Anda di halaman 1dari 10

SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN HADIS

A. Pengertian Periwayatan hadis.


Hadis Nabi yang terhimpun dalam berbagai kitab –seperti
yang kita saksikan saat ini- terlebih dahulu telah melalui
proses kegiatan yang disebut dengan riwayatul hadits atau
al-riwayat atau periwayatan.
Menurut istilah ilmu hadis, yang dimaksud dengan
periwayatan adalah kegiatan penerimaan dan penyampaian
hadis dengan menyebutkan sanadnya secara lengkap.
Dengan demikian ada tiga kegiatan yang harus dilakukan
dalam periwayatan hadis yaitu : menerima hadis,
menyampaikan hadis, dan ketika menyampaikan hadis
tersebut harus menyebutkan sanadnya secara lengkap. Jika
seseorang menerima hadis tapi tidak menyampaikannya
kepada orang lain, maka tidak disebut periwayatan. Begitu
pula orang yang menyampaikan hadis tanpa menyebutkan
sanadnya secara lengkap, juga tidak disebut meriwayatkan
hadis.
Kegiatan penerimaan hadis disebut dengan al-tahammul.
Sedangkan kegiatan penyampaian hadis disebut al-‘ada’.
B. Periwayatan hadis pada zaman Nabi.
Periwayatan hadis pada zaman nabi berjalan dengan lancar.
Hadis yang disampaikan Nabi beredar dengan cepat ditengah
tengah masyarakat. Kelancaran beredarnya hadis dengan
cepat di tengah-tengah masyarakat di zaman Nabi
disebabkan oleh dua faktor:
1. Cara yang ditempuh Nabi dalam menyampaikan hadis
sangat efektif. Nabi menyampaikan hadis di hadapan para
shabat kemudian dia berpesan agar yang hadir di
majelisnya menyampaikan kepada orang yang tidak
hadir. Nabi terkadang menyampaikan hadis dengan
mengajukan pertanyaan untuk memaksimalkan perhatian
sahabat. Di samping itu bahasa Nabi sangat halus, fasih,
tutur katanya jelas dan mudah dimengerti. Nabi juga
menguaskan beberapa orang sahabat untuk berdakwah ke
berbagai pelosok daerah. Cara yang ditempuh Nabi ini
sangat efektif menyebabkan cepatnya hadis beredar di
tengah-tengah masyarakat, walaupun media komunikasi
waktu itu sangat sederhana.
2. Minat para sahabat sangat besar untuk menerima dan
menyampaikan hadis Nabi. Besarnya minat sahabat
untuk meriwayatkan hadis disebabkan oleh banyak
faktor, di antaranya : Nabi itu uswatun hasanah (idola) di
mata para sahabat; Allah sangat menghargai orang
berilmu sedangkan hadis Nabi itu adalah ilmu di mata
para sahabat; dan masyarakat antusias mengikuti
perkembangan dan tingak laku pemimpinnya.
Periwayatan hadis di masa Nabi mengandalkan cara lisan
dan hafalan karena para sahabat sangat kuat daya hafalnya.
Hanya sedikit sahabat yang mencatat hadis –itupun secara
pribadi (tidak resmi). Secara umum, Nabi pernah melarang
para sahabat menulis hadis. Dalam sabdanya yang terkenal
Nabi berkata :
‫ال تكتبوا عني غير القرأن ومن يكتب عني غير القرأن فليمحه‬
Artinya : “Janganlah kamu tulis apa yang kamu terima dari
saya selain Alqur’an. Siapa yang menulis selain Alqur’an
hendaklah dia menghapusya”.
Larangan Nabi ini, menurut para ulama, dimaksudkan agar
tidak bercampur baur antara ayat-ayat Alqur’an dan hadis
Nabi. Di samping itu larangan ini bersifat umum. Untuk
sahabat tertentu seperti Ali, Abu bakar dan beberapa shabat
tertentu punya catatan hadis secara pribadi.
C. Periwayatan hadis pada zaman sahabat Nabi.
Yang dimaksud dengan sahabat Nabi adalah orang yang
hidup sezaman dengan Nabi, pernah bertemu dengan
Nabi dan beriman kepada Nabi. Dengan demikian ada tiga
syarat yang harus dipenuhi untuk mendapat status sahabat
Nabi, yaitu: hidup se zaman dengan Nabi, pernah bertemu
dengan Nabi dan beriman kepada Nabi. Orang yang tak
sezaman dengan Nabi, seperti kita bukanlah sahabat Nabi,
melainkan hanya umat Nabi jika yang bersangkutan beriman
kepada Nabi. Orang yang sezaman dengan Nabi kalau tak
pernah bertemu dengan Nabi (umpamanya Nabi di Madinah
sedangkan dia di Mesir) juga tak disebut sahabat Nabi, jika
dia sezaman dan beriman kepada Nabi tapi tak pernah
bertemu dengan Nabi maka disebut dengan muhadhramin.
Peringkat muhadhramin dalam periwayatan hadis berada di
bawah sahabat Nabi dan disamakan dengan tabi’in. Orang
yang sezaman dengan Nabi, pernah bertemu Nabi (seperti
Abu lahab) tapi tak beriman kepada Nabi juga tidak disebut
dengan sahabat Nabi. Hanya yang memenuhi ketiga
persyaratan di atas sekaligus yang disebut sahabat Nabi.
Dari segi masa hidupnya, generasi sahabat dibagi dua yaitu
sahabat senior atau ‫حابة‬YY‫ار الص‬YY‫ كب‬atau sahabat besar dan
sahabat yunior atau ‫ صغار الصحابة‬atau sahabat kecil. Yang
dimaksud dengan sahabat senior adalah sahabat yang sudah
baligh berakal pada saat Nabi wafat di tahun 11 H, seperti
Abu bakar, Umar, Aisyah, Ali bin Abi thalib dan lain-lain.
Sedangkan sahabat yunior adalah sahabat yang masih anak-
anak (belum bailgh) ketika Nabi wafat di tahun 11 H, seperti
Ibnu Abbas dan ibnu Umar.
Orang yang berstatus sahabat nabi diberi gelar ‫رضي هللا عنه‬
atau disingkat r.a. dibelakang namanya.
Periwayatan hadis dimasa sahabat dibagi dua, era sahabat
senior dan era sahabat yunior.
Di masa sahabat senior (khulafaurrasyidin) periwayatan
hadis berlangsung dengan sangat hati-hati dan sangat ketat.
Khulafaurrasyidin mengambil kebijakan pembatasan
periwayatan atau taqlil al-riwayah. Hal ini terbukti dengan
kebijakan mereka sebagai berikut :
1. Abu Bakar al-Siddiq menerapkan kebijakan pembatasan
periwayatan hadis atau taqlil al-riwayah. Dia tidak mau
menerima suatu riwayat hadis kecuali setelah
periwayatnya menhadirkan saksi. Ada orang bertanya
kepada Abu Bakar tentang hak waris seorang nenek dari
harta warisan cucunya. Abu Bakar tidak tahu jawabannya.
Lalu dia bertanya kepada para sahabat “Siapa yang
mengetahui besaran bagian nenek dari harta warisan
cucunya?” Al-Mugirah r.a menyatakan bahwa dia hadir
ketika Nabi pernah menetapkan bagian nenek adalah
seperenam (1/6). Abu Bakar baru menerima/ mengakui
jawaban itu setelah Al-Mughirah bin Syu’bah
menghadirkan saksi yaitu Muhammad bin Maslamah
yang juga hadir dalam penetapan Nabi terhadap hak
warisan nenek dimaksud. Ini membuktikan kehati-hatian
Abu Bakar dalam periwayatan hadis.
Periwayatan hadis di zaman Abu Bakar sangat terbatas
karena masa jabatannya hanya dua tahun dan disibukkan
dengan pemberantasan kaum murtad, pengingkar bayar
zakat dan pemberantasan Nabi palsu.
2. Umar bin Khattab juga sangat hati-hati dalam periwayan
hadis. Umar juga mempersyaratkan saksi untuk menerima
suatu riwayat hadis. Umar pernah mendengar Ubay bin
Ka’ab menyampaikan hadis. Dia baru menerima setelah
Abu Zar al-Ghifari menyatakan telah mendengar juga dari
Nabi apa yang disampaikan Ubay bin Ka’ab.
Periwayatan hadis zaman umar lebih banyak
dibandingkan dengan zaman Abu bakar, karena masa
kepemimpinan Umar lebih lama yaitu 10 tahun dan
stabilitas negara sangat kondusif di zaman Umar.
3. Usman bin Affan juga menempuh langkah pendahulunya
dalam kehati-hatian meriwayatkan hadis. Dalam suatu
kesempatan khutbah, Usman pernah menghimbau para
sahabat agar tidak banyak meriwayatkan hadis yang tak
didengar di zaman Abu Bakar dan Umar.
Periwayatan hadis di masa Usman lebih banyak
dibandingkan pada masa Umar. Hal dikarenakan Usman
tidak setegas Abu Bakar dalam memimpin, di samping itu
wilayah Islam sudah semakin luas dan masa jabatannya
lebih lama yaitu 12 tahun.
4. Ali bin Abi thalib juga melanjutkan kebijakan khalifah
sebelumnya yang sangat hati-hatu dalam periwayatan
hadis. Untuk menerima suatu riwayat dari orang-orang
tertentu, Ali meminta orang yang menyampaikan riwayat
itu angkat sumpah bahwa apa yang disampaikannya
benar-benar berasal dari Nabi.
Di masa sahabat yunior (setelah masa khulafaurrasyidin)
periwayatan hadis lebih longgar sehingga semakin semarak
dan meluas. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor.
1. Munculnya generasi tabi’in yang banyak meriwayatkan
hadis.
2. Pindahnya Ibu kota negara dari Madinah ke Damakus
suriah di zaman Bani Umayyah.
3. Para sahabat tidak lagi terkonsentrasi di madinah, tapi
banyak yang pindah ke berbagai pelosok dan di sana
mereka meriwayatkan hadis.
D. Periwayatan hadis sesudah zaman sahabat Nabi.
Masa sesudah sahabat nabi disebut masa tabi’in (bentuk
mufradnya tabi’iy). Tabi’in adalah orang yang pernah
bertemu dengan shabat Nabi sedangkan dia beriman kepada
Nabi. Dalam periwayatn hadis, peringkat keterpercayaan
tabi’in berada di bawah peringkat sahabat dan dianggap se
level dengan muhadhramin.
Hadis yang diriwayatkan pada zaman ini tidak diterima
langsung dari Nabi (karena tabi’in tak bertemu nabi)
melainkan melalui sahabat Nabi. Periwayatan hadis ini
semakin semarak dan meluas tapi tetap mengedepankan
kehati-hatian. Kehati-hatian ini ditandai denga upaya para
ulama di zaman ini menciptakan kaedah-kaedah ilmu hadis,
kriteria-kriteria dan persyaratan periwayatan hadis yang
memungkinkan pemilahan mana hadis yang dapat dipercaya
dan mana pula yang tidak. Dengan demikian periwayatan
hadis dizaman ini tidak hanya terfokus pada matan hadis,
tapi juga pada sanad hadis. Pada masa inilah muncul ulama
seperti Al-syafi’iy yang dianggap sebagai pencetusn Ilmu
hadis.
Di samping itu, mulai pulalah dilakukan pencarian dan
pengumpulan hadis atau dikenal dengan kodifikasi hadis.
Perintah pertama untuk pengumpulah hadis secara resmi
dikeluarkan oleh khalifah Umar bin Abdul ‘Aziz pada tahun
99 H. Perintah itu ditujukan kepada para ulama dan
gubernur. Salah seorang ulama yang ditugaskan
menghimpun dan mengumpulkan hadis adalah Muhammad
bin Syihab al-Zuhri (dari generasi tabi’in yunior)
Setelah itu bermunculanlah upaya penghimpunan hadis
dengan inisiatif sendiri seperti yang dilakukan oleh imam
Malik, al-bukhari, Muslim, Abu Daud, turmuzi, nasa’i, Ibnu
Majah, Al-Hakim, Thabrani dan para mukharrij lainnya yang
telah melahirkan kitab-kitab standar hadis.
Kodifikasi hadis ini berlangsung dalam waktu kurang lebih
selama empat ratus tahun (empat abad). Dengan selesainya
masa kodifikasi hadis, maka hadis-hadis Nabi sudah
terhimpun dalam berbagai kitab yang ditulis oleh mukharrij
(mudawwin). Orang yang ingin menegethui hadis Nabi pada
masa ini dan setelahnya sampai sekarang tinggal mencarinya
dalam kitab-kitab yang sudah dikodifikasi. Setelah
selesainya masa kodifikasi hadis ini maka selesai pulalah
masa periwayatan hadis. Orang yang menyampaikan hadis
atau mencari hadis setelah masa ini tidak lagi disebut
meriwayatkan hadis karena periwayatan hadis dianggap
selesai dengan berakhirnya kodifikasi hadis.

E. Evaluasi
Untuk mengukur pencapaian Anda pada KB ini, jawablah
pertanyaan di bawah ini. Jawaban diketik di lembaran
terpisah (tanpa menulis ulang soal) lalu difoto dan di turn in
ke google Classrumm (bukan WA).
1. Yang disebut dengan periwayatan hadis menurut Ilmu
Hadis adalah kegiatan yang meliputi ..………………
2. Kegiatan menerima hadis disebut dengan …………….
3. Kegiatan menyampaikan hadis disebut dengan………..
4. Faktor pendukung tersebarnya hadis dengan cepat di
zaman Nabi adalah …………………………………….
5. Kebijakan yang ditempuh Khulafa’urrasyidin dalam
periwayat hadis adalah………………………………….
6. Syarat yang ditetapka Abu Bakar untuk menerima suatu
riwayat hadis adalah……………………………………
7. Syarat yang ditetapkan Umar adalah ………………..
8. Bukti kehati-hatian khalifah Usman dalam periwayatan
hadis adalah …………………………………………..
9. Syarat yang ditetapkan Ali bin Abi Thalib adalah …….
10. Larangan Nabi menulis hadis dimaksudkan
agar…………………..
11. Setelah berlalu masa khulafaurrasyidin, periwayatan
hadis berlasngsung dengan semarak dan longgar.
Penyebabnya adalah ……………………………………..
12. Masa khulafa’urrasyidin dalam Ilmu hadis
dikategorikan sebanai masa sahabat …………………
13. Yang dimaksud dengan sahabat adalah…………..
14. Yang dimaksud dengan muhadhramin adalah ……
15. Yang dimaksud dengan Tabi’in adalah ………….
16. Gelar yang diberkan kepada seorang sahabat Nabi
adalah ……………………………………………..
17. Instruksi secara resmi pengumpulan hadis dikeluarkan
oleh khalifah………….. pada tahun………..
18. Instruksi itu ditujukan kepada ……….dan ………
19. Yang dimaksud dengan kodifikasi hadis adalah
……………..
20. Masa kodifikasi hadis secara keseluruhan berlangsung
selama ………… tahun.
21. Dengan selesainya proses kodifikasi hadis maka selesai
pula masa ……………
22. Kaedah-kaedah ilmu hadis mulai disusun pada
masa…………….
23. Orang yang dikenal sebagai pencetus Ilmu Hadis adalah
…………………………….

Anda mungkin juga menyukai