Anda di halaman 1dari 7

Asal Usul perpecahan kesultanan di Cirebon hingga terjadi pengelompokan keraton

Nabila Mutia Rafifah X5


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terletak pada 6° LU - 11° LS dan 95°
BT - 141° BT dengan 17.000 pulau yang dimiliki Indonesia. Tidak hanya pulau, tentunya Indonesia
memiliki provinsi yang terdapat disetiap pulaunya, kurang lebih ada 37 provinsi di Inonesia. Karena
banyaknya jumlah pulau dan provinsi di Indonesia, menyebabkan adanya perbedaan SARA (Suku,
Agama, dan Ras) di Indonesia.
Sampai awal era Masehi, orang-orang Nusantara (suku bangsa Austronesia dan Melanesia)
menganut agama dan kepercayaan serta budaya sendiri. Para pendatang yang ingin berdagang
menjadi salah satu faktor penyebaran agama terjadi. Tidak hanya berdagang, tentunya karena adanya
perbedaan budaya antara penduduk lokal dengan pendatang, menyebabkan pertukaran budaya terjadi.
Agama Hindu dan Buddha telah dibawa ke Indonesia sekitar abad ke-2 dan abad ke-4 Masehi
ketika pedagang dari India datang ke Sumatra, Jawa, dan Sulawesi dengan membawa agama mereka.
Hindu mulai berkembang di pulau Jawa pada abad kelima Masehi dengan kasta Brahmana yang
memuja Siva.  Puncak kejayaan Hindu-Jawa Kerajaan Majapahit, terjadi pada abad ke-14 M, yang juga
menjadi zaman keemasan dalam sejarah Indonesia. Hinduisme memiliki pengaruh yang menentukan
pada ideologi pemerintahan satu orang raja.
Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 melalui pedagang di Gujarat, India, sementara
ilmuwan juga mempertahankan teori dari Arab dan Persia. Islam menyebar sampai pantai barat
Sumatra dan kemudian berkembang ke timur pulau Jawa. Pada periode ini terdapat beberapa kerajaan
Islam, yaitu kerajaan Demak, Pajang, Mataram, dan Banten. Pada akhir abad ke-15 M, 20 kerajaan
Islam telah dibentuk, yang mencerminkan dominasi Islam di Indonesia.
Semakin berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia sekitar abad ke 13 juga
didukung oleh faktor lalu lintas perdagangan laut nusantara saat itu. Banyak pedagang-pedagang Islam
dari berbagai penjuru dunia seperti dari Arab, Persia, India hingga Tiongkok masuk ke nusantara.
Munculnya berbagai kerajaan-kerajaan bercorak Islam yang tersebar di nusantara menjadi
pertanda awal terjadinya perubahan sistem pemerintahan dan budaya di Indonesia. Keterlibatan
kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia juga turut berperan dalam tersebarnya agama Islam hingga ke
seluruh penjuru tanah air
Salah contoh kesultanan di Indonesia adalah kesultanan di Pulau Jawa. Ada banyak
kesultanan di Pulau Jawa, salah satu contohnya terdapat di Provinsi Jawa Barat lebih tepatnya di Kota
Cirebon.
Sejalan dengan semangat reformasi, Keraton Kasepuhan Cirebon menjadi pusat
“penggodokan ide pembentukan Provinsi Cirebon”. Era reformasi yang ditindaklanjuti oleh otonomi
daerah rupanya yang menjadi pendorong utama munculnya gagasan pembentukan Propinsi Cirebon.
Otonomi daerah memacu para elit politik lokal untuk memacu pembangunan daerahnya. Pangeran Raja
Adipati Arief Natanegara, putra mahkota Kasepuhan mengatakan: Banyak alasan di balik keinginan
pembentukan Provinsi Cirebon ini. Selain secara sejarah Cirebon merupakan daerah otonom, wilayah
ini punya potensi ekonomi tinggi. Kekayaan alam yang paling besar adalah cadangan minyak yang
tersebar di sepanjang pantai Indramayu dan Cirebon. Sebagai kota pelabuhan, Cirebon juga jadi pintu
gerbang arus perdagangan sangat penting. Setiap bulan, sekitar 1.600 kontainer keluar untuk tujuan
ekspor. Potensi ini belum digarap maksimal, Pemerintah Provinsi Jawa Barat seakan tak serius
menyentuh Cirebon. Denyut pembangunan lebih banyak terpusat di Bandung, kami kebagian apa?
Sehingga daerah yang mempunyai kekayaan yang melipah hanya jadi kantong kemiskinan (Gatra, 2
Desember 2002).
Cirebon adalah sebuah dukuh kecil yang dibangun oleh Ki Gedeng Tapa. Lama-kelamaan
Cirebon berkembang menjadi sebuah desa yang ramai yang kemudian diberi nama Caruban (carub
dalam bahasa Jawa artinya bersatu padu). Diberi nama demikian ketika satu rombongan keluarga Cina
telah mendarat dan menetap di Gresik. Seorang yang paling terkemuka adalah Cu-cu, Keluarga Cu-cu
yang sudah menganut agama Islam kemudian mendapat kepercayaan dari pemerintah Demak untuk
mendirikan perkampungan di daerah Barat. Atas kesungguhan dan ketekunan mereka bekerja maka
berdirilah sebuah perkampungan yang disebut Cirebon. Di sana bercampur para pendatang dari
beraneka bangsa di antaranya Jawa, Sunda, Tionghoa, dan unsur-unsur budaya bangsa Arab), agama,
bahasa, dan adat istiadat. kemudian pelafalan kata caruban berubah lagi menjadi carbon. Sebutan
Carbon inilah yang akhirnya dikemudian hari berubah menjadi Cirebon. Cirebon berasal dari kata ci
yang dalam bahasa sunda adalah singkatan dari cai berati air dan rebon yang artinya udang kecil. Ci
dalam bahasa Cirebon lebih mengacu ke air sisa pembuatan terasi, sehingga Cirebon adalah air sisa
pembuatan terasi dari rebon atau udang kecil.
Cirebon pada awalnya merupakan bagian dari kekuasaan Kerajaan Pajajaran. Pada saat
Syarif Hidayatullah atau yang lebih dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati mendapatkan kedudukan
selaku penguasa Cirebon untuk menggantikan Pangeran Cakrabuana, Cirebon melepaskan diri dari
kekuasaan Kerajaan Pajajaran. Dengan adanya pemerintahan Sunan Gunung Jati, menandakan
surutnya Kerajaan Hindu Pajajaran di Jawa Barat.13 Hal ini dikarenakan masyarakat Pajajaran banyak
yang meninggalkan agama Hindu dan memeluk agama Islam.

Kesultanan Cirebon adalah sebuah kesultanan di Jawa pada abad ke-15 dan 16, dan


merupakan pangkalan penting dalam jalur perdagangan dan pelayaran antar pulau. Lokasinya di pantai
utara pulau Jawa. Didirikan di Dalem Agung Pakungwati sebagai pusat pemerintahan negara islam
kesultanan Cirebon. Kesultanan Cirebon erat kaitannya dengan sosok Sunan Gunung Jati yang dikenal
sebagai salah satu dari sembilan wali yang menyebarkan agama Islam di Lampung dan Jawa bagian
barat.

Kesultanan Cirebon mampu bertahan selama 3 abad, sejak diakuinya Walangsungsang


sebagai Sri Mangana (Penguasa) Cirebon pada 1430 hingga terjadinya kisruh kekuasaan akibat
kosongnya posisi Sultan Cirebon sepeninggal Sultan Abdul Karim pada 1677. Tipu daya Mataram masa
Amangkurat I serta dekatnya sebagian keluarga kesultanan Cirebon dengan Belanda menyebabkan
perlahan kekuasaan Cirebon akhirnya runtuh, terlebih perkara pribawa (derajat paling tinggi) diantara
keluarga besar kesultanan Cirebon semakin mempercepat keruntuhan kesultanan Cirebon pada akhir
abad ke 17.

Pecahnya kesultanan Cirebon memberikan dampak tersendiri bagi keluarga sultan maupun
masyarakat Cirebon. Konflik antar sultan untuk memperebutkan posisi teratas dalam sistem
pemerintahan serta menginginkan daerah kekuasaan yang luas ternyata dimanfaatkan oleh VOC. VOC
berusaha untuk menanamkan pengaruhnya dan menguasai secara utuh wilayah Cirebon. Hal ini tentu
saja tidak terlepas dari keberadaan Cirebon yang cukup strategis dalam jalur perdagangan
internasional dan keberadaan daerah pedalaman yang subur untuk dijadikan wilayah pertanian. Pada
akhirnya VOC berhasil menguasai Cirebon dan menjadikan sultan-sultan Cirebon sebagai bawahannya.
Cirebon tidak lagi menjadi kesultanan yang merdeka dan berdaulat karena adanya kontrol VOC dalam
setiap keputusan yang diambil oleh para sultan.

B. Rumusan Masalah

Tipu daya apa yang dilakukan Mataram masa Amangkurat I hingga terjadinya keruntuhan kesultanan
Cirebon?

Bila terjadinya keruntuhan, memungkinkan kesultanan di Cirebon terpecah belah dan membuat
kelompok baru atau keraton baru. Lalu, apa saja kelompok atau keraton baru tersebut? Apa yang
menjadi dasar dari masing-masing pengelompokkan keraton tersebut?

C. Tujuan penelitian

1. mengetahui tujuan Mataram atas tipu daya yang dilakukannya terhadap kesultanan Cirebon
2. Mengetahui keraton-keraton yang terbagi dari hasil perpecahan kesultanan
3. Pengelompokkan jabatan yang mendasari penempatan keraton

D. Ruang Lingkup

1. Ruang Lingkup Keilmuwan


Berdasarkan hasil penelitian, tinjauan scope yang dilalui adalah keilmuwan historis berdasarkan

rumusan masalah dan tujuan penelitian yang diangkat bertujuan untuk mengetahui alasan

Mataram atas tipu daya nya hingga pengelompokkan keraton yang didasari oleh jabatan yang

diduduki.

2. Ruang Lingkup Spasial

Negara dimasing-masing dunia tentunya meiliki masing-masing kisahnya tersendiri bahkan di

dalam daerah dari dalam Negra tersebut. Negara – negara didunia terbagi berdasarkan samudera

hingga benua. Historiografi yang diangkat oleh peneliti bertempatkan di Kota Cirebon, provinsi jawa

Barat, Indonesia yang merupakan negri yang diapit oleh dua samudera yaitu Samudra Hindia dan

Samudra pasifik serta dua benua yaitu Benua Australia dan benua Asia. Cirebon memiliki banyak

kisah dan bahkan beberapa rahasia yang masih tersimpan dan hanya diketahui oleh beberapa

masyarakat tertentu. Salah satunya rahasia tentang program kerja dari Keraton yang merupakan

pusat pemerintahan di Kota Cirebon saat itu sebelum Indonesia merdeka. Banyak sekali

masyarakat khususnya penduduk di Kota Cirebon sendiri yang masih penasaran akan kisah awal

mula hingga mengapa terjadi perpecahan di dalam tata kesultanan keraton itu sendiri.

3. Ruang Lingkup Temproral

Masa perjalanan alur kisah dari historiografi yang diangkat penlitian dimulai dari tahun 1479 hingga

tahun 1677, dimulai dari perkembangan Caruban Larang pada tahun 1479 yang diganti Namanya

menjadi Nagari Cerbon yang dipimpin oleh Tumenggung Syarif Hidayatullah bergelar Susuhunan

Jati. Susuhunan Jati meninggal pada tahun 1568 dan digantikan oleh Pangeran Emas yang

bergelar Panembahan Ratu. Hingga tahun 1677 Cirebon terbagi, Pangeran Martawijaya

dinobatkan sebagai Sultan Sepuh bergelar Sultan Raja Syamsuddin, Pangeran Kertawijaya

sebagai Sultan Anom bergelar Sultan Muhammad Badriddin. Sultan Sepuh menempati Kraton

Pakungwati dan Sultan Anom membangun kraton di bekas rumah Pangeran Cakrabuwana.

Sedangkan Sultan Cerbon berkedudukan sebagai wakil Sultan Sepuh. Hingga sekarang ini di

Cirebon dikenal terdapat tiga sultan yaitu Sultan Sepuh, Sultan Anom, dan Sultan Cirebon.

E. Tinjauan Pustaka

1.  urusanduniakerajaan-cirebon
2. letak-astronomis-dan-geografis-indonesia-lengkap-dengan-pengaruhnya

3. asal-usul-nama-cirebon-dari-cai-dan-rebon-air-pembuatan-terasi

F. Kajian dan Pendekatan Ilmu

Dalam penelitian ini peneliti mengangkat penelitian dengan pendektan ilmu sejarah

berlandaskan dari latar belakang Keraton di Cirebon dan untuk mengkaji kisah dibalik layar tentang

Terpecahnya Keraton di Cirebon Menjadi Empat Bagian. Ilmu sejarah yang membuat masyarakat

terutama saya sendiri mendapatkan wawasan tentang penelitian tersebut.

G. Metode Penelitian

Metode merupakan prosedur atau teknik yang sistematis dalam suatu penelitian untuk

mendapatkan objek atau bahan yang diteliti. Metode penelitian sejarah merupakan aturan atau prinsip

sistematis untuk mengumpulkan sumber sejarah secara efektif, menilainya secara kritis serta

mengajukan sintesis dari hasil-hasil yang dicapai Demi menyusun penelitian ini peneliti mengambil

Langkah dengan menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari empat langkah yaitu:

1. Heuristik

Merupakan serangkaian tahapan dalam pengumpulan sumber-sumber dari berbgai jenis data

penelitian yang berkaitan dengan topik riset. Perolehan data dalam penelitian ini hanya berasal dari

referensi-referensi yang mudah jangkauannya dikarenakan keterbatasan waktu dan ruang peneliti

untuk menelaah riset lebih jauh yaitu berdasarkan dari berbagai laman situs web hingga jurnal.

Menurut sifatnya sumber dibagi menjadi dua:

a. Sumber Primer

Sumber primer adalah sebuah kesaksian sebuah peristiwa dari orang yang mengamati,

mengalami ataupun turut serta saat peristiwa berlangsung. Sumber sejarah dicatat serta

merta dilaporkan oleh partisipan yang mengalami langsung peristiwa sejarah. Peneliti

tidak mampu memperoleh sumber tersebut dikarenakan keterbatasan dan

ketidakmampuan peneliti untuk menjangkau keberadaan dari sumber.

b. Sumber Sekunder
Sumber sekunder merupakan sumber data informasi yang tidak berasal dari orang yang

mengalami dan mengamati peristiwa riset secara langsung alias berasal dari mulut ke

mulut. Sumber sekunder yang diangkat oleh peneliti berasal dari:

Ahmad Hamam Rochmani. (2010). Baluarti Keraton Kasepuhan Cirebon. Cirebon:

Keraton Kasepuhan

Rosita, Heni (2015). Pecahnya Kesultanan Cirebon dan Pengaruhnya Terhadap

Masyarakat Cirebon Tahun 1677-1752. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Verifikasi

Setelah semua sumber data informasi maka akan ditelaah kebenaran dan ketepatan sumber data

yang diperoleh bahwa tidak ada kepalsuan dan tipu daya dari sumber sehingga riset yang

dihasilkan merupakan riset yang murni berdasarkan sifatnya yaitu fakta keras dan fakta lunak.

3. Interpretasi

Tahapan ini terjadinya peristiwa penafsiran dengan pemberian makna (analisis) dari penuis serta

menyatukan (sintesis) fakta-fakta yang telah diperoleh sebelumnya melalui kritik ektern dan intern,

selanjutnya dihubungkan menjadi kesatuan yang masuk akal. Interpretasi bertujuan untuk

memberikan gambaran dalam memugar rekontruksi masa lampau.

4. Historiografi

Historiografi merupakan rekonstruksi yang imajinatif tentang masa lampau berdasarkan data
yang diperoleh. Historiografi adalah bagian inti dan tahap akhir dari penelitian sejarah dengan
memanfaatkan sumber sejarah yang telah dianalisis dan harus sesuai dengan data atau sumber yang
yang diperoleh serta diinterprtasi

H. Sistematika

Sistematika digunakan agar memudahkan peneliti dalam mentusun penulisan hasil riset

BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah yang akan diteliti, tujuan dan manfaat

penelitian, kajian pustaka, historiografi yang relevan, metode dan pendekatan penelitian, serta

sistematika pembahasan.

BAB 2 MASA AWAL KESULTANAN CIREBON DI INDONESIA

Bab ini berisi tentang asal usul Kesultanan Cirebon di Indonesia yang kemudian menjadi tata

pemerintahan di Kota Cirebon dimasa sebelum Indonesia merdeka dan kota kota di dalamnya menjadi

wilayah tersendiri.

BAB 3 TIPU DAYA YANG DILAKUKAN OLEH MATARAM TERHADAP KESULTANAN CIREBON

Bab ini berisikan tentang awal mulanya perpecahan terjadi dalam Kesultanan Cirebon dikarenakan tipu

daya Mataram terhadap mereka. Tujuan serta alasan apa yang digunakan oleh Mataram hingga

melakukan hal tersebut kepada Kesultanan Cirebon

BAB 4 KERATON TERPECAH BELAH

Bab ini berisikan tentang dampak dari tipu daya Mataram yang mengakibatkan terpecahnya Keraton

Kesultanan Cirebon menjadi empat bagian

BAB 5 PENGELOMPOKKAN KERATON BERDASARKAN JABATAN

Bab ini berisikan tentang terbentuknya keraton-keraton baru yang dikelompokkan berdasarkan

kedudukan serta jabatan yang diampuh oleh penghuni Kesultanan. Dan pembagian wilayah dari

keraton tersebut sehingga terjadinya perbatasan atas kekuasaan daerah yang dikuasai oleh keraton.

BAB 6 KESIMPULAN

Bab ini berisi kesimpulan singkat dari hasil penelitian sekaligus menjawab rumusan masalah yang

dikemukakan dalam bab pertama.

Anda mungkin juga menyukai