Rencana
Pembangunan Industri Provinsi Riau (RPIP) 2018-2038;
6
BAB II
GAMBARAN KONDISI DAERAH TERKAIT PEMBANGUNAN
INDUSTRI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
7
Mandah, Kecamatan Kateman, Kecamatan Pelangiran, Kecamatan
Teluk Belengkong, dan Kecamatan Pulau Burung.
Kabupaten Indragiri Hilir berpenduduk kurang lebih 740,59 jiwa
yang terdiri dari berbagai etnis, Kabupaten Indragiri Hilir terkenal
dengan julukan “ Negeri Seribu Parit “ dikelilingi perairan berupa
sungai-sungai besar dan kecil, parit, rawa-rawa dan luat, secara
fisiografis Kabupaten Indragiri Hilir beriklim tropis merupakan sebuah
daerah dataran rendah yang terletak diketinggian 0-4 meter di atas
permukaan laut dan dipengaruhi oleh pasang surut.
2.1.2 Topografi
Sebagian besar dari luas wilayah atau 93,31% daerah Kabupaten
Indragiri Hilir merupakan daerah dataran rendah, yaitu daerah
endapan sungai, daerah rawa dengan tanah gambut (peat), daerah
hutan payau (mangrove) dan terdiri atas pulau-pulau besar dan kecil
dengan luas lebih kurang 1.082.953,06 hektar dengan rata-rata
ketinggian lebih kurang 0-3 meter dari permukaan laut.
Sedangkan sebagian kecilnya 6,69% berupa daerah berbukit-bukit
dengan ketinggian rata-rata 6-35 meter dari permukaan laut yang
terdapat dibagian selatanSungai Reteh Kecamatan Keritang, yang
berbatasan dengan Provinsi Jambi, dengan ketinggian tersebut, maka
pada umumnya daerah ini dipengaruhi oleh pasang surut, apalagi bila
diperhatikan fisiografinya dimana tenah-tanah tersebut terbelah-belah
oleh beberapa sungai, terusan, sehingga membentuk gugusan pulau-
pulau.
Tabel 2.1
Luas Wilayah Menurut Kecamatan
Kabupaten Indragiri Hilir
9
Pulau-pulau yang terdapat di Kabupaten Indragiri Hilir pada
umumnya telah didiami penduduk dan sebagian diusahakan penduduk
untuk dijadikan kebun-kebun kelapa, persawahan pasang surut, kebun
sagu dan lain sebagainya. Gugusan pulau tersebut meliputi : Pulau
Kateman, Pulau Burung, Pulau Pisang, Pulau Bakong, Pulau Air Tawar,
Pulau Pucung, Pulau Ruku, Pulau Mas, Pulau Nyiur dan pulau-pulau
kecil lainnya. Disamping gugusan pulau tersebut maka terdapat pula
selat-selat/terusan kecil seperti : Selat/Terusan Kempas, Selat/Terusan
Batang, Selat/Terusan Concong, Selat/Terusan Perawang,
Selat/Terusan Patah Parang, Selat/Terusan Sungai Kerang, dan
Selat/Terusan Tekulai. Selain selat/terusan alam terdapat pula terusan
buatan antara lain: Terusan Beringin, Terusan Igal, dan lain-lain.
Selain itu di daerah ini juga terdapat danau dan tanjung yakni Danau
Gaung, Danau Danai dan Danau Kateman, sedangkan tanjung yang
ada di Kabupaten Indragiri Hilir adalah Tanjung Datuk dan Tanjung
Bakung.
Wilayah Kabupaten Indragiri Hilir rata-rata memiliki ketinggian 0-3
meter di atas permukaan laut. Daerah yang landai ini sebagian
besarterletak di dekat pantai atau sungai. Sedangkan sebagian kecilnya
6.69 % berupa daerah berbukit-bukit dengan ketinggian rata-rata 6-35
meter dari permukaan laut yang terdapat dibagian selatan Sungai
Reteh, Kecamatan Keritang. Daerah ini termasuk ke dalam kawasan
Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT)/
2.1.3 Aspek Demografi
Penduduk Kabupaten Indragiri Hilir berdasarkan data Badan
Pusat Statistik Kabupaten Indragiri Hilir pada Tahun 2015-2019
tercatat sebanyak 740.59 jiwa yang terdiri 379.805 jiwa laki-laki dan
360.793 jiwa perempuan. Kecamatan yang paling banyak penduduknya
adalah Kecamatan Tembilahan yaitu 75.864 jiwa dan kecamatan yang
paling sedikit penduduknya adalah Kecamatan Sungai Batang yaitu
10.098 jiwa. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Indragiri Hilir Tahun
2015-2019 dapat dilihat pada Tabel 2.3 dibawah ini :
Tabel 2.3
Jumlah Penduduk dan Presentase Laju Pertumbuhan Penduduk
di Kabupaten Indragiri Hilir 2019
Tabel 2.4
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
di Kabupaten Indragiri Hilir 2019
Jenis Kelamin
Kelompok Umur
Laki-laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4)
0-4 34.582 33.322 67.904
5-9 36.068 35.365 71.433
10-14 34.872 33.766 68.638
15-19 33.600 32.148 65.748
20-24 30.689 28.820 59.509
25-29 32.168 31.223 63.391
30-34 30.663 30.006 60.669
35-39 29.588 29.228 58.816
40-44 27.613 26.280 53.893
45-49 23.681 22.239 45.920
50-54 20.842 18.756 39.598
55-59 15.552 13.840 29.392
60-64 14.098 11.974 26.072
65-69 7.680 6.030 13.710
70-74 4.423 3.924 8.347
75+ 3.686 3.872 7.558
11
Kabupaten Indragiri
Hilir 379.805 360.793 740.598
Sumber : Kabupaten Indragiri Hilir dalam Angka 2020
Tabel 2.6
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten Indragiri Hilir 2013-2019
12
Indragiri Hilir untuk terus menggesa dan meningkatkan sentra industri
dalam rangka penyerapan tenaga kerja baru.
Tabel 2.7
Jumlah Sekolah Menengah Atas (SMA) Meneurut Kecamatan
di Kabupaten Indragiri Hilir 2019
Sekolah
Negeri Swasta Jumlah
Kecamatan
2018/ 2019/ 2018/ 2019/ 2018/ 2019/
2019 2020 2019 2020 2020 2020
Kecamatan Keritang 1 1 2 2 3 3
Kecamatan
Kemuning 1 1 - - 1 1
Kecamatan Reteh 1 1 1 2 2
Kecamatan Sungai
Batang - - 1 1 1 1
Kecamatan Enok 2 2 1 1 3 3
Kecamatan Tanah
Merah 1 1 - - 1 1
Kecamatan Kuala
Indragiri - 1 - - 1 1
Kecamatan Concong 1 1 - - 1 1
Kecamatan
Tembilahan 2 2 3 3 5 5
Kecamatan
Tembilahan Hulu 1 1 - - 1 1
Kecamatan
Tempuling 1 1 1 1 2 2
Kecamatan Kempas 1 1 - - 1 1
Kecamatan Batang
Tuaka 1 1 1 1 2 2
Kecamatan Gaung
Anak Serka 2 2 - - 2 2
Kecamatan Gaung 2 2 1 1 3 3
Kecamatan Mandah 1 1 3 3 4 4
Kecamatan Kateman 1 1 1 1 2 2
Kecamatan
Pelangiran 1 1 2 2 3 3
Kecamatan Teluk
Belengkong 1 1 3 3 4 4
Kecamatan Pulau
Burung 1 1 1 1 2 2
Kabupaten
Indragiri Hilir 23 23 21 21 44 44
Sumber : Kabupaten Indragiri Hilir dalam Angka 2020
Tabel 2.8
Jumlah Sekolah Menengah Atas (SMK) Menurut Kecamatan
di Kabupaten Indragiri Hilir 2019
Sekolah
Negeri Swasta Jumlah
Kecamatan
2018/ 2019/ 2018/ 2019/ 2018/ 2019/
2019 2020 2019 2020 2020 2020
Kecamatan Keritang - - 4 4 4
Kecamatan Kemuning 1 1 - - 1 1
13
Kecamatan Reteh 1 1 - - 1 1
Kecamatan Sungai
Batang - - - - - -
Kecamatan Enok - - - - - -
Kecamatan Tanah
Merah - - - 1 1 1
Kecamatan Kuala
Indragiri - - - - - -
Kecamatan Concong - - - - - -
Kecamatan
Tembilahan 2 2 1 1 3 3
Kecamatan
Tembilahan Hulu 1 1 - - 1 1
Kecamatan Tempuling - - 1 1 1 1
Kecamatan Kempas 2 2 - - 2 2
Kecamatan Batang
Tuaka - - - - - -
Kecamatan Gaung
Anak Serka - - - - - -
Kecamatan Gaung - - - - - -
Kecamatan Mandah 1 1 - - 1 1
Kecamatan Kateman - - 3 3 3 3
Kecamatan Pelangiran - - 1 1 1 1
Sumber : Kabupaten Indragiri Hilir dalam Angka 2020
Sekolah
Negeri Swasta Jumlah
Kecamatan
2018/ 2019/ 2018/ 2019/ 2018/ 2019/
2019 2020 2019 2020 2020 2020
Kecamatan Teluk
Belengkong - - - - - -
KecamatanPulau
Burung - - - - - -
Kabupaten
Indragiri Hilir 8 8 11 11 19 19
Sumber : Kabupaten Indragiri Hilir dalam Angka 2020
14
1.872,05 Km dengan rincian panjang jalan Negara 214,23 Km, jalan
Provinsi 467,23 Km dan jalan Kabupaten 1.190,59 Km.
Diagram 2.1
Kondisi Jalan Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2018
Tabel 2.9
Panjang Jalan Menurut Tingkat Pemerintah (Km)
di Kabupaten Indragiri Hilir 2014-2018
15
Tingkat
2014 2015 2016 2017 2018
Kewenangan
Negara 166,60 166,60 196,82 214,23 214,23
Provinsi 391,98 391,98 467,23 467,23 467,23
Kabupaten 1198,54 1198,54 1198,54 1198,54 1190,59
Indragiri
Hilir 1757,12 1757,12 1862,59 1880,00 1872,05
Sumber : Kabupaten Indragiri Hilir dalam Angka 2020
Tabel 2.10
Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaaan
di Kabupaten Indragiri Hilir 2014-2018
16
kebersamaan antara PT. Pelindo I (Persero) dengan pelaku bisnis di
Pelabuhan.
2.1.4.3 Jembatan
Secara umum, jembatan adalah suatu kontruksi yang berfungsi
untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya
rintangan-rintangan seperti lembah yang dalam, alur sungai, danau,
saluran irigasi, kali, jalan kereta api, jalan raya yang melintang tidak
sebidang dan lain-lain. Selama periode 2013-2017, jembatan di
Kabupaten Indragiri Hilir dengan kondisi baik memiliki trend
berfluktuatif menurun. Pada Tahun 2013, proporsi jembatan dengan
kondisi baik sebesar 55,90% meningkat menjadi 61,96% pada Tahun
2016 dan menurun tajam pada Tahun 2017 menjadi 35,96%. Selama
periode 2013-2017, rata-rata pertumbuhan proporsi jembatan dengan
kondisi baik baik menurun sebesar -8,45% pertahun.
Gambar 2.1
Perkembangan Jembatan dengan Kondisi Baik dan Mantap
di Kabupaten Indragiri Hilir
Jenis Air
Pelanggan Nilai
Pelanggan Disalurkan
Non Niaga A 497 64,552 211,229,200
Non Niaga B 12,768 1,496,738 6,545,898,800
Niaga A 283 46,007 2,221,416,800
Niaga B 78 16,007 83,503,000
Niaga C 196 216,735 1,763,412,400
Industri 1 365 3,548,600
Sosial 94 14,139 43,960,600
Kabupaten Indragiri
15,117 1,854,543 8,873,977,200
Hilir
Sumber : Kabupaten Indragiri Hilir dalam Angka 2019
18
pembangkit listrik di Kabupaten Indragiri Hilir pada Tahun 2019 adalah
sebanyak 65 unit dengan jumlah pelanggan sebanyak 85.040.
Tabel 2.12
Jumlah Pelanggan Listrik pada Cabang/Sub Ranting
di Kabupaten Indragiri Hilir 2018
19
2.1.6 Perkembangan PDRB
Selama periode 2012–2016, Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Seri 2010 Kabupaten Idragiri Hilir atas dasar harga konstan
dengan trend meningkat. Namun pertumbuhan PDRB ini memiliki tren
berfluktuatif menurun. Penurunan pertumbuhan PDRB atau
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Indragiri Hilir, khususnya pada
tahun2014 dan 2015 erat kaitannya dengan kelembaban ekonomi
dunia, diperparah oleh bencana alam kebakaran hutan dan lahan yang
diikuti kabut asap sehingga aktifitas ekonomi masyarakat menjadi
terhambat dan menurun.
Gambar 2.2
Perkembangan Nilai Pertumbuhan PDRB Harga Konsstan
Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2013 – 2017
22
2.1.8 Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor Industri
Sektor indusri merupakan salah satu sektor yang berperan penting
dalam pembangunan daerah. Kontribusi sektor industri terhadap
pembangunan daerah dari tahun ke tahun menunjukan kontribusi
yang signifikan.
Produk Domestik Regional Bruto merupakan dasar pengukuran
nilai tambah yang timbul akibat adanya berbagai aktivitas ekonomi
dalam suatu wilayah. Data PDRB mengambarkan kemampuan
Kabupaten Indragiri Hilir dalam mengelola sumber daerah yang dimiliki
menjadi proses produksi. Oleh karna itu besaran PDRB yang dihasilkan
sangat tergantung kepada kondisi sumber daya alam dan faktor
produksi yang tersedia. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto
di sajikan atas dasar harga berlaku (ADHB) dan atas dasar harga
konstan (ADHK).
Tabel 2.14
Distribusi Prensentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
Berlaku Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
Lapangan
2015 2016 2017 2018* 2019*
Usaha
Pertanian, Kehutanan
A 48,37 48,09 48,03 44,77 44,77
dan Perikaan
Pertambangan dan
B 0,63 0,61 0,83 1,27 0,96
Penggalian
C Industri Pengolahan 24,82 24,48 23,65 24,12 23,59
Pengadaan Listrik
D 0,04 0,05 0,05 0,06 0,06
dan Gas
Pengadaan Air;
Pengelolaan Sampah,
E 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
Limbah dan daur
ulang
F Konstruksi 3,53 3,34 5,58 6,11 6,27
Perdagangan Besar
dan Eceran; Reparasi
G 14,39 15,12 15,50 16,91 17,53
Mobil dan Sepeda
Motor
Transportasi dan
H 1,09 1,08 1,08 1,14 1,15
Pergudangan
Penyediaan
I Akomodasi dan 0,43 0,42 0,44 0,47 0,47
Makan Minum
Informasi dan
J 0,57 0,55 0,56 0,61 0,64
Komunikasi
Jasa Keuangan dan
K 0,59 0,59 0,55 0,60 0,59
Asransi
L Real Estat 0,78 0,78 0,80 0,86 0,88
M,N Jasa Perusahaan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Administrasi
Pemerintahan,
O 1,85 1,73 1,74 1,78 1,78
Pertanahan dan
Jaminan Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 0.54 0,56 0,56 0,61 0,63
Jasa Kesehatan dan
Q 0,14 0,14 0,14 0,15 0,16
Kegiatan Sosial
R,S,T,U Jasa Lainnya 0,42 0,43 0,46 0,52 0,53
23
P Jasa Pendidikan 0.54 0,56 0,56 0,61 0,63
Jasa Kesehatan dan
Q 0,14 0,14 0,14 0,15 0,16
Kegiatan Sosial
R,S,T,U Jasa Lainnya 0,42 0,43 0,46 0,52 0,53
P Jasa Pendidikan 0.54 0,56 0,56 0,61 0,63
Produk Domestik
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Bruto
Sumber : Kabupaten Indragiri Hilir dalam Angka 2019
Tabel 2.15
Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto
Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (Persen)
di Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2019
Lapangan
2015 2016 2017 2018* 2019*
Usaha
Pertanian, Kehutanan
A 0,65 4,71 3,64 2,08 4,08
dan Perikaan
Pertambangan dan
B -21,36 1,3 43,54 47,87 0,45
Penggalian
C Industri Pengolahan 3,20 4,33 3,73 3,16 4,28
Pengadaan Listrik dan
D 6,32 13,84 4,33 6,40 0,28
Gas
Pengadaan Air;
E Pengelolaan Sampah, 2,82 1,37 15,71 -1,90 1,62
Limbah dan daur ulang
F Konstruksi 5,59 6,26 6,66 4,04 4,87
Perdagangan Besar dan
G Eceran; Reparasi Mobil 3,30 5,10 7,12 6,90 4,87
dan Sepeda Motor
Transportasi dan
H 5,03 4,77 3,88 2,16 2,23
Pergudangan
Penyediaan Akomodasi
I 3,22 5,31 6,79 4,52 2,55
dan Makan Minum
Informasi dan
J 8,94 6,07 6,57 5,42 6,81
Komunikasi
Jasa Keuangan dan
K -5,38 6,46 -2.87 3,88 0,17
Asransi
L Real Estat 8.52 5,2 5,84 4,31 6,03
M,N Jasa Perusahaan 6,46 6,47 8,03 9,10 2,67
Administrasi
Pemerintahan,
O 6,11 0,37 1,60 0,72 1,18
Pertanahan dan
Jaminan Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 6,63 5,41 3,46 5,87 4,64
Jasa Kesehatan dan
Q 10,03 7,90 0.92 6,30 9,96
Kegiatan Sosial
R,S,T,U Jasa Lainnya 3,49 7,90 9,13 8,61 4,19
Produk Domestik
2,05 4,68 4,52 3,61 4,19
Bruto
Sumber : Kabupaten Indragiri Hilir dalam Angka 2019
25
Layanan urusan pilihan bidang pertanian digambarkan dari
indikator (i) produktivitas padi, (ii) produksi beras.
2.2.2.1.1 Produktivitas Padi
Kabupaten Indragiri Hilir merupakan sentra tanaman padi di
Provinsi Riau. Pada Tahun 2016, luas panen padi sawah di
Kabupaten Indragiri Hilir seluas 24.998,9 hektar dengan
kontribusi sebesar 34,44% dari total luas tanam Provinsi
Riau. Luas panen padi sawah Kabupaten Indragiri Hilir jauh
lebih luas dibanding Kabupaten tetangga seperti Kabupaten
Indragiri Hulu dan Kabupaten Pelalawan yang masing-
masing hanya seluas 1.895.5 hektar dan 6.458 hektar.
Produksi gabah Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2016
sebesar 100.383 ton dengan kontribusi terhadap produksi
gabah Provinsi Riau sebesar 30,81%, jauh lebih tinggi di
bandingkan Kabupaten Indragiri Hulu dan Kabupaten
Pelalawan yang masing-masingnya sebesar 7.174 tondan
29.819 ton. Namun dari segi produktivitas, produktivitas
padi sawah Kabupaten Indragiri Hilir sebesar 40.17
kwintal/hektar masih dibawah produktivitas padi sawah
Kabupaten Pelalawan yang sebesar 44,87 kwintal/hektar,
meski lebih tinggi dibanding Kabupaten Indragiri Hulu yang
sebesar 37,17 kwintal/hektar.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten Indragiri Hilir telah ditetapkan bahwa
indikator produktivitas padi sawah Kabupaten Indragiri Hilir
meningkat dari 3,90 ton/hektar Tahun 2014 menjadi 4,21
ton pada Tahun 2018. Realisasi indikator produktivitas pada
sawah di Kabupaten Indragiri Hilir memiliki trend
berfluktuatif meningkat. Pada Tahun 2014-2015,
produktivitas padi sawah di Indragiri Hilir masih dibawah
target RPJMD namun pada Tahun 2016 dan 2017, capaian
indikatornya berada diatas target. Pada Tahun 2018
diperkiraan capaian indikator produktivitas padi akan
dibawah target. Selama periode 2014-2018, realisasi kinerja
produktivitas padi sawah berkisar antara 95,39%-112,20%
dan terkategori Sangat Tinggi. Meski capaian kinerja
indikator ini Sangat Tinggi, namun perlu disadari bahwa
produktivitas target relatif jauh lebih rendah dibanding
potensi disamping produksi yang belum mampu mencukup
26
kebutuhan. Oleh karna itu, upaya menggenjot lagi
produktivitas dengan revitalisasi irigasi dan penerapan
teknologi perlu terus dilakukan sehingga produktivitas padi
sawah dapat mencapai produktivitas potensinya.
2.2.2.1.2 Produksi Beras
Meski Kabupaten Indragiri Hilir merupakan sentra padi
terbesar di Provinsi Riau dengan produksi beras tersebar di
Riau, namun produksi berasnya belum mampu mencukupi
kebutuhan beras penduduk Kabupaten Indragiri Hilir.
Pada Tahun 2016, jumlah penduduk sebesar 713.034 jiwa
dibutuhkan beras sebanyak 70.661,7 ton sementara
kemampuan produksi beras Kabupaten Indragiri Hilir
sebesar 63.509 ton, dan kekurangan sebesar 7.152 ton atau
defisit sebesar -10,12% dan Kabupaten Pelalawan defisit
sebesar -54,43%.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2013-2018 telah
ditetapkan bahwa produksi beras Kabupaten Indragiri Hilir
terus meningkat yaitu dari 81.562 ton pada Tahun 2014
menjadi 87.208 ton pada Tahun 2018. Realisasi indikator
produksi beras Kabupaten Indragiri Hilir berfluktuatif
menurun dan berada dibawah target. Realisasi kinerja
indikator ini selama 2014-2017 berkisar antara 66,12%-
84,33% yang terkategori Sedang-Tinggi dan pada Tahun
2018 diestimasi sebesar 64,69% yang terkategori rendah.
Selama perioede ini, rata-rata capaian kinerja indikator
produksi beras di Kabupaten Indragiri Hilir terkategori
Sedang. Upaya terus meningkatkan produksi beras harus
terus dilakukan baik dengan intensifikasi maupun
ekstensifikasi sehingga kedepan Kabupaten Indragiri Hilir
dapat berswasembada beras.
Tabel 2.16
Produksi Tanaman Sayuran Menurut Kecamatan dan Jenis Tanaman
(ton) di Kabupaten Indragiri Hilir 2018 dan 2019
27
Kecamatan
187,00 45,0 - - 53,00 -
Enok
Kecamatan
159,00 82,00 - - 171,00 27,00
Tanah Merah
Kecamatan
98,00 17,00 - - - -
Kuala Indragiri
Kecamatan
33,00 42,00 - - - -
Concong
Kecamatan
06,00 404,00 - - - -
Tembilahan
Kecamatan
Tembilahan 583,00 122,00 - - - -
Hulu
Kecamatan
377,00 268,00 - - - -
Tempuling
Kecamatan
272,00 285,00 - - - 30,00
Kempas
Kecamatan
209,00 15,00 - - - -
Batang Tuaka
Kecamatan
438,0
Gaung Anak 805,00 181,00 201,00 341,00 175,00
0
Serka
Kecamatan
47,00 - - - - -
Gaung
Kecamatan 384,0
206,00 - 146,00 296,00 65,00
Mandah 0
Kecamatan 321,0
233,00 247,00 219,00 - -
Kateman 0
Kecamatan
- - - - - -
Pelangiran
Kecamatan
385,0
Teluk 410,00 556,00 297,00 - -
0
Belengkong
Kecamatan 382,0
318,00 293,00 458,00 249,00 349,00
Pulau Burung 0
Kabupaten 1910, 1321, 1762, 975,0
6753,00 3613,00
Indragiri Hilir 00 00 00 0
Sumber : Kabupaten Indragiri Hilir dalam Angka 2020
Tabel 2.17
Produksi Tanaman Sayuran dan Buah-Buahan Semusim
Menurut JenisTanaman (ton) di Kabupaten Indragiri Hilir
28
Tabel 2.18
Produksi Buah-Buahan dan Sayuran Tahunan Menurut Jenis
Tanaman(ton) di Kabupaten Indragiri Hilir 2016-2019
2.2.2.2 Perkebunan
2.2.2.2.1 Kelapa
Kabupaten Indragiri Hilir merupakan sentra kelapa Indonesia,
bahkan dunia. Pada Tahun 2017, luas lahan kelapa di Kabupaten
Indragiri Hilir seluas 440.696 hektar dengan produksi sebesar 359.397
ton (BPS Provinsi Riau, 2018). Luas lahan kelapa Kabupaten Indragiri
Hilir Tahun 2017, memiliki porsi sebesar 84,76% dari total luas areal
kelapa Provinsi Riau dengan kontribusi produksi sebesar 86,41%.
Perkebunan kelapa khususnya kelapa dalam di Kabupaten Indragiri
Hilir mencakup hampir seluruh kecamatan kecuali di Kecamatan
Kemuning yang luasan dan produksi relatif kecil. Perkebunan kelapa ini
telah menjadi urat perekonomian penduduk Kabupaten Indragiri Hilir
dengan jumlah petani sebanyak 65.417 petani.
29
Tabel 2.19
Luas Areal, Produksi, Produktivitas dan Jumlah Petani
Kelapa Dalam Menurut Kecamatan 2017
31
2.2.2.2.2 Kelapa Sawit
Provinsi Riau telah menjadi barometer industri kelapa sawit
Indonesia. Pada Tahun 2017, luas areal kelapa sawit Provinsi Riau
seluas 2.493.176 hektar atau 20,26% dari total luas areal kelapa sawit
Indonesia dengan produksi sebesar 8.721.148 ton atau 24,66% dari
total produksi minyak sawit Indonesia. Luas dan produksi kelapa sawit
di Provinsi Riau menurut Kabupeten/Kota menunjuk bahwa areal
kelapa sawit Kabupaten Indragiri Hilir seluas 227.806 hektar atau
9,49% dari total luas areal kelapa sawit Provinsi Riau dengan produksi
sebesar 721.084 atau 9,29% dari total produksi minyak sawit Provinsi
Riau. Luas areal dan produksi kelapa sawit Kabupaten Indragiri Hilir ini
diatas Kabupaten Indragiri Hulu (117.820 hektar dan 424.022 ton),
namun masih jauh dibawah luas areal dan produksi minyak sawit
Kabupaten Pelalawan (306.997 hektar dan 1.249.219 ton).
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2013-2018 telah ditetapkan
bahwa produktivitas kelapa sawit Kabupaten Indragiri Hilir didorong
meningkat yaitu dari 3,20 ton/hektar pada Tahun 2014 menjadi 3,50
ton/hektar Tahun 2018. Realisasi capaian indikator produktivitas
kelapa sawit ini umumnya dibawah target kecuali untuk Tahun 2016
yang diatas target. Selama periode ini, relalisasi kinerja produktivitas
kelapa sawit berkisar antara 96,43%-101,21% yang terkategori sangat
Tinggi. Namun perlu dicatat bahwa capaian produktivitas kelapa sawit
Kabupaten Indragiri Hilir khususnya diperkebunan rakyat Tahun 2016
yaitu sebesar 4,24 ton, bahkan di Kabupaten Pelalawan sudah
mencapai 4,24 ton per hektar. Oleh karna itu, upaya replanting
perkebunan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Indragiri Hilir perlu
direncanakan sehingga dapat mendorong peningkatan produktivitas
dan kesejahteraan petani kelapa sawit.
Tabel 2.20
Laus Lahan Perkebunan di Kabupaten Indragiri Hilir 2016
Lanjutan :
2.2.2.2.3 Sagu
Kecamatan yang banyak menghasilkan sagu antara lain
Kecamatan Mandah, Kecamatan Pelangiran, Kecamatan Kateman,
Kecamatan Pulau Burung, Kecamatan Teluk Belengkong, Kecamatan
Gaung Anak Serka, dan Kecamatan Gaung. Masyarakat di Kabupaten
Indragiri Hilir sudah lama memanfaatkan sagu baik untuk dijual ke
industri maupun diolah sendiri sebagai bahan pangan. Sagu yang dijual
ke industri diolah setengah jadi oleh kilang sagu kemudian dijual ke
33
negara tetangga seperti Malaysia. Sagu yang diolah sendiri menjadi
makanan tradisional adalah mie sagu, lempeng, sempolet, sagun, dan
lain-lain.
34
Tabel. 2.2 Luas Areal, Produksi, Produktivitas Dan Jumlah Petani Pemilik Tanaman Tahunan Perkebunan Rakyat
Luas Areal (Ha) Produksi (Kg) Produksi (Kg) Jumlah
petani
Luas Pada tahun
Mutasi dalam tahun laporan Kondisi Akhir tahun lalu Wujud (KK)
No Akhir laporan
Kecamatan produk
. Semest Rata-
Rata- si
er Lalu Tanaman Tanama Pengura TTM Jumla Jumlah Jumla rata
Jumlah TBM TM rata Pemilik
Ulang n Baru ngan /TR h (Kg) h (Kg) (Kg/Ha
(Kg/Ha)
)
1 2 3 4 5 6 7=3+5-6 8 9 10 11=7 12 13 14 15 16 17
2 Concong Tepung -
- - - - - - - - - - - - -
Basah
3 Enok Tepung -
- - - - - - - - - - - - -
Basah
1,20 1,468,6
4 GAS 3,201 6 49 39 3,211 1,859 151 3,211 1,467,820 790 790 Tepung 325
1 10
Basah
824,74
5 Gaung 2,331 27 2 3 2,330 715 1,136 481 2,332 976,070 857 726 Tepung 236
6
Basah
6 Kateman Tepung -
- - - - - - - - - - - - -
Basah
7 Kempas Tepung -
- - - - - - - - - - - - -
Basah
8 Keritang Tepung -
- - - - - - - - - - - - -
Basah
10 Reteh Tepung -
- - - - - - - - - - - - -
Basah
35
Teluk Tepun
11
Belengkong - - - - - - - - - - - - - g -
Basah
Tepun
12 Tempuling
- - - - - - - - - - - - - g -
Basah
Tepun
13 Kemuning g
- - - - - - - - - - - - - -
Basah
Tepun
16 Sei Batang
- - - - - - - - - - - - - g -
Basah
Tanah Tepun
17
Merah - - - - - - - - - - - - - g -
Basah
Tembilahan Tepun
18
Hulu - - - - - - - - - - - - - g -
Basah
Tepun
19 Tembilahan
- - - - - - - - - - - - - g -
Basah
36
Tepun
20 Kuindra
- - - - - - - - - - - - - g -
Basah
17,964 33 71 42 17,993 4,26 9,90 3,82 17,99 13,457,95 1,170 13,57 1,148 Tepun 1,899
Jumlah 2 5 8 5 9 1,046 g
Basah
Sumber : Presentasi Sagu Bestari Bupati Indragiri Hilir Tahun 2017
37
2.2.2.3 Perikanan
Kabupaten Indragiri Hilir merupakan salah satu produsen
ikan Provinsi Riau setelah Kabupaten Rokan Hilir. Produksi ikan
Kabupaten Indragiri Hilir jauh diatas Kabupaten Indragiri Hulu
dan Kabupaten Pelalawan. Sumber produksi ikan Kabupaten
Indragiri Hilir berasal dari perikanan laut dan perairan umum.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten Indragiri Hilir telah ditetapkan indikator
produksi ikan Kabupaten Indragiri Hilir terus meningkat yaitu
dari 55.000 ton pada Tahun 2014 menjadi 63.000 ton pada
Tahun 2018.
Selama periode 2014-2018, realisasi indikator produksi ikan
Kabupaten Indragiri Hilir memiliki trend berfluktuatif meningkat.
Selama periode ini, capaian indikator produksi ikan Kabupaten
Indragiri Hilir dibawah taget Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD). Capaian indikator ini berkisar antara
89,63%-98,33% yang terkategori Tinggi-Sangat Tinggi. Meski
capaian kinerja indikator ini rata-rata sebesar 92,69% dan
terkategori Sangat Tinggi namun untuk terus meningkatkan
produksi dari tangkap dilaut dan perairan umum akan sulit terus
dilakukan. Oleh karna itu, upaya pengembangan perikanan
buddiya harus menjadi agenda pembangunan kedapan sehingga
produksi ikan dapat terus meningkat dan kesejahteraan nelayan
tetap terjamin.
Tabel 2.21
Produksi Perikanan Tangkap Menurut Kecamatan dan Subsektor
di Kabupaten Indragiri Hilir (ton) 2019
Perikanan Perairan
Kecamatan Kolam Tambak Keramba
Laut Umum
Kecamatan
Keritang - 275,11 6,80 - -
Kecamatan
Kemuning - 32,05 55,25 - -
Kecamatan
Reteh 2655,00 78,21 65,12 1018,00 -
Kecamatan
Sungai
Batang 4521,00 186,74 70,35 112,00 -
Kecamatan
Enok - 5,15 38,78 - -
Kecamatan
Tanah
Merah 8695,00 3250,00 14,60 - -
Kecamatan
Kuala
Indragiri 7640,00 74,21 55,10 - -
38
Kecamatan
Concong 9145,00 - 25,00 - -
Kecamatan
Tembilahan - 204,22 49,48 - -
Kecamatan
Tembilahan
Hulu - 115,00 78,89 - -
Kecamatan
Tempuling - 246,95 75,12 - -
Kecamatan
Kempas - 150,10 67,71 - 0,52
Kecamatan
Batang
Tuaka - 165,20 46,25 - -
Kecamatan
Gaung Anak
Serka 441,00 61,22 55,78 - -
Kecamatan
Gaung 287,30 303,84 10,98 - -
Kecamatan
Mandah 8321,00 275,11 - - -
Kecamatan
Kateman 5126,88 105,22 56,00 - -
Kecamatan
Pelangiran - 71,66 21,15 - -
Kecamatan
Teluk
Belengkong - 97,65 78,55 - -
Kecamatan
Pulau
Burung 1532,00 - 43,12 - -
Kabupaten
Indragiri
Hilir 48364,18 5907,64 973,63 1130,00 0,52
Sumber : Kabupaten Indragiri Hilir dalam Angka 2020
Tabel 2.22
Sumber Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Perairan, Lahan Kelautan
dan Perairan Menurut Sumber Daya di Kabupaten Indragiri Hilir 2019
Tingkat
Aspek Sumber Daya Potensi Pemanfaatan
Pemanfaatan
Sumberdaya Penangkapan
Perairan laut 109212,00 48364,18 44,28%
Perairan Umum 2600,00 5907,64 227,22%
Budidaya Perikanan
Budidaya Air Tawar
Kolam (ha) 1657,00 378,43 22,84
Keramba (unit) 500,00 20,00 0,57
Mina Tani - 34,00 -
Budidaya Air Payau (ha)
Tambak 31600,00 1443,00 4,57
Budidaya Laut (unit)
Kejapung 20000,00 - -
Budidaya Pantai
Kerang 2500,00 - -
Sumber : Kabupaten Indragiri Hilir dalam Angka 2020
39
Tabel 2.23
Banyaknya Pembangkit dan Produksi Listrik Menurut
Ranting/Subranting di Kabupaten Indragiri Hilir, 2015
Jumlah
Produksi JAM OPERASI
Rayon/ Sub Rayon Pembangkit
(kwh) (Jam)
(Unit)
Total of
Product
Branch / Sub Branch Generator Operation Hours
(kwh)
(Unit)
(1) (2) (3) (4)
10 329
Tembilahan 7 24 Jam
126
Mesin Pemda Inhil - Rusak Berat
16 383
Sewa Tiga Bintang 1 3
700
11 222
Sewa Tiga Bintang 2 3
031
1 Sewa Bima Golden Powerindo 4 21 020
4
MW 445
8 980
Sewa Mega Power International 7
511
Sewa Bima Golden Powerindo 7 9 949
7
MW 083
2 059
Sewa Wahana Idea Cipta 4
210
2 602
2 Teluk Pinang (Sewa) 5 24 Jam
551
10 422
3 Sungai Guntung (PLN + Sewa) 6 24 Jam
191
4 Mandah 3 692 177 14 Jam
1 262
5 Concong Luar 4 14 Jam
212
6 Sungai Piring 2 684 385 14 Jam
7 Kuala Lahang 4 786 452 14 Jam
8 Perigi Raja 1 391 868 14 Jam
1 129
9 Simpang Gaung (Sewa) 2 14 Jam
849
10 Bekawan 2 590 472 14 Jam
11 Igal 1 218 014 14 Jam
12 Sapat 2 598 172 14 Jam
13 Seberang Tembilahan 2 689 180 14 Jam
1 665
14 Pulau Burung (Sewa) 2 14 Jam
597
1 045
15 Belanta Raya 2 14 Jam
753
Masuk Sistem
16 Bagan Jaya - -
PLTMG Lirik
42
2) Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah
berada di Kecamatan Tembilahan, Kecamatan
Kateman, Kecamatan Gaung Anak Serka,
Kecamatan Tanah Merah dan Kecamatan
Keritang
Sistem Drainase yang merupakan bagian dari sistem
pengendalian banjir, terdiri dari Jaringan makro pada
masing-masing Daerah Aliran Sungai di seluruh
Kecamata dan Jaringan mikro pada masing-masing Sub
Daerah Aliran Sungai di seluruh Kecamatan.
2.2.6.2. Lahan Industri
2.2.6.2.1. Perwilayahan Industri Kabupaten Indragiri
Hilir
Pengembangan perwilayahan industri
dilaksanakan dalam rangka percepatan
penyebaran dan pemerataan industri ke
seluruh wilayah Kecamatan yang ada di
Kabupaten Indragiri Hilir berdasarkan
potensi daerah. Sasaran pengembangan
perwilayahan industri pada tahun 2040
sebagai berikut :
a. Adanya kejelasan lahan meliputi
kepemilikan lahan Kawasan Industri
Kuala Enok;
b. Adanya kejelasan pengelolaan meliputi
lembaga yang bertanggung jawab dalam
mengelola Kawasan Industri Kuala
Enok;
c. Adanya kejelasan legalitas meliputi
perizinan lahan Kawasan Industri Kuala
Enok;
d. Adanya kejelasan penganggaran meliputi
sumber dana pembangunan Kawasan
Industri Kuala Enok;
e. Membangun dan menentukan zona
OVOP (One Willage One Product)
berdasarkan produk intermediate
(produk setengah jadi) di desa tertentu
di setiap kecamatan;
43
f. Menentukan prouk intermediate
berdasarkan karakteristik/kekhasan
Sentra Industri Kecil dan Menengah
(SIKIM);
g. Membangun KUBE (Kelompok Usaha
Bersama) yang produktif;
h. Mengembangkan produk KUBE
(Kelompok Usaha Bersama) yang bisa
mendukung OVOP dan SIKIM.
2.2.6.3. Fasilitas Jaringan Energi dan Kelistrikan
Infrastrutur pembangkit tenaga listrik meliputi :
a. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berada di
Kecamatan Tembilahan dan Kecamatan Tempuling;
b. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) berada di
Kecamatan Tembilahan, Kecamatan Keteman,
Kecamatan Mandah, Kecamatan Concong, Kecamatan
Kuala Indragiri, Kecamatan Pulau Burung,
Kecamatan Pelangiran, dan Kecamatan Reteh,
Kecamatan Enok dan Kecamatan Gaung;
c. Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)
berada di Kecamatan Tembilahan;
d. Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) tersebar di
seluruh kecamatan;
e. Pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) berada di
Kecamatan Pelangiran; dan
f. Pembangkit listrik lainnya tersebar di seluruh
kecamatan;
g. Infrastruktur penyaluran tenaga listrik;
h. Jaringan transmisi tenaga listrik untuk menyalurkan
tenaga listrik antar sistem, yaitu Saluran Udara
Tegangan Tinggi (SUTT), meliputi:
1) Jaringan Transmisi Rengat-Tembilahan melewati
Kecamatan Kempas, Kecamatan Tempuling dan
Kecamatan Tembilahan Hulu;
2) Jaringan Transmisi Kuala Enok-Tembilahan.
Jaringan distribusi tenaga listrik, meliputi:
1) Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) di
seluruh kecamatan; dan
44
2) Saluran Kabel Udara Tegangan Rendah (SKUTR)
di seluruh kecamatan.
Gardu induk yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari transmisi tenaga listrik, meliputi:
1) Gardu Induk Kuala Enok di Kecamatan Tanah
Merah;
2) Gardu Induk Tembilahan di Kecamatan
Tembilahan;
2.2.6.4. Fasilitas Jaringan Sumber Daya Air
Sistem jaringan sumber daya air lintas kabupaten/kota
yang berada di wilayah Kabupaten meliputi:
a. Wilayah Sungai Reteh, meliputi: Daerah Aliran
Sungai Reteh, Daerah Aliran Sungai Pucung, Daerah
Aliran Sungai Ruku
b. Wilayah Sungai Guntung-Kateman, meliputi: Daerah
Aliran Sungai Danai, Daerah Aliran Sungai Kateman,
Daerah Aliran Sungai Burung, Daerah Aliran Sungai
Cawang.
2.2.6.5. Fasilitas Jaringan Transportasi dan Infrastruktur
Penunjang
Dalam percepatan pengembangan industri pada
kabupaten Indragiri Hilir akan terus dilakukan
peningkatan jaringan transportasi Jalan Sorek-
Sp.Japura-Rengat-Rumbai Jaya-Kuala Enok sejauh 238
km. Adapun infrastruktur penunjang industri lainnya di
Kabupaten Indragiri Hilir diantaranya berupa program
Desa Maju Inhil Jaya (DMIJ) Plus Terintegrasi yang
bertujuan percepatan pembangunan desa di Kabupaten
Indragiri Hilir.
2.2.7 Pemberdayaan Industri Kecil dan Menengah
2.2.7.1. Sentra Industri Kecil dan Menengah
Dalam rangka percepatan penyebaran dan pemerataan
pembangunan industri ke setiap Kecamatan yang
memiliki bahan baku potensial dengan rincian SIKIM
setiap Kecamatan di Kabupaten Indragiri Hilir yang di
rincikan dalam tabel dibawah ini :
45
Tabel. 2.24 Pembagian Wilayah Kabupaten Indragiri Hilir
dalam 19 Kecamatan Pengembangan industri
46
2.2.7.2. One Village One Product (OVOP)
2.2.7.2.1. Sasaran OVOP (One Village One Product)
Berdasarkan Peraturan Kementerian
Perindustrian Nomor 78 / M-IND / 9 / 2007,
Dalam gerakan OVOP, para penduduk lokal
Kabupaten Indragiri Hilir mengembangkan
sebuah produk yang akan menjadi produk
khas dan kebanggaan wilayah lokal mereka
dan memiliki nilai kompetitif baik di pasar
nasional maupun global. Yang dimaksud
produk disini, tidak hanya berupa barang
tetapi bisa pula berupa jasa. Para penduduk
bekerja sama dengan pihak pengusaha lokal
dan dengan bantuan asistensi teknis dari
pemerintah mengembangkan produk ini, yang
kemudian dipasarkan secara lokal, nasional,
dan internasional. Sasaran dari OVOP pada
Kabupaten Indragiri Hilir adalah sebagai
berikut :
1) Membangun dan menentukan zona OVOP
berdasarkan produk intermediate
/setengah jadi di Desa tertentu di setiap
Kecamatan pada Kabupaten Indragiri
Hilir.
2) Menentukan produk intermediate
berdasarkan karakteristik/kekhasan
Sentra Industri Kecil dan Menengah
(SIKIM)
2.2.7.2.2. Program Pengembangan
1) Inventarisasi potensi desa, penunjukan
produk OVOP berdasarkan ke khasan
SIKIM Kecamatan;
2) Pelatihan pengembangan produk setiap
OVOP;
3) Membangun IKM baru melalui inkubator
bisnis.
2.2.7.3. KUBE (Kelompok Usaha Bersama)
2.2.7.3.1. Sasaran pembentukan KUBE (Kelompok
Usaha Bersama)
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) merupakan
kelompok keluarga miskin yang dibentuk,
tumbuh, dan berkembang atas prakarsanya
dalam melaksanakan Usaha Ekonomi
Produktif (UEP) untuk meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan sosial
keluarga. Sasaran dari KUBE (Kelompok
47
Usaha Bersama) yang dibentuk adalah sebagai
berikut :
1) Penentuan wilayah penduduk miskin di
setiap desa;
2) Pembentukan KUBE di kantong-kantong
kemiskinan/daerah miskin Kabupaten
Indragiri Hilir;
3) Pengembangan KUBE di setiap desa./
48
dimasa yang akan dating sehingga perencanaan
dimaksud dapat tepat guna dan tepat sasaran sesuai
perkembangan dan dinamika perunahan zaman.
Kebutuhan Konsultan IKM ditentukan oleh Pemerintah
Daerah dalam menyusunan / membuat Kebijakan
Industri Daerah di Kabupaten Indragiri Hilir sesuai
tahapan pembangunan industry yang tertuang dalam
RPIK ini.
2.2.7.6. Pusat-pusat Promosi Pengembangan IKM
Pusat Ptomosi diperlukan dalam meningkatkan dan
memperluas pemasaran produk IKM Andalan Daerah
kepada Pasar dan Konsumen baik di daerah maupun
diluar daerah disam[ing juga sebagai center of promotion
bagi produk unggulan daerah. Pembangunan Pusat
Promosi perlu dibangunan sesuai kebutuhan baik dalam
bentuk bangunan fisik maupun melalui elektronik.
49
BAB III
VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN PEMBANGUNAN INDUSTRI
KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
50
3.3.2. Mewujudkan kedalaman dan kekuatan struktur
industri.
3.3.3. Untuk meningkatkan penyerapan bahan baku sesuai
dengan potensi yang dihasilkan sumber daya alam
daerah
3.3.4. Mewujudkan pemerataan pembangunan industri
keseluruh wilayah di Kabupaten Indragiri Hilir guna
memperkuat dan memperkukuh ketahanan ekonomi
daerah.
3.3.5. Untuk meningkatkan nilai tambah hasil industri dari
pengolahan potensi yang dihasilkan sumber daya alam
daerah.
3.3.6. Untuk meningkatkan kesempatan kerja pada bidang
industri setiap skala usaha yang dikembangkan.
3.3.7. Untuk meningkatkan pangsa pasar ekspor hasil
industri terutama yang berbasis sumber daya alam
daerah.
51
Tabel 3.1
Sasaran Pembangunan Industri
Kabupaten Indragiri Hilir
Tahun 2020-2040
Tahun
No Indikator Satuan
2020 2025 2030 2040
1 Pertumbuhan
sektor industri % 23.65 24.71 26.77 27.95
non migas
2 Kontribusi
industri %
4.50 5.28 6.30 7.50
nonmigas
terhadap PDRB
3 Jumlah tenaga
kerja di sektor orang
industri
4 Persentase
tenaga kerja di %
sektor industri
terhadap total
pekerja
5 Rasio impor
Hasil Industri %
Terhadap Total
Import
Kabupaten
Indragiri Hilir
6 Kontribusi
ekspor produk %
industri terhadap
total ekspor
7 Nilai Investasi USD
sektor industri Milyar
52
5. Kualitas dan kompetensi SDM industri berkembang dan
mendukungpeningkatan
penggunaanteknologidaninovasidisektorindustri;
6. Kebijakanterkaitsumberdayaalamyangmendukungpelaksanaan
programhilirisasi industrisecaraoptimal;dan
7. Koordinasi antar kementerian / lembaga dan peranaktif
pemerintah daerah dalam pembangunan industri.
3.5. Tahap Pencapaian Pembangunan Industri
Pentahapan pembangunan industri prioritas daerah
sejalan dengan tahapan pembangunan industri dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
Tahap I 2020-2024
Meningkatkan Nilai Tambah Sumber Daya
Alam
Gambar 3.1 Tahapan Pembangunan Industri Kabupaten Indragiri Hilir
53
berwawasan lingkungan
melalui penguatan struktur
industri dan penguasaan
teknologi, serta didukung oleh
sumber daya manusia yang
berkualitas.
Tahapan III (2030-2040) : Arah rencana pembangunan
industri daerah pada tahap ini
dimaksud untuk menjadikan
Kabupaten Indragiri Hilir
menjadikan sektor industri
dapat berinovasi, berdaya
saing dan berdaya guna
berbasiskan potensi daerah.
54
BAB IV
STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN INDUSTRI
KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
55
4.2.1.3. Keamanan, kesatuan, dan konektivitas
wilayah Indonesia secara strategis; dan
4.2.1.4. Persebaran kegiatan ekonomi dan industri
secara lebih merata ke seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
4.2.1.5. Permasalahan terkait pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Indragiri Hilir yang dihadapi
diantaranya adalah :
4.2.1.5.1. Penyerapan tenaga kerja dan
peningkatan kesejahteraan pekerja
melalui penciptaan lapangan kerja
produktif;
4.2.1.5.2. Struktur industri yang lemah
ditandai dengan kurangnya
keterkaitan antara satu sektor
industri dengan industri lainnya,
tingginya kandungan impor bahan
baku dan komponen, dan lemahnya
daya saing di pasar global;
4.2.1.5.3. Keterbatasan tenaga manusia
dalam pengembangan dan
pembangunan industri;
4.2.1.5.4. Keterbatasan teknologi proses
produksi sehingga nilai tambah
masih rendah;
4.2.1.5.5. Keterbatasan infrastruktur yang
dapat menunjang perkembangan
industri;
4.2.1.5.6. Sistem pendanaan terbatas dalam
menopang perkembangan industri;
4.2.1.5.7. Sistem pemasaran masih belum
terkoordinir dalam memenuhi
permintaan dalam dan luar negeri.
4.2.1.6. Keinginan untuk mengejar ketertinggalan dari
daerah maju dilakukan melalui peningkatan
produktivitas yang dapat dicapai melalui
pemanfataan teknologi yang sesuai.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka dirumuskan
kriteria penentuan industri prioritas sebagai berikut :
56
1. Kriteria secara kuantitatif terdiri dari :
a. Memenuhi kebutuhan lokal, dalam negeri dan
subsitusi impor, atau memiliki potensi pasar yang
tumbuh pesat di dalam negeri;
b. Mningkatkan kuantitas dan kualitas penyerapan
tenaga kerja daerah, atau berpotensi dan atau
mampu menciptakan lapangan kerja produktif di
Kabupaten Indragiri Hilir;
c. Memiliki daya saing nasional, atau memiliki potensi
untuk tumbuh dan bersaing di pasar global;
d. Memberikan nilai tambah yang tumbuh progresif di
dalam negeri, atau memiliki potensi untuk tumbuh
pesat dalam kemandirian;
e. Memperkuat, memperdalam, dan menyehatkan
struktur industri; dan;
f. Memiliki keunggulan komparatif, penguasaan
bahan baku, dan teknologi.
2. Kriteria secara kualitatif terdiri dari :
a. Memperkokoh konektivitas ekonomi berbagai sektor
di Indragiri Hilir;
b. Menopang ketahanan pangan, kesehatan dan
energi; dan
c. Mendorong penyebaran dan pemerataan industri.
1. Industri Kelapa
Industri
2. Industri Sagu
Andalan
3. Industri Perikanan
6. Jasa Industri
57
Berdasarkan penetapan industri prioritas tersebut, maka
58
Tabel 4.1 Jenis Industri Andalan dalam Tahapan Pembangunan Industri Prioritas
3. Industri Perikanan 1. Peningkatan produksi bahan 1. Pengembangan teknologi 1. Peningkatan kualitas produk
baku berbasis perikanan; usaha budidaya perikanan; pangan berbasis perikanan
2. Peningkatan bahan baku dan 2. Pengembangan industri mikro skala internasional;
teknologi perikanan budidaya; kecil menengah berbasis 2. Peningkatan jumlah/volume
3. Pemanfaatan hasil perikanan pengolahan ikan; produk perikanan berstandar
59
berbasis lingkungan hidup. nasional dan internasional;
3. Keberlanjutan sumber daya
alam.
Tabel 4.2 Jenis Industri Pendukung (Industri Barang Modal, Komponen Bahan Penolong dan Jasa Industri)
60
lingkungan kemasan berwawasan
lingkungan.
3. Jasa Industri 1. Kajian perancangan pabrik 1. Implementasi perancangan 1. Evaluasi efektifitas dan
secara terintegrasi pabrik; efisiensi pabrik;
(komprehensif); 2. Jasa proses industri (presisi 2. Jasa proses industri (presisi
2. Jasa proses industri; dan bernilai tambah tinggi); dan bernilai tambah tinggi);
3. Kajian kebutuhan 3. Implementasi 3. Pemeliharaan mesin dan
mesin/peralatan industri. mesin/peralatan industri. peralatan industri.
61
bahan baku intermediate; untuk perumahan; 6. Bahan baku antara
10. Perluasan bahan baku 8. Limbah Kelapa dan Sagu (intermediate) produk industri
perikanan; untuk pupuk. kraetif bernialai tinggi.
11. Perluasan budidaya 9. Peningkatan kualitas
perikanan produksi bahan baku
12. Penyiapan peningkatan bahan perikanan;
baku pendukung (jagung, ubi 10. Peningkatan kualitas
dan pangan terkait) produksi bahan baku kelapa;
2. Industri Kimia 1. Kajian industri pupuk dari 1. Peningkatan kualitas pupuk; 1. Industri minyak ikan kualitas
Dasar Berbasis limbah kelapa dan biomasa; 2. Peningkatan pembangkit Internasional untuk obat-
Agro dan Perikanan 2. Kajaian industri pembangkit energi dari sampah organik obatan;
energi dari sampah/limbah dan bimasa; 2. Perluasan pemanfaatan
organik; 3. Peningkatan kualitas minyak energi organik dan biomasa;
ikan.
3. Minyak ikan; 4. Peningkatan minyak nabati 3. Perluasan pasar untuk
4. Minyak nabati lainnya lainnya (berbasis agro). produk minyak ikan
(berbasis agro). 4. Perluasan pasar produk
minyak nabati lainnya
(berbasis agro).
62
Tabel 4.4 Program Pengembangan Industri Andalan
(Kelapa) untuk Pengembangan Industri Prioritas
Industri Kelapa
2020-2024 2025-2029 2030-2040
1. ketersediaan 1 Meningkatnya 1 Memantapkan
bahan baku kelapa bahan baku zonasi/ kawasan
(kualitas, kuantitas buah kelapa dan industri kelapa;
dan kontinuitas) bahan baku
antara
(interediate)
2. Menyiapkan SDM 2 Tersediannya 2 Meningkatkan
di bidang industri SDM Industri kualitas,
kelapa melalui yang memiliki kapasitas
pendidikan dan kompetensi dan industri kelapa
pelatihan industri sertifikasi dan
dan kemampuan uji
pendampingan; mutu produk
melalui SDM
Industri
3. Menyiapkan dan 3 Meningkatkan 3 Memantapkan
mengembangan penggunaan kemampuan
teknologi industri teknologi inovasi dan
kelapa; industri tepat penguasaan
guna (TTG) teknologi
industri kelapa proses/rekayasa
produk industri
kelapa melalui
sinergi kegiatan
penelitian dan
pengembangan
serta pendidikan
dan pelatihan
industri kelapa;
4. Mengkoordinasikan 4 Tersedianya 4 adanya
pengembangan sistem logistik kebijakan terkait
sistem logistik yang terintegrasi infrastruktur
untuk untuk dan pembiayaan
meningkatkan pengembangan industri meliputi
efisiensi produksi industri Kelapa akses lahan,
dan distribusi sarana logistik,
produk kelapa; ketersediaan
utilitas dan
energi untuk
meningkatkan
daya saing
industri kelapa
Kabupaten
63
Indragiri Hilir ke
level
Internasional;
5. Memfasilitasi akses 5 Memberikan 5 Meningkatkan
terhadap kemudahan dan nilai tambah
pembiayaan yang transparansi limbah industri
kompetitif bagi pembiayaan bagi dan penerapan
industri kelapa industri kelapa. sistem produksi
skala kecil dan bersih (reduce,
menengah; reuse, recycle)
berbasis inovasi
dan teknologi
ramah
lingkungan
6. Memfasilitasi 6 Adanya Memantapkan
peningkatan jaringan- kerjasma
investasi industri. jaringan dan industri skala
kerjasama skala internasional
nasional
7. Memfasilitasi 7 Mempeluas Memperluas
Promosi dan potensi pasar pangsa pasar
perluasan pasar produk industri nasional dan
produk industri kelapa tingkat penguasaan
kelapa tingkat nasional. pasar ekspor;
lokal
Strategi
Rencana Aksi
2020-2024 2025-2029 2030-2040
1 Meningkatkan 1 Meningkatkan 1 Memberikan
bahan baku kelapa produksi bahan kepastian lahan
melalui program baku kelapa dan untuk sentra
Kelompok Usaha memberikan industri kelapa
Bersama (KUBE) peningkatan
nilai tambah
bahan baku
setengah jadi
64
melalui mesin-
mesin
pendukung
pengolahan
kelapa
2 Membentuk dan 2 Membangun 2 Pengadaan
mendirikan Lembaga mesin dan
sekolah polyteknik Sertifikasi peralatan
berkejasama Profesi dan pendukung
dengan pihak dan Pusat Pelatihan pengelolaan
dinas terkait. untuk industri kelapa
meningkatkan dalam
kompetensi SDM peningkatan
kapasitas
produksi
3 Mengidentifikasi 3 Melakukan riset 3 Mengembangkan
teknologi yang teknologi tepat inovasi dan
akan di gunakan guna dalam teknologi digital
dalam pengolahan meningkatkan serta
intdustri kelapa kapasitas otomatisasi
produksi produksi
industri kelapa industri kelapa
untuk mencapai
efisiensi dan
evektifitas
produksi
4 Membangun sistem 4 Mengembangkan 4 Memantapkan
logistik dan sistem logistik kebijakan terkait
meningkatkan yang telah infrastruktur
kerjasama pihak terbangun dan pembiayaan
terkait untuk dalam industri meliputi
pengembangan peningkatan akses lahan,
industri kelaa efektiftas dan sarana logistik
efisiensi dalam
produksi pengembangan
industri kelapa
skala
internasional
5 Kemudahan akses 5 Memperluas 5 Mengikuti event-
pembiayaan pangsa pasar event kegiatan
industri kelapa industri kelapa dan expo
dari lembaga dan akses internasional
keuangan dan investor dalam dalam rangka
keterbukaan dan luar negeri perluasan pasar
investor lokal produk industri
kelapa dan
turunannya.
65
Tabel 4.5 Program Pengembangan Industri Andalan
(Sagu) untuk Pengembangan Industri Prioritas
Industri Sagu
2020-2024 2025-2029 2030-2040
1 Menjamin 1 Meningkatnya 1 Memantapkan
. ketersediaan bahan baku zonasi/ kawasan
bahan baku sagu dan industri sagu;
(kualitas, bahan baku
kuantitas dan sagu antara
kontinuitas) (interediate)
2 Menyiapkan 2 Tersediannya 2 Meningkatkan
. SDM yang SDM Industri kualifikasi,
ahli yang yang memiliki kapasitas
berkompeten kompetensi industri sagu
di bidang dan sertifikasi dan
industri sagu pengelolaan kemampuan uji
melalui industri sagu mutu produk;
pendidikan
dan pelatihan
industri dan
pendampingan;
3 Meningkatkan 3 Meningkatkan 3 Meningkatkan
. kemampuan penggunaan kemampuan
penguasaan teknologi inovasi dan
dan industri tepat penguasaan
pengembangan guna (TTG) teknologi
teknologi industri proses/rekayasa
industri sagu; pengolahan produk industri
sagu sagu melalui
sinergi kegiatan
penelitian dan
pengembanganse
rta pendidikan
dan pelatihan
industri sagu;
4 Mengkoordinas 4 Tersedianya 4 Memantapkan
. ikan sistem logistik kebijakan terkait
pengembangan yang infrastrukturdan
sistem logistik terintegrasi pembiayaan
untuk untuk industri meliputi
meningkatkan pengembangan akses lahan,
efisiensi industri sagu sarana logistik,
produksi dan ketersediaan
distribusi utilitas dan
produk sagu; energi untuk
66
meningkatkan
daya saing
industri sagu
Kabupaten
Indragiri Hilir ke
level nasional;
5 Memfasilitasi 5 Memberikan 5 Meningkatkan
. akses terhadap kemudahan nilai tambah
pembiayaan dan limbah industri
yang transparansi sagu dan
kompetitif bagi pembiayaan penerapan
industri sagu bagi industri sistem produksi
skala kecil dan sagu bersih (reduce,
menengah; reuse, recycle)
berbasis inovasi
dan teknologi
ramah
lingkungan;
6 Kerjasama 6 Adanya 6 perluasan pasar
. industri jaringan- ekspor produk
nasional untuk jaringan dan sagu dan produk
alih teknologi, kerjasama turunan sagu;
peningkatan skala nasional
investasi dan dan
penguasaan internasional
pasar lokal dan menuju produk
dalam negeri ekspor
7 Sarana 7 Mempeluas 7 Peningkatan
. Promosi dan potensi pasar promosi secara
perluasan produk lebih
pasar produk industri kelapa menyeluruh dan
industri sagu tingkat luas produk sagu
tingkat lokal nasional. dan turunannya;
dan dalam
negeri.
8 Memfasilitasi
peningkatan
investasi
industri sagu
dan turunannya;
9 Meningkatkan
kerjasama
nasional dan
internasional
dalam
pengembangan
67
produk sagu dan
pemasaran
produk sagu dan
turunannya.
Strategi
1. Melakukan kerjasama dan koordinasi dengan instansi
terkait dan kemitraan serta integrasi antara sisi hulu
dan sisi hilir didukung oleh infrastruktur yang
memadai; dengan instansi terkait ketersediaan bahan
baku sagu
2. Membangun dan mendirikan sekolah kejuruan,
politeknik dan inkubator bisnis serta Lembaga
Sertifikasi Profesi dalam meningkatkan kompetensi
SDM Industri
3. Memberikan sosialiasi dan pemahaman terkait
penggunaan teknologi tepat guna dalam peningkatan
proses produksi bahan baku sagu dan produk turunan
dari sagu.
4. Melakukan kerjasama antar industri lokal maupun
industri internasional dalam rangka perluasan pasar
ekspor
5. Pembentukan Sentra Industri Kecil dan Menengah
(SIKIM) sebagai wadah UKM/Pelaku usaha untuk
menyalurkan dan media promosi produk industri sagu
Rencana Aksi
2020-2024 2025-2029 2030-2040
1 Meningkatkan 1 Meningkatkan 1 Memberikan
bahan baku produksi kepastian lahan
sagu melalui bahan baku untuk sentra
program sagu dan industri sagu
Kelompok memberikan
Usaha peningkatan
Bersama nilai tambah
(KUBE) bahan baku
setengah jadi
melalui mesin-
mesin
pendukung
pengolahan
sagu
2 Membentuk 2 Membangun 2 Pengadaan mesin
dan Lembaga dan peralatan
mendirikan Sertifikasi pendukung
68
sekolah Profesi dan pengelolaan
politeknik, Pusat Pelatihan industri sagu
inkubator untuk dalam
bisnis meningka tkan peningkatan
berkejasama kompetensi kapasitas
dengan pihak SDM industri produksi
dan dinas
terkait.
Mengidentifika 3 Melakukan 3 Mengembangkan
si teknologi pengembangan inovasi dan
tepat guna teknologi tepat teknologi digital
yang akan di guna dalam serta otomatisasi
gunakan meningkatkan produksi industri
dalam kapasitas sagu untuk
pengolahan produksi mencapai
intdustri sagu industri sagu efisiensi dan
evektifitas
produksi
Membangun 4 Mengembangka 4 Memantapkan
sistem logistik n sistem kebijakan terkait
dan logistik yang infrastruktur dan
meningkatkan telah pembiayaan
kerjasama terbangun industri meliputi
pihak terkait dalam akses lahan,
untuk peningkatan sarana logistik
pengembangan efektiftas dan dalam
industri sagu efisiensi pengembangan
produksi industri sagu
Kemudahan 5 Memperluas 5 Mengikuti event-
akses pangsa pasar event kegiatan
pembiayaan industri sagu dan expo
industri sagu dan akses internasional
dari lembaga investor dalam dalam rangka
keuangan dan dan luar negeri perluasan pasar
keterbukaan produk industri
investor lokal sagu dan
turunannya.
Industri Perikanan
2020-2024 2025-2029 2030-2040
1 Ketersediaan 1 Meningkatnya 1 Memantapkan
69
. bahan bahan baku . zonasi/
mentah ikan perikanan dan kawasan
dan produksi produksi industri
perikanan perikanan perikanan;
lainnya laiinya
(kualitas,
kuantitas
2 SDM yang 2 SDM Industri 2 Meningkatkan
. ahli yang yang memiliki . kualifikasi,
berkompeten kompetensi dan kapasitas
di bidang sertifikasi industri
industri pengelolaan perikanan dan
perikanan industri kemampuan uji
melalui perikanan mutu produk;
pendidikan
dan pelatihan
industri dan
pendampinga
n;
3 Kemampuan 3 Penggunaan 3 Meningkatkan
. penguasaan teknologi . kemampuan
dan industri tepat inovasi dan
pengembanga guna (TTG) penguasaan
n teknologi industri teknologi
industri ikan; pengolahan proses/rekayas
ikan a produk
industri
perikanan
melalui sinergi
kegiatan
penelitian dan
pengembangan
serta
pendidikan dan
pelatihan
industri ikan;
4 Pengembanga 4 Tersedianya 4 Kebijakan
. n sistem sistem logistik . terkait
logistik untuk yang infrastruktur
meningkatkan terintegrasi dan
efisiensi untuk pembiayaan
produksi dan pengembangan industri
distribusi industri produk meliputi akses
produk olahan ikan. lahan, sarana
olahan ikan; logistik,
ketersediaan
70
utilitas dan
energi untuk
meningkatkan
daya saing
industri
perikanan
Kabupaten
Indragiri Hilir
ke level
nasional
daninternasion
al
5 Akses 5 Kemudahan 5 Meningkatkan
. terhadap dan . nilai tambah
pembiayaan transparansi limbah industri
yang pembiayaan perikanan dan
kompetitif bagi industri penerapan
bagi industri perikanan sistem
perikanan produksi bersih
skala kecil (reduce, reuse,
dan recycle)
menengah; berbasis
inovasi dan
teknologi
ramah
lingkungan.
6 Kerjasama 6 Adanya 6 Memantapkan
. industri lokal jaringan- pangsa pasar
dan nasional jaringan dan ekspor industri
untuk alih kerjasama perikanan dan
teknologi skala nasional produk
produksi menuju produk turunan olahan
perikanan; ekspor ikan.
Strategi
1. Melakukan kerjasama dan koordinasi dengan
instansi terkait dan kemitraan serta integrasi antara
sisi hulu dan sisi hilir didukung oleh infrastruktur
yang memadai dengan instansi terkait ketersediaan
bahan baku perikanan
2. Membangun sarana pendidikan dan lembaga kursus
budidaya perikanan dalam meningkatkan kompetensi
SDM industri perikanan
3. Sosialiasi dan penerapan teknologi tepat guna serta
inovasi teknologi dalam proses produksi perikanan
4. Melakukan kerjasama dengan stakeholder, investor
dan perbankan dalam memfasilitasi pembiayaan
71
industri perikanan.
Rencana Aksi
2020-2024 2025-2029 2030-2040
1 Meningkatkan 1 Meningkatkan 1 Memberikan
bahan baku produksi bahan kepastian
perikanan baku ikan lahan budidaya
melalui melalui perikanan dan
budidaya perluasan tambak
perikanan lahan budidaya perikanan.
program perikanan dan
Kelompok memberikan
Usaha peningkatan
Bersama nilai tambah
(KUBE) bahan baku
ikan setengah
jadi melalui
mesin-mesin
pendukung
pengolahan
ikan
Membentuk 2 Membangun 2 Pengadaan
dan Lembaga mesin dan
mendirikan Sertifikasi peralatan
sekolah Profesi dan pendukung
politeknik, Pusat Pelatihan pengelolaan
inkubator untuk hasil perikanan
bisnis meningkatkan untuk
berkejasama kompetensi meningkatkan
dengan pihak SDM industri kapasitas
dan dinas produksi hasil
terkait. perikanan
Penggunaan 3 Pengembangan 3 Mengembangka
teknologi teknologi tepat n inovasi dan
dalam guna dalam teknologi digital
industri meningkatkan serta
pengolahan kapasitas otomatisasi
hasil produksi produksi
perikanan industri pengolahan
perikanan ikan untuk
mencapai
efisiensi dan
evektifitas
produksi
Membangun 4 Mengembangka 4 Memantapkan
sistem logistik n sistem kebijakan
dan logistik yang terkait
72
meningkatkan telah infrastruktur
kerjasama terbangun dan
pihak terkait dalam pembiayaan
untuk peningkatan industri
pengembanga efektiftas dan meliputi akses
n industri efisiensi lahan, sarana
perikanan produksi logistik dalam
pengembangan
industri
perikanan.
Kemudahan 5 Memperluas 5 Mengikuti
akses pangsa pasar event-event
pembiayaan industri olahan kegiatan dan
industri ikan dan akses expo
perikanan investor dalam internasional
dan negeri dalam rangka
pengolahan perluasan
ikan dari pasar produk
lembaga industri olahan
keuangan dan ikan dan
keterbukaan turunannya.
investor lokal
Jasa Industri
2020-2024 2025-2029 2030-2040
1 SDM lokal yang 1 Meningkatk 1. SDM lokal yang
. berkompeten di an jumlah memiliki daya
bidang jasa SDM lokal saing internasional
79
industri yang dalam jasa
(perbengkelan, berkompete industri
design mesin, n di bidang
konsultan jasa jasa
industri, dan industri;
sejenisnya)
2 Menyiapkan 2 Mengemban 2. Meningkatkan
. kawasan gkan jumlah dan
industri kawasan mengembangkan
dibidang jasa industri kawasan industri
industri dibidang dibidang jasa
jasa industri industri yang
memiliki daya
guna dan daya
saing internasional
3 Pengembangan Pendirian 3. Memfasilitasi
. dan pendirian industri pengembangan
industri pendukung dan pendirian
pendukung (jasa industri
(jasa Industri) Industri) pendukung (jasa
berwawasan industri) yang
lingkungan memiliki inovasi
dan keunggulan
komptitif
4 Jaringan 4 Meningkatk 4. Implementasi
. kerjasama an jumlah kerjasama
penelitiandan jaringan penelitian dan
pengembangan kerjasama pengembangan
antara balai, penelitian antara balai,
perguruan dan perguruan tinggi,
tinggi, dan pengembang dan industri
industri untuk an antara untuk
pengembangan balai, pengembangan
produk perguruan produk industri
tinggi, dan pendukung skala
industri nasional dan
pendukung internasional
untuk
pengembang
an produk
industri
prioritas
Strategi
1. Mewujudkan SDM yang kompeten, berwawasan
lingkungan berdaya guna serta berdaya saing melalui
pendidikan dan pelatihan.
80
2. Menjamin kepastian lahan untuk industri pendukung
(jasa industri) melalui kooridnasi dinas dan stakeholder
terkait.
3. Memperluas jejaring kerjasama antara balai, lembaga
dan perguruan tinggi lokal, nasional dan internasional
Rencana Aksi
2020-2024 2025-2029 2030-2040
1 Mendirikan 1 Mengemban 1 Meningkatkan
sekolah gkan dan jumlah Lembaga
politeknik, menerapkan Pendidikan formal
sekolah tinggi model dan non formal,
vokasi dalam pendidikan Lembaga
pengembangan vokasi Sertifikasi Profesi
SDM Industri dalam dan Inkubator
Pendukung peningkatan bisnis untuk
kapasitas menciptkan SDM
SDM lokal tanggu berdaya
guna dan berdaya
saing nasional dan
internasional
2 Mewujdkan 2 Mengemban 2 Industri
pembangunan gkan pendukung (jasa
industri industri industri) yang
pendukung pendukung dapat bersaing
(jasa industri) (jasa nasional dan
untuk indutri industri) internasional
prioritas berwawasan
lingkungan
3 Imlementasi 3 Pengembang 3 Meningkatkan
program an program implementasi
jaringan kemitraan kegiatan/program
kemitraan atau dengan kemitraan dengan
kerjasama berbagai jejaring
dengan lembaga stakhoder internasional
terkait lokal dan
nasional
87
pelatihan dan sertifikasi teknis (produksi,
mesin, industri) dan manajemen industri;
4.3.1.6. Melakukan pembebasan lahan yang masih
belum selesai;
4.3.1.7. Melakukan pembangunan infrastruktur
untuk mendukung
WPPI (jalan dan pelabuhan)
4.3.1.8. Melakukan pembangunan infrastruktur
energi untuk mendukung WPPI.
88
pemanfaatan kreativitas dan inovasi; dan (e) Penyediaan
sumber pembiayaan.
89
4.4.2. Program Pengembangan
Dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga
kerja industri yang memiliki kompetensi di bidang
teknis dan manajerial perlu dilakukan berbagai
program pengembangan baik dalam jangka
menengah maupun jangka panjang yang meliputi :
4.4.2.1. Pembangunan infrastruktur tenaga kerja
industri berbasis kompetensi seperti :
4.4.2.2. Pembangunan sistem sertifikasi kompetensi
dan pembangunan lembaga, SMK industri
komunitas berbasis kompetensi, dan
Politeknik Industri;
4.4.2.3. Penyediaan saran dan prasarana
pendidikan dan pelatihan untuk
melengkapi unit pendidikan dan balai
pendidikan dan pelatihan melalui
penyediaan laboratorium¸ teaching factory,
danworkshop;
4.4.2.4. Fasilitasi penyelenggaraan sertifikasi
kompetensi bagi calon tenaga kerja dan
tenaga kerja industri serta penempatan
kerja bagi lulusan pendidikan industri dan
pelatihan berbasis kompetensi.
90
4.4.3.2. Program Pengembangan
Untuk penguatan pasokan bahan
baku perlu dilakukannya program
pembangunan diantaranya adalah :
4.4.3.2.1. Pemanfaatan sumber daya alam
secara efisien, ramah lingkungan
dan berkelanjutan melalui
penerapan tata kelola yang baik
antara lain meliputi :
Penyusunan Kajian Akademis
rencana pemanfaatan sumber
daya alam, Manajemen
pengolahan sumber daya alam,
Implementasi pemanfaatan
sumber daya yang efisien,
Implementasi pemanfaatan
sumber daya yang ramah
lingkungan dan berkelanjutan,
audit tata kelola pemanfaatan
sumber daya alam;
4.4.3.2.2. Pelarangan atau pembatasan
ekspor sumber daya alam;
4.4.3.2.3. Jaminan penyediaan dan
penyaluran sumber daya alam;
92
antara lain berupa :
pembangunan techno park,
pembangunan pusat inovasi;
4.4.5.4. Pengembangan sentra industri
kreatif, antara lain : bantuan
mesin peralatan dan bahan
baku/penolong, pembangunan
UPT, bantuan desain dan tenaga
ahli, fasilitasi pembiayaan;
4.4.5.5. Pelatihan teknologi dan desain,
antara lain : pelatihan desain dan
teknologi, bantuan tenaga ahli;
4.4.5.6. Fasilitasi perlindungan hak
kekayaan intelektual, antara lain :
konsultasi, bimbingan, advokasi
hak kekayaan intelektual;
4.4.5.7. Fasilitasi promosi dan pemasaran
produk industri kreatif, seperti
promosi dan pameran.
93
4.4.7. Pembangunan Sarana dan Prasarana Industri
4.4.7.1. Standarisasi Industri
4.4.7.1. Tujuan, Ruang Lingkup dan
Sasaran
Standardisasi industri meliputi
Perencanaan, Pembinaan,
Pengembangan dan pengewasan
untuk Standar Nasional Indonesia
(SNI) Spesifikasi Teknis (ST) dan
Pedoman Tata Cara (PTC).
94
penyediaan petugas pengawas
standar industri (PPSI) dan
penyidik pegawai negeri sipil
industri (PPNS-I) untuk
pelaksanaan pengewasan
penerapan Standar Nasional
Indonesia (SNI), Spesifikasi Teknis
(ST) dan/atau Pedoman Tata Cara
(PTC).
95
Penyusunan rencana pembangunan kawasan
industri, termasuk analisis kalayakan dan
penyusunan rencana induk (masterplan)
serta melakukan studi kelayakan kawasan
industri.
96
lembaga pemerintah non kementrian,
pemerintah daerah provinsi, pemerintah
daerah Kabupaten Indragiri Hilir, dan
asosiasi serta kamar dagang dan
industri daerah (KADINDA) dalam
rangka pertukaran data;
6) Terpublikasikannya laporan hasil
analisis data industri secara berkala.
97
berkelanjutan dalam rangka efisiensi dan
efektivitas penggunaan sumber daya alam
secara berkelanjutan sehingga mampu
menyelaraskan pembangunan industri
dengan kelangsungan dan kelestarian fungsi
lingkungan hidup dan memberikan manfaat
bagi masyarakat dengan sasaran industri
kecil dan menengah (IKM), usaha kecil dan
menengah (UKM), dan perusahaan besar.
98
Swasta, dan pengembangan melalui Unit
Pelayanan Terpadu (UPT) dan Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes).
99
komponen, teknologi dan sumber daya
manusia dari dalam negeri.
Sasaran yang ingin dicapai dari
Peningkatan Penggunaan Produk Dalam
Negeri adalah peningkatan penggunaan
produk dalam negeri oleh
kementerian/lembaga negara, badan usaha
milik Negara, badan usaha milik daerah,
badan usaha swasta maupun masyarakat,
peningkatan capaian nilai tingkat
komponen dalam negeri, peningkatan
jumlah produk yang tersertifikasi,
peningkatan kecintaan dan kebanggan
masyarakat akan produk dalam negeri.
100
8) Monitoring dan evaluasi dampak
kebijakan Peningkatan Penggunaan
Produk Dalam Negeri (P3DN) bagi
peningkatan daya saing dan penguatan
struktur industri.
101
yang di butuhkan dalam mendukung
peningkatan produktivitas industri.
102
4.12 Matrik Industri
Matrik industri terdiri dari: matrik pembangunan sumber daya industri, pembangunan sarana dan prasarana industri, dan
pemberdayaan industri.
Tabel 4.13 Matrik Pembangunan Sumber Daya Industri
Pembangunan Program
No Sumber Daya Ruang Lingkup Tujuan Sasaran Pengembangan
Industri
1. Pembangunan Wirausaha Mandiri Mendorong Memperbanyak jumlah Pembangunan
Sumber Daya Tenaga kerja industri tumbuhnya Industri Industri Kecil dan infrastruktur
Manusia (tenaga kerja Kecil dan Menengah Menengah (IKM) dan tenaga kerja
professional di bidang (IKM) dan Usaha Kecil Usaha Kecil dan industri berbasis
industri) dan Menengah (UKM) Menengah (UKM). kompetensi seperti:
Pembina industri baru. Meningkatnya pembangunan
(aparatur yang Menyiapkan tenaga penyerapan tenaga sistem sertifikasi
memiliki kompetensi kerja industri kerja industri komptensi dan
bidang industri kompeten yang siap Terbangunnya pembangunan
dipusat dan di daerah) kerja sesuai dengan infrastruktur lemabaga, SMK
Konsultan industri kebutuhan kompetensi yang industri
(perorangan atau perusahaan industri meliputi tersedianya kompetensi,
perusahaan yang dan/atau perusahaan Standar Kompetensi Politeknik Industri.
memberikan layanan kawasan industri. Kerja Nasional Inonesia Penyediaan sarana
konsultasi, advokasi Meningkatkan (SKKNI) bidang dan prasarana
dan pemecahan produktivitas tenaga industri. pendidikan dan
masalah bagi industri) kerja industri. Tersedianya asesor pelatihan untuk
Meningkatkan kompetensi dan melengkapi unit
pendidikan dan
103
penyerapan tenaga asesorlisensi. pelatihan melalui
kerja disektor industri Terbangunnya Lembaga penyediaan
serta memberikan Sertifikasi Profesi (LSP) laboratorium,
perlindungan dan dan Tempat Uji teaching factory,
kesejahteraan bagi Kompetensi (TUK). dan workshop.
tenaga kerja industri. Terbangunnya lembaga Fasilitasi
pendidikan SMK penyelenggaraan
Industri, akademi sertifikasi
komunitas bidang kompetensi bagi
industri berbasis calon tenaga kerja
kompetensi. industri serta
Terbangunnya penempatan kerja
Politeknik Industri. bagi lulusan
pendidikan vokas
industri dan
pelatihan industri
berbasis
kompetensi.
2. Pemanfaatan Pemanfaatan Sumber Menjamin penyediaan Penguatan rantai pasokan Pemanfaatan
Sumber Daya Daya Manusia (SDM): dan penyaluran sumber bahan baku ke industri. sumber daya alam
Alam Pertanian, Perkebunan, daya alam yang secara efisien,
dan Perikanan. dilakukan untuk ramah lingkungan
memenuhi kebutuhan dan berkelanjutan
bahan baku, bahan melalui penerapan
penolong, energi dan air tata kelola yang
baku bagi industri agar baik antara lain
dapat diolah dan meliputi:
dimanfaatkan secara penyusunan kajian
efisien, ramah akademis rencana
104
lingkungan dan pemanfaatan
berkelanjutan guna sumber daya alam,
menghasilkan produk manajemen
yang berdaya saing serta pengolahan sumber
mewujudkan daya alam,
pendalaman dan implementasi
penguatan struktur pemanfaatan
industri. sumber daya yang
efisien,
implementasi
pemanfaatan
sumber daya yang
ramah lingkungan
dan berkelanjutan,
audit tata kelola
pemanfaatan
sumber daya alam.
Pelarangan atau
pembatasan ekspor
sumber daya alam.
Jaminan
penyediaan dan
penyaluran sumber
daya alam.
123
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
124
Hilir dengan peningkatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
dan Politeknik Industri.
5.1.9. Untuk mendukung pembangunan industri di Kabupaten
Indragiri Hilir perlu dilakukan peningkatan infrastruktur
(sarana prasarana).
5.2. Saran
125