PEMBAHASAN
A. Sejarah Lahir Kabupaten Kerinci dan Sungai Penuh
Kabupaten Kerinci adalah salah satu kabupaten di Propinsi Jambi, Indonesia. Kerinci
ditetapkan sebagai Kabupaten sejak awal berdirinya Propinsi Jambi dengan pusat
pemerintahan di Sungai Penuh. Pada tahun 2011, pusat pemerintahan berpindah ke Siulak.
Kabupaten Kerinci memiliki luas 3.355,27 km terdiri atas 12 kecamatan. Nama kerinci
berasal dari bahasa tamil yaitu kurinji, yang merupakan nama bunga yang tumbuh di daerah
pegunungan india selatan.
Berdasarkan Catatan China menyebut ada sebuah negeri yang bernama Koying yang
berdiri pada Abad 2 SM terletak disebuah dataran tinggi dan memiliki Gunung api. Beberapa
Ahli berpendapat bahwa Koying identik dengan dataran tinggi Kerinci. Abad 14 M,
Kerajaan Dharmasraya mulai menetapkan undang-undang kepada para Kepala suku atau
luhah disetiap dusun di Selunjur bhumi Kurinci, Kepala suku tersebut disebut
sebagai Depati sebagaimana yang tercantum dalam kitab Undang-undang Tanjung Tanah.
Menurut Uli Kozok, negeri Kurinci atau Kerinci tidak sepenuhnya dibawah kendali
Dharmasraya, para Depati tetap memiliki hak Penuh atas kekuasaannya, penetapan Undangundang disebabkan Kerajaan Dharmasraya ingin menguasai perdagangan emas yang saat itu
melimpah ruah di Bumi Kerinci. Abad 15 M, Kerajaan Jambi mulai memegang kendali atas
Para Depati di Bumi Kerinci, Kerajaan Jambi yang berada di Tanah Pilih, Kota Jambi
sekarang. Menunjuk Pangeran Temenggung Kebul di Bukit sebagai wakil Kerajaan Jambi di
wilayah hulu berkedudukan di Muaro Masumai, untuk mengontrol dan mengendalikan para
Depati di Kerinci Rendah dan Kerinci Tinggi. Para depati yang dulunya terpisah-pisah dalam
sebuah kampung atau kelompok kecil disatukan dalam pemerintahan yang dibuat oleh
Kerajaan Jambi, Pemerintahan ini disebut dengan Pemerintahan Depati Empat, berpusat di
Sandaran Agung.
Abad 16 M, Terjadinya perjanjian di Bukit Sitinjau Laut antara Kesultanan Jambi yang
diwakili oleh Pangeran Temenggung, Kesultanan Inderapura diwakili oleh Sultan
Muhammadsyah dikenal dengan sebutan Tuanku Berdarah Putih dan Alam Kerinci diwakili
oleh Depati Rencong Telang dan Depati Rajo Mudo. Isi Perjanjian tersebut intinya untuk
saling menjaga keamanan antar tiga wilayah sebab saat itu banyak para penyamun dan
perompak yang berada di jalur perdagangan antara Kerinci-Indrapura maupun Kerinci-Jambi.
Abad 17 M, terbentuk Pemerintahan Mendaponan Selapan Helai Kain yang berpusat
di Hamparan Rawang, serta beberapa wilayah Otonomi tersendiri seperti Tigo Luhah Tanah
Sekudung di Siulak, Pegawai jenang Pegawai Raja di Sungai Penuh .Tahun 1901 M, Belanda
Mulai Masuk Ke Alam Kerinci melewati renah Manjuto di Lempur hingga terjadi peperangan
dengan beberapa Pasukan Belanda, Pasukan Belanda gagal memasuki Alam Kerinci. Tahun
1903 M, Belanda berhasil membujuk Sultan Rusli, Tuanku Regent sekaligus menjabat Sultan
Indrapura untuk membawa pasukan Belanda ke Alam Kerinci dengan tujuan agar tidak terjadi
perlawanan dari rakyat Kerinci. Ternyata yang terjadi sebaliknya, Perlawanan Rakyat Kerinci
begitu hebatnya hingga terjadi peperangan selama Tiga bulan di Pulau Tengah. Peperangan
Pulau Tengah dibawah komando Depati Parbo memakan korban perempuan dan anak-anak
yang begitu banyak setelah Belanda membakar habis Kampung tersebut. Tahun 1904 M,
Kerinci takluk dibawah pemerintahan Belanda setelah kalah Perang dan Depati Parbo di
Buang Ke Ternate.
Pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, Kerinci masuk ke dalam Karesidenan Jambi
(1904-1921), kemudian berganti di bawah Karesidenan Sumatra's Westkust (1921-1942).
Pada masa itu, Kerinci dijadikan wilayah setingkat onderafdeeling yang dinamakan
Onderafdeeling Kerinci-Indrapura. Setelah kemerdekaan, status administratifnya dijadikan
Kabupaten Pesisir Selatan-Kerinci. Sedangkan Kerinci sendiri, diberi status daerah
administratif setingkat kewedanaan. Kewedanan Kerinci terbagi menjadi tiga Kecamatan
yaitu (1) Kecamatan Kerinci Hulu terdiri dari Kemendapoan Danau Bento, Kemendapoan
Natasari, Kemendapoan Siulak (Wilayah Adat tanah Sekudung) serta Kemendapoan Semurup
(2) Kecamatan Kerinci tengah terdiri dari Kemendapoan Depati Tujuh, Kemendapoan
Kemantan, Kemendapoan Rawang, Kemendapoan Limo Dusun, Kemendapoan Penawar,
Kemendapoan Hiang, dan Kemendapoan Keliling danau (3) Kecamatan Kerinci Hilir terdiri
dari kemendapoan Danau Kerinci, Kemendapoan 3 Helai Kain, kemendapoan Lempur, dan
Kemendapoan Lolo.
Pada tahun 1957, Provinsi Sumatera Tengah dipecah menjadi 3 provinsi:
1. Sumatera Barat, meliputi daerah darek Minangkabau dan Rantau Pesisir.
B. Perkembangan Seni
Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu merupakan sinonim
dari ilmu. Dewasa ini, seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreativitas manusia. Seni
juga dapat diartikan dengan sesuatu yang diciptakan manusia yang mengandung unsur
keindahan.
Seni berasal dari kata sani (Sanskerta) yang berarti pemujaan, persembahan dan
pelayanan. Kata tersebut berkaitan erat dengan upacara keagamaan yang disebut kesenian.
Menurut Padmapusphita, kata seni berasal dari bahasa Belanda genie dalam bahasa Latin
disebut genius, artinya kemampuan luar biasa yang dibawa sejak lahir , menurut kajian
ilmu di eropa mengatakan ART yang berarti artivisual yaitu adalah suatu media yang
melakukan suatu kegiatan tertentu.
Seni menurut media yang digunakan terbagi 3 yaitu :
1. Seni yang dapat dinikmati melalui media pendengaran atau (audio art), misalnya seni
musik, seni suara, dan seni sastra seperti puisi dan pantun.
2. Seni yang dinikmati dengan media penglihatan (Visual art) misalnya lukisan, poster, seni
bangunan, seni gerak bela diri dan sebagainya.
3. Seni yang dinikmati melalui media penglihatan dan pendengaran (audio visual art)
misalnya pertunjukan musik, pagelaran wayang, film.
Tanjung Bajure
Penemu/Pencipta
Tahun ditemukan
Anonim
1942
Ciri khas/Keunikan
moderen (Barat).
Perkembangan sampai Lagu Tanjung Bajure mendapat tampilan baru apalagi dengan
sekarang
Teks lagu
Nama
Makna/Tujuan
Penemu/Pencipta
Tus-Tus
No Name (Anonim)
Dipopulerkan oleh Band Korpri yang dipimpin oleh Syafwi
Tahun ditemukan
Ciri khas/Keunikan
Perkembangan sampai
sekarang
Teks lagu
2. Seni Alat Musik Tradisional dari Kabupaten Kerinci dan Sungai Penuh
Musik tradisional adalah musik yang lahir dari budaya tertentu. Musik juga dapat
mempengaruhi kehidupan manusia, hal ini dikarenakan musik berada dalam masyarakat. Kita
mengenal banyak jenis musik di dunia. Namun tidak banyak yang tau di Indonesia pun
memiliki beragam jenis musik dan alat musik. Seperti di sebuah kabupaten dan kota yang ada
di provinsi Jambi, yaitu Kabupaten Kerinci dan Sungai Penuh.
Adapun jenis alat musik dari Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh adalah sebagai
berikut:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Gong
Gendang
Rapano besar (dap) dan Rapano kecil (redap)
Seruling Bambu
Gambus
Ketuk
Gumbe atau Gung Manyan
Nama
Makna/Tujuan
Gong
Alat musik gong mengandung makna dan nilai nilai kearifan lokal
masyarakat suku Kerinci .dan alat musik tradisi ini dimasa lalu
Penemu/Pencipta
Tahun ditemukan
Ciri khas/Keunikan
cara dipukul.
Perkembangan sampai Gong digunakan pada saat pergelaran kesenian seperti upacara
sekarang
adat seperti pencak silat dan pada acara penobatan para pemangku
adat. Gong yang dikenal di daerah ini yaitu gong jantan dan gong
betina.
Gambar/Foto
Nama
Makna/Tujuan
Gendang
Alat musik ini termasuk jenis alat musik membran yang
digunakan untuk mengiringi lagu pantau (mantau) tari Tauh atau
untuk mengiringi atraksi seni bela diri pencak silat yang lazimnya
telah di keringkan.
Anonim
Abad XII dan XIII pada zaman Majapahit
Gendang terbuat dari Kayu dan kulit hewan. Gendang memiliki
panjang 60 cm dengan dua sisi pukulan, teknik memukulnya
yaitu dengan menggunakan bilahan rotan yang dipukul bertingkah
tari iyo-iyo. Pada saat tari iyo-iyo gendang kayu ini diperlukan
dua buah, yaitu disatukan dalam bentuk berdampingan. Cara
memainkannya adalah dipukul.
Gambar/Foto
Penciptanya tidak dikenal dan ditata ulang oelh Baharudin BY pada tahun 1979. Tarian
ini menggambarkan rasa syukur ketika membawa anak turun mandi, yang dibawakan oleh
penari putri.
2) Tari Rangguk Ayak
Pencipta tari ini tidak dikenal dan kemudian ditata ulang oleh Don Alwizar. Tari ini
3)
4)
5)
6)
Nama
Makna/Tujuan
Tari Rangguk
Tari Rangguk dilakukan pada acara tertentu, seperti pada saat
menerima kedatangan Depati, tamu, dan para pembesar dari luar
Pencipta/Penemu
Tahun ditemukan
Ciri khas/Keunikan
daerah.
Penciptanya tidak dikenal, ditata ulang oleh Iskandar Zakaria
Di tata ulang pada tahun 1977
Tarian ini dibawakan oleh beberapa orang gadis remaja sambil
memukul rebana, yang diiringi dengan nyanyian sambil
populer.
Nama
Makna/Tujuan
seni budaya ini getaran dan hentakan tari Rentak Kudo bisa terasa
Pencipta/Penemu
Tahun ditemukan
Ciri khas/Keunikan
1970
Tarian ini dikenal sebagai "Rentak Kudo" karena gerakannya yang
menghentak-hentak seperti kuda. Tarian ini ditarikan di dalam
perayaan yang dianggap sangat Latar belakang.
Tarian ini ditarikan di dalam perayaan yang dianggap sangat
sakral oleh masyarakat Kerinci. Tingginya penghormatan terhadap
perayaan seni dan budaya Kerinci ini pada zaman dahulu sangat
kuat sehingga dipercaya bahwa dalam setiap pementasan seni
budaya ini getaran dan hentakan tari Rentak Kudo bisa terasa
hingga jarak yang sangat jauh dari lokasi pementasan. Tarian ini
dipersembahkan untuk merayakan hasil panen pertanian di daerah
Kerinci yang secara umum adalah beras (padi) dan dilangsungkan
berhari-hari tanpa henti. Kadang bila dilanda musim kemarau
yang panjang, masyarakat Kerinci juga akan mementaskan
kesenian ini untuk berdoa kepada Yang Maha Kuasa (menurut
Penuh. Namun pada saat sekarang tari rentak kudo sudah umum
dipakai, bahkan acara/ resepsi pernikahan pun tari rentak kudo ini
sering digunakan di kalangan masyarakat untuk suatu hiburan di
suatu pernikahan.
Gamabar/Foto
Nama
Tari Iyo-Iyo
Makna/Tujuan
Pencipta/Penemu
Tahun ditemukan
Penuh.
Anonim
Tari iyo-iyo tidak diketahui kapan lahirnya. Masuknya kesenian
terdiri dari tiga tahap yaitu: Kesenian zaman prasejarah, Kesenian
zaman masuknya kebudayaan islam, dan Kesenian zaman modern.
Pada zaman prasejarah tidak mengenal tentang agama. Setelah
Ciri khas/Keunikan
Gambar/Foto
Nama
Makna/Tujuan
Tari Asyek
Asyek diartikan sebagai asyik, yang juga berarti khusyu, sehingga
yang melaksanakannya benar-benar dengan konsentrasi dan
penghayatan yang sempurna. Tari Asyek merupakan sebuah tarian
yang mengandung unsur mistis. Tarian ini menunjukkan rasa
syukur atas Rahmat Pencipta atas hasil panen di sawah. Selain itu
Pencipta/Penemu
Tahun ditemukan
Ciri khas/Keunikan
Nama
Makna/Tujuan
arsitektur
khas
nusantara,
beratap
tumpang
dan
Pencipta/Penemu
berkontruksi kayu.
Dibangun oleh penduduk pondok tinggi dengan cara gotong-
Tahun ditemukan
Ciri khas/Keunikan
royong
1874
Demikian halnya pada interior masjid berupa dinding-dinding dan
tiang kayu yang didominasi dengan ukiran khas Kerinci, motif
sulur-suluran, hiasan geometris, dan pada bagian lain dinding juga
terdapat ukiran terawangan yang juga berfungsi sebagai fentilasi
udara. Dinding masjid terbuat dari kayu dan dihias dengan ukiran
motif flora dan mempunyai kisi-kisi yang berfungsi sebagai
ventilasi. Pada setiap sudut dinding terdapat hiasan motif sulursuluran. Sedangkan lantai masjid terbuat dari ubin.
Keunikan mesjid adalah Ornamen yang digunakan merupakan
kombinasi antara seni ukir Persia, Roma, mesir dan Indonesia. Di
samping itu keunikan yang paling dikenal yaitu bangunan tanpa
menggunakan paku besi tetapi dengan cara memadukan antara
kayu yang satu dengan yang lainnya dan memakai pasak yang dari
kayu hingga dapat berdiri dengan kokoh. Di dalam masjid juga
tersimpan sebuah Tabeuh Larangan (Bedug Larangan) yang
ukurannya 5 meter. Tabuh tersebut berfungsi sebagai sarana
komunikasi untuk berkumpul atau menandai peristiwa tertentu.
Keunikan
lain
dari
masjid
ini
adalah
tempat
muadzin
sampai sekarang
Nama
Makna/Tujuan
Keliling
Danau
Kabupaten
Kerinci
Propinsi
Tahun ditemukan
royong.
Tidak diketahui kapan tahun ditemukannya, akan tetapi masjid ini
sudah tercatat pada tahun 1903 dan tahun 1939 masa penjajahan
Ciri khas/Keunikan
kolonial Belanda.
Atap masjid berbentuk tumpang tiga masih bertahan hingga saat
ini, dengan puncak berupa mustika berbentuk bawang. Secara
keseluruhan denah masjid, bujur sangkar berukuran 27 x 27 m
dengan masing-masing sisi dibatasi oleh dinding, baik yang masih
berupa kayu maupun yang sudah diganti dengan tembok. Dinding
bagian timur terbuat dari tembok, selebihnya masih terbuat dari
kayu. Dinding tembok berhias tempelan ubin keramik, dan
baluster kayu yang berfungsi sebagai ventilasi. Sedangkan dinding
yang masih terbuat dari kayu, setiap sudut terdapat hiasan sulursuluran.
Sebelum memasuki ruang masjid terdapat tangga dihias dengan
tempelan tegel keramik. Pintunya sendiri berjumlah 2 buah,
berdaun ganda berukir motif geometris dan tempelan tegel
keramik. Memasuki ke ruang dalam, secara umum konstruksi
masjid ditopang oleh 25 buah tiang kayu yang berbentuk segi
delapan dan berhias ukiran motif tumpal. Satu buah tiang saka
guru yang dikelilingi oleh 2 kelompok tiang yang masing-masing
berjumlah 4 dan 20 buah tiang. Tiang saka guru tersebut pada
tahun 1927-1928 mulai mengalami perubahan, diberi lapisan
semen setinggi 4,5 m dan dihias dengan keramik bermotif flora
dan geometris. Namun tempat adzan yang berada di atas tiang
utama tetap dipertahankan, tempat muadzinnya sendiri mirip
sebuah panggung kecil, bagian tepi terdapat pagar keliling yang
berhiaskan ukiran motif sulur-suluran.
Sebagai pelengkap ruang masjid, yaitu terdapat sebuah mihrab
dan mimbar. Mimbar masjid berukuran 2,24 x 1,48 m dilengkapi
tangga berhias motif sulur-suluran. Mimbar ini mempunyai 4 buah
tiang berbentuk segi delapan semakin ke atas makin kecil dan
berhias ukiran motif sulur-suluran. Pada bagian mihrab berdenah
segi lima dan dihias dengan ukiran motif sulur-suluran, tempelan
tegel keramik, dan pada sisi luar atapnya berbentuk kubah
berpuncak mustaka.
Perkembangan sampai Seiring dengan perjalanan waktu pada tahun 1926, lantai masjid
sekarang
Gambar/Foto
Salah satu kain Batik yang berasal dari Abad 17 M, Kain Batik tersebut digelari Kain
Tudung Sirkeh Munting. Konon Leluhur yang bernama Salih Kcik Sarimping Pingai istri
dari Dipati Agung Tuo menggunakan kain tersebut sebagai penutup kepala saat upacaraupacara ritual, setelah meninggalnya kain tersebut diwariskan turun temurun ke anak
keturunannya sampai saat ini.
Kain Tudung Sirkeh Munting mempunyai motif Teratai dan simbol Matahari dibagian
tengahnya yang mengandung filosofi hukum adat yang berlaku dalam masyarakat Kerinci.
Jumlah Bunga yang mengelilingi teratai sebanyak dua belas melambangkan Undang-undang
yang dua belas yaitu undang-undang yang mengatur masalah Hukum Tuduh bagi pelaku
pidana. Sedangkan jumlah kelopak teratai sebanyak delapan melambangkan Undang-undang
Nan Salapan yang mengatur masalah ketertiban dalam masyarakat.
Seiring dengan perkembangan zaman ada banyak bentuk dan nama motif di industri
batik Kerinci yang ada di Kota Sungai Penuh. Pada Sanggar Batik Karang Setio, ciri khas
motifnya yaitu motif tulisan incung (aksara incung) dengan warna khas batik yaitu merah
hati, nama-nama motif batik tersebut terdiri dari: motif terung pirus, biloik (lumbung padi),
ukiran masjid agung, kulit manis, bungo pandan, pakau imbo, tumpal, tulisan incung, lapek
terawang, enceng gondok, selampit simpei, pinggiran dan jangki terawang.
6. Seni Kerajinan Tangan dari Tradisional dari Kabupaten Kerinci dan Sungai Penuh
Adapun kerajinan tangan yang berasal dari Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh
adalah sebagai berikut:
1) Tikar Lapik
Lapik Khas Kerinci adalah sejenis tikar yang memiliki ukuran yang unik dan tidak
terdapat di daerah lain. Dalam kehidupan sehari-hari khususnya di daerah Kabupaten Kerinci,
Propinsi Jambi, tikar kecil ini biasanya dipakai sebagai alas duduk untuk menghormati tamu
atau pemegang adat.
Lapik bagi masyarakat Kerinci bukanlah sekedar alas untuk tempat duduk tradisional
yang terbuat dari anyaman pandan kering yang telah diberi pewarna, namun mengandung
nilai-nilai sejarah yang tinggi dan merupakan warisan budaya nenek moyang yang memiliki
nilai-nilai kearifan lokal yang tidak dimiliki oleh daerah lain. Lapik yang sudah sangat akrab
dipakai sehari-hari di daerah Kerinci adalah sejenis tikar kecil berlapis yang memiliki jenis
ornamen hiasan yang khas. Pada jaman dahulu lapik menjadi tempat duduk bagi para
pembesar adat. Bahkan konon kabarnya merupakan tempat duduk bagi para Depati
(pemimpin/tokoh adat) saja.
Ini semua mengingatkan akan nilai budaya
Lapik Kerinci
Masyarakat Kerinci dimana pada jaman kerajaan dahulu Kerinci tidak mengenal adanya
singgasana/kursi sebagai tempat duduk seperti suku-suku lainnya di Indonesia. Kebiasaannya
adalah duduk bersila di atas lantai atau tikar pandan bagi tempat duduk rakyat sedangkan
lapik hanya diperuntukkan bagi para depati. Ini adalah wujud dari pengamalan "duduk sama
rendah berdiri sama tinggi" yang sampai saat ini dipegang teguh dalam adat istiadat di
Masyarakat Kerinci.
2) Keranjang Rotan
Salah satu jenis souvenir yang dihasilkan oleh Kota Sungai Penuh, Kerinci adalah
kerajinan rotan, dimana pusat tempat pembuatan kerajinan rotan ini berlokasi di Desa Sungai
Tutung, Desa Air Hangat Kerinci. Lokasi pembuatannya tidak memiliki pabrik sendiri
melainkan proses pembuatannya dilakukan di rumah rumah penduduk sekitar, namun tidak
semua penduduk di desa ini melakukan kegiatan produksi kerajinan rotan, semuanya hanya
sekitar 7 keluarga saja. Kerajinan ini merupakan hand made dari penduduk sekitar.
Ciri khas dari kerajinan rotan yang dihasilkan oleh penduduk di desa Sungai Tutung ini
adalah bahan baku rotan yang digunakan yaitu memiliki sabut yang lembut dan putih
sehinmgga lebih mudah dalam memberikan bentuk pada rotan yang akan digunakan. Proses
pembuatan kerajinan rotan ini tidak terlalu sulit bagi para pengrajin. Proses pembuatannya
hanya membutuhkan waktu kurang lebih 10 menit saja untuk menghasilkan 1 buah keranjang
rotan. Setelah selesai dibuat kemudian keranjang keranjang rotan itu akan dikirim ke para
penampung untuk dilanjutkan proses selanjutnya yaitu dipernis. Pernis merupakan salah satu
proses penghalusan dan pemberian warna berupa cat pada rotan. Setelah proses tersebut maka
kerajinan rotan ini siap untuk dipasarkan dan dijual, biasanya pemasaran dari kerajinan ini
adalah dikirim ke daerah Padang dan sekitarnya.
deretan rumah tempat tinggal yang memanjang dengan tipe yang sama. Nama
bangunannya adalah Rumah Larik.
2) Rumah Ibadah (Pemujaan)
Rumah ibadah (pemujaan) adalah salah satu hasil kebudayaan manusia yang sangat
penting dalam kehidupan sehari-hari. Manusia dalam melangsungkan kehidupannya,
bukan hanya dituntut oleh kegiatan jasmaninya saja, tetapi juga dituntut oleh kegiatan
rohaninya. Pada zaman dahulu kegiatan rohaniah manusia tidak dapat dipisahkan dengan
unsur kepercayaan dan agama. Oleh sebab itu, tidak sedikit dijumpai peninggalanpeninggalan budaya, khususnya dalam bidang arsitektur yang berkaitan dengan
keagamaan, seperti candi-candi, mesjid-mesjid, dan gereja. Di dusun Pondok Tinggi
Kerinci terdapat sebuah peninggalan rumah ibadah yang bermutu dan tinggi nilainya.
Peninggalan rumah ibadah ini merupakan peninggalan budaya islam yang mengandung
nilai dan tradisi tersendiri. Nama bangunannya adalah Mesjid Agung Pondok Tinggi.
Nama
Makna/Tujuan
Pencipta/Penemu
Tahun ditemukan
Ciri khas/Keunikan
panggung.
Anonim
Tidak diketahui kapan Rumah Larik ditemukan.
Ciri khas rumah ini terdapat pada pintu masuk. Rumah yang
bentuknya panjang ini, hanya memiliki satu pintu masuk. Namun,
di dalamnya menampung beberapa kepala keluarga. Sehingga,
keadaan antar tetangga, dapat langsung berkomunikasi di atas /
dalam rumah, tidak perlu turun. Ada juga yang khas dari rumah
ini, pintu yang begitu pendek, atap yang tidak begitu jauh jaraknya
dengan kepala kita apabila kita berdiri di dalamnya. Dan jendela
rumah ini begitu unik, dengan ukuran yang kecil. Seluruh rumah
ini berbahan dasar kayu yang kuat, sehingga umur dari rumah ini
bisa berpuluh puluh tahun.
Rumah ini terdapat ukiran ukiran khas Sungai Penuh, dan warna
khas yang menunjukkan cirinya yaitu merah, hitam, putih, dan
biru. Serta warna kuning dan hijau, menandakan masuknya
peradaban Islam.
Perkembangan sampai Kemudian, sejalan dengan waktu, setelah mulai berkurangnya
sekarang
Gambar/Foto
Tidak hanya dendeng batokok, tapi juga daerah ini ada dodol kentang. Dodol kentang
berasal dari bahan dasar kentang, dan diciptakan berbagai rasa, mulai dari rasa pandan, gula
aren, hingga rasa durian. Dan yang paling khas di Kota Sungai Penuh dan Kerinci, yaitu
minuman yang memiliki banyak khasiat, Sirup Kayu Manis. Sirup ini, berbahan dasar asli
kayu manis, yang kemudian diolah menjadi sirup. Penyajian sirup kayu manis ini, biasanya
disajikan bersama dengan teh hangat, yang kemudian disatukan dan diaduk. Setelah
meminum sirup kayu manis ini, tenggorokan dan perut terasa begitu hangat.
Bukan hanya rasa yang menggiurkan, namun khasiat dari sirup ini begitu banyak,
diantaranya :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Menghangatkan badan
Mencegah pegal linu
Mencegah reumatik
Melancarkan aliran darah
Mencegah masuk angin
Dan mengembalikan kondisi tubuh
membersihkan irigasi sawah, menanam benih padi, menuai padi, nolak bala, kenduri sudah
tuai, kenduri tengah padang dan beberapa upacara ritual lainnya.
3. Upacara adat tumbuh tumbuh roman roman
Upacara ini memiliki pengertian bahwa suatu upacara yang dilaksanakan dalam keadaan
tertentu dengan pokok maslah yang tumbuh pada bentuk rupa dan sifat yang khusus. Upacara
ini dapat dilihat pada upacara tari asyek negeri, tale naik haji, mengangkat anak angkat,
pelanggaran hukum adat, melepas nazar, dan upacara saling sangketa.
Upacara-upacara adat yang dilaksanakan oleh penduduk Kerinci selain menjadi warisan
budaya nenek moyang juga mempuyai fungsi antara lain:
1. Memperkokoh persatuan dan kesatuan kekerabatan dan meningkatkan silaturrahmi dalam
kehidupan masyarakat pada umumnya.
2. Wadah untuk menjalin rasa kebersamaan dalam prinsip hidup bergotong-royong.
3. Wujud kebanggaan bagi masyarakat Kerinci bahwa mereka memiliki tata cara adat
tersendiri yang tidak kalah dengan adat lainnya.
4. Forum komunikasi antara generasi tua dengan generasi muda dalam menyampaikan pesan
untuk kehidupan masa depan yang lebih baik.
5. Sarana pembinaan nilai-nilai tradisional yang tak lapuk kena hujan tak lekang kena panas.
Sebagaimana tradisi-tradisi dalam upacara adat di setiap masyarakat, upacara Kenduri
Sko di Kerinci memiliki arti penting bagi masyarakat setempat.
Kenduri Sko
Pusako dalam bahasa indonesia sama dengan pusaka yaitu, apa-apa yang diterima dari
nenek moyang, berupa harta benda dan lain-lain. Sedangkan sko berkaitan dengan pihak ibu
baik berupa gelar kaum/suku/kelebu maupun berupa harta pusaka tinggi. Menurut adat
Kerinci pusaka terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Pusaka yang datangnya dari bapak dinamaiharta.
2. Pusaka yang datangnya dari ibu dinamaisko.
Sko asal dari ibu terdiri dari dua macam:
a)
b)
dan Kenduri Sko adalah suatu rangkaian acara adat yang saling berhubungan satu sama lain.
Sebab disaat Kenduri Pusaka dilaksanakan maka Kenduri Sko pun harus dilaksanakan.
Kenduri Pusaka dan Kenduri Sko dilaksanakan setiap sepuluh tahun sekali. Kenduri
Sko secara adat Kerinci adalah suatu acara pengukuhan gelar suku atau kepala adat.
Sedangkan Kenduri Pusaka adalah dimana semua pusaka yang ada dari nenek moyang
mereka dikeluarkan dari tempat penyimpanannya untuk disucikan atau dibersihkan oleh para
suku atau kepala adat yang telah dikukuhkan disaat kenduri sko dan disaksikan oleh seluruh
masyarakat Kerinci. Mengenai warisan Sko atau gelar Pusaka Kelebu (suku) yang turun
temurun, di sandang oleh Mamak Kelebu. Gelar Sko Mamak Kelebu merupakan titel jabatan
selaku raja adat, tetua adat atau kepala suku. Gelar tetua adat tersebut akan di pakai seumur
hidup, tidak digilir diganti antara saudara-saudara senenek. Sedang Kerinci bagian hilir gelar
adat digilir diganti pada setiap upacara Kenduri Sko.
Sistem Kedepatian
Dalam kehidupan masyarakat Kerinci dikenal sistem sko tiga takah (tingkatan).
Pengertian sko berasal dari kata saka berarti, keluarga atau nenek moyang dari pihak ibu.
Sko tiga takah merupakan bentuk struktur pelapisan sosial yang terdapat pada masyarakat
Kerinci. Sistem sko tiga takah itu adalah Depati atau setingkat Depati, Permenti atau Ninik
Mamak, dan Tengganai atau anak jantan. Untuk jadi Depati atau Ninik Mamak dipilh oleh
masyarakat anak janan yang memenuhi persyaratan, karena prinsip adat Kerinci gelar sko
yang melekat pada diri seseorang memiliki sifat kawi (kuat). Depati dan Ninik Mamak adalah
simbol tertinggi pada struktur lapisan sosial masyarakat Kerinci, kedudukan dan fungsi yang
melekat berupa gelar sko menjadikan ia bangsawan jabatan pada sistem sko tiga takah. Sko
adalah gelar pusaka turun temurun yang disandang oleh raja adat (kepala suku).
Pemangku adat dalam menjalankan tugas memberi keizinan ajun-arah bagi kegiatan
anak-kemenakannya, ada tiga perkara yang tidak boleh dianju-diarah oleh Depati Ninik
Mamak, yaitu:
1. Jeluang di tengah negeri: ialah ajun-arah yang telah diberikan kepada seseorang, tidak
boleh diberikan kepada orang lain. Tetapi ada batas waktunya sesuai dengan aturan adat
setempat, kemudian arah digulung dan dikembali kepada hak negeri/dusun wewenang
Depati Ninik Mamak.
2. Kayu ara empang berakar, ialah jika rumah atau lumbung padi/rangkiang yang telah
rusak, tetapi masih terdapat tanda berdirinya walaupun sebatang tonggak.
3. Galung terlentang, cocok tanam yang letaknya diluar parit bersudut empat/negeri, yang
sudah dimiliki atau dipelihara seseorang maupun kaum, misalnya pendam pekuburan dan
belukar yang sudah tidak digarap lagi.
Pelaksanaan
Perlengkapan kenduri sko, yaitu:
1. Tenda atau Taruk berukuran besar diatas Tanah Mendapo (tempat berlangsungnya Upacara
adat Kenduri Sko).
2. Umbul-umbul atau Bendera berwarna-warni disekitar tempat upacara.
3. Bendera merah putih berbentuk segitiga siku-siku berukuran besar (dalam bahasa Kerinci
bendera ini disebut dengan Karamtang). Karamtang ini dipasang ditempat terbuka pada
ketinggian mencapai 30 meter. Pada bagian puncaknya digantunngkan Tanduk kerbau.
Bendera ini merupakan sebuah isyarat tentang adanya Kenduri Sko dan sekaligus menjadi
4.
5.
6.
7.
8.
undangan bagi masyarakat banyak untuk datang menghadiri upara yang sakral itu.
Pakaian adat, keris, dan tongkat yang dipakai oleh para Pemangku adat.
Pakaian adat para Dayang (dalam bahasa Kerinci disebut dengan Lita dan Kulok).
Pedang Hulubalang untuk keperluan Pencak Silat.
Sesajian berupa beras kuning, kemenyan dan adonan sirih nan sekapur rokok nan sebatang.
Gong, gendang dan rebana untuk keperluan kesenian daerah yang akan ditampilkan dalam
rangkaina prosesi upacara.
tertentu menurut adat kerinci. Cara memakainya juga berbeda antara Depati dan Ninik
Mamak, yang terletak pada ikatan kepala dan selempang sarungnya. Jika Depati pakai seluk
dan Ninik Mamak pakai Lita, begitu pula kain sarungnya jika Depati sarung lurus dan Ninik
Mamak sarung miring. Umumnya pakaian Depati dan Ninik Mamak berwarna hitam dengan
hiasan sulaman benang warna kuning pada dada yang bermakna:
a) Hitam melambangkan rakyat banyak yang berarti kekuatan,jadi Depati dan Ninik Mamak
memiliki kekuatan karena rakyatnya.
b) Kuning melambangkan kekuasaan yang berarti berundang berlembago,jadi Depati dan
Ninik Mamak melaksanakan kekuasaan berdasar undang dan lembago.
Busana pemangku adat ini juga digunakan oleh para pemangku adat untuk menghadiri
perhelatan pengantin.
Rangkaian acara
Pukul 08.00 pagi pada hari yang telah ditetapkan, semua masyarakat berdatangan ke
Tanah Mendapo. Dengan antusias mereka ingin menyaksikan rangkaian upacara Kenduri
Sko. Adapun rangkaian acaranya adalah sebagai berikut :
Pertunjukan Kesenian Daerah
1. Pencak Silat
Pencak Silat adalah seni bela diri dengan menggunakan dua mata pedang. Pencak silat ini
dimainkan oleh sepasang anak jantan yang masing-masing memegang satu pedang.
Mereka mempertontonkan keahlian bermain senjata tajam.
2. Tari Persembahan
Tari persembahan adalah tari untuk menyerahkan sekapur sirih kepada para petinggipetinggi daerah yang hadir, Depati nan Bertujuh, Permanti nan Sepuluh, Mangku nan
Baduo serta Ngabi Teh Santio Bawo. Juga menyerahkan sekapur sirih kepada calon
Depati, Ngabi, Permanti dan Mangku yang akan dinobatkan menjadi pemangku adat yang
baru.
3. Tarian asyeak
Tarian upacara yang pada klimaksnya dapat membuat penari kesurupan (trance) sehingga
tubuh para penari tersebut tidak mempan oleh senjata tajam atau api, meniti mata keris
atau pedang tanpa luka. Biasanya tarian jenis ini terasa dominan mempengaruhi unsurunsur magis, sehingga tidak bisa dipertunjukkan disembarang waktu.
4. Tari Massal
Tarian ini ditata sedemikian rupa khusus dipagelarkan untuk acara-acara helatan besar
seperti Festival danau Kerinci dan juga Kenduri Sko. Tarian ini ditata dengan konfigurasi
menggambarkan keadaan geografis Kerinci yang berbentuk kawah (landai). Gerakan
yang ditarikan merupakan gerak-gerak tari tradisional Kerinci seperti tari Rangguk dan
tari Iyo-yo.
5. Tari Rangguk
Tari Rangguk ini merupakan tarian spesifik Kerinci yang populer. Tarian ini ditarikan
oleh beberapa gadis remaja sambil memukul rebana kecil. Tarian ini diiringi dengan
nyanyian sambil mengangguk-anggukkan kepala seakan memberikan hormat. Tari
Rangguk dilakukan pada acara-acara tertentu seperti menerima kedatangan Depati (tokoh
adat Kerinci), tamu dan para pembesar dari luar daerah.
6. Penurunan Pusaka
Menurunkan pusaka dari Rumah Gadang (dalam bahasa Kerinci Rumah Gedang disebut
Umoh Deh) dibawa ke Tanah Mendapo tempat upacara dilaksanakan. Oleh para sesepuh
adat, pusaka itu lalu dibuka satu persatu, dibersihkan dan dipertontonkan kepada
masyarakat sambil menceritakan asal usul atau sejarah pusaka tersebut.
7. Penobatan para pemangku adat
1) Depati
Semua calon Depati dan Ngabi memakai pakaian adat berwarna hitam dan berbenang
emas. Dipinggang sebelah kanan diselipkan sebilah keris. Untuk calon Permanti dan Mangku
juga memakai pakaian adat dan sebuah tongkat yang terbuat dari kayu pacat. Calon Depati
baru dipanggil naik ke pentas secara bergantian lima orang. Sampai diatas pentas disebutkan
namanya satu persatu seraya menjatuhkan Gelar Sko yang akan dijabatnya.
2) Ninik Mamak
Calon Permanti baru dipanggil naik ke pentas secara bergantian lima orang. Sampai diatas
pentas disebutkan namanya satu persatu seraya menjatuhkan Gelar Sko yang akan dijabatnya.
3) Tengganai
Tradisi masyarakat kerinci dalam mengadakan kenduri sko, salah satunya terdapat
pidato adat yang disebut deto talitai. Deto talitai ialah rangkaian pidato adat yang
disampaikan dalam bahasa berirama, dilakukan sewaktu upacara kenduri sko (adat) dan
pengukuhan gelar kebasaran tertua adat atau kepala suku Depati ataupun Ninik Mamak.
Pidato adat ini berbentuk prosa berirama dan didalamnya terdapat pepatah petitih. Setelah
penyampaian pidato deto talitai oleh orang yang ditugaskan biasanya seseorang yang
berjabatan Pemangku, Ninik Mamak, Depati atau setingkat depati. Diikuti dengan maklumat
sumpah karang setio yang berisi peringatan keras pada orang yang menyandang gelar sko
yang dikukuhkan pada hari ia dinobatkan menjadi ketua adat (depati). Sumpah karang setio
tersebut secara umum terdapat pada masing-masing lurah atau wilayah persekutuan adat
kerinci.
Dibawah ini di kutip salah satu bunyi pepatah petitih penobatan dalam wilayah
persekutuan adat Depati nan Berujuh Tanah Mendapo :
Rapek-rapeklah anok janteang anok batino dalon dusun ineih dengea pasak-pasak. Adepun
kamai ineih melakaukan buot dingon karang setio, di ateh baserau ngan baimbea anok
janteang anok batino, kepado umoh kapado tango, kapado laheik kapado jajo,
manganengohkan tando kbea sikou breh sratauh, ndok jadi Depatai dan Permentai. Lah
Bapapah babimboing kapado Depati nan Batujeuh, Pamangkau nan Baduea sarto Permentai
nan Spulauh. Sudeah niang dipabuot, jadinyo Depati Nan Batujeuh, batinonyo Pamangkau
Nan Baduea, lahirnyo kamai Ngabi Teh Santio Baweo batinnyo Depati Nan Batujeuh,
sudeah diparbuot di ateh umoh patelai, sandinyo padek tanoh krajaan, lubeuk mmeh
pendannyo mmeh, sungei bremeh tanjoun bajure, di ateh tanoh ngan sabingkeh, dibawah
pawon ngan sakakai,bahimpoung piagea ngan tujeuh pucauk pado keri Pendok Anggo
Lumpaing. Masauk pado karang stio ngan samangkauk. Sapo ngising kno miang, sapo
nguyang kno rbeah, sapo mancak mulih utang, sapo nindeih mulih garoih. Ideak bulieh
nuhok kawang saireing,ideak bulieh nguntein kae dalon lipatan. Ideak bulieh bakuroak
bakandon daleang,ideak bulieh pepak di luo unceing di dalon. Kalou diparbuot, padoi
ditanang lalang tumbouh, kunyaet ditanang puteih isi, anak dipangkau jadi bateu. Ngadeak
ka ilei dikutuk Tuhang, ngadeak ka mudeik dikutuk Tuhang, dikutuk quran 30 jeuh dimakon
biso kawai. Ka dateh ideak bapucauk, ka bawoh ideak baurak, di tengoah di jarum kumbang.
Dibageh ingak pado sagalo anok janteang anok batinoa, jiko awak ideak dilabeuhkan glea,
dijadikan rekak dengon rekik, dijadikan rujuk dingon undou. Manggulung si lengan baje,
nyingkak kaki sirwang, nambak bateu di balei, manikang kapalo karto, ngato awak di luo
adeak di luo pusko, ngandang saumo ideuk. itoh salah!
Didendo dingan breh saratauh kbou sikau. Kalou traso awak dilabeuhkan glo, dijadikan
gleak dingan ilei, dijadikan tpauk dingan tarai, traso gedeang ndok malando, traso panjang
ndok malilaik.
Mangupak mangupur balea,bagaligo buleak sakendok atai. Basutang di matao brajea di
atai, babeneak ka mpou kakai.itoh salah!Lahe mulih utang batin dimakon karang stio nan
samangkauk. Kinai lah diangauh breh sratauh kbea sikau, suko jadoi suko manjadoi, glo
jateuh pusko tibeo.
Terjemahan dalam bahasa Indonesia :
Rapat-rapatlah anak jantan anak perempuan dalam dusun ini, dengar jelas-jelas. Adapun
kami ini melakukan buat dengan karang setia, diatas berseru dan berimbau anak jantan
anak perempuan, kepada rumah kepada tanga, kepada larik, kepada jajar mengenengahkan
tanda kerbau seekor beras seratus hendak jadi Depati dan Permenti. Sudah berpapah
berbimbing kepada Depati Nan Bertujuh, betinanya Pemangku Nan Berdua, lahirnya kami
Ngabi Teh Santio Bawo, batinnya Depati Nan Bertujuh, sudah di perbuat di atas rumah das
rumah pateli, sendinya padat tanah kerajaan, lubuk emas pandannya emas, sungai beremas
tanjung berjurai, di atas tanah yang sebingkah, di bawah payung yang sekaki, berhimpun
piagam yang tujuh pucuk kepada keris Penduk Anggo Lumping.
Masuk pada karang setia yang semangkuk. Siapa mengeseh kena miang, siapa menggoyang
kena rebah, siapa berbuat salah, beroleh hutang, siapa menindih beroleh garis. Tidak boleh
menohok kawan seiring, tidak boleh menggunting dalam lipatan. Tidak boleh berkurung
berkandang dalam, tidak boleh pepat di luar runcing di dalam. Kalau di perbuat, padi
ditanam ilalang tumbuh, kunyit ditanam putih isi, anak dipangku jadi batu.
Menghadap ke hilir dikutuk Tuhan, menghadap ke mudik dikutuk Tuhan, di tengah di makan
bisa kawi, di kutuk Quran 30 juz, ke atas tidak berpucuk, ke bawah tidak berurat, di tengah
di jarum kumbang.
Di beri ingat kepada semua anak jantan anak betina, jika kita tidak di berikan gelar,
dijadikan rekak dengan rekik, dijadikan rujuk denagn mundur. Menggulung si lengan baju,
menyingkat kaki celana, melemparkan batu di balai, menikam kepala kerta mengatakan kita
di luar adat, di luar pusaka, mengandang seumur hidup.itu salah! Di denda beras seratus
kerbau seekor.
Kalau terasa kita berikan gelar, dijadikan gelak dengan ilir, dijadikan tepuk dengan tari,
terasa besar hendak melanda,terasa panjang hendak melilit. Mengupak mengupur balai,
berbuat sekehendak hati. Bersutan di mata, beraja di hati, berbenak ke empu kaki. Itu
salah! Lahir dapat hutang, batin di makan karang setia nan semangkuk. Sekarang sudah di
hangus beras seratus kerbau seekor, suka jadi suka menjadi, gelar jatuh pusaka kita
Setelah semua acara acara selesai semua pusaka yang telah dibersihkan diletakkan
kembali di tempat adat yang telah disediakan yang bernama rumah gadang kerinci.
10. Seni Keagamaan Tradisional dari Kabupaten Kerinci dan Sungai Penuh