Anda di halaman 1dari 18

A.

Sejarah Singkat Daerah Kerinci


Kabupaten Kerinci adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jambi, Indonesia. Kerinci
ditetapkan sebagai Kabupaten sejak awal berdirinya Provinsi Jambi dengan pusat pemerintahan
di Sungai Penuh. Pada tahun 2011, pusat pemerintahan berpindah ke Siulak. Nama kerinci
berasal dari bahasa Tamil yaitu Kurinji, yang merupakan nama bunga yang tumbuh di daerah
pegunungan india selatan.

Catatan China menyebut ada sebuah negeri bernama Koying yang berdiri pada Abad 2
SM. Negeri ini terletak di sebuah dataran tinggi dan memiliki gunung berapi. Beberapa ahli
berpendapat bahwa Koying identik dengan dataran tinggi Kerinci. Abad 14 M, Kerajaan
Dharmasraya mulai menetapkan undang-undang kepada para Kepala suku atau luhah disetiap
dusun di Selunjur bhumi Kurinci, Kepala suku tersebut disebut sebagai Depati sebagaimana
yang tercantum dalam kitab Undang-undang Tanjung Tanah. Menurut Uli Kozok, negeri
Kurinci atau Kerinci tidak sepenuhnya di bawah kendali Dharmasraya, para Depati tetap
memiliki hak Penuh atas kekuasaannya, penetapan Undang-undang disebabkan Kerajaan
Dharmasraya ingin menguasai perdagangan emas yang saat itu melimpah ruah di Bumi
Kerinci. Abad 15 M, Kerajaan Jambi mulai memegang kendali atas Para Depati di Bumi
Kerinci, Kerajaan Jambi yang berada di Tanah Pilih, Kota Jambi sekarang. Menunjuk Pangeran
Temenggung Kebul di Bukit sebagai wakil Kerajaan Jambi di wilayah hulu berkedudukan di
Muaro Masumai, untuk mengontrol dan mengendalikan para Depati di Kerinci Rendah dan
Kerinci Tinggi. Para depati yang dulunya terpisah-pisah dalam sebuah kampung atau kelompok
kecil disatukan dalam pemerintahan yang dibuat oleh Kerajaan Jambi, Pemerintahan ini disebut
dengan Pemerintahan Depati Empat,berpusat di Sandaran Agung. Abad 16 M, Terjadinya
perjanjian di Bukit Sitinjau Laut antara Kesultanan Jambi yang diwakili oleh Pangeran
Temenggung,Kesultanan Inderapura diwakili oleh Sultan Muhammadsyah dikenal dengan
sebutan Tuanku Berdarah Putih dan Alam Kerinci diwakili oleh Depati Rencong Telang dan
Depati Rajo Mudo. Isi Perjanjian tersebut intinya untuk saling menjaga keamanan antar tiga
wilayah sebab saat itu banyak para penyamun dan perompak yang berada di jalur perdagangan
antara Kerinci-Indrapura maupun Kerinci-Jambi.

Abad 17 M, terbentuk Pemerintahan Mendapo nan Selapan Helai Kain yang berpusat
di Hamparan Rawang, serta beberapa wilayah Otonomi tersendiri seperti Tigo Luhah Tanah
Sekudung di Siulak, Pegawai jenang Pegawai Raja di Sungai Penuh.Tahun 1901 M, Belanda
Mulai Masuk Ke Alam Kerinci melewati renah Manjuto di Lempur hingga terjadi peperangan
dengan beberapa Pasukan Belanda, Pasukan Belanda gagal memasuki Alam Kerinci.Tahun
1903 M, Belanda berhasil membujuk Sultan Rusli, Tuanku Regent sekaligus menjabat Sultan
Indrapura untuk membawa pasukan Belanda ke Alam Kerinci dengan tujuan agar tidak terjadi
perlawanan dari rakyat Kerinci. Ternyata yang terjadi sebaliknya, Perlawanan Rakyat Kerinci
begitu hebatnya hingga terjadi peperangan selama Tiga bulan di Pulau Tengah. Peperangan
Pulau Tengah di bawah komando Depati Parbo memakan korban perempuan dan anak-anak
yang begitu banyak setelah Belanda membakar habis Kampung tersebut. Tahun 1904 M,
Kerinci takluk di bawah pemerintahan Belanda setelah kalah Perang dan Depati Parbo di Buang
Ke Ternate.

Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Kerinci masuk ke dalam Karesidenan Jambi
(1904-1921), kemudian berganti di bawah Karesidenan Sumatra's Westkust (1921-1942). Pada
masa itu, Kerinci dijadikan wilayah setingkat onderafdeeling yang dinamakan Onderafdeeling
Kerinci-Indrapura. Setelah kemerdekaan, status administratifnya dijadikan Kabupaten Pesisir
Selatan-Kerinci. Sedangkan Kerinci sendiri, diberi status daerah administratif setingkat
kewedanaan. Kewedanan Kerinci terbagi menjadi tiga Kecamatan yaitu: Kecamatan Kerinci
Hulu terdiri dari Kemendapoan Danau Bento, Kemendapoan Natasari, Kemendapoan Siulak
(Wilayah Adat tanah Sekudung) serta Kemendapoan Semurup, Kecamatan Kerinci tengah
terdiri dari Kemendapoan Depati Tujuh, Kemendapoan Kemantan, Kemendapoan Rawang,
Kemendapoan Sungai Tutung, Kemendapoan Limo Dusun, Kemendapoan Penawar,
Kemendapoan Hiang,dan Kemendapoan Keliling danau, Kecamatan Kerinci Hilir terdiri dari
kemendapoan seleman,Kemendapoan 3 Helai Kain, kemendapoan Lempur, dan Kemendapoan
Lolo.

Pada tahun 1957, Provinsi Sumatra Tengah dipecah menjadi 3 provinsi: Sumatra Barat,
meliputi daerah darek Minangkabau dan Rantau Pesisir Riau, meliputi wilayah Kesultanan
Siak, Pelalawan, Rokan, Indragiri, Riau-Lingga, ditambah Rantau Hilir Minangkabau: Kampar
dan Kuantan. Jambi, meliputi bekas wilayah Kesultanan Jambi ditambah Pecahan dari
Kabupaten Pesisir Selatan -Kerinci: Kerinci. Tahun 1970, Sistem Kemendapoan ( setingkat
kelurahan) yang telah dipakai sejak ratusan tahun lalu, dihapuskan. Istilah Dusun diganti
menjadi desa.

Nama "Kerinci" berasal dari bahasa Tamil "Kurinci". Tanah Tamil dapat dibagi menjadi
empat kawasan yang dinamakan menurut bunga yang khas untuk masing-masing daerah.
Bunga yang khas untuk daerah pegunungan ialah bunga Kurinci (Latin Strobilanthus. Dengan
demikian Kurinci juga berarti 'kawasan pegunungan'.
Zaman dahulu, Sumatra dikenal dengan istilah Swarnadwipa atau Swarnabhumi (tanah
atau pulau emas). Kala itu Kerinci, Lebong, dan Minangkabau menjadi wilayah penghasil emas
utama di Indonesia (walaupun kebanyakan sumber emas terdapat di luar Kabupaten Kerinci di
daerah Pangkalan Jambu, Kabupaten Merangin). Di daerah Kerinci banyak ditemukan batu-
batuan Megalitik dari zaman Perunggu (Bronze Age) dengan pengaruh Budha termasuk
keramik Tiongkok. Hal ini menunjukkan wilayah ini telah banyak berhubungan dengan dunia
luar.

Awalnya "Kerinci" adalah nama sebuah gunung dan danau (tasik), tetapi kemudian
wilayah yang berada di sekitarnya disebut dengan nama yang sama. Dengan begitu daerahnya
disebut sebagai Kerinci (Kinci atau Kince atau “Kincai” dalam bahasa setempat), dan
penduduknya pun disebut sebagai orang Kerinci.

B. Makna Semboyan Daerah Kerinci


Adapun makna atau semboyan daerah kerinci adalah “Sakti Alam Kerinci” yang mana
memiliki arti yaitu:
 Dasar Biru, menunjukkan daerah Kerinci yang terletak diatas pegunungan
 Latar Belakang sket Gunung Kerinci, menunjukkan keagungan Sejarah dan
Kebudayaan
 Mesjid, melambangkan ketaqwaan masyarakat Kerinci terhadap Tuhan Yang Maha
Esa
 Jenjang Tingkat Lima, menunjukkan jiwa Pancasila
 Gong, menunjukkan persatuan dan kesatuan serta ketinggian seni budaya
 Keris, melambangkan kepahlawanan rakyat Kerinci dan keadilan penguasanya.
 Padi : Sepuluh butir sebelah kiri menunjukkan tanggal 10
 Sebelas butir sebelah kanan menunjukkan bulan 11 atau November
 Daun Teh :Lima helai sebelah kiri;
b.Delapan helai sebelah kanan;

Keduanya menunjukkan angka 58 (dari kedua hasil pertanian dan perkebunan


tersebut padi dan the tercermin waktu kelahiran daerah Kabupaten Kerinci, yaitu tanggal 10
November 1958

Empat Buah Kunci, melambangkan penguasa adat di Kerinci yang disebut orang empat
jenis, yaitu Depati Ninik Mamak, Orang tua Cerdik Pandai, Alim Ulama dan Hulubalang. Pada
Pita tertulis, “SAKTI ALAM KERINCI”, sebagai motto daerah.
C. Tulisan Asli Daerah Kerinci

Kabupaten Kerinci merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki aksara
atau tulisan kuno yang sering disebut dengan Incung.

Iskandar menyebutkan, pada zaman dahulu aksara Incung ditulis di berbagai bentuk
media purba seperti tanduk, bambu, kertas, tulang, dan batu. Kini aksara incung dijadikan Sko
atau barang pusaka yang hanya dilihat oleh warga dan tokoh adat saat ada kenduri Sko dan
penobatan Depati dalam waktu yang tidak ditentukan."Adapun isi dari aksara incung ini
merupakan pesan, doa, syair, pantun, dan mantra yang dituliskan orang-orang terdahulu,"

Aksara Incung merupakan salah satu aksara di Indonesia yang digunakan oleh Suku
Kerinci yang mendiami dataran tinggi Jambi, Provinsi Jambi. Kerinci berjarak sekitar 430 KM
dari pusat Kota Jambi. Daerah ini memiliki dua daerah administrasi, yaitu Kabupaten Kerinci
dan Kota Sungai Penuh.

Secara bahasa, aksara Incung berarti miring atau terpancung (dari bahasa kerinci).
Aksara Incung sendiri dibentuk oleh garis-lurus, patah terpancung, dan melengkung. Aksara
Incung adalah peninggalan nenek moyang Kerinci Kuno. Incung ini digunakan oleh leluhur
Kerinci untuk mendokumentasikan tentang sejarah, sastra, hukum adat, dan mantra-mantra.
Konon, ada yang mengatakan, aksara ini telah ada sejak abad ke-4 Masehi, tapi belum ada
kepastian mengenai asal-mulanya. Setiap daerah yang memiliki aksara sendiri, sudah tentu
memiliki peradaban yang bagus di zaman dulu. Baik dalam segi pendidikan, hukum, dan
sebagainya.

Contoh tulisan:
D. Bahasa Yang Digunakan

Bahasa Kerinci memiliki keragaman yang sangat tinggi; diperkirakan terdapat 130 sub-
dialek dan 7 dialek utama, yaitu dialek Gunung Raya, dialek Danau Kerinci, dialek Sitinjau
Laut, dialek Sungai Penuh, dialek Pembantu Sungai Tutung, dialek Belui Air Hangat, dan
dialek Gunung Kerinci. Berdasarkan penghitungan dialektometri, persentase perbedaan
ketujuh dialek tersebut berkisar 51%-65,50%. Sedangkan bahasa Kerinci memiliki persentase
perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Bengkulu dan Minangkabau.

Bahasa Kerinci adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu. Para ahli linguistik
percaya bahwa bahasa Melayu induk dari segala ragam bahasa Melayik awalnya berasal dari
bahasa Melayu Purba yang dituturkan di daerah yang membentang antara Kalimantan Barat
hingga utara pesisir Brunei sekitar tahun 1000 SM. Nenek moyangnya, bahasa Melayu-
Polinesia Purba, diperkirakan berasal dari bahasa Austronesia Purba yang pecah pada tahun
2000 SM akibat perluasan besar-besaran bangsa Austronesia ke Asia Tenggara Maritim dari
pulau Taiwan.

Bahasa Kerinci adalah anggota dari rumpun bahasa Austronesia, yang mencangkum
berbagai bahasa di Asia Tenggara, Lautan Teduh, hingga Madagaskar, dan beberapa bahasa di
Asia Daratan. Uniknya, bahasa Kerinci juga memiliki beberapa fonem yang mirip dengan
bahasa Austroasia. Bahasa Kerinci memiliki tingkat kesalingpahaman yang tinggi dengan
bahasa Minangkabau. Hal ini tidak terlepas dari kenyataan bahwa di masa lalu, kemendapoan-
kemendapoan Kerinci berada di dalam daerah rantau Kerajaan Pagaruyung.

E. Jenis Dan Jumlah Dialeg (Logat)

Sangat banyak jenis dab jumlah logat yang ada di daerah kerinci setiap daerah atau
setiap desa itu memiliki bahasa dan logat masing masing.

F. Ras, Suku, Agama, Yang Ada Diaerah kerinci

Suku Kerinci mengenal tradisi upacara atau pesta adat siap panen yang dikenal dengan
sebutan kenduri sko. Kenduri sko merupakan upacara adat yang terbesar di daerah Kerinci dan
termasuk kedalam upacara adat Titian Teras Bertangga Batu. Sebagaimana yang dijelaskan
oleh Daud (1991:32) bahwa upacara adat di Kerinci dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian
yang disebut dengan: Upacara Adat Titian Teras Bertangga Batu; Upacara Adat Cupak Gantang
Kerja Kerapat; Upacara Adat Tumbuh-tumbuh Roman-roman.
Sebagaimana tradisi-tradisi dalam upacara adat di setiap masyarakat, upacara kenduri
sko di Kerinci memiliki arti penting bagi masyarakat setempat. Upacara kenduri sko
merupakan upacara puncak kebudayaan masyarakat Kerinci. Dengan kata lain dapat diartikan
sebagai suatu perhelatan tradisional masyarakat Kerinci dengan maksud dan tujuan tertentu.
Upacara kenduri sko hanya dilakukan pada desa persekutuan adat atau masyarakat adat dari
dusun asal desa-desa yang memiliki sejarah tetua adat depati ninik mamak dan juga memiliki
benda-benda pusaka. Kenduri sko merupakan upacara adat terbesar yang ada di Kerinci dan
mempunyai makna tersendiri bagi masyarakat. Di dalam upacara tersebut terdapat acara
penurunan benda-benda pusaka nenek moyang, serta pemberian gelar adat kepada pemangku-
pemangku adat yang baru yang akan memimpin adat desa tersebut. Dengan demikian, upacara
kenduri sko sangat penting sekali bagi orang Melayu Tua yang ada di Kabupaten Kerinci,
khususnya Desa Keluru.

Struktur kesatuan masyarakat Kerinci dari besar sampai yang kecil, yaitu
kemendapoan, dusun, kalbu, perut, pintu dan sikat. Dalam musyawarah adat mempunyai
tingkatan musyawarah adat, pertimbangan dan hukum adat, berjenjang naik, bertangga turun,
menurut sko yang tiga takah, yaitu sko Tengganai, sko Ninik Mamak dan sko Depati.
Perbedaan kelas dalam masyarakat Kerinci tidak begitu menyolok. Stratifikasi sosial
masyarakat Kerinci hanya berlaku dalam kesatuan dusun atau antara dusun pecahan dusun
induk. Kesatuan ulayat negeri atau dusun disebut parit bersudut empat. Segala masalah yang
terjadi baik masalah warisan, kriminal, tanah dan sebagainya selalu disesuaikan menurut
hukum adat yang berlaku.

Suku Kerinci adalah penganut agama Islam. Ajaran Islam dibawa oleh tokoh penyebar
Islam yang menurut historiografi lokal dikenal sebagai siak nan berenam. Adapun siak nan
berenam tersebut adalah:

1. Siak Rajo di Talang Banio Kemantan;


2. Siak Indarjati di Koto Jelatang, Hiang;
3. Siak Paribut Sati di Koto Merantih Tinggi, Tarutung;
4. Siak Lengih di Koto Pandan, Sungai Penuh;
5. Siak Alim di Koto Beringin, Sungai Liuk;
6. Siak Jelir di Koto Jelir, Siulak.

Meski penganut Islam yang taat, suku Kerinci juga masih bertahan dengan kepercayaan
terhadap roh nenek moyang. Makam nenek moyang pendiri dusun disebut sebagai jihat ninek
masih sering dikunjungi untuk meletakkan sesajian dan membunuh hewan kurban. Biasanya
dikunjungi saat niat atau nazar yang terkabul. Kegiatan ini disebut dengan munjung.

Selain itu, orang Kerinci juga percaya adanya roh yang disebut semangat dan aman
yang memengaruhi kesehatan dan keselamatan seseorang. Mereka juga percaya adanya
makhluk supernatural yang menghuni gunung, hulu sungai, langit, dan laut. Makhluk
supernatural ini disebut dengan mambang, dewo, dan peri. Suku Kerinci melakukan ritual aseik
dan pelaho terkait dengan hubungan baik dengan roh nenek moyang maupun dengan makhluk
supernatural tersebut. Ritual aseik dan pelaho dilakukan untuk menghindari penyakit, musibah
dan bencana. Serta untuk memohon datangnya kemakmuran, kesehatan, dan kekayaan
berlimpah yang disebut dengan lamat.

G. Tingkat Pendidikan Yang Ada

Kerinci adalah sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Jambi, Indonesia. Tingkat
pendidikan yang ada di Kerinci sama dengan tingkat pendidikan yang ada di Indonesia secara
umum, yaitu terdiri dari:

 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)


 PAUD adalah pendidikan yang diberikan kepada anak usia dini yang berusia 0-6
tahun. Di Kerinci, terdapat banyak lembaga PAUD seperti taman kanak-kanak
(TK), kelompok bermain (KB), dan PAUD sejenisnya.
 Pendidikan Dasar, Pendidikan dasar terdiri dari Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah
Ibtidaiyah (MI). Di Kerinci, terdapat banyak sekolah SD dan MI yang tersebar di
berbagai kecamatan.
 Pendidikan Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs)
Pendidikan menengah pertama di Kerinci terdiri dari SMP dan MTs. Di Kerinci,
terdapat banyak sekolah SMP dan MTs yang tersebar di berbagai kecamatan.
 Pendidikan Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA), Pendidikan
menengah atas di Kerinci terdiri dari SMA dan MA. Di Kerinci, terdapat beberapa
sekolah SMA dan MA yang tersebar di berbagai kecamatan.
 Pendidikan Tinggi atau perguruan tinggi, Di Kerinci, terdapat beberapa perguruan
tinggi seperti Universitas Jambi Fakultas Hukum Kerinci, STMIK Palapa Nusantara
Kerinci, dan Politeknik Jambi Cabang Kerinci. Selain itu, terdapat pula lembaga
pendidikan vokasi seperti Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Bunga Bangsa
Kerinci. IAIN Kerinci. STKIP Kerinci.
H. Adat Istiadat

Hukum Adat Kerinci terdiri dari Lembago yang Empat, Adat nan empat, Undang nan
empat, undang nan delapan, Undang Beternak, Undang Luko, Undang Samun, dan Undang
Hutan Tanah.

1. Lembago nan Empat:


2. Lembago Dapou;
3. Lembago Kurung;
4. Lembago Negeri;
5. Lembago Alam.

Kekuasan tertinggi Lembago Alam ini berada pada peradilan Kesultanan Jambi diwakili
tiga orang Pangeran yakni: Pangeran Sukarta, Pangeran Sutawijaya, dan Pangeran
Temenggung.

1. Undang nan Empat:


2. Undang Luak;
3. Undang Negeri;
4. Undang Orang di dalam Negeri;
5. Undang nan Duopuluh
6. Undang nan Delapan:
7. Sumbang-Salah;
8. Samun-Cekal;
9. Tikam-Bunuh;
10. Siur-Bakar;
11. Upeh-Racun;
12. Dago-Dagi;
13. Lancung-Kicuh;
14. Maling-Curi.

Hukum Adat Kerinci bersumber dari:

Hukum Syarak yang disebut titian treh batanggo batu, batali bulih diirit, batampuk bulih
dijinjing, besi tahan tempo, emas tahan uji, bungkan tahan asah. Artinya hukum syarak yang
bersumber dari kitabullah tidak dapat diubah sepanjang zaman.
Teliti dari Jambi, yaitu undang-undang pidana yang berlaku sejak zaman Kesultanan
Jambi, salah bunuh membari bangun, salah pauk memberi pampeh, lembam balu batepung
bedak, nak kawin isi adat, nak lari tuang lembago. Undang dari Minangkabau yaitu undang-
undang terkait masalah perdata yang disusun Datuk Perpatih dan Datuk Ketemanggungan.
Biasanya terkait masalah hukum pewarisan seperti kusut diusai, keruh diperjenih, panjang
bakerat buntak dikeping, harto pemao turun, harto suarang babagi, harto sekutu dibelah duo.

Meh Sa Meh dari Kerinci sendiri yaitu kekuasaan peradilan depati terhadap
komunitasnya yang bebas dari intervensi pihak lain. Disebut Meh Sa Meh karena peradilan
adat yang mendudukkan depati mesti membayar uang sidang sebesar satu emas.

I. Adat Pernikahan

Suku Kerinci memandang perkawinan di dalam lingkungan atau kerabat lebih


diutamakan, dibandingkan dengan perkawinan di luar kerabat. Namun seiring zaman, suku
Kerinci lebih terbuka dan tidak ada larangan untuk menikah dengan di luar kerabat ataupun di
luar suku Kerinci. Suku Kerinci mengenal beberapa tahap dalam mencari jodoh menuju
pernikahan, diantaranya:

1) Berkenalan atau bamudo

Saat ini lebih dikenal dengan berpacaran. Dimana pasangan saling mengenal sifat dan
juga keluarga masing-masing.
2) Batuek atau melamar
Batuek atau melamar, pihak pria dengan melalui orang ketiga sebagai utusan akan
menyambangi rumah pihak wanita. Proses ini juga dikenal dengan istilah Undain
Bajaleang (runding sedang berjalan, bahasa Kerinci).
3) Pemberitahuan kepada Tengganai

Tengganai dalam adat Kerinci adalah saudara laki-laki dalam keluarga pihak Ibu.
Karena suku Kerinci menganut sistem matrilineal mengikuti alur keturunan berasal dari
pihak Ibu. Pihak pria dan pihak wanita memberitahu kepada tengganainya masing-
masing tentang rencana pernikahan. Tengganai mempunyai hak menyetujui dan juga
menolak rencana pernikahan tersebut. Tentu saja harus dengan pertimbangan yang
benar. Kedua tengganai akan membicarakan acara pernikahan yang akan digelar. Mulai
perundingan tentang kapan hari pernikahan, biaya dan segala sesuat persiapan
pernikahan.
4) Akad nikah dan pesta pernikahan
Akad nikah biasanya dilakukan di rumah mempelai wanita atau di masjid dan
bisa juga di KUA, sesuai kesepakatan. Mengenai pesta pernikahan, tidak wajib
dilaksanakan, tergantung kemampuan pihak yang menikah. Pihak adat tidak
mewajibkan pesta pernikahan yang besar-besaran, hanya akad nikah dengan makan
bersama saja itu sudah cukup. dat Kerinci tidak mengatur besaran mahar atau
maskawin, semua sesuai dengan syariat Islam yakni pemberian mahar berdasarkan
kerelaan dan mahar wajib hukumnya.

Seiring perkembangan zaman, adat Kerinci tetap dipertahankan dalam proses


menuju pernikahan. Jika terdapat keluarga yang tanpa memberitahukan pihak adat dan
sudah melangsungkan pernikahan maka akan dikenakan sanksi adat berupa permintaan
maaf kepada tengganai dan pemuka adat.

Terdapat tradisi unik pada perkawinan masyarakat suku Kerinci di daerah Desa
Paling Serumpun Kota Sungai Penuh Kerinci yang bernama tradisi uang jaminan. Uang
jaminan adalah uang yang diberikan oleh pihak laki–laki yang berasal dari luar daerah
Kecamatan, Kota/Kabupaten Dan Provinsi kepada pihak perempuan.
Tradisi uang jaminan perkawinan di desa ini memunculkan permasalahan bagi
pengantin laki-laki yang berasal dari luar daerah tersebut. Pengantin laki-laki merasa
diasingkan dari budayanya. Tidak semua masyarakat dan pengantin laki-laki yang
memahami makna uang jaminan yang diminta oleh pihak pengantin perempuan. Selain
itu tidak semua pengantin laki-laki memiliki ekonomi yang mapan serta ditambah biaya
pesta yang cukup besar.
Oleh sebab itu pengantin laki-laki tidak bisa memberi uang jaminan sesuai dengan
ketetapan yang berlaku. Hal tersebut menjadi penghambat bagi kedua pengantin untuk
melangsungkan perkawinan.
Adapun makna dalam tradisi uang jaminan dalam adat perkawinan di desa tersebut sebagai
berikut:
a) Sebagai bentuk dari laki-laki menyakinkan taganai dalam menikahi anak keponakan
perempuannya.
Suami bertanggung jawab terhadap kebutuhan dan pelindung dalm rumah
tangga. Memberikan kepercayaan kepada orang luar atau asing sangat sulit. Apalagi
ingin menikahi anak keponakan perempuan kita sedangkan si laki-laki yang belum
kita kenal tingkah lakunya dan dari keluarga mana dia. Setelah si laki-laki
memberikan uang jaminan bukan berarti seenaknya berbuat kepada si perempuan
atau istrinya. Laki-laki harus mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga, menjadi
pelindung untuk istri dan anaknya kelak.

b) Penghargaan terhadap perempuan didalam adat setempat.


Walaupun pemimpin dalam adat adalah laki-laki, bukan berarti perempuan
tidak diperhatikan oleh adat. Masyarakat memperlihatkan bahwa perempuan didaerah
sini berbeda dengan yang lain ketika ingin meminangnya. Maka laki-laki tidak berbuat
hal buruk kepada istrinya sebagai bentuk menghargai adat istrinya.

c) Pegangan atau biaya dalam menyelesaikan masalah.


Aturan adat berfungsi sebagai petunjuk bagi kedua pengantin agar tidak
menimbulkan masalah. Kadang-kadang baru berumah tangga belum bisa memahami
satu sama lain sehingga dapat memicu masalah. Ketika laki-laki sampai melarikan
diri atau kembali kerumah orang tuanya, teganai harus melihat atau mencarikemana
laki-laki ini melarikan diri dan sebagai biayanya menggunakan uang jaminan tersebut.
Sehingga taganai dan keluarganya tidak terganggu dalam menyelesaikan masalah
anak keponakan perempuannya. Secara tidak langsung keluarga dan kerabat tidak ada
pemasukan.

d) Tanggung jawab laki-laki terhadap taganai.


Perkawinan merupakan hal yang sakral dan tidak boleh dimainkan. Dalam
adat kerinci perkawinan sebagai tempat membelanjakan harta dan memakan waktu
yang lama sebagai bentuk pengerbanan orang tua kepada anak. Ketika akad nikah
separoh tanggung jawab seorang teganai sudah dilimpahkan kepada suami atau
laki-laki. Apapun yang terjadi dalam rumah tangga mereka dan merugikan di
anatara mereka. Suami atau laki-laki harus mampu menyampaikan dan tangggung
jawab dengan hal yang terjadi. Sehingga taganai tidak buru-buru dalam mengambil
langkah dalam penyelesaian. (Dewi 2019: 368-369).

J. Makanan Khas Kerinci

Kabupaten Kerinci sejatinya menyimpan kekayaan kuliner yang melimpah. Akan


tetapi kuliner-kuliner tersebut belum dikemas sedemikian rupa untuk menarik minat
wisatawan. Keragaman kuliner itu tidak lepas dari kekayaan alam dan budaya yang sangat
berperan dalam menciptakan makanan-makanan khas Kabupaten Kerinci, berikut
diantaranya:

a. Dendeng Batokok
b. Beras Payo
c. Lemang Kantong Semar atau biasa disebut dengan kancung beruk
d. Air Sebuk Kawo
e. Dodol Kentang Kerinci (Haryono dkk. 2019:283)

K. Oleh-Oleh Daerah Kerinci

Kabupaten Kerinci menyimpan banyak daya tarik yang bisa membuat siapapun
terpesona. Saat seseorang berkunjung ke kabupaten kerinci tidak jarang akan mencari oleh-
oleh untuk dibawa pulang sebagai buah tangan untuk keluarga di rumah, oleh oleh khas kerinci
diantaranya:

a. The kayu aro kerinci


Teh ini diproduksi dari perkebunan teh Kayu Aro Kerinci. Oleh karena itu, nama
perkebunan ini juga melekat pada nama produk teh tersebut. Usia perkebunan teh ini
sudah cukup tua, karena sudah ada sejak tahun 1920, jauh sebelum kemerdekaan
Indonesia. Teh yang dihasilkan dari perkebunan ini dikenal memiliki kualitas yang tak
perlu diragukan, karena rasanya terbukti enak.
b. Sirup kayu manis
Sirup kayu manis merupakan salah satu minuman khas dari Kerinci yang mempunyai
banyak manfaat bagi kesehatan tubuh. Sesuai dengan namanya, sirup ini memang
dibuat dengan bahan dasar berupa kayu manis. Kayu manis ini melalui berbagai tahapan
pengolahan hingga menjadi sirup yang bisa dinikmati orang banyak. Bahkan bisa
dirasakan oleh masyarakat luar Kerinci.
c. Air kawo
Di daerah Kerinci, kawo merupakan sebutan untuk tunas pada pohon kopi yang masih
muda. Di perkebunan, tunas ini justru menjadi gulma. Kemudian oleh penduduk
setempat tunas ini dikumpulkan untuk dijadikan minuman khas daerah setempat.
Namun, hanya bagian daunnya saja yang digunakan. Minuman ini dihidangkan dengan
cara dituangkan ke dalam batok kelapa.
d. Beras payo
Pada umumnya, apabila sebuah rumah makan di Kabupaten Kerinci menggunakan
beras payo, maka di bagian depan warung akan diberi keterangan “Beras Payo Kerinci”.
Jenis beras yang satu ini memiliki perbedaan dengan beras pada umumnya. Perbedaan
ini terletak pada bentuk bulir berasnya yang berukuran besar. Selain itu, tekstur nasinya
akan pulen dan rasanya lezat.
e. Dodol kentang
Rasa dari dodol kentang ini manis, namun tidak berlebihan. Anda bisa mencoba
berbagai varian dari dodol kentang, seperti original, rasa durian, pandan, nanas, kayu
manis, dan gula aren. Anda bisa dengan mudah menjumpai dodol kentang di daerah
sekitar Gunung Kerinci. Harga yang ditawarkan cukup murah. Dengan Rp 10.000 Anda
sudah bisa membelinya sebagai oleh-oleh.
f. Dendeng batokok
endeng batokok merupakan dendeng yang dibuat menggunakan daging lembu, bukan
daging sapi. Tekstur dendeng ini sangat lembut, karena daging lembu ditumbuk
menggunakan batu sampai gepeng.
L. Hasil Bumi
Sumber perekonomian utama masyarakat di kabupaten Kerinci adalah dari
sektor agrobisnis yang meliputi pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan.
Hasil bumi pertanian & perkebunan meliputi:
a. Sayur mayur
Seperti tomat, cabai, kubis, labu, wortel, sawi, kol, buncis, kacang panjang,
mentimun, kentang, dll
b. Padi
c. Tebu
d. Tanaman hias
e. Kayu-kayuan
f. Daging & telur ayam kampung (Ayam Buras)
g. Daging & telur ayam ras
h. Daging Sapi
i. Ikan Lele
j. Ikan Nila (Haryono dkk.2019:24)
M. Rekreasi Yang ada Di Kerinci

Menurut Muljadi (2012 : 7) Pariwisata adalah suatu aktivitas perubahan tempat tinggal
sementara dari seseorang, di luar tempat tinggal sehari-hari dengan suatu alasan apapun selain
melakukan kegiatan yang bisa menghasilkan upah atau gaji. Selain itu, pariwisata merupakan
aktivitas, pelayanan dan produk hasil industri pariwisata yang mampu menciptakan
pengalaman perjalanan bagi wisatawan.

Pada Tahun 2010 Kabupaten Kerinci memiliki 64 tempat wisata sedangkan sampai
dengan tahun 2014 Kabupaten Kerinci memiliki 105 tempat wisata, yang terdiri dari 77 (tujuh
puluh tujuh) Tempat Wisata Alam; 8 (delapan) tempat wisata buatan; dan 20 (duapuluh) tempat
wisata sejarah/budaya. Hal ini terlihat peningkatan yang cukup besar atau bertambah 64 persen
jumlah tempat wisata dibandingpada tahun 2010. Kabupaten Kerinci yang terkenal dengan
slogan “Bumi Sakti Alam Kerinci” yang diyakini bahwa Kerinci merupakan daerah sakti yang
memikat para pengunjung. Daya tarik wisata unggulan Kerinci di antaranya adalah Danau
Kerinci, Gunung Kerinci, Perkebunan Teh Kayu Aro, Air Terjun Telun Berasap, Air Panas
Semurup, Danau Kaco, Danau Gunung Tujuh, dan Taman Nasional Kerinci Seblat.

Daya tarik wisata unggulan di atas merupakan suatu potensi yang menarik dan menjadi
magnet utama bagi dunia kepariwisataan di Provinsi Jambi. Selain itu, (Yeja, Agung, &
Mahagangga, 2016) Kabupaten Kerinci merupakan suatu daerah di Provinsi Jambi yang
berhawa sejuk dan memiliki segudang kekayaan alam yang dapat dikembangkan sebagai
daerah pariwisata potensial. Daerah ini dikenal dengan “3Ter” yaitu memiliki Gunung Kerinci
sebagai “Atap Sumatera” (Top of Sumatera) atau dikatakan sebagai gunung vulkanik tertinggi
di Indonesia, lalu Danau Gunung Tujuh merupakan danau tertinggi di Asia Tenggara, dan
Perkebunan Teh Kayu Aro merupakan kebun teh terluas di Asia Tenggara. Sehingga indahnya
alam Kabupaten Kerinci kadang juga dijuluki dan mendapat sanjungan sebagai “segumpal
tanah surga yang jatuh ke bumi”. Dengan jumlah tempat wisata terbanyak, hal ini sangat
berpotensi untuk menunjang aktivitas kepariwisataan yang ada di Kabupaten Kerinci. Berikut
beberapa tempat/kawasan wisata di Kabupaten Kerinci.

Pertama, Kawasan Danau Gunung Tujuh terletak di Desa Pelompek, Kecamatan Kayu
Aro, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, Indonesia. Danau ini terbentuk karena letusan
Gunung pada ratusan tahun silam, terletak pada ketinggian 1.950 m dari permukan laut.
Dengan ketinggian tersebut Danau Gunung Tujuh tercatat sebagai danau tertinggi di Asia
Tenggara. Keindahan Danau Gunung Tujuh bertambah lengkap oleh barisan hamparan tujuh
gunung yang mengelilinginya serta Air Terjun Gunung Tujuh dan Air Terjun Telun Berasap
ini menjadi bagian pelengkap lainnnya.
Kedua, Gunung Kerinci dengan ketinggian 3.805 m dari permukaan laut (dpl),
merupakan gunung berapi tertinggi di Indonesia. Pemandangan lain lereng kaki Gunung
Kerinci adalah Perkebunan Teh Kayoe Aro yang dirintis antara tahun 1925 hingga 1928 oleh
perusahaan Belanda, Namblodse Venotschaaf Handle Vereniging Amsterdam (NV HVA).
Perkebunan teh ini tercatat sebagai perkebunan teh tertua di Indonesia. Perkebunan Teh Kayu
Aro seluas 3.020 hektar adalah perkebunan teh dalam satu hamparan terluas di dunia, berada
pada ketinggian 1.400-1.600 m dpl yang merupakan perkebunan teh tertinggi ke dua di dunia
setelah perkebunan teh Darjeling di kaki Gunung Himalaya (4.000 m dpl).
Ketiga, Danau Kerinci yang terletak di kaki Gunung Raya ini merupakan danau terbesar
yang ada di Kabupaten Kerinci, luas danau ini kurang lebih 46 km2 dengan ketinggian 783
meter di atas permukaan laut. Pemandangan di sekitar danau begitu menawan dengan
hamparan air yang jernih dilatarbelakangi barisan pegunungan yang anggun di sekelilingnya.
Di Danau Kerinci setiap tahun diadakan Festival Danau Kerinci yang menampilkan berbagai
macam atraksi kesenian dan budaya masyarakat Jambi. Tujuan dari festival ini adalah untuk
memberikan suguhan terhadap para wisatawan yang datang berkunjung.
Keempat, Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) merupakan hasil dari
penyatuan beberapa kawasan cagar alam Kerinci seperti: Cagar Alam Inderapura dan Bukit
Tapan, Suaka Margasatwa Rawasa Huku Lakitan-Bukit Kayu Embun dan Gedang Seblat.
Mengingat peran yang sangat vital dari hutan tersebut sebagai paru-paru dunia, maka pada
tanggal 4 Oktober 1982 bertepatan dengan Kongres Taman Nasional Sedunia yang diadakan
di Provinsi Bali. pemerintah menjadikan kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat sebagai
kawasan hutan lindung. Di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat secara umum tumbuh
sekitar 4.000 jenis flora, sedangkan jenis fauna tercatat 42 jenis mamalia, 10 jenis reptil, 6 jenis
amfibi, 306 jenis burung dari 49 famili dan 8 jenis burung endemik.

N. Kandungan Alam Kerinci Dan Tumbuhan Yang Sering Di Tanam

Sesuai dengan letaknya di dataran tinggi maka daerah ini juga adalah penghasil Teh dan
Kopi. Perkebunan Teh di Kerinci berada di Kecamatan Kayu Aro, tepat di kaki Gunung
Kerinci. Perkebunan Teh di Kayu Aro awalnya diusahakan oleh PTP 8 yang kemudian pada
diakusisi oleh PTPN 3 menjadi PTPN 6. Hasil perkebunan teh dari Kayu Aro banyak untuk
pasar ekspor terutama produk aroma peko.
Hasil perkebunan yang lain dari daerah ini adalah kopi. Kopi yang dihasilkan adalah
jenis kopi arabika dan katanya merupakan varian kopi arabika terbaik. Kopi produksi Kerinci
dikenal oleh para pencinta kopi internasional sebagai Kopi Alam Korintji (KAK). Pada tahun
2017 lalu, KAK meraih predikat pemenang kopi specialty terbaik di Indonesia. KAK masih
belum diproduksi dalam skala besar, masih banyak diproduksi oleh petani plasma sehingga
setiap bulannya hanya dapat memproduksi 3-5 ton biji kopi. Namun, blessing in disguise,
karena jumlah kopinya terbatas maka digolongkan kepada kelompok kopi yang limited edition
dan diharapkan dapat mendorong peningkatan harga di tingkat petani. Selain kopi dan teh,
Kerinci juga dikenal sebagi penghasil Kayu Manis (Cassiavera). Ladang Kayu Manis banyak
terdapat di daerah Batang Merangin dan Lempur. Pada masanya sekitar tahun 1960-sampai
awal 2000-an, jenis rempah ini mejadi primadona komoditi perdagangan di Kabupaten Kerinci.
Namun seperti halnya kopi, Kayu Manis juga belum diusahakan secara besar hanya dalam
perkebunan rakyat. Pada tahun 2009, kebun kayu manis di kerinci mencapai 41.825 Ha.

Kayu manis dari Kerinci terkenal bagus karena memiliki kandungan minyak atsiri yang
tinggi, Produksi kayu manis dari Kerinci pada tahun 2002 mencapai 20.000 ton pertahun atau
mencapai 44% produksi nasional. Jenis kayu manis ini banyak diminati di pasar-pasar Eropa,
Amerika Serikat dan Jepang untuk industri farmasi, makanan dan kosmetik. Produksi kayu
manis dari Kerinci diekspor melalui pelabuhan Teluk Bayur, Sumatera Barat. Saat ini
perkebunan kayu manis di Kerinci sudah jauh berkurang karena harga ditingkat petani yang
sangat rendah tidak dapat memenuhi ongkos produksi dan tidak dapat memenuhi kebutuhan
hidup, mengingat kayu manis baru dapat di panen di usia 10-15 tahun. Biasanya sebelum panen
besar petani akan memanfaatkan bagian kayu lainnya (ranting) walaupun harganya murah.
Kekayaan sumber daya alam kabupaten ini sangat besar, jika dapat dimanfaatkan secara
maksimal untuk kemakmuran masyarakatnya, tentunya pertanyaan diawal tulisan tadi tidak
akan terjadi. Kopi Kerinci yang terkenal dapat dinikmati oleh masyarakat Kerinci dan dapat
membuka peluang usaha baru. Ekspor kayu manis dapat dilakukan dari pelabuhan di Jambi
bukan dari Sumatera Barat sehingga dapat memberikan trickle down effect ke perekonomian
rakyat.Tanaman kayu manis merupakan komoditas unggulan Kabupaten Kerinci yang
memiliki luas tanam terbesar dan memiliki keterkaitan dengan industri pengolahannya, yaitu
industri pengolahan sirup kayu manis.

Kabupaten Kerinci merupakan salah satu pusat sentral budidaya kentang di Provinsi
Jambi. Kentang merupakan tanaman sayuran utama yang dibudidayakan di Kabupaten Kerinci.
Sebagian besar varietas kentang yang ditanam pada wilayah ini adalah Granola. Perkembangan
varietas Granola yang telah lama dibudidayakan berakibat benih kentang yang digunakan
sudah mencapai beberapa generasi dan produktivitas semakin menurun. Benih merupakan
kendala pengembangan komoditas kentang tersebut. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian, melalui kegiatan APBNP 2017 telah
mengembangan komoditas kentang dengan varietas Granola dan varietas baru Medians.
Sampai dengan saat ini bibit kentang tersebut telah dibagikan kepada empat belas petani dan
penangkar benih yang ada di lima kecamatan (Kayu Aro, Kayu Aro Barat, Gunung Tujuh,
Siulak dan Siulak Mukai). Saat pengembangan kentang varietas Granola berjalan dengan baik,
ternyata introduksi kentang hasil pemulia Balai Penelitian Sayuran Lembang yaitu varietas
‘Medians” berkembang dengan pesat dan permintaan akan benih kentang tersebut meningkat.

O. Pola Pergaulan Daerah Kerinci

Masyarakat Kerinci dalam menjalankan kegiatan sehari-hari harus sesuai dengan adat
dan aturan yang berlaku termasuk jika terjadi sengketa didalam masyarakat. Sengketa yang
terjadi selalu berhubungan dengan warisan harta. Warisan diartikan sebagai suatu hal yang
diturunkan kepada seseorang dari seseorang (pewaris). Adat merupakan kebiasaan yang
berlaku dalam kehidupan masyarakat, dalam hubungan pergaulan antara satu dan yang lain,
dalam lembaga masyarakat dan lembaga kenegaraan, semua yang tidak tertulis dalam bentuk
perundangan. Persoalan adat menjadi cermin bagi bangsa dan identitas tiap daerah.

Kenakalan remaja semakin dikeluhkan masyarakat ibu kota Kabupaten Pelalawan,


Pangkalan Kerinci. Mulai dari terlibat miras, pergaulan bebas hingga balapan liar. Masyarakat
berharap Pemda dan pihak terkait bisa segera bertindak. Tak hanya balapan liar yang sudah
merenggut nyawa sebut Dedi yang mengaku bersama sejumlah rekannya coba membubarkan
kegiatan yang mengganggu masyarakat lain itu, pasangan remaja bukan pasangan suami isteri
yang kebanyakan masih berstatus pelajar juga ramai.

Lalu upaya pemerintah seperti yang ada di desa seleman dalam menanggulangi tawuran
yang peneliti ketahui iyalah adanya sosialisasi dengan orang tua dan diberi denda bagi
yang melakukan kasustawuran, lalu pemerintah desa menyediakan beberapa fasilitas
untuk remaja. Upaya pemerintah desa dalam menanggulangi kenakalan remaja yaitu
dengan ada kersajasama antar pemerintah desa dengan orang adat, alim ulama dan
karantaruna, sehingga terbentuklah hukum atau sanki untuk remaja yang melakukan
tindakan kenakalan remaja, seperti yang terjerat kasus tawuran, kasus pencurian, kahus
balap liar, dan hubungan seks bebas, maka sudah disepakati oleh pemerintah desa, orang
adat maupun alim ulama untuk memberikan sanksi atau pun denda kepada remaja yang
terlibat dalam kasus-kasus seperti itu.

Daftar Referensi
Haryono dkk. 2019. Analisis Pemasaran Wisata Kuliner Terhadap Peningkatan Pendapatan
Masyarakat di Kabupaten Kerinci. Jurnal Manajemen dan Sains, Vol4(2), Oktober 2019,
hal 283-291.
Dewi. 2019. Tradisi Uang Jaminan dalam Adat Perkawinan di Desa Paling Serumpun Kota
Sungai Penuh Kerinci. Journal of Civic Education Volume 2 No. 5 2019.
A.J., Muljadi, Kepariwisataan dan Perjalanan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012.

Yeja, A., Agung, I. G., & Mahagangga, O. (2016). Strategi Pengembangan Pariwisata
Bumi Sakti Alam Kerinci Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi (Suatu Pendekatan
Analitical Network Process). Jurnal Destinasi Pariwisata, 4(2), 44–48.
Mardianis dan Hanibal Syartika Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap Pendapatan
Asli Daerah di Kabupaten Kerinci Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik (E-ISSN:
2528-4673 P-ISSN: 2086-6313) Vol. 09 No. 1 Juni 2018 hal. 53-65

Anda mungkin juga menyukai