PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pembahasan
Dibalik tamasya dan rekreasi di segala penjuru jiwa manusia, manusia
memiliki kedudukan yang mulia di muka bumi ini. Pengaruh aktif keimanan
yang dalam dan pemahaman yang shahih untuk memerdekakan,
mencerdaskan, dan menguatkan, serta mengarahkan gerakannya dan usahanya
mencapai tujuan-tujuan mulia dan maksud-maksud agung agar hidup
bermakna dan berarti. Sebab, manusia itu adalah pemikul risalah; yang
dengannya ia hidup, merasa bahagia, membahagiakan orang-orang sekitarnya,
dan biasa juga tidak sama sekali.
Rasulullah Saw. Menasihati kita dengan sabdanya, “orang yang pintar
adalah orang yang mampu menundukkan dirinya dalam beramal untuk
kehidupan setelah mati. Sementara orang lemah adalah orang yang mengikuti
hawa nafsunya dan berharap kepada Allah.”(Hadis Hasan, diriwayatkan oleh
Syaddad Bin ‘Aus dalam Sunan Al-Tirmidzi).
Tidak ada yang bisa kita lakukan selain berpegang pada tiang yang kokoh
dan memeluknya. Itulah satu-satunya tempat kenikmatan. Mengikuti tuntunan
Nabi Muhammad Saw. Sedepa demi sedepa dan sehasta, menjalankan manhaj-
nya dan mengerjakan ajaran-ajarannya.
Oleh karena itu penting sekali bagi kita sebagai manusia yang memiliki
kedudukan mulia dan sebagai pengikut yang mulia Nabi Muhammad Saw.
Memahami dan mengerti alur sejarah perjuangan Islam terutama di Nusantara.
B. Rumusan Pembahasan
1. Apa saja Teori masuknya Islam di Nusantara?
2. Bagaimana Proses Perkembangan Islam di Nusantara?
3. Bagaimana Corak Islam di Nusantara?
4. Bagaimana Kedatangan dan Penjajahan Bangsa Barat?
1
C. Tujuan Pembahasan
1. Dapat Mengetahui Teori-Teori Masuknya Islam di Indonesia
2. Dapat Mengetahui Proses Perkembangan Islam di Nusantara
3. Dapat Mengetahui Corak Islam di Nusantara
4. Dapat Memahami bagaimana kedatangan dan Penjajahan Bangsa Barat
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori masuknya Islam di Nusantara
1. Teori Gujarat
Sarjana Pertama asal Belanda yang mengemukakan teori ini adalah
Pijnappel dari Universitas Leiden, dia mengaitkan asal-muasal islam di
Nusantara dengan wilayah Gujarat dan Malabar. Menurut dia, orang-orang
bermazhab syafi’i yang bermigrasi dan menetap di wilayah India tersebut
yang kemudian membawa islam ke Nusantara.
Sarjana lainnya, Mosquette asal Belanda berkesimpulan bahwa tempat
asal islam di Nusantara adalah Gujarat. Berdasarkan contoh-contoh batu
nisan di Pasai, kawasan utara Sumatra, khususnya yang bertanggal 17
dzulhijjah 831 H/ 27 September 1428 M. Batu nisan yang kelihatannya
mirip dengan batu nisan lain yang ditemukan di makam Maulana Malik
Ibrahim (822 H/ 1419 M) di Gresik, Jawa Timur ternyata sama bentuknya
dengan batu nisan yang terdapat di Cambay,Gujarat.
2. Teori Makkah
Yang mengemukakan teori ini adalah HAmka dalam pidatonya pada
Dies NAtalis PTAIN ke-8 di Yogyakarta (1958), sebagai antithesis untuk
tidak mengatakan sebagai koreksi-teori sebelumnya. Dalam Seminar
Sejarah Masuknya Islam di Indonesia (1963), Hamka lebih menguatkan
teorinya dengan mendasarkan pandangannya pada peranan bangsa Arab
sebagai pembawa agama Isam ke Nusantara, kemudian diikuti oleh orang
Persia dan Gujarat. Hamka menolak pendapat bahwa Islam masuk pada
abad ke-13, karena kenyataannya pada saat itu di Nusantara telah berdiri
sesuatu kekuatan politik islam, jadi sudah tentu islam masuk jauh
sebelumnya yakni abad ke-7 M.
3
3. Teori Persia
Teori ini dicetuskan oleh P.A. Hoesein Djajadiningrat yang berpendapat
bahwa agama islam yang masuk ke Nusantara berasal dari Persia, Singgah
ke Gujarat, sedangkan waktunya sekitar abad ke-13. Teori yang terakhir
ini lebih menitikberatkan tinjauannya kepada kebudayaan yang hidup di
kalangan masyarakat Islam Indonesia, yang dirasakan memiliki persamaan
dengan Persia. Di antara persamaannya yaitu:
a. Peringatan 10 Muharram atau Asyura sebagai hari peringatan syi’ah
atas syahidnya Husein.
b. Adanya kesamaan ajaran antara Syaikh Siti Jenar dengan ajaran Sufi
Iran Al-Hallaj.
c. Penggunaan istilah Bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab.
4
menyebutkan bahwa pera pedagang muslim banyak yang bermukim di
pesisir pulau jawa yang penduduknya masih kafir (Badri Yatim 1993 :
201). Di antara pera pdagang teersebut, teerdapat pedagang Arab, Persia,
dan Gujarat yang umumnya beragama islam. mereka meengenalkan agama
islam kepada para pedagang lain maupun kepada penduduk setempat.
Maka, mulailah ada penduduk Indonesia yang memeluk agama islam.
Bahkan kemudian berkembang perkampungan para pedagang islam daerah
pesisir. Penduduk setempat yang telah memeluk agama islam kemudian
menyebarkan islam kepada sesama pedagang juga kepada sanak familinya.
Akhirnya islam mulai berkembang dimasyarakat Indonesia.
5
Gujarat, Arab, dan Pegu. begitu juga Banten dan kota-kota pasar kerajaan
lainnya.
6
Di pulau jawa, penyebaran dilakukan oleh Walisongo. Wali ialah
orang yang sudah mencapai tingkatan tertentu dalam mendekatkan diri
kepada Allah. Para wali ini dekat dengan kalangan istana. Merekalah orang
yang memberikan pengesahan atas sah tidaknya seseorang naik tahta.
Mereka juga adalah penasihat sultan. karena dekat dengan kalangan istana,
mereka kemudian diberi gelar sunan atau susuhunan (yang dijunjung
tinggi). berikut adalah kesembilan wali tersebut :
a. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim). Inilah wali yang pertama datang
ke jawa pada abad ke-13 dan menyiarkan islam disekitar Gresik.
Dimakamkan di Gresik, Jawa Timur.
b. Sunan Ampel (Raden Rahmat). Menyiarkan islam di Ampel, Surabaya,
Jawa Timur. Beliau merupakan perancang Masjid Demak.
c. Sunan Derajat (Syarifudin). Anak dari sunan Ampel. Menyiarkan agama
di sekitar Surabaya. Seorang sunan yang sangat berjiwa social.
d. Sunan Bonang (Makdum Ibrahim). Anak dari sunan Ampel. Menyiarkan
islam di Tuban, Lasem, dan Rembang. Sunan yang sangat bijaksana.
e. Sunan Kalijaga (Raden Mas Said/Jaka Said). Murid sunan Bonang.
Menyiarkan agama islam di Jawa Tengah. Seorang pemimpin, pujangga,
dan filosof. Menyiarkan agama dengan cara menyesuaikan dengan
lingkungan setempat.
f. Sunan Giri (Raden Paku). Menyiarkan islam di luar Jawa, yaitu Madura,
Bawean, Nusa Tenggara, dan Maluku. Menyiarkan agama dengan
metode bermain.
g. Sunan Kudus (Jafar Sodiq). Menyiarkan islam di Kudus, Jawa Tengah.
Seorang ahli seni bangunan. Hasilnya ialah Masjid dan Menara Kudus.
h. Sunan Muria (Raden Umar Said). Menyiarkan islam di lereng Gunung
Muria, terletak antara Jepara dan Kudus, Jawa Tengah. Sangat dekat
dengan rakyat jelata.
i. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah). Menyiarkan islam di Banten,
Sunda Kelapa, dan Cirebon. Seorang pemimpin berjiwa besar.
7
5. Penyebaran Islam melalui Pondok Pesantren
Pondok Pesantren bermula dari rumah kecil yang terletak di sekitar
masjid, lalu berkembang menjadi suatu system pendidikan yang memiliki
beberapa elemen (1) Pondok (2) Masjid (3) Pengajaran Kitab Klasik (4)
Santri dan (5) Kiyai. (Dhofir 1982 :44)
a. Pondok adalah tempat tinggal para santri yang berwujud bangunan
semacam barak yang di dalamnya dipisahkan atas bilik-bilik santri.
Pondok ini biasanya terletak di lingkungan pesantren tempat tinggal
Kiyai, akan tetapi bisa dibangun masyarakat.
b. Masjid. Merupakan pusat kegiatan bagi pendidikan pondok pesantren. Di
samping sebagai tempat ibadah sholat 5kali sehari semalam dan sholat
sunah, masjid juga digunakan sebagai tempat kegiatan lain yaitu ceramah
dll.
c. Pengajaran Kitab Klasik, Kitab-kitab itu ditulis dalam huruf Arab gundul
yang sering disebut kitab kuning. Di samping itu, diajarkan bahasa Arab,
Tafsir Al-Qur’an, Ilmu Kalam sampai pada Ilmu Tasawuf (Mistik). Di
dalam pesantren yang diajarkan hanya ilmu-ilmu agama saja.
d. Santri adalah murid yang tinggal dipesantren.
e. Kyai merupakan satuan yang esensi dari pesantren karena kyai
merupakan sumber mutlak dari kekuasaan dan wewenang yang berlaku
dalam pesantren.
8
6. Penyebaran Islam melalui Tasawuf
Penyebaran islam melalui ajaran Tasawuf merupakan cara yang
sangat efektif untuk menarik pribumi masuk ke dalam agama islam, para
sufi atau pengajar-pengajar tasawuf meengajarkan teosofi yang bercampur
dengan ajaran yang sudah dikenal lama masyarakat Indonesia. Mereka
mahir soal-soal magis dan mempunyai kekuatan yang menyembuhkan. Di
antara mereka ada juga ynag mengawini puteri-puteri bangsawan setempat.
Dengan tasawuf “bentuk” Islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi
mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya
menganut agama Hindu, sehingga agama baru itu mudah dimengerti dan
diterima. Di antara ahli-ahli tasawuf yang memiliki ajaran yang
mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra-islam adalah
hamzah fansuri di Aceh, Syekh Lemah Abang, dan Sunan panggung di
Jawa. Ajaran mistik ini masih berkembang di abad ke-19 bahkan di abad
ke-20 M ini. (Badri Yatim 1993 : 203)
9
8. Penyebaran Islam melalui Kekuasaan (Politik)
Kekuasaan politik dalam suatu masyarakat sangat menentukan
berkembangnya agama Islam karena dengan kekuasaan inilah
perkembangan Islam mendapat dukungan dari para penguasa tanpa ada
hambatan bahkan justru mendapat angina segar dalam penyebarannya dana
merupakan factor yang sangat penting dalam proses Islamisasi dalam
masyarakat, pengaruh dari seorang pejabat atau raja sangatlah dominan
ketika raja memilih agama sebagai agama keyakinan dan pilihannya maka
rakyat pun berbondong-bondong mengikuti jejak pemimpinnya di Maluku
dan Sulawesi Selatan kebanyakan rakyatnya masuk Islam setelah rajanya
memeluk agama Islam. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya
Islam didaerah ini. Di samping itu, baik di Sumatera dan Jawa maupun di
Indonesia bagian timur, demi kepentingan Politik kerajaan-kerajaan Islam
memerangi kerajaan-kerajaan non-muslim. kemenangan kerajaan islam
secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk
islam (Badri Yatim 1993 : 203).
Islam terus berkembang di kepulauan Nusantara hingga membentuk
masyarakat muslim terbesar di dunia. saat ini keberhasilan islam menjadi
kekuatan mayoritas dan meembentuk kebudayaan muslim yang
berpengaruh tidak lepas dari proses islamisasi atau penyebarluasan Islam
yang berjalan secara jultural selain melalui kerajaan-kerajaan islam.
Islamisasi di Nusantara merupakan bentuk penyebaran islam melalui proses
social-kultural dan social-ekonomi yang dilakukan para saudagar muslim di
Nusantara (Kartodirjo, 1993 : 7).
10
Sedangkan kelompok kepentingan ada Forum Komunikasi Ahlussunnah Wal
Jamma’ah (Pimpinan Ja’far Umar Thalib) dan lain sebagainya. Dalam partai
politik ada PBB, PKS, PPP, PNU, dan lain lain.
Sedangkan sisi pemikiran yakni islam tradisionalis, modernis, islam kiri-islam
kanan, dan lainnya tidak jarang mengalami benturan, ketegangan, gesekan, dan
persaingan yang sangat dinamis oleh banyak faktor dan yang dominan adalah
perebutan kekuasaan politik dan ekonomi yang relasinya seperti jaring laba-
laba, yang tidak menguatkan tetapi hanya mengutamakan kepentingan masing-
masing.
Perubahan kultur dan organisasi keagamaan terjadi cukup signifikan di negara
yang berpenduduk muslim, terutama setelah perubahan geopolitik dunia pasca-
kolonialisne. Setelah perang ke-2, umpamanya negara-negara islam mulai
melepaskan diri dari eropa dan menjadi negara mandiri dengan cara
mengadopsi sistem di negara barat untukkeperluan social-politiknya. Dalam
konteks respon mereka modernisasi inilah, untuk menampilkan identitas dan
varian baru muncul di negara muslim.
Varian-varian baru muslim yang muncul akibat dari respon yang berbeda
terhadap modernisasi, termasuk Indonesia yang meski dianggap islam
peripheral Indonesia menyandang predikat populasi muslim terbesar di dunia
danmengadopsi sistem nilai berbasis agama dan mora;-tradisi local atau bukan
negara secular dan bukan negara agama. Posisi yang seperti ini sangat rentan
terjadi pergulatan di kalangan muslim dalam mendifinisikan universalisme
agama di ruang public.
Penulis ingin menekankan bahwa selain globlisasi modernitas, terjadi juga
globalisasi agama, atau seperti dalam kajiannya Oliver Roy tentang islam,
yaitu “Internasionalisasi islam yang mengusung solidaritas bangsa dengan
konsep menepikan batas kebangsaan, etnis, dan kesukuan”. Dan ini jelas
menjadi tantangan tersendiri bagi kaum muslim yang mengimplementasikan
konsep universalisme islam. Terbkti bahwa mengimplementasikana gagasan
tersebut dalam masyarakat masih mengundang perdebatan di tingkat konsep
maupun aplikasinya.
11
Di dunia islam proses modernisasi menjadi 3 level yang dicermati Fazlur
Rahman yakni modernisasi intelektual, modernisasi politik-hukum, dan
modernisasi social budaya. Dalam konteks yang beragam ini kita akan
mencermati pergulatan intelektual yang menyangkut institusi social-politik
termasuk persoalan ruang public dan ruang privat di dalamnya.
yang mereka cari. Negara pelopor penjelajah samudera adalah portugis dan
Sedangkan inggris, prancis, belanda, jerman dan italy, menyusul pada abad
teropong.
• Mencari rempah-rempah.
12
2. Penjajahan Bangsa Barat di Nusantara
yang berusia 1,7 juta tahun yang lalu. Periode sejarah Indonesia dapat dibagi
rempah mengakibatkan penjajahan oleh Belanda selama 3,5 abad antara awal
abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-20. Era Kemerdekaan Awal, pasca-
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sarjana Pertama asal Belanda yang mengemukakan teori ini adalah
Pijnappel dari Universitas Leiden, dia mengaitkan asal-muasal islam di
Nusantara dengan wilayah Gujarat dan Malabar.
2. Yang mengemukakan teori ini adalah HAmka dalam pidatonya pada Dies
NAtalis PTAIN ke-8 di Yogyakarta (1958), sebagai antithesis untuk tidak
mengatakan sebagai koreksi-teori sebelumnya.
3. Dalam Seminar Sejarah Masuknya Islam di Indonesia (1963), Hamka lebih
menguatkan teorinya dengan mendasarkan pandangannya pada peranan
bangsa Arab sebagai pembawa agama Isam ke Nusantara, kemudian diikuti
oleh orang Persia dan Gujarat.
4. Macam macam proses penyebaran islam:Penyebaran Islam melalui Peranan
Kaum Pedagang, Penyebaran Islam melalui Peranan Bandar-Bandar di
Indonesia, Penyebaran Islam melalui Peranan Bandar-Bandar di Indonesia,
Penyebaran Islam melalui Perkawinan, Penyebaran Islam melalui Peran
Para Wakil dan Ulama, Penyebaran Islam melalui Pondok Pesantren,
Penyebaran Islam melalui Tasawuf, Penyebaran Islam melalui Kesenian,
dan Penyebaran Islam melalui Kekuasaan (Politik).
5. Islam di Indonesia pada dasarnya memiliki corak dan karakter yang
beragam baik dari sisi pemikiran maupun gerakan yang tercermin dari
jumlah kelompok yang semakin bervariasi.
6. Dari sisi gerakan dan organisasi massa, yang kita ketahui yaitu
Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Persis, Al-Isyad, dan lain sebagainya.
Dalam organisasi kepemudaan ada juga HMI, PMII, IMM, dan sejenisnya.
Sedangkan kelompok kepentingan ada Forum Komunikasi Ahlussunnah
Wal Jamma’ah (Pimpinan Ja’far Umar Thalib) dan lain sebagainya. Dalam
partai politik ada PBB, PKS, PPP, PNU, dan lain lain.
14