Anda di halaman 1dari 15

Stratifikasi dan Mobilitas Sosial

Masyarakat Tani di Indonesia


Kelompok 8 :
1.
Ayu Suci Wulandari
[14010]
2.
Dyah Ayu Wulansari
[14011]
3.
Agustin Rizki Perdana [14134]

Stratifikasi sosial muncul pada masyarakat yang telah


memiliki spesialisasi yang kompleks. Pada jenis
masyarakat ini prestise di dasarkan pada prestasi kerja.
Lahan pertanian diolah sepanjang tahun melalui Panca
Usaha Tani

Panca Usaha Tani adalah


suatu upaya untuk meningkatkan produktivitas lahan yang
meliputi pengolahan lahan, pengairan (irigasi), cara
pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, serta teknik
penanaman (pemakaian bibit unggul).

Berikut merupakan perbedaan petani modern dan


tradisional.

Lapisan sosial masyarakat petani berdasarkan pemilikan lahan


pertanian, dikelompokkan ke dalam tiga lapisan yang meliputi :
1) Lapisan atas, pemilik lahan pertanian lebih dari 0,5 hektar;
2) Lapisan menengah, petani gurem (sempit) pemilikan lahan
pertanian kurang dari 0,5 hektar;
3) Lapisan bawah, yaitu buruh tani dan petani tak memiliki lahan
pertanian.

Stratifikasi sosial masyarakat petani sudah sangat kompleks,


karena dalam kehidupan mereka sudah mengalami berbagai
kepentingan. yang akan memunculkan beberapa kelas sosial, yang
secara umum terdiri dari,:
a. Kelas penguasa yang memegang peranan dalam perekonomian
masyarakat, seperti, pemimpin masyarakat dan tuan tanah. Tuan
tanah, memiliki wewenang dalam mengatur harga sewa dan bagi
hasil lahan pertanian, memberikan upah pekerja, menentukan
harga hasil pertanian di pasaran setempat.
b. Kelas penyewa, memanfaatkan lahan pertanian yang luas milik
orang lain terutama milik tuan tanah dan menggunakannya
sebagai lahan pertanian. Kemudian hasilnya dijadikan sumber
perekonomian keluarga;

c. Kelas pedagang, mereka menjual barang-barang kebutuhan


kepada masyarakat dan kadangkala pedagang menampung hasil
bumi dari petani untuk dijual di tempat lain. Dengan demikian,
pedagang berfungsi sebagai pedagang perantara (bandar atau
tengkulak);
d. Kelas rohaniwan, berfungsi sebagai penyebar agama atau
membimbing masyarakat dalam hal keagamaan.
e. Kelas petani, mereka hidupnya murni dari hasil pertanian, baik
petani sebagai pemilik lahan yang sempit maupun sebagai buruh
tani. Kedudukan mereka berada di bawah penyewa lahan
pertanian;

f. Kelas seniman, mereka berfungsi sebagai penghibur


masyarakat. Seniman tidak selamanya melakukan aktivitas seni,
adakalanya mereka bekerja sebagai buruh tani, melakukan
kegiatan seni biasanya pada saat paceklik (kemarau) dengan
berkeliling setiap desa atau menerima panggilan pada saat pesta
yang dilaksanakan masyarakat;
g. Kelas sampah masyarakat, mereka ini tidak memiliki
pekerjaan yang tetap, bahkan sering mengganggu ketenangan
hidup warga masyarakat. Kehidupan sampah masyarakat sering
dianggap negatif, karena sering melakukan pelang-garan
terhadap nilai dan norma yang berlaku..

Masyarakat petani tradisional dapat dilihat


dari struktur:
Berdasarkan hubungan dengan tanah. Perbedaan
luas tanah yang dimiliki seseorang sangat
menentukan kedudukannya di masyarakat.
Berikut
merupakan
kedudukan
petani
di
masyarakat.

Keterangan :
a. Petani kenceng, yaitu pemilik dari bangunan rumah, pekarangan
rumah dan persil-persil (surat) tanah pesawahan dan lahan
pertanian tegalan. Mereka disebut sebagai orang desa inti, karena
sejak turun temurun merupakan penduduk desa yang sudah lama
bertempat tinggal di desa bersangkutan. Mereka menganggap
dirinya sebagai keturunan kelompok pendiri desa;
b. Petani gundul, yaitu para pemilik persil tanah pesawahan atau
lahan pertanian tegalan, tetapi tidak memiliki pekarangan rumah
sendiri;
c. Petani setengah kenceng, yaitu para pemilik bangunan rumah
dan pekarangan rumah. Mereka umumnya tidak memiliki lahan
pertanian, sedangkan pekarang-an dimanfaatkan untuk berkebun
sayuran, palawija atau tanaman pertanian yang tidak terlalu luas;

d. Petani ngindung, yaitu para pemilik rumah di atas


pekarangan milik orang lain. Mereka dapat saja memiliki lahan
garapan tetapi tidak terlalu luas;
e. Petani templek, yaitu para petani yang tidak memiliki lahan
garapan. Kebanyakan terdiri dari orang yang telah berkeluarga
dan tinggal di rumah sendiri dengan rumah tangga sendiri,
tetapi di atas pekarangan milik orang lain. Misalnya, petani
penggarap atau buruh tani yang diperbolehkan membuat rumah
di atas lahan milik tuan tanah;
f. Petani telosor, yaitu petani-petani yang sudah berkeluarga,
tidak memiliki lahan garapan, tidak mempunyai tempat tinggal
sendiri dan hidup di tempat (rumah) kerabatnya.

Mobilitas Sosial
Soekanto (1990) mendefinisikan gerak sosial sebagai suatu
gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang
mengatur organisasi suatu kelompok sosial.
Ada dua gerak sosial yang mendasar yaitu;
1. gerak sosial horisontal yaitu peralihan status individu atau
kelompok dari suatu kelompok sosial lainnya yang sederajat.
Misalnya seorang petani kecil beralih menjadi pedagang kecil.
Status sosial tetap sama dan relatif bersifat stabil.
2. gerak sosial vertikal yaitu peralihan individu atau kelompok
dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan lainnya yang tidak
sederajat.

Faktor pendorong mobilitas sosial :


a. Perubahan kondisi sosial
Struktur kasta dan kelas dapat berubah dengan sendirinya karena adanya perubahan dari
dalam dan dari luar masyarakat. Misalnya, kemajuan teknologi membuka kemungkinan
timbulnya mobilitas ke atas. Perubahan ideologi dapat menimbilkan stratifikasi baru.
b. Ekspansi teritorial dan gerak populasi
Ekspansi teritorial dan perpindahan penduduk yang cepat membuktikan cirti fleksibilitas
struktur stratifikasi dan mobilitas sosial. Misalnya, perkembangan kota, transmigrasi,
bertambah dan berkurangnya penduduk.
c.

Komunikasi yang bebas


Situasi-situasi yang membatasi komunikasi antarstrata yang beraneka ragam
memperkokoh garis pembatas di antara strata yang ada dalam pertukaran pengetahuan
dan pengalaman di antara mereka dan akan mengahalangi mobilitas sosial. Sebaliknya,
pendidikan dan komunikasi yang bebas sertea efektif akan memudarkan semua batas
garis dari strata sosial uang ada dan merangsang mobilitas sekaligus menerobos
rintangan yang menghadang.

d. Pembagian kerja
Jika tingkat pembagian kerja tinggi dan sangat dispeliasisasikan, maka mobilitas akan
menjadi lemah dan menyulitkan orang bergerak dari satu strata ke strata yang lain karena
spesialisasi pekerjaan nmenuntut keterampilan khusus. Kondisi ini memacu anggota
masyarakatnya untuk lebih kuat berusaha agar dapat menempati status tersebut.
e. Tingkat Fertilitas (Kelahiran) yang Berbeda
Kelompok masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi dan pendidikan rendah cenderung
memiliki tingkat fertilitas yang tinggi. Pada pihak lain, masyarakat kelas sosial yang lebih
tinggi cenderung membatasi tingkat reproduksi dan angka kelahiran. Pada saat itu, orangorang dari tingkat ekonomi dan pendidikan yang lebih rendah mempunyai kesempatan
untuk banyak bereproduksi dan memperbaiki kualitas keturunan. Dalam situasi itu,
mobilitas sosial dapat terjadi.
f.

Kemudahan dalam akses pendidikan


Jika pendidikan berkualitas mudah didapat, tentu mempermudah orang untuk melakukan
pergerakan/mobilitas dengan berbekal ilmu yang diperoleh saat menjadi peserta didik.
Sebaliknya, kesulitan dalam mengakses pendidikan yang bermutu, menjadikan orang yang
tak menjalani pendidikan yang bagus, kesulitan untuk mengubah status, akibat dari
kurangnya pengetahuan.

Faktor penghambat mobilitas sosial


a. Perbedaan rasial dan agama
Misalnya seperti yang terjadi di Afrika Selatan di masa lalu, dimana ras berkulit putih
berkuasa dan tidak memberi kesempatan kepada mereka yang berkulit hitam untuk
dapat duduk bersama-sama di pemerintahan sebagai penguasa. Sistem ini
disebut Apharteid dan dianggap berakhir ketika Nelson Mandela, seorang kulit hitam,
terpilih menjadi presiden Afrika Selatan.
b. Kemiskinan
Contoh: "A" memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolahnya karena kedua
orangtuanya tidak bisa membiayai, sehingga ia tidak memiliki kesempatan untuk
meningkatkan status sosialnya.
c.

Perbedaan jenis kelamin (gender) dalam masyarakat


Contoh: wanita yang hidup di desa yang masih sederhana merasa bahwa perannya
hanyalah sebagai ibu rumah tangga. Hal ini dipengaruhi oleh pandangan yang umum
ada pada masyarakatnya.

Anda mungkin juga menyukai