Anda di halaman 1dari 2

Sebenarnya awalnya sistem tanam paksa dilaksanakan di sebagian jawa oleh Gubernur

Jenderal Johannes van den Bosch. Namun seiring berjalannya waktu, tanam paksa juga
diimplementasikan di daerah lain yang juga memiliki tanah yang subur. Kira-kira inilah
gambaran persebaran area tanam paksa di Nusantara.

Di Pulau Jawa, daerah tanam paksa meliputi Cirebon, Pekalongan, Tegal, Semarang Jepara,
Surabaya, dan Pasuruan. Sedangkan di Sumatera daerah tanam paksa meliputi Sumatera Barat,
Minahasa, Minangkabau, Lampung, Palembang, Ambon, dan Banda.

jenis tanaman yang ditanam pada masa tanam paksa ya tanaman yang laku dijual di Eropa
karena memang tujuan utamanya untuk mengekspor hasil pertanian. Oleh karena itu, jenis
tanaman yang menjadi fokus sistem tanam paksa adalah kopi, tebu, teh, indigo (disebut juga
tarum/nila), dan juga rempah-rempah (pala, cengkih, dan lada)

Tanaman-tanaman tersebut merupakan yang memang merupakan komoditi favorit orang Eropa.
Nah, karena jenis tanaman yang ditanam sudah ditentukan dan memakan sebagian besar lahan
dan waktu, orang Indonesia saat itu kesulitan menanam tumbuhan lokal seperti padi maupun
jagung untuk bahan pangan.

Sistem tanam paksa telah membawa pengaruh modernisasi yang mampu mengakibatkan
terjadinya perubahan sosial terhadap masyarakat jawa.Dengan adanya sistem monopoli yang
diterapkan oleh bangsa kompeni tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan sosial didalam
masyarakat jawa diantaranya yaitu munculnya diferensiasi sosial dan sistem kapitalisme
pertanian.

Diferensiasi sosial yang terjadi adalah munculnya 1) golongan petani kaya-pemilik tanah
(lapisan atas), yang berhak mendapatkan tenaga kerja cuma-cuma; 2) petani bebas yang
diharuskan kerja wajib; dan 3) golongan masyarakat miskin yang tidak memiliki tanah.
Diferensiasi yang terjadi ini mengakibatkan pola atau sistem ekonomi pertanian masyarakat
Jawa juga berubah. Dalam relasi tersebut terdapat saling ketergantungan antara kaum pemilik
tanah (modal) dengan tenaga kerja (buruh tani). Para petani dengan modal tanah yang dimiliki
membutuhkan tenaga kerja untuk menggarap lahannya. Sedangkan, para petani buruh
tergantung pada para pemilik tanah untuk mendapatkan penghasilan dengan menjual tenaga
kerjanya. Dengan demikian Jawa mulai memasuki era kapitalisme. Dinamika khas dari
kapitalisme adalah persaingan dan perolehan keuntungan yang sebanyak-banyaknya.
Terjadinya diferensiasi sosial dalam masyarakat Jawa mengawali munculnya sistem
kapitalisme pertanian yang ada di Jawa. Diferensiasi sosial semakin lebih besar ketika
dilaksanakannya sistem tanam paksa. Ketentuan dalam sistem tanam paksa membuat posisi
pejabat pedesaan semakin kuat posisinya. Kekuasaan dan pengaruh mereka semakin besar.
Seperti diketahui para kepala desa maupun anggota pemerintahan desa lainnya mendapatkan
tanah bengkok yang luas dan subur dan dibebaskan dari kerja rodi.

Anda mungkin juga menyukai