Anda di halaman 1dari 11

SELAYANG PANDANG ISLAM DI ASIA

NAMA ANGGOTA : ADELLYA OCTAURISTA R.


ANANDA RAHADIYAN W.T
CECIL ARTHITA N.
ILHAM ARDIAN
LIA ELVIANA
YULIA CITRA L.

KELAS : 12 MIPA 3
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Muslim merupakan mayoritas penduduk Asia Tenggara. MasuknyaIslam
adalah proses panjang yang masih berlangsung hingga saat
ini.Meskipun ada berbagai teori tentang masuknya Islam ke Asia Tenggara,para
pedagang Muslim dari Jazirah Arab telah hadir di beberapa bagianNusantara
sejak abad ke-7, tetapi tidak cukup bukti bahwa merekaberfokus pada
penyebaran Islam. Islamisasi baru terjadi pada akhir abadke-12, ketika para
guru berkeliaran di sekitar Jazirah Arab. Perkembangan dan peradaban Islam
sangat dipengaruhi oleh strukturbudaya yang dianut oleh masyarakat. Unsur
budaya dan bahasa yang kuatyang terdapat dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat mempengaruhipenerimaan dan pelaksanaan praktik
keagamaan. Dalam makalah ini,penulis memaparkan secara singkat
tentang masuk dan berkembangnyaIslam di Asia Tenggara.

A. Sejarah Masuknya Islam di China

Islam memiliki sejarah panjang di tanah Cina. Pertemuan Islam di Cina dimulai
sejak zaman Kekhalifahan Rasyidin, bertepatan dengan kekuasaan Dinasti Tang
pada 618-907 Masehi. Konon, Islam menyebar di Cina melalui jalur
perdagangan maritim. Di waktu tersebut, pemerintah Cina sudah berniaga
dengan warga Persia, Arab, dan India. Secara spesifik, Khalifah Utsman Bin
Affan mengirimkan utusannya, Sa’ad bin Abi Waqqas untuk menghadap Kaisar
Yong Hui pada 651 M. Pertemuan sahabat Sa'ad bin Abi Waqqas dengan Kaisar
Yong Hui merupakan awal terbentuknya hubungan diplomatik antara Cina
dengan negara Islam. Tonggak keberhasilan diplomatik Islam-Cina adalah
berdirinya Masjid Huaisheng atau Masjid Sa'ad bin Abi Waqqas di Guangzhou.
Masjid itu diklaim sebagai masjid tertua di daratan Cina yang usianya lebih dari
1.300 tahun. Di sisi lain, jalur perdagangan laut dan darat yang semakin
berkembang membuat banyak pedagang Islam bermukim permanen di Cina.

Di masa kekuasaan Mongol di Cina, pedagang Islam membantu urusan


ekspansi. Keberadaan mereka menyebar sampai ke pelosok Cina. Orang-orang
Islam ini juga menikah dan memiliki keturunan dengan penduduk lokal.
Generasi mereka ini disebut Hui Huis, lalu pada masa Dinasti Yuan (1271-
1368) mereka diberi jabatan, status sosial tinggi, dan jaminan sosial. Oleh
karena itu, banyak orang Islam dari jazirah Arab dan sekitarnya berdatangan ke
Cina. Pada 1368 M, Dinasti Yuan runtuh dan digantikan oleh Dinasti Ming
(1368-1644 M). Situasi berbalik arah. Kegiatan Islam kian dibatasi.

Salah satu tokoh Islam terkenal di masa itu adalah Zheng He atau yang lebih
dikenal dengan Cheng Ho. Ia mendapat titah dari Kaisar Ming Zhi Di (1402-
1424) untuk berlayar selama 28 tahun. Hal ini kemudian dianggap tonggak
penyebaran Islam Hui Huis dari Cina. Cheng Ho yang berlayar melewati
Samudra Hindia, Teluk Persia, Laut Merah dan Pantai Timur Afrika
meninggalkan banyak peninggalan Islam Cina di lebih dari 30 negara, termasuk
Indonesia. Dinasti Ming mereformasi sistem pemerintahan dan birokrasi dengan
mengurangi status politik Hui Huis, membatasi perdagangan dengan luar Cina,
dan melarang pernikahan sesama ras yang mengakibatkan terpecahnya
kelompok etnis Hui Huis. Etnis ini terpecah menjadi 10 bagian dengan dua
sistem keagamaan yang berbeda, yaitu aliran Sunni dan Menhuans (Sufi).
Aliran Islam Sunni dianut masyarakat di wilayah Xinjiang meliputi Uighur,
Kazak, Khalka, Uzbek, Tarta, kecuali Tajik yang menganut Syiah. Kemudian
Menhuans dianut oleh muslim di pedalaman Cina meliputi Hui, Salas,
Dongxiang, dan Bao’an.

B. ISLAM DI SINGAPURA
Islam di Singapura merupakan sebuah agama minoritas dengan persentase
muslim kurang dari 15% dari keseluruhan jumlah penduduk Singapura.
Sebagian besar Muslim di Singapura berasal dari kelompok etnik Melayu.
Selebihnya berasal dari Pakistan, India dan Arab.
[1] Kebanyakan orang Melayu adalah Muslim Suni.
[2] 17 persen dari Muslim di Singapura berasal dari Asia Selatan. Penganut
lainnya meliputi orang-orang yang berasal dari komunitas Tionghoa Singapura,
Arab dan Eurasia.
[3] Meskipun kebanyakan Muslim di Singapura biasanya adalah Muslim Suni
yang mengikuti mazhab Syafi'i atau mazhab Hanafi, terdapat juga Muslim yang
mengikuti aliran Syiah dan Ahmadiyyah.[
4] Singapura pernah menjadi salah satu pusat penyebaran Islam yang paling
penting di Asia Tenggara. Lokasi Singapura sebagai pintu masuk bagi
perdagangan internasional antara Eropa, Timur Tengah, Australia, dan Timur
Jauh membuat dakwah Islam semakin pesat. Penyebaran Islam di Singapura
berawal dari masa Kesultanan Melaka dan diteruskan hingga masa kolonialisme
sampai pada awal abad ke-20 Masehi.
[5] Islam di Singapura mengalami penurunan pengaruh sejak masa kolonial
hingga pemisahan Singapura dari Federasi Malaya pada tahun 1965. Umat
Islam di Singapura menjadi sebuah kaum minoritas dengan kelompok etnis
tionghoa sebagai kaum mayoritas.

C. ISLAM DI THAILAND

Penduduk muslim Thailand sebagian besar berdomisili di bagian selatan


Thailand, seperti di Propinsi Pha Nga, Songkhla, Narathiwat, dan sekitarnya
yang dalam sejarahnya adalah bagian dari Daulah Islamiyah Pattani.
Islam masuk ke Thailand sejak pertengahan abad ke-19. Proses masuknya Islam
di Thailand dimulai sejak kerajaan Siam mengakuisi kerajaan Pattani Raya (atau
lebih dikenal oleh penduduk muslim Thai sebagai Pattani Darussalam). Pattani
berasal dari kata Al-Fattani yang berarti kebijaksanaan atau cerdik karena di
tempat itulah banyak lahir ulama dan cendekiawan muslim terkenal.
Perkembangan Islam di Thailand semakin pesat saat beberapa pekerja muslim
dari Malaysia dan Indonesia masuk ke Thailand pada akhir abad ke-19. Saat itu
mereka membantu kerajaan Thailand membangun beberapa kanal dan sistem
perairan di Krung Theyp Mahanakhon (sekarang dikenal sebagai Propinsi
Bangkok).

Beberapa keluarga muslim bahkan mampu menggalang dana dan mendirikan


masjid sebagai sarana ibadah, sebuah masjid yang didirikan pada tahun 1949
oleh warga Indonesia dan komunitas muslim asli Thailand. Tanah wakaf masjid
ini adalah milik almarhum Haji Saleh, seorang warga Indonesia yang bekerja di
Bangkok.
Islam sudah ada di daerah yang sekarang menjadi bagian Thailand Selatan sejak
awal mula penyebaran Islam dari jazirah Arab. Hal ini bisa kita lihat dari fakta
sejarah, seperti lukisan kuno yang menggambarkan bangsa Arab di Ayuthaya,
sebuah daerah di Thailand. Dan juga keberhasilan bangsa Arab dalam
mendirikan Daulah Islamiyah Pattani menjadi bukti bahwa Islam sudah ada
lebih dulu sebelum Kerajaan Thai
D. ISLAM DI FILIPINA

Pada tahun 1380 Karim ul 'Makhdum, seorang mubaligh Islam pertama dari
Arab mencapai Kepulauan Sulu dan Jolo di Filipina dan menyebarkan agama
Islam di negara ini. Pada tahun 1390 di Putra Minangkabau Raja Baguinda dan
para pengikutnya mengajarkan Islam di pulau-pulau.[3] Syeikh Karimal
Makdum Masjid adalah masjid pertama yang didirikan di Filipina di Simunul,
Mindanao pada abad ke-14. Perkampungan seterusnya oleh mubaligh Arab
bepergian ke Malaysia dan Indonesia membantu menguatkan Islam di Filipina
dan penyelesaian masing-masing diperintahkan oleh seorang Datu, Raja dan
Sultan. Wilayah-wilayah Islam didirikan di Filipina termasuk Kesultanan
Maguindanao, Kesultanan Sulu dan bagian lain dari Filipina Selatan.

Moro (serupa dengan 'Moor') adalah sebutan warisan dari Spanyol, untuk
Filipina Muslim dan kelompok-kepompok suku. Orang Moro berusaha untuk
mendirikan sebuah wilayah Islam di wilayah Mindanao dan Visayas. Istilah
Bangsaamoro adalah kombinasi dari Bahasa Melayu Kuno – Bahasa Spanyol.
Kata Moro diwarisi dari al-Andalus di Spanyol. Sejumlah peristiwa yang cukup
signifikan seperti pemberontakan Moro terjadi selama Perang Filipina-Amerika
tahun 1899. Persengketaan dan pemberontakan terus berlangsung di Filipina
mulai dari zaman pra-kolonial sampai sekarang.

Islam telah melihat pertumbuhan yang signifikan di Filipina sejak akhir Perang
Dunia II. Komunitas-komunitas Filipina Muslim telah membangun masjid baru
dan sekolah-sekolah agama pada abad ke-21, dan ziarah haji meningkat.

Muslim Mindanao
Daerah Otonomi di Mindanao Muslim (ARMM) adalah wilayah dari Filipina
yang terdiri dari seluruh provinsi mayoritas Muslim Filipina, yaitu: Basilan
(kecuali Isabela City), Lanao del Sur, Maguindanao, Sulu dan Tawi-Tawi, dan
Kota Islam Marawi. Ini adalah satu-satunya daerah yang memiliki kerajaan
sendiri. Ibu kota daerah di Cotabato City, walaupun kota ini berada di luar
wilayah kekuasaan.
E. Islam di Brunei Darussalam
Brunei Darussalam merupakan sebuah kerajaan kaya yang terletak di bagian
utara Kalimantan . Brunei diapit oleh dua wilayah Malaysia , Sabah dan
Serawak dan diperintah oleh seorang keturunan Sultan , sekarang Sultan
Hasanal Bolkiah . Negara Brunei Darussalam menyatakan kemerdekaannya dari
protektorat Inggris pada 1 Januari 1984 . 1. Masuknya Islam di Brunei
Darussalam Sekalipun Brunei Darussalam telah menerima Islam sebagai agama
resmi sejak merintahan sultan Muhammad Syah diperkirakan sejak 1368 ,
kemudian dilanjutkan oleh Sultan Ahmad dan diteruskan oleh menantunya
Sultan Sharif Ali ( wafat 1432 Islam diperkirakan telah tersebar Brunei jauh
sebelum itu , karena Brunei merupakan daerah transit persinggahan pedangang -
pedagang Islam yang mengembangkan Islam ke wilayah ini . Raja Brunei yang
pertama adalah Awang Betatar yang tertarik menerima Islam dan mengganti
namanya menjadi Sultan Muhammad Syah . Kemudian seluruh keluarga istana
masuk Islam , termasuk putra Sultan Muhammad Syah yang kelak
menggantikannya menjadi sultan kedua , yaitu Sultan Ahmad . Pada tahun 1511
M , kerajaan Melayu Malaka ke tangan Portugis . Maka atas kekosongan ini
Brunei mengambil alih menjadi pusat penyebaran dan perdagangan di
kepulauan Melayu Di Zaman pemerintahan Sultan Bolkiah ( 1473-1521 M ) ,
Brunei berkembang menjadi suatu kerajaan yang kuat dan maju . Sultan Bolkiah
gemar mengadakan ekspedisi pelayaran hingga diberi gelar Nahkoda Ragam .
Pada tahun 1564 M , Gubernur Spanyol Francesco de Sande memperingatkan
pemerintah Brunei agar tidak melakukan aktifitas dakwah Islam ke dalam
daerah kekuasaannya di kepulauan Sulu - Mindanau dan Filipina yang berada di
bawah kekuasaannya . Menurut riwayat China , pada 977 , raja Puni ( sebutan
Brunei menurut lidah Chinese ) telah menghantar utusannya ke China diketual
oleh Pu Ya - li , qadhi Kasim dan Sheikh Noh Ini membuktikan bahwa agama
Islam sudah dipeluk oleh orang berpengaruh di Brunei Dalam sejarah China ,
dicatatkan bahwa pada 1370 Brunei atau Puni pada masa itu rajanya bernama
Mo - ho - mo - sya ( Sultan Muhammad Shah ) telah menghantar utusan ke
China dengan membawa sepucuk surat menggunakan tulisan Hui - ku , tulisan
orang Islam keturunan Turki yang mendiami daerah Uighur . Berdasarkan data
tersebut , dipercayai agama Islam telah masuk Brunei jauh sebelum tahun 1358 ,
tetapi baru menjadi agama resmi bagi seluruh negara pada masa Sultan
Muhammad Syah . Brunei merdeka sebagai negara Islam di bawah pimpinan
Sultan ke - 29 , yaitu Sultan Hasanal Bolkiah Muizaddin Waddaulah Panggilan
resmi kenegaraan Sultan adalah Kebawah Duli Yang Maha Mulia Paduka seri
Baginda Sultan dan Yang Dipertuan Negara Gelar Muaziddin Waddaulah
( Penata Agama dan Negara ) merupakan cin sbutan yang selalu melekat pada
setiap raja yang memerintah Brunei 2 Kebudayaan Islam di Brunei Darussalam
Kebudayaan Brunei darussalam kebanyakan berasal dan kepulauan Melayu
yang dikenal dengan tamadun Melayu . Berdasarkan dan fakta sejarah ,
berbagai elemen elemen kebudayaan dan tamadun asing mempengaruhi
kebudayaan di Brunei Pengaruh kebudayaan di Brunei tidak hanya dipengaruhi
oleh agama , tetapi juga dipengaruhi oleh agama Hindu animesme dan pengaruh
barat , tetapi pengaruh Islamlah yang paling kuat sehingga Islam menjadi
ideologi dan falsafah negara. Bukti warisan kebudayaan di Brunei Darussalam
di antaranya adalah berdirinya pusat kesenian dan kerajinan pada tahun 1975
Jenis kesenian dan kerajinan yang ada di Brunei yaitu kerajinan perak dan
gangsa , tenun kain , anyaman tikar , pusaka , ukiran kayu , permainan
tradisional , dan musik tradisional . Kebudayaan sembahyang berjamaah
bersama keluarga selalu diterapkan di masyarakat Brunei terutama yang
beragama Islam .

F. Islam di Malaysia
Malaysia merupakan sebuah kerajaan federasi di Asia Tenggara yang terdiri
dari sebelas negara - negara bagian , yaitu Kedah , Perlis Pulau Penang ,
Kelantan , Terengganu , Pahang , Perak , Selangor , Malaka , Johor ( seluruhnya
terletak di Semenanjung Malaka ) , Sabah serta Serawak (di Kalimantan utara),
dengan dua wilayah persekutuan Kuala Lumpur (sekarang Putrajaya) dan
Labuan. Agama resmi negara ini adalah Islam, tetapi agama lain seperti
Buddhisme, Konghucu, dan Kristen boleh diamalkan. Bahasa resminya adalah
bahasa Malaysia dan bahasa Inggris , yang digunakan sebagai bahasa kedua
dalam acara kenegaraan , mata uang Kerajaan Malaysia adalah Ringgit
Malaysia RM ) . Masuknya Islam ke Malaysia Menurut laporan perjalanan
Marco Polo, Islam muncul di tanah Melayu ketika Paramesywara memeluk
agama Islam pada 1414 M dan ketika Perlak menjadi daerah pertama yang
menganut agama Islam. Menurut hikayat Raja-raja Pasai, daerah yang mula-
mula menganut agama Islam adalah Pasai. Adapun Sejarah Melayu
menyebutkan bahwa daerah Pangsir, Lamri, Aru, dan perlak adalah daerah yang
mula-mula diislamkan oleh Nakhoda Ismail dan Sultan Muhammad atau Faqir
Muhammad. 2 Kebudayaan Islam di Malaysia Kebudayaan di Malaysia
merupakan kebudayaan yang multikultural serta multi ras yang terdiri dari
kebudayaan asli Malaysia , kebudayaan Cina , kebudayaan India , serta
kebudayaan dari negara - negara lain yang dibawa oleh penduduk yang saat ini
menetap di Malaysia . Saat ini etnis yang menetap di Malaysia terdiri dari 32%
etnis China, 9% etnis India, dan 59% etnis Malaysia dan sisanya merupakan
campuran dari penduduk negara-negara yang ada di dunia ini. Bahasa yang
berlaku di Malaysia adalah bahasa Melayu, bahasa Inggris, bahasa China,
bahasa Tamil, serta beberapa bahasa khas masing-masing suku di Malaysia.
Namun demikian, walaupun bahasa Melayu merupakan bahasa resmi negara,
namun penggunaan bahasa Inggris lebih sering digunakan untuk kegiatan -
kegiatan bisnis dan hampir semua mata pelajaran di Malaysia menggunakan
bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Untuk agama , Muslim merupakan
agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat Malaysia yang kemudian disusul
dengan agama Budha , Hindu , Kristen dan Tao Masyarakat Malaysia gemar
membuat tenun dan ukiran . Adat Timur di Malaysia dikenal dengan topeng
kayunya. Sedangkan arsitektur Malaysia yang merupakan bagian dari
kebudayaan Malaysia terdiri dari perpaduan budaya Islam dan China yang
sebenarnya dibawa oleh koloni Eropa ke Malaysia , sehingga terdapat
kemiripan bentuk dan model arsitektur dengan model dan bentuk arsitektur di
Thailand dan Indonesia . Kolonial Eropa lebih mengenalkan kaca , dan material
yang lain sehingga akhirnya mengubah konsep arsitektur Malaysia Kebudayaan
Malaysia dalam bentuk musik , di dominasi oleh pengaruh yang besar dari India
, China , Thailand , dan india , sehingga membuat musik - musik tradisional
Malaysia yang menyelimuti di wilayah Kelantan - Pattani memiliki banyak
kemiripan dengan negara-negara tersebut. Alat musik yang digunakan terdiri
dari gendang . seruling , terompet , dan rebana . Musik - musik tradisional
Malaysia masih sering diperdengarkan pada acara - acara ulang tahun , dan
sebagai backsound pada saat dongeng - dongeng adat digelar.

G. Islam Di Indonesia
Islam merupakan agama mayoritas yang jumlah pemeluknya diperkirakan lebih
dari setengah jumlah penduduk. Apalagi ditambah dengan ada banyaknya
peninggalan sejarah kebudayaan Islam yang ada di Nusantara. Hal inilah yang
kemudian mendorong banyak orang tertarik untuk akhirnya meneliti serta
belajar jauh lebih dalam mengenai sejarah kebudayaan Islam yang ada di
Indonesia.

Pembentukan dari tradisi agama Islam yang berasal dari kebudayaan berbagai
negara, akhirnya membuat Islam di Indonesia memiliki kebudayaan yang
asalnya dari akulturasi kebudayaan tertentu. Nah, bagaimana sejarah
kebudayaan Islam di Indonesia? Berikut penjelasannya lebih lanjut.
Peninggalan sejarah kebudayaan Islam di Indonesia, pada umumnya berasal dari
kerajaan-kerajaan Islam yang dahulu pernah ada dan jaya di Nusantara. Periode
kerajaan tersebut, berlangsung di antara tahun 840-an dengan berdirinya
kerajaan Islam yang pertama yaitu Kesultanan Perlak, hingga pada tahun 1903
dengan runtuhnya Kesultanan Aceh, dikarenakan pendudukan dari pemerintah
kolonial Hindia-Belanda.

Tentu saja, peradaban yang telah berlangsung selama lebih dari seribu tahun
tersebut, menghasilkan banyak peninggalan yang masih bisa dilihat, diamanti
maupun disaksikan saat ini.

Ada tiga kategori peninggalan sejarah kebudayaan Islam di Indonesia yaitu


masjid, keraton serta makam. Ketiga peninggalan tersebut, secara tidak
langsung menjadi salah satu bukti bahwa kerajaan Islam tersebut pernah ada di
masa lampau.

Hal ini yang membuat masyarakat Indonesia saat ini menjadi tahun bahwa
seribu tahun yang lalu, ada kerajaan Islam di Nusantara. Berikut penjelasan dari
peninggalan sejarah kebudayaan Islam di Nusantara.

1. Masjid
Pada masa tersebut, masjid tidak hanya digunakan sebagai tempat ibadah umat
Islam saja, tetapi juga digunakan untuk menyebarkan ajaran agama Islam. Jika
diperhatikan, masjid tersebut memiliki karakteristik yang cukup unik, yaitu
memiliki serambi, menara, kolam dengan atap bertingkat serta memiliki bentuk
seperti bujur sangkar dan berada di kota dan menghadap ke alun-alun.Salah satu
contoh dari masjid yang hingga saat ini masih bisa dikunjungi adalah Masjid
Agung Demak. Masjid tersebut merupakan peninggalan dari Kesultanan Demak
dan menjadi masjid paling tua di Pulau Jawa. Masjid tersebut dibandung oleh
Raden Patah pada tahun 1477.
2. Keraton
Keraton merupakan simbol dan pusat kekuasaan. Keraton memiliki karakteristik
berupa bangunan yang dikelilingi pagar, sungai dan parit. Salah satu contohnya
adalah Keraton Kasepuhan yang berada di Cirebon.

3. Makam
Jirat atau kijing atau makam atau batu nisan adalah karakteristik dari kerajaan
Islam saat itu. Oleh sebab itulah, makam menjadi salah satu peninggalan sejarah
kebudayaan Islam oleh kerajaan Islam di Nusantara. Salah satu contoh makam
adalah makam Maulana Malik Ibrahim di Desa Gapura, Gresik.

H. Hikmah Mempelajari Kebudayaan Islam di Asia


1. Umat islam merasa bangga dan mencintai kebudayaan islam  yang berupakan
buah dari karya umat islam masa lalu.
2. Umat islam mampu berpartisipasi memelihara peninggalan-peninggalan
sejarah umat terdahulu, dengan cara mempelajari dan mengambil manfaat dari
peninggalan-peninggalan sejarah-sejarah umat terdahulu, baik dari segi
peninggalan benda-benda maupun berupa ilmu pengetahuan.
3. Meneladani perilaku dan hasil karya dari umat-umat terdahulu.
4. Mengambil pelajaran dari berbagai keberhasilan dan kegagalan pada masa
lalu.
5. Memupuk semangat dan motivasi untuk meningkatkan prestasi yang telah
diraih umat terdahulu serta mengembangkanya di kehidupan sekarang dan masa
depan.

Kesimpulan
Islam masuk dan berkembangan di Asia Tenggara mempunyai prosesdengan
berbagai macam saluran dalam penyebarannya, seperti melalui
saluranperdagangan, saluran perkawinan, saluran tasawuf, saluran pendidikan,
salurankesenian dan saluran politik, akan tetapi lslam adalah agama yang
diilhamidalam Alqurani sehingga mudah diterimah oleh masyarakat
setempat.Keseluruhan perjalanan sejarah umat Islam di Asia Tenggara
telahmenyebabkan terjadinya pergumulan sekaligus artikulasi dan asimilasi
denganbudaya lokal, sehingga membuahkan budaya baru yang dinamis
dan unik,sebuag peradaban Asia Tenggara. Dengan diterimanya lslam
secara damaimaka, seiring pula dengan perkembangan peradaban lslam di
berbagaiaspeknya. Karenanya, Asia Tenggara merupakan medan pergumulan,
sekaligusakulturasi dan asimilasi budaya local, maupun antar sesame
budaya local.Oleh karena itu di Asia Tenggaralah hidup dan berkembang
berbagai sistemkeagamaan.Di samping itu telah didirikan berbagai lembaga-
lembaga atauorganisasi- organisasi lslam diberbagai negara di Asia
Tenggara yangmerupakan pembahasan dalam makalah ini menujukkan
bahwa kebangkitanlslam di Asia Tenggara telah mengalami perkembangan
yang merupakanperiode kejayaan lslam dimana kaum muslim mendominasi
bidangperdagangan dan mengontrol pelayaran, mempunyai kekuasaan dan
pengaruhpolitik yang besar, datang dengan semangat misi keagamaan. Mereka
adalahorang-orang yang berbudaya, terpelajar dan lain-lainnya. Karenanya,
AsiaTenggara merupakan medan pergumulan, sekaligus akulturasi dan
asimilasibudaya local, maupun antar sesame budaya local. Oleh karena
itu, di AsiaTenggaralah hidup dan berkembang berbagai sistem keagamaan.

Penutup
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca.Penulis menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu penulisbutuh saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Dan
apabila terdapatkesalahan mohon dapat memaafkan dan memakluminya

Anda mungkin juga menyukai