Anda di halaman 1dari 28

KEBUDAYAAN ISLAM NUSANTARA

Oleh: Alfionita

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Untuk mempelajari suatu agama termasuk agama Islam


kita harus mempelajari berbagai aspek geografis dan
sosiologis. Islam di Indonesia baik secara historis maupun
sosiologis sangat kompleks, terdapat banyak masalah,
misalnya tentang sejarah dan berkembangan awal Islam.
Oleh karena itu, para sarjana sering berbeda pendapat .
Harus diakui bahwa pnulisan sejarah Indonesia diawali oleh
golongan orientalitas yang sering ada usaha untuk
meminimalisasi peran Islam , disamping usaha para sarjana
Muslim yang ingin mengemungkakan fakta sejarah yang
lebih jujur.1 Setelah itu dapat dipahami pula proses kelahiran
Islam sebagai salah satu dari agama dunia, terutama yang
dilahirkan ditimur tengah , Yaitu Yahudi, Islam, dan Kristen.
Ketiganya dikenal sebagai agama langit dan wahyu . Kedua
hal iitu, geografi persebaran agama itu sendiri, selanjutnya
untuk dapat memahami perkembangan Islam sebagai satu
agama yang dianut oleh penduduk dunia yang cukup luas ,
harus dikenali terlebih dahulu tokoh penerimaan ajaraan
yang sekaligus menyebarkan ajaran itu, yaitu nabi
Muhammad saw, sang pembawa risalah.

Kedatangan dan Islamisasi merupakan suatu proses yang


sangat penting dalam sejarah Islam di Indonesia, dan juga

1
Sunanto Musyirifah. 2012. Sejarah Peradaban Islam di Indonesia,
Jakarta: Rajawali Pers,, hlm.7

1
yang paling tidak jelas. Ketidakjelasannya ini, antara lain,
terletak pada pertanyaan kapan Islam datang, dari mana
Islam berasal dan siapa yang menyebarkan Islam di
Indonesia pertama kali dan sebagainya. Beberapa hal
tersebut sampai sekarang, hal ini memng tidak dapat
dilepaskan sudut pandang, data yang ditemukan dan
interprestasi terhadap data peneliti itu sendiri . Selain itu hal
tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya data yang
mendukung sutu teori tertentu dan oleh sifat sepihak dari
teori yang ada. Ini sebagian besar akibat sikap para ulama
Indonesia seperti yang disinyalir Bung Karno yang kurang,
bahkan tidak, memiliki pengertian dan perlunya penulisan
sejarah. Kesulitan menentukan kapan masuknya Islam di
Nusantara juga disebabkan oleh geografis dan luas wilayah
Indonesia.2

Keberhasilan proses Islamisasi di Indonesia ini memaksa


Islam sebagai pendatang, untuk mendapatkan simbol-simbol
kultural yang selaras dengan kemampuan penangkapan dan
pemahaman masyarakat yang akan dimasukinya dalam
pengakuan dunia Islam. Langkah ini merupakan salah satu
watak Islam yang pluralistis yang dimiliki semenjak awal
kelahiran.3

B. PEMBAHASAN

1. Proses Kedatangan Islam di Indonesia

2
Huda Nor. 2015, Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia,
Jakarta: Rajawali Pers,, hlm. 1-2.

3
Ahmad Sugiri. 1996, Proses Islamisasi dan Percaturan Politik Umat
Islam di Indonesia, Serang: IAN SGD, hlm.43.

2
Sejak zaman prasejarah, penduduk kepulauan Indonesia
dikenal sebagai pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi
lautan lepas. Sejak awal abad Masehi sudah ada rute-rute
pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia
dengan berbagai daerah di daratan Asia Tenggara. Wilayah
Barat Nusantara dan sekitar Malaka sejak masa kuno
merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama
karena hasil bumi yang dijual disana menarik bagi para
pedagang dan menjadi daerah lintaran penting antara Cina
dan India. Sementara itu pala dan cengkeh yang berasal dari
Maluku, dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian
dijual kepada pedagang asing. Pelabuhan-pelabuhan penting
di Sumatera dan Jawa antara abad ke-1 dan ke-7 sering di
singgahi pedagang-pedagang asing, seperti Lamuri (Aceh),
Barus dan Palembang di Sumatera (Sunda Kelapadan Gresik
Jawa).4

Pedagang-pedagang Muslim asal Arab, Persia, dan India


juga ada yang sampai ke kepulauan Indonesia untuk
berdagang sejak abad ke-7 M (abad 1 H), ketika Islam
pertama kali berkembang di Timur Tengah. Hubungan
perdagangan ini menjadi hubungan penyebaran agama
Islam yang semakin lama semakin insentif.5

Dengan kedatangan Islam masyarakat Indonesia


mengalami transformasi dari masyarakat agraris Foedal
pengaruh Hindu Budha ke arah masyarakat kota pengaruh
Islam. Islam pada dasarnya adalah urban (perkotaan).
Peradaban Islam pada hakikatnya juga adalah urban dengan

4
Yatim Badri. 2008. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Rajawali Pers,
hlm.191.
5
Amin Samsul Munir. 2009. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta:
Amzah, hlm.301.

3
bukti proses Islamisasi di Nusantara bermula pada kota-kota
pelabuhan, sehingga istana kemudian menjadi pusat
pengembangan intelektual, politik dan ekonomi. Dengan
pengaruh Islam, Nusantara menjadi maju dalam bidang
perdagangan , terutama hubungan perdagangan
internasional Dengan Timur Tengah, khususnya dengan
bangsa Arab, Persi, India. Juga perdagangan dengan
Tiongkok menelusuri seluruh kepulauan Nusantara, dimana
ajaran Islam serta para penyebarnya (pedagang dan da’i)
ikut serta memberikan sumbangan berharga bagi
transformasi itu. Namun di tengah-tengah proses
transformasi yang damai itu datang pedagang Barat. Dengan
kedatangan mereka transformasi menjadi terganggu,
sehingga masyarakat Foeal sisa-sisa pengaruh Hindu-Budha
belum terkikis habis.6

Ketika Islam pertama kali berkembang di Timur Tengah.


Malaka, jauh sebelum ditaklukkan Portugis (1511)
merupakan pusat utama lalu lintas perdagangan dan
pelayaran melalui Malaka, hasil hutan dan rempah-rempah
dari seluruh pelosok Nusantara dibawa ke Cina dan India,
terutama Gujara yang melakukan hubungan dagang
langsung dengan Malaka pada waktu itu. Dengan demikian
Malaka menjadi mata rantai pelayaran yang penting. Lebih
ke Barat lagi dari Gujarat, perjalanan laut melintas Laut
Arab. Dari sana perjalanan bercabang dua, jalan pertama di
sebelah utara menuju Teluk Oman, melalui Selat Ormuz, ke
Teluk Pesia. Jalan kedua melalui Teluk Aden dan Laut
Merah, dan dari kota Sues jalan perdagangan harus melalui
daratan ke Kairo dan Iskandariah. Melalui jalan pelayaran
6
Yatim Badri. Sejarah Peradaban Islam. 2008. Jakarta: Rajawali Pers
hlm 191-192.

4
tersebut, kapal-kapal Arab, Persia, dan India mondar-mandir
dari Barat ke Timur dan terus ke negeri Cina dengan
menggunakan angin musim untuk pelayaran pulang
perginya. Ada indikasi bahwa kapal-kapal Cina pun
mengikuti jalan tersebut sesudah abad ke-9 Masehi, tetapi
tidak lama kemudian kapal-kapal tersebut hanya sampai di
pantai barat India, karena barang-barang yang diperlukan
sudah dapat dibeli disini. Kapal-kapal Indonesia juga
mengambil bagian dalam perjalanan niaga tersebut. Pada
zaman Sriwijaya, pedagang-pedagang Nusantara
mengunjungi pelabuhan-pelabuhan Cina dan pantai Timur
Afrika.7

Kedatangan Islam di berbagai daerah di Indonesia


tidaklah bersamaan. Demikian pula kerajaan-kerajaan dan
daerah-daerah yang didatanginya mempunyai situasi politik
dan sosial budaya yang berlainan. Proses masuknya Islam ke
Indonesia memunculkan beberapa pendapat. Para tokoh
yang mengemungkakan pendapat itu diantaranya ada yang
langsung mengetahui tentang masuk dan tersebarnya
budaya serta ajaran agama Islam di Indonesia, ada pula yang
melalui beberapa bentuk penelitian seperti yang dilakukan
oleh orang-orang barat (Eropa) yang datang ke Indonesia
karena tugas atau dipekerjakan oleh pemerintahnya di

7
Yatim Badri . Op.cit, hlm. 192.

5
Indonesia. Tokoh-tokoh itu diantaranya, Marcopolo, 8
Muhammad Ghor, Ibnu Bathuthah9.

Adapun teori-teori yang membahas mengenai masuknya


Islam di Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Teori Mekah
Berita ini diketahui dari pedagang Arab yang melakukan
aktivitas perdagangan dengan bangsa Indonesia. Pedagang
Arab telah datang ke Indonesia sejak masa Kerajaan
Sriwijaya (abad ke-7 M) yang menguasal jalur pelayaran
perdagangan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk
Selat malaka pada waktu itu. Hubungan pedagang Arab
dengan Sriwijaya terbukti dengan adanya pedagang Arab
untuk kerajaan Sriwijaya dengan sebutan Zabak, Zabay atau
Sribusa.10 Pendapat ini dikemungkakan oleh Craufurd,

8
Kennet W. Morgan menjelaskan bahwa berita yang dapat dipercaya
tentang Islam di Indonesia mula-mula sekali adalah dalam berita Marcopolo.
Dalam perjalannya kembali ke Venezia pada tahun 692 (1292 M), Marcopolo
setelah bekerja pada Kubilai Khan di Tiongkok, singgah di perlak, sebuah
kota dipantai utara Sumatera. Menurut Marcopolo, penduduk perlak pada
waktu itu diislamkan oleh pedagang yang disebut kaum Saracen. Marcopolo
menanti angin yang baik selama lima bulan. Di situ ia beserta rombongannya
harus menyelamatkan diri dari serangan orang-orang biadab di daerah itu
dengan mendirikan benteng yang dibuatnya dari pancang-pancang. Kota
Samara menurut pemberian Marcopolo dan tempat yang tidak jauh dari situ,
yang dia sebut basma yang kemudian dikenal dengan nama samudera dan
pasai, dua buah kota yang dipisahkan oleh sungai Pasai yang tidak jauh
letaknya disebelah utara perlak (P.A. Hoesain Djajadiningrat. 1983, Tinjauan
Kritis Tentang Sejarah Banten, Jakarta: Pustaka Jaya,, hlm.119).
9
Ibnu Bathuthah (1304-1369 M), merupakan pengembara terbesar
bangsa Arab yang terakhir. Ia berhasil menyaingi orang besar yang hidup
sesamanya, Marcopolo al-Bandaqi. Pengembaraanya meliputi seluruh dunia
Islam. Dia telah menempuh lebih dari seratus tujuh puluh lima mil, yang
dimulai dari Thanjah , tempat kelahirannya, pada saat berusia 28 tahun, pada
tahun 1326 M dan berakhir di Fez pada tahun 1353. (Lihat Husyn Ahmad
Amin. 1999. Seratus tokoh dalam sejarah Islam, Bandung: Remaja
Rosdakarya, hlm.232).
10
Kerajaan Sriwijaya di Asia Tenggara dalam upayanya memperluas
kekuasaanya disemenanjung Malaka sampai Kedah dapat dihubungkan
dengan bukti-bukti prasasti 775, berita-berita Cina dan Arab abad ke-8
sampai ke-10 M. Hal ini erat hubungannya dengan usaha penguasaan selat
Malaka yang merupakan kunci bagi pelayaran dan perdagangan

6
Keyzer, Neiman, de Hollander, Syeh Muhammad Naquib Al-
Attas dalam bukunya yang berjudul Islam dalam Sejarah
Kebudayaan Melayu dan mayoritas tokoh-tokoh Islam di
Indonesia seperti Hamka dan Abdullah Bin Nuh. Bahkan
Hamka menuduh bahwa teori yang mengatakan bahwa Islam
datang dari India adalah sebagai bentuk propoganda, bahwa
Islam yang datang ke Asia itu tidak murni.11
Pendukung teori Arab lainnya adalah Syed Muhammad
Naquib al-Attas, seorang pakar kesussatraan Melayu dari
University kebangsaan Malaysia kelahiran Indonesia. Dia
mengatakan bahwa bukti paling penting yang dapat
dipelajari ketika mendiskusikan kedatangan Islam di
Kepulauan Melayu-Indonesia adalah karesteristik internal
Islam itu sendiri di kawasan ini. Dia menggagas sesuatu hal
yang disebut sebagai teori umum islamisasi Kepulauan
Melayu-Indonesia yang umumnya didasarkan pada sejarah
litweratur Islam Melayu dan sejarah pandangan dunia
Melayu-Indonesia, sebagaiman ayang dapat dilihat melalui
perubahan konsep dan istilah kunci dalam literatur Melayu
(histografi tradisional lokal) pada abad ke-10 sampai ke-11
Hiriyah atau abad ke-16 sampai abad ke-17 masehi.12
b. Teori Gujarat
Teori Gujarat mengatakan bahwa proses kedatangan Islam
ke Indonesia berasal dari Gujarat pada abad ke-7 ini terletak
di India bagian barat, berdekatan dengan laut Arab. Tokoh
yang menyosialisasikan teori ini kebanyakan adalah sarjana
dari Belanda. Sarjana pertama yang mengemungkakan teori

internasional.
11
Busman Edyar, dkk, 2009. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta:
Pustaka Asatruss,, hlm.207
12
Husda Husaini. 2016. Islamisasi Nusantara, Jurnal Adabiya. Volume
18, hlm.21.

7
ini adalah J. Pijinapel dari Universitas Leiden pada abad ke-
19. Menurutnya orang-orang Arab bermazhab Syafi’i telah
bermukin di Gujarat dan melabar sejak awal hijriah (abad ke-
7 Masehi), namun yang menyebarkan Islam ke Indonesia
menurut Pijinapel bukanlah dari orang Arab langsung,
melainkan pedagang Gujarat yang telah memeluk Islam dan
berdagang ke dunia timur, termasuk Indonesia.
Dalam perkembangan selanjutnya, teori Pijinapel ini
diamini dan disebarkan oleh seorang orientalis terkemuka
Belanda, Snouck Hourgronje. Menurutnya, Islam telah
lebih dulu berkembang di kota-kota pelabuhan Anak Benua
India. Orang-orang Gujarat telah lebih awal membuka
hubungan dagang dengan Indonesia dibanding dengan
pedagang Arab. Dalam pandangan Hurgronje, kedatangan
orang Arab terjadi pada masa berikutnya. Orang-orang Arab
yang datang ini kebanyakan adalah keturunan Nabi
Muhammad yang menggunakan gelar “sayid” atau “syarif” di
depan namanya.13
Teori Gujarat sebagai tempat asal Islam di Nusantara
dipandang mempunyai kelemahan oleh Marisson. Alasannya,
meskipun batu-batu nisan tersebut berasal dari Gujarat atau
Brngal, bukan berarti Islam berasal dari sana. Dikatakannya
ketika Islamisasi samudra Pasai yang raja pertamanya wafat
698 H/1297 M, Gujarat masih merupakan sebuah kerajaan
bercorak Hindu. Baru pada satu tahun berikutnya, Cambay
Gujarat ditaklukkan oleh kekuasaan Muslim. Ini artinya jika
Islam di Indonesia di sebarkan oleh orang-orang Gujarat
pastilah Islam telah menjadi agama yang mapan sebelum

13
Chandra Muhammad, Muhammad Zain dan Adhika Prasetya. 2014.
Rangkuman Pengetahuan Islam Lengkap. Jakarta: Penerbit Erlangga. hlm
235.

8
tahun 698 H/1297 M. Atas dasar tersebut, Marisson
menyimpulkan bahwa Islam di Indonesia bukan berasal dari
Gujarat, tetapi dibawah oleh para pendakwah muslim dari
Pantai Corommandel pada akhir abad ke-13.14
c. Teori Persia
Teori Persia mengatakan bahwa proses kedatangan Islam
ke Indonesia berasal dari daerah Persia atau Parsi (kini
Iran). Pencetus dari teori ini adalah Hoesein
Djajadiningrat, sejarawan asal Banten. Dalam memberikan
argumentasinya Hoesein lebih menitik beratkan analisisnya
pada kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara
masyarakat Parsi dan Indonesia. Tradisi tersebut antara lain:
tradisi merayakan 10 Muharram atau Asyura sebagai hari
suci kaum Syiah atas kematian Husein bin Ali cucu Nabi
Muhammad, seperti yang berkembang dalam tradisi tabut di
Pariaman di Sumatera Barat. Istilah “tabut” (keranda)
diambil dari bahasa Arab yang ditranslasi melalui bahasa
Parsi.15
d. Teori Tiongkok
Teori Tiongkok mengatakan bahwa proses kedatangan
Islam ke Indonesia (khususnya Jawa) berasal dari para
perantau Tiongkok. Orang Tiongkok telah berhubungan
dengan masyarakat Indonesia jauh sebelum Islam dikenal di
Indonesia. Pada masa Hindu-Buddha, etnis Tiongkok atau
Tiongkok telah berbaur dengan penduduk Indonesia
terutama melalui kontak dagang. Bahkan ajaran Islam telah
sampai di Tiongkok pada abad ke-7 M, masa dimana agama
ini baru berkembang. Sumanto Al Qurtuby dalam bukunya
Arus Tiongkok-Islam-Jawa menyatakan, menurut kronis masa

14
Husda Husaini. op.cit, hlm.19-20.
15
Chandra Muhammad, dkk. op.cit, hlm.236

9
Dinasti Tang (618-960) di daerah Kanton, Zhong-zhoo,
Quanzhou, dan pesisir Tiongkok bagian Selatan, telah
terdapat sejumlah pemukiman Islam. Teori Tiongkok ini bila
dilihat dari beberapa sumber luar negeri (kronik) maupun
lokal (bebed dan hikayat) dapat diterima. Bahkan menurut
sejumlah sumber lokal tersebut ditulis bahwa raja Islam
pertama di Jawa, yakni Raden Patah dari Bintoro Demak,
merupakan keturunan Tiongkok. Ibunya disebutkan berasal
dari Campa, Tiongkok bagian selatan (sekarang Vietnam). 16
2. Proses Islamisasi

Sejak masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia,


Islam di Indonesia memerlukan proses yang sangat panjang
dan melalui saluran-saluran Islamisasi yang beragam, seperti
melalui perdagangan, perkawinan, tarekat (tasauf),
pendidikan dan kesenian. Pada tahap awal islamisasi,
saluran perdagangan sangat dimungkinkan. Hal ini sejalan
dengan kesibukan lalu lintas perdagangan abad ke 7 sampai
abad ke-16. Para pedagang dari Arab, Persi India dan Cina
ikut ambil bagian dalam aktivitas perdagangan dengan
masyarakat di Asia Barat, Timur dan Tenggara.17

Saluran-saluran Islamisasi yang dilakukan oleh para


penyebar Islam yang mula-mula di Indonesia adalah sebagai
berikut:

1. Melalui saluran perdagangan


Diantara saluran Islamisasi di Indonesia pada taraf
permulaannya ialah melalui perdagangan. Hal ini
sesuai dengan kesibukan lalu lintas perdagangan abad
7 sampai abad ke 16, perdagangan antara negeri-
16
Ibid., hlm.236
17
Huda Nor. Op.cit, hlm. 13.

10
negeri di bagian Barat, Tenggara dan Timur benua
Asia dan dimana pedagang-pedagang Muslim (Persia,
Arab, India) turut serta mengambil bagiannya di
Indonesia. Penggunaan saluran Islamisasi melalui
perdagangan itu sangat menguntungkan. Hal ini
menimbulkan jalinan antara masyarakat Indonesia dan
pedagang.18
2. Melalui saluran perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki
status sosial yang lebih baik dari pada kebanyakan
pribumi sehingga penduduk pribumi, terutama putri-
putri bangsawan untuk menjadi istri. Sebelum menikah
mereka d iislamkan terlebih dahulu. Setelah mereka
memiliki keturunan, lingkungan mereka semakin luas.
Akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah
dan kerajaan-kerajaan muslim. Dengan melalui jalur
perkawinan para penyebar islam melakukan
perkawinan dengan penduduk pribumi. Melalui jalur
perkawinan mereka telah menanamkan cikal bakal
kader-kader islam.19
3. Melalui saluran Tasawuf
Tasawuf20 merupakan salah satu saluran yang penting
dalam proses Islamisasi. Mereka mengajarkan Teosofi
yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal
luas masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam hal
18
Uka Tjandrasasmita. 1984, Sejarah Nasional Indonesia III, Jakarta:
PN Balai Pustaka hlm.200.
19
Amin Samsul Munir, op.cit, hlm.306.
20
Kata-kata tasawuf dalam bahasa Arab tidak terdapat qisah dan
isytiqaq(ukuran dan pengembalian), yang jelas bahwa kata-kata ini semacam
Iaqab (julukan, sebutan, gelar). Gelar ini diperuntukan bagi perorangan
dengan istilah sufi, dan bagi jamaah disebut sufiah. Orang sudah mencapai
derajat (usaha ke arah) tasawuf disebut mutasawwif, sedangkan bagi jamaah
disebut mutasawwifah. (Athoullah Ahmad. 1995, Antara Ilmu dan Akhlak
Tasawuf, Serang: Saudara, hlm.109).

11
magis dan memiliki kekuatan-kekuatan menyebuhkan.
Diantara mereka ada juga yang mengawini putri-putri
bangsawan. Dengan Tasawuf ”Bentuk” islam yang
diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai
persamaan dengan alam pikiran mereka yang
sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga agama
baru itu mudah dimengerti dan diterima. Kehidupan
mistik bagi masyarakat Indonesia sudah menjadi
bagian dari kepercayaan mereka. Oleh karena itu,
penyebaran islam pada masyarakat Indonesia melalui
jalur tasawuf atau mistik ini mudah diterima karena
sesuai dengan alam pikiran masyarakat Indonesia.
Misalnya, menggunakan ilmu-ilmu riyadhat dan
kesaktian dalam proses penyebaran islam kepada
penduduk setempat.21
4. Melalui saluran Pendidikan
Setelah kedudukan para pedagang mantap, mereka
mereka menguasai kekuatan ekonomi di bandar-
bandar seperti Gresik. Pusat-pusat perekonomian itu
berkembang menjadi pusat pendidikan dan
penyebaran Islam22. Dalam islamisasi pendidikan yaitu
dengan mendirikan pondok-pondok pesantren
merupakan tempat pengajaran agama islam bagi para
santri.23 Yang diajarkan oleh oleh guru-guru agama,

21
Amin Samsul Munir. op.cit, hlm.307.
22
Sunanto Musyarifah. op.cit, hlm.10
23
Di pesantren para santri diajarkan berbagai kitab kuning. Kitab
kuning adalah sebutan untuk buku atau kitab tentang ajaran-ajaran Islam
atau tata bahasa Arab yang dipelajari dipondok pesantren yang ditulis atau
dikarang oleh para ulama pada abad pertengahan dalam huruf Arab. Disebut
kitab kuning karena biasanya dicetak dalam kertas berwarna kuning yang
dibawa dari Timur Tengah (Lihat Zamachsyari Dhofier, Tradisi Pesantren
Studi tentang Pandangan Hidup Kya, Jakarta;LP3S, 1982).

12
kyai-kyai,24 atau ulama-ulama. Jalur pendidikan
digunakan oleh para wali khsusunya di Jawa dengan
membuka lembaga pendidikan pesantren sebagai
tempat kaderisasi mubaligh-mubaligh islam di
kemudian hari. Setelah keluar darip esantren, mereka
pulang ke kampong masing-masing atau berdakwah
ketempat tertentu mengajarkan islam. Misalnya
pesantren yang didirikan oleh Raden Rahmat di Ampel
Denta Surabaya, dan Pesantren Giri yang didirikan
oleh Sunan Giri di gresik. Keluaran Pesantren Giri ini
banyak di undang ke Maluku untuk melakukan dakwah
Islam di sana.25
5. Melalui jalur Kesenian
Para penyebar Islam juga menggunakan kesenian
dalam rangka menyebarkan Islam, antara lain dengan
wayang, sastra, dan berbagai kesenian lainnya.
Pendekatan diluar kesenian dilakukan oleh para
penyebar Islam seperti walisongo untuk menarik
perhatian dikalangan mereka, sehingga dengan tanpa
terasa mereka telah tertarik kepad aajaran-ajaran
Islam sekali pun padaa walnya mereka tertarik
dikarenakan media kesenian itu. Misalnya, Sunan
Kalijaga adalah took seniman wayang. Ia tidak pernah
meminta bayaran pertunjukan seni, tetapi Ia meminta
para penonton untuk mengikutinya mengucapkan
kalimat syahadat sebagain ceritawa yang masih dipetik
dari cerita Mahabharata dan Ramayana, tetapi dalam

24
Kyai adalah sebutan atau gelar yang diberikan oleh masyarakat
kepada seseorang yang ahli agama Islam, yang biasanya memiliki dan
mengelola pondok pesantren.(Lebih lanjut baca Karel Ateenbrink, 1984.
Beberapa Aspek tentang Islam di Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang)
25
Amin Samsul Munir. op.cit, hlm.307

13
cerita itu disisipkan ajaran dan nama-nama pahlawan
islam. Kesenian-kesenian lain juga dijadikan media
Islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad, dan
sebagainya), seni arsitektur dan seni ukir.26
6. Melalui jalur Politik
Para Penyebar Islam juga menggunakan pendekatan
politik dalam penyebaran Islam.Pengaruh politik raja
sangat membantu tersebarnya Islam di Indonesia.
Sebagaimana diketahui melalui jalur politik, para
walisongo melakukan strategi dakwah mereka
dikalangan para pembesar kerajaan seperti Majapahit,
Pajajaran, bahkan para walisongo juga mendirikan
kerajaan Demak, SunanGunung jati juga mendirikan
kerajaan Cirebon dan Kerajaan Banten. Kesemuanya
dilakukan untuk melakukan pendekatan dalam rangka
penyebaran islam. Baik di Sumatera, dan Jawa.27
Melalui saluran-saluran itu Islam secara berangsur-
angsur menyebar. Penyebaran Islam di Indonesia secara
kasar dapat dibagi dalam tiga tahap. Pertama, dimulai
dengan kedatangan Islam, yang diikuti oleh kemorosotan
kemudian keruntuhan Majapahit pada abad ke 14 samapai
ke-15. Kedua, sejak datang dan mapannya kekuasaan
kolonial Belanda di Indonesia sampai abad ke-19. Ketiga,
bermula pada awal abad ke-20 dengan terjadinya
liberalisme kebijakan pemerintah kolonial Belanda di
Indonesia. Dalam tahap-tahap itu akan terlihat proses
Islamisasi sampai mencapai tingkat sampai sekarang.28

26
Ibid., hlm. 308.
27
Ibid., hlm. 308.
28
Sunanto Musyarifah. op.cit, hlm.12-13.

14
Proses Islamisasi di Indonesia terjadi dengan jalan
yang sangat pelik dan panjang, yang didasari pada teori
yang beragam pula. Diterimanya Islam oleh penduduk
pribumi, secara bertahap membuat Islam terintegrasi
dengan tradisi, norma dan tatanan kehidupan dan
keseharian penduduk lokal. Hal ini menunjukkan bahwa
bangsa Indonesia mudah menerima nilai-nilai dari luar
menjadi bukti keterbukaan sikap mereka. Sikap ini pada
gilirannya akan membentuk komunitas-komunitas muslim
di daerah pesisir yang pada mulanya sebagai tempat
interaksi antara penduduk lokal dengan bangsa-bangsa
asing seperti yang disebutkan oleh pakar teori diatas,
yaitu dari Arab, Persia, Tiongkok, dan Gujarat. Salah satu
bukti kehadiran bangsa-bangsa asing tersebut dengan
adanya Pojokan (perkampungan orang-orang Arab)
Pachinan (perkampungan orang-orang China), Keling
(perkampungan orang-orang India) dan lain sebagainya di
Indonesia. Komunitas pribumi yang telah berintegrasi
kedalam Islam, selanjutnya keterlembagaan secara politis
dalam bentuk kerajaan-kerajaan Islam di kawasan ini sejak
masa paling awal.29
3. Hasil Kebudayaan Islam: Sastra dan Arsitektur
a. Seni Sastra
Melalui seni sastra pengaruh Islam sangat
dikembangkan secara lebih luas lagi. Seni sastra Islam
pada masa Indonesia Madya ini terutama berkembang di
sekitar perailan Selat Malaka dan di Jawa. Seni sastra di
Sekitar Selat Malaka ( sastra Melayu) merupakan suatu
pertumbuhan baru, sedang di Jawa merupakan
perkembangan lebih lanjut dari sastra Jawa kuno. Corak
29
Husda Husaini. op.cit, hlm. 26

15
Islam dalam sastra Indonesia Madya mendapatkan
pengaruh yang cukup besar dari cerita-cerita Persia
bahkan menjadi sumber utama. Demikianlah misalnya
tampil cerita-cerita Amir Hamzah, cerita “Bayang
Budiman” dan cerita “Seribu Satu Malam” tetapi pengaruh
dari sastra lama terutama di Jawa tidak kalah pula
peranannya pada masa ini dari kitab Mahabarata,
Ramayana, dan Panca Tantra lahirnya gubahan baru
dalam bentuk hikayak, pendawa lima, hikayat seni rama,
hikayar pancatanderang.30
Kaligrafi Arab merupakan bagian dari seni khath.
Dibandingkan dengan negara Islam lainnya, khath di
Indonesia tidak begitu menonjol. Pernah pada awal
kedatangannya di gunakan untuk mengukir nama dan
menulis ayat Al-Quran di makam-makam terkena, seperti
makam wali Maulana, Malik Ibrahim di Gresik dan makam
raja Pasai. Di makam itu ditulis dengan huruf Arab yang
indah , seperti nama, hari, dan tahun wafat serta ayat-ayat
Al-Quran. Namun, kelanjutan seni kaligrafi Arab sebagai
hiasan sangat terbatas. Bangunan-bangunan masa awal
Islam tidak memberi peluang yang berarti bagi penerapan
kaligrafi Arab. Masjid-masjid lama seperti Cirebon,
Demak, dan Kudus menerapkan kaligrafi hanya sebagai
pelengkap motif hias yang bersumber pada tradisi seni
hias Indonesia-Hindu. Walaupun demikian, seni hias di
kitab-kitab bacaan agak berkembang di Aceh dan
kerajaan-kerajaan Islam lain yang ulamanya banyak
menulis kitab-kitab keagamaan.31

30
Daliman, A. 2012. Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-kerajaan
Islam di Indonesia, Yokyakarta: Ombak Dua, hlm.65
31
Sunanto Musyarifah. op.cit, hlm. 98

16
Satu jenis lagi dalam sastra Indonesia pada masa
madya yang justru memiliki sifat tersendiri adalah yang
dinamakan suluk kitab-kiitab suluk ini biasanya
membentangkan masalah-masalah tasawuf (mistik). Abad
ke-16 banyak menghasilkan kitab-kitab suluk. Sunan
bonang telah mengembangkan ilmu suluk dalam bentuk
tembang yang dihimpun dalam kitan bonang. Kita suluk
dari Jawa lainnya ialah suluk sukarsa, suluk ujil, dan sulik
malangsumirang. Ronggowarsito juga telah menulis karta
sastra yang didalamnya mengandung ajaran-ajaran yang
diantara bukunya disebut serat wirit. Kitab-kitab sulut dari
Sumatra yang terkenal adalah karya Hamzah Fanzuri.
Kitab-kitab suluk Hamzah Fanzuri tersebut antara lain;
Adalah syair perahu, syair siburung pingai dan Asrar Al-
arifin, suatu kitab gancaran yang membentangkan zat dan
maagrifat.32
Dengan adanya larangan Islam untuk
menggambarkan makhluk hidup dan memperlihatkan
kemewahan, maka dalam zaman awal Islam ada berbagai
cabang kesenian yang kehilangan daya hidupnya atau
dibatasi atau di samarkan. Seni arca, seni tulang logam
mulia, dan seni lukis kurang berkembang. Akan tetapi seni
zaman hindu Budha yang terus berlangsung walaupun ada
penyesuaian. Misalnya wayang, dibuarkan cerita-cerita
Islam seperti Pandawali dan kalimasyahadat, dengan
gambaran manusianya disamarkan, tidak seperti manusia
utuh upaya tidak menyalahi aturan islam. Oleh Sunan
Kalijaga, pertunjukan itu tidak dihilangkan, bahkan
dijadikan sarana untuk menyebarkan Islam. Muncul juga
wayang yang dimainkan oleh orang-orang, sehingga dapat:
32
Daliman, A. op.cit, hlm.66.

17
dikatakan bahwa seni drama dan seni tari tetap
berkembang, hanya mengikuti jiwa yang sudah di
Islamkan. Cerita Amir Hamzah bahkan dipertunjukkan
melalui boneka-boneka (wayang golek) dengan tokoh-
tokohnya dari pahlawan-pahlawan Islam.33
b. Seni Arsitektur
Pada abad ke-16 agama Islam sudah tersebar luas di
Indonesia, terutama di Jawa dan Sumatra. Kegiatan
keagamaan diadakan di masjid atau mushalla. Model
mesjidnya berbeda dengan bentuk masjid di Indonesia
pada mulanya banyak dipengaruhi oleh seni bangun
Indoesia-Hindu. Masjid tertua yang memperlihatkan
ragam seni bangun itu, misalnya Masjid Demak, Kudus,
Cirebon, Banten, dan Ampel. Di mesjid-mesjid itula
menurut sejarah, para wali mengajarkan Islam. Bentuk
masjid itu menjadi model bagi masjid-masjid lainnya. Ciri-
ciri model seni bangunan lama yang merupakan peniruan
dari seni bangun Hindu-Budha itu adalah sebagai berikut:
1) Atap tumpang, yaitu atap yang bersusun, semakin ke
atas semakin kecil dan yang paling atas
biasanysemacam mahkota. Selalu bilangan atapnya
ganjil, kebanyakan jumlah atapnya tiga atau lima.
Atap tumpang ini terdapat juga di Bali pada upacara
ngaben atau relief candi Jawa Timur.
2) Tidak ada menara karenanya pemberitahuan waktuu
shalat dilakukan dengan memukul bedug. Dari
masjid-masjid yang tertua, hanya di Kudus dan
Banten yang ada menaraya. Kedua menara ini pun
tidak seragam. Menara Kudus tidak lain adalah
sebuah candi Jawa Timur yang telah diubah,
33
Sunanto Musyarifah. op.cit, hlm.100-101.

18
disesuaikan penggunaannya dan diberi atap
tumpang, sedangkan menara masjid Banten adalah
tambahan dari zaman kemudian yang dibangun oleh
Cordell, pelarian Belanda yang masuk Islam yang
bentuknya seperti mercusuar.
3) Masjid-masjid tua, bahkan mesjid yang dibangun di
dekat istana Raja Yogya dan Solo mempunyai letak
yang tetap. Di depan istana selalu ada lapangan
besar dengan pohon beringin kembar, sedangkan
masjid selalu terletak di tepi barat lapangan. Di
belakang masjid sering terdapat makam-makam.
Rangkaian makam dan majid ini pada hakikatnya
adalah kelanjutan dari fungsi candi pada zaman
Hindu-Indonesia34
Seni bangunan Islam Indonesia yang mengambil
bentuk-bentuk gaya arsitektur tradisional tidak saja
memberikan kekhasan terhadap budaya Islam di
Indonesia, tetapi sekaligus memperlihatkan garis
kepribadian kita yang kontinyu sejak masa-masa pra
Islam. Agama dan budaya Islam di serap secara dan sesuai
dengan kepribadian bangsa sendiri. Hal itu dimungkinkan
karena pembuat banguanan itu orang Indonesia sendiri.
Berbagai kitab hikayat dan babak juga menunjukkan
bahwa tukang dan para pekerja yang membangun mesjid,
keraton dan makam, adalah orang Indonesia asli. Babak
Cirebon, misalalnya, menyebutkan bahwa yang
membangun masjid dan keraton Cirebon adalah Raden
Sepat yang berasal dari Majapahit. Bangunan keraton dan
masjid di Banjarmasin, Kutai dan Sulawesi menurut
hikayar setempat juga di bangun dengan semangat gotong
34
Ibid, hlm.95-96.

19
royong oleh tukang dan para pekerja setempat. Tentu saja
para pembuat dan pekerja dan bangunan itu adalah orang
Indonesia yang telah menganut agama Islam, namun
rupanya tidak mudah begitu saja melepaskan
kemahirannya dalam membangun bangunan-banguanan
secara tradisional. 35

Setelah Indonesia merdeka dan dapat berhubungan


dengan negara lain, maka unsur lama semakin berangsur-
angsur hilang. Pada masa peralihan ke arah corak baru
masih sering terlihat perpaduan antara keduanya,
terutama pada atapnya: jumlah atapnya masih tumpang
dua, yang ketiga diganti dengan kubah peniruan dari
masjid Timur Tengah atau India. Pada tahap selanjutnya
ada tumpang ditinggalkan dan ciri masjid menjadi kubah,
misalnya masjid kutaraja yang didirikan oleh Belanda pada
tahun 1878 sebagai pengganti masjid lama yang terbakar.
Kemudian masjid yang menyerupai Taj Mahal India adalah
Majid Syuhada di Yogyakarta dan maskid Al-azhar di
Jakarta . Ada juga bentuk Masjid yang terpengaruh
Ottoman Stayle (Byzantium) seperti tampak pada masjid
Istiqlal yang bentuk kubahnya setelah lingkarang di
topang oleh pilar-pilar yang tinggi besar. Terakhir masjid
dengan kusnkusen meruncing meniru gaya India seperti
Masjid Al-Tein di taman Mini Indonesia India.36
4. Struktur Masyarakat
Pada masa perkembangan kerajaan-kerajaan Islam,
masyarakat Indonesia mengalami pertumbuhan yang lebih
cepat, khususnya di daerah pesisir. Daerah pesisir
berkembang menjadi satu perkotaan. Hal ini terjadi karena

35
Daliman, A. Op.cit. hlm.62
36
Sunanto Musyarifah. op.cit, hlm.97.

20
daerah pesisir di dukung denhgan pertumbuhan
perdagangan. Di daerah pesisir berkembang karena
disanalah titik temu lalu lintas perdagangan. Masyarakat di
daerah pesisir yang pertama kali menganut islam. Struktur
masyarakat yang terrbentuk pada masa persebaran Islam
adalah sebagai berikut:
a. Golongan Sultan dan keluarganya
Sultan atau raja dan keluarganya mendapatkan posisi
yang terhormat di masyarakat. Mereka tergolong
masyarakat yang tertinggi di bandingkan golongan yang
lain. Sultan atau raja beserta keluarganya tinggal di
kompleks keraton. Keluarga raja termasuk dalam
kelompok bangsawan Di ibu kota, sultan mengendalikan
kekuasaan atau pemerintahan. Keistimewaan keluarga
raja dapat pula disebabkan oleh pendidikan yang mereka
peroleh. Pendidikan yang dilakukan raja yaitu dengan
memanggil guru khusus ke keraton untuk mendidik
anaknya atau pendidikan dilakukan dengan mengirim
putranya ketempat pendidikan agama.
b. Golongan Elite
Golongan yang memiliki kedudukan tinggi setelah sultan
dan keluarganya adalah golongan elite. Kelompok
masyarakat yang termasuk dalam golongan elite yaitu
bangsawan, tentara, kaum keagamaan dan pedagang.
Pengangkatan pejabat pemerintah dilakukan oleh raja.
Jabatan pemerintah boleh berasal dari kalangan keluarga
raja sendiri atau orang luar bahkan ada yang diangkat
dari bangsa asing. Dalam masyarakat Islam, para
pedagang memiliki kedudukan penting. Peran pedagang

21
sangat penting karena merelka sangat menentukan
terhadap aktivitas kerajaan.
c. Golongan Kyai
Masyarakat Islam sanagat menghormati orang yang
menguasai Ilmu agama mereka adalah para ulama dan
Kyai. Biasanya para ulama mendirikan pesanteren sebagai
pusat pendidikan Islam. Disana mereka mendidik ribuan
santri dari berbagai penjuru negeri. Para santri tersebut
hidup dan bergaul dengan Kyai dalam kehidupan
kesehariannya. Mereka memebantu gurunya dalam
mengurus pesantren. Para ulama atau Kyai mendapatkan
kedudukan yang terhormat di mata santri-santrinya.
Selain itu, sultan pada masa Islam sering menjadikan para
ulama atau Kyai sebagai penasehatnya dalam pengurusan
masalah kemasyarakatan, pemerintahan maupun perang.
d. Golongan Non- elite
Golongan non elite adalah golongan rendah, yaitu
golongan rakyat banyak. Pada masa jawa, golongan ini
disebut dengan golongan cilik. Yaitu golongan seperti
petani, nelayan dan para tukang merupakan golongan
non-elite. Kehidupan mereka biasanya sangat bergantung
kepada golongan elite. Golongan ini merupakan golongan
yang jumlahnya paling banyak.
e. Golongan hamba sahaya atau budak
Hamba sahaya dalah golongan yang paling rendah dalam
masyarakat Islam. Kehidupan mereka sangat bergantung
kepada orang lain, kehidupan tidak bebas dan merdeka.

C. PENUTUP

a. Kesimpulan

22
Dari pembahasan di atas penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut:

1. Islam masuk ke Indonesia sejak abad pertama hijriah


( Abad ke-7 M) dan langsung dari arab, itu, mengingat
beberapa alasan yang telah dikemukakan diatas bahkan
dimungkinkan bahwa sejak masa hidup Nabi Muhammad
agama islam telah masuk ke daerah Nusantara. Menurut
literature kuno Tiongkok, sekitar tahun 625 M telah ada
sebuah perkampungan Arab di pesisir Nusantara (Barus).
Jadi hanya 9 Tahun sejak Rasulullah memproklamirkan
dakwah islam secara terbuka, di pesisir Sumatera sudah
terdapat sebuah perkampungan Islam. Menengok sebuah
catatan sejarah, pada seperempat abad ke-7 M, kerajaan
Budha Sriwijaya telah berkuasa atas Sumatera. Untuk bisa
mendirikan sebuah perkampungan yang berbeda dari
agama resmi kerajaan perkampungan Arab islam tentu
membutuhkan waktu bertahun-tahun sebelum diizinkan
penguasa atau raja. Harus bersosialisasi dangan baik
terlebih dahulu dengan penguasa hingga akrab dan
dipercaya oleh kalangan kerajaan maupun rakyat sekitar.
Disamping itu, menambah populasi muslim di wilayah
yang sama, yang berarti para pedagang Arab ini
melakukan pembaruan dengan jalan menikahi perempuan-
perempuan pribumi dan memiliki anak, setelah semua
syarat itu terpenuhi baru mereka para pedagang Arab
islam bisa mendirikan sebuah kampong dimana nilai-nilai
islam biasa hidup dibawah kekuasaan kerajaan Budha
Sriwijaya. Ada beberapa teori yang membahas tentang
masuknya islam di Indonesia, yaitu: Teori Mekah, teori
Gujarat, teori Persia, teori Tiongkok

23
2. Proses Islamisasi di Indonesia terjadi dengan jalan yang
sangat pelik dan panjang, yang didasari pada teori yang
beragam pula. Diterimanya Islam oleh penduduk pribumi,
secara bertahap membuat Islam terintegrasi dengan
tradisi, norma dan tatanan kehidupan dan keseharian
penduduk lokal. Hal ini menunjukkan bahwa bangsa
Indonesia mudah menerima nilai-nilai dari luar menjadi
bukti keterbukaan sikap mereka. Sikap ini pada gilirannya
akan membentuk komunitas-komunitas muslim di daerah
pesisir yang pada mulanya sebagai tempat interaksi
antara penduduk lokal dengan bangsa-bangsa asing
seperti yang disebutkan oleh pakar teori diatas, yaitu dari
Arab, Persia, Tiongkok, dan Gujarat. Salah satu bukti
kehadiran bangsa-bangsa asing tersebut dengan adanya
Pojokan (perkampungan orang-orang Arab) Pachinan
(perkampungan orang-orang China), Keling
(perkampungan orang-orang India) dan lain sebagainya di
Indonesia. Komunitas pribumi yang telah berintegrasi
kedalam Islam, selanjutnya keterlembagaan secara politis
dalam bentuk kerajaan-kerajaan Islam di kawasan ini
sejak masa paling awal. Adapun beberapa saluran
islamisasi yang dilakukan para penyebar agama Islam di
Indonesia, yaitu:
1) Melalui saluran perdagangan
2) Melalui saluran perkawinan
3) Melalui saluran tasawuf
4) Melalui saluran pendidikan
5) Melalui saluran kesenian
6) Melalui saluran politik

24
3. Melalui seni sastra pengaruh Islam sangat dikembangkan
secara lebih luas lagi. Seni sastra Islam pada masa
Indonesia Madya ini terutama berkembang di sekitar
perailan Selat Malaka dan di Jawa. Seni sastra di Sekitar
Selat Malaka ( sastra Melayu) merupakan suatu
pertumbuhan baru, sedang di Jawa merupakan
perkembangan lebih lanjut dari sastra Jawa kuno. Corak
Islam dalam sastra Indonesia Madya mendapatkan
pengaruh yang cukup besar dari cerita-cerita Persia
bahkan menjadi sumber utama. Sedangkan arsitektur di
Indonesia pada mulanya banyak dipengaruhi oleh seni
bangun Indoesia-Hindu. Masjid tertua yang
memperlihatkan ragam seni bangun itu, misalnya Masjid
Demak, Kudus, Cirebon, Banten, dan Ampel. Di mesjid-
mesjid itula menurut sejarah, para wali mengajarkan
Islam. Bentuk masjid itu menjadi model bagi masjid-masjid
lainnya.
4. Adapun struktur masyarakat pada masa kedatangan Islam
di Indonesia adalah sebagai berikut:
1) Golongan sultan
2) Golongan Elite
3) Golongan Kyai
4) Golongan Non-elite
5) Golongan hamba sahaya atau budak.
b. Saran
Kami berharap, dengan adanya makalah ini pembaca
akan mampu mengetahui tentang kebudayaan Islam di
Indonesia. Serta dapat menjelaskan berbagai sub-sub
mataeri didalamnya yaitu: 1) Proses kedatangan Islam di
Indonesia, 2) Proses Islamisasi, 3) Hasil kebudayaan Islam

25
dalam bidang arsitektur dan seni sastra dan, 4) Struktur
masyarakat.

Daftar Pustaka

Yatim Badri. 2008. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Rajawali


Pers.
Amin Samsul Munir. 2009. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta:
Amzah.
Sunanto Musyirifah. 2012. Sejarah Peradaban Islam di
Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers.
Hoesain Djajadiningrat. 1983, Tinjauan Kritis Tentang Sejarah
Banten, Jakarta: Pustaka Jaya.

26
Husyn Ahmad Amin. 1999. Seratus tokoh dalam sejarah Islam,
Bandung: Remaja Rosdakarya.

Busman Edyar, dkk, 2009. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta:


Pustaka Asatruss.

Chandra Muhammad, Muhammad Zain dan Adhika Prasetya.


2014. Rangkuman Pengetahuan Islam Lengkap. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Huda Nor. Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia, Jakarta:
Rajawali Pers. 2015.
Uka Tjandrasasmita. 1984, Sejarah Nasional Indonesia III,
Jakarta: PN Balai Pustaka.
Athoullah Ahmad. 1995, Antara Ilmu dan Akhlak Tasawuf,
Serang: Saudara.
Zamachsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi tentang
Pandangan Hidup Kya, Jakarta;LP3S, 1982.
Karel Ateenbrink, 1984. Beberapa Aspek tentang Islam di
Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang

Daliman, A. 2012. Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-


kerajaan Islam di Indonesia, Yokyakarta: Ombak Dua

Ahmad Sugiri. 1996, Proses Islamisasi dan Percaturan Politik


Umat Islam di Indonesia, Serang: IAN SGD.

Husda Husaini. 2016. Islamisasi Nusantara, Adabiya. Volume


18.

Ahmad Sugiri. 1996, Proses Islamisasi dan Percaturan Politik


Umat Islam di Indonesia, Serang: IAN SGD.

27
28

Anda mungkin juga menyukai