Anda di halaman 1dari 32

BAB II

PEMBAHASAN
A. Sejarah Lahir Kabupaten Kerinci dan Sungai Penuh
Kabupaten Kerinci adalah salah satu kabupaten di Propinsi Jambi, Indonesia. Kerinci
ditetapkan sebagai Kabupaten sejak awal berdirinya Propinsi Jambi dengan pusat
pemerintahan di Sungai Penuh. Pada tahun 2011, pusat pemerintahan berpindah ke Siulak.
Kabupaten Kerinci memiliki luas 3.355,27 km terdiri atas 12 kecamatan. Nama kerinci
berasal dari bahasa tamil yaitu kurinji, yang merupakan nama bunga yang tumbuh di daerah
pegunungan india selatan.
Berdasarkan Catatan China menyebut ada sebuah negeri yang bernama Koying yang
berdiri pada Abad 2 SM terletak disebuah dataran tinggi dan memiliki Gunung api. Beberapa
Ahli berpendapat bahwa Koying identik dengan dataran tinggi Kerinci. Abad 14 M,
Kerajaan Dharmasraya mulai menetapkan undang-undang kepada para Kepala suku atau
luhah disetiap dusun di Selunjur bhumi Kurinci, Kepala suku tersebut disebut
sebagai Depati sebagaimana yang tercantum dalam kitab Undang-undang Tanjung Tanah.
Menurut Uli Kozok, negeri Kurinci atau Kerinci tidak sepenuhnya dibawah kendali
Dharmasraya, para Depati tetap memiliki hak Penuh atas kekuasaannya, penetapan Undangundang disebabkan Kerajaan Dharmasraya ingin menguasai perdagangan emas yang saat itu
melimpah ruah di Bumi Kerinci. Abad 15 M, Kerajaan Jambi mulai memegang kendali atas
Para Depati di Bumi Kerinci, Kerajaan Jambi yang berada di Tanah Pilih, Kota Jambi
sekarang. Menunjuk Pangeran Temenggung Kebul di Bukit sebagai wakil Kerajaan Jambi di
wilayah hulu berkedudukan di Muaro Masumai, untuk mengontrol dan mengendalikan para
Depati di Kerinci Rendah dan Kerinci Tinggi. Para depati yang dulunya terpisah-pisah dalam
sebuah kampung atau kelompok kecil disatukan dalam pemerintahan yang dibuat oleh
Kerajaan Jambi, Pemerintahan ini disebut dengan Pemerintahan Depati Empat, berpusat di
Sandaran Agung.
Abad 16 M, Terjadinya perjanjian di Bukit Sitinjau Laut antara Kesultanan Jambi yang
diwakili oleh Pangeran Temenggung, Kesultanan Inderapura diwakili oleh Sultan
Muhammadsyah dikenal dengan sebutan Tuanku Berdarah Putih dan Alam Kerinci diwakili
oleh Depati Rencong Telang dan Depati Rajo Mudo. Isi Perjanjian tersebut intinya untuk

saling menjaga keamanan antar tiga wilayah sebab saat itu banyak para penyamun dan
perompak yang berada di jalur perdagangan antara Kerinci-Indrapura maupun Kerinci-Jambi.
Abad 17 M, terbentuk Pemerintahan Mendaponan Selapan Helai Kain yang berpusat
di Hamparan Rawang, serta beberapa wilayah Otonomi tersendiri seperti Tigo Luhah Tanah
Sekudung di Siulak, Pegawai jenang Pegawai Raja di Sungai Penuh .Tahun 1901 M, Belanda
Mulai Masuk Ke Alam Kerinci melewati renah Manjuto di Lempur hingga terjadi peperangan
dengan beberapa Pasukan Belanda, Pasukan Belanda gagal memasuki Alam Kerinci. Tahun
1903 M, Belanda berhasil membujuk Sultan Rusli, Tuanku Regent sekaligus menjabat Sultan
Indrapura untuk membawa pasukan Belanda ke Alam Kerinci dengan tujuan agar tidak terjadi
perlawanan dari rakyat Kerinci. Ternyata yang terjadi sebaliknya, Perlawanan Rakyat Kerinci
begitu hebatnya hingga terjadi peperangan selama Tiga bulan di Pulau Tengah. Peperangan
Pulau Tengah dibawah komando Depati Parbo memakan korban perempuan dan anak-anak
yang begitu banyak setelah Belanda membakar habis Kampung tersebut. Tahun 1904 M,
Kerinci takluk dibawah pemerintahan Belanda setelah kalah Perang dan Depati Parbo di
Buang Ke Ternate.
Pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, Kerinci masuk ke dalam Karesidenan Jambi
(1904-1921), kemudian berganti di bawah Karesidenan Sumatra's Westkust (1921-1942).
Pada masa itu, Kerinci dijadikan wilayah setingkat onderafdeeling yang dinamakan
Onderafdeeling Kerinci-Indrapura. Setelah kemerdekaan, status administratifnya dijadikan
Kabupaten Pesisir Selatan-Kerinci. Sedangkan Kerinci sendiri, diberi status daerah
administratif setingkat kewedanaan. Kewedanan Kerinci terbagi menjadi tiga Kecamatan
yaitu (1) Kecamatan Kerinci Hulu terdiri dari Kemendapoan Danau Bento, Kemendapoan
Natasari, Kemendapoan Siulak (Wilayah Adat tanah Sekudung) serta Kemendapoan Semurup
(2) Kecamatan Kerinci tengah terdiri dari Kemendapoan Depati Tujuh, Kemendapoan
Kemantan, Kemendapoan Rawang, Kemendapoan Limo Dusun, Kemendapoan Penawar,
Kemendapoan Hiang, dan Kemendapoan Keliling danau (3) Kecamatan Kerinci Hilir terdiri
dari kemendapoan Danau Kerinci, Kemendapoan 3 Helai Kain, kemendapoan Lempur, dan
Kemendapoan Lolo.
Pada tahun 1957, Provinsi Sumatera Tengah dipecah menjadi 3 provinsi:
1. Sumatera Barat, meliputi daerah darek Minangkabau dan Rantau Pesisir.

2. Riau, meliputi wilayah Kesultanan Siak, Pelalawan, Rokan, Indragiri, Riau-Lingga,


ditambah Rantau Hilir Minangkabau : Kampar dan Kuantan.
3. Jambi, meliputi bekas wilayah Kesultanan Jambi ditambah Pecahan dari Kabupaten
Pesisir Selatan -Kerinci : Kerinci.
Tahun 1970, Sistem Kemendapoan ( setingkat kelurahan) yang telah dipakai sejak
ratusan tahun lalu, dihapuskan. Istilah Dusun diganti menjadi desa. Kabupaten Kerinci terdiri
dari 16 Kecamatan, yang terdiri dari : (1) Gunung Tujuh, (2) Kayu Aro, (3) Kayu Aro barat,
(4) Gunung Kerinci, (5) Siulak, (6) Siulak Mukai, (7) Air Hangat, (8) Air Hangat Barat, (9)
Depati VII, (10) Air Hangat Timur, (11) Sitinjau Laut, (12) Danau Kerinci, (13) Keliling
Danau, (14) Gunung Raya, (15) Bukit Kerman, (16) Batang Merangin.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2008, beberapa bekas
kecamatan di Kabupaten Kerinci ditetapkan untuk menjadi bagian dari Kota Sungai Penuh.
Kecamatan-kecamatan yang dimaksud adalah:
1. Hamparan Rawang
2. Kumun Debai
3. Pesisir Bukit
4. Sungai Penuh
5. Tanah Kampung
Kerinci berada di ujung barat Provinsi Jambi dengan batas wilayah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Utara : Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat


Selatan : Kabupaten Muko-Muko, Provinsi Bengkulu
Barat : Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat
Timur : Kabupaten Bungo dan Kabupaten Merangin

B. Perkembangan Seni
Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu merupakan sinonim
dari ilmu. Dewasa ini, seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreativitas manusia. Seni
juga dapat diartikan dengan sesuatu yang diciptakan manusia yang mengandung unsur
keindahan.

Seni berasal dari kata sani (Sanskerta) yang berarti pemujaan, persembahan dan
pelayanan. Kata tersebut berkaitan erat dengan upacara keagamaan yang disebut kesenian.
Menurut Padmapusphita, kata seni berasal dari bahasa Belanda genie dalam bahasa Latin
disebut genius, artinya kemampuan luar biasa yang dibawa sejak lahir , menurut kajian
ilmu di eropa mengatakan ART yang berarti artivisual yaitu adalah suatu media yang
melakukan suatu kegiatan tertentu.
Seni menurut media yang digunakan terbagi 3 yaitu :
1. Seni yang dapat dinikmati melalui media pendengaran atau (audio art), misalnya seni
musik, seni suara, dan seni sastra seperti puisi dan pantun.
2. Seni yang dinikmati dengan media penglihatan (Visual art) misalnya lukisan, poster, seni
bangunan, seni gerak bela diri dan sebagainya.
3. Seni yang dinikmati melalui media penglihatan dan pendengaran (audio visual art)
misalnya pertunjukan musik, pagelaran wayang, film.

C. Daftar Kesenian Tradisional Kabupaten Kerinci dan Sungai Penuh


1. Seni Suara/Lagu Tradisional dari Kabupaten Kerinci dan Sungai Penuh
Pada setiap Kabupaten dan Kota mempunyai ragam seni suara dan syair dan khas
daerah masing-masing. Namun seni suara daerah ini semakin usang dan tak dikenal, karena
telah dilanda dengan kehadiran lagu-lagu Pop dan lagu Dangdut. Namun demikian setiap
daerah berusaha untuk kembali menghidupkan lagu-lagu daerah tersebut melalui rekaman,
sehingga diharapkan nantinya dapat kembali hidup dan dikenal oleh masyarakat. (Somad,
2003 : 61)
Adapun jenis seni suara dari Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh adalah sebagai
berikut:
1) Lagu Tanjung Bajure
2) Lagu Tus-Tus
3) Lagu Bukasih Sayang
Nama
Makna/Tujuan

Tanjung Bajure

Penemu/Pencipta

Kelompok musik yang diberi nama Rayuan Sukma / Seniman

Tahun ditemukan

Anonim
1942

Ciri khas/Keunikan

Lagu Tanjung Bajure di ciptakan oleh kelompok musik yang


diberi nama Rayuan Sukma berbentuk orkes moderen yang
menampung musisi muda dari berbagai penjuru Kerinci yang
mulai gelisah dan berkeinginan bermain dalam orkes musik yang
lebih baik. Orkes musik Rayuan Sukma adalah orkes moderen
pertama yang berdiri di Kerinci yang menggunakan instrument
standart seperti biola, clarinet, flute, trompet, gitar dan tambur.
Seniman Anonim inilah yang mengkreasikan lagu tradisional
serta menyesuaikannya kedalam sistem tangga nada diatonis
dengan melengkapinya dengan judul dan syair, thema dan
pengulangan thema, atau menggunakan pengulangan dengan
bentuk satuan. Selain itu, keunikan lain dari lagu Tanjung Bajure
adalah lagu tersebut dikembangkan melalui pemikiran kreatif
kelompok musik Rayuan Sukma dan diiringi dengan musik

moderen (Barat).
Perkembangan sampai Lagu Tanjung Bajure mendapat tampilan baru apalagi dengan
sekarang
Teks lagu

iringan serta aransemen musik yang lebih memadai.


Tanjunglah bajure, tanjunglah bajure
Aye ranyo ala bireu, aye ranyo laila bireu
Ala ladisayang ae, ala ladisayang ae
Lubuk ala rameh, lubuk ala rameh latapian bateu
Ala ladisayang ae, ala ladisayang ae
Sudeah ala lamo, sudeah ala lamo
Kamai dimu ala rindau, kamai dimu laila rindau
Ala ladisayang ae, ala ladisayang ae
Baru ala kinai, baru ala kinai dapeak dibusuo
Ala ladisayang ae, ala ladisayang ae

Nama
Makna/Tujuan
Penemu/Pencipta

Tus-Tus
No Name (Anonim)
Dipopulerkan oleh Band Korpri yang dipimpin oleh Syafwi

Tahun ditemukan

Manaf yang dilanjutkan oleh Irmanasyah alias Oyon


Antara tahun 1940-1960

Ciri khas/Keunikan

Keunikan dari lagu Tus-Tus adalah lagu ini dipopulerkan oleh


salah satu band di Sungai Penuh yang diberi nama Band Korpri
dan pada masa itu demam band sangat bergejolak di Kotomajidin,
Keluru dan Siulak, sehingga lagu yang populer pada saat itu salah
satunya adalah lagu Tus-Tus.

Perkembangan sampai
sekarang
Teks lagu

Tus-tus ileh rawe


Mudik manjuto mmm
Batang capo uwo ae dilalai jangan lasayange
(Dilalai jangan lasayange)
Tileak rabbeh ayo...weh
Tanyo barito mmm
Padi ampo uwo ae dituai jangan lasayange
(Dituai jangan lasayange)
Kampen kami ayo...weh
Kampen tirawang mmm
Nyo burisi uwo ae sirih wak pinang lasayange
(Sirih wak pinang lasayange)
Tale kami ayo...weh
Pungganti salam mmm
Pungganti maaf uwo ae bejabat tangan lasayange
(Bejabat tangan lasayange)

2. Seni Alat Musik Tradisional dari Kabupaten Kerinci dan Sungai Penuh
Musik tradisional adalah musik yang lahir dari budaya tertentu. Musik juga dapat
mempengaruhi kehidupan manusia, hal ini dikarenakan musik berada dalam masyarakat. Kita
mengenal banyak jenis musik di dunia. Namun tidak banyak yang tau di Indonesia pun
memiliki beragam jenis musik dan alat musik. Seperti di sebuah kabupaten dan kota yang ada
di provinsi Jambi, yaitu Kabupaten Kerinci dan Sungai Penuh.
Adapun jenis alat musik dari Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh adalah sebagai
berikut:

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Gong
Gendang
Rapano besar (dap) dan Rapano kecil (redap)
Seruling Bambu
Gambus
Ketuk
Gumbe atau Gung Manyan

Nama
Makna/Tujuan

Gong
Alat musik gong mengandung makna dan nilai nilai kearifan lokal
masyarakat suku Kerinci .dan alat musik tradisi ini dimasa lalu

Penemu/Pencipta
Tahun ditemukan

memperkokoh sistem tata nilai kepercayaan dan religi/adat.


Anonim
Diperkirakan jenis musik gong masuk ke Kerinci pada zaman

Ciri khas/Keunikan

Majapahit sekitar abad XII dan XIII (Ismail, 2007 : 4)


Gong terbuat dari tembaga dan cara memainkannya adalah dengan

cara dipukul.
Perkembangan sampai Gong digunakan pada saat pergelaran kesenian seperti upacara
sekarang

adat seperti pencak silat dan pada acara penobatan para pemangku
adat. Gong yang dikenal di daerah ini yaitu gong jantan dan gong
betina.

Gambar/Foto

Nama
Makna/Tujuan

Gendang
Alat musik ini termasuk jenis alat musik membran yang
digunakan untuk mengiringi lagu pantau (mantau) tari Tauh atau
untuk mengiringi atraksi seni bela diri pencak silat yang lazimnya

dilaksanakan pada saat ritual acara kenduri Pusaka (kenduri Sko).


Wadak gendang lebih pendek dibandingkan dengan luas lingkar
wadak, begitupula bentuk dan ukuran pasak yang digunakan pasak
gendang yang berukuran besar berfungsi sebagai pengencang kulit
gendang yang sekaligus membuat penampilan gendang terlihat
kokoh. Pasak kayu pada bagian bawah antara wadak dan lingkar
bawah yang terbuat dari rotan manau dihubungkan dengan
lingkar. Permukaan gendang yang terbuat dari kulit kerbau yang
Penemu/Pencipta
Tahun ditemukan
Ciri khas/Keunikan

telah di keringkan.
Anonim
Abad XII dan XIII pada zaman Majapahit
Gendang terbuat dari Kayu dan kulit hewan. Gendang memiliki
panjang 60 cm dengan dua sisi pukulan, teknik memukulnya
yaitu dengan menggunakan bilahan rotan yang dipukul bertingkah

oleh dua orang musisi.


Perkembangan sampai Sampai saat ini gendang digunakan untuk mengiringi musik dari
sekarang

tari iyo-iyo. Pada saat tari iyo-iyo gendang kayu ini diperlukan
dua buah, yaitu disatukan dalam bentuk berdampingan. Cara
memainkannya adalah dipukul.

Gambar/Foto

3. Seni Tari Tradisional dari Kabupaten Kerinci dan Sungai Penuh


Adapun jenis tari dari Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh adalah sebagai
berikut:
1) Tari Mandi Taman

Penciptanya tidak dikenal dan ditata ulang oelh Baharudin BY pada tahun 1979. Tarian
ini menggambarkan rasa syukur ketika membawa anak turun mandi, yang dibawakan oleh
penari putri.
2) Tari Rangguk Ayak
Pencipta tari ini tidak dikenal dan kemudian ditata ulang oleh Don Alwizar. Tari ini
3)
4)
5)
6)

menggambarkan kegembiraan sehabis panen dan ditarikan oleh penari putri.


Tari Rangguk
Tari Rentak Kudo
Tari Iyo-Iyo
Tari Asyek

Nama
Makna/Tujuan

Tari Rangguk
Tari Rangguk dilakukan pada acara tertentu, seperti pada saat
menerima kedatangan Depati, tamu, dan para pembesar dari luar

Pencipta/Penemu
Tahun ditemukan
Ciri khas/Keunikan

daerah.
Penciptanya tidak dikenal, ditata ulang oleh Iskandar Zakaria
Di tata ulang pada tahun 1977
Tarian ini dibawakan oleh beberapa orang gadis remaja sambil
memukul rebana, yang diiringi dengan nyanyian sambil

mengangguk-ngangguk kepala seakan memberi hormat.


Perkembangan sampai Tari ini merupakan tari spesifikasi Kota Sungai Penuh yang
sekarang
Gambar/Foto

populer.

Nama
Makna/Tujuan

Tari Rentak Kudo


Tujuan dari pementasan tari ini umumnya adalah untuk
melestarikan pertanian dan kemakmuran masyarakat, untuk
menunjukkan rasa syukur masyarakat Kerinci baik dalam musim
subur maupun dalam musim kemarau untuk memohon berkah
hujan sakral oleh masyarakat Kerinci. Tingginya penghormatan
terhadap perayaan seni dan budaya Kerinci ini pada zaman dahulu
sangat kuat sehingga dipercaya bahwa dalam setiap pementasan

seni budaya ini getaran dan hentakan tari Rentak Kudo bisa terasa
Pencipta/Penemu
Tahun ditemukan

hingga jarak yang sangat jauh dari lokasi pementasan.


Anonim
Tari Rentak Kudo mulai berkembang diperkirakan pada tahun

Ciri khas/Keunikan

1970
Tarian ini dikenal sebagai "Rentak Kudo" karena gerakannya yang
menghentak-hentak seperti kuda. Tarian ini ditarikan di dalam
perayaan yang dianggap sangat Latar belakang.
Tarian ini ditarikan di dalam perayaan yang dianggap sangat
sakral oleh masyarakat Kerinci. Tingginya penghormatan terhadap
perayaan seni dan budaya Kerinci ini pada zaman dahulu sangat
kuat sehingga dipercaya bahwa dalam setiap pementasan seni
budaya ini getaran dan hentakan tari Rentak Kudo bisa terasa
hingga jarak yang sangat jauh dari lokasi pementasan. Tarian ini
dipersembahkan untuk merayakan hasil panen pertanian di daerah
Kerinci yang secara umum adalah beras (padi) dan dilangsungkan
berhari-hari tanpa henti. Kadang bila dilanda musim kemarau
yang panjang, masyarakat Kerinci juga akan mementaskan
kesenian ini untuk berdoa kepada Yang Maha Kuasa (menurut

kepercayaan mereka masing-masing).


Perkembangan sampai Tari ini digelar hampir di setiap perayaan yang ada di Kota Sungai
sekarang

Penuh. Namun pada saat sekarang tari rentak kudo sudah umum
dipakai, bahkan acara/ resepsi pernikahan pun tari rentak kudo ini
sering digunakan di kalangan masyarakat untuk suatu hiburan di
suatu pernikahan.

Gamabar/Foto

Nama

Tari Iyo-Iyo

Makna/Tujuan

Iyo-iyo berarti ya-ya, maksudnya adalah membenarkan. Tarian ini


merupakan tarian massal yang dilaksanakan pada saat Kenduri
Sko (Pusaka) pengangkatan/ pemberian gelar adat (Rio, Depati,
Mangku, Datuk, dst) kepada anak laki-laki yang dipilih oleh anak
Batino dari suatu suku. Disamping itu, tarian ini juga
dipertunjukkan pada saat setelah panen raya padi di sawah atau
penyambutan tamu agung negeri yang berkunjung ke Kota Sungai

Pencipta/Penemu
Tahun ditemukan

Penuh.
Anonim
Tari iyo-iyo tidak diketahui kapan lahirnya. Masuknya kesenian
terdiri dari tiga tahap yaitu: Kesenian zaman prasejarah, Kesenian
zaman masuknya kebudayaan islam, dan Kesenian zaman modern.
Pada zaman prasejarah tidak mengenal tentang agama. Setelah

Ciri khas/Keunikan

masuknya kebudayaan islam masuk tari iyo-iyo sampai saat ini.


Tari Iyo-Iyo dibawakan oleh anak batino (perempuan) dengan
gerakan yang sangat gemulai diiringi dengan tale (lagu) dan bunyi
gong. Pembukaan Tari Iyo-Iyo diawali dengan atraksi pencak silat
yang disaksikan oleh sesepuh/ tetua adat, serta para undangan
lainnya. Tarian ini dilaksanakan anak negeri sebagai ucapan
kegembiraan atas pengangkatan pemimpin adat mereka. Pada
waktu itu juga benda-benda pusaka diturunkan pada tempatnya
dan diperlihatkan pada masyarakat, tanda benda-benda itu masih
ada atau utuh. Acara tari ini diiringi oleh vocal lagu yo yo dan
diiringi lagi dengan alat musik gendang, gong jantan, gong betina.
Sebelum adanya gendang dan gong, musiknya dalah gendang
bambu. Alat musik ini di tabuh oleh anak jantan sedangkan
penyanyi dan penari adalah kaum wanita, yang berpasangan.
Tari iyo-iyo dibawakan oleh kaum wanita dengan cara
berpasangan bisa berjumlah 6 orang bisa juga lebih sesuai dengan
kebutuhan. Jumlah pemusik 3 orang terdiri dari 2 orang
memainkan gendang dan 1 orang memainkan gong.
Syair Lagu/ Nyanyian:
Iyo-iyo rilok tarai kayo sadou rinai iyo-iyo-iyo
Iyo-iyo rayun jaroilah saludeang jateuh iyo-iyo-iyo

Iyo-iyo rantok kakai kudea dibularoi iyo-iyo-iyo


Iyo-iyo semauk tapijeak rideak ralah matai iyo-iyo-iyo
Perkembangan sampai Tari iyo-iyo dalam perkembangannya selain pada acara adat juga
sekarang

ditampilkan dalam berbagai kegiatan yang tujuannya sebagai


hiburan. Kostum yang di gunakan, pada mulanya masyarakat
memakai baju biasa, yaitu baju kurung, sarung, dan tapu. Tetapi
sesuai dengan perkembangan zaman, mereka sudah memakai baju
adat kerinci

Gambar/Foto

Nama
Makna/Tujuan

Tari Asyek
Asyek diartikan sebagai asyik, yang juga berarti khusyu, sehingga
yang melaksanakannya benar-benar dengan konsentrasi dan
penghayatan yang sempurna. Tari Asyek merupakan sebuah tarian
yang mengandung unsur mistis. Tarian ini menunjukkan rasa
syukur atas Rahmat Pencipta atas hasil panen di sawah. Selain itu

Pencipta/Penemu
Tahun ditemukan

tarian ini bertujuan untuk minta obat supaya mendapat keturunan.


Anonim
Tari ini dipercaya telah dimulai selama periode prasejarah yang

Ciri khas/Keunikan

dipengaruhi oleh animisme dan dinamisme.


Setiap kali akan diadakan tarian ini mesti dipersiapkan sesajian
yang berupa ayam, beras putih, beras merah, beras kuning, dan
beras hitam. Setiap keluarga harus menyediakan 5 buah lemang
untuk melengkapi sesajian tersebut. Dimana sesajian ini
diletakkan disebuah tempat yang telah disediakan. Selanjutnya,

sesajian tersebut akan dibagikan ke semua masyarakat yang hadir


pada saat itu setelah acara asyek selesai. Sebelum tari asyek ini
dilaksanakan seorang pawang harus meminta izin terlebih dahulu
dan menyeru (memanggil) arwah nenek moyang dan barulah
tarian dimulai dengan cara mengelilingi tempat lokasi penarian
sambil memanggil nama-nama roh nenek moyang. Salah satu
penari akan ada yang mengalami kerasukan/ tidak sadarkan diri
karena kemasukan arwah, sehingga penari tersebut dapat kebal
terhadap api, kaca, dan sebagainya. Sampai nanti penari akan
diobati oleh pawang begitulah seterusnya.Tarian ini dilaksanakan
dari siang sampai dini hari dan tidak bisa dipastikan waktu
berakhirnya acara ini. Tari asyek ini membawa pelaku mengikuti
kekhusyukan upacara ini. Pelaku tanpa sadar dapat berjalan di atas
benda tajam dan bara api.
Perkembangan sampai Beberapa tahun lalu upacara ini dilakukan hingga satu minggu
sekarang
Gambar/Foto

namun sekarang dilakukan semalam penuh.

4. Seni Ukir Tradisional dari Kabupaten Kerinci dan Sungai Penuh


Seni ukir atau ukiran merupakan gambar hiasan dengan bagian-bagian cekung
(kruwikan) dan bagian-bagian cembung (buledan) yang menyusun suatu gambar yang indah.
Pengertian ini berkembang hingga dikenal sebagai seni ukir yang merupakan seni
membentuk gambar pada kayu, batu, atau bahan-bahan lain.
Seni ukir tradisional dari Kabupaten Kerinci dan Sungai Penuh diterapkan di bangunan,
rumah tempat tinggal, rumah ibadah dan benda-benda lainnya dengan menggunakan motif
flora dan geometris.

Nama
Makna/Tujuan

Masjid Agung Pondok Tinggi


Masjid Agung Pondok Tinggi merupakan salah satu masjid kuno
dengan

arsitektur

khas

nusantara,

beratap

tumpang

dan

Pencipta/Penemu

berkontruksi kayu.
Dibangun oleh penduduk pondok tinggi dengan cara gotong-

Tahun ditemukan
Ciri khas/Keunikan

royong
1874
Demikian halnya pada interior masjid berupa dinding-dinding dan
tiang kayu yang didominasi dengan ukiran khas Kerinci, motif
sulur-suluran, hiasan geometris, dan pada bagian lain dinding juga
terdapat ukiran terawangan yang juga berfungsi sebagai fentilasi
udara. Dinding masjid terbuat dari kayu dan dihias dengan ukiran
motif flora dan mempunyai kisi-kisi yang berfungsi sebagai
ventilasi. Pada setiap sudut dinding terdapat hiasan motif sulursuluran. Sedangkan lantai masjid terbuat dari ubin.
Keunikan mesjid adalah Ornamen yang digunakan merupakan
kombinasi antara seni ukir Persia, Roma, mesir dan Indonesia. Di
samping itu keunikan yang paling dikenal yaitu bangunan tanpa
menggunakan paku besi tetapi dengan cara memadukan antara
kayu yang satu dengan yang lainnya dan memakai pasak yang dari
kayu hingga dapat berdiri dengan kokoh. Di dalam masjid juga
tersimpan sebuah Tabeuh Larangan (Bedug Larangan) yang
ukurannya 5 meter. Tabuh tersebut berfungsi sebagai sarana
komunikasi untuk berkumpul atau menandai peristiwa tertentu.
Keunikan

lain

dari

masjid

ini

adalah

tempat

muadzin

mengumandangkan adzan terletak di atas tiang utama masjid.


Untuk mencapainya dihubungkan dengan tangga berukir motif
sulur-suluran dan diakhiri sebuah panggung kecil berbentuk bujur
sangkar yang berukuran 2,60 x 2,60 m dikelilingi pagar berhias
ukiran motif flora. Panggung kecil inilah yang merupakan tempat
muadzin berdiri dan mengumandangkan adzan. Sedangkan bagian
mimbar masjid berukuran 2,40 x 2,80 m, dihias dengan ukiran
Perkembangan

motif sulur-suluran dan atap berbentuk kubah.


Hingga saat ini Bangunan Mesjid Agung Pondok Tinggi masih

sampai sekarang

berdiri kokoh dan anggun dan masih dimanfaatkan untuk kegiatan

kegiatan Ibadah dan kegiatan peringatan hari-hari besar keagamaan


.
Gambar/Foto

Nama
Makna/Tujuan

Masjid Keramat Pulau Tengah


Menurut cerita, masjid ini dinamakan keramat karena telah
berkali-kali mengalami kejadian. Rumah di sekitar masjid dibakar
oleh Belanda, namun masjid ini selamat dari kejadian tersebut.
Masjid Keramat Kot Tuo Pulau Tengah terletak di wilayah
Kecamatan

Keliling

Danau

Kabupaten

Kerinci

Propinsi

Jambi,melihat arsitektur dan corak spesifik yang ada di dalam


bangunan inti Masjid merupakan masjid Kuno tertua yang ada di
bumi Alam Kerinci. Secara astronomis berada pada koordinat
025951.89 LS dan 1022742.16 BT. Berdasarkan sumber dari
orang Belanda (1895) menyebutkan, bahwa masjid ini merupakan
salah satu masjid tertua dan berarsitektur termegah dan unik di
Kerinci. Berkontruksi kayu dengan atap berbentuk tumpang serta
interiornya didominasi bahan kayu yang diukir dengan hiasan
Pencipta/Penemu

sulur-suluran dan geometris.


Dibangun oleh penduduk Desa Pulau Tengah dengan cara gotong-

Tahun ditemukan

royong.
Tidak diketahui kapan tahun ditemukannya, akan tetapi masjid ini
sudah tercatat pada tahun 1903 dan tahun 1939 masa penjajahan

Ciri khas/Keunikan

kolonial Belanda.
Atap masjid berbentuk tumpang tiga masih bertahan hingga saat
ini, dengan puncak berupa mustika berbentuk bawang. Secara
keseluruhan denah masjid, bujur sangkar berukuran 27 x 27 m
dengan masing-masing sisi dibatasi oleh dinding, baik yang masih
berupa kayu maupun yang sudah diganti dengan tembok. Dinding
bagian timur terbuat dari tembok, selebihnya masih terbuat dari
kayu. Dinding tembok berhias tempelan ubin keramik, dan
baluster kayu yang berfungsi sebagai ventilasi. Sedangkan dinding
yang masih terbuat dari kayu, setiap sudut terdapat hiasan sulursuluran.
Sebelum memasuki ruang masjid terdapat tangga dihias dengan
tempelan tegel keramik. Pintunya sendiri berjumlah 2 buah,
berdaun ganda berukir motif geometris dan tempelan tegel
keramik. Memasuki ke ruang dalam, secara umum konstruksi
masjid ditopang oleh 25 buah tiang kayu yang berbentuk segi
delapan dan berhias ukiran motif tumpal. Satu buah tiang saka
guru yang dikelilingi oleh 2 kelompok tiang yang masing-masing
berjumlah 4 dan 20 buah tiang. Tiang saka guru tersebut pada
tahun 1927-1928 mulai mengalami perubahan, diberi lapisan
semen setinggi 4,5 m dan dihias dengan keramik bermotif flora
dan geometris. Namun tempat adzan yang berada di atas tiang
utama tetap dipertahankan, tempat muadzinnya sendiri mirip
sebuah panggung kecil, bagian tepi terdapat pagar keliling yang
berhiaskan ukiran motif sulur-suluran.
Sebagai pelengkap ruang masjid, yaitu terdapat sebuah mihrab
dan mimbar. Mimbar masjid berukuran 2,24 x 1,48 m dilengkapi
tangga berhias motif sulur-suluran. Mimbar ini mempunyai 4 buah
tiang berbentuk segi delapan semakin ke atas makin kecil dan
berhias ukiran motif sulur-suluran. Pada bagian mihrab berdenah
segi lima dan dihias dengan ukiran motif sulur-suluran, tempelan
tegel keramik, dan pada sisi luar atapnya berbentuk kubah

berpuncak mustaka.
Perkembangan sampai Seiring dengan perjalanan waktu pada tahun 1926, lantai masjid

sekarang
Gambar/Foto

diganti dengan semen, sedang atap ijuk diganti dengan seng.

5. Seni Batik Tradisional dari Kabupaten Kerinci dan Sungai Penuh


Umumnya, kain Batik digunakan sebagai penutup kepala biasa disebut dengan Tapu
atau yang diikatkan sedemikian rupa dikepala dengan tambahan hiasan-hiasan yang disebut
dengan Kuluk atau Tingkuluk oleh wanita suku Kerinci. Ada juga yang digunakan sebagai
Thap yaitu sarung untuk wanita. Wanita suku kerinci juga gemar menyimpan berbagai
Kain Batik terutama yang panjang, semakin banyak simpanan kainnya semakin tinggi pula
status sosialnya di masyarakat, kain panjang tersebut, akan dikeluarkan bila ada upacaraupacara adat, biasanya digunakan sebagai penghias rumah saat upacara pernikahan dan juga
akan dibagi-bagikan kepada para keponakan setelah meninggalnya. Kain Batik juga
digunakan sebagai selendang oleh para wanita dan pria untuk pelengkap pakaian adat. Selain
itu dulunya, kain batik juga digunakan sebagai alat pembayaran denda terhadap pelanggaranpelanggaran hukum adat di masyarakat.

Salah satu kain Batik yang berasal dari Abad 17 M, Kain Batik tersebut digelari Kain
Tudung Sirkeh Munting. Konon Leluhur yang bernama Salih Kcik Sarimping Pingai istri
dari Dipati Agung Tuo menggunakan kain tersebut sebagai penutup kepala saat upacaraupacara ritual, setelah meninggalnya kain tersebut diwariskan turun temurun ke anak
keturunannya sampai saat ini.

Kain Tudung Sirkeh Munting mempunyai motif Teratai dan simbol Matahari dibagian
tengahnya yang mengandung filosofi hukum adat yang berlaku dalam masyarakat Kerinci.
Jumlah Bunga yang mengelilingi teratai sebanyak dua belas melambangkan Undang-undang
yang dua belas yaitu undang-undang yang mengatur masalah Hukum Tuduh bagi pelaku
pidana. Sedangkan jumlah kelopak teratai sebanyak delapan melambangkan Undang-undang
Nan Salapan yang mengatur masalah ketertiban dalam masyarakat.
Seiring dengan perkembangan zaman ada banyak bentuk dan nama motif di industri
batik Kerinci yang ada di Kota Sungai Penuh. Pada Sanggar Batik Karang Setio, ciri khas
motifnya yaitu motif tulisan incung (aksara incung) dengan warna khas batik yaitu merah

hati, nama-nama motif batik tersebut terdiri dari: motif terung pirus, biloik (lumbung padi),
ukiran masjid agung, kulit manis, bungo pandan, pakau imbo, tumpal, tulisan incung, lapek
terawang, enceng gondok, selampit simpei, pinggiran dan jangki terawang.

6. Seni Kerajinan Tangan dari Tradisional dari Kabupaten Kerinci dan Sungai Penuh
Adapun kerajinan tangan yang berasal dari Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh
adalah sebagai berikut:
1) Tikar Lapik

Lapik Khas Kerinci adalah sejenis tikar yang memiliki ukuran yang unik dan tidak
terdapat di daerah lain. Dalam kehidupan sehari-hari khususnya di daerah Kabupaten Kerinci,
Propinsi Jambi, tikar kecil ini biasanya dipakai sebagai alas duduk untuk menghormati tamu
atau pemegang adat.
Lapik bagi masyarakat Kerinci bukanlah sekedar alas untuk tempat duduk tradisional
yang terbuat dari anyaman pandan kering yang telah diberi pewarna, namun mengandung
nilai-nilai sejarah yang tinggi dan merupakan warisan budaya nenek moyang yang memiliki
nilai-nilai kearifan lokal yang tidak dimiliki oleh daerah lain. Lapik yang sudah sangat akrab
dipakai sehari-hari di daerah Kerinci adalah sejenis tikar kecil berlapis yang memiliki jenis
ornamen hiasan yang khas. Pada jaman dahulu lapik menjadi tempat duduk bagi para
pembesar adat. Bahkan konon kabarnya merupakan tempat duduk bagi para Depati
(pemimpin/tokoh adat) saja.
Ini semua mengingatkan akan nilai budaya

Lapik Kerinci

Masyarakat Kerinci dimana pada jaman kerajaan dahulu Kerinci tidak mengenal adanya
singgasana/kursi sebagai tempat duduk seperti suku-suku lainnya di Indonesia. Kebiasaannya
adalah duduk bersila di atas lantai atau tikar pandan bagi tempat duduk rakyat sedangkan
lapik hanya diperuntukkan bagi para depati. Ini adalah wujud dari pengamalan "duduk sama
rendah berdiri sama tinggi" yang sampai saat ini dipegang teguh dalam adat istiadat di
Masyarakat Kerinci.

Lapik (tikar kecil khas Kerinci) terdiri dari dua jenis


yaitu Lapik Biasa (untuk alas duduk) dan Lapik Terawang
(untuk bersandar). Lapik ini mempunyai corak hiasan yang
sangat beragam sehingga antara lapik satu dengan yang
lainnya cenderung memiliki motif yang berbeda sehingga
kesan unik dan menarik sangat kelihatan. Corak atau hiasan,
terutama motif ornamen dari ayaman sangat sekali
dipengaruhi oleh perasaan dan keinginan dari pembuat untuk mewujudkan perasaan/feeling
saat itu. Namun secara bentuk keseluruhan memiliki ragam yang sama, misalnya dominasi
warna antara hijau dan merah memiliki prosentasi
yang tidak jauh beda.
Lapik Terawang
Lapik Kerinci terbuat dari dua lapis, dimana lapisan
bawah berupa anyaman besar dari daun pandan dan
lapisan atas untuk tempat duduk tebuat dari anyaman
Lapisan Bawah Lapik
yang
memiliki
hiasan yang menarik. Sedangkan untuk Lapisan atas
Lapik Terawang menggunakan kombinasi dengan
kain bludru.

Masing-masing lapik tersebut berukuran (kurang lebih) panjang = 50 cm dan lebar = 50


cm dengan ketebalan antara lapik biasa dan lapik terawang yang berbeda. Lapik biasa
tebalnya 1 cm sedang lapik terawang 1,5 cm.
Pada saat ini kedua jenis lapik tersebut kebanyakan
diproduksi hanya berdasarkan pesanan, sehingga pantas
sekali keberadaannya tidak semudah mencari tikar pandan
biasa. Nah masalah harga untuk lapik biasa berkisar
Lapik Kerinci Nan Unik

Rp.60.000,- per lembar sedangkan lapik terawang dipatok


dengan harga Rp.100.000,- per lembar.

2) Keranjang Rotan
Salah satu jenis souvenir yang dihasilkan oleh Kota Sungai Penuh, Kerinci adalah
kerajinan rotan, dimana pusat tempat pembuatan kerajinan rotan ini berlokasi di Desa Sungai

Tutung, Desa Air Hangat Kerinci. Lokasi pembuatannya tidak memiliki pabrik sendiri
melainkan proses pembuatannya dilakukan di rumah rumah penduduk sekitar, namun tidak
semua penduduk di desa ini melakukan kegiatan produksi kerajinan rotan, semuanya hanya
sekitar 7 keluarga saja. Kerajinan ini merupakan hand made dari penduduk sekitar.
Ciri khas dari kerajinan rotan yang dihasilkan oleh penduduk di desa Sungai Tutung ini
adalah bahan baku rotan yang digunakan yaitu memiliki sabut yang lembut dan putih
sehinmgga lebih mudah dalam memberikan bentuk pada rotan yang akan digunakan. Proses
pembuatan kerajinan rotan ini tidak terlalu sulit bagi para pengrajin. Proses pembuatannya
hanya membutuhkan waktu kurang lebih 10 menit saja untuk menghasilkan 1 buah keranjang
rotan. Setelah selesai dibuat kemudian keranjang keranjang rotan itu akan dikirim ke para
penampung untuk dilanjutkan proses selanjutnya yaitu dipernis. Pernis merupakan salah satu
proses penghalusan dan pemberian warna berupa cat pada rotan. Setelah proses tersebut maka
kerajinan rotan ini siap untuk dipasarkan dan dijual, biasanya pemasaran dari kerajinan ini
adalah dikirim ke daerah Padang dan sekitarnya.

7. Seni Bangunan Tradisional dari Kabupaten Kerinci dan Sungai Penuh


Adapun jenis-jenis bangunan tradisional Kabupaten Kerinci dan Sungai Penuh yaitu:
1) Rumah Tempat Tinggal
Rumah tempat tinggal adalah salah satu hasil kebudayaan yang sangat penting dalam
kehidupan manusia yang selalu diwarnai oleh lingkungan kehidupan masyarakatnya. Di
daerah Kerinci sampai saat sekarang ini masih dapat ditemukan tipe-tipe rumah tempat
tinggal tradisional. Rumah tempat tinggal ini mempunyai ciri khas tersendiri. Kekhasan
bangunan tersebut dapat memberikan gambaran tentang kehidupan masyarakatnya. Salah
satu dusun di Kerinci yang masih mempunyai bangunan tipe tradisional ialah di dusun
Pondok Tinggi. Apabila masuk ked dalam wilayah dusun ini maka akan tampak beberapa

deretan rumah tempat tinggal yang memanjang dengan tipe yang sama. Nama
bangunannya adalah Rumah Larik.
2) Rumah Ibadah (Pemujaan)
Rumah ibadah (pemujaan) adalah salah satu hasil kebudayaan manusia yang sangat
penting dalam kehidupan sehari-hari. Manusia dalam melangsungkan kehidupannya,
bukan hanya dituntut oleh kegiatan jasmaninya saja, tetapi juga dituntut oleh kegiatan
rohaninya. Pada zaman dahulu kegiatan rohaniah manusia tidak dapat dipisahkan dengan
unsur kepercayaan dan agama. Oleh sebab itu, tidak sedikit dijumpai peninggalanpeninggalan budaya, khususnya dalam bidang arsitektur yang berkaitan dengan
keagamaan, seperti candi-candi, mesjid-mesjid, dan gereja. Di dusun Pondok Tinggi
Kerinci terdapat sebuah peninggalan rumah ibadah yang bermutu dan tinggi nilainya.
Peninggalan rumah ibadah ini merupakan peninggalan budaya islam yang mengandung
nilai dan tradisi tersendiri. Nama bangunannya adalah Mesjid Agung Pondok Tinggi.
Nama
Makna/Tujuan

Rumah Larik/Umoh Laheik/Umoh Panja


Rumah tradisional khas Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai
Penuh, yakni Rumah Larik atau Umoh Laheik atau Umoh Panja.
Adalah rumah panggung yang bentuknya memanjang. Bangunan
ini disebut larik karena susunannya yang berlarik atau berderetderet. Larik ini dihuni oleh beberapa keluarga yang disebut
tumbi atau perut yang terdiri dari satu keturunan, yang dalam
bahasa daerahnya disebut Kalbu. Setiap kalbu dipimpin oleh
seorang ninik mamak. Rumah ini dibuat panggung, karena dahulu
daerah Sumatra masih banyak binatang buas dan liar, sehingga,
untuk keamanan penghuni rumah, dibuatlah rumah ini berbentuk

Pencipta/Penemu
Tahun ditemukan
Ciri khas/Keunikan

panggung.
Anonim
Tidak diketahui kapan Rumah Larik ditemukan.
Ciri khas rumah ini terdapat pada pintu masuk. Rumah yang
bentuknya panjang ini, hanya memiliki satu pintu masuk. Namun,
di dalamnya menampung beberapa kepala keluarga. Sehingga,
keadaan antar tetangga, dapat langsung berkomunikasi di atas /
dalam rumah, tidak perlu turun. Ada juga yang khas dari rumah
ini, pintu yang begitu pendek, atap yang tidak begitu jauh jaraknya
dengan kepala kita apabila kita berdiri di dalamnya. Dan jendela

rumah ini begitu unik, dengan ukuran yang kecil. Seluruh rumah
ini berbahan dasar kayu yang kuat, sehingga umur dari rumah ini
bisa berpuluh puluh tahun.
Rumah ini terdapat ukiran ukiran khas Sungai Penuh, dan warna
khas yang menunjukkan cirinya yaitu merah, hitam, putih, dan
biru. Serta warna kuning dan hijau, menandakan masuknya
peradaban Islam.
Perkembangan sampai Kemudian, sejalan dengan waktu, setelah mulai berkurangnya
sekarang

binatang-binatang buas dan liar, di bawah rumah ini dimanfaatkan


sebagai kandang / tempat menyimpan hewan-hewan ternak, dan
dapat juga digunakan untuk menyimpan beras.

Gambar/Foto

8. Seni Kuliner Tradisional dari Kabupaten Kerinci dan Sungai Penuh


Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci, merupakan wilayah yang berdampingan
dimana keberadaan keduanya tidak dapat dipisahkan. Hingga, masih banyak beberapa
persamaan diantara keduanya. Contohnya, beberapa makanan dan minuman yang khas dan
tradisional di Kota Sungai Penuh dan Kab. Kerinci.
Untuk jenis makanan, yang khas yakni dendeng batokok. Dendeng batokok merupakan
daging sapi yang telah dibuat pipih sehingga daging sapi tidak terlalu keras dan mudah
dimakan, kemudian memasaknya dengan cara dibakar bersama dengan bumbu yang telah
disiapkan. Dendeng batokok ini begitu khas disajikan dengan sambalnya, yaitu sambal kecap
yang terdiri dari beberapa irisan cabai rawit, cabai merah, dan bawang merah. Wangi asap
dari pembakaran daging ini begitu khas dan menggiurkan, sehingga menghilangkan bau
daging yang terkadang membuat orang enggan mengkonsumsi daging sapi.

Tidak hanya dendeng batokok, tapi juga daerah ini ada dodol kentang. Dodol kentang
berasal dari bahan dasar kentang, dan diciptakan berbagai rasa, mulai dari rasa pandan, gula
aren, hingga rasa durian. Dan yang paling khas di Kota Sungai Penuh dan Kerinci, yaitu
minuman yang memiliki banyak khasiat, Sirup Kayu Manis. Sirup ini, berbahan dasar asli
kayu manis, yang kemudian diolah menjadi sirup. Penyajian sirup kayu manis ini, biasanya
disajikan bersama dengan teh hangat, yang kemudian disatukan dan diaduk. Setelah
meminum sirup kayu manis ini, tenggorokan dan perut terasa begitu hangat.
Bukan hanya rasa yang menggiurkan, namun khasiat dari sirup ini begitu banyak,
diantaranya :
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Menghangatkan badan
Mencegah pegal linu
Mencegah reumatik
Melancarkan aliran darah
Mencegah masuk angin
Dan mengembalikan kondisi tubuh

9. Seni Adat Tradisional dari Kabupaten Kerinci dan Sungai Penuh


Pada prinsipnya upacara adat yang ada di Sakti Alam Kerinci Jambi dapat
dikelompokkan pada tiga bagian :
1. Upacara Titian Teras Bertangga Batu
Upacara titian teras bertangga batu bermakna suatu upacara adat yang dilakukan secara
berkesinambungan dari satu generasi kegenerasi yang lainnya,upacara adat ini dapat kita
saksikan pada Acara Kenduri Sko, Penobatan Depati, Ninik Mamak, Tindik dabur dan Sunah
rasul, Khatam Al-quran, Pernikahan, Kehamilan, Kelahiran , Aqiqah, Kerat pusat, Turun keair
dan Acara kematian.
2. Upacara Adat Cupak Gantang Gawe Kerapat
Upacara ini dapat diartikan bahwa suatu upacara adat meliputi mata pencaharian hidup
dan sosial kemasyarakatan yang dilaksanakan secara gontong royong. Upacara ini biasa
dilakukan pada kegiatan membangun dan mendirikan rumah baru, gotong royong

membersihkan irigasi sawah, menanam benih padi, menuai padi, nolak bala, kenduri sudah
tuai, kenduri tengah padang dan beberapa upacara ritual lainnya.
3. Upacara adat tumbuh tumbuh roman roman
Upacara ini memiliki pengertian bahwa suatu upacara yang dilaksanakan dalam keadaan
tertentu dengan pokok maslah yang tumbuh pada bentuk rupa dan sifat yang khusus. Upacara
ini dapat dilihat pada upacara tari asyek negeri, tale naik haji, mengangkat anak angkat,
pelanggaran hukum adat, melepas nazar, dan upacara saling sangketa.
Upacara-upacara adat yang dilaksanakan oleh penduduk Kerinci selain menjadi warisan
budaya nenek moyang juga mempuyai fungsi antara lain:
1. Memperkokoh persatuan dan kesatuan kekerabatan dan meningkatkan silaturrahmi dalam
kehidupan masyarakat pada umumnya.
2. Wadah untuk menjalin rasa kebersamaan dalam prinsip hidup bergotong-royong.
3. Wujud kebanggaan bagi masyarakat Kerinci bahwa mereka memiliki tata cara adat
tersendiri yang tidak kalah dengan adat lainnya.
4. Forum komunikasi antara generasi tua dengan generasi muda dalam menyampaikan pesan
untuk kehidupan masa depan yang lebih baik.
5. Sarana pembinaan nilai-nilai tradisional yang tak lapuk kena hujan tak lekang kena panas.
Sebagaimana tradisi-tradisi dalam upacara adat di setiap masyarakat, upacara Kenduri
Sko di Kerinci memiliki arti penting bagi masyarakat setempat.
Kenduri Sko
Pusako dalam bahasa indonesia sama dengan pusaka yaitu, apa-apa yang diterima dari
nenek moyang, berupa harta benda dan lain-lain. Sedangkan sko berkaitan dengan pihak ibu
baik berupa gelar kaum/suku/kelebu maupun berupa harta pusaka tinggi. Menurut adat
Kerinci pusaka terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Pusaka yang datangnya dari bapak dinamaiharta.
2. Pusaka yang datangnya dari ibu dinamaisko.
Sko asal dari ibu terdiri dari dua macam:
a)
b)

Sko tanah boleh di-ico (diolah, digarap, dimanfaat).


Sko gelar boleh dipakai, yang mana sko gelar itu dihibahkan oleh ibu kepada mamak

(saudara laki-laki ibu), sebagai penerima mandat.


3. Pusaka yang datangnya dari guru dinamai ilmu.
4. Pusaka yang datangnya dari orang banyak dinamai gawe kerapat atau gotong royong.
Kenduri Sko adalah suatu acara adat yang dilaksanakan oleh masyarakat kerinci dalam
melestarikan budaya yang sudah ada sejak zaman nenek moyang mereka. Kenduri Pusaka

dan Kenduri Sko adalah suatu rangkaian acara adat yang saling berhubungan satu sama lain.
Sebab disaat Kenduri Pusaka dilaksanakan maka Kenduri Sko pun harus dilaksanakan.
Kenduri Pusaka dan Kenduri Sko dilaksanakan setiap sepuluh tahun sekali. Kenduri
Sko secara adat Kerinci adalah suatu acara pengukuhan gelar suku atau kepala adat.
Sedangkan Kenduri Pusaka adalah dimana semua pusaka yang ada dari nenek moyang
mereka dikeluarkan dari tempat penyimpanannya untuk disucikan atau dibersihkan oleh para
suku atau kepala adat yang telah dikukuhkan disaat kenduri sko dan disaksikan oleh seluruh
masyarakat Kerinci. Mengenai warisan Sko atau gelar Pusaka Kelebu (suku) yang turun
temurun, di sandang oleh Mamak Kelebu. Gelar Sko Mamak Kelebu merupakan titel jabatan
selaku raja adat, tetua adat atau kepala suku. Gelar tetua adat tersebut akan di pakai seumur
hidup, tidak digilir diganti antara saudara-saudara senenek. Sedang Kerinci bagian hilir gelar
adat digilir diganti pada setiap upacara Kenduri Sko.
Sistem Kedepatian
Dalam kehidupan masyarakat Kerinci dikenal sistem sko tiga takah (tingkatan).
Pengertian sko berasal dari kata saka berarti, keluarga atau nenek moyang dari pihak ibu.
Sko tiga takah merupakan bentuk struktur pelapisan sosial yang terdapat pada masyarakat
Kerinci. Sistem sko tiga takah itu adalah Depati atau setingkat Depati, Permenti atau Ninik
Mamak, dan Tengganai atau anak jantan. Untuk jadi Depati atau Ninik Mamak dipilh oleh
masyarakat anak janan yang memenuhi persyaratan, karena prinsip adat Kerinci gelar sko
yang melekat pada diri seseorang memiliki sifat kawi (kuat). Depati dan Ninik Mamak adalah
simbol tertinggi pada struktur lapisan sosial masyarakat Kerinci, kedudukan dan fungsi yang
melekat berupa gelar sko menjadikan ia bangsawan jabatan pada sistem sko tiga takah. Sko
adalah gelar pusaka turun temurun yang disandang oleh raja adat (kepala suku).
Pemangku adat dalam menjalankan tugas memberi keizinan ajun-arah bagi kegiatan
anak-kemenakannya, ada tiga perkara yang tidak boleh dianju-diarah oleh Depati Ninik
Mamak, yaitu:
1. Jeluang di tengah negeri: ialah ajun-arah yang telah diberikan kepada seseorang, tidak
boleh diberikan kepada orang lain. Tetapi ada batas waktunya sesuai dengan aturan adat
setempat, kemudian arah digulung dan dikembali kepada hak negeri/dusun wewenang
Depati Ninik Mamak.
2. Kayu ara empang berakar, ialah jika rumah atau lumbung padi/rangkiang yang telah
rusak, tetapi masih terdapat tanda berdirinya walaupun sebatang tonggak.

3. Galung terlentang, cocok tanam yang letaknya diluar parit bersudut empat/negeri, yang
sudah dimiliki atau dipelihara seseorang maupun kaum, misalnya pendam pekuburan dan
belukar yang sudah tidak digarap lagi.
Pelaksanaan
Perlengkapan kenduri sko, yaitu:
1. Tenda atau Taruk berukuran besar diatas Tanah Mendapo (tempat berlangsungnya Upacara
adat Kenduri Sko).
2. Umbul-umbul atau Bendera berwarna-warni disekitar tempat upacara.
3. Bendera merah putih berbentuk segitiga siku-siku berukuran besar (dalam bahasa Kerinci
bendera ini disebut dengan Karamtang). Karamtang ini dipasang ditempat terbuka pada
ketinggian mencapai 30 meter. Pada bagian puncaknya digantunngkan Tanduk kerbau.
Bendera ini merupakan sebuah isyarat tentang adanya Kenduri Sko dan sekaligus menjadi
4.
5.
6.
7.
8.

undangan bagi masyarakat banyak untuk datang menghadiri upara yang sakral itu.
Pakaian adat, keris, dan tongkat yang dipakai oleh para Pemangku adat.
Pakaian adat para Dayang (dalam bahasa Kerinci disebut dengan Lita dan Kulok).
Pedang Hulubalang untuk keperluan Pencak Silat.
Sesajian berupa beras kuning, kemenyan dan adonan sirih nan sekapur rokok nan sebatang.
Gong, gendang dan rebana untuk keperluan kesenian daerah yang akan ditampilkan dalam
rangkaina prosesi upacara.

Pakaian pemangku adat:


Pakaian yang di pakai oleh para Depati dan Ninik Mamak mempunyai arti dan makna

tertentu menurut adat kerinci. Cara memakainya juga berbeda antara Depati dan Ninik
Mamak, yang terletak pada ikatan kepala dan selempang sarungnya. Jika Depati pakai seluk
dan Ninik Mamak pakai Lita, begitu pula kain sarungnya jika Depati sarung lurus dan Ninik
Mamak sarung miring. Umumnya pakaian Depati dan Ninik Mamak berwarna hitam dengan
hiasan sulaman benang warna kuning pada dada yang bermakna:
a) Hitam melambangkan rakyat banyak yang berarti kekuatan,jadi Depati dan Ninik Mamak
memiliki kekuatan karena rakyatnya.
b) Kuning melambangkan kekuasaan yang berarti berundang berlembago,jadi Depati dan
Ninik Mamak melaksanakan kekuasaan berdasar undang dan lembago.
Busana pemangku adat ini juga digunakan oleh para pemangku adat untuk menghadiri
perhelatan pengantin.

Rangkaian acara

Pukul 08.00 pagi pada hari yang telah ditetapkan, semua masyarakat berdatangan ke
Tanah Mendapo. Dengan antusias mereka ingin menyaksikan rangkaian upacara Kenduri
Sko. Adapun rangkaian acaranya adalah sebagai berikut :
Pertunjukan Kesenian Daerah
1. Pencak Silat
Pencak Silat adalah seni bela diri dengan menggunakan dua mata pedang. Pencak silat ini
dimainkan oleh sepasang anak jantan yang masing-masing memegang satu pedang.
Mereka mempertontonkan keahlian bermain senjata tajam.
2. Tari Persembahan
Tari persembahan adalah tari untuk menyerahkan sekapur sirih kepada para petinggipetinggi daerah yang hadir, Depati nan Bertujuh, Permanti nan Sepuluh, Mangku nan
Baduo serta Ngabi Teh Santio Bawo. Juga menyerahkan sekapur sirih kepada calon
Depati, Ngabi, Permanti dan Mangku yang akan dinobatkan menjadi pemangku adat yang
baru.
3. Tarian asyeak
Tarian upacara yang pada klimaksnya dapat membuat penari kesurupan (trance) sehingga
tubuh para penari tersebut tidak mempan oleh senjata tajam atau api, meniti mata keris
atau pedang tanpa luka. Biasanya tarian jenis ini terasa dominan mempengaruhi unsurunsur magis, sehingga tidak bisa dipertunjukkan disembarang waktu.
4. Tari Massal
Tarian ini ditata sedemikian rupa khusus dipagelarkan untuk acara-acara helatan besar
seperti Festival danau Kerinci dan juga Kenduri Sko. Tarian ini ditata dengan konfigurasi
menggambarkan keadaan geografis Kerinci yang berbentuk kawah (landai). Gerakan
yang ditarikan merupakan gerak-gerak tari tradisional Kerinci seperti tari Rangguk dan
tari Iyo-yo.
5. Tari Rangguk
Tari Rangguk ini merupakan tarian spesifik Kerinci yang populer. Tarian ini ditarikan
oleh beberapa gadis remaja sambil memukul rebana kecil. Tarian ini diiringi dengan
nyanyian sambil mengangguk-anggukkan kepala seakan memberikan hormat. Tari
Rangguk dilakukan pada acara-acara tertentu seperti menerima kedatangan Depati (tokoh
adat Kerinci), tamu dan para pembesar dari luar daerah.
6. Penurunan Pusaka
Menurunkan pusaka dari Rumah Gadang (dalam bahasa Kerinci Rumah Gedang disebut
Umoh Deh) dibawa ke Tanah Mendapo tempat upacara dilaksanakan. Oleh para sesepuh
adat, pusaka itu lalu dibuka satu persatu, dibersihkan dan dipertontonkan kepada
masyarakat sambil menceritakan asal usul atau sejarah pusaka tersebut.
7. Penobatan para pemangku adat
1) Depati

Semua calon Depati dan Ngabi memakai pakaian adat berwarna hitam dan berbenang
emas. Dipinggang sebelah kanan diselipkan sebilah keris. Untuk calon Permanti dan Mangku
juga memakai pakaian adat dan sebuah tongkat yang terbuat dari kayu pacat. Calon Depati
baru dipanggil naik ke pentas secara bergantian lima orang. Sampai diatas pentas disebutkan
namanya satu persatu seraya menjatuhkan Gelar Sko yang akan dijabatnya.
2) Ninik Mamak
Calon Permanti baru dipanggil naik ke pentas secara bergantian lima orang. Sampai diatas
pentas disebutkan namanya satu persatu seraya menjatuhkan Gelar Sko yang akan dijabatnya.
3) Tengganai
Tradisi masyarakat kerinci dalam mengadakan kenduri sko, salah satunya terdapat
pidato adat yang disebut deto talitai. Deto talitai ialah rangkaian pidato adat yang
disampaikan dalam bahasa berirama, dilakukan sewaktu upacara kenduri sko (adat) dan
pengukuhan gelar kebasaran tertua adat atau kepala suku Depati ataupun Ninik Mamak.
Pidato adat ini berbentuk prosa berirama dan didalamnya terdapat pepatah petitih. Setelah
penyampaian pidato deto talitai oleh orang yang ditugaskan biasanya seseorang yang
berjabatan Pemangku, Ninik Mamak, Depati atau setingkat depati. Diikuti dengan maklumat
sumpah karang setio yang berisi peringatan keras pada orang yang menyandang gelar sko
yang dikukuhkan pada hari ia dinobatkan menjadi ketua adat (depati). Sumpah karang setio
tersebut secara umum terdapat pada masing-masing lurah atau wilayah persekutuan adat
kerinci.
Dibawah ini di kutip salah satu bunyi pepatah petitih penobatan dalam wilayah
persekutuan adat Depati nan Berujuh Tanah Mendapo :
Rapek-rapeklah anok janteang anok batino dalon dusun ineih dengea pasak-pasak. Adepun
kamai ineih melakaukan buot dingon karang setio, di ateh baserau ngan baimbea anok
janteang anok batino, kepado umoh kapado tango, kapado laheik kapado jajo,
manganengohkan tando kbea sikou breh sratauh, ndok jadi Depatai dan Permentai. Lah
Bapapah babimboing kapado Depati nan Batujeuh, Pamangkau nan Baduea sarto Permentai
nan Spulauh. Sudeah niang dipabuot, jadinyo Depati Nan Batujeuh, batinonyo Pamangkau
Nan Baduea, lahirnyo kamai Ngabi Teh Santio Baweo batinnyo Depati Nan Batujeuh,
sudeah diparbuot di ateh umoh patelai, sandinyo padek tanoh krajaan, lubeuk mmeh
pendannyo mmeh, sungei bremeh tanjoun bajure, di ateh tanoh ngan sabingkeh, dibawah
pawon ngan sakakai,bahimpoung piagea ngan tujeuh pucauk pado keri Pendok Anggo
Lumpaing. Masauk pado karang stio ngan samangkauk. Sapo ngising kno miang, sapo

nguyang kno rbeah, sapo mancak mulih utang, sapo nindeih mulih garoih. Ideak bulieh
nuhok kawang saireing,ideak bulieh nguntein kae dalon lipatan. Ideak bulieh bakuroak
bakandon daleang,ideak bulieh pepak di luo unceing di dalon. Kalou diparbuot, padoi
ditanang lalang tumbouh, kunyaet ditanang puteih isi, anak dipangkau jadi bateu. Ngadeak
ka ilei dikutuk Tuhang, ngadeak ka mudeik dikutuk Tuhang, dikutuk quran 30 jeuh dimakon
biso kawai. Ka dateh ideak bapucauk, ka bawoh ideak baurak, di tengoah di jarum kumbang.
Dibageh ingak pado sagalo anok janteang anok batinoa, jiko awak ideak dilabeuhkan glea,
dijadikan rekak dengon rekik, dijadikan rujuk dingon undou. Manggulung si lengan baje,
nyingkak kaki sirwang, nambak bateu di balei, manikang kapalo karto, ngato awak di luo
adeak di luo pusko, ngandang saumo ideuk. itoh salah!
Didendo dingan breh saratauh kbou sikau. Kalou traso awak dilabeuhkan glo, dijadikan
gleak dingan ilei, dijadikan tpauk dingan tarai, traso gedeang ndok malando, traso panjang
ndok malilaik.
Mangupak mangupur balea,bagaligo buleak sakendok atai. Basutang di matao brajea di
atai, babeneak ka mpou kakai.itoh salah!Lahe mulih utang batin dimakon karang stio nan
samangkauk. Kinai lah diangauh breh sratauh kbea sikau, suko jadoi suko manjadoi, glo
jateuh pusko tibeo.
Terjemahan dalam bahasa Indonesia :
Rapat-rapatlah anak jantan anak perempuan dalam dusun ini, dengar jelas-jelas. Adapun
kami ini melakukan buat dengan karang setia, diatas berseru dan berimbau anak jantan
anak perempuan, kepada rumah kepada tanga, kepada larik, kepada jajar mengenengahkan
tanda kerbau seekor beras seratus hendak jadi Depati dan Permenti. Sudah berpapah
berbimbing kepada Depati Nan Bertujuh, betinanya Pemangku Nan Berdua, lahirnya kami
Ngabi Teh Santio Bawo, batinnya Depati Nan Bertujuh, sudah di perbuat di atas rumah das
rumah pateli, sendinya padat tanah kerajaan, lubuk emas pandannya emas, sungai beremas
tanjung berjurai, di atas tanah yang sebingkah, di bawah payung yang sekaki, berhimpun
piagam yang tujuh pucuk kepada keris Penduk Anggo Lumping.
Masuk pada karang setia yang semangkuk. Siapa mengeseh kena miang, siapa menggoyang
kena rebah, siapa berbuat salah, beroleh hutang, siapa menindih beroleh garis. Tidak boleh
menohok kawan seiring, tidak boleh menggunting dalam lipatan. Tidak boleh berkurung
berkandang dalam, tidak boleh pepat di luar runcing di dalam. Kalau di perbuat, padi
ditanam ilalang tumbuh, kunyit ditanam putih isi, anak dipangku jadi batu.

Menghadap ke hilir dikutuk Tuhan, menghadap ke mudik dikutuk Tuhan, di tengah di makan
bisa kawi, di kutuk Quran 30 juz, ke atas tidak berpucuk, ke bawah tidak berurat, di tengah
di jarum kumbang.
Di beri ingat kepada semua anak jantan anak betina, jika kita tidak di berikan gelar,
dijadikan rekak dengan rekik, dijadikan rujuk denagn mundur. Menggulung si lengan baju,
menyingkat kaki celana, melemparkan batu di balai, menikam kepala kerta mengatakan kita
di luar adat, di luar pusaka, mengandang seumur hidup.itu salah! Di denda beras seratus
kerbau seekor.
Kalau terasa kita berikan gelar, dijadikan gelak dengan ilir, dijadikan tepuk dengan tari,
terasa besar hendak melanda,terasa panjang hendak melilit. Mengupak mengupur balai,
berbuat sekehendak hati. Bersutan di mata, beraja di hati, berbenak ke empu kaki. Itu
salah! Lahir dapat hutang, batin di makan karang setia nan semangkuk. Sekarang sudah di
hangus beras seratus kerbau seekor, suka jadi suka menjadi, gelar jatuh pusaka kita
Setelah semua acara acara selesai semua pusaka yang telah dibersihkan diletakkan
kembali di tempat adat yang telah disediakan yang bernama rumah gadang kerinci.

10. Seni Keagamaan Tradisional dari Kabupaten Kerinci dan Sungai Penuh

Anda mungkin juga menyukai