Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di

dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 buah dan panjang garis pantai

mencapai 104.000 km (Bakosurtanal, 2006). Total luas laut Indonesia sekitar

3,544 juta km2 (Kelautan dan Perikanan Dalam Angka 2010) atau sekitar 70%

dari wilayah Indonesia. Keadaan tersebut seharusnya meletakan sektor perikanan

menjadi salah satu sektor riil yang potensial di Indonesia.

Menurut Daryanto (2007), sumber daya pada sektor perikanan merupakan

salah satu sumber daya yang penting bagi hajat hidup masyarakat dan memiliki

potensi dijadikan sebagai penggerak utama (prime mover) ekonomi nasional. Hal

ini didasari pada kenyataan bahwa pertama, Indonesia memiliki sumber daya

perikanan yang besar baik ditinjau dari kuantitas maupun diversitas.Kedua,

Industri di sektor perikanan memiliki keterkaitan dengan sektor-sektor lainnya.

Ketiga, Industri perikanan berbasis sumber daya nasional atau dikenal dengan

istilah national resources based industries, dan keempat Indonesia memiliki

keunggulan (comparative advantage) yang tinggi di sektor perikanan sebagimana

dicerminkan dari potensi sumber daya yang ada.

Namun mencermati pembangunan Indonesia selama ini dengan potensi

yang besar, pembangunan sektor perikanan kurang mendapatkan perhatian. Hal

ini terjadi karena selama ini strategi pembangunan yang berbasis sumber daya

alam lebih mengutamakan sektor pertanian dan pertambangan. Selain itu,

1
pembangunan sektor perikanan selama ini lebih bersifat eksploitasi sumber daya

sehingga mengakibatkan penurunan kualitas ekosistem lingkungan dan tidak

memperhatikan nilai tambah ekonomis yang dapat diperoleh dari sektor tersebut.

Jawa timur adalah salah satu penghasil ikan terbesar di Indonesia, salah

satunya di Kota Lamongan.Total produksi ikan di Kota Lamongan pada 2011

mencapai 107.919,17 ton terdiri dari 68.302,08 ton perikanan tangkap laut,

36.625,31 ton dari perikanan budidaya dan 2.991,78 ton dari perairan umum.

Produksi tahun 2011 naik dari produksi tahun 2010 yakni 98.520,62

ton.Lamongan memiliki jumlah tenaga kerja di bidang perikanan tangkap

mencapai 95.059 orang dan pembudidaya mencapai 159.440 orang.Armada

perahu mencapai 7.527 unit terdiri dari 5.199 unit kapal bermotor dan 2.408 unit

perahu tempel.

Namun produksi yang besar itu tidak serta merta menunjukkan

peningkatan kesejahteraan nelayan.Ikan yang dihasilkan sebagian besar dijual

begitu saja tidak ada nilai tambah dan kualitas produksi olahan masih

rendah.Salah satu upaya yang dilakukan warga agar bisa meningkatkan nilai

tambah dari ikan hasil nelayan yaitu dengan mengolah ikan menjadi produk

olahan lain sehingga dapat meningkatkan daya jualnya.

Salah satu pengolahan produk berbasis ikan terdapat di Desa

Kandangsemangkon, Paciran,Lamongan. Daerah pesisir terutama Desa

Kandangsemangkon dan sekitarnya dikenal sebagai salah satu sentra industri

pengolahan produk perikanan skala rumah tangga.Produk olahan yang cukup

terkenal di masyarakat adalah ikan sunduk krispy.

2
Potensi ini didukung oleh data yang menunjukkan bahwa Kabupaten

Lamongan sebagai penyedia bahan baku produksi ikan sunduk. Tahun 2011

total produksi ikan di Lamongan mencapai 107.922,63 ton. Produksi ini

adalah yang terbesar dari total produksi perikanan yang mencapai 1,3 juta ton

di Jawa Timur.

Produk khas lamongan ini merupakan jenis makanan olahan ikan yang di

beri bumbu dan diolah dengan cara penggorengan. Makanan ini biasanya di

gunakan sebagai makanan pendamping dan juga baik digunakan oleh semua

kalangan karena banyak gizinya, terutama anak-anak yang masih dalam tahap

pertumbuhan,serta baik untuk perkembangan otak karena mengandung protein

tinggi, omega3, omega 6 dan rendah kolesterol. Namun dalam pembuatan produk

olahan ikan tersebut, para produsen masih dihadapkan dengan beberapa hambatan

seperti permasalahan dalam permodalan, teknologi dan inovasi produk, proses

produksi yang masih sederhana dan kurang higienis,pemasaran masih terbatas di

pasar lokal serta belum memiliki branding.

Berdasarkan uraian pada latar belakang peneliti tertarik untuk melakukan


sebuah penelitian skripsi dengan judul “ANALISA PRODUK OLAHAN IKAN
DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING UMKM DI KOTA LAMONGAN”

3
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana gambaran umum UMKM ikan sunduk krispy di Desa

Kandangsemangkon?

2. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat yang dialami oleh para

pelaku UMKM ikan sunduk krispy di Desa Kandangsemangkon?

3. Bagaimana upaya pemerintah dalam mengembangkan produk olahan ikan

di DesaKandangsemangkon sehingga dapat meningkatkan pendapatan

masyarakat?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang hendak dicapai oleh penulis dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui, mengkaji dan menganalisis gambaran umum UMKM ikan

sunduk krispy di Desa Kandangsemangkon.

2. Mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat yang dialami oleh

para pelaku UMKM produsen ikan sunduk krispy di Desa

Kandangsemangkon.

3. Mengetahui upaya pemerintah dalam mengembangkan produk olahan ikan

di Desa Kandangsemangkon sehingga dapat meningkatkan pendapatan

masyarakat.

4
D. Definisi Operasional

1. Ikan Sunduk Krispy

Ikan sunduk krispy adalah jenis makanan olahan ikan sunduk yang di

beri bumbu, diolah dengan cara penggorengan. Ikan sunduk berukuran

sebesar jari tangan dengan panjang sekitar belasan sentimeter.Sebagian besar

badannya berisi tulang karena itu ikan jenis ini bukan termasuk ikan

komersial yang penting seperti ikan tongkol, tengiri, kakap, dan

sejenisnya.Oleh karena itu, ikan sunduk bayak dimanfaatkan sebagai produk

olahan untuk meningkatkan daya jualnya.Sebelum diolah menjadi ikan

sunduk krispy, ikan dibelah terlebih dahulu dan tulangnya dibuang, lalu

dipotong kecil-kecil, kemudian dibalur dengan tepung dan digoreng.Makanan

ini biasanya di gunakan sebagai makanan pendamping dan juga baik

digunakan oleh semua kalangan karena banyak gizinya terutama anak-anak

yang masih dalam tahap pertumbuhan dan baik untuk perkembangan otak

karena mengandung protein tinggi, omega3, omega 6 dan rendah kolesterol.

E. Landasan Teori

1. UMKM

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran

penting dan strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Selain berperan

dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, UMKM juga

berperan dalam mendistribusikan hasil-hasil pembangunan. UMKM juga

telah terbukti tidak terpengaruh terhadap krisis. Ketika krisis menerpa pada

periode tahun 1997 – 1998, hanya UMKM yang mampu tetap berdiri kokoh.

5
Data Badan Pusat Statistik memperlihatkan, pasca krisis ekonomi tahun

1997-1998 jumlah UMKM tidak berkurang, justru meningkat terus, bahkan

mampu menyerap 85 juta hingga 107 juta tenaga kerja sampai tahun 2012.

Pada tahun itu, jumlah pengusaha di Indonesia sebanyak 56.539.560 unit.

Dari jumlah tersebut, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebanyak

56.534.592 unit atau 99,99%. Sisanya, sekitar 0,01% atau 4.968 unit adalah

usaha besar. Data tersebut membuktikan, UMKM merupakan pasar yang

sangat potensial bagi industri jasa keuangan, terutama bank untuk

menyalurkan pembiayaan. Karena sekitar 60 - 70% pelaku UMKM belum

memiliki akses pembiayaan perbankan. Pengalaman tersebut telah

menyadarkan banyak pihak, untuk memberikan porsi lebih besar terhadap

bisnis skala mikro, kecil, dan menengah. Pemerintah dan legislatif

membuktikan perhatiannya terhadap UMKM dengan meluncurkan UU No.

20 Tahun 2008 tentang UMKM. Dengan adanya peraturan yang menjadi

payung hukum, gerak UMKM menjadi semakin leluasa. Persoalan klasik

seperti akses permodalan kepada lembaga keuangan pun mulai bisa teratasi.

Karena di dalam peraturan itu tercantum mengenai perluasan pendanaan dan

fasilitasi oleh perbankan dan lembaga jasa keuangan non-bank.

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan istilah yang

sering kita dengar dan baca di berbagai media massa. Akan tetapi sedikit

orang yang tahu kriteria peluang usaha yang dikategorikan sebagai UMKM.

Ketentuan tentang UMKM diatur oleh Undang-Undang No. 20 Tahun

2008yaitu sebagai berikut:

6
a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau

badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro.

Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

 Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima

puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha;atau

 Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00

(tiga ratus juta rupiah).

b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang

dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak

langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi

kriteria Usaha Kecil.

Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

 Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus

juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

 Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00

(dua milyar lima ratus juta rupiah).

c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,

7
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung

dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih

atau hasil penjualan tahunan.

Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

 Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00

(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha; atau

 Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00

(dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.

50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

1. Karakteristik UMKM

Secara Umum karakteristik Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

(UMKM) sebagai berikut :

1. Manajemen pengelolaan masih sederhana;

2. Banyak yang belum memiliki status badan hukum;

3. Terkonsentrasi pada kelompok usaha tertentu;

4. Jenis barang usahanya tidak tetap, dapat berganti pada periode tertentu;

5. Tempat usahanya tidak selalu menetap, dapat berubah sewaktu-waktu;

6. Belum melaksanakan administrasi keuangan yang sederhana dan tidak

memisahkan antara keuangan keluarga dan keuangan usaha; sumber daya

manusia (pegusaha)belum memiliki jiwa enterpreuner yang memadai;

7. Tingkat pendidikan rata-rata relatif rendah;

8
8. Pada umumnya belum akses ke perbankan, namun dari sebagian dari

mereka sudah akses ke lembaga keuangan nonbank;

9. Umumnya tidak mempunyai izin usaha atau prasyaratan legalitas lainnya

termasuk Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Berikut ini akan dijabarkan beberapa karakteristik Usaha Mikro, Kecil,

dan Menengah (UMKM) sebagai berikut :

a. Karakteristik Usaha Mikro antara lain:

1. Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat

berganti;

2. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah

tempat;

3. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan

tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha;

4. Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa

wirausaha yang memadai;

5. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah;

6. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian sudah akses

kelembaga keuangan nonbank;

7. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya

termasuk NPWP.

b. Karakteristik Usaha Kecil antara lain:

1. Jenis barang / komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak

gampang berubah;

2. Lokasi / tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah;

9
3. Pada umumnya sudah melakukan admisnistrasi keuangan walau masih

sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan

keungan keluarga, sudah membuat neraca usaha;

4. Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk

NPWP;

5. Sumber daya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam

berwirausaha;

6. Sebagian sudah akses ke perbankan dalam keperluan modal;

7. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik

seperti business planing.

c. Karakteristik Usaha Menengah antara lain:

1. Umumnya memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih

teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara

lain, bagian keuangan, bagian pemasaran, dan bagian produksi;

2. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem

akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan

penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan;

3. Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan,

telah ada Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dan lain-lain;

4. Sudah memiiki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin

usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengolaan lingkungan dan lain-lain;

5. Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan;

6. Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan

terdidik.

10
Dilihat dari kepetingan perbankan, usaha mikro adalah suatu segmen

dasar yang cukup potensial untuk dilayani dalam upaya meningkatkan

fungsi intermediasinya karena usaha mikro mempunyai karakteristik positif

dan unik, yang tidak selalu dimiliki oleh usaha nonmikro, antara lain

perputaran usaha (turn over) cukup tinggi, kemampuannya menyerap dana

yang mahal dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan usaha masih tetap

berjalan bahkan terus berkembang; UMKM tidak sensitif terhadap suku

bunga karena kelompok usaha ini tidak memiliki akses perbankan dan

keuangan secara baik sehingga tetap berkembang walaupun dalam situasi

krisis ekonomi dan moneter; dan pada umumnya berkarakter jujur, ulet,

lugu dan dapat menerima bimbingan asal dilakukan dengan pendekatan

yang tepat.

2. Produksi

Menurut Joesron dan Fathorozi (2003) produksi merupakan hasil akhir

dari proses aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan berbagai masukan atau

input. Dari pengertian ini dipahami bahwa kegiatan produksi adalah

mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output.

Dalam suatu proses produksi tidak hanya sebatas menghasilkan barang atau

jasa akhir saja, akan tetapi proses produksi merupakan proses yang dilakukan

perusahaan berupa kegiatan mengkombinasikan input untuk menghasilkan

output.

11
a. Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Produksi Industri Kecil

1. Modal Kerja

Setiap perusahaan perlu menyediakan modal kerja untuk membelanjai

operasi perusahaan dari hari ke hari seperti misalnya untuk memberi uang

muka pada pembelian bahan baku atau barang dagangan, membayar upah

buruh dan gaji pegawai serta biaya-biaya lainnya. Sejumlah dana yang

dikeluarkan untuk membelanjai operasi perusahaan tersebut diharapkan akan

kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam jangka waktu pendek melalui

hasil penjualan barang dagangan atau hasil produksinya. Uang yang masuk

yang bersumber dari hasil penjualan barang dagangan tersebut akan

dikeluarkan kembali guna membiayai operasi perusahaan selanjutnya.

2. Bahan Baku

Menurut Mulyadi (2005;275) bahan baku adalah : “Bahan baku

merupakan bahan yang memebentuk bagian menyeluruh”. Menurut Masiyal

Kholmi (2003;29) bahan baku adalah : “ Bahan baku merupakan bahan yang

membentuk bagian besar produk jadi, bahan baku yang diolah dalam

perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, impor atau hasil

pengolahan sendiri”. Sedangkan menurut Suyadi Prawirosentono (2001;61)

bahan baku adalah : “Bahan baku adalah bahan utama dari suatu produk atau

barang”.

12
3. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan istilah yang identik dengan istilah personalia,

didalamnya meliputi buruh.Buruh yang dimaksud adalah mereka yang

bekerja pada usaha perorangan dan diberikan imbalan kerja secara harian

maupun borongan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, biasanya

imbalan kerja tersebut diberikan secara harian (Siswanto, 1989: 9).Selain itu,

pengertian tenaga kerja menurut BPS adalah salah satu moda bagi geraknya

roda pembangunan.Jumlah dan komposisi tenaga kerja selalu mengalami

perubahan seiring dengan berlangsungnya dinamika

penduduk.Ketidakseimbangan antara jumlah angkatan dan lowongan kerja

yang tersedia menyebabkan timbulnya masalah-masalah sosial.

4. Pasar

Secara umum pasar adalah suatu tempat atau proses interaksi antara

permintaan (pembelian) dan penawaran (penjualan) dari suatu barang atau

jasa tertentu, sehingga akhirnya dapat menetapkan harga keseimbangan

(harga pasar) dan jumlah yang diperdagangkan (Suprayitno, 2008).

5. Daya Saing

Daya saing adalah suatu keunggulan pembeda dari yang lain yang

terdiri dari comparative advantage (faktor keunggulan komparatif) dan

competitive advantage (faktor keunggulan kompetitif) (Tambunan, 2001).

Adapun pengertian daya saing perusahaan adalah kemampuan sebuah

perusahaan untuk membuat dan memformulasikan berbagai macam strategi

yang bisa menempatkannya pada suatu posisi yang strategis dan lebih

13
menguntungkan jika dibandingkan dengan perusahaan yang

lainnya.sedangkan daya saing produk adalah tingkat kemampuan produk

untuk dijual atau kemampuan manajemen produksi pada suatu perusahaan

dalam menghasilkan struktur biaya variabel rata-rata yang nilainya lebih

rendah daripada nilai atau harga produk (Tangkilisan, 2003).

3. Penelitian Yang Relevan

No. Peneliti Judul Alat Analisis Hasil Penelitian

1. Rizkia aliyah Pengembangan usaha Analisis Dari hasil analisis dan QSPM diperoleh

(2015) pengolahan abon ikan ( deskriptif, hasil penelitian sebagai berikut :

Studi Kasus ; rumah analisis SWOT  Hasil identifikasi faktor-faktor

abon di kota bandung ) internal yang dihadapi oleh rumah

abon terdiri dari kekuatan dan

kelemahan. Kekuasaan yang

dimiliki diantaranya: 1)

penguasaan teknologi yang baik

2) kualitas tenaga kerja yang baik,

3) model usaha yang cukup, 4)

promosi yang efektif. Kelemahan

rumah abon yang di miliki

diantaranya 1)kurangnya suply

bahan baku, 2) pembekuan yang

belum baik, 3) kurangnya

informasi pasar, 4) kurangnya

kapasitas produksi.

14
 Faktor eksternal yang dihadapi

terdiri dari peluang dan ancaman.

Peluang yang dimiliki diantaranya

1) daya beli konsumen,

2)permintaan abon ikan

meningkat, 3) adanya budaya

praktis. Ancaman yang dimiliki

diantaranya 1) adanya produk

substitusi, 2) persaingan bisnis

yang ketat, 3)kondisi

perekonomian tidak stabil.

2. Dafina Strategi pengolahan analisis Berdasarkan hasil analisis SWOT, maka

howara hasil perikanan di kuantitatif srategi yang pertama harus dijalankan

(2013) kabupaten donggalai ( matriks SWOT adalah memberdayaan masyarakat,

studi kasus : kab. melalui peningkatan SDM dengan cara

Donggalai ) memberikan pelatihan, pembinaan serta

magang ke perusahaan perikanan,

sehingga diperoleh produk yang bernilai

tambah tinggi, dan membentuk lembaga

pemasaran yang sehat sehingga produk

olahan mampu menjangkau semua daerah

tujuan.

3. Hakim Strategi Pengembangan Analisis Subsektor perikanan yang terbagi


menjadi perikanan on-farm dan off-farm
miftakhul perikanan dalam Kualitatif dan

15
huda (2012) pembangunan ekonomi kuantitatif secarasektoral dalam rangka
meningkatkan perekonomian di Jawa
wilayah di jawa timur Matriks
Timur dapat di kembangkan dengan
SWOT
mengutamakan strategi pengembangan
pengolahan ikan diikuti dengan perikanan
darat dan perikanan laut.Sub-sektor
pengolahan ikan mempunyai
indeks daya penyebaran, dampak
pengganda out-put, dampak pengganda
tenagakerja dan dampak pengganda
pendapatanyang relatif tinggi sehingga
dapat memberikan dampak output yang
besar dalamperekonomian Jawa Timur.

16
Kerangka Berpikir

Modal kerja

Produksi industri kecil

Bahan baku

Tenaga kerja

Pemasaran

17
BAB II

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Peneliti

memberikan gambaran atau uraian yang berasal dari catatan awal lapangan yang

diperoleh pada observasi awal, naskah wawancara, observasi di UMKM ikan

sunduk krispy pada saat produsen ikan sunduk krispy melakukan proses produksi.

Penelitian ini ditunjukkan untuk memahami kegiatan yang terjadi pada saat pelaku

usaha emping jagung melakukan produksi mulai awal sampai akhir hingga ke

pemasaran di UMKM ikan sunduk krispy yang ada di Desa Kandangsemangkon.

Penelitian ini menggunakan jenis studi kasus.Penelitian studi kasus

merupakan suatu penelitian kualitatif yang berusaha menemukan makna,

menyelidiki proses, dan memperoleh pengertian dan pemahaman yang mendalam

dari individu, kelompok atau situasi (Emzir, 2010:20).Tujuan dari pendekatan dan

metode ini adalah untuk mendalami keseluruhan informasi pengetahuan mengenai

gambaran secara umum, faktor pendukung dan penghambat, dan peran pemerintah

yang dihadapi oleh kelompok usaha ikan sunduk krispy tersebut yang berangkat

dari observasi awal peneliti.Dalam hal ini, peneliti menggali informasi secara

mendalam dari berbagai informan mengenai profil usaha ikan sunduk krispy di

Desa Kandangsemangkon.

18
B. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti di lapangan untuk penelitian kualitatif sangatlah

diperlukan. Peran peneliti dalam penelitian kualitatif ini adalah sebagai pengamat

penelitian. Jadi peneliti melakukan observasi dengan melakukan pengamatan

terhadap produsen ikan sunduk krispy dan melakukan wawancara terhadap pelaku

usaha ikan sunduk krispy di Desa Kandangsemangkon. Peneliti terlebih dahulu

meminta ijin kepada dinas terkait untuk melakukan penelitian di Desa

Kandangsemangkon terutama daerah sentra industri ikan sunduk krispy.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di lakukan di UMKM ikan sunduk krispy yang berada

di Desa Kandangsemangkon, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa

Timur. Alasan pemilihan lokasi penelitian karena di tempat tersebut adalah sentra

produksi ikan sunduk krispy karena lokasinya juga berdekatan dengan daerah

pesisir.

D. Sumber Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 2 jenis data, yaitu data primer

dan data sekunder.Data primer yang diperlukan untuk analisis penelitian ini

diperoleh dari observasi dan wawancara terhadap produsen ikan sunduk krispy.

Hal ini dilakukan guna mendapatkan informasi mengenai gambaran umum, faktor

pendukung dan faktor penghambat, dan peran pemerintah terhadap UMKM ikan

sunduk krispy. Peneliti memilih informan sebagai responden secara acak. Sumber

data sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara langsung dari pihak

kedua. Dalam hal ini pihak kedua yang dimaksud adalah instansi-instansi atau

19
website yang memiliki data yang diperlukan. Dalam penelitian ini, pengumpulan

data dilakukan dengan cara dokumentasi, yaitu pengumpulan data-data tertulis

yang didapat dari buku, artikel,media elektronik, jurnal-jurnal dan lain sebagainya

termasuk arsipDesa Kandangsemangkon. Hal tersebut digunakan sebagai data

pendukung.

E. Prosedur Pengumpulan Data

Pada tahapan ini peneliti melakukan proses pengumpulan data dengan

teknik pengumpulan data sejak awal penelitian. Peneliti akan melakukan beberapa

metode pengumpulan data antara lain: observasi,wawancara dan dokumentasi.

1. Observasi/ pengamatan

Obyek dari pengamatan ini adalah UMKM ikan sunduk krispy.Mula-

mula peneliti melakukan observasi langsung kepada UMKM ikan sunduk

krispy pada saat usaha ini melakukan produksi. Peneliti mencatat seluruh

prosesproduksi yang terjadi mulai dari tahap awal produksi ikan sunduk

krispy hingga pemasaran, beberapa faktor-faktor pendukung dan penghambat,

peran pemerintah terhadap UMKM tersebut. Peneliti juga melakukan

observasi terhadap beberapa produsen ikan sunduk krispyuntuk mendapatkan

informasi mengenai proses produksi ikan sunduk krispy sebagai gambaran

umum penelitian. Dokumentasi dilakukan sebagai pelengkap dari observasi

agar informasi yang didapatkan lebih kredibel(dapat dipercaya).Tujuan dalam

observasi ini adalah untuk menemukan informasi langsung mengenai topik

penelitian.

20
2. Wawancara

Pada tahapan ini peneliti melakukan teknik pengumpulan data dengan

proses wawancara. Wawancara dilakukan kepada pemilik ikan sunduk krispy

di rumahnya tanpa adanya batasan waktu (kondisional).Bentuk wawancara

yang digunakan yaitu wawancara terbuka. Dalam pelaksanaanya, peneliti

menjelaskan kisi-kisi wawancara, peneliti memberikan pertanyaan tanpa

memberikan pilihan jawaban.Pemilik usaha emping jagung diberikan

keleluasaan dalam memberikan jawaban.Kemudian peneliti merekam dan

mencatatnya.Wawancara dilakukan untuk mendapatkan serta melengkapi

informasi yang tidak didapatkan melalui observasi.Seperti halnya pada

observasi, peneliti juga melakukan dokumentasi berupa pemotretan kepada

responden sebagai bukti wawancara.Hal ini dilakukan agar informasi yang

didapat dari wawancara menjadi lebih kredibel(dapat dipercaya).

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik terakhir pengumpulan data pada

penelitian ini.Dokumentasi merupakan jenis data sekunder yang didapat dari

buku, artikel,media elektronik, dan jurnal-jurnal mengenaiberdirinya usaha

krispi ikan sunduk, bahan baku, pemasaran produk, faktor pendukung, faktor

penghambat dan peran pemerintahterhadap UMKM ikan sunduk krispyjuga

digunakan. Hal ini bertujuan melengkapi data yang didapat, sehingga pada

akhirnya informasi yang dihasilkan menjadi lebih mudah dipahami.

Selanjutnya peneliti akan mengumpulkan seluruh informasi yang

didapat dari observasi, wawancara, dan dokumentasi menjadi sebuah

dokumen hasil penelitian.


21
F. Analisis Data

Informasi-informasi data yang sudah diperoleh dianalisis dengan

menggunakan analisis deskriptif kualitatif.Seluruh data yang telah terkumpul

dibaca, dipelajari dan di tela’ah sehingga menjadi informasi yang lebih jelas,

bermakna, dan mudah dipahami pembaca. Analisis deskriptif kualitatif dilakukan

melalui beberapa tahap, yaitu diantaranya sebagai berikut:

1. Reduksi data,

Data yang diperoleh melalui teknik dan instrument pengumpul data

cukup banyak, sehingga perlu dicatat secara teliti dan rinci.Banyaknya data

yang dimiliki, perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi.Reduksi

data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok dan difokuskan pada

segala sesuatu yang berhubungan dengan obyek, serta dicari tema dan

polanya agar peneliti mendapat gambaran yang jelas tentang data yang

didapat.Sehingga peneliti dapat melakukan tahapan selanjutnya.

2. Penyajian data,

Pada tahapan ini peneliti menunjukkan sekumpulan data atau

informasi yang bertujuan untuk melihat gambaran keseluruhan dari hasil

penelitian tersebut.Dalam penelitian ini, peneliti menyajikan data yang

bersifat naratif yang dilengkapi dengan kutipan hasil wawancara dari

responden. Tampilan data akan memudahkan untuk memahami apa yang

terjadi. Penyajian data yang diolah nantinya berupa paparan data dan temuan

penelitian yang dijelaskan pada bab selanjutnya. Kemudian peneliti

22
melanjutkan tahapan berdasarkan apa yang telah direncanakan dalam

penelitian ini yaitu penarikan kesimpulan.

3. Penarikan Kesimpulan

Pada tahapan ini merupakan tahapan terakhir analisis data. Peneliti

menjawab rumusan masalah yang telah direncanakan dari awal, peneliti

berusaha untuk menganalisis data dengan cara membandingkan dengan

landasan teori dan juga penelitian terdahulu. Data tersebut dikemas dalam bab

pembahan. Selanjutnya penarikan kesimpulan dalam uraian yang lebih

singkat akan disajikan dalam bab penutup.

Namun data yang dikumpulkan dalam bentuk kesimpulan masih

bersifat belum pasti. Hal ini dikarenakan dengan bertambahnya data di waktu

tertentu akan memverifikasi secara terus menurus secara menyeluruh,

sehingga kesimpulan yang didapat diakhir penelitian benar-benar valid sesuai

dengan yang ada di lokasi usaha ikan sunduk krispy.

G. Pengecekan Keabsahan Temuan

Untuk memperoleh kesimpulan yang tepat dalam penelitian kualitatif,

maka perlu didukung dengan data yang tepat. Untuk memperoleh data yang tepat

dan dapat dipercaya maka peneliti harus melakukan tahap pengecekan keabsahan

data temuan. Adapun cara untuk meningkatkan keabsahan data penelitian

kualitatif, yaitu:

1. Triangulasi

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan

cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

23
Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi,

dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan teknik pengujian kredibilitas data

tersebut, menghasilakan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan

diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain,

untuk mestikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya

benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda. Pentingnya informasi yang

didapat dari responden digunakan sebagai sumber penguat informasi data

wawancara. Untuk mendapatkan hasil wawancara yang maksimal peneliti

melakukan teknik triangulasi, khususnya triangulasi teknik. Triangulasi

teknik dalam penelitian ini adalah menggali kebenaran informasi dengan cara

melakukan wawancara kepada responden untuk mengetahu profil usaha ikan

sunduk krispy yang ada di Desa Kandangsemangkon.

2. Kredibilitas

Peneliti melakukan penelitian kembali lagi ke lokasi penelitian dan

melakukan pengamatan serta percakapan kepada masyarakat sekitar yang

dulunya menjadi informan dan juga pada masyarakat sekitar yang tidak

menjadi informan. Dari hasil pengamatan dan juga jawaban yang didapat dari

penelitian kembali di tempat penelitian, keduanya dibandingkan dengan hasil

wawancara pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Apabila hasil

kedua wawancara tersebut memiliki kesamaan, maka hasil dari penelitian

tersebut dapat diterima/dipercaya kebenarannya.

3. Dependability

Dependability dalam penelitian ini merupakan hasil penelitian yang

mengacu pada konsisten peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk dan

24
menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik

kesimpulan. Peneliti senantiasa menemui dosen pembimbing untuk konsultasi

atas hasil dari penelitiannya. Hal tersebut digunakan untuk membuktikan

bahwa peneliti benar-benar melakukan penelitiannya dan hasil dari penelitian

tersebut dapat diterima/dipercaya kebenarannya.

4. Confirmability

Peneliti melakukan teknik ini untuk membuktikan kebenaran hasil

penelitian yang sesuai dengan data yang dikumpulkan dari hasil wawancara.

Data tersebut apakah sudah benar-benar disetujui/disepakati kebenarannya

oleh banyak orang. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan

persetujuan tentang hasil penelitianyang telah dilakukan. Peneliti meminta

persetujuan tentang hasil penelitian kepada pelaku usaha, perangkat

Kelurahan Pandanwangi, dan dosen pembimbing. Apabila dari semua orang

tersebut sudah setuju atau sepakat dengan hasil penelitian ini, maka penelitian

ini telah teruji kebenarannya.

H. Tahap-tahap Penelitian

Pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam masa 1 bulan

adalah melalui beberapa tahapan yaitu diantaranya sebagai berikut :

1. Tahap sebelum lapangan

Dalam tahapan ini, peneliti mula-mula membuat pedoman wawancara.

Peneliti mengurus prosedur perijinan penelitian yaitu melalui kasubag

akademik Fakultas Ekonomi, Kepala Daerah Kelurahan kandang semangkon,

25
Kemudian mempersiapkan alat-alat yang digunakan untuk penelitian

seperti halnya: alat tulis, fotokopi naskah wawancara, recorder(perekam

suara), dan camera.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Pada tahapan ini, peneliti mengumpulkan informasi data dengan

melakukan beberapa teknik, yaitu: observasi, wawancara, dan dokumentasi.

3. Tahap Analisis Data

Data yang telah didapat kemudian dikumpulkan, diuraikan, serta

dianalisis.Hal ini bertujuan agar data yang didapatkan menjadi informasi yang

benar-benar valid dan mudah dipahami.

4. Tahap Penulisan Laporan

Pada tahapan ini peneliti melakukan penyusunan hasil penelitian dari

semua rangkaian kegiatan pengumpulan data menjadi sebuah laporan yang

dilengkapi dengan: halaman, daftar isi, dan daftar pustaka. Penulisan laporan

disajikan dalam beberapa bab, yaitu: pendahuluan, metode penelitian, paparan

data dan temuan penelitian, pembahasan, dan juga yang terakhir penutup.

Selain itu, laporan juga dilengkapi dengan beberapa penulisan, seperti: lembar

pernyataan, abstrak, dan kata pengantar. Lampiran-lampiran disertakan pada

bagian belakang penulisan laporan.Kemudian penulisan laporan dikemas

dengan sampul skripsi.

26
BAB III

PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Desa Kandangsemangkon

Kandangsemangkon merupakan sebuah desa yang terletak di kota

lamongan, provinsi jawa timur dengan :

1. Batas Administrasi

Desa kandangsemangon mempunyai luas +457,9 ha. Terletak pada bagian

wilayah kota sebelah utara dengan batas adminstrasi wilayah sebagai

berikut(https://lamongankab.go.id):

 Sebelah utara : Laut Jawa

 Sebelah selatan : Desa Dadapan Kecamatan Solokuro

 Sebelah barat : Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran

 Sebelah timur : Desa Paciran Kecamatan Paciran

Gambar 3.1 Peta Desa Kandangsemangkon, Paciran, Lamongan

27
 Jarak dari pusat pemerintahan kelurahan : 1 km

 Jarak dari pusat pemerintahan Kecamatan Paciran : 4 km

 Jarak dari pusat pemerintahan Kota Lamongan : 35,7km

 Jarak dari ibukota Propinsi Jawa Timur : 46,2 km

2. Topografi dan Ketinggian

Secara topografi, Desa Kandangsemangkon terletak di daratan rendah

dengan ketinggian ±2 m diatas permukaan laut

(https://www.paciran.com/p/about.html).

3. Iklim

Kondisi iklim di Kabupaten Lamongan merupakan iklim tropis yang

terbagi menjadi musim penghujan dan musim kemarau.Curah hujan

tertinggi terjadi pada bulan Desember-Maret, sedangkan pada bulan-

bulan lain curah hujan relatif rendah. Rata-rata curah hujan pada tahun

2010 dari hasil pemantauan 25 stasiun pengamatan hujan tercatat

sebanyak 2.631 mm dan hari hujan tercatat 72 hari

(https://lamongankab.go.id)

4. Kependudukan

Jumlah penduduk di Desa Kandangsemangkon sampai dengan

Bulan Februari 2013 yaitu sebanyak 8.802 jiwa, yang terdiri dari

penduduk laki-laki 4.347 jiwa dan 4.455jiwa merupakan penduduk

perempuan.

28
B. Gambaran Umum UMKM Ikan Sunduk Krispy di Desa

Kandangsemangkon

1. Berdirinya UMKM ikan sunduk krispy

Pengusaha ikan sunduk krispy Ibu Muntayatun sudah menjalankan

usaha ikan sunduk krispy selama 7 tahun yakni sejak tahun

2011(M/INFO1/30052018). Pengusaha ikan sunduk lainnya yaitu Ibu Eni

memulai usaha ikan sunduk krispy sejak 5 tahun yang lalu yaitu pada

tahun 2013 (F/INFO2/30052018). Adapun Ibu Lina Khoiroh memulai

usaha ikan sunduk krispy pada tahun 2005 (LK/INFO3/30052018).

Berdasarkan penuturan ketiga pengusaha tersebut, dapat diketahui

bahwa usaha ikan sunduk krispy yang saat ini ada belum lama berdiri,

yaitu pada kisaran diatas tahun 2000. Pengusaha yang sudah mendirikan

usaha ikan sunduk krispy paling lama yaitu Ibu Lina Khoiroh pada tahun

2005, sehingga usahanya sudah berdiri selama 13 tahun.

2. Bahan Baku Ikan Sunduk Krispy

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan ikan sunduk krispy

menurut penuturan Ibu Muntayatun diantaranya ikan sunduk, tepung

terigu, royco, masako, gula, jahe, kunir, ketumbar, daun jeruk, penyedap

rasa, putih telur, dan minyak goreng (M/INFO1/30052018).Tidak jauh

berbeda, Ibu Eni juga menjelaskan bahwa bahan baku yang digunakan

dalam pembuatan ikan sunduk krispy diantaranya ikan sunduk, tepung

kanji, garam, gula, dan bumbu rempah-rempah (F/INFO2/30052018).

Sedangkan Ibu Lina Khoiroh juga menggunakan bahan baku serupa yaitu

29
ikan sunduk, tepung, bumbu-bumbu, garam, gula, dan sedikit resep

tambahan lainnya (LK/INFO3/30052018).

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa bahan baku

yang digunakan dalam pembuatan ikan sunduk krispy terdiri dari

beberapa macam. Bahan baku utamanya yaitu ikan sunduk, sedangkan

bahan baku tambahan diantaranya tepung, gula, garam, rempah-rempah,

putih telur, penyedap rasa, dan minyak goreng. Bahan baku utama berupa

ikan sunduk didapatkan oleh para pengusaha dengan mudah, yaitu melalui

para nelayan di sekitar Pantura Lamongan, dengan cara membeli secara

langsung dari tangan nelayan sehingga ikan sunduk yang akan diolah

dapat terjamin kesegarannya. Sementara bahan-bahan penunjang lainnya

seperti bumbu dan rempah-rempah diperoleh dari pasar-pasar terdekat

3. Pemasaran Ikan Sunduk Krispy

Pemasaran ikan sunduk krispy oleh Ibu Muntayatun dilakukan

melalui mulut ke mulut.Penjualan biasanya dilakukan di rumah, pembeli

biasa datang ke rumah melalui informasi dari warga sekitar.Terkadang

ada juga pembeli yang meminta untuk dikirim keluar kota

(M/INFO1/30052018). Begitu juga dengan Ibu Eni yang menuturkan

bahwa penjualan dilakukan dirumah, beberapa pembeli terkadang

melakukan pemesanan lewat SMS, kemudian Ibu Eni memproduksi

sesuai permintaan (F/INFO2/30052018). Adapun Ibu Lina Khoiroh

mengaku bahwa penjualan ikan sunduk krispy dilakukan dengan cara

memasarkan produk lewat toko-toko yang sudah memesan sebelumnya.

Adakalanya penjualan juga dilakukan di pasar, biasanya khusus untuk

30
kemasan ukuran 1 ons.Biasanya ada juga pembeli yang memesan ikan

sunduk krispy dalam jumlah banyak (10-15 kg) untuk dijual lagi

(LK/INFO3/30052018).

Dari pernyataan para pengusaha ikan sunduk krispy diatas, dapat

disimpulkan bahwa rata-rata pemasaran ikan sunduk krispy dilakukan

secara manual dengan cara pembeli langsung datang kerumah penjual

atau dengan cara dijual di toko-toko dan pasar-pasar. Beberapa pembeli

juga berperan sebagai distributor (reseller) yang membeli produk dalam

jumlah banyak untuk kemudian dikemas ulang dengan merk tertentu dan

dijual lagi secara langsung maupun secara online.Penjualan secara online

tidak diakukan langsung oleh pengusaha ikan sunduk krispy, melainkan

oleh lewat campur tangan pembeli yang memesan dalam jumlah banyak.

C. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat yang dialami Oleh Para

Pelaku UMKM Ikan Sunduk Krispy

1. Faktor Pendukung

Menurut Ibu Muntayatun, usaha ikan sunduk krispy ini didukung

dengan adanya karyawan yang membantu proses produksi ikan sunduk

krispy. Jumlah karyawan yang dipekerjakan yaitu sebanyak 3 orang.

Selain itu, faktor pendukung lainnya yaitu lokasi produksi yang

berdekatan dengan sentra penjualan ikan di pantai utara Lamongan,

sehingga memudahkan akses untuk mendapatkan bahan baku ikan sunduk

dari nelayan langsung(M/INFO1/30052018).Sementara menurut Ibu Eni,

faktor pendukung usahanya yaitu dengan adanya alat-alat dan karyawan

31
yang membantu proses berjalannya produksi ikan sunduk krispy yang

dijalani (F/INFO2/30052018).Ibu Lina Khoiroh juga menjelaskan bahwa

faktor pendukung usahanya yaitu adanya alat-alat produksi dan karyawan

yang membantu proses produksi ikan sunduk krispy

(LK/INFO3/30052018).

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor

pendukung dari usaha ikan sunduk krispy yaitu ketersediaan alat-alat

produksi, karyawan dan lokasi usaha yang dekat dengan sentra penjualan

ikan sehingga pengusaha dapat dengan mudah memperoleh bahan baku

yaitu ikan sunduk.

2. Faktor Penghambat

Faktor penghambat yang dialami Ibu Muntayatun dalam

menjalankan usaha ikan sunduk krispy ini yaitu cuaca yang tidak menentu

sehingga menyebabkan ketersediaan bahan baku utama berupa ikan

sunduk juga tidak menentu. Apabila cuaca sedang buruk (angin barat),

sebagian besar nelayan tidak berani melaut sehingga ikan sunduk sulit

didapatkan dan produksi menjadi terhambat (M/INFO1/30052018).

Adapun faktor penghambat yang dialami Ibu Eni tidak jauh

berbeda dengan penuturan Ibu Muntayatun, yaitu ketersediaan ikan

sunduk yang tidak menentu dan tergantung pada cuaca. Selain itu, faktor

penghambat lainnya yaitu belum tersedianya alat-alat khusus seperti

spinner (alat pengering minyak setelah penggorengan) untuk

memudahkan dan mempercepat proses pembuatan. Alat tersebut harganya

32
cukup mahal yaitu sekitar Rp. 7.000.000 sehingga Ibu Eni belum mampu

membelinya (F/INFO2/30052018).

Faktor penghambat yang dialami Ibu Lina Khoiroh juga sama

dengan dua pengusaha lainnya, yaitu ketersediaan ikan sunduk yang tidak

menentu dan harga ikan sunduk yang naik turun sehingga menyebabkan

harga ikan sunduk krispy juga naik turun (LK/INFO3/30052018).

Faktor penghambat yang dialami ketiga pengusaha ikan sunduk

krispy hampir sama, yaitu ketersediaan bahan baku utama berupa ikan

sunduk yang tidak menentu sehingga menyebabkan proses produksi

menjadi tidak stabil. Dalam waktu tertentu sering terjadi angin barat yang

menyebabkan nelayan berhenti melaut, sehingga ketersediaan ikan laut

menjadi menurun dan harga ikan yang naik turun juga menyebabkan

harga produk yang dijual menjadi naik turun. Faktor penghambat lainnya

yaitu adanya keterbatasan modal dari pengusaha sehingga belum bisa

menyediakan alat-alat yang lebih canggih untuk mempermudah proses

produksi.

D. Peran Pemerintah terhadap UMKM Ikan Sunduk Krispy di Desa

Kandangsemangkon

Berdasarkan penuturan Ibu Muntayatun, sampai saat ini belum ada

bantuan dari pemerintah desa dalam menjalankan usaha ikan sunduk krispy

ini. Beberapa rekan sudah menyarankan untuk mendaftarkan produknya di

instansi atau lembaga yang mengurusi tentang standar pangan, akan tetapi

karena keterbatasan usia dan lain hal Ibu Muntayatun belum bisa

33
mendaftarkan (M/INFO1/30052018). Ibu Eni juga menuturkan bahwa belum

ada bantuan sama sekali dari pemerintah desa terhadap usahanya sampai saat

ini (F/INFO2/30052018). Sementara Ibu Lina Khoiroh menuturkan bahwa

peran pemerintah juga belum ada, tetapi sudah sempat ada anjuran dari

pemerintah desa untuk membuat surat izin usaha di Lamongan untuk

kemudian dilakukan survey tempat usahanya (LK/INFO3/30052018).

Pemerintah memiki peran penting terhadap UMKM ikan sunduk

krispy dengan memberlakukan beberapa program yang dapat meningkatkan

kualitas pendapatan dari segi ekonomi bagi pengusaha.Akan tetapi,

berdasarkan penjelasan para pengusaha ikan sunduk krispy diatas, sampai

saat ini belum ada peran pemerintah Desa Kandangsemangkon terhadap

usaha ikan sunduk krispy ini. Sejauh ini, hanya anjuran untuk mengurus surat

izin usaha pada lembaga-lembaga tertentu, tapi belum ada aksi konkrit dari

pemerintah yang telah dilakukan sampai sekarang.

34
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum UMKM Ikan Sunduk Krispy di Desa

Kandangsemangkon

Usaha ikan sunduk krispy di Desa Kandangsemangkon sudah berdiri sejak

kurang lebih 5-7 tahun yaitu sekitar tahun 2011. Ikan sunduk krispy ini

merupakan produk khas kawasan pantura Lamongan, salah satunya yang banyak

dikenal terdapat di Daerah Paciran dan sekitarnya tepatnya di Desa

Kandangsemangkon.Jumlah pelaku usaha ikan sunduk Krispy di Desa

Kandangsemangkon sudah cukup banyak, namun masih berupa industri rumahan

dalam skala kecil.

Bahan baku utama dalam pembuatan ikan sunduk krispy yaitu ikan

sunduk. Ikan sunduk berukuran sebesar jari tangan dengan panjang sekitar belasan

sentimeter. Sebagian besar badannya berisi tulang, karena itu, ikan sunduk bukan

termasuk ikan komersial yang bisa dikonsumsi langsung, akan tetapi perlu diolah

terlebih dahulu agar bisa memiliki nilai tambah dan daya jual yang tinggi. Selain

ikan sunduk, bahan lain yang juga digunakan dalam pembuatan ikan sunduk

krispy diantaranya tepung tapioca dan tepung beras sebagai bahan campuran

untuk membuat produk ikan sunduk krispy menjadi renyah. Kunir, jahe, penyedap

rasa, daun jeruk, dan ketumbar untuk memperkuat cita rasa dari ikan sunduk dan

mengurangi rasa amis dari ikan sunduk. Putih telur untuk membantu merekatkan

ikan sunduk dengan adonan tepung yang sudah dibumbui.Serta minyak goreng

untuk menggoreng ikan sunduk krispy.

35
Pemasaran yang dilakukan masih tergolong sederhana, yaitu dengan cara

menjual langsung ditempat usaha, ada juga yang menjualnya di pasar. Selain itu,

ada pula reseller yang menjualnya secara online, akan tetapi masih dalam skala

kecil.

Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh para

pengusaha dalam usahanya untuk memepertahankan kelangsungan hidup

perusahaan dan perkembangan usahanya dan mendapatkan laba. Berhasil tidaknya

dalam pencapaian tujuan tergantung pada kemampuan dan keahlian di bidang

pemasaran.Dalam pencapaian tujuan perlu adanya strategi pemasaran yaitu suatu

rencana yang dimiliki oleh suatu perusahaan sebagai pedoman bagi kegiatan-

kegiatan pemasaran guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan

(Basu Swasta &Irawan, 1990).

Menurut penuturan salah satu pengusaha ikan sunduk krispy, peminat ikan

sunduk krispy sebenarnya cukup banyak baik dari dalam maupun luar

daerah.Permintaan barang dalam jumlah besar sebenarnya dapat berpengaruh

terhadap produksi dan pemasaran ikan sunduk krispy, dengan permintaan pasar

yang cukup tinggi akan mendatangkan hasil yang cukup menjanjikan.

B. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat yang dialami oleh Para

Pelaku UMKM Ikan Sunduk Krispy

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa usaha ikan sunduk krispy bisa

berjalan sampai saat ini karena dipengaruhi oleh faktor pendukung. Faktor

pendukung utama yaitu jarak tempat usaha yang berdekatan dengan lokasi sentra

36
jual beli ikan di daerah pantai utara Lamongan (Tempat Pelelangan Ikan

Brondong), sehingga akses untuk memperoleh bahan baku utama lebih mudah.

Menurut Anwar (2011), faktor pendukung utama sebuah kelangsungan

usaha adalah sumber bahan baku. Jika bahan baku mudah dan terjangkau untuk

didapatkan maka sangat besar kemungkinan usaha tersebut bisa berkembang.

Faktor pendukung lainnya yaitu modal. Modal adalah segala sumber daya

hasil produksi yang tahan lama, yang dapat digunakan sebagai input produktif

dalam proses produksi berikutnya (Alam, 2007).Pendukung yang paling utama

dalam pengembangan usaha adalah modal usaha. Modal usaha sendiri dapat

diartikan, modal adalah faktor usaha yang harus tersedia sebelum melakukan

kegiatan. Besar kecilnya modal akan mempengaruhi perkembangan usaha dalam

pencapaian pendapatan (Riyanto, 1996), arti modal yang lain modal meliputi baik

modal dalam bentuk uangmaupun dalam bentuk barang.Faktor modal ini justru

masih menjadi penghambat bagi para pengusaha ikan sunduk krispy. Keterbatasan

modal ini disebabkan sumber utama modal hanya berasal dari modal pribadi

pengusaha dan belum ada bantua modal dari pihak lain. Dalam hal ini, peran

pemerintah sangat diperlukan untuk mendanai kegiatan usaha untuk lebih

meningkatkan potensi daerah yang dimiliki.

Sebuah perusahaan agar dapat mempertahankan daya saingnya, harus

memperhatikan dua faktor penting yaitu faktor personil (SDM) dan

teknologi.Sumber daya manusia merupakan elemen yang sangat penting dalam

suatu perusahaan. Kegagalan mengelola sumber daya manusia dapat

mengakibatkan timbulnya gangguan dalam pencapaian tujuan dalam organisasi,

37
baik dalam kinerja, profit, maupun kelangsungan hidup organisasi itu sendiri

(Rayadi, 2012).

Peran dan fungsi sumber daya manusia dapat dikelompokkan menjadi dua

bagian, yaitu secara mikro dan makro. Secara mikro sumber daya manusia

berperan dalam hal faktor produksi (ketenagakerjaan).Sedangkan secara makro

peran sumber daya manusia dalam hal pembangunan dan kependudukan.Sumber

daya manusia sebagai produsen sangat berperan penting dalam kegiatan

perekonomian karena produsenlah, pihak yang mengolah dan menyediakan

barang-barang atau jasa yang dibutuhkan oleh para konsumen.Para pengusaha

ikan sunduk krispy merasa terbantu dengan adanya karyawan yang membantu

kegiatan produksi sehingga pekerjaan terasa lebih ringan.

Faktor produksi meliputi faktor produksi asli (alam dan tenaga kerja) dan

faktor produksi turunan (modal, wirausaha, teknologi dan skill).Dari berbagai

faktor produksi tersebut dapat dilakukan baik secara bersama-sama maupun secara

berdiri sendiri (Amiruddin, 2016).

Pemasaran adalah suatu proses atau aktivitas yang dilakukan oleh

perusahaan atau organisasi mulai dari perencanaan sampai dengan penyaluran

produk untuk menciptakan nilai pelanggan dan hubungan yang kuat dengan

pelanggannya. Hal tersebut dilakukan dalam upaya perusahaan mencapai

tujuannya.Pemasaran atau marketing merupakan bagian kegiatan yang penting

bagi perusahaan, dimana pemasaran sebagai salah satu faktor yang mendukung

perkembangan perusahaan. Perusahaan yang berhasil dalam melaksanakan

kegiatan pemasarannya akan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya

untuk terus berkembang demi tercapainya tujuan perusahaan.

38
Permintaan produk ikan sunduk krispy sebenarnya cukup tinggi, bahkan

menurut penuturan pengusaha ikan sunduk krispy secara umum di Desa

Kandangsemangkon banyak permintaan ikan sunduk krispy baik dari dalam

maupun luar daerah. Permintaan barang dalam jumlah besar sebenarnya dapat

berpengaruh terhadap produksi dan pemasaran ikan sunduk krispy, dengan

permintaan pasar yang cukup tinggi akan mendatangkan hasil yang cukup

menjanjikan. Selain itu, juga dapat dijadikan sebagai ajang promosi mengenai

potensi Desa Kandangsemangkon sebagai sentra produksi ikan sunduk krispy.

C. Peran Pemerintah terhadap UMKM Ikan Sunduk Krispy di Desa

Kandangsemangkon

Dalam menjalankan usaha, peran pemerintah merupakan salah satu aspek

yang sangat penting untuk menunjang keberlangsungan UMKM. Bantuan berupa

modal belum dirasakan oleh pelaku usaha ikan sunduk krispy. Dalam hal ini

pemerintah seharusnya menciptakan iklim usaha yang kondusif dan melakukan

bantuan berupa modal, sosialisasi, pelatihan-pelatihan dan program-program

lainnya yang dapat mendukung pengusaha ikan sunduk krispy agar tetap bisa

eksis dan memiliki daya saing dengan produk lokal lainnya.

Maraknya produk ikan sunduk krispy di kalangan penduduk Desa

Kandangsemangkon dan sekitarnya, seharusnya dapat dijadikan sebagai ajang

mempromosikan potensi Desa Kandangsemangkon dari hasil laut yang patut

dikembangkan.Sehingga Desa Kandangsemangkon nantinya dapat lebih dikenal

lagi sebagai sentra produksi ikan sunduk krispy.

39
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu pertama, usaha

ikan sunduk krispy yang berada di Desa Kandangsemangkon berdiri sejak sekitar

tahun 2005, 2011, dan 2013. Bahan baku utama dalam pembuatan ikan sunduk

krispy adalah ikan sunduk, sedangkan bahan penunjang lainnya yaitu tepung,

gula, garam, penyedap rasa, putih telur, rempah-rempah dan minyak goreng.

Proses pemasaran ikan sunduk krispy dilakukan dengan menjual langsung

dirumah maupun di toko dan pasar. Sebagian pembeli juga memesan ikan sunduk

krispy dalam jumlah banyak untuk kemudian dikemas ulang dan dijual lagi

(reseller) secara online maupun secara langsung.

Kedua, faktor pendukung usaha ikan sunduk krispy di Desa

Kandangsemangkon diantaranya adanya tenaga kerja, alat-alat produksi dan lokasi

produksi yang cukup dekat dengan nelayan penghasil ikan sehingga lebih mudah

mendapatkan bahan baku utama. Adapun faktor penghambatnya yaitu

ketersediaan ikan sunduk yang tidak menentu sehingga produksi tidak berjalan

stabil. Selain itu, kurangnya bantuan modal juga menyebabkan proses produksi

kurang efisien karena peralatan yang digunakan seluruhnya masih manual.

Ketiga, yaitu peran pemerintah sampai saat ini belum dirasakan oleh para

pengusaha ikan sunduk krispy baik berupa modal maupun bantuan lain. Meskipun

sudah ada wacana untuk pembuatan surat izin di lembaga terkait, akan tetapi saat

ini belum terlaksana.

40
B. Saran

Berdasarkan penelitian ini, dapat disarankan kepada semua kalangan

termasuk pelaku UMKM itu sendiri, masyarakat luas, pemerintah, maupun

lembaga-lembaga terkait yaitu:

1. Apabila pelaku UMKM kesulitan dalam mendapatkan bahan baku utama

(ikan sunduk), maka pengusaha bisa mengganti ikan sunduk dengan alternatif

bahan lain seperti usus ayam, jamur, atau bahan lain yang dapat diolah

sebagai produk krispy. Sehingga proses produksi bisa berjalan terus tanpa

harus bergantung pada ketersediaan ikan sunduk.

2. Apabila pelaku UMKM merasa kesulitan dalam memperoleh modal, maka

pelaku UMKM bisa mengajukan pinjaman kepada pemberi modal seperti

bank, koperasi, atau lembaga terkait lainnya.

3. Pemerintah perlu meningkatkan kepedulian terhadap potensi produk-produk

lokal dengan cara membantu dari segi modal, penyediaan fasilitas produksi,

sosialisasi, dan pelatihan-pelatihan. Hal ini akan berdampak baik bagi pelaku

usaha maupun masyarakat Desa Kandangsemangkon pada umumnya, karena

dapat meningkatkan nilai positif dari potensi desa yang ada berupa hasil laut.

4. Perlu dibangun suatu perkumpulan yang khusus bertanggungjawab dalam

mengkoordinasikan semua kegiatan yang berkaitan dengan upaya

penumbuhkembangan UMKM ikan sunduk krispy. Selain itu, perlu juga

dilakukan peningkatan promosi melalui media-media online, mengingat

selama ini hanya sebagian reseller yang mempromosikan lewat media online,

namun masih sebatas perorangan dan belum terintegrasi.

41
DAFTAR PUSTAKA

Tambunan, Tulus H. 2001. Perekonomian Indonesia. Penerbit Ghalia. Jakarta

Tangkilisan, Hesel Nogi. 2003. Implementasi Kebijakan Publik. Lukman Offset.


Yogyakarta

Anwar, Yuyun. 2011. 38 Inspirasi Usaha Makanan dan Minuman untuk Home
Industry. Agromedia Pustaka. Jakarta

Alam, S. 2007. Ekonomi.Esis. Jakarta

Riyanto. 1996. Pembelanjaan Perusahaan, BPFE, Yogyakarta.

Rayadi.2012. Faktor Sumber Daya Manusia yang Meningkatkan Kinerja


Karyawan dan Perusahaan di Kalbar (http://repository.polnep.ac.id).AMIK
Panca Bhakti Pontianak. Pontianak

Idris, Amiruddin. 2016. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Penerbit


Deepublish. Yogyakarta

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik.


Revisi 14. Jakarta : Rineka Cipta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Cetakan ketiga. Jakarta : Perum Penerbitan dan Percetakan Balai Pustaka

Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan. 2013. Laporan Tahunan


Bidang Perikanan Budidaya. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya,
2012. Statistik Ekspor Hasil Perikanan tahun 2014.

Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta Kelautan dan Perikanan Dalam


Angka tahun 2015. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Joesron dan M. Fathorozi. 2003. Teori Ekonomi Mikro. Dilengkapi Beberapa


Bentuk Fungsi Produksi. Jakarta : PT Salemba Emban Patria.

Nicholson, Walter. 2002. Mikroekonomi Intermediate. Jakarta : Binarupa Aksara.

Marpaung, Ridawati. 2008. Pengolahan dan Kelayakan Usaha Abon Ikan di


Kabupaten Tanjung Jabung Barat. J. Ilmiah Universitas Batanghari Jambi
Vol 8 No 3 : 74-80.
42
Glendoh S.H. 2001. Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil. J. Manajemen
& Kewirausahaan 3: 1 – 13.

Herawati E.S. 2002. Pengolahan Ikan Secara Tradisional: Prospek dan Peluang
Pengembangan . J. Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 21 No 3.

43

Anda mungkin juga menyukai