OLEH
1
BAB I. PENDAHULUAN
Peraturan Daerah No.1 Tahun 1970, tanggal 17 Januari 1970 menetapkan hari
lahirnya Provinsi Jambi pada tangga 6 Januari 1957 yang diperingati setiap
tahunnya.
kearah Barat terbentang antara 0˚. 45’ sampai 2˚. 45’ Lintang Selatan diantara
101˚.0’ dan 104˚.55’ Bujur Timur. Provinsi yang terletak di Sumatera Bagian
Tengah ini disebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Riau dan disebelah
dibatasi oleh provinsi Bengkulu dan Sumatera Barat, sebelah Timur oleh Selat
Berhala.
2
- Kabupaten Batanghari dengan Ibukota Muara Bulian.
Jambi beriklim tropik, suhu udara maksimum 31,6˚ C dan terendah 22,7˚C. Di
daerah pegunungan Kerinci relatif lebih sejuk dengan suhu udara maksimum
28˚C. Perbedaan suhu udara antara musim kemarau dan musim penghujan
dengan ketinggian 0-100 m dari permukaan laut, dataran tinggi antara 100-
3
di daerah ini antara lain Gunung Kerinci (3.800m), Gunung Masurai
tahun.
Provinsi Jambi banyak memiliki aliran sungai dan yang terbesar dan
dapat dilayari sampai jauh kehulu dan sejak dahulu telah dimanfaatkan oleh
Danau Tujuh, Danau Depati Empat, dan Danau Sipin. Yang disebut terakhir
B. Sejarah.
sekarang masih dalam pengkajian para ahli. Prasasti tertua yang pernah
4
sekitar tahun 686 Masehi, bangunan candi-candi dan arca-arca yang banyak
bahwa Jambi pernah berdiri sebuah Kerajaan besar yaitu kerajaan Melayu
tahun 645.
kerajaan Islam yang disebut kerajaan melayu II. Sebagai Sultan pertama
Masak. Salah seorang putranya adalah Orang Kayo HItam yang terkenal
Melayu Jambi. Pada masa pemerintahan Sultan Abdul Kahar, sebuah misi
dagang Kompeni Belanda yang dipimpin oleh Abraham Strek mendrikan Loji
Dagang di Suak Kandis (Desa Gedung Terbakar), tetapi tidak mendapat izin
5
pertempuran di Betung Berdarah tanggal 27 April 1904 Sultan Thaha
Syaipuddin gugur dalam usia 88 tahun, dan Keris Siginjai sebagai lambang
kekuasaan Kerajaan Melayu Jambi dibawa oleh Belanda. Sejak saat itu
status dua asisten Residen menjadi tujuh Onder Afdeling yang masing-
Tengah menjadi tiga Provinsi, maka Jambi resmi menjadi Daerah Swantantra
Tingkat I.
6
7. 1565 Panembahan Bawah Sawo
10. 1643 Pangeran Depati Anom gelar Sultan Abdul Djalfi, disebut Sultan
Agung
11. 1665 Raden Penulis gelar Sultan Abdul Mahji disebut Sultan
Ingologo
12. 1690 Raden Tjakra Negara (Pangeran Depati) gelar Sultan Kiyai
Gede
13. 1690 a). Kiyai Singo Patih gelar Abdul Rachman, berkedudukan di
Bangundjajo
14. 1690 b). Raden Tjulip (Djulat) gelar Sunan Ingologo, di Bukit Serpeh
Sumai
17. 1770 Pangeran Purbo Suto Widjoyo gelar Sultan Anom Seri Ingologo
18. 1790 Pangeran Ratu gelar Sultan Ratu Sri Ingologo disebut Mas’oed
Badaroeddin
19. 1812 Raden Danting gelar Sultan Agung Sri Ingologo disebut Sultan
Mohamad Mahidin
20. --- Raja Jambi ini beristri salah seorang Putri Raja Palembang
7
21. 1833 Raden Muhamad (Pangeran Ratu) gelar Sultan Muhamad
Nasaroedin
Syaifuddin
Sultan Bajang
8
BAB II. HUKUM ADAT DAN ADAT MELAYU
Istilah hukum adat sebenarnya berasal dari bahasa Arab, “Huk’m” dan
Hukum Islam dikenal misalnya “Hukum Syari’ah” yang berisi adanya lima
(celaan) dan jaiz, mubah atau halal (kebolehan). Adah atau adat ini dalam
bahasa Arab disebut dengan arti “kebiasaan” yaitu perilaku masyarakat yang
Istilah hukum adat yang mengandung arti aturan kebiasaan ini sudah
pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636) istilah hukum adat ini telah
dipergunakan, ini ditemukan dalam kitab hukum diberi nama “Makuta Alam”
yang ditulis oleh Jalaluddin bin Syeh Muhammad Kamaludin anak Kadhi
Baginda Khatib Negeri Trussan atas perintah Sultan Alaiddin Johan Syah
9
bahasa Belanda “Adat-Recht”, untuk membedakan antara kebiasaan atau
pendirian dengan adat yang memiliki sanksi hukum. Seperti diketahui, hasil
dalam tiga jilid bukunya yang berjudul Het Adat-Recht van Nederlandsch
tentang hukum adat telah dipergunakan oleh pemerintah Hindia Belanda. Hal
2. Dalam R.R. (Regerings Reglement) 1854 Pasal 75 ayat (3) redaksi lama
Kebiasaan-kebiasaan).
10
3. Dalam I.S. (Indische Staatsregeling = Peraturan Hukum Negara Belanda
128 ayat (4) – sebelumnya, Pasal 71 ayat (2) sub b redaksi baru R.R
1854 yang mengganti Pasal 75 ayat (3) redaksi lama R.R. 1854
Rakyat).
4. Dalam I.S. Pasal 131 ayat (2), sub b digunakan istilah “Met Hunne
kebiasaan mereka).
“Adat-Recht”.
undang pemerintah Belanda pada tahun 1920, yaitu untuk pertama kali
11
digunakan dalam undang-undang Belanda mengenai Perguruan Tinggi di
negeri Belanda, Nederlands) Stbl. 1920 nr. 105 dan dalam Academisch
Statuut.
Pemerintah Belanda atau Hindia Belanda, istilah “adat recht” telah sering
ditulis para ahli asing pada permulaan abad ke-20. Hal ini terlihat dari
(1904).
sebagai berikut:
bagi orang pribumi dan Timur Asing pada satu pihak mempunyai sanksi
(karena bersifat hukum), dan pada pihak lain berada dalam keadaan tidak
12
Hukum adat adalah keseluruhan aturan yang menjelma dari
diundangkan oleh penguasa tapi dihormati dan ditaati oleh rakyat dengan
Hukum adat adalah hukum tak tertulis, hukum kebiasaan dengan ciri
Hukum adat adalah sinonim dari hukum yang tidak tertulis di dalam
6. Menurut Soekanto
13
Hukum adat adalah kompleks adat-adat yang kebanyakan tidak
hukum itu).
7. Menurut Hazairin
Hukum adat adalah hukum yang dijumpai dalam adat sebagai bagian
Indonesia dalam hubungan satu sama lain baik yang merupakan keseluruhan
keputusan dalam masyarakat adat itu yaitu dalam keputusan lurah, penghulu,
14
10. Menurut Soediman Kartohadiprodjo
Hukum adat adalah suatu jenis hukum tidak tertulis yang tertentu yang
memiliki dasar pemikiran yang khas yang prinsipil berbeda dari hukum tertulis
lainnya. Hukum adat bukan hukum adat karena bentuknya tidak tertulis,
melainkan hukum adat adalah hukum adat karena tersusun dengan dasar
pemikiran tertentu yang prinsipil berbeda dari dasar hukum pemikiran barat.
tingkah laku yang bersifat hukum di segala segi kehidupan orang Indonesia,
yang pada umumnya tidak tertulis yang oleh masyarakat dianggap patut dan
sebagian besar tidak tertulis, senantiasa ditaati dan dihormati oleh rakyat,
15
Hukum adat pada hakikatnya merupakan hukum kebiasaan, artinya
Pembangunan
Hukum adat diartikan sebagai hukum Indonesia asli yang tidak tertulis dalam
antara hukum adat dengan adat. Jadi dengan mengatakan adat, berarti pula
meliputi hukum adat, baik adat tanpa sanksi maupun adat yang mempunyai
sanksi.
Akan tetapi apabila hukum adat ini ingin dipelajari sebagai suatu studi
keduanya, sebab agar jelas kemudian bidang telaahan yang akan dilakukan
16
terhadap ilmu pengetahuan ini dan eksistensinya sebagai salah satu bidang
dengan adat ini karena keduanya merupakan unsur yang membentuk suatu
tersebut, maka akan ditetapkan ciri-ciri hukum adat yang merupakan tanda
17
terhimpun di dalam pelbagai Lembaga dalam masyarakat. Setiap
application)
18
Aplikasi secara universal menentukan bahwa putusan-putusan dari
akan dating.
kesatu. Dalam hal ini pihak kesatu dan pihak kedua harus terdiri
dari atas individu-individu yang masih hidup. Jika putusan itu tidak
keagamaan.
19
Pendapat para ahli di atas memberikan gambaran bahwa ada
sebagai atribut hukum adat, yang oleh Djaren Saragih disebutkan bahwa
sebagai pedoman yaitu batasan dan atribut dari gejala hukum (adat) itu.
budaya adalah bentuk jamak dari kata “budi” atau “akal”. Jadi, budaya adalah
daya dari budi yang berupa cipta, karya, dan rasa; kebudayaan adalah hasil
dari karya, cipta, dan rasa manusia yang hidup bersama. Karya masyarakat
suatu “blue print of behavior” yang memberikan pedoman dan atau patokan
perikelakuan masyarakat.
Oleh karena itu tidak ada suatu masyarakat yang tanpa kebudayaan,
20
pasti memiliki nilai-nilai dan norma-norma atau kaidah-kaidah. Salah satu
disebut dengan norma adat dan hukum adat. Dengan demikian, norma
sosial).
yang amat kompleks maupun yang amat kompleks maupun yang amat
itu berlain-lainan. Begitu pula halnya dengan hukum adat Indonesia seperti
halnyadengan semua sistem hukum lain di dunia ini, maka hukum adat
senantiasa tumbuh dari kebutuhan hidup yang nyata, cara hidup, yang
Indonesia, maka berarti kita berusaha untuk mempelajari cara hidup dan
21
berpikir dan struktur kejiwaan bangsa Indonesia. Oleh karenanya struktur
kejiwaan dan cara berpikir akan mewujudkan corak-corak tertentu dalam pola
kehidupan, maka dari situasi ini, maksudnya dari struktur kejiwaan dan cara
hukumnya. Demikian pula keadaan bagi hukum adat dari bangsa Indonesia.
merupakan penjelmaan dari struktur kejiwaan dan cara berpikir dari bangsa
Indonesia akan tercermin lewat hukum adat, melalui corak-corak hukum adat
itu sendiri. Dari kenyataan ini jelaslah bahwa hukum adat merupakan bagian
A. Tradisional
turun temurun, dari zaman nenek moyang hingga ke anak cucu sekarang
22
kekerabatan masyarakat Minangkabau yang menarik garis keturunan dari
hukum kewarisan berlaku sistem mayorat lelaki artinya anak tertua lelaki
adiknya sampai dewasa dan dapat berdiri sendiri. Harta peninggalan itu
kedudukan anak tertua lelaki, atau “tanoh menyanak” (tanah kerabat yang
B. Keagamaan
23
dan sebagainya) dan alam sejagad ini ada karena ada yang mengadakan
benda-benda.
tubuh manusia yang luar biasa, benda-benda yang luar biasa, dan
yang mengisi, menghuni seluruh alam semesta (dunia kosmos) dan yang
24
lebih-lebih benda yang berupa dan berbentuk luar biasa, dan semua tenaga-
keseimbangan. Tiap tenaga gaib itu merupakan bagian dari kosmos, dan
keridoan Yang Maha Pencipta, Yang Maha Gaib dengan harapan karya itu
(pamali dalam bahasa Sunda) yang berakibat timbulnya kutukan dari Yang
Maha Kuasa.
dalam pembukaan UUD 1945 alinea ketiga, yang berbunyi: “atas berkat
rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan
kepentingan pribadi diliput oleh kepentingan bersama. Satu untuk semua dan
25
semua untuk satu, hubungan hukum antara anggota masyarakat adat
gotong royong.
pedesaan Jaw ajika ada tetangga menderita kesusahan atau kematian, maka
mengatakan “duduk sanak duduk kadang ning yen mati melu kalangan”
(sanak bukan, saudara bukan, jika ada yang mati turut merasa kehilangan).
Bahkan corak dan sifat kebersamaan ini terangkat pula dalam Pasal
Corak hukum adat itu terbuka artinya hukum adat itu dapat menerima
unsur-unsur yang datangnya dari luar asal saja tidak bertentangan dengan
jiwa hukum adat itu sendiri. Sedangkan corak hukum adat itu sederhana
26
artinya hukum adat itu bersahaja, tidak rumit, tidak banyak administrasinya,
hukum Hindu dalam hukum perkawinan adat yang disebut “kawin anggau”.
Jika suami wafat maka isteri kawin lagi dengan saudara suami. Atau
masuknya pengaruh Islam dalam hukum waris adat apa yang disebut bagian
“sepikul segendong”, bagian warisan bagi ahli waris laki-laki lebih banyak dari
dalam perjanjian bagi hasil antara pemilik tanah dan penggarap, cukup
adanya kesepakatan dua pihak secara lisan tanpa surat menyurat dan
kesaksian kepala desa dan sebagainya. Begitu pula dalam transaksi yang
lain seperti gadai, sewa menyewa, hutang piutang, tukar menukar, sangat
dibuatkan surat menyurat tanda pembagian dan banyaknya bagian para ahli
waris, tidak ada ketentuan seperti hukum Barat dalam KUHP Perdata atau
yang telah ditetapkan dalam Al Quran dan Al Hadist. Apalagi jika harta
27
28
BAB IV. ADAT YANG TERADAT
adalah:
masyarakat hukum adat, yang dalam studi hukum adat disebut tiga tipe utama
29
artinya anggota-anggota kelompok itu terikat karena merasa berasal dari
nenek moyang yang sama. Menurut para ahli hukum adat di masa
dalam tiga macam yaitu yang bersifat patrilineal, matrilineal, dan bilateral
atau parental.
30
Suku dalam masyarakat Minangkabau sama dengan “marga” dalam
karena itu suku di sini diartikan bukanlah dalam arti suku bangsa,
suku lareh Koto Piliang dan lareh Bodi Chaniago, akhirnya banyak
nama suku yang sekarang yang tidak jelas lagi asal usulnya.
Yang termasuk Koto Piliang antara lain ialah, Koto, Piliang, Pisang,
pihak Bapak dan pihak Ibu berjalan seimbang atau sejajar, masing-
masing anggota kelompok masuk ke dalam klen Bapak dan klen Ibu,
31
seperti terdapat di Mollo (Timor) dan banyak lagi Melanesia. Tetapi
Sulawesi.
a. Persekutuan Desa
b. Persekutuan Daerah
pemerintahan desa.
32
3. Persekutuan Hukum Genealogis Teritorial
pada satu daerah dan terikat pula dalam satu Marga atau keturunan.
33
a. Daerah-daerah Batak (Tapanuli)
(b) Angkola
4. Sumatera Selatan
a. Bengkulu (Rejang)
Tulangbawang)
Semendo)
4 . Enggano
34
5. Daerah Melayu (Lingga Riauw, Indragiri, Sumatera Timur, orang-
orang Banjar)
Daya Landak dan Daya Tayan, Daya Lawangan, Lepo Alim, Lepo
8. Minahasa (Menado)
Kepulauan Banggai)
pulau Sula)
Kaisar)
35
15. Kepulauan Timor (kepulauan Timor, Timor, Timor Tengah, Mollo,
17. Jawa Tengah dan Timur serta Madura (Jawa Tengah, Kedu,
masyarakat.
36
Misalnya di daerah Provinsi Lampung, sekarang sudah terdapat
A. Hal Keturunan
antara orang seorang dengan orang lain, dua orang atau lebih yang
hubungan darah. Jadi yang tunggal leluhur di sini adalah keturun seorang
anak anaknya. Juga kita melihat bahwa pada umumnya ada akibat-akibat
37
ketunggalan leluhur. Akibat-akibat hukum ini tidak semua daerah sama,
serta mutlak bagi suatu klan, suku ataupun kerabat yang menginginkan
Oleh karena itu, apabila ada sesuatu klan, suku ataupun kerabat
ikut mengguna kan dan berhak atas bagian kekayaan keluarga, wajib
ni terjadi antara bapak dengan anak, antara kakek, bapak dan anak,
rangkaian hubungan ini di lihat dari anak ke bapak terus ke kakek disebut
38
keturunan ini bersifat lurus ke atas. Sedangkan yang dimaksud keturunan
sebagainya.
derajat keturunannya.
dalam hukum kekeluargaan adat ini yang disebut keturunan garis bapak
39
Yang dimaksud dengan keturunan garis bapak atau yang disebut
hari mengakui keturunan dan belah pihak yang disebut bilateral. Akan
keturunan dari kedua belah pihak orangtuanya, yaitu ibu dan bapak.
nyata diakui juga, terbukti dari adanya larangan untuk nikah atau
40
Sedangkan mengapa terjadi perbedaan anutan hubungan antara
dekat atau rapat meresap di antara para warganya. Hal ini menyebabkan
yang membedakan jauh lebih banyak dan lebih penting daripada pihak
dari seorang atau suami/isteri, baik yang lurus ke atas, lurus ke bawah
41
1. Masalah perkawinan; yaitu untuk meyakinkan apakah terdapat
sebagainya.
adat ini adalah sangat penting, karena dalam hukum adat anak
mampu lagi secara fisik untuk mencari nafkah sendiri atau dalam hal
42
setelah anak dilahirkan, agar anak dimaksud dapat menjadi anak yang
43
Di samping upacara-upacara adat yang berhubungan
lahir pada hari Jum’at, maka setiap hari Jum’at diadakan pula
yang lahir di luar perkawinan, anak yang lahir karena zinah dan
anak yang lahir di luar perkawinan tetap saja ibu yang melahirkan
44
anak itu sebagai ibunya. Jadi tidak ada yang dipermasalahkan
keras ibu anak ini, bahkan semula lazimnya si ibu dibuang dari
budak.
Selatan dalam satu rapat warga. Demikian juga di Bali, bahkan jika
adalah agar si anak dapat lahir dalam masa perkawinan yang sah,
sehingga anak itu nantinya menjadi anak yang sah. Cara yang
45
demikian banyak ditemui di daerah-daerah Jawa disebut nikah
persektuan adatnya.
ibu anak ini biasa saja seperti hubungan antara bapak dengan
memberikan satu hadiah yang disebut “ilikur” kepada ibu dan anak
dengannya.
46
yang bersangkutan kawin, maka anak tersebut disahkan, di
sebagai anak yang sah. Ketentuan hukum Islam ini sama sekali
waktu mengandung.
47
kenyataan ini terjadi pada masa-masa yang lalu. Akan tetapi
memiliki istri resmi. Misalnya dalam hal warisan, anak dan istri
ibunya.
ayah anak tersebut saja, tetapi kewajiban ini juga diikuti ibunya.
48
Hubungan hukum antara anak dengan orangtuanya
“mengaliplip”.
anak itu.
49
keluarga pihak bapak atau ibunya yang terdekat dan
anak ini.
50
sama seperti antara orangtua dengan anak kandung.
“purusa”, tetapi akhir-akhir ini dapat pula anak diambil dari luar
51
lingkungan keluarga istri yang disebut pradana. Dapat pula
anak dari selir-selir ini di angkat menjadi anak dari istrinya yang
resmi (sah).
matang
“diperas”.
52
sebagai pegawai kerajaan untuk keperluan adopsi ini membuat
keturunan.
53
- Karena belum dikaruniai anak, sehingga dengan mengangkat
- Mengangkat anak laki-laki dari seorang selir menjadi anak laki-laki dari
- Mengangkat anak tiri (anak istrinya) menjadi anak sendiri karena tidak
bapak dari anak itu masih hidup. Di daerah Minangkabau hal yang
54
pengangkatan anak ini dengan maksud untuk memungkinkan
- Bali dan Maluku, hampir sama dengan Kepulauan Kei, mengangkat anak
kawin dan belum dewasa. Sedangkan yang mengangkat anak sendiri pada
umumnya juga sudah dewasa, sehingga anak yang diangkat itu pantas
menjadi anaknya.
sendiri tidak jarang juga dipengaruhi oleh ajaran agama Islam, seperti yang
- Dalam menikah; anak tersebut tidak boleh memilih bapak angkat bertindak
sebagai mewakili wali nikah yang dianggap wali nikah sebenarnya adalah
tetap bapak kandung si anak angkat tersebut, atau penggantinya yang resmi
55
- Dalam perkawinan; jika semula tidak ada larangan perkawinan antara anak
garis lurus, maka setelah dipengaruhi oleh agama Islam maka kenyataan ini
BAB IV
masyarakat adil dan makmur yang merata materil dan spirituiil berdasarkan
tergantung pada komoditas karet kepada bentuk pertanian yang maju dan
56
Kebijaksanaan pembangunan daerah tersebut dilandasi oleh trilogi
dan memanfaatkan segala dana dan daya yang ada padanya untuk
daerah yang telah diatur oleh Undang undang No. 5 tahun 1974, tentang
57
juga Undang-undang No. 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa
pembantuan.
menjadi sangat berat, kompleks dan sarat, yatu meliputi hampir semua
akan lebih memberi arti yang lebih besar dalam melibatkan partisipasi
dan swadaya masyarakat. Dalam rangka ini maka kepada seluruh kepala
58
program pembangunan pedesaan dalam konteks rekayasa social. Dalam
pembangunan pedesaan, program ini adalah bertitik tolak dari apa yang
paling dibutuhkan oleh rakyat, dalam kaitan ini menurut A Rahman Sayuti
sedangkan pola operasional bertitik sentral pada tugas dan fungsi Camat
Kepala Wilayah, dibantu oleh aparat dan perangkat desa termasuk dalam
segala macam aspirasi dan keinginan yang datang dari bawah dan dari
atas seperti diketahui penyaluran aspirasi dari bawah yaitu dari warga
sendiri.
59
Dalam menjalankan roda pemerintahan dan pelakon
keinginan dari atas (top down). Dilihat dari sini jelas sekali peranan
lembaga adat sangat besar dan stategis didalam mengisi dan ikut serta
60
Dari ungkapan yang telah dikemukakan tersebut diatas
kondisi yang demikian ini berarti lembaga adat telah dapat memberi
pembangunan.
Tabel 1
RESPONDEN
Bidang Kemasyarakatan
- Pengajian
dilanggar/rumah malam
hari
marhaban, Barzanji,
Perkawinan
61
Bidang Sosial
- Seni daerah
75% 25% 85% 15% 80% 20%
- Peninggalan kuno
Bidang Pemerintahan
- Sengketa adat
80% 20% 90% 10% 88% 12%
- Kekayaan milik adat
Sumber Data: data Primer .Laporan Pengurus Lembaga Adat dan Responden Tokoh Masyarakat.
(Somad, 2002)
Adat Propinsi jambi ternyata telah dapat dilaksanakan secara baik, hal ini dapat
malam yaitu antara maghrib dengan isya memberikan pendidikan agama kepada
Marhaban, Barzanji, Zikir Bardah dan acara perkawinan telah terlaksana, yaitu 89
%.
Responden Pengurus Lembaga adat dan tokoh masyarakat dalam bidang social
sesepuh adat pada tokoh masyarakat baik nasional maupun daerah, kekayaan milik
adat dari responden pengurus lembaga adat dan tokoh masyarakat telah menjawab
62
berjalan secara baik dengan demikian secara keseluruhan pelaksanaan program
kerja Lembaga Adat Propinsi Jambi telah dapat terlaksana dan tidak banyak
mendapat hambatan.
Tabel 2
RESPONDEN
Bidang Kemasyarakatan
- Pengajian
dilanggar/rumah malam
hari
marhaban, Barzanji,
63
Brada dan acara
Perkawinan
Bidang Sosial
- Seni daerah
80% 20% 83% 17% 85% 15%
- Peninggalan kuno
Bidang Pemerintahan
- Sengketa adat
90% 10% 93% 7% 90% 10%
- Kekayaan milik adat
Sumber Data: data Primer (Laporan Pengurus Lembaga Adat dan Responden Tokoh Masyarakat)
secara baik, hal ini dapat dilihat dari tanggapan responden, pengurus
malam yaitu antara maghrib dengan isya memberikan pendidikan agama kepada
Marhaban, Barzanji, Zikir Bardah dan acara perkawinan telah terlaksana cukup
terlaksana hanya 20 %.
sesepuh adat pada tokoh masyarakat baik nasional maupun daerah, kekayaan milik
adat dari responden pengurus lembaga adat, tokoh masyarakat dan pengurus
64
Masjid/langgar telah menjawab sudah terlaksana 90 %, dan yang belum terlaksana
10 %, ini berarti kegiatan bidang Pemerintahan telah dapat berjalan secara baik, ini
optimal terhadap program kerja Lemabga adat maupun atas seruan Pembina Adat
Propinsi Jambi.
Tabel 3
RESPONDEN
Bidang Kemasyarakatan
- Pengajian
dilanggar/rumah malam
65
hari 98% 2% 95% 5% 88% 12%
- Kegiatan seni
marhaban, Barzanji,
Perkawinan
Bidang Sosial
- Seni daerah
85% 15% 90% 10% 88% 12%
- Peninggalan kuno
Bidang Pemerintahan
- Sengketa adat
87% 13% 95% 5% 90% 10%
- Kekayaan milik adat
Sumber Data: data Primer (Laporan Pengurus Lembaga Adat dan Responden Tokoh Masyarakat)
Kabupaten Dati II Bungo Tebo, ternyata telah dapat dilaksanakan secara baik, hal
ini dapat dilihat dari tanggapan responden, pengurus masjid/langgar, Lembaga Adat
gelar sesepuh adat pada tokoh masyarakat baik nasional maupun daerah,
milik adat dari responden terlihat telah memberikan jawaban rata-rata berkisar 90%
66
yang telah dapat dilaksanakan, dengan demikian pelaksanaan program Lembaga
adat di Daerah Tingkat II kabupaten Bungo Tebo, telah mendapat sambutan yang
baik dari masyarakat dan berarti keberadaan Lembaga Adat itu telah mendapat
Tabel 4
RESPONDEN
Bidang Kemasyarakatan
- Pengajian
67
dilanggar/rumah malam
hari
94% 6% 93% 7% 90% 10%
- Kegiatan seni
marhaban, Barzanji,
Perkawinan
Bidang Sosial
- Seni daerah
85% 15% 95% 5% 94% 6%
- Peninggalan kuno
Bidang Pemerintahan
- Sengketa adat
87% 13% 97% 3% 95% 5%
- Kekayaan milik adat
Sumber Data: data Primer (Laporan Pengurus Lembaga Adat dan Responden Tokoh Masyarakat)
Lembaga Adat Kabupaten Dati II Bungo Tebo, ternyata telah dapat dilaksanakan
secara optimal, hal ini dapat dilihat dari tanggapan responden, pengurus
malam yaitu antara maghrib dengan isya memberikan pendidikan agama kepada
Marhaban, Barzanji, Zikir Bardah dan acara perkawinan demikian juga dalam
68
sengketa adat serta menggali dan memanfaatkan sumber kekayaan milik adat dari
90% sudah dilaksanakan dan yang belum dilaksanakan dan yang belum
Tabel 5
RESPONDEN
69
Bidang Kemasyarakatan
- Pengajian
dilanggar/rumah malam
hari
marhaban, Barzanji,
Perkawinan
Bidang Sosial
- Seni daerah
83% 17% 85% 15% 85% 15%
- Peninggalan kuno
Bidang Pemerintahan
- Sengketa adat
90% 10% 95% 5% 95% 5%
- Kekayaan milik adat
Sumber Data: data Primer (Laporan Pengurus Lembaga Adat dan Responden Tokoh Masyarakat)
Kegiatan seni Marhaban, Barzanji, Zikir Bardah dan Upacara perkawinan rata-rata
menyatakan telah terlaksana 90% yang menyatakan belum terlaksana kurang dari
10 % berarti kegiatan bedang kemasyarakatan ini telah berjalan dengan baik sesusi
70
masyarakat yang menyatakan sudah dapat dilaksanakan 85%, ini berarti telah
milik adat. Responden pengurus masjid/langgar, pengurus Lembaga Adat dan tokoh
90%, ini berarti adanya pengaruh yang cukup positip dengan dikeluarkannya
bidang Pemerintahan ini sangat baik dengan demikian adanuya dukungan yang
besar oleh masyarakat terhadap program Lembaga adat dengan kata lain program
Tabel 6
RESPONDEN
71
JENIS PROGRAM MESJID/LANGGAR LEMBAGA ADAT MASYARAKAT
Bidang Kemasyarakatan
- Pengajian
dilanggar/rumah malam
hari
marhaban, Barzanji,
Perkawinan
Bidang Sosial
- Seni daerah
85% 15% 87% 13% 85% 15%
- Peninggalan kuno
Bidang Pemerintahan
- Sengketa adat
95% 5% 96% 4% 95% 5%
- Kekayaan milik adat
Sumber Data: data Primer (Laporan Pengurus Lembaga Adat dan Responden Tokoh Masyarakat)
72
Bidang sosial, yang terdiri dari kegiatan inventarisasi seloka adat, Pengembangan
besar, terutama dalam penggalian peninggalan kuno. Hal ini dapat dimaklumi,
ahli, sedangkan tenaga ahli harus didatangkan dari luar, untuk bidang
Pemerintahan yang meliputi kegiatan pengukuhan gelar adat, sengketa adat dan
pengurus Lembaga Adat dan tokoh masyarakat adat telah menyatakan sudah
hal ini dapat dimaklumi sebab apabila kita hubungkan dengan table 6 kegiatan
lembaga adat Propinsi Jambi ternyata memang frekuensi kegiatan pemberian gelar
setelah adanya PERDA Nomor 11 Tahun 1991 cukup menghikat demikian juga
dalam pengawasan Seloka Adat ( yang dilakukan oleh masyarakat) telajh dapat
diselesaikan oleh lembaga ada, ini berarti secara keseluruhan kegiatan lembaga
adat di kerinci telah menunjukkan bukti yang baik terutama setelah dikukuhkannya
lembaga adat melalui PERDA Nomor 11 Tahun 1991 dan berarti PERDA tersebut
73
Kepemimpinan dalam masyarakat adat apa yang disebut dengan
tangga, tata urutannya dari bawah kentas dan dari atas kebawah secara teratur,
dari rakyat yang disimpaikan kepada atasan menurut alur seperti jenjang anak
tangga, secara bertingkat artinya setiap keputusan yang dibuat oleh pemimpin adat
itu adalah merupakan apa yang diinginkan dari bawah, kesepakatan yang telah
sangat demokratis, sehingga setiap keputusan yang dibuat dan ditetapkan dipatuhi
dan diikuti oleh masyarakat, pengaturan demikian ini juga tercermin dalam tata cara
lingkungan masyarakat.
hukum adat:
a. Tengganai.
Tengganai adalah saudara laki-laki dari suami istri, tengganai ada dua bagian:
74
2. Tengganai luar atau perbuali yaitu saudara laki-laki dari pihak suami Tengganai
menjernihkan yang keruh segala hal-hal yang terjadi dalam keluarga yang
b. Tuo Tengganai
Tuo tengganai adalah orang tua-tua dari sekumpulan Tengganai Tengganai dari
kusut, mengajum anak dan pinak, cupak dengan gantang, kerak dengan kudung,
makan habis, mancung mutus dalam kalbu yang dipimpinnya. Dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya tuo tengganai selalu berpedoman kepada " adat nan lazim,
pusako nan kawi, adat nan bersendikan sarak, sarak bersendl kitabullah”.
c. Nenek mamak
Nenek mamak merupakan gabungan tuo-tuo tengganai dalam suatu wilayah, yang
kabupaten Tanjung Jabung disebut "Datuk". Tugas dan kewajiban nenek mamak
keruh, menarik menaju, memakan habis, memancung putus bagi setiap persoalan
yang tidak dapat diselesaikan oleh tuo-tuo tengganai. Dalam melaksanakan tugas
75
dan keputusan demi terciptanya kerukunan dan ketenangan dalam masyarakat
mufakat seperti kata adat "Bulat air dek pembuluh, bulat kato dek mufakat
"disamping itu nenek mamak juga berperan ." sebagai kayu gedang dalam negeri"
untuk mufakat yang selalu digunakan oleh nenek mamak ini dengan acuan seperti
kata bahasa adat "Bulat air dek pembuluh, bulat kato dek mufakat"
pemimpin dengan yang dipimpin serta kewenangan yang ada padanya, seperti
76
(istri dipimpin oleh suami)
8. Rantau sekatojenang
Oleh karena, peran pemimpin dalam masyarakat adat mempunyai kedudukan yang
sangat penting menjadi panutan bagi masyarakat, berwibawa dan dipatuhi maka.
menurut ketentuan adat ada beberapa hal yang tidak boleh dimiliki dan dilarang
serta tidak boleh mempunyai watak buruk, sifat-sifat atau perangai atau prilaku yang
77
1. Burung kecil, ciling mato (Orang yang selalu mencari kesalahan orang lain
2. Burung gedane dua suaro (Pemimpin yang lain kata dengan perbuatan, tidak
4. Cincin tembago bersuaro, terletak di jari kiri, yang biaso hendak binaso, keris
7. Teluk pengusut rantau (Nenek mamak membiarkan persoalan kecil lalu jadi
besar)
8. Orang tuo berlaku budak (Orang tua tetapi kelakuannya seperti anak-anak,
rusak)
harus dipegang oleh pimpinan masyarakat adat dengan harapan agar pimpinan itu
benar-benar dapat dipercaya, bersih dan tidak memiliki watak-watak yang buruk
tersebut maka pimpinan itu akan dicintai, diikuti, berwibawa dan menjadi panutan
78
dalam kehidupan masyarakat demikian juga keputusannya. setiap hukuman atau
keputusan yang dijatuhkan haruslah hukum yang adil, hukum bagi rakyat adalah
neraca untuk alat menimbang atau mengukur tentang salah atau benar sesuatu
perbuatan dalam masyarakat, oleh karena itu rakyat melalui musyawarah Nenek
Mamak, Tuo-Tuo Tengganai, Alim Ulama dan Cerdik Pandai berhak untuk menolak
dengan kepentingan rakyat yang dalam bahasa adat disebutkan "raja adil raja
Oleh sebab itu persyaratan tentang pimpinan dalam masyarakat adat sangat ketat,
apalagi pimpinan tersebut harus tumbuh dari bawah seperti kata babasa adat.
"Tumbuh kareno ditanam, tinagi kareno dianjung, gedang kareno dilambuk, mulio
kareno dihormati, bukan cucur dari langir. tidak tumbuh dari bumi. Seorang
pimpinan itu. "Bercakap dulu sepatah, berjalan dulu selangkah, makan ngabisi,
mencincang mutus", oleh karenanya pimpinan itu harus memiliki watak "Kalau
berpikir tidak sekali sudah. Berunding tidak sekali putus, Cukup dengan sisik dan
siangnya, sebab seorang pimpinan seperti dikatakan orang "kayu gedang ditengah
gedang tempat bersandar, akarnya kukuh tempat bersilo, kok pergi tempat
79
Sebelum berlakunya Undang-undang No 5 Tahun .1979 tentang
pemerintahan desa, dalam Propinsi Daerah Tingkat I Jambi, yang dimaksud dengan
desa adalah, Marga, Mendapo dan Kampung. Marga terdapat dalam kabupaten
Sarolangun Bangko, Bungo Tebo dan Tanjung Jabung, Mendapo terdapat dalam
bentuk desa seperti tersebut diatas jadi berubah sesuai menurut katentuan Undang-
undang tersebut yaltu menjadi desa dan kalurahan. Desa, kebanyakan terdapat
lingkungan perkotaan.
adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan
Indonesia.
Pada tempo dulu dalam melaksanakan pemerintahan adanya kerjasama yang erat
antara Tiga Penguasa di desa, yang disebut dengan Tali Tigo Sepilin atau Tungku
b. Pemangku adat
80
Ketiga orang ini adalah orang adat, tatapi dengan berlakunya Undang-undang No 5
Tahun 1979 Pejabat pemerintah desa, tidak lagi herasal dari orang adat, jadi orang
adat hanya tinggal pemangku adat dan pegawai syarak. Pemangku adat berupa
"Depati, Nenek mamak, Rio. Penghulu, Ngabei, Mangku, Datuk, Orang tuo, Cerdik
pandai dan Tengganai", sedangkan pegawai syarak adalah "Kadhi, Imam, Khatib,
sekretaris desa, kepala urusan, kepala-kepala dusun termasuk juga anggota LMD.
Pemerintahan dusun dipegang oleh kerapatan dusun yang dipimpin oleh kepala
dusun, peran dari kerapatan dusun adalah memilih kepala dusun, memilih dan
menunjuk nenek mamak, pengurus masjid, juru tulis dusun, hulubalang, alingan dan
tukang canang.
DIAGRAM 1
KERAPATAN
DUSUN
KEPALA DUSUN
81
Kepala dusun kedudukannya dalam dusun sangat penting sekali sehingga ia
memainkan peranan yang sangat luas, Dia adalah kepala pemerintahan dusun
masyarakat hukum adat. Yaitu sebagai penyambung lidah terhadap dunia luar.
Dalam pemerintahan yang lebih tinggi yaitu Marga dan Mendapo Kepala dusun
perintah-perintah dari pemerintah yang lebih tinggi tersebut. Oleh kepala dusun
instruksi atasan tersebut disampaikan pada warga dusun yang dalam kedudukan
seperti ini kepala dusun disebut sebagai polong asap dari Marga/Mendapo dalam
kerapatan dusun, nenek mamak-, juru tulis, dusun hulubalang, alingan tukang
canang bahkan bersama-sama dengan pegawai syarak bila diperlukan. Juru tulis
Disini nampak dengan jelas peranan, partisipasi dan kerjasama dari "iali tigo sepilin
atau tungku tigo sejerang" dalam pernerintahan dusun itu. Dengan berlakunya
82
DIAGRAM 2
LEMBAGA SEKRETARIS
MUSYAWARAH DESA
KEPALA KEPALA
DUSUN URUSAN
sekretaris desa dan kepala dusun (Pasal 3 ayat 2 dan 3) Kepala desa dipilih secara
langsung, umum bebas dan rahasia leh penduduk desa. Kepala desa diangkat oleh
masa jabatannya 8 Tahun dan dapat diangkat kembali untuk satu kall masa jabatan
83
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan didalam desanya, Kepala Desa
bertanggung jawab kepada Bupati Kepala daerah Tingkat II melalui Camat Kepala
Wilayah selaku atasannya. Dalam hal pemerintahan Desa ini menurut ketentuan
menjadi pemimpin informal sedangkan yang formal adalah kepala desa dengan
bagi lembaga adat, ini berarti sekarang terdapat jalinan hubungan kembali antara
pemerintah desa dengan orang-orang adat sebab kepala desa adalah pembina adat
dalam desanya dan orang adat harus membuat lembaga adat desa/kelurahan.
dikenal, dihayati dan diamalkan oleh warga masyarakat desa yang bersangkutan
secara berulang-ulang dan terus menerus sepanjang sejarah, adat istiadat yang
tumbuh dan berkembang sepanjang masa tersebut telah memberikan ciri khas bagi
84
suatu daerah. Dalam perjalanan sejarah telah membuktikan bahwa adat istiadat
yang tumbuh dan berkembang tersebut ternyata telah banyak memberikan andil
dilaksanakan oleh pemerintah daerah, apalagi bila. Kita hubungkan dengan sistim
perencanaan pembangunan dari bawah (bottom up) akan lebih memberi arti yang
besar dalam melibatkan partisipasi var swadava masyarakat, peran tersebut tidak
saja dalam perencanaan tetapi juga dalam bidang pengendalian dan pengawasan.
kerjasama yang baik antara pemerintah daerah dengan lembaga. adat, apalagi
kepengurusan lembaga adat juga duduk dalam LMD dan LKMD dalam
bentuk kerja sama saling isi mengisi seperi yang dikatakan dalam bahasa adat
"Berat sama dipikul ringan sama dijinjing" sebab "tidak bangkit rakit sebuah karena
buluh (bambu) sebatang" sedangkan tugas ini adalah untuk membangkitkan batang
terendam. Hal ini adalah karena keberhasilan pembangunan itu dengan adanya
fungsi bagi lembaga adat untuk ikut serta dalam menggerakan partisipasi
masyarakat ini semua dengan mempedomani kenyataan yang sudah berjalan lebih
dahulu sebagai pegangan, seperti kata bahasa adat “baju bejahit yang dipakai, jalan
85
berambah yang ditempuh, mengaji diutus kitab, meratab diatas bangkai, memahat
diaras tiro"
bidang.terutama dibidang
adat guna kepentingan hubungan keperdataan adat, juga dalam hal adanya
Tabel 8
O Lembaga Adat
86
1 Provinsi Jambi 1 6
2 Kodya, Jambi - 2
3 Batang Hari - 1
4 Bungo Tebo - 4
5 Sarolangun Bangko - 3
6 Tanjung Jabung - 4
7 Kerinci 1 3
JUMLAH 2 24
Sumber Data: Laporan Ketua, Lembaga Adat Jambi Pada Musda IV LA 1996
Dari tabel tersebut diatas terlihat bahwa frekuensi kegiatan antara sebelum
adannya pengaruh yang cukup besar bagi aktivitas Lembaga Adat Jambi
Propinsi Jambi, ini berarti Lembaga Adat Jambi telah dapat melaksanakan
87
nilai adat istiadat di Jambi dalarn rangka mengembangkan, melestarikan dan
pada, khususnya.
kadang-kadang orangnya tidak cocok bahkan ada yang tidak mengerti adat
Tabel 9
Penyelesaian/Penanganan Problems Masyarakat oleh Lembaga Adat
Lembaga adat jambi
88
Kades/Pengadila Negeri
masyarakat
masyarakat
Negeri/Kepala Desa
Sumber Data: Data Primer pengurus Lembaga Adat dan Tokoh Masyarakat.
Dari tabel ini nampak bahwa berbagai permasalahan yang timbul didalam,
DPRD dan perorangan yang mungkin saja persoalannya dapat diselesaikan secara
formal tetapi masih mengandung akibat moral yang belum terselesaikan, masih
terselesaikan seperti kata bahasa adat "Elok perkara selesai dibawah. Buruk
mekanisme yang telah diatur di dalam masyarakat adat dengan melibatkan semua
89
kelompok, baik kelompok bersangkutan (yang bersengketa) maupun semua unsur
hubungan kekeluargaan antara kedua belah pihak yang pada gilirannya benar-
adat dipatuhi oleh semua pihak (masyarakat), dengan proses peradilan menurut
ketentuan adat, setiap keputusan dengan mudah dapat dipabami dan diterima oleh
bersengketa, seperti yang dikemukakan dalam bahasa adat "Rumah sudah, pahat
tidak berbunyi, Api padam puntung tidak berasap, yang tercecer sudah tinggal yang
terpijak sudah luluh" Untuk menguatkan keputusan yang diselesaikan oleh hukum
adat, dalam hal perkara-perkara yang berat dibuat juga janji setia (setih setio)
antara pihak yang berdamai dimuka sidang nenek mamak dimana kepada pihak-
pihak akan mematuhi semua ketentuan yang telah diputuskan dalam peradilan
ketenangan lahir batin, ini berarti keberadaan lembaga adat telah dapat
menampung aspirasi masyarakat, disamping itu lembaga adat sendiri berarti telah
dapat melaksanakan fungsinya seperti yang terkandung dalam isi Perda tersebut.
TABEL 10
90
Tanggapan responden masyarakat tentang Lembaga adat. Untuk 60
responden
TANGGAPAN RESPONDEN
2 Batang Hari 8 2
3 Bungo Tebo 7 1 2
4 Sarolangun 8 1 1
5 Tanjung Jabung 5 2 2 1
6 Kerinci 10 - - -
JUMLAH 49 4 7 1
Sumber Data : Hasil quetioner yang diedarkan untuk 6 daerah tingkat II, dengan jumlah
responden sebanyak 60 orang. (Somad, 2002).
keberadaan lembaga adat sangat-positif. Hal ini dapat dilihat dan ditunjukan dengan
jawaban dari responden yang menjawab baik sekali berjumlah 48 orang (71%)
sedangkan yang memberi jawaban atau penilaian rendah hanya, 2 orang (0.99%).
91
kondisi yang demikian ini, berarti Lembaga Adat telah dapat memberi bantuan
kepribadian dan kebudayaan yang tinggi bersumber dari nilai-nilai luhur bangsa
Indonesia yang memiliki adat istiadat yang erat hubungannya dengan sila
adat Jambi "adat bersendikan ayarak, syarak bersendikan Kitabullah" hal ini telah
membuat masyarakat hidup damai penuh toleransi kasih sayang, tahu tugas dan
kewajiban, menempatkan sesuatu pada tempatnya yang benar, nilai-nilai luhur yang
dernikian telah diwarisi serta dikembangkan sebagai "titian teras bertangga batu".
difokuskan dalam adat istiadat, sebenarnya apabila kita simak Peraturan Daerah
Nomor 11 Tahun 1991 hanyalah merupakan justifikasi dari susunan dan sistim
hukum adat yang telah ada sebelumnya, sehingga dengan adanya PERDA tersebut
masyarakat memegang peranan penting didalam pergaulan dan dapat atau mampu
kemasyarakatan sejalan dengan apa yang telah dikemukakan diatas maka sebagai
92
1. Menggali dan mengembangkan adat istiadat dalam upaya melestarikan
2. Mengurus dan mengelola hal-hal yang berkaitan dan berhubungan dengan adat
kesejahteraan masyarakat.
93
DAFAR PUSTAKA
94
95