Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

DINAMIKA ISLAM DI SINGAPURA

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Kelompok

MATA KULIAH : SEJARAH ISLAM ASIA TENGGARA

Dosen Pengampu : Dr. Sakban, M.A.

Disusun oleh:

Kelompok 7

1. Syukma Permata Cahyani Ramadhani ( 12010726254 )

2. Widya Kusma Ningsih ( 12010723376 )

KELAS C SEMESTER 3

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2021 M/1443 H
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Dakwah merupakan kegiatan mensyiarkan agama Islam. Pada awalnya kegiatan


dakwah dilakukan oleh Rasulullah SAW. Namun setelah beliau wafat kegiatan Dakwah
di sebarkan melalui futukhat islamiyyah yang dilakukan oleh Khalifah yang kemudian
dilanjutkan oleh para dinasti-dinasti yang memerintah Islam setelahnya. Seperti dinasti
umayyah,Abbasiyyah dan dinasti islam yang memerintah setelahnya. Karena futukhat
islamiyyah itulah islam menyebar kesegala penjuru dunia. Islam adalah agama yang
mudah untuk menyebar ke seluruh Benua dan negara yang adam dipermukaan bumi ini.
Jika dipandang ajaran Islam itu sendiri kita dituntut untuk memeluk agama Islam serta
menyebarkannya kepada umat-umat yang lainnya yang belum mengenal akan Islam.
Agama Islam adalah agama yang benar.

Seperti di kawasan Asia tenggara. Dimana di kawasan Asia tenggara islam di sebarkan
oleh para pedagang dari Gujarat India maupun pedagang dari Persia pada abad delapan
sampai abad ke tiga belas masehi. Sejarah permulaannya masuknya islam di asia tenggara
di awali dari perdagangan internasional yang berpusat di selat malaka.Pada Masa itu di
kawasan asia tenggara telah lebih dahulu Di singgahi oleh para penjajah dari bangsa
Eropa.

Pada awalnya para pedagang hanya bersinggah untuk berdagang,namun karena


persinggahannya di kawasan yang dekat dengan pelabuhan-pelabuhan itu terjadilah
Asimilasi antara bangsa arab,Persia dan Gujarat dengan bangsa-bangsa melayu termasuk
masuknya ajaran Agama Islam di wilayah ini. Sehingga islam di kawasan Asia tenggara
memilki ciri khas masing-masing. Salah satu Negara Di asia tenggara adalah singapura.
Dalam laporan Observasi sederhana ini kami akan mengulik sedikit tentang
perkembangan islam di singapura dan keadaan sosiologi dakwah pada kelompok
masyarakat Islam yang berada di Singapura.

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana awal masuk nya Islam di Singapura?
2. Bagiamana Islam di masa kolonial?
3. Bagiamana Islam di negara Singapura kontemporer?
4. Bagaimana All malayan muslim missionary society?

3. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan mengenai awal masuk nya Islam di Singapura
2. Menjelaskan mengenai Islam di masa kolonial
3. Menjelaskan bagian Islam di negara Singapura kontemporer
4. Menjelaskan All malayan muslim missionary society

B. PEMBAHASAN
2.1 Awal Masuk Islam di Singapura

Sejauh informasi yang didapat, Singapura telah dihuni pada masa pra sejarah. Pada tahun 1100-an
Singapura telah dijadikan kota pelabuhan, dan pada tahun 1200-1300 pelabuhan Singapura telah
menjadi pusat perdagangan. Sebelum bernama Singapura, wilayah tersebut lebih dikenal dengan
nama ‘Tumasik’ atau ‘Temasek’ yang berarti ‘kota pantai’. Menurut Sejarahnya, nama Singapura
baru diperkenalkan oleh Sang Nila Utama yang bergelar Sri Tan Buana yang sedang berlayar dan
terdampar di Tumasik. Di tempat baru tersebut, Sri Tan Buana melihat seekor binatang aneh yang
mirip dengan singa. Hal ini diyakini Sebagai tanda baik, sehingga Sri Tan Buana serta
Rombongannya menetap dan membangun wilayah baru Tersebut, dan menamai wilayah Tumasik
dengan ‘Singapura’. Istilah tersebut diambil dari bahasa Sansakerta: Singa, berarti singa binatang
buas, dan pura berarti kota. Dengan demikian, Singapura berarti kota Singa.

Pada akhir abad ke-14 wilayah Singapura menjadi Wilayah bagian kekuasaan Malaka. Hal ini
berawal ketika Singapura dikuasai oleh Raja Parameswara. Penguasa baru Tumasik ini di
kemudian hari diserang oleh armada Majapahit , dan terdesak ke Malaka. Di wilayah yang
Disebut terakhir inilah Parameswara membangun kerajaan Malaka, dan banyak berhubungan dan
bergaul dengan para Pedagang Muslim, khususnya yang datang dari bandar-Bandar di Sumatera
yang beragama Islam. Hal ini pada Gilirannya membuat Parameswara memeluk agama Islam,Dan
bergelar Sultan Iskandar Shah. Demikian juga dengan Para penggantinya, juga memeluk agama
Islam. Pada saat Itu Malaka berkembang menjadi pusat perdagangan yang Penting di kawasan ini,
bahkan dapat disebut sebagai pusat Perdagangan di Asia. Di kota ini bertemu para pedagang Dari
tanah Arab, Gujarat, Parsi, Benggali, Pegu, Siam, negeri Cina pada satu pihak, dan pedagang dari
Sumatera, Jawa, Maluku dan kepulauan kecil lainnya pada pihak lain. Oleh karenanya –Malaka
saat itu– selain berfungsi sebagai pusat perdagangan, juga berfungsi sebagai pusat penyebaran
Islam di Asia Tenggara. Sehingga dapat dikatakan, melalui Malaka ekspansi dan penyebaran
Islam di Asia Tenggara mengalami kemajuan yang sangat berarti.

Sejak abad ke-15, pedagang Muslim menjadi unsur penting dalam perniagaan wilayah Timur,
tidak terkecuali Singapura. Beberapa di antara para pedagang ada yang menetap, dan menjalin
hubungan perkawinan dengan penduduk setempat. Lama kelamaan mereka membentuk suatu
komunitas tersendiri. Para pedagang ini tidak jarang merangkap menjadi guru agama dan imam.

Dalam komunitas Muslim ini juga sudah terdapat sistem pendidikan agama yang bersifat
tradisional. Pada umumnya mereka belajar agama di rumah-rumah, yang kemudian dilanjutkan di
surau-surau dan mesjid. Pada tahun 1800-an kampung Glam dan kawasan Rocor menjadi pusat
pendidikan tradisional. Dalam hal ini guru-guru dan imam mereka sangat berpengaruh, terutama
dalam mempraktekkan agama dan upacara-upacara sosial keagamaan. Dengan demikian, guru-
guru dan imam sangat penting peranannya dalam memupuk penghayatan keagamaan pada
masyarakat Muslim Singapura. Sama dengan Muslim di kawasan Asia Tenggara lainnya,
Muslimdi Singapura pada masa awal menganut mazhab Syafi’i dan berfaham teologi Asy’ariyah.

2.2 Islam di Masa Kolonial

Kejatuhan Malaka oleh serbuan Portugis pada tahun 1511 yang disertai oleh mundurnya para sultan
Malaka ke Selatan Johor– merupakan awal kemunduran dan kehancuran wilayah Singapura. Selama
130 tahun kolonialisasi portugis di Malaka yang tercatat sejak tahun 1511, kebijakan kolonial tampak
cenderung mencegah penyebaran Islam dan menghambat perkembangan dagang Muslim. Meskipun
demikian, Portugis gagal dalam masalah ini, terutama karena Melayu Muslim terus-menerus berupaya
melawan kolonialisasi Portugis. Agaknya, perlawanan yang gencar inilah yang menyebabkan Belanda
–ketika mengalahkan Portugis pada tahun 1641– mentolerir kekuasaan para penguasa Melayu
tradisional yang pada saat itu terpecah belah akibat persaingan antar negeri.

Selanjutnya, Singapura berada di bawah kekuasaan Inggris. Pendudukan Inggris di Singapura tidak
terlepas dari usaha Stamford Raffles, yang kemudian diangkat sebagai bapak pendiri Singapura.
Raffles berhasil menjadikan Singapura sebagai pelabuhan bebas dan pasar internasional di Asia
Tenggara. Kota ini juga menjelma sebagai kota transit jalur perdagangan antara India dengan Cina,
serta menjadi pintu masuk bagi kawasan Asia Tenggara. Berbagai barang perniagaan seperti sutera,
keramik, candu (opium), kerajinan, emas berlian, dan sebagainya dengan mudah bisa didapatkan di
sana.

Dalam merebut Singapura dan merawat daerah jajahan yang masih muda ini, Raffles banyak dibantu
oleh Kolonel William Farquhar, yang menjabat sebagai Residen Malaka sejak 1803-1818. Pada
tanggal 29 Januari 1819, misalnya Raffles dan Farquhar mendarat di Mauara Sungai Singapura dan
bertemu dengan Tumenggung Abdurrahman, pemimpin Melayu saat itu, untuk menandatangani
sebuah perundingan. Pada tanggal 6 Pebruari 1819, Tumenggung dan Sultan Husein dari Johor telah
pula menandatangani sebuah persetujuan pendirian basis dagang bagi East India Company. Perjanjian
berikutnya ditandatangani pada tahun 1824, yang berisi pernyataan bahwa East India Company dan
pewarisnya memiliki hak yang kekal atas Singapura dan semua pulau-pulau dalam jarak 10 mil dari
pantai Singapura.

Demikianlah pendudukan Inggris dimulai, suatu Pendudukan yang berdampak sangat besar bagi
Perkembangan Singapura selanjutnya, terutama bagi perjalanan sejarah Islam dalam masyarakat
Melayu. Apa yang dimulai tidak hanya dengan campur tangan tak langsung, akan tetapi juga
mengarah pada bentuk intervensi lebih langsung di wilayah-wilayah yang secara tradisional
merupakan domain (wilayah kekuasaan) sultan-sultan melayu, termasuk Islam. Kendatipun kebijakan
Inggris lebih simpatik –bila dibandingkan dengan kebijakan Portugis dan belanda– namun peranan
mereka tidak hanya sekedar memberi nasehat, akan tetapi memberi perintah yang harus
dilaksanakan’.

Sejauh menyangkut perkembangan Islam di Singapura, beberapa kebijakan Inggris berdampak cukup
besar terhadap Islam. Di antaranya adalah kebijakan Inggris tentang masyarakat pluralis (majemuk).
Karena kepentingan-kepentingan Inggris terhadap wilayah jajahan baru tersebut, khususnya dalam
pengadaan tenaga kerja, maka dikeluarkanlah kebijakan ‘pintu terbuka’. Artinya, demi kelancaran
ekonomi Singapura, kolonial mendatangkan sejumlah tenaga kerja dari Cina dan India. Kebijakan
tersebut menyebabkan pluralitas masyarakat yang terdiri dari bukan saja etnis Melayu, tetapi juga
etnis Cina dan India yang tidak terintegrasi ke dalam mainstrem (arus utama) lingkungan pribumi.
Sebagai akibatnya, orang Cina, India dan Melayu membiarkan diri mereka berada di kantong-kantong
etnis mereka sendiri, seperti tempat tinggal, jenis pekerjaan, jenis pendidikan, maupun agama. Orang
Melayu dulunya lebih banyak tinggal di wilayah perkampungan yang dikenal dengan nama Kampung
Melayu, dan bekerja sebagai petani, sementara etnis Cina lebih banyak tinggal di kota (China Town)
dan bekerja di pertambangan, atau sebagai wiraswasta dan pedagang.

Imigrasi besar-besaran terutama keturunan Cina yang didukung oleh Inggris telah membantu
eksploitasi ekonomi di negeri itu. Satu hal yang perlu dicatat di sini adalah bahwa selain imigrasi dari
etnis Cina dan India, pihak kolonial juga membawa para misionaris Kristen dari Inggris yang
berupaya untuk menarik kaum pribumi masuk ke dalam agama Kristen.
Pada abad ke-19, di kalangan komunitas MuslimSingapura juga terdapat kelompok pendatang yang
berasal dari Jawa, Sumatera, Sulawesi, Riau, dan Bawean, serta kelompok imigran yang berasal dari
luar seperti Muslim India, dan keturunan Arab, khususnya Hadramaut. Seperti dilaporkan Weyland,
komunitas Arab Hadramaut merupakan bagian yang sangat penting dalam masyarakat Singapura pada
permulaan abad ke-20. Pada sensus tahun 1901 terdapat 919 orang Arab Hadramaut di Singapura.
Hampir sebagian dari mereka berasal dari Arab, sebagian mempunyai bapak Arab dan ibu Melayu.
Mayoritas mereka adalah pedagang dan pemilik tanah, cukup kaya dan menempati posisi penting di
kalangan para pedagang Cina dan Barat.

Dalam Perang Dunia Kedua, Singapura yang tidak dipertahankan dengan maksimal oleh Inggris dan
Sekutu akhirnya jatuh ke tangan Jepang. Otomatis, dari tahun 1942 sampai dengan takluknya Jepang
terhadap Sekutu pada tahun 1945, Singapura berada di bawah kekuasaan Jepang. Lepas dari Jepang,
Singapura kembali berada di bawah kekuasaan koloni Inggris, lalu bergabung dengan Malaya dalam
bentuk federasi. Akibat perselisihan antara People’s Action Party (PAP) Singapura dengan Mlaysia’s
Alliance Party (MAP), Singapura keluar dari negara tersebut dan menjadi negara mandiri berbentuk
republik.

2.3 Islam di Negara Singapura Kontemporer

Karena kuatnya perbedaan politik, tahun 1965 Singgapura memisahkan diri dari Malaysia dan
menjadi negara repoblik yang merdeka dengan pemerintahan parlementer seperti negara itu berhasil
mendekati pemerintah agar mengesahkan suatu Undang-Undang yang mengatur hukum peersonal dan
keluarga Islam. Tepatnya pada Agustus 1966, parlemen Singapura mengeluarkan pengaturan
pelaksanaan hukum Islam (Administrationof Muslim Law Act) atau AMLA merupakan penggunaan
hukum Islam. Namun demikian, administrasi ini bukanlah hukum islam itu sendiri. Akta ini
memberikan uang Fleksible bagi Dewan Agama Islam, Pengadilan Agam, dan pencatatan Perkawinan
Islam dalam menerapkan hukum Syari’at.

Untuk mengatus administrasi hukum Islam itu, pada tahun 1968 dibentuk pula sebuah badan yang
dikenal dengan nama Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS), sebagai sebuah badan hukum untuk
menjadi penasehat presiden singapura dalam hal-hal yang berkaitan dengan agama Islam. MUIS yang
didirikan dibawah ketentuan AMLA antra lain berwenang untuk mengatur administrasi hukum Islam
di Singapura, seperti mengumpulkan zakat maal dan zakat fitrah, pengaturan perjalanan ibadah haji,
mengorganisir sekolah-sekolah agama, mengelola masjid serta memfungsikan sebagai tempat untuk
dakwah dan kegiatan masyarakatmuslim lainya, serta memfungsikannya sebagai tempat untuk
dakwah dan kegiatan masyarakat muslim lainya, serta pemberian beasiswa bagi pelajar Muslim. Di
samping itu Majelis Ugama ini juga berwenang untuk mengeluarkan fatwa.

Di negara Singapura yang maju, masyarakat Muslim kebnyakan hidup dengan standar ekonomi yang
lebih rendah dibandingkan dengan saudara senegaranya yang non-Muslim. Pada tahun 1980 tercatat
hanya 679 orang Melayu yang berprediket sarjana.

Menyadari kelemahan dan kekurangan pada bidang pendidikan formal agama Islam di satu sisi, dan
kebutuhan Muslim Singapura untuk meningkatkan standar hidup melalui pendidikan di sisi lain, maka
pada bulan agustus 1981, dibentuklah sebuah Majelis Pendidikan Anak-Anak Islam (MENDAKI).
MENDAKI menerima dukungan dan bantuan keuangan dari pemerintah. Badan ini di tumbuhkan
pada tahun 1981 atas usaha ahli-ahli parlemen Melayu-islam untuk mengatasi kemerosotan orang
Melayu, seperti yang di perliatkan pada tahun 1980. Dalam tujuh tahun pertama, mendaki sangat
perhatian terhadap soal pendidikan. Ia mengadakan kelas bimbingan setiap menggu dan nasehat
kepada pelajar dan kkeluaga mereka. MENDAKI tidak perlu berjaya, kelembapannya kaadang-
kadang mejadi kritikan.

Pada tahun 1989, satu seminar diadakan di dewan persidangan singapura, untuk memutar haluan baru
bagi MENDAKI. Perlu ada komitmen sepenuhnya dan usaha. Dengan komitmen sepenuhnya orang
melayu yang kaya atau yang punya kekayaan untuk membantu saudaranya yang kurang
mampu,komitmen dukungan masyarakat terhadap rancangan MENDAKI, komitmen pemerintah
sebagai bukti anda mau bekerja sama mencapai aspirasi masyarakat anda.” Para peserta seminar dari
berbagai masyarakat islam setuju dengan beliau. Mereka menyokong MENDAKI agar meluaskan
kegiatan serta menyususn semula rancangan-rancangannya dengaan menawarkan lebih banyak
program pedidikan. Di sampang mengajukan kegiatan sosial dan ekonomi. “ sebagian keberhasilan
orang melayu-islam dalam pendidikan adalah di sebabkan oleh Mendaki. Program terkemuka adalah
bimbingan pada akhir minggu. Kelas-kelas utamanya semula pada Februari 1980 degnan 60 orang
pelajar kelas “A”, menghadiri kelas setiap hari Ahad di mesjid AL-Anshar di Chai Chee dan mesjid
Al-muttaqin di Ang Mo Kio.

MENDAKI mengendalikan lebih dari 10.000 orang pelajar di 14 pusat. Rata-rata berumaur sekitar
sembilan hingga delapan belas tahun. Para pelajar manghabiskan petang sabtu atau pagi ahad
mendalami pelajaran yang di peroleh dari sekolah. Ada juga program-program khusus, seperti kelas
matematik lanjutan dan kelas bahasa inggrais yang intensif untuk pelajar yang sederhana
kebolehannya. Dua lagi projek utama merupakan bagian dari strategi pengayaan untuk semua
MENDAKI, yaitu untuk pelajar pandai dan untuk pelajar yang pencapaiannya di bawah standar.

Kegiatan lain MENDAKI adalahn kelas-kelas computer, ceramah tentang orang tua yang baik,
bengkel membaca, kemah-kemah cuti sekolah, anugrah dan beayasiswa. Dia juga memberi pinjaman
tanpa angsuran. Bagi pihak pemerintah, MENDAKI menguruskan subsidi iyuran pendidikan tinggi
bagi orang melayu, satu proyek yang membolehkan orang melayu yang membolehkan pendidikan
gratis di peringkat perguruan tinggi.

Proyek utama MENDAKI dalam bidang sosial dan kebajikan adalah mendirikan pusat pelayanan
keluaga dengan kerjasama persatuan pemudi islam singapura (PPIS). Dalam bidang ekonomi,
MENDAKI mencatat perkembangan besar mmelalui amanah salam mendaki (ASM), sebuah tabung
bagi masayarakat islam. MENDAKI juga telah memasuki bidang memberi latihan kepada pekerja
islam dan kepada pekerja sama denga Lembaga Penghasil Negara (NPB) Untuk tujuan ini. Para
penyokong MENDAKI sadar bahwa banyak keberhasilan yang telah di capai. Yang lain juga merasa
banyak lagi yang boleh di lakukan. Berawal perdebatan ini, lahir sebuah badan yang hampirsama
tujuannya yaitu angkatan kariawan islam (AMP). Parapenggerak utamanya ialah sekumpualan
kariawan islam yang muda bekas pemimpin pelajar yang aktif takkala di universitas dulu. Setelah
memantapkan kerja dan keluarga masing-masing, mereka merasa masyarakat memerlukan komitmen
mereka.

Kerap di anggap pesaing MENDAKI, AMP dengan segera menyiapkan pelbagai rancangan dari pada
bersifat pendidikan kepada konseling untuk keluarga serta individu dan program-program latihan bagi
para pekerja. Pada awal tahun 1994, AMP mendirikan pusat latihan untuk meningkatkan kemahiran
pekerja melayu islam. Dan kemajuan kemahiran pemerintah telah menyumbang lebih 2 juta dalam
usia ini. Dalam masa tiga tahun akan datang kira-kira 6,600 orang pekerja islam akan menjalani
latihan. AMP juga giat dalam usaha niaga, ia mendirikan sarikat pemegangan untuk kegiatan
perdagangan dan pembangunan di rantau ini.

2.4 All Malay Muslim Missionary Society


Komunitas ini didirikan pada tahun 1932 oleh Moulana Abdul Aleem Siddiqui, Duta Besar Keliling
Perdamaian dari Meerut, India bersama dengan para pemimpin agama lain di Singapura dan Malaya
pada waktu itu. JAMIYAH kemudian dikenal sebagai All-Malaya Muslim Missionary Society dengan
cabang di berbagai negara bagian Malaysia. Setelah Pemisahan dari Malaysia, namanya diubah
menjadi Muslim Missionary Society Singapore atau Jamiyah Singapura. Jamiyah bertujuan untuk
menjadi promotor dakwah, pendidikan, pengetahuan dan kesejahteraan bagi komunitas Muslim dan
umat manusia. Selain menyebarkan dan membela ajaran Islam dan kesejahteraan umat Islam, mereka
juga berusaha untuk mempromosikan kerukunan antar-agama dan multiras dan memberikan
pelayanan kesejahteraan untuk kepentingan masyarakat tanpa membedakan ras atau agama.
Jamiyah telah memberikan kontribusi yang berharga bagi komunitas Melayu/Muslim. Ini telah
berfokus pada pendidikan sebagai dasar untuk mobilitas sosial. Mereka mendirikan taman kanak-
kanak lamiyah, pusat penitipan anak, dan Sekolah Bisnis Jamiyah. Selain itu, memiliki tiga pusat
penitipan siswa yang memberikan perawatan, program pengayaan tambahan, biaya kuliah dan
kegiatan rekreasi untuk siswa berusia 7 hingga 16 tahun. Ia juga mengoperasikan empat panti asuhan:
panti asuhan, anak yatim dan dhuafa di Darul Ma'awa, panti jompo di Darul Syifaa, penyalahguna
narkoba di Darul Islah dan manula di Darul Takrim. Klinik medis gratis dan nasihat hukum bagi yang
membutuhkan juga tersedia dipimpin oleh tim dokter sukarelawan dan pengacara. Bagi anggotanya,
Jamiyah menyelenggarakan forum pendidikan agama untuk masyarakat umum dan juga
menyelenggarakan kelas madrasah akhir pekan di Pusat Pendidikan Jamiyah dan menawarkan
program diploma dan sarjana di studjes Islam melalui kerjasama dengan universitas luar. Sehubungan
dengan isu-isu Islam, Jamiyah tidak konfrontatif dalam menyebarkan nilai-nilai Islam. Umumnya
lebih memilih untuk melibatkan otoritas terkait melalui surat tentang masalah yang menjadi perhatian
masyarakat.
Jamiyah terkenal karena kerjasama yang erat dan kemitraan yang kuat dengan organisasi sukarelawan
lain dari kelompok etnis dan kepercayaan lain seperti dengan Asosiasi SOKA Singapura, Singapore
Christian Home, The Church of jesus Christ of the Latter-day Saints, BuddhistLge, Inter- Organisasi
Religinus untuk menyelenggarakan perayaan hari raya bagi mereka yang kurang beruntung. Para
pemimpin Jamiyah juga merupakan pendukung kuat untuk memperkuat ikatan persahabatan dan telah
melakukannya dengan Federasi Tao Singapura dan Kuil Loyang Tua Pek Kong bersamaan dengan
Tahun Baru Lumar.
Dikenal sebagai 4PM (diucapkan Empat-PM), berasal dari inisial narne organisasi dalam bahasa
Melayu, Persatuan Persuratan Pemuda Pemudi Melayu, yang memiliki empat P dan satu M. Ini
dimulai sebagai masyarakat pengembangan pemuda dalam komunitas Melayu/Muslim hanya setelah
Perang Dunia L Hanifa S. Kanoo, Mohd Yatim Dohon, Syed Ja'afar Almenor, Hussein Bin Mohd All
dan Tengku Abdullah Bin Tengku Omar adalah inisiator utama dalam pembentukan 4PM yang
melihat pentingnya pendidikan dalam perkembangan dan keberhasilan dari masyarakat Melayu. Oleh
karena itu, fokus utama asosiasi selama masa-masa pembentukannya adalah pada pendidikan dan
promosi bahasa Melayu. Pada tahun-tahun awal pembentukan 4PM, jejak mereka berkobar dengan
mendirikan sekolah komunitas di Kampong Serangoon Kecil dan sekolah kedua Sekolah Serangoon
Kechil.
Tetapi 4PM adalah ikon untuk menyelenggarakan debat senama, Bahas 4PM atau 4PM Debates
tahunan yang merupakan kompetisi debat antar sekolah yang ditargetkan pada siswa sekolah dasar
dan menengah untuk mempromosikan penggunaan bahasa Melayu. Namun debat tahunan ini tidak
berjalan terus-menerus sejak awal dan dihidupkan kembali pada tahun 1993 oleh 4PM sebagai acara
tahunan untuk siswa pra-universitas dari sekolah menengah pertama, politeknik dan madrasah sebagai
gantinya.
Moto mereka "bersatu dan melayani" telah menjadi prinsip panduan dalam pendekatan terhadap kerja
komunitas. 4PM membayangkan menawarkan layanan pelibatan masyarakat holistik di bidang-bidang
yang mencakup kesejahteraan sosial, pengembangan masyarakat, keaksaraan pendampingan, dan
manajemen kasus. Bekerja sama dengan para pemimpin pemuda dan komunitas berisiko, layanan
yang diberikan meliputi pendirian akademi debat untuk melatih para pendebat masa depan, konseling
profesional dan layanan pekerjaan sosial untuk anak-anak, komunitas dan keluarga berisiko, serta
pendampingan dan kerja sosial sekolah. Program bagi mahasiswa ITE untuk membantu mereka
tumbuh, berkembang, dan menanamkan nilai-nilai untuk belajar seumur hidup, mandiri, dan semangat
kewirausahaan. Akhir-akhir ini 4PM dikenal dengan bakti sosial multiras mereka “Ramadhan On
Wheels (ROW)” yang menumbuhkan semangat membantu masyarakat kurang mampu dengan
melibatkan para relawan besar 4PM baik mengantarkan bantuan sembako, mensponsori baju baru,
lakukan. make-over rumah, atau pembersihan musim semi untuk keluarga berpenghasilan rendah.
Sejak didirikan pada tahun 2000. ROW telah membantu lebih dari 2000 keluarga Singapura dan
membangun 7000 kekuatan sukarelawan dari semua ras dan kepercayaan. Relawan berasal dari
organisasi swasta, sekolah dan perguruan tinggi, departemen pemerintah, serta kelompok sosial.
Acara ROW umumnya terjadi di bulan Ramadhan, bulan puasa umat Islam, tetapi 4PM sekarang
memperpanjang periode layanan ROW lebih dari sebulan untuk memungkinkan pengiriman layanan
sukarelawan yang lebih mendalam untuk memenuhi berbagai kebutuhan kelompok klien.
Sejak didirikan pada tahun 1952, PPIS atau Asosiasi Wanita Muslim Singapura telah melakukan
berbagai layanan, ceramah, kegiatan, kursus dan program untuk wanita Melayu/Muslim dalam upaya
mereka untuk memberdayakan mereka. Enam puluh tiga tahun yang lalu, sekelompok 22 wanita yang
berpikiran sama berkumpul untuk mendirikan PPIS, dengan visi untuk menciptakan peluang hidup
yang cerah bagi kemajuan dan kemajuan wanita; dan untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan
perempuan dalam peran mereka untuk membangun keluarga yang kuat.
Dalam dekade pertama, para anggota pendiri mengambil tanggung jawab untuk membawa suami yang
tidak bertanggung jawab ke pengadilan untuk tunjangan, melaksanakan program sosial, dan
menyelenggarakan kursus seperti menjahit, memasak, merangkai bunga dan program melek huruf
untuk perempuan lain sehingga mereka bisa mendapatkan uang dan kurang bergantung pada suami.

Saat ini, PPIS telah berkembang menjadi organisasi layanan sosial wanita Muslim nirlaba yang
dikelola secara profesional dengan status IPC yang disetujui. Mereka memiliki lebih dari 180 staf
penuh waktu yang menjalankan 14 pusat di seluruh pulau dan kelompok sukarelawan aktif yang
beranggotakan 100 orang. PPIS telah menjangkau lebih dari 300.000 klien melalui pusat layanannya
selama bertahun-tahun. Umumnya, PPIS menjalankan dua layanan masyarakat inti; yaitu pelayanan
sosial dan pelayanan tumbuh kembang anak. Ini melibatkan bekerja dengan keluarga kurang mampu
dan anak-anak dari kelompok berpenghasilan rendah, yang memiliki pendidikan rendah dan harga diri
rendah. Mereka juga membantu orang tua tunggal dan anak-anak mereka dan mereka yang mungkin
telah melalui trauma dan kesulitan melanjutkan hidup.
Layanan PPIS yang ditawarkan meliputi: penyelenggaraan enam layanan pengasuhan anak sehari
penuh; menyelenggarakan kursus bagi pasangan yang akan menikah lagi; menyediakan one stop
center pada konseling pernikahan pranikah untuk pasangan muda dan di bawah umur; pusat dukungan
untuk keluarga dan anak-anak yang menghadapi kematian atau perceraian; layanan perawatan
sebelum dan sesudah sekolah dan menawarkan pendampingan profesional dalam terapi keluarga dan
pelatihan profesional pendukung yang bekerja dengan klien Melayu/Muslim mereka.

C. PENUTUP
Kesimpulan

Pada akhir abad ke-14 wilayah Singapura menjadi Wilayah bagian kekuasaan Malaka. Hal ini berawal
ketika Singapura dikuasai oleh Raja Parameswara. Penguasa baru Tumasik ini di kemudian hari
diserang oleh armada Majapahit , dan terdesak ke Malaka. Di wilayah yang Disebut terakhir inilah
Parameswara membangun kerajaan Malaka, dan banyak berhubungan dan bergaul dengan para
Pedagang Muslim, khususnya yang datang dari bandar-Bandar di Sumatera yang beragama Islam. Hal
ini pada Gilirannya membuat Parameswara memeluk agama Islam,Dan bergelar Sultan Iskandar Shah.

Sejak abad ke-15, pedagang Muslim menjadi unsur penting dalam perniagaan wilayah Timur, tidak
terkecuali Singapura. Beberapa di antara para pedagang ada yang menetap, dan menjalin hubungan
perkawinan dengan penduduk setempat. Lama kelamaan mereka membentuk suatu komunitas
tersendiri. Para pedagang ini tidak jarang merangkap menjadi guru agama dan imam.

Komunitas ini didirikan pada tahun 1932 oleh Moulana Abdul Aleem Siddiqui, Duta Besar Keliling
Perdamaian dari Meerut, India bersama dengan para pemimpin agama lain di Singapura dan Malaya
pada waktu itu. JAMIYAH kemudian dikenal sebagai All-Malaya Muslim Missionary Society dengan
cabang di berbagai negara bagian Malaysia. Setelah Pemisahan dari Malaysia, namanya diubah
menjadi Muslim Missionary Society Singapore atau Jamiyah Singapura. Jamiyah bertujuan untuk
menjadi promotor dakwah, pendidikan, pengetahuan dan kesejahteraan bagi komunitas Muslim dan
umat manusia. Selain menyebarkan dan membela ajaran Islam dan kesejahteraan umat Islam, mereka
juga berusaha untuk mempromosikan kerukunan antar-agama dan multiras dan memberikan
pelayanan kesejahteraan untuk kepentingan masyarakat tanpa membedakan ras atau agama.

Saran

Kami sangat menyadari dalam proses penyusunan sampai terjadinya


makalah ini kehadapan para pembaca banyak kekurangan, kekhilafan, dan
kesalahan baik dari bentuk penyusunan maupun penulisannya. Untuk itu dengan
didasari niat yang ikhlas serta kelembutan hati meminta kepada para pembaca
(rekan-rekan mahasiswa dan dosen pembimbing) untuk memberikan kritik dan
sarannya, agar penyusunan dan penyajian makalah selanjutnya bisa lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Helmiati. 2011. Sejarah Islam Asia Tenggara. Zanafa : Pekan Baru


Zainul Abidin Rasheed, Norshahril Saat. Majulah!: 50 Years Of Malay/muslim Community In
Singapore. Singapore.
Dapus : Helmiati. 2011. Sejarah Islam Asia Tenggara. Zanafa : Pekan Baru
Dapus : Helmiati. 2011. Sejarah Islam Asia Tenggara. Zanafa : Pekan

Azid,rizem. Sejarah peradaban islam terlengkap.2010.Yogyakarta : Diva Pers

Supriyadi,Dedi.Sejarah Peradaban Islam.2008.Bandung : CV.Pustaka Setia

Amir,Samsul Munir.Sejarah Dakwah.2014.Jakarta : Amzah

Siddik,Djafar. Inovasi pemberdayaan masjid dalam pengembangan pendidikan islam di singapura


Miqot.2010.Sumatera Utara : IAIN sumatera Utara. Vol. XXXIV No.1.

Rizem azid,sejarah peradaban islam terlengkap,(Yogyakarta : 2010, Diva Pers ),hal.415

Dedi supriyadi,sejarah peradaban islam,(Bandung :2008,CV.Pustaka Setia ,hal.215

Anda mungkin juga menyukai