Anda di halaman 1dari 9

Sejarah Masuknya Islam di Singapura

Desi Rajisma
Program Studi Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Imam Bonjol Padang
desiu6409@gmail.com

Abstract :
Singapore is a country located in Southeast Asia, precisely located at the tip of the Malaysian
Peninsula, bordering Johor (Malaysia) and the Riau Islands (Indonesia). Initially, Singapore
was a fishing village inhabited by ethnic Malays, so that at the beginning of the arrival of Islam
in the Southeast Asia region, Singapore was an area whose population adhered to Islam.
Singapore, which was originally called Temasek, played a very important role in the
Islamization of Southeast Asia, because of its strategic location for shipping and trade.
Keywords : Singapore, Temasek, Islamization
Abstrak :
Singapura merupakan negara yang terletak di Asia Tenggara, tepatnya terletak di ujung
Semenanjung Malaysia, berbatasan dengan Johor (Malaysia) dan Kepulauan Riau (Indonesia).
Pada mulanya Singapura merupakan perkampungan nelayan yang dihuni oleh etnis Melayu,
sehingga pada awal masuknya agama Islam di kawasan Asia Tenggara, Singapura merupakan
wilayah yang penduduknya menganut agama Islam. Singapura yang pada awalnya bernama
Temasek, memainkan peran yang sangat penting dalam Islamisasi Asia Tenggara, karena
letaknya yang strategis untuk pelayaran dan perdagangan.
Kata Kunci : Singapura, Temasek, Islamisasi

A. Pendahuluan
Singapura merupakan negara terkecil di Asia Tenggara, namun sangat
multikultural atau terdiri dari beberapa budaya. Keberagaman budaya dan agama yang
dimiliki negara ini terdiri dari masyarakatnya yang berasal dari berbagai etnis, seperti
Melayu, Cina, India, dan Arab.
Meski letaknya berdekatan dengan Indonesia dan Malaysia yang mayoritas
penduduknya beragama Islam, namun umat Islam merupakan minoritas di Singapura.
Berdasarkan data tahun 2020, jumlah umat Islam di Singapura berjumlah 15,6 persen dari
total penduduk negara tersebut. Mayoritas umat Islam di Singapura adalah etnis Melayu,
sedangkan 13 persennya berasal dari komunitas Muslim India. Hal ini terkait dengan
proses masuknya Islam ke Singapura yang bertepatan dengan kedatangan para pedagang
dari Arab dan India.1
Singapura memainkan peran kecil dalam sejarah Asia Tenggara sehingga Sir
Stamford Raffles mendirikan pelabuhan Inggris di sana. Di bawah koloni British itulah
Singapura menjadi pelabuhan yang sangat strategis karena terletak di tengah lalu lintas
perdagangan antara India dan Cina yang pada akhirnya menjadi pelabuhan yang
terpenting di dunia hingga saat ini.
Pada masa Perang Dunia II, Singapura pernah dijajah Jepang pada tahun 1942
hingga 1945. Diantara perwira yang menjadi korban perang membela Singapura adalah
Letnan Adnan bin Saidi. Setelah perang berakhir, penduduk setempat dibenarkan
menjalankan pemerintahannya sendiri tetapi belum mencapai kemerdekaan. Pada tahun
1963, Singapura bergabung dengan wilayah Melayu bersama Sabah dan Sarawak
membentuk Malaysia, namun kemudian berpisah pada 9 Agustus 1965 dan menjadi
republik.2
Singapura yang semula bernama Temasek atau Tumasik berperan sangat penting
dalam Islamisasi Asia Tenggara karena letaknya yang strategis untuk pelayaran dan
perdagangan. Bangsa-bangsa yang datang dan berperan dalam Islamisasi Asia Tenggara
berdasarkan teori Islamisasi Asia Tenggara adalah bangsa Arab dan Persia.3
B. Metode
Metode penelitian adalah metode ilmiah untuk memperoleh data dengan tujuan
dan kegunaan tertentu. Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan dalam
persoalan artikel ilmiah ini. Informasi yang diperoleh bisa melalui buku-buku ilmiah,
laporan penelitian, karangan ilmiah, ensiklopedia dan sumber tertulis beserta sumber
elektronik lain yang bertujuan untuk menjelaskan suatu kejadian dan fenomena dari suatu
permasalahan.
C. Masuknya Islam di Singapura

1
Mohammad Kosim, Jurnal Pemikiran Islam, Vol 11, Nomor 2, Tahun 2011

2
Nihayatul Masykuroh, Islam di Singapura, Banten: Media Karya Publishing, (2020), hal 19

3
Nurbaiti, Pendidikan Islam Pada Awal Islamisasi di Asia Tenggara, Depok: PT RajaGrafindo Persada, (2019), hal 82
Pemberontak Masuknya Islam ke Singapura berkaitan dengan proses masuknya
Islam ke Asia Tenggara. Mengenai proses masuknya Islam di Asia Tenggara, terdapat
perbedaan pendapat di para ahli mengenai kapan dan dari mana asalnya.4
Karena letaknya yang strategis, Islamisasi berkembang di Temasek. Selain itu,
Singapura merupakan lokasi paling strategis untuk jalur perdagangan dan transportasi
laut karena terletak di ujung Semenanjung Malaya di tenggara Malaysia. Karena letaknya
yang strategis, Singapura telah lama menjadi lokasi penting di kawasan Asia Tenggara.
Oleh karena itu, Singapura selalu dikunjungi oleh para pedagang dan juga menjadi medan
pertempuran bagi kerajaan atau kesultanan di sekitarnya dan kemudian bagi para
penjajah.
Dalam konteks persebaran Islam di sekitar Selat Malaka, beberapa kesultanan
pernah menguasai kawasan ini, seperti Kesultanan Malaka (1398-1511), Kesultanan
Johor (1511-1699), dan Kesultanan Johor-Riau (1699-1818) atau dari akhir abad ke-14
sampai awal abad ke-17 Masehi. Sebelumnya, sebagai masa kuno Singapura sekitar
1200-1398, dua kerajaan Hindu Budha di Nusantara, yaitu Sriwijaya dan Majapahit juga
pernah menguasainya.5
Ada beberapa teori yang memperkirakan bagaimana Islam datang ke Singapura.
1. Teori pertama, “Teori Arab”, menyatakan bahwa Islam datang ke Asia Tenggara
langsung dari Arab, lebih tepatnya dari Hadramaut. Menurut teori ini, Islam masuk ke
Asia Tenggara pada abad pertama Hijriah atau abad ke-7 dan ke-8 Masehi. Proses
masuknya Islam pada periode ini ditandai dengan dominasi pedagang Arab dalam
perdagangan Barat-Timur. Teori ini didukung oleh fakta dari sumber Cina yang
menyatakan bahwa pada abad ke-7 Masehi ada seorang pedagang Arab yang menjadi
pemimpin pada sebuah pemukiman Muslim Arab di pesisir pantai Sumatera.
2. Teori kedua, “Teori India” yang dikemukakan oleh beberapa ahli dari Belanda,
diantaranya yaitu Pijnappel (1872) yang menyatakan bahwa Islam di nusantara
berasal dari India, tepatnya Gujarat, sehingga teori ini lebih dikenal dengan “Teori
Gujarat". Menurutnya, asal muasal kontak Islam dengan Asia Tenggara terletak di
wilayah Gujarat dan Malabar. Berdasarkan terjemahan Perancis dari catatan
4
Nihayatul Masykuroh, Islam di Singapura, Banten: Media Karya Publishing, (2020), hal 44

5
Asep Saefullah. Jurnal Lektur Keagamaan, Vol 14, Nomor 2, Tahun 2016, hal 423
perjalanan Sulaiman, Marco Polo dan Ibnu Batuta, dinyatakan bahwa orang-orang
Arab yang bermazhab Syafii setelah berimigrasi dan menetap di wilayah Gujarat dan
Malabar di India, kemudian membawa Islam ke Nusantara. Menurut Pijnappel,
kontak pertama terjadi melalui kontak perdagangan. Ia meyakini bahwa melalui
perdagangan sangat dimungkinkan terjadinya hubungan antara Islam dan Asia
Tenggara, bahkan menurutnya istilah-istilah Persia dari India digunakan dalam
bahasa masyarakat di kota-kota pelabuhan
3. Teori ketiga, “Teori Bengal” yang dikemukakan oleh Q. Qadarullah Fatimi yang
menyimpulkan bahwa Islam masuk ke Asia Tenggara atau Nusantara melalui
Benggala (Bangladesh). Menurutnya Islam pertama kali datang sekitar abad ke-8 H
(14 M). Kesimpulan tersebut ia ambil berdasarkan pernyataan Tome Pires yang
menyebutkan bahwa mayoritas tokoh terkemuka di Pasai adalah orang Bengali atau
keturunan mereka. Islam pertama kali muncul pada abad ke-11 di Semenanjung
Malaya adalah dari arah pantai timur, bukan barat (Malaka), yaitu melalui Kanton,
Phanrang (Vietnam), Leran dan Trengganu. Selain itu, beberapa prasasti yang
ditemukan di Trengganu juga lebih mirip dengan prasasti yang ada di Leran, Jawa
Timur.
4. Teori keempat, “Teori Persia”, menyatakan bahwa pedagang Persialah yang
membawa Islam ke Asia Tenggara. Teori ini didukung oleh data yang kuat mengenai
perjalanan orang-orang Persia ke India dan melalui wilayah Asia Tenggara menuju
Cina. Menurut berita Cina, Yuan-Tchao yang menulis Tcheng-yuan-sin-ting-che-
kiao-mou-lou pada abad ke-99, mencatat bahwa sekitar 35 kapal dari Persia telah
berlabuh di Palembang pada tahun 99 H (717 M).
5. Teori kelima mengatakan bahwa penyebaran Islam di Asia Tenggara didorong oleh
“pertarungan” antara Islam dan Kristen untuk mendapatkan pengikut atau penganut
agama masing-masing. Teori ini dikemukakan oleh Schrieke. Ia berpendapat,
sebenarnya ekspansi yang dilakukan Portugis yang kemudian menjadi upaya kolonial
merupakan sebuah kelanjutan dari mata rantai Perang Salib di Eropa dan Timur
Tengah. Menurutnya, petualangan dan pelayaran yang dilakukan bangsa Portugis ke
Asia merupakan ambisi dan keinginan mereka untuk meraih kehormatan yang
dikombinasikan dengan semangat keagamaan. Setelah mereka berhasil mengusir
bangsa Moor (Muslim) dari Semenanjung Iberia, kemudian menaklukkan beberapa
wilayah di sepanjang pesisir barat Afrika sampai mengelilingi Tanjung Harapan,
Afrika Selatan, kemudian melanjutkan penjajahan di Asia Tenggara.6
D. Gerakan Islam di Singapura
Memasuki abad ke-20, terdapat beberapa gerakan Islam di Singapura, seperti
terbentuknya Masyarakat Dakwah Muslim. Masyarakat Dakwah Muslim adalah
kebudayaan Islam Singapura yang didirikan pada tahun 1932 yang bergerak di bidang
dakwah dan klinik pengobatan. Setelah Inggris keluar dan Singapura merdeka,
perkembangan Islam di Singapura semakin terlihat.7
Pada tahun 1966, Parlemen Singapura mengesahkan Administration of the
Muslim Law Act (AMLA). Undang-undang yang mulai berlaku pada tahun 1968 ini
mendefinisikan kewenangan dan yurisdiksi tiga lembaga utama Muslim, yaitu:
1. Dewan Agama Islam Singapura
2. Pengadilan Syariah
3. Catatan pernikahan Muslim
Lembaga-lembaga ini berada di bawah lingkup Kementerian Pengembangan
Masyarakat, Pemuda dan Olahraga. Sedangkan penanggung jawab lembaga ini adalah
Menteri Urusan Muslim.8
Selain itu, dibentuk pula lembaga-lembaga Islam yang mengurus aturan-aturan
dan nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara bagi komunitas Muslim Melayu di
Singapura :
Majlis Ulama Islam Singapura (MUIS)
Majlis Ulama Islam Singapura (MUIS), merupakan lembaga keagamaan Islam di
Singapura yang sudah ditetapkan oleh undang-undang keanggotaannya pada tahun 1968,
yang pada saat itu penetapan hukum pemerintahan yang berkaitan dengan umat Islam,
Muslim Government Relevance Act (AMLA) sudah berlaku.

6
Asep Saefullah, Jurnal Lektur Keagamaan, Vol 14, Nomor 2, Tahun 2016, hal 430-434

7
Saifuddin Amin, Jurnal Sosial dan Keagamaan, Vol 3, Nomor 1, Tahun 2018

8
Saifullah, Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, (2010)
Lembaga Majelis Ulama Islam Singapura (MUIS) merupakan lembaga yang
memberikan nasehat kepada Presiden Singapura untuk menyatukan pemerintahan dengan
komunitas Muslim Singapura, atau dengan kata lain merupakan kepanjangan tangan
pemerintah Singapura untuk menyelenggarakan pemerintahan yang berkaitan dengan
urusan komunitas Muslim Singapura yang menyangkut berbagai aspek kehidupan, baik
dalam hal administrasi zakat, kegiatan dakwah, pembangunan dan pengelolaan masjid
(Management), masalah pendidikan dan pendirian madrasah, pengeluaran fatwa, masalah
santunan keuangan bagi masyarakat fakir miskin dan kebutuhan umat Islam lainnya,
hingga penentuan bantuan keuangan pada suatu organisasi.9
Mahkamah Syariah Singapura
Pengadilan Syariah Singapura didirikan pada tahun 1955 sebagai hasil kajian
suatu badan kuasa yang dibentuk oleh Pemerintah Singapura. Badan otoritas ini terdiri
dari ahli hukum, kadi-kadi dan para ulama setempat, dari hasil kajiannya, terciptalah
suatu akte yang dikenal dengan Muslim Ordinance yang menjadi undang-undang pada
tanggal 30 Mei 1957 dan akta ini digunakan oleh Mahkamah Syariah hingga tahun 1966.
Kemudian pada tahun 1966 diperkenalkan Akta Pembukuan Undang-undang Islam
(AMIA) dan menggantikan Akta Muslim Ordinance, akta ini diubah untuk memulihkan
sistem pembukuan Undang-undang Islam Singapura.
Pada tahun 1999 akta ini telah diperbaharui dan ditambahkan beberapa klausul
untuk menyesuaikan dengan tuntutan keadaan saat ini. Dengan adanya pembaharuan ini,
kewenangan Mahkamah Syariah untuk menyelesaikan perkara perceraian dan
permasalahan terkait perceraian seperti masalah pengurusan anak, harta benda dan
permasalahan lainnya semakin meningkat.10
Lembaga Pendidikan Al-Qur'an Singapura (LPQS)
Ide pendirian pusat tahfidz Al-Qur'an muncul pada awal tahun 1990-an, beberapa
tahun kemudian dibentuklah Lembaga Pendidikan Al-Qur'an Singapura (LPQS). Salah
satu tujuan utamanya adalah untuk memudahkan masyarakat Islam di Singapura dalam
mempelajari dan menghafal Al-Quran. Pada tahun 1999, bangunan masjid tua di
kampung Siglap yang dikenal sebagai pusat penghafalan Alquran dipilih berdasarkan
9
Nihayatul Masykuroh, Islam di Singapura, Banten: Media Karya Publishing, (2020), hal 60

10
Ibid hal 61
kondisi pemukiman dan ketenangan masjid yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan, latar
belakang ini sangat sesuai kegiatan untuk menghafal Al-Quran.11
Pertemuan Tahunan Mentri-Mentri Agama (MABIMS)
MABIMS merupakan suatu bentuk peraturan daerah yang bergerak atas dasar
keagamaan untuk menjaga dan melindungi keutamaan masyarakat Islam dengan tidak
mencampuri urusan politik negara masing-masing. Nama lengkapnya adalah "Pertemuan
Tahunan Tidak Resmi Menteri-Menteri Agama Negara Brunei Darussalam, Republik
Indonesia, Malaysia dan Republik Singapura".
Sebenarnya tidak relevan jika terdaftar sebagai salah satu lembaga di Singapura,
namun karena menyangkut umat Islam di Singapura dan Singapura adalah salah satu
anggota MABIMS, maka penulis memasukkannya ke dalam lembaga Islam yang ada di
Singapura.12
E. Kesimpulan
Singapura lama atau Tumasik sejak zaman Sriwijaya merupakan kota dagang
yang penting di Asia Tenggara. Kota pulau di ujung Semenanjung Malaya ini selalu
menjadi rebutan berbagai kerajaan di Nusantara hingga Ayutthaya di Tahailand (Siam).
Islam di Singapura merupakan sebuah agama minoritas dengan persentase muslim
kurang dari 15% dari keseluruhan jumlah penduduk Singapura. Sebagian besar Muslim di
Singapura berasal dari kelompok etnik Melayu. Selebihnya berasal dari Pakistan, India
dan Arab.
Ada beberapa teori yang memperkirakan bagaimana Islam bisa tiba di Singapura.
Pertama adalah teori Arab yang berlangsung pada abad ketujuh dan abad kedelapan, yang
juga menyebarkan Islam ke negeri-negeri Nusantara lainnya. Kedua, teori India atau
Gujarat yang digagas Snouck Hugronje. Ketiga, teori Bengal yang menyatakan bahwa
Islam masuk di Asia Tenggara datang dari Bangladesh. Keempat, teori yang mengatakan
bahwa pedagang Persialah yang membantu penyebaran Islam. Terakhir, bahwa ada
pertarungan antara Islam dan Kristen untuk mendapat pengikut antara orang Eropa dan
Timur Tengah.

11
Ibid hal 72

12
Ibid hal 78
DAFTAR PUSTAKA

Asep Saefullah. Tumasik: Sejarah Awal Islam di Singapura (1200-1511 M), Jurnal Lektur
Keagamaan, Vol 14, Nomor 2, Tahun 2016. https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Islam+di+Singapura&oq=#d=gs_qabs&t=1699342733577&u
=%23p%3DITwcx0U4ZPIJ

Masykuroh, Nihayatul. 2020. Islam di Singapura. Banten: Media Karya Publishing.

Mohammad Kosim. Pendidikan Islam di Singapura, Jurnal Pemikiran Islam, Vol 11, Nomor 2,
Tahun 2011. https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Islam+di+Singapura&oq=#d=gs_qabs&t=1699342576365&u
=%23p%3DFuuSP2TEk10J

Nurbaiti. 2019. Pendidikan Islam Pada Awal Islamisasi di Asia Tenggara. Depok: PT
RajaGrafindo Persada.

Saifuddin Amin. Islam Dan Keharmonian Kaum Di Singapura, Jurnal Sosial dan Keagamaan,
Vol 3, Nomor 1, Tahun 2018. https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Islam+di+Singapura&oq=#d=gs_qabs&t=1699342791385&u
=%23p%3DGhkzzrHwEWIJ

Saifullah. 2010. Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai