Anda di halaman 1dari 15

i

KONTEKS SEJARAH AL-QUR’AN


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok

MATA KULIAH STUDI AL-QUR’AN

Dosen Pengampu : Sopyan,S.Ag.,M.Ag.

Disusun Oleh :

Dewi Ramanda Putri

Liza Oktaviana

Riskika Aftarina

Syukma Permata Cahyani Ramadhani

KELAS C SEMESTER 2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SULTAN SYARIF KASIM RIAU

TAHUN 2021/1442 H
PRAKATA

Puji dan syukur kita panjatkan atas nikmat yang telah Allah SWT limpah kan
kepada kita semua sehingga penyusun bisa menyelesaikan susunan makalah ini hingga
selesai dan pembaca bisa membaca pembahasan yang telah di sajikan di dalam
makalah yang berjudul “Konteks Sejarah Al-qur’an”. Shalawat serta salam tidak lupa
kita hadiah untuk junjungan alam yakni Nabi Muhammad SAW. Karna atas jasa
Beliau kita menjadi muslim dan muslimin yang mengenal pengetahuan akan Al-
qur’an, Keesaan Allah, akhlak yang baik dan lain sebagai nya.

Penyusun menyadari bahwa susunan dan isi dari makalah ini belum
sempurna. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharap kritik dan saran yang
membangun dari seluruh pembaca makalah yang berjudul “Konteks Sejarah Al-
qur’an” ini. Sehingga penyusun bisa menampilkan susunan yang sangat baik dan
layak untuk di jadikan sebagai penambah wawasan untuk teman teman yang
membaca nya.

Akhir kata, Penyusun mengucapkan terimakasih dan semoga makalah ini


bermanfaat bagi pihak pihak yang membaca nya.

Pekanbaru, Maret 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KONTEKS SEJARAH AL-QUR’AN...............................................................................................................i


PRAKATA................................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................................2
2.1 Situasi Dunia..........................................................................................................................2
2.2 Kondisi Jazirah Arab...............................................................................................................3
a. Kondisi Geografis...................................................................................................................3
b. Kondisi Demografis................................................................................................................3
c. Kondisi Politik........................................................................................................................4
d. Kondisi Ekonomi....................................................................................................................5
e. Kondisi Kebudayaan...............................................................................................................5
f. Kondisi Kepercayaan..............................................................................................................6
g. Kondisi Sosial dan Moral........................................................................................................7
2.3 Kondisi Muhammad SAW Pra Pewahyuan Al-Qur’an............................................................8
2.4 Signifikasi Konteks Kesejarahan dalam Pemahaman (Penafsiran) Al-qur’an.........................9
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................11
3.2 Saran....................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................12

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Bagi kaum muslimin Al-quran adalah Kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW melalui malaikat Jibril sebagai perantara selama kurang lebih 23 tahun lama nya.
Kitab suci ini dijadikan pedoman hidup bagi seluruh umat muslim dalam berbagai aspek kehidupan.
Oleh karena itu, Al-qur’an memiliki tempat yang spesial dalam jiwa umat muslim, yakni ditempatkan
sebagai jantung kepercayaan umat muslim dan dasar dari pengalaman keagamaannya. Kehidupan,
pemikiran dan kebudayaan umat muslim akan sulit dipahami jika tidak disertai dengan pemahaman
yang semestinya terhadap Al-qur’an.

Al-qur’an merupakan kitab suci yang terjaga kemurniannya dari awal perwahyuan hingga saat
ini, karena keaslian setiap kalimat dan isi nya benar benar di perhatikan dari waktu ke waktu oleh
umah muslim. Sejak awal perwahyuan Al-qur’an kepada Nabi Muhammad hingga saat ini, telah
menciptakan sejarah panjang yakni kurang lebih sekitar empat belas abad. Diawali dengan peristiwa
penerimaan pesan ketuhanan Al-qur’an oleh Muhammad, yang kemudian berlanjut pada penyampaian
isi Al-qur’an kepada generasi pertama islam yang telah menghafal dan merekam nya secara tertulis,
hingga stabilisasi teks dan bacaannya mencapai kemajuan dari masa ke masa hingga saat ini.

Al-qur’an di turunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW selama kurang lebih 23 tahun
lama nya,dengan malaikat Jibril sebagai perantara-Nya. Oleh karena itu,dapat disimpulkan bahwa Al-
qur’an memiliki sejarah tersendiri. Maka di dalam pembahasan makalah ini akan dimuat informasi
mengenai Konteks Kesejarahan Al-qur’an.

I.2 Rumusan Masalah


 Bagaimanakah situasi dunia sebelum dan sesudah Al-qur’an diturunkan?
 Bagaimanakah kondisi Jazirah Arab dalam berbagai aspek sebelum dan sesudah Al-qur’an
diturunkan?
 Bagaimanakah kondisi Muhammad SAW praperwahyuan Al-qur’an terjadi?
 Apakah signifikasi/penting nya Konteks Sejarah Al-quran dalam pemahaman dan
penafsiran Al-qur’an?

I.3 Tujuan
 Untuk mengetahui situasi dunia sebelum dan sesudah Al-qur’an diturunkan.
 Untuk mengetahui kondisi Jazirah Arab dalam berbagai aspek sebelum dan sesudah Al-
qur’an.
 Untuk mengetahui kondisi Muhammad SAW ketika praperwahyuan Al-qur’an terjadi.
 Untuk mengetahui signifikasi/penting nya Konteks Sejarah Al-qur’an dalam pemahaman
dan penafsiran Al-qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Situasi Dunia


Sebelum Al-qur’an diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad situasi dunia belum
sebaik situasi yang kita rasa kan pada masa kini. Karena belum ada dasar yang bisa dijadikan
pedoman hidup secara mutlak dan sempurna. Kitab suci yang diturunkan sebelum Al-qur’an yakni
Kitab Injil, Zabur dan Taurat yang dijadikan petunjuk hidup bagi masyarakat dunia pada saat itu,dan
Al-qur’an disebutkan dalam kitab-kitab tersebut. Kemudian Al-qur’an diturunkan untuk memberikan
petunjuk hidup yang sempurna bagi kehidupan masyarakat dunia, terkhusus untuk umat muslim
dunia.

Al-qur’an diturunkan secara berangsur-angsur selama kurang lebih 23 tahun mengiringi dakwah
Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW melewati perjuangan yang sangat hebat dalam
menyampaikan pesan pesan Allah SWT yang telah dikirimkan lewat ayat ayat suci Al-qur’an kepada
umatnya agar mereka mampu mencari solusi atas masalah yang dihadapi serta mendapatkan petunjuk.
Oleh karena itu, kita harus memahami sejarah Nabi Muhammad, jika ingin memahami Al-qur’an.
Itulah sebabnya umat Islam tidak bisa dipisahkan dari sejarah, karena sejarah adalah upaya untuk
menemukan originalitas ajaran ajarannya.

Situasi dan kondisi dunia menjadi lebih baik setelah Al-qur’an diturunkan dan dijadikan sebagai
pedoman hidup. Hal tersebut dikarenakan :

- Al-qur’an memberikan petunjuk tentang bagaimana bersikap terhadap orang yang lemah
dan menganjurkan untuk mengasihi anak yatim, memperhatikan fakir miskin dan menolong
orang-orang yang tertindas dengan memberikan zakat dan sedekah mereka.
- Islam mengajarkan hidup bermasyarakat berdasarkan persamaan dan persaudaraan. Saling
tolong-menolong dalam kebaikan dan menghilangkan sifat dendam. Menghilangkan
perbedaan-perbedaan dan melindungi antar kabilah masing-masing.
- Dimulai dibuat hukum-hukum syari’at dan perundang-undangan masyarakat seperti hukum
keluarga dan perkawinan (QS. [4]: 22, 23, dan 24), tata cara mu’amalah (QS. [2]: 275 dan
282), hubungan antar sesama muslim (QS. [49]: 11), antara Muslim dan non-Muslim (QS.
[5]: 51), dengan tujuan untuk melindungi masyarakat dari penyimpangan-penyimpangan
dan dari orang-orang yang menyimpang. 1

Perjuangan Nabi Muhammad terus berlangsung hingga Beliau berhasil membentuk tatanan
masyarakat yang kokoh dengan berlandaskan Al-qur’an sebagai pedoman dalam mengatur segala
aspek kehidupan. Setelah Nabi SAW wafat, perjalan tersebut dilanjutkan oleh para sahabat Nabi. Dan
masa tersebut dikenal dengan masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin.
Al-qur’an diturunkan dengan membawa pesan pencerahan bagi kehidupan seluruh umat
manusia. Sehingga memberikan perubahan besar bagi kehidupan dunia, dan masyarakat muslim perlu
berkaca kepada sejarah awal Al-qur’an diturunkan dengan semua kompleksitas permasalahan yang
ada agar lebih bijak dalam memberikan arahan yang dilandaskan dari ajaran utama Islam.

1
Muhammad al-Ghazali , Fiqh Sirah, (Kairo: Matba’ah Hasan, 1988), 25
II.2 Kondisi Jazirah Arab
a. Kondisi Geografis
Jazirah Arab terletak di bagian barat Asia tepatnya di Timur Tengah berbatasan langsung
dengan benua Afrika dan berbatasan dengan benua Eropa. Orang Arab secara tradisional
menyebut daerah mereka "Jazirah Arab", meskipun ini tidak benar karena itu berarti pulau
Arab. Secara geografis, Jazirah Arab adalah semenanjung, bukan pulau. Oleh karena itu, kata
yang tepat adalah Sibhul Arabian Semenanjung Arab. Walau demikian, kelaziman orang Arab
mengatakan jazirah Arab sebenarnya bima’na Sibhul Jazirah Arab.

Menurut masyarakat Umum , Jazirah Arab merupakan wilayah berbentuk pulau yang
terletak di antara Asia dan Benua Afrika, sama seperti wilayah Arab yang merupakan jantung
bumi (dunia). Pada zaman purba, persangkaan orang pun demikian, walaupun letaknya di barat
daya daerah Asia. Sejak dahulu, daerah Arab memang terkenal dengan nama jazirah Arab,
karena daerah itu sebagian besar dikelilingi oleh sungai-sungai dan lautan sehingga terlihat
seperti jazirah (pulau). Hal tersebut merupakan perkataan sahabat Ibnu Abbas r.a. 2

Jazirah Arab merupakan kediaman mayoritas bangsa Arab kala itu. Jazirah Arab terbagi
menjadi dua bagian besar, yaitu bagian tengah dan bagian pesisir. Di sana, tidak ada sungai
yang mengalir tetap, yang ada hanya lembah-lembah berair di musim hujan. Sebagian besar
Jazirah Arab merupakan Gurun Sahara yang terletak di tengah, dengan kondisi dan karakteristik
yang berbeda-beda.

Secara garis besar, Jazirah Arab terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian tengah dan bagian
luar. Bagian tengah terdiri dari daerah pegunungan yang jarang turun hujan, Penduduknya
disebut Badui (penduduk gurun / gurun), hanya ada beberapa orang termasuk perantau yang
berpindah-pindah sepanjang waktu setelah hujan. Ladang ditumbuhi rumput untuk
penggembalaan ternak, seperti unta, mereka diberi nama Safinatus Sahara (bahtera gurun) dan
domba. Bagian tengah Jazirah Arab terbagi menjadi dua bagian. Utara disebut Najed dan
selatan disebut AlAhqaf. Bagian selatan populasinya sangat sedikit, sehingga disebut Ar-Rab'ul
Khali (tempat sepi)2

b. Kondisi Demografis
Sesuai catatan demografi Jazirah Arab terbagi menjadi 5 daerah,yakni : Hijaz,Yaman, Najed,
Tihamah dan Yamamah. (1) Hijaz merupakan daerah dengan kota terbesar nya yakni adalah
Mekkah, Madinah dan Thaif. (2) Yaman merupakan daerah yang terletak di bagian selatan
dengan kota yang terkenal yakni San’a yang merupakan ibu kota Yaman pada masa Pra Islam.
(3) Najed merupakan daerah yang terletak di bagian tengah Jazirah Arab. (4) Tihamah
merupakan suatu wilayah yang terletak di antara Hijaz dan Yaman. Dan (5) Yamamah yang
merupakan suatu kawasan yang terletak di antara Yaman dan Najed.

Diantara ke 5 kawasan dan daerah tersebut tidak ada satupun penguasa yang menaruh minat
untuk menguasai wilayah semenanjung Arabia tersebut. Walaupun masing-masing penguasa
sudah sejak lama menanamkan pengaruh kekuasaannya di daerah sekitar. Hal ini ternyata
dilatari dengan paling tidak 2 alasan,yakni :

2
Badri Yatim. (2008). Sejarah Peradaban Islam. PT Raja Grafindo Persada.

3
 Dipandang dari segi kepentingan ekonomi dan bisnis, daerah ini sangat tidak
menguntungkan. Jazirah Arab adalah tanah miskin, tandus dan gersang yang tidak
memberikan keuntungan dari segi ekonomi dan bisnis. 

 Karena kawasan ini di pandang dari sudut kepentingan geopolitik dan strategi militer
merupakan daerah berat dan banyak mengandung resiko bagi pasukan yang hendak
bertahan di sana. 3

c. Kondisi Politik
Pada masa pra penurunan Al-qur’an, Mekkah merupakan salah satu kota penting. Hal ini
terjadi karena dilihat dari aspek tradisi dan kedudukannya. Disamping berhadapan dengan
agama politeisme yang telah mengakar kuat, ajaran Nabi Muhammad SAW juga harus melawan
oposisi dari pemerintahan oligarki.

Nabi Muhammad SAW menghadapi banyak kesulitan dalam proses penyampaian


dakwahnya. Pada masa itu, dakwah Nabi Muhammad SAW yang menyerukan Islam dianggap
sebagai perusak terhadap tatanan masyarakat yang dianut oleh kalangan bangsawan. Hal
tersebut menyebabkan terjadinya banyak konflik.

Para bangsawan tidak siap untuk memperlakukan status mereka secara setara dengan
sekelompok orang yang dulunya adalah budak. Selain itu, larangan menyembah berhala akan
memberikan dampak buruk bagi sektor perekonomian karena akan mengurangi pendapatan
penduduk. Pembuatan berhala merupakan salah satu pendapatan penduduk jazirah arab pada
saat itu.

Rasulullah SAW mendapatkan pertentangan setelah Beliau melaksanakan dakwah secara


terang-terangan. Pertentangan yang dilontarkan oleh kaum Quraisy mengenai seruan Islam yang
di bawa oleh Nabi Muhammad terjadi karena di dorong oleh 5 faktor,yakni :

1. Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka mengira bahwa
tunduk kepada seruan Muhammad SAW berarti tunduk kepada kepemimpinan Bani Abdul
Muthalib. Hal ini sangat tidak mereka inginkan.
2. Nabi Muhammad SAW menyerukan persamaan hak antara bangsawan dengan budak. Hal
ini tentu tidak disetujui oleh kelas bangsawan Quraisy
3. Para pemimpin Quraisy tidak dapat menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan
pembalasan di akhirat;
4. Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat berakar pada bangsa Arab
5. Pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagai penghalang rezeki. 4

3
Ratu Suntiah, M. (2011). Sejarah Peradaban Islam. CV . Insan Mandiri.

4
A. Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam 1, (Jakarta: Pustaka al Husna, 1983)

4
Pemerintahan Islam pertama terdapat di Madinah. Meskipun fakta nya seperti itu, namun
konstibusi kader-kader Mekkah tidak dapat diabaikan. Hal ini dikarenakan pembentukan
karakter dan pribadi muslim terjadi di Makkah, sehingga menjadi awal dari pertumbuhan dan
perkembangan masyarakat Islam. Peristiwa ini dapat di ibaratkan dengan “benih unggul” yang
berasal dari Mekkah, yang kemudian tumbuh di “lahan subur”nya yakni di Madinah, sehingga
perpaduan keduanya mampu melahirkan pemerintahan Islam yang kuat.

d. Kondisi Ekonomi
Bangsa Arab Pra-Islam memiliki kemajuan di bidang perekonomian, khususnya dalam aspek
pertanian dan perdagangan. Masyarakat Arab menggunakan mata bajak, garu, tongkat dan lain
sebagainya yang merupakan peralatan pertanian semi modern untuk bercocok tanam. Pada masa
itu juga diketahui bahwa masyarakat Arab memanfaatkan hewan ternak sebagai kendaraan air
dan mesin bajak. Mereka juga mampu membangun system irigisasi yang baik, meskipun pada
akhirnya bendungan Ma’rib yang telah mereka bangun rusak dan tidak berfungsi untuk
menyuburkan tanah dan memperbanyak hasil produksi. Mereka juga menggunakan berbagai
pupuk alami serta mencari dan menggunakan benih benih yang berkualitas. Mereka
menggunakan sistem sewa lahan dalam pengeloloan persawahan, yakni dengan proses
pembagian produk atau kerjasama dengan penyewa lahan.

Di samping pertanian, masyarakat bangsa Arab juga terkenal dalam urusan perdagangan.
Perdagangan yang dilakukan tidak terbatas pada sesame orang Arab, tetapi juga termasuk orang
orang non-Arab. Sejak 200 tahun sebelum kelahiran Islam, kegiatan ekspor dan impor sudah
dilakukan oleh para pedagang Arab Selatan dan Yaman serta dapat dilihat pula kemajuan dari
pelaksanaan kegiatan tersebut. Mereka melakukan ekspor untuk barang barang seperti dupa,
kayu gaharu, minyak wangi, kulit binatang, buah kismis dan lainnya dan mengimpor bahan
bangunan, bulu burung unta, logam mulia, batu mulia, sutra, gading, rempah-rempah, intan dan
sebagainya dari Afrika, Persia, Asia Selatan dan Cina (Karim, 2015 : 55-56). Kemajuan Bangsa
Arab dalam dunia perdagangan di dukung oleh fakta bahwa Mekah memiliki peran strategis
karena merupakan jalur persilangan ekonomi internasional, yang menghubungkan jalur-jalur
dari dan ke mancanegara.5

e. Kondisi Kebudayaan
Awal dan tonggak baru bagi kemajuan peradaban manusia di Arab adalah kelahiran Nabi
Muhammad SAW pada pertengahan abad ke-6 Masehi. Kemajuan peradaban yang berkembang
dengan nilai-nilai dan system kehidupan baru yang di miliki oleh bangsa Arab terbilang
spektakuler dan memberikan jalan untuk membuka tabir kegelapan (jahiliyah) dalam sejarah
bangsa Arab dan peradaban dunia pada umumnya.

Kemajuan bangsa Arab pada masa itu di dukung oleh dua faktor, yakni : (1) Karena letak
jazirah Arab yang sangat strategis serta berada dalam jalur perdagangan dan pertemuan lintas
peradaban. Sebagaimana dinyatakan oleh Yatim (2011:9), ketika nabi Muhammad lahir (570),
Mekkah adalah sebuah kota yang sangat penting dan terkenal di antara kota-kota di negeri
Arab, baik karena tradisinya maupun karena letaknya. Jalur perdagangan yang ramai
menghubungkan Mekkah dengan Yaman di selatan dan Syiria di utara. Selain itu, pusat
5
Al-Tsaqafa: Jurnal Peradaban Islam Vol. 16 No.1, Juni 2019, hlm. 044-062

5
keagamaan Bangsa Arab berada di Mekkah dengan Ka’bah sebagai pusat ziarah mereka.
Realitas kesukuan masyarakat jazirah arab dicerminkan oleh agama dan masyarakat bangsa
Arab itu sendiri. Kemajuan yang ada menunjukkan bahwa bangsa Arab tidak terlepas dari
kemajuan peradaban bangsa yang ada di sekitarnya, khususnya berada di antara dua peradaban
besar masehi, yaitu yang dimiliki kerajaan Rumawi Timur dan Persia.

Terkait dengan hal ini menurut Amin (2009:48-50),3 bahwa pada masa pra Islam terdapat
dua kekuatan dunia, yaitu peradaban Rumawi Timur dan Peradaban Persia. Dua kekuatan besar
tersebut merupakan dua kekuatan super power dunia pada masa itu sekaligus merupakan
adikuasa dunia. Khususnya Rumawi Timur (inklusif Yunani) sekitar 753 SM - … (± 10 abad),
menurut Amin (2009:47) pada saat itu telah memiliki prestasi di bidang kehidupan beragama
(nasrani), filsafat, bahasa dan kesenian. Sedangkan pada Peradaban Persia, saat itu juga
memiliki kemajuan di bidang agama (Zoroaster), agama Almanuwiyah, agama Mazdak, bahasa,
dan kesenian. Khusus dalam bidang agama Zoroaster sangat berkembang istilah filsafat
Zoroaster (Amin, 2009:51-55)

Kedua, Keadaan kehidupan dunia Arab masehi sebelum Islam, telah memiliki struktur
kehidupan sebagaimana ciri peradaban kehidupan masyarakat maju, yang terdiri atas keadaan
politik, sosial dan ekonomi, intelektual, bahasa dan seni bahasa, catatan keturunan, dan sejarah.
(Amin, 2009:58). Khusus di bidang bahasa, masyarakat Arab pada saat itu telah menggemari
kehidupan baca tulis dan seni syair telah menjadi sebuah tradisi masyarakat yang meluas. Oleh
karena itu, menurut Amin (2009:60), di bidang bahasa, bangsa Arab sebelum Islam adalah
masyarakat yang sangat maju, bahasa mereka sangat indah dan kaya, syair-syair mereka sangat
banyak, dalam lingkungan mereka seorang penyair sangat dihormati, dan setiap tahun di “pasar
Ukaz” diadakan pentas sajak yang monumental. 6

Perkembangan ilmu dalam islam juga tidak terlepas dari campur tangan dan perhatian besar
para sahabat nabi (khalifah) dan raja raja dari Dinasti Islam, serta dukungan dari orang-orang
dermawan yang siap untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan dan kecukupan hidup untuk
para guru dan murid,dan termasuk mendirikan perpustakaan pribadi untuk kepentingan murid
murid pada umumnya. Dari ilmu-ilmu tentang doktrin keislaman, maka lahirlah ilmu-ilmu naqli
seperti ilmu qiraat, ilmu tafsir, Hadits, nahwu, sastra (Hasan 2009 (2):385-413). Sedangkan dari
ilmu-ilmu aqli sebagai wujud pertautan antara ilmu keislaman dengan fisafat dan seni, maka
lahirlah ilmu kimia, kedokteran, matematika, ilmu kalam, ilmu sejarah, strategi perang. 7

f. Kondisi Kepercayaan
Nabi Muhammad SAW memiliki peran penting dalam pertumbuhan hukum Islam masa kini.
Hukum islam mulai tumbuh dan berkembang hingga membentuk dirinya menjadi pranata
hukum. Sumber asasi dan pengembangan hukum dari masa ini adalah Al-qur’an dan Sunnah
Rasulullah SAW. Pada masa tersebut Nabi Muhammad SAW menjadi satu satu nya sumber
hukum, karena semua persoalan hukum yang timbul dikembalikan kepada Beliau.

Masa ini terbagi menjadi 2 fase, yakni : (1) Fase Mekkah dan (2) Fase Madinah. Fase
Mekkah berlangsung selama 12 tahun dan beberapa bulan semenjak wahyu pertama hingga
Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah. Dalam fase ini, Nabi Muhammad SAW telah
6
Amin, Samsul Munir, 2009. Sejarah Peradaban Islam, Amzah, Jakarta.
7
Hasan, Hasan Ibrahim, 2009 (1). Sejarah dan Kebudayaan Islam 1, Kalam Mulia,
Jakarta.

6
mencurahkan banyak fokus dan perhatian nya untuk memperbaiki kepercayaan masyarakat
Arab dengan menanamkan ajaran Tauhid ke dalam akidah mereka serta membuat mereka
memalingkan diri dari menyembah kepada selain Allah.

Oleh karena itu,ayat-ayat yang diturunkan di Mekkah sebelum Nabi melakukan hijrahnya
berisi tentang larangan menyekutukan Allah dan seruan untuk beriman kepada-Nya dengan
menceritakan kisah para nabi terdahulu dan sejarah dari umat-umat yang lalu, mengajarkan
mereka untuk berpaling dan meninggalkan seluruh tradisi buruk yang merupakan warisan dari
nenek moyang mereka, serta mengajarkan mereka untuk memiliki sikap sosial yang lebih baik
dengan sesama. Ringkasnya, kebanyakan ayat Makiyyah itu berisi hal-hal yang berkaitan
dengan akidah, akhlak dan sejarah.

Muhammad Hadhori menjelaskan bahwa periode Makkah dapat dilihat dari karakteristik
ayat-ayatnya sebagai berikut:

 Tidak menjelaskan secara rinci tentang aspek hukum, tetapi fokus pada tujuan agama, yaitu
tauhid
 Penegakan dalil-dalil keberadaan allah
 Peringatan tentang azab allah dan sifat-sifat hari kiamat
 Seruan untuk berakhlak mulia, sebagaimana tujuan Nabi Muhammad SAW diutus, yaitu
menyempurnakan akhlak manusia.
 Berkenaan dengan umat terdahulu yang ditimpa musibah karena tidak taat kepada nabi
mereka.

Dari point point diatas, dapat disimpulkan bahwa fase Mekkah merupakan fase revolusi
akidah untuk mengubah system kepercayaan masyarakat jahiliyah menuju ibadah kepada Allah
SWT semata. Suatu revolusi yang menghadirkan perubahan fundamental, rekonstruksi social
dan moral pada seluruh dimensi kehidupan. Akidah yang kuat menjadi pondasi yang sangat
kuat bagi terbangunnya hukum Islam yang di taati oleh para pemeluknya. 8

g. Kondisi Sosial dan Moral


Sejarah sosial-politik Arab merupakan salah satu topik yang menarik untuk dikaji dan
diteliti. Karena dari aspek ini lah agama Islam kemudian lahir dan membawa perubahan besar
bagi peradaban Arab. Mempelajari kondisi sosial-politik dalam konteks kesejarahan menjadi
hal yang penting bagi umat muslin untuk mendapatkan gambaran tentang hakikat islam secara
sempurna,yang tercermin dalam kehidupan masyarakat Arab secara umum,atau Nabi secara
khusus. Lebih tepatnya, yang menjadi saksi bisu betapa hebatnya bangsa Arab dalam
membangun peradabannya adalah sejarah Sosial-Politik Arab. Jauh sebelum Islam
lahir,Peradaban bangsa Arab telah ada. Dari peradaban tersebutlah lahir agama-agama besar
seperti Yahudi, Kristen dan Islam. Secara sosial-politik diketahui bahwa bangsa Arab hidup
dalam kejahiliyahan (kebodohan). Penamaan jahiliyah ini bukan berarti bahwa bangsa Arab
bodoh dalam intelektual, melainkan karena kebobrokan moral dan akidah.

Menjelang kebangkitan Islam di Hijaz, kondisi sosial-politik Arab berada dalam situasi yang
sangat kronis, karena banyak peperangan antar kabilah atau suku yang terjadi. Banyak konflik
yang terjadi karena pola struktur bangsa Arab yang terdiri atas kabilah yang semua anggotanya
memiliki ikatan darah yang kuat. Ikatan darah tersebut menumbuhkan rasa solidaritas yang

8
Sairazi Abdul Hafiz. 2019. Kondisi Geografis, Sosial Politik Dan Hukum Di Makkah Dan Madinah Pada Masa Awal
Islam. Islamic and Law Studies, 3(1), 136-137.

7
tinggi di antara anggota kabilah, sehingga melahirkan loyalitas yang penuh terhadap kesatuan
suku. Suku Quraisy merupakan suku yang terkenal dan terpandang di Hijaz, yang merupakan
cikal bakal lahirnya seorang Rasul mulia Nabi Muhammad SAW pembawa risalah agama Islam
(Ibn Khaldun 2004).

Para sejarawan menjadikan pembatas antara Islam dan tradisi Arab dengan batas pemisah
moral dan ideologis semata. Masyarakat Arab telah dipersepsikan sebagai masyarakat jahiliyah,
kemudian Islam datang sebagai penyelamat. Untuk beberapa hal, pengklaiman tersebut tidak
sepenuhnya salah. Akan tetapi generalisasi ini telah memberikan pengaruh negative dalam
menumbuhkan kritisisme sejarah. Hubungan antara tradisi Arab dan Islam menjadi fakta sejarah
yang telah terabaikan, yang kemudian menyebabkan proses akulturasi tradisi arab dengan Islam
sebagai fakta sejarah yang tidak penting untuk dikaji. 9

II.3 Kondisi Muhammad SAW Pra Pewahyuan Al-qur’an


Sejarah mencatat bahwa perwahyuan Al-qur’an terjadi secara bertahap dengan memakan
waktu yang cukup lama yakni 22 tahun 2 bulan 22 hari, sementara menurut pendapat lain dinyatakan
terjadi selama 23 tahun. Dalam kurun waktu tersebut, Al-qur’an diturunkan sesuai dengan situasi dan
kondisi masyarakat Arab saat itu. Pewahyuan ini memberi hikmah untuk memperkuat hati Rasulullah
SAW dan lebih memudahkan beliau untuk menerima, memahami dan menghafalkan nya. Tidak hanya
terhadap Rasulullah SAW tetapi proses ini memberikan kemudahan yang sama bagi sahabat
Rasulullah untuk menyimak, memahami dan menghafalnya. Berdasarkan riwayat Ibn Abbas, Al-
qur’an diturunkan dari lauh al-mahfuz ke langit terbawah (bait al-izzah) terjadi dalam waktu semalam
yang bertepatan pada malam Lailatul qadar.

Proses pewahyuan Al-qur’an pertama kali terjadi saat Rasulullah SAW berada di gua Hira’
yang ditandai dengan turunnya QS. al-’Alaq: 1-5. Saat itu Malaikat Jibril meminta Rasulullah SAW
untuk membaca ayat-ayat tersebut hingga tiga kali, sementara Rasulullah SAW menyatakan tidak
mengetahui apa yang harus dibacanya. Kemudian, Rasulullah SAW pulang dalam kondisi gemetar
hingga meminta sang istri, Khadijah, untuk menyelimuti dan menenangkannya. Azami menjelaskan
bahwa penerimaan wahyu Al-qur’an ada di luar jangkauan penalaran akal manusia, dan untuk
memahami fenomena pewahyuan ini hanya bisa dilakukan dengan merujuk pada data periwayatan
otentik dari Rasulullah SAW, dan orang-orang terpercaya yang menyaksikan kehidupan beliau, di
antaranya riwayat dari al-Haris ibn Hisyam yang pernah bertanya langsung kepada Rasulullah S AW
mengenai bagaimana cara penyampaian wahyu kepada beliau? Maka beliau menjawab, “ Kadang-
kadang seperti bunyi lonceng, dan ini merupakan cara paling dahsyat yang sampai pada saya,
kemudian lenyap dan saya dapat mengulangi wahyu yang disampaikan. Kadang-kadang malaikat
hadir dalam wujud manusia dan berkata kepadaku dan saya dapat memahami apa yang dikatakan.”
Dalam riwayat lain, Aisyah juga menguraikan, “Sungguh aku pernah melihat Rasulullah SAW.
merasa kedinginan dan penuh peluh saat diturunkan wahyu kepada beliau.” Dengan demikian,
pengalaman Rasulullah SAW terkait dengan pewahyuan Al-qur’an merupakan pengalaman yang
bersifat spritual dan internal, sekalipun dorongan-dorongan ke arah terjadinya pengalaman tersebut
bisa jadi bersifat eksternal.

Wahyu Al-qur’an murni bersumber dari Allah dan bukan karangan Nabi Muhammad SAW hal
ini bisa dibuktikan dengan dua indikator, yakni : (1) Rasulullah merupakan seseorang yang ummi
(tidak mahir baca dan tulis), jadi mustahil bila Al-qur’an yang memiliki keindahan bahasa dan
susunan di karang oleh nya. (2) Terdapat penggunaan kosakata tala, yatlu, yutla, atlu, tatlu dan
9
Mubahrok Ahmad Agis. 2020. Sejarah Sosial-Politik Arab: Dari Hegemoni Romawi-Persia Hingga Kebangkitan Arab
Islam. Peradaban dan Pemikiran Islam, 4(1), 65-66.

8
sebagainya yang memberi isyarat bahwa Rasulullah SAW berfungsi sebagai orang yang ditugaskan
Allah SWT untuk membacakan ayat-ayat itu kepada umat manusia.

Terdapat beberapa fakta lain terkait proses pewahyuan Al-qur’an terhadap Rasulullah SAW,
yang membuktikan bahwa Al-qur’an bukanlah karangan beliau. Yakni :

 Rasulullah SAW selalu terburu-buru dalam menghafal ayat-ayat Al-qur’an yang


sedang dibacakan Jibril. Beliau baru berhenti dari sikap terburu-buru setelah
memperoleh jaminan dari Allah bahwa Al-qur’an itu akan selalu melekat dalam
ingatan beliau.
 Al-qur’an banyak menyebut ayat yang berisi teguran dan kritikan terhadap beberapa
sikap Rasulullah SAW. Seandainya Al-qur’an merupakan karangan beliau, niscaya
beliau akan menyembunyikan teguran dan kritikan tersebut.
 Di dalam Al-qur’an terdapat ayat-ayat yang pada mulanya tidak diketahui maksudnya
oleh Rasulullah SAW Beliau baru mengetahuinya setelah turun ayat lain yang
menjelaskannya.
 Al-qur’an banyak memaparkan informasi historis tentang peristiwa-peristiwa yang
telah terjadi pada masa silam maupun yang akan terjadi pada masa yang akan datang.
 Al-qur’an mengungkapkan informasi-informasi yang selaras dengan hasil penemuan-
penemuan ilmiah di abad modern, baik yang berkenaan dengan alam semesta,
manusia, flora dan fauna maupun yang lainnya meskipun hanya secara global.

Dalam rangka menjaga orisinalitas Al-qur’an dan memelihara ingatan Rasulullah SAW secara
konstan, maka beliau SAW bersama Malaikat Jibril selalu membaca Al-qur’an secara bergantian tiap
tahun, kecuali pada tahun wafatnya Rasulullah SAW, dimana mereka membaca Al-qur’an secara
bergantian dua kali. Di sini tampak bahwa tugas Rasulullah SAW terhadap Al-qur’an tidak hanya
membacakannya saja kepada umat manusia, melainkan juga menjaga keasliannya dengan mengawasi
ketepatan kompilasi, menghafal, memberi penjelasan yang diperlukan, memberi motivasi kepada
umat untuk menyebarluaskannya. Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang
mau mempelajari Al-qur’an lalu mengajarkannya kepada orang lain.”

Pengajaran Al-qur’an kepada masyarakat saat itu juga disesuaikan Rasulullah SAW dengan
dialek masing-masing kabilah. Ini dimaksudkan untuk memudahkan mereka dalam memahami dan
menghafal kandungan Al-qur’an.10

II.4 Signifikasi Konteks Kesejarahan dalam Pemahaman (Penafsiran) Al-


Qur’an
Sejarah Al-qur’an banyak dibahas dalam berbagai kitab. Hal ini biasa nya dikaji dalam Studi
Al-qur’an ‘Ulum Al-qur’an. Kitab-kitab itu antara lain: al-Itqnfi ‘Ulum Al-qur’an karya al-Suyuti, al-
Burhn fi ‘Ulum Al-qur’an karya al-Zarkasyi, dan lain-lainnya. Sedangkan para penulis non-muslim
antara lain: Daniel A. Madigan, Navid Kermani, James A. Bellamy, Frederick M. Denny dan lain-
lainnya. Karya-karya itu antara lain membahas seputar tadwin (pembukuan), proses pewahyuan,
periodisasi, perkembangan tafsir dan lain lainnya.

Proses pengkajian tersebut menunjukkan bahwa Al-qur’an memiliki sejarah, ruang dan
waktu. Bahkan memiliki sebuah proses editing. Awalnya Al-qur’an bernama “mushaf” yang

10
Mubarok Ahmad Zaki. 15. Studi tentang Historisitasal-Qur’an. Hermeneutik, 9(1), 5-11.

9
diusulkan oleh Ibn Mas’ud. Nama ini sangat populer di kalangan Muslim awal waktu itu hingga
diganti menjadi Al-qur’an pada kepanitiaan yang dibentuk oleh Khalifah Usman.8 Sebelum itu, kitab
suci umat Islam ini pernah dikenal dengan “Injil” mengacu pada tradisi Kristen dan “sifr” mengacu
pada tradisi agama Yahudi.

Adanya proses penamaan menunjukkan bahwa Al-qur’an ada bukan dalam sekali jadi,
melainkan ia ada karena melewati proses selama 23 tahun lamanya. Wahyu Al-qur’an turun dalam
dua periode, makkiyah dan madaniyyah. Isi dan kandungan pun mengalami perbedaan antara yang
makkiyah dan madaniyyah. Perbedaan ini terjadi karena ia turun dalam situasi yang berbeda baik
ruang, waktu, maupun kondisi-kondisi sosialnya. Dalam studi Al-qur’an disebutkan bahwa wahyu Al-
qur’an turun berdasarkan latar belakangnya masing-masing (asbab al-nuzul). “Latar belakang
turunnya ayat” menunjukkan bahwa ia ada dalam konteks-konteks peristiwa waktu itu. Ia bersama
pengalaman masyarakat Arab, meski ia diyakini berlaku universal untuk semua masyarakat muslim di
seluruh dunia. Argumen ini dikuatkan dengan pendapat bahwa wahyu turun ketika Nabi memerlukan
jawaban dari pertanyaan masyarakat atau wahyu itu turun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
waktu itu. Tak heran jika, di dalam Al-qur’an sering menunjuk benda-benda, nama-nama, atau
peristiwa-peristiwa yang ada di kebudayaan Arab seperti onta, padang pasir, kurma, Abu Lahab,
kabah, dan lain-lain.

Al-qur’an tetap diyakini sebagai wahyu Allah yang Maha Azali dan Abadi oleh umat Islam.
Ia bahkan, telah memiliki tentara-tentara pembela yang sangat tangguh dan berani mati. Meski wahyu
merupakan konsep yang rumit, namun keadaannya di mata umat Islam sangat sederhana. Umat Islam
tak pernah menyusuri sejarah dan prosesnya yang rumit. Sebagian besarnya, mempercayai bahwa Al-
qur’an dalam bentuknya yang sekarang itu sudah ada sejak Rasulullah masih hidup.

Kesejarahan Al-qur’an tak bisa terbantahkan. Secara georafis pun, Al-qur’an berkembang ke
bangsa-bangsa non-Arab dan memakan waktu hingga ratusan tahun. Sebagai contoh, Al-qur’an
sampai ke Nusantara empat ratus tahun kemudian sejak pertama kali ia diturunkan. Argumen ini
diajukan jika Al-qur’an penyebarannya mengikuti awal masuknya Islam ke sini, yakni sekitar abad
ke-13. Ini berarti penyebaran Al-qur’an pun mengikuti hukum sejarah. Ia dibawa oleh para penyebar
Islam Arab melalui perdagangan dan hubungan perkawinan. Ini menunjukkan ia berkembang bersama
sejarah hingga akhirnya ia menjadi Kitab Suci umat Islam Nusantara dengan berbagai tafsirnya dari
berbagai bahasa, Jawa, Sunda dan lain-lainnya. 11

11
Mudhofir Abdullah. 2014. Kesejarahan al-Qur’an dan Hermeneutika. Qur’an and Hadish Studies, 3(1), 59-
65

10
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Berikut kesimpulan dari pembahasan di atas,yakni :

 Al-Qur’an merupakan Kitab Suci yang diturunkan untuk memperbaiki situasi dunia,
dan dijadikan pedoman hidup umat manusia. Terutama untuk umat islam.
 Kondisi Jazirah Arab jauh lebih baik dalam berbagai aspek ketika Al-qur’an telah di
turunkan.
 Al-qur’an memiliki sejarah nya tersendiri, murni wahyu yang di turunkan oleh Allah
SWT kepada Nabi Muhammad SAW.
 Banyak fakta yang membuktikan bahwa Al-qur’an bukan lah hasil karangan
Rasulullah SAW.
 Konteks kesejarahan Al-qur’an memiliki peran penting dalam pemahaman, penafsiran
dan pengembangan ilmu.

III.2 Saran
Saran untuk para pembaca :
 Bacalah setiap isi makalah yang telah tersajikan dengan cermat dan seksama.
 Tandai kalimat/bagian yang menimbulkan datang nya pertanyaan.
 Pahami isi nya,agar ilmu nya tersampaikan dan bisa bermanfaat bagi pembaca.
 Sampaikan lah kekurangan dalam penyusunan makalah ini kepada kelompok penyaji.
Kritik dan saran yang membangun sangat di harapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad al-Ghazali , Fiqh Sirah, (Kairo: Matba’ah Hasan, 1988), 25

Badri Yatim. (2008). Sejarah Peradaban Islam. PT Raja Grafindo Persada.

Ratu Suntiah, M. (2011). Sejarah Peradaban Islam. CV . Insan Mandiri.

A. Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam 1, (Jakarta: Pustaka al Husna, 1983)

Al-Tsaqafa: Jurnal Peradaban Islam Vol. 16 No.1, Juni 2019, hlm. 044-062

Amin, Samsul Munir, 2009. Sejarah Peradaban Islam, Amzah, Jakarta.

Hasan, Hasan Ibrahim, 2009 (1). Sejarah dan Kebudayaan Islam 1, Kalam Mulia,
Jakarta.

Sairazi Abdul Hafiz. 2019. Kondisi Geografis, Sosial Politik Dan Hukum Di Makkah Dan Madinah
Pada Masa Awal Islam. Islamic and Law Studies, 3(1), 136-137.

Mubahrok Ahmad Agis. 2020. Sejarah Sosial-Politik Arab: Dari Hegemoni Romawi-Persia Hingga
Kebangkitan Arab Islam. Peradaban dan Pemikiran Islam, 4(1), 65-66.

Mubarok Ahmad Zaki. 15. Studi tentang Historisitasal-Qur’an. Hermeneutik, 9(1), 5-11.

Mudhofir Abdullah. 2014. Kesejarahan al-Qur’an dan Hermeneutika. Qur’an and Hadish Studies,
3(1), 59-65

12

Anda mungkin juga menyukai