Anda di halaman 1dari 3

DINAMIKA ISLAM DI SINGAPURA

Republik Singapura adalah sebuah negara kota di Asia Tenggara yang terletak di
penghujung Semenanjung Malaysia, berbatasan dengan Johor(Malaysia) dan Kepulauan
Riau(Indonesia). Republik Singapura terletak 137 km dari Khatulistiwa. Penududuknys terdiri dari
berbagai ras dan penganut berbagai macam agama. Penduduknya berjumlah 4.8339.000 jiwa
Mayoritas Penduduk Singapura, yaitu 74.1% adalah China, dengan minoritas suku Melayu, yaitu
13.4% dari semua jumlah penduduk. Muslim yang berasal dari Timor Tengah dan Afrika menganut
mazhab Maliki, Muslim India dan Turki mengandung mazhab Hanafi, sementara muslim Saudia
Arabia menganut Mazhab Hambali.

Dikeliligi oleh negara Muslim terbesar, Malaysia dan Indonesia,Singapura selalu sensitif
dalam mengeleloh hubungan etnis dan agamanya.Dalam sejarahnya,Singapura pernah menjadi satu
diantara pusat Islam paling penting di Asia Tenggara.Hal itu di sebabkan oleh keunggulannya sebagai
pintu masuk bagi perdagangan Internasional antara Eropa, Timur Tengah,Australia dan Timur Jauh.
Pada sisi lain, selain sebagai transit perdagangan, posisinya yang stragis juga telah
memungkinkannya menjadi pusat informasi dan komunikasi dakwah Islam, baik pada masa
kesultanan Malaka(sebelum kedatangan kolonilal Eropa), masa kolonial, sampai pada awal abad ke-
20. Berikut ini akan di uraikan perkembangan Islam dalam berbagai fase sejarah Singapura:

a) Islam pada Awal Sejarah Singapura

Sejauh informasi yang di dapat, Singapura telah di huni pada masa pra sejarah. Pada tahun
1100-an Singapura telah di jadikan kota pelabuhan,dan pada tahun 1200-1300 pelabuhan singapura
telah menjadi pusat perdagangan. Menurut sejarahnya, nama Singapura baru di perkenalkan oleh Sang
Nila Utama yang bergelar Sri Tan Buana yang sedang berlayar dan terdampar di tumasik.Di tempat
baru tersebut Sri Tan Buana melihat seekor binatang aneh yang mirip dengan singa.Hal ini diyakini
sebagai tanda baik, sehingga Sri Tan Buana beserta rombongannya menetap dan membangun
wilayah baru tersebutdan menamai wilayah Tumasik dengan Singapura. Isilah tersebut diambil dari
bahasa Sansakerta:singa berarti singa binatang buas dan pura berarti kota.Dengan demikian Singapura
berarti kota Singa.

Pada akhir abad ke-14 wilayah Singapura menjadi wilayah bagian kekuasaan Malaka. Hal ini
berawal ketika Singapura di kuasai oleh Raja Parameswara. Penguasa baru Tumasik di serang oleh
armada Majapahit dan terdesak di Malaka. Di wilayah Malaka pramewara banyak membangun
kerajaan Malaka dan berhubungan dan bergaul dengan para pedagang Muslim. Hal ini membuat
prameswara memeluk agama islam dan begelar Sultan Iskandar Shah. 0leh karenanya-Malaka saat itu
selain berfungsi sebagagai pusat penyebaran Islam di Asia Tenggara. Sehingga dapat di katakan,
melalui Malaka ekspansi dan penyebaran Islam di Asia Tenggara mengalami kemajuan yang sangat
berarti. Dalam komunitas Muslim juga sudah terdapat sistem pendidikan agama yang tradisional.
Pada umumnya mereka belajar belajar di rumah-rumah, mushallah dan kemudian mesjid. Dengan
demikian guru-guru dan imam sangat penting peranannya dalam memupuk penghayatan keagamaan
pada masyarakat Muslim di Singapura.

b) Islam Masa Kolonialisasi


Kejatuhan Malaka oleh serbuan Portugis pada tahun 1551 yang di sertai oleh mundurnya para
sultan Malaka Selatan Johor merupakan awal kemunduran dan kehancuran wilayah Singapura.
Selanjutnya, Singapura berada di bawah kekuasaan Inggris. Rafles berhasil menjadikan Singapura
pelabuhan bebas dan pasar internasional di Asia Tenggara. Pada tanggal 29 Januari 1819 Raffles dan
Farquhar mendarat di Muara Sungai Singapura dan bertemu dengan Tumenggung Abdurrahman
untu menandatangani sebuah perundingan yaitu persetujuan pendirian basis dengan East India
Company. Perjanjian tersebut berisi pernyataan bahwa East India Company dan pewarisnya memiliki
hak yang kekal atas Singapura dan semua pulau-pulau dalam jarak 10 mil dari pantai Singapura.
Sebagai akibatnya, orang Cina, Melayu dan India membiarkan diri mereka berada di kantong-
kantong etnis mereka sendiri, seperti tempat tinggal, kerja, jenis pendidikan dan agama. Imigrasi
besar-besaran terutama keturunan Cina dan India telah membantu eksploitas ekonomi pada saat itu.
Dan akibatnya pihak kolonial juga membawa para misionaris Kristen dari Inggris yang berupaya
untuk menarik kaum pribumi masuk ke dalam agama Kristen.

Kedaangan imigran secara besar-besaran ini secara tidak langsung telah membuat pelabuhan
singapura berkembang menjadi gerbang ekonomi yang penting di Selat Malaka. Secara demografis
sangat mudah sekali terjadi perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah lainnya, atau sekedar
berkunjung dari kesultanan satu dengan kesultanan yang lainnya. Komunikasi yang terjalin antar
tokoh islam yang tersebar di berbagai wilayah, seperti tokoh tarekat, tokoh reformis/modernis
menjadikan singapura sebagai kota penghung (transit) untuk menuju bebrapa daerah yang hendak di
kunjungi. Pada tahun 1889, konsul belanda di singapura melaporkan bahwa jumlah pengikut
Naqsyabandiyah menunjukkan perkembangan yang pesat. Konsul tersebut mengkhawtirkan gejala
fanatisme dan memberitahukan gubernur Singapura. Sebagai akibatnya, jumlah pengikut tarekat
tersebut semakin menurun. Setengah tahun kemudian, jumlah pengikut tarekat tidak lebih 30 orang
meski demikian singapura tetap memegang peranan penting sebagai pusat komunikasi bagi pengikut
tarekat Naqsyabandiyah di tempat lain.

Selain tarekat Naqsyabandiyah, di Singapura juga berkembang tarekat muhammadiyah.


Pendirinya adalah Syekh Muhammad bin Abdullah. Setelah beliau meninggal, tarekat ini di sebar
luaskan oleh anak cucunya dan para khalifah yang telah di lantiknya. Sejauh menyangkut penyebaran
Singapura berperan sebagai tempat penerbitan buku-buku keislaman.
1

1
fgh

Anda mungkin juga menyukai