http://www.qincay.com/sejarah-kerinci/
http://www.qincay.com/sejarah-kerinci/
Sejarah dan Asal mula terbentuknya Kerinci, Kabupaten Kerinci adalah salah satu kabupaten
di Provinsi Jambi, Indonesia. Kerinci ditetapkan sebagai Kabupaten sejak awal berdirinya
Provinsi Jambi dengan pusat pemerintahan di Sungai Penuh. Pada tahun 2011, pusat
pemerintahan berpindah ke Siulak.[3] Kabupaten Kerinci memiliki luas 3.355,27 km² terdiri
atas 12 kecamatan
Sejarah Berdasarkan Catatan China menyebut ada sebuah negeri yang bernama Koying
yang berdiri di Abad 2 SM terletak disebuah dataran tinggi dan memiliki Gunung api.
Beberapa Ahli berpendapat bahwa Koying identik dengan dataran tinggi Kerinci.[4] Abad 14
M, Kerajaan Dharmasraya mulai menetapkan undang-undang kepada para Kepala suku atau
luhah disetiap dusun di Selunjur bhumi Kurinci, Kepala suku tersebut disebut sebagai Depati
sebagaimana yang tercantum dalam kitab Undang-undang Tanjung Tanah. Menurut Uli
Kozok, negeri Kurinci atau Kerinci tidak sepenuhnya dibawah kendali Dharmasraya, para
Depati tetap memiliki hak Penuh atas kekuasaannya, penetapan Undang-undang
disebabkan Kerajaan Dharmasraya ingin menguasai perdagangan emas yang saat itu
melimpah ruah di Bumi Kerinci.[5] Abad 15 M, Kerajaan Jambi mulai memegang kendali
atas Para Depati di Bumi Kerinci, Kerajaan Jambi yang berada di Tanah Pilih, Kota Jambi
sekarang. Menunjuk Pangeran Temenggung Kebul di Bukit sebagai wakil Kerajaan Jambi di
wilayah hulu berkedudukan di Muaro Masumai, untuk mengontrol dan mengendalikan para
Depati di Kerinci Rendah dan Kerinci Tinggi. Para depati yang dulunya terpisah-pisah dalam
sebuah kampung atau kelompok kecil disatukan dalam pemerintahan yang dibuat oleh
Kerajaan Jambi, Pemerintahan ini disebut dengan Pemerintahan Depati Empat,berpusat di
Sandaran Agung. Abad 16 M, Terjadinya perjanjian di Bukit Sitinjau Laut antara Kesultanan
Jambi yang diwakili oleh Pangeran Temenggung,Kesultanan Inderapura diwakili oleh Sultan
Muhammadsyah dikenal dengan sebutan Tuanku Berdarah Putih dan Alam Kerinci diwakili
oleh Depati Rencong Telang dan Depati Rajo Mudo. Isi Perjanjian tersebut intinya untuk
saling menjaga keamanan antar tiga wilayah sebab saat itu banyak para penyamun dan
perompak yang berada di jalur perdagangan antara Kerinci-Indrapura maupun Kerinci-
Jambi. Abad 17 M, terbentuk Pemerintahan Mendapo nan Selapan Helai Kain yang berpusat
di Hamparan Rawang, serta beberapa wilayah Otonomi tersendiri seperti Tigo Luhah Tanah
Sekudung di Siulak, Pegawai jenang Pegawai Raja di Sungai Penuh .Tahun 1901 M, Belanda
Mulai Masuk Ke Alam Kerinci melewati renah Manjuto di Lempur hingga terjadi peperangan
dengan beberapa Pasukan Belanda, Pasukan Belanda gagal memasuki Alam Kerinci. Tahun
1903 M, Belanda berhasil membujuk Sultan Rusli, Tuanku Regent sekaligus menjabat Sultan
Indrapura untuk membawa pasukan Belanda ke Alam Kerinci dengan tujuan agar tidak
terjadi perlawanan dari rakyat Kerinci. Ternyata yang terjadi sebaliknya, Perlawanan Rakyat
Kerinci begitu hebatnya hingga terjadi peperangan selama Tiga bulan di Pulau Tengah.
Peperangan Pulau Tengah dibawah komando Depati Parbo memakan korban perempuan
dan anak-anak yang begitu banyak setelah Belanda membakar habis Kampung tersebut.[6]
Tahun 1904 M, Kerinci takluk dibawah pemerintahan Belanda setelah kalah Perang dan
Depati Parbo di Buang Ke Ternate
Pemekaran
Kabupaten Kerinci terdiri dari 16 Kecamatan, yang terdiri dari : 1. Gunung Tujuh 2. Kayu Aro
3. Kayu Aro barat 4. Gunung Kerinci 5. Siulak 6. Siulak Mukai 7. Air Hangat 8. Air Hangat
Barat 9. Depati VII 10. Air Hangat Timur 11. Sitinjau Laut 12. Danau Kerinci 13. Keliling
Danau 14. Gunung Raya 15. Bukit Kerman 16. Batang Merangin
Hamparan Rawang
Kumun Debai
Pesisir Bukit
Sungai Penuh
Tanah Kampung
Geografi
Kerinci berada di ujung barat Provinsi Jambi dengan batas wilayah sebagai berikut:
Utara Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat
Selatan Kabupaten Muko-Muko, Provinsi Bengkulu
Barat Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat
Timur Kabupaten Bungo dan Kabupaten Merangin
Demografi
Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2010, populasi Kabupaten Kerinci berjumlah 229.495
jiwa.[8]. Masyarakat yang mendiami kawasan ini adalah Suku Kerinci. Dan bahasa
pengantar yang dipergunakan adalah Bahasa Kerinci.
Budaya
Masyarakat Kerinci menganut sistem adat matrilineal. Rumah suku Kerinci disebut "Larik",
yang terdiri dari beberapa deretan rumah petak yang bersambung-sambung dan dihuni oleh
beberapa keluarga yang masih satu keturunan.
Suku Kerinci memiliki banyak tarian tradisional seperti Tarian Asyeik Naik Mahligai, Mandi
Taman, Ngayun Luci tarian ini merupakan peninggalan dari tradisi Animisme. Setelah
masuknya Islam, Berkembang Tarian yang lebih Islami seperti tari Rangguk, Sike Rebana,
dan Iyo-iyo. Suku Kerinci juga memiliki sastra Lisan yang tertuang dalam bentuk Tale,
Barendih, Mantau, Nyaho, Kunun dan K'ba. Selain itu,Suku Kerinci memiliki seni bela diridan
permainan tradisional seperti Pencak Silat dan Ngadu Tanduk.
Bahasa
Bahasa Kerinci termasuk salah satu anak cabang Bahasa Austronesia, yang dekat dengan
Bahasa Minangkabau.[9] Ada lebih dari 130 dialek bahasa yang berbeda di tiap-tiap desa di
daerah Kerinci.
Taman Nasional Kerinci Seblat adalah taman nasional terbesar di Sumatera, Indonesia yang
memiliki luas wilayah sebesar 13,750 km² dan membentang ke empat provinsi yaitu
Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu dan Sumatera Selatan. Taman nasional ini terletak pada
koordinat antara 100°31'18"E - 102°44'01"E dan 1°07'13"S - 1°26'14"S.
Taman nasional ini terdiri dari Pegunungan Bukit Barisan yang memiliki wilayah dataran
tertinggi di Sumatera, Gunung Kerinci (3.805 m). Taman nasional ini juga terdiri dari mata
air-mata air panas, sungai-sungai beraliran deras, gua-gua, air terjun-air terjun dan danau
kaldera tertinggi di Asia Tenggara, Gunung Tujuh.
Taman nasional ini juga memiliki beragam flora dan fauna. Sekitar 4.000 spesies tumbuhan
tumbuh di wilayah taman nasional termasuk bunga terbesar di dunia Rafflesia arnoldi, dan
bunga tertinggi di dunia, Titan Arum. Fauna di wilayah taman nasional terdiri antara lain
Harimau Sumatera, Badak Sumatera, Gajah Sumatera, Macan Dahan, Tapir Melayu, Beruang
Madu, dan sekitar 370 spesies burung.
Diterimanya Warisan Hutan Hujan Tropis Sumatera ke daftar Situs Warisan Dunia oleh
UNESCO, membuat Taman Nasional Kerinci Seblat juga diterima sebagai Situs Warisan
Dunia UNESCO. Bersama dengan Taman Nasional Gunung Leuser dan Taman Nasional
Bukit Barisan Selatan
Gunung Kerinci (juga dieja "Kerintji", dan dikenal sebagai Gunung Gadang, Berapi Kurinci,
Kerinchi, Korinci, atau Puncak Indrapura) adalah gunung tertinggi di Sumatra, gunung berapi
tertinggi di Indonesia, dan puncak tertinggi di Indonesia di luar Papua. Gunung Kerinci
terletak di Provinsi Jambi yang berbatasan dengan provinsi Sumatera Barat, di Pegunungan
Bukit Barisan, dekat pantai barat, dan terletak sekitar 130 km sebelah selatan Padang.
Gunung ini dikelilingi hutan lebat Taman Nasional Kerinci Seblat dan merupakan habitat
harimau sumatra dan badak sumatra.
Puncak Gunung Kerinci berada pada ketinggian 3.805 mdpl, di sini pengunjung dapat
melihat di kejauhan membentang pemandangan indah Kota Jambi, Padang, dan Bengkulu.
Bahkan Samudera Hindia yang luas dapat terlihat dengan jelas. Gunung Kerinci memiliki
kawah seluas 400 x 120 meter dan berisi air yang berwarna hijau. Di sebelah timur terdapat
danau Bento, rawa berair jernih tertinggi di Sumatera. Di belakangnya terdapat gunung tujuh
dengan kawah yang sangat indah yang hampir tak tersentuh.
Gunung Kerinci merupakan gunung berapi bertipe stratovolcano yang masih aktif dan
terakhir kali meletus pada tahun 2009..
Gunung Kerinci berbentuk kerucut dengan lebar 13 km (8 mil) dan panjang 25 km (16 mil),
memanjang dari utara ke selatan. Pada puncaknya di sisi timur laut terdapat kawah
sedalam 600 meter (1.969 kaki) berisi air berwarna hijau. Hingga sekarang, kawah yang
berukuran 400 x 120 meter ini masih berstatus aktif.
Gunung Kerinci termasuk dalam bagian dari Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). TNKS
adalah sebuah wilayah konservasi yang memiliki luas 1.484.650 hektare dan terletak di
wilayah empat provinsi, yang mana sebagian besarnya berada di wilayah Jambi. TNKS
sendiri merupakan bagian dari Pegunungan Bukit Barisan yang memanjang dari utara ke
selatan di Pulau Sumatra.
Gunung Kerinci merupakan gunung tipe A aktif yang berada sekitar 130 kilometer arah
Selatan Kota Padang. Tipe Letusan : Tipe Hawaii Bentuk Gunung : Gunung Strato atau
Kerucut Tipe Erupsi : Erupsi Eksplosif Keaktifan Gunung : Tipe A
Tumbuhan dataran rendah didominasi oleh beberapa jenis mahoni, terdapat juga tumbuhan
raksasa Bunga Raflesia Rafflesia Arnoldi dan Suweg Raksasa Amorphophallus Titanum.
Pohon cemara juga tumbuh di Gunung Kerinci. Dengan Taman Nasional Leuser, taman ini
terhalang oleh Danau Toba dan Ngarai Sihanok. Sehingga beberapa binatang yang tidak
terdapat di Taman Leuser ada di sini, seperti tapir (Tapirus indicus) dan kuskus (Tarsius
bancanus).
Banyak terdapat binatang khas Sumatera seperti gajah, badak sumatera, harimau, beruang
madu, macan tutul, kecuali orang utan. Berbagai primata seperti siamang, gibbon, monyet
ekor panjang, dan Presbytis melapophos. Terdapat juga 140 jenis burung.
Gunung ini dapat ditempuh melalui darat dari Jambi menuju Sungaipenuh melalui Bangko.
Dapat juga ditempuh dari Padang, Lubuk Linggau, dan Bengkulu. Dengan pesawat terbang
dapat mendarat di Padang atau Jambi.
Keindahan panorama yang natural dengan kekayaan flora dan fauna dapat ditemui mulai
dari dataran rendah hingga puncak Gunung Kerinci, tidak hanya untuk dinikmati tetapi
sangat baik untuk melakukan penelitian dan pendidikan. Pendakian ke puncak Gunung
Kerinci memakan waktu dua hari mulai dari Pos Kersik Tuo.
Desa Kersik Tuo, Kecamatan Kayu Aro berada pada ketinggian 1.400 mdpl dengan
penduduk yang terdiri dari para pekerja perkebunan keturunan Jawa, sehingga bahasa
setempat adalah bahasa Jawa. Dari Kersik Tuo kita menuju ke Pos penjagaan TNKS atau
R10 pada ketinggian 1.611 mdpi dengan berjalan kaki sekitar 45 menit melintasi
perkebunan teh.
Pondok R 10 adalah pondok jaga balai TNKS untuk mengawasi setiap pengunjung yang
akan mendaki Gunung Kerinci. Dari R10 kita menuju ke Pintu Rimba dengan ketinggian
1.800 mdpl, Jaraknya sekitar 2 km dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam perjalanan.
Medannya berupa perkebunan/ladang penduduk, kondisi jalan baik (aspal) sampai ke batas
hutan.
Pintu Rimba merupakan gerbang awal pendakian berada dalam batas hutan antara ladang
dan hutan heterogen sebagai pintu masuk. Pintu Rimba berada pada ketinggian 1.800 mdpl.
Di sini ada lokasi shelter dan juga lokasi air kurang lebih 200 meter sebelah kiri. Jarak
tempuh ke Bangku Panjang 2 km atau 30 menit perjalanan, lintasannya agak landai
memasuki kawasan hutan heterogen.
Pos Bangku Panjang dengan ketinggian 1.909 mdpl, terdapat dua buah shelter yang dapat
digunakan untuk beristirahat. Menuju Batu Lumut medan masih landai jarak 2 km dengan
waktu tempuh sekitar 45 menit melintasi kawasan hutan. Pendaki dapat beristirahat di Pos
Batu Lumut yang berada di ketinggian 2.000 mdpl, namun di sini tidak ada shelter-nya.
Terdapat sungai yang kadang kala kering di musim kemarau.
Untuk menuju Pos 1 yang berjarak sekitar 2 km dari Batu Lumut kita membutuhkan waktu
sekitar 1,5 jam. Jalur memasuki kawasan hutan yang lebat dan terjal dengan kemiringan 45
hingga 60 derajat.
Pos 1 ini berada di ketinggian 2.225 mdpl dan terdapat sebuah pondok yang dapat
digunakan untuk beristirahat. Untuk menuju Pos 2 jarak yang harus ditempuh sekitar 3 km
dengan waktu tempuh 2 jam. Di lintasan ini kadang kala dijumpai medan yang terjal dengan
kemiringan hingga 45 derajat tetapi masih bertemu dengan medan yang landai.
Terdapat sebuah Pondok yang sudah tua di Pos 2 yang berada di ketinggian 2.510 mdpl, di
sini pendaki dapat beristirahat. Untuk menuju Pos 3 jarak yang harus ditempuh adalah 2 km
dengan waktu tempuh sekitar 3 jam. Di lintasan ini dapat kita jumpai tumbuhan paku-
pakuan dengan kondisi hutan yang agak terbuka.
Terdapat Pondok yang sudah rusak tinggal kerangkanya di Pos 3 yang berada di ketinggian
3.073 mdpl. Di tempat ini pendaki dapat beristirahat dan masih nyaman untuk mendirikan
tenda karena masih terlindung oleh pepohonan. Waktu tempuh untuk menuju puncak dari
pos ini sekitar 4 jam.
Untuk menuju ke Pos 4 jarak yang harus ditempuh sekitar 1,5 km, memerlukan waktu sekitar
1,5 jam. Kondisi jalur berupa bekas aliran air sehingga akan berubah menjadi selokan bila
turun hujan. Pos 4 berada pada ketinggian 3.351 mdpl, tempat ini cukup lapang dan bisa
untuk mendirikan beberapa tenda, namun cuaca di sini sering kali tidak bersahabat.
Lintasan selanjutnya untuk menuju puncak berupa pasir dan batuan cadas. Jarak tempuh
menuju puncak 2 km dengan waktu tempuh sekitar 3 jam. Di lintasan ini pendaki perlu
ekstra hati-hati.
Suku Kerinci sebagaimana juga halnya dengan suku-suku lain di Sumatera adalah penutur
bahasa Austronesia.
Berdasarkan bahasa dan adat-istiadat suku Kerinci termasuk dalam kategori Proto Melayu,
dan paling dekat dengan Minangkabau Deutro Melayu dan Jambi Deutro Melayu. Sebagian
besar suku Kerinci menggunakan bahasa Kerinci, yang memiliki beragam dialek, yang bisa
berbeda cukup jauh antar satu dusun dengan dusun lainnya di dalam wilayah Kabupaten
Kerinci dan Kota Madya Sungai Penuh - setelah pemekaran wilayah tahun 2008. Untuk
berbicara dengan pendatang biasanya digunakan bahasa Minangkabau atau bahasa
Indonesia (yang masih dikenal dengan sebutan Melayu Tinggi).
Suku Kerinci memiliki aksara yang disebut aksara incung yang merupakan salah satu variasi
surat ulu.
Sebagian penulis seperti Van Vollenhoven memasukkan Kerinci ke dalam wilayah adat
(adatrechtskring) Sumatera Selatan, sedangkan yang lainnya menganggap Kerinci sebagai
wilayah rantau Minangkabau.
Sebagaimana diketahui dari Naskah Tanjung Tanah, naskah Melayu tertua yang ditemukan
di Kerinci, yang dikirimkan oleh raja Malayu di Dharmasraya pada abad ke-14 kepada depati
di Kerinci dan telah disetujui oleh maharajadiraja Adityawarman yang berada di Suruaso
dekat Pagaruyung di Tanah Datar.
Pemerintahan
Satu kelompok masyarakat di dalam satu kesatuan dusun dipimpin oleh kepala dusun, yang
juga berfungsi sebagai Kepala Adat atau Tetua Adat. Adat istiadat masyarakat dusun dibina
oleh para pemimpin disebut dengan Sko yang Tigo Takah, terdiri dari Sko Depati, Sko
Pemangku dan Sko Permenti Ninik Mamak. Depati merupakan jabatan tertinggi dibawahnya
adalah Pemangku yang merupakan Tangan kanan dari Depati, Dibawah Pemangku ada
Permenti Ninik Mamak (Rio, Datuk, Ngebi) merupakan gelar adat yang mempunyai kekuatan
dalam segala masalah kehidupan masyarakat adat.Wilayah Depati Ninik Mamak disebut
‘ajun arah’. Struktur pemerintahan Kedepatian di Alam Kerinci disebut dengan Pemerintahan
Depati Empat Diatas dan Tiga dibaruh, Pemangku Lima, Delapan Helai Kain
Depati Tiga dibaruh memerintah di Alam Kerinci Rendah, wilayah Kabupaten Merangin
Sekarang yang, terdiri dari :
Depati Empat diatas memerintah di Alam Kerinci Tinggi, Wilayah Kabupaten Kerinci bagian
Hilir Sekarang, yang terdiri dari :
Kemudian di Wilayah Kerinci Bagian Tengah berdiri Mendapo nan Selapan Helai Kain yang
terdiri dari :
4. Depati Mudo Udo Nenggalo Terawang Lidah beserta Kembar Rekannya di wilayah
Rawang (Mendapo Tap)
8. Depati Punjung Sepenuh Bumi ( Depati Singa Lago) beserta kembar rekannya diwilayah
Rawang ( Mendapo Balun)
ditambah dengan Sungai Penuh sebagai Pegawai Jenang, Pegawai Rajo, Pegawai Syara'
Suluh Bindang Alam Kerinci di bawah Pemerintahan Depati Nan Batujuh Permenti Nan
Sepuluh Pemangku duo Ngebi Teh Setio Bawo, yang merupakan Turunan dari Siak Lengih
salah satu penyebar Islam di Kerinci, Siak Lengih diceritakan masih merupakan Kerabat
dekat dari Tuan Kadhi dari Padang Genting.
2. Rio Jayo
3. Rio Mendiho
4. Rio Sengaro
5. Rio Temenggung
6. Rio Pati
7. Rio Mandaro
1. Pemangku Rajo
Disebut Anjung lain Tepian Dewek, Adat Lain Pusako Mencin, di bawah pemerintahan Depati
Bertiga, Bungkan Perbakalo yang Empat, Ninik Mamak Permenti Nan Salapan
1. Depati Intan Kumbalo Bumi Kum Segalo Bumi Rajo di Siulak Mukai
2. Depati Mangkubumi Kulit Putih Suko Berajo di Siulak Panjang
1. Demang Sakti
1. Rajo Liko
2. Rajo Indah
3. Rajo Penghulu
8. Sulah Putih
1. Depati Kerinci
2. Depati Anggo
3. Depati Sangkar
5. Depati Gung
6. Depati Talago
1. Depati Pulang
2. Depati Naur
3. Depati Serampas
4. Depati Ketau
5. Depati Payung
6. Depati Karamo
Kekuatan Depati menurut adat dikisahkan memenggal putus, memakan habis, membunuh
mati. Depati mempunyai hak yang tertinggi untuk memutuskan suatu perkara. Dalam dusun
ada 4 pilar yang disebut golongan 4 jenis, yaitu golongan adat, ulama, cendekiawan dan
pemuda. Keempat pilar ini merupakan pemimpin formal sebelum belanda masuk Kerinci
1903. Sesudah tahun 1903, golongan 4 jenis berubah menjadi informal leader.
Pemerintahan dusun(pemerintahan Depati) tidak bersifat otokrasi. Segala maslah dusun,
anak kemenakan selalu diselesaikan dengan musyawarah mufakat.
Hubungan Kekerabatan
Masyarakat Kerinci menarik garis keturunan secara matrilineal, artinya seorang yang
dilahirkan menurut garis ibu menurut suku ibu. Suami harus tunduk dan taat pada tenganai
rumah, yaitu saudara laki-laki dari istrinya. Dalam masyarakat Kerinci perkawinan
dilaksanakan menurut adat istiadat yang disesuaikan dengan ajaran agama Islam.
Hubungan Kemasyarakatan
Struktur kesatuan masyarakat Kerinci dari besar sampai yang kecil, yaitu kemendapoan,
dusun, kalbu, perut, pintu dan sikat. Dalam musyawarah adat mempunyai tingkatan
musyawarah adat, pertimbangan dan hukum adat, berjenjang naik, bertangga turun,
menurut sko yang tiga takah, yaitu sko Tengganai, sko Ninik Mamak dan sko Depati.
Perbedaan kelas dalam masyarakat Kerinci tidak begitu menyolok. Stratifikasi sosial
masyarakat Kerinci hanya berlaku dalam kesatuan dusun atau antara dusun pecahan dusun
induk. Kesatuan ulayat negeri atau dusun disebut parit bersudut empat. Segala masalah
yang terjadi baik masalah warisan, kriminal, tanah dan sebagainya selalu disesuaikan
menurut hukum adat yang berlaku.
Sejak zaman prasejarah Kerinci telah terbuka dan mempunyai hubungan dengan daerah
luar, dibuktikan dengan penemuan bejana perungu yang berbentuk seperti periuk langseng
dan gepeng. Bentuk dan ukiran bejana tersebut sama dengan yang diketemukan di pulau
Madura. Ukiran kedua bejana tersebut sangat indah, hiasan ukiran berupa gambar-gambar
geometris dan berpilin mirip huruf “J”.
Persumpahan di Bukit Setinjau Laut Lunang antara Kerinci, Jambi dan Indrapura
(Minangkabau) merupakan jalinan persahabatan yang akrab antara tiga kerajaan tersebut.
Persumpahan itu membicarakan masalah saling bantu membantu antara satu daerah
dengan daerah lain, baik sosial ekonomi maupun bidang pertahanan.
Pesisir Andalas diduduki Belanda pada tahun 1666 M, kemudian pada tanggal 19 Agustus
1781 Pesisir Barat Sumatra diduduki oleh Inggris, kemudian pada 1819 Inggris
mengebalikan lagi kepada Belanda. Pada waktu itu penduduk Kerinci telah banyak yang
berdagang ke luar daerah seperti Muko-muko, Tapan, Indrapura, Bangko dan Jambi dengan
membawa hasil pertanian seperti Kopi, beras dan lain-lain. Banyak pula yang merantau ke
Tanah Seberang atau Semenanjaung Malaya dan seterusnya mereka menunaikan ibadah
haji dari Malaya.
Perang hebat terjadi di tiga tempat tersebut. Setelah koto Limau Sering dikuasai, pasukan
Belanda turun memasuki ke lembah Kerinci. Dalam perang di Pulau Tengah yang di pimpin
oleh seorang ulama terkenal masa itu yakni Haji Ismail dan wakilnya Haji Husin, telah
bergabung pula para hulubalang dari dusun-dusun lainnya di Kerinci. Itulah sebabnya dalam
sejarah perang Kerinci, pertempuran didusun ini merupakan pertempuran yang tersengit dan
terlama (lebih kurang 3 bulan). Pulau Tengah diserang oleh Belanda sejak tanggal 27 Maret
1902 dari 3 jurusan, yaitu:
Serangan terakhir untuk Pulau Tengah dilakukan Belanda pada tanggal 9-10 Agustus 1903
dengan membakar Dusun Baru, perlawanan rakyat dapat mereka selesaikan. Setelah Pulau
Tengah jatuh ketangan belanda tanggal 10 Agustus 1903, yang mana pada hakekatnya
perang Kerinci telah selesai, namun perlawanan kecil masih terjadi di sana-sini. Terakhir
pasukan Belanda menjatuhkan serangan ke Lolo, markas panglima Perang Kerinci Depati
Parbo. Pertempuran selama 5 hari di sini, dan akhirnya Belanda dapat membujuk Depati
Parbo mengadakan perundingan damai. Dalam perundingan inilah Depati Parbo di tangkap
dan di buang ke Ternate, Setelah Kerinci aman pada tahun 1927,atas permohonan kepala-
kepala Mendapo di Kerinci kepada Pemerintah Belanda, Depati Parbo dibebaskan dan
kembali ke Kerinci.
Setelah perang Kerinci selesai, terbentuklah system pemerintahan Kolonial Belanda. Tahun
1916 Onder Afdelling Kerinci dibagi 3 Onder Distrik yaitu:
1. Onder Distrik Kerinci Hulu dengan ibu kota berkedudukan di Semurup.
2. Onder Distrik Kerinci Tengah dengan ibu kota berkedudukan di Sungai Penuh.
3. Ondre Distrik Kerinci Hilir berkedudukan di Sanggaran Agung.
Pada tahun1922 Kerinci menjadi Afdelling Kerinci Painan dalam Kepresidenan Sumatra
Barat, Belanda menyadari bahwa kekuasaan tokoh-tokoh adat di dusun-dusun dibutuhkan.
Tokoh adat ini digunakan oleh Belanda untuk memperkuat penjajahan di Kerinci. Belanda
membentuk pemerintahan kemendapoan. Kemendapoan langsung di bawah Onder Distrik
yang tiga tadi. Dibawah Kemendapoan terdapat pemerintahan dusun-dusun atau Kepala
Dusun dan dibawahnya ada Ninik Mamak. Pemerintahan Kemendapoan tetap berjalan
sampai dikeluarkannya UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, dengan
keluarnya UU ini berakhirlah pemerintahan Kemendapoan di Kerinci.
Di Kerinci sejak penjajahan Belanda dan Jepang, ada dua organisasi besar yang banyak
pengikutnya, yaitu:
H. Kedatangan Jepang
Pada awal bulan Maret 1942 Jepang menyerbu ke Indonesia. Setelah Jepang memasuki
daerah Sumatra Barat, maka pemuda A. Thalib pulang ke daerah kelahirannya yaitu Kerinci
sewaktu Jepang membentuk “Pemuda Nippon Raya” yang berada dibawah pimpinan Khatib
Sulaiman untuk daerah Sumatra barat, maka A.Thalib juga berusaha untuk membentuk
”Pemuda Nippon raya” untuk daerah Kerinci.
Penjelasan dan berita bahwa Indonesia akan merdeka didapat dari pasukan Jepang yang
pulang ke Kerinci. Mendengar hal itu pada pertengahan tahun 1945 golongan ulama, adat,
cerdik pandai di Kerinci mulai giat melaksanakan persiapan mencari siasat untuk merebut
kekuasaan dari tangan Jepang.
Pada tanggal 21 Agustus 1945 bala tentara Jepang Batalion Akiama Syose yang pada
mulanya berkedudukan di Bukit Putus Tapan secara mendadak pindah ke Kerinci ( Sungai
Penuh) dan sebagian pasukan ini di tetapkan di daerah Kayu Aro. Pada tanggal 23 Agustus
1945 A. Thalib menemui Akiyama Syose, kKomandan Pasukan Jepang itu, untuk berunding
mengenai penyerahan persenjataan Jepang pada pemerintan RI. Tetapi amat di saying kan
perundingan itu tidak berhasil dan permintaan A. Thalib di tolak oleh Nakano Tyui.
September 1945 terjadi duel senjata antara pejuang dengan tentara Jepang, pertempuran
ini terjadi selama dua jam 30 menit dari pukul 14.30 sampai 16.00 WSU yang
mengakiabatkan 2 orang gugur dan 2 orang luka parah. Lusanya pada bulan September
1945 tersebut, dilakukanlah penyerbuan ke markas Jepang di Komandoi oleh A. Thalib tepat
pada jam 22.00 malam. Mayat-mayat tentara Jepang yang tewas ± 20 orang , kemudian
mayat-mayat tersebut di kremasi (di bakar) di daerah Sako Duo (Kyu Aro) di daerah Muara
Labu. Pada kwartal pertama tahun 1946 keluar surat keputusan presiden Sumatra Barat
tentang pengangkatan H. Adnan Thalib menjadi Demang Kerinci oleh karena itu untuk
mengisi jabatan ketua komite Nasional Indonesia (KNI) di daerah kerinci yang lowong telah
di pilih H. A. Rahman Dayah sebagai ketua KNI di daerah Kerinci.
Pada tanggal 1 Juni 1946 Komandan Batalion III Kerinci Mayor A. Thalib di promosikan
menjadi Komandan Resimen II divisi IX di Sawah Lunto dengan pangkat Letnan Kolonel.
Pada tanggal 28 Agustus 1946 Resimen II dijabat oleh Letnan Kolonel A. Thalib
menggantikan Letnan Kolonel Dahlan Ibrahim.
Diakhir tahun 1946, Kpolisian Kerinci berubah menjadi Polisi Kabupaten Kerinci – Painan
dengan pimpinannya Komisaris Klas II M. Nazir sedangkan para perwiranya antara lain
adalah Inspektur II Memed dan Inspektur II Mawin . 18 desember 1947 sesuai dengan
petunjuk dari Residen Sumatra Barat, maka di Kewedanan Kerinci dibentuklah Markas
Pertahanan Rakyat Kewedanan Kerinci atau di singkat (MPRK), dengan komandannya
langsung Kapten Marjisan Yunus, setelah tahun 1948 baru diserah terimakan dengan Letda
Muradi.
Saat menjelang penyerahan kedaulatan oleh Belanda di Kerinci, para bekas Angkatan
Perang dan Gerilya yang tersebar seluruh pelosok Kerinci, membentuk satu organisasi yang
bernama Persatuan Ex Angkatan Perang RI (PAPRI). Peristiwa penyerahan Belanda di
Sungai Penuh ialah dalam rangka melaksanakan perintah Panglima Divisi IX Brigade
Banteng TNI Sumatra Tengah, yang menginstruksikan kepada Letkol A. Thalib berangkat
keibukota Kabupaten PSK. Untuk menerima penyerahan wilayah Kerinci dari tangan Belanda
ketangan Kerinci.
Perjuangan rakyat Kerinci mempertahankan kemerdekaan RI, telah menjelmakan Bumi Sakti
Alam Kerinci menjadi sebuah kabupaten. Perjuangan yang dilakukan oleh rakyat Kerinci
selama revolusi fisik, memiliki berbagai corak perjuangan yang heroik. Konfrensi Meja
Bundar (KMB) di Den Haag telah melenyapkan impian Belanda untuk menjajah kembali
Indonesia, dan Bumi Alam Kerinci kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi sebagai daerah merdeka
dibawah RI. Demikianlah sejarah perjuangan rakyat Kerinci mempertahankan kemerdekaan
Republik Indonesia.
bisa kunjungi disini juga buat nambah pengetahuan kita di KERINCI WISATA
di 14.17
Berbagi
‹ Beranda ›
Lihat versi web