Di susun oleh:
FAKULTAS SYARIAH
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada awalnya Cirebon berasal dari kata sarumban, Cirebon adalah sebuah dukuh kecil
yang dibangun oleh Ki Gedeng Tapa. Lama-kelamaan Cirebon berkembang menjadi sebuah
desa yang ramai yang kemudian diberi nama Caruban (carub dalam bahasa Jawa artinya bersatu
padu).
Diberi nama demikian karena di sana bercampur para pendatang dari beraneka bangsa
di antaranya Jawa, Sunda, Tionghoa, dan unsur-unsur budaya bangsa Arab), agama, bahasa,
dan adat istiadat. kemudian pelafalan kata caruban berubah lagi menjadi carbon dan kemudian
cerbon.
Selain karena faktor penamaan tempat penyebutan kata cirebon juga dikarenakan sejak
awal mata pencaharian sebagian besar masyarakat adalah nelayan, maka berkembanglah
pekerjaan menangkap ikan dan rebon (udang kecil) di sepanjang pantai, serta pembuatan terasi,
petis dan garam.
Dari istilah air bekas pembuatan terasi atau yang dalam Bahasa Jawa Cirebon disebut
(belendrang) yang terbuat dari sisa pengolahan udang rebon inilah berkembang sebutan cai-
rebon (bahasa sunda: air rebon), yang kemudian menjadi cirebon.1
BAB II
PEMBAHASAN
1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kota_Cirebon#:~:text=Pada%20awalnya%20Cirebon%20ber
asal%20dari,bahasa%20Jawa%20artinya%20bersatu%20padu
Kemudian pada tanggal 7 Januari 1681 Cirebon secara politik dan ekonomi berada
dalam pengawasan pihak VOC, setelah penguasa Cirebon waktu itu menandatangani
perjanjian dengan VOC.
Pada tahun 1858, di Cirebon terdapat 5 toko eceran dua perusahaan dagang. Pada tahun
1865, tercatat ekspor gula sejumlah 200.000 pikulan (kuintal), dan pada tahun 1868 ada tiga
perusahaan Batavia yang bergerak di bidang perdagangan gula membuka cabang di Cirebon.
Pada tahun 1877 Cirebon sudah memiliki pabrik es. Pipa air minum yang menghubungkan
sumur-sumur artesis dengan perumahan dibangun pada tahun 1877.
Pada masa kolonial pemerintah Hindia Belanda, tahun 1906 Cirebon disahkan menjadi
Gemeente Cheribon dengan luas 1.100 ha dan berpenduduk 20.000 jiwa (Stlb. 1906 No. 122
dan Stlb. 1926 No. 370). Kemudian pada tahun 1942, Kota Cirebon diperluas menjadi 2.450
ha dan tahun 1957 status pemerintahannya menjadi Kotapraja dengan luas 3.300 ha, setelah
ditetapkan menjadi Kotamadya tahun 1965 luas wilayahnya menjadi 3.600 ha.
Cirebon dikenal dengan nama Kota Udang dan Kota Wali. Selain itu kota Cirebon
disebut juga sebagai Caruban Nagari (penanda gunung Ceremai) dan Grage (Negeri Gede
dalam bahasa Cirebon berarti kerajaan yang luas). Sebagai daerah pertemuan budaya antara
Suku Jawa, Suku Sunda, Bangsa Arab, Tiongkok dan para pendatang dari Eropa sejak
beberapa abad silam, masyarakat Cirebon dalam berbahasa biasa menyerap kosakata
bahasa-bahasa tersebut ke dalam bahasa Cirebon. Misalkan saja, kata Murad yang artinya
bersusun (serapan dari bahasa Arab), kata taocang yang berarti kucir (serapan dari bahasa
etnis Tionghoa), serta kata sonder yang berarti tanpa (serapan dari bahasa Belanda).2
B. Letak Geografi
Kota Cirebon terletak di daerah pantai utara Propinsi Jawa Barat bagian timur. Dengan
Letak geografis yang strategis, yang merupakan jalur utama transportasi dari Jakarta menuju
Jawa Barat, Jawa Tengah, yang melalui daerah utara atau pantai utara (pantura). Letak
tersebut menjadikan suatu keuntungan bagi Kota Cirebon, terutama dari segi perhubungan
dan komunikasi.
Geografis Kota Cirebon terletak pada posisi 108.33o dan 6.41o Lintang Selatan pada
pantai Utara Pulau Jawa, bagian timur Jawa Barat, memanjang dari barat ke timur 8
kilometer, Utara Selatan 11kilometer dengan ketinggian dari permukaan laut 5meter
dengan demikian Kota Cirebon merupakan daerah dataran rendah dengan luas wilayah
administrasi 37,35 km2 atau 3.735,8 hektar yang mempunyai batas-batas:
– Sebelah Utara: Sungai Kedung Pane
– Sebelah Barat: Sungai Banjir Kanal / Kabupaten Cirebon
– Sebelah Selatan: Sungai Kalijaga
– Sebelah Timur: Laut Jawa3
Jumlah penduduk Kota Cirebon dalam 5 (lima) tahun terakhir terus mengalami
peningkatan dari sisi kuantitas. Pada tahun 2017, penduduk kota Cirebon berjumlah 313.325
jiwa, bertambah 11.605 jiwa dibandingkan dengan tahun 2013 (301.720 jiwa). Jumlah
penduduk laki-laki hampir sebanding dengan penduduk perempuan, yaitu 50,14 persen laki-
laki dan 49,86 persen perempuan. Berdasarkan luas wilayah dibandingkan populasi
penduduk, kepadatan penduduk Kota Cirebon rata-rata sekitar 8,387 orang per/km². Hasil
proyeksi penduduk menurut kelompok umur 15-19 tahun yaitu 27.847 jiwa sementara paling
sedikit ada pada kelompok umur 70-74 tahun yaitu 4817 jiwa.
2
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Cirebon
3
https://www.cirebonkota.go.id/profil/cirebon-dalam-angka/1-letak-
geografis/#:~:text=Kota%20Cirebon%20terletak%20di%20daerah,atau%20pantai%20utara%20(pantura).
Kepadatan penduduk di Kota Cirebon dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir
terus meningkat, dari 8,146 jiwa per km² pada tahun 2013 menjadi 8,387 jiwa per km² pada
tahun 2017. Berdasarkan tingkat kepadatan penduduk, kepadatan tertinggi berada di
Kecamatan Pekalipan sebesar 19,6 jiwa per km² dan yang terendah di Kecamatan
Harjamukti sebesar 6,13 jiwa per km².
Penduduk Kota Cirebon lebih didominasi oleh kelompok umur produktif (15-64
tahun), yaitu sebanyak 215.237 orang atau 69,32 persen dan kelompok umur yang tergolong
tidak produktif sebanyak 95.249 orang atau 30,68 persen. Dengan adanya bonus demografi
ini, Kota Cirebon diuntungkan dan memiliki peluang untuk dapat meningkatkan
pertumbuhan produktifitas masyarakatnya. Bonus demografi diartikan secara sederhana
adalah peluang (window of opportunity) yang dinikmati suatu wilayah sebagai akibat dari
besarnya proporsi penduduk produktif. Walaupun data menunjukan 69,32 persen dari total
jumlah penduduk Kota Cirebon adalah usia angkatan kerja (usia produktif), namun
kualitasnya perlu terus ditingkatkan, sehingga mampu bersaing di pasar kerja di Kota
Cirebon.
4
A. Chozin Nasuha, “Dialektika Islam dan Kebudayaan Cirebon” dalam AnnualConference on
Islamic Studies (ACIS) Ke-10, Banjarmasin 1-4 November 2010, hal. 1
5
Gerald L. Gutek, Philosophical and Ideological Voices in Education, (Boston:Allyn & Beacon,
2004), hal. 84-106
6
Joy A. Palmer (ed.) (Ed), 50 Pemikir Pendidikan dari Piaget sampai MasaSekarang, hal. 75
lahir dan terus berkembang, dan pada saat yang sama dunia pendidikan
bertanggungjawab mendorongnya ke nilai- nilai budaya (nilai sosial, intelektual,
moral).7
Hal ini menjadi landasan filosofis bagi masyarakat Cirebon untuk terus
melanjutkan dan mengembangkan suatu model pendidikan berbasis kebudayaan
lokal. Pendidikan yang menekankan pada transformasi nilai-nilai budaya akan
menghasilkan output-output pendidikan yang berakarakter kuat, selektif, produktif,
dan kreatif. Dari uraian di atas terdapat dua masalah pokok. Pertama, pendidikan di era
globalisasi—yang ditandai dengan derasnya arus informasi dan nilai-nilai asing—
diharapkan mampu melahirkan generasi yang memahami jati diri dan identitas
budayanya sendiri. Dengan kemampuan memahami identitas budaya dan jati dirinya
sendiri, individu diharapkan mampu melakukan filterisasi terhadap nilai- nilia budaya
baru yang negatif dan tidak bersifat konstruktif. Kedua, sejarah mencatat bahwa
masyarakat Cirebon adalah masyarakat yang terbuka, plural, hidup berdampingan
secara rukun dalam menjalankan nilai-nilai budayanya sendiri sehingga lahirlah
kebudayaan baru sebagai hasil dari perpaduan beragam budaya. Dari kondisi
masyarakat yang sangat heterogen semacam itu lahirlah suatu kebudayaan baru yang
khas, yakni budaya Cirebon.
Dalam konteks nasionalisme, pendidikan bertujuan untuk menciptakan
kepedulian dan kecintaan akan tanah air, mendorong setiap individu untuk memikirkan
pernak-pernik persoalan yang dihadapi bangsa, lalu turun tangan dan bertindak secara
lebih konkret untuk menyelesaikannya. Humanisme yang semestinya diperjuangkan
institusi pendidikan adalah pemberdayaan dan memanusiakan manusia, serta
memberikan kesempatan penuh pada setiap manusia dari berbagai lapisan sosial untuk
mendapatkan pendidikan yang sama.
b. Kondisi Ekonomi
Pemerintah memiliki peran yang sangat penting dalam mempercepat
pembangunan ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Berbagai kebijakan dilakukan
untuk pencapaian tujuan tersebut. Kebijakan fiskal merupakan kebijakan ekonomi
yang dilakukan oleh pemerintah terhadap penerimaan danpengeluaran untuk mencapai
tujuan seperti pertumbuhan ekonomi dan pengentsan kemiskinan secara umum.
Pengeluaran Pemerintah merupakan bagian dari kebijakan fiskal yaitu suatu
tindakan pemerintah untuk mengatur jalannya perekonomiandengan cara menentukan
besarnya penerimaan dan pengeluaran pemerintah setiap tahunnya, yang tercermin
dalam dokumen Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk nasional dan
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk daerah atau regional. Tujuan
dari kebijakan fiskalini adalah dalam rangka menstabilkan harga, tingkat output dan
memacu atau mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu kebijakan fiskal juga
diharapkan mampu membuka lebar kesempatan kerja yang akan meningkatkan daya
beli masyarakat, sehingga pada akhirnya mampu menekan kemiskinan.
Penyelenggaraan otonomi daerah yang dimulai pada Januari 2017 bagi setiap
daerah tingkat provinsi maupun kabupaten/kota memuat duaaspek penting, yaitu
pendelegasian kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam
penyelenggaraan pemerintah maupun tugaspembangunan dan pengelolaan sumber-
sumber ekonomi yang meliputi penggalian sumber-sumber penerimaan dan
pengalokasian pengeluaransesuai dengan kebutuhan dan prioritas daerah masing-
masing. Dari aspek ekonomi, kebijakan otonomi daerah yang bertujuan untuk
pemberdayaankapasitas daerah akan memberikan kesempatan bagi daerah untuk
mengembangkan dan meningkatkan perekonomannya.
Peningkatan pertumbuhan perekonomian daerah akan membawa
pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah.
7
Gerald L. Gutek, Philosophical and Ideological Voices in Education, hal. 215-235.
Melalui kewenangan yang dimiliki untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat, daerah akan berupaya untuk meningkatkan perekonomian sesuaidengan
kondisi, kebutuhan dan kemampuan. Kewenangan daerah melaluiotonomi daerah
diharapkan dapat memberikan pelayanan maksimal kepadapara pelaku ekonomi di
daerah baik lokal, regional, nasional maupun global.Pengeluaran pemerintah daerah
(provinsi maupun kabupaten/kota) yang tercermin dalam APBD dibagi menjadi dua
kelompok utama yaitu pengeluaran rutin atau belanja aparatur daerah dan pengeluaran
pembangunan atau belanja pelayanan publik. Dari dua jenis pengeluaran tersebut,
pengeluaran rutin atau belanja aparatur daerah merupakan jenis pengeluaran yang
dominan dalam pengeluaran pembangunan di sebagian besar di daerah baik di Kota
Cirebon maupun di sebagian besar daerah di Indonesia.
Pengeluaran rutin atau belanja aparatur daerah meliputi belanja pegawai,
barang, pemeliharaan, perjalanan dinas, pinjaman beserta bunga dansubsidi. Semua
jenis pengeluaran tersebut sifatnya merupakan pengeluaran konsumsi. Sedangkan
pengeluaran pembangunan atau belanja pelayanan publik terbagi menurut sektor-
sektor pembangunan yang lebih bersifat sebagai akumulasi stok kapital. Kondisi
tersebut di atas diharapkan dapat menjadi perhatian bagi pemerintah untuk lebih
meningkatkan alokasi pengeluaran pembangunan agar mampu menstimulus
pembangunan ekonomidan pengentasan kemiskinan.
Pengeluran
Tahun Pemerintah
2011 420.108
2012 325.549
2013 462.774
2014 516.820
2015 709.021
2016 929.460
2017 770.928
2018 792.958
Pertumbuhan
Tahun
Ekonomi
2011 5,23
2012 5,46
2013 4,96
2014 5,07
2015 4,88
2016 5,63
2017 5,06
2018 5,02
c. Kondisi Kesehatan
• Angka Kematian
a) Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi
belum berusia tepat satu tahun (bayi lahir dalam keadaan hidup). Kematian Neo-Natal
adalah kematian yang terjadi sebelum bayi berumur satu bulan atau 28 hari, umumnya
disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir yang diperoleh dari orang tuanya
pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. kematian post neo-natal, adalah
kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang
disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar. Angka
Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator yang sangat penting utuk mengetahui
gambaran tingkat permasalahan kesehatan masyarakat. Faktor yang berkaitan dengan
penyebab kematian bayi antara lain adalah tingkat pelayanan antenatal komprehensif dan
berkualitas yang diberikan kepada ibu hamil dengan tujuan kehamilan yang sehat,
bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat. Status gizi ibu hamil, tingkat
keberhasilan program KIA adalah upaya bidang kesehatan meliputi pelayanan ibu hamil,
ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru
lair dengan komplikasi, bayi dan balita serta anak prasekolah. Serta kondisi lingkungan
dan sosial ekonomi.9
8
Badan Pusat Statistik Kota Cirebon, 2011-2018. Kota Cirebon Dalam Angka 2011-2018. Cirebon: BPS
9
Dinas Kesehatan, “Profil Kesehatan Kota Cirebon”, 2017
b) Angka Kematian Anak Balita
Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah kematian yang terjadi pada usia 0-59
bulan selama satu tahun per 1000 balita. AKABA dapat digunakan untuk
menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan. Faktor – faktor yang berpengaruh
terhadap kesehatan balita yang berdampak pada AKABA adalah seperti : perilaku
keluarga dalam melaksanakan 10 indikator PHBS tatanan rumah tangga, perilaku
keluarga dalam melaksanakan indikator KADARZI, imunisasi, sanitasi dan Pencegahan
penyakit melalui imunisasi dan pencegahan infeksi, keterlambatan berobat ke sarana
pelayanan kesehatan baik Puskesmas maupun Rumah Sakit, kurangnya pengetahuan
orang tua dan masyarakat terhadap deteksi dini gejala yang dapat menimbulkan hal
tersebut diatas.10
• Angka Kesakitan
a) Imunisasi
10
Dinas Kesehatan, “Profil Kesehatan Kota Cirebon”, 2017
11
Dinas Kesehatan, “Profil Kesehatan Kota Cirebon”, 2017
b) Penyakit menular
- Tuberkulosis Paru
Karena Salah satu upaya dalam meningkatkan penerimaan daerah adalah dengan
mengoptimalkan potensi dalam sektor pariwisata. Sedangkan pariwisata itu sendiri sebagai
salah satu jenis industri yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi diantaranya melalui
penyediaan lapangan kerja.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan daerah dari sektor pariwisata
adalah jumlah kunjungan wisatawan Kota Cirebon sebagai kota yang memiliki keanekaragaman
budaya yang mempunyai kesempatan untuk menjual atraksi budayanya kepada wisatawan baik
wisatawan mancanegara maupun nusantara yang akan menikmati budaya tersebut. Tentu saja
kedatangan wisatawan tersebut akan mendatangkan penerimaan bagi daerah yang
dikunjunginya.
Kedatangan wisatawan mancanegara maupun domestik pada suatu objek wisata akan
meningkatkan pendapatan daerah. Konsumsi wisatawan cenderung akan meningkatkan output
barang dan upah disektor yang menjual barang maupun jasa kepada wisatawan. Konsumsi
wisatawan akan menciptakan permintaan baik barang maupun jasa yang pada akhirnya akan
menimbulkan kegiatan produksi baik barang maupun jasa yang secara otomatis akan
memberikan nilai tambah kepada pendapatan regional khususnya Produksi Dometik Regional
Bruto (PDRB) di suatu daerah.
Kota Cirebon memiliki destinasi wisata yang cukup terkenal, terutama dengan adanya
Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Keraton Kacirebonan, Keraton Kaprabonan, Situs Gua
Sunyaragi, dan lain-lain.
Dengan terus meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke Kota Cirebon tersebut,
sudah barang tentu akan membawa dampak yang positif terhadap perekonomian Kota Cirebon
seperti yang ditunjukkan kontribusi sektor wisata yang selalu meningkat setiap tahunnya. Untuk
itu, bagi pengambil kebijakan dan para pelaku penyedia jasa pariwisata baik yang dilakukan
oleh pemerintah daerah maupun swasta harus tetap bisa menjalankan fungsinya masing-masing,
agar setiap wisatawan yang datang ke Kota Cirebon tetap merasa nyaman.
12
https://text-id.123dok.com/document/ky65mm57z-kehidupan-sosial-budaya-masyarakat-
cirebon.html
G. Rekomendasi dan Saran
1. Penambahan jumlah agen gas serta penambahan jangkauan listrik keseluruhan wilayah kota
Cirebon supaya masyarakat tidak mengalaman kekurangan listrik dan gas yang bisa
menghambat aktivitas masyarakat, dan juga akan mempengaruhi (PDRB).
2. Meningkatkan sektor pariwisata khususnya dibidang kelautan (pantai) karena wilayah Kota
Cirebon adalah pesisir pula Jawa.
3. Selain pariwisata dibidang kelautan, PemKot Cirebon juga perlu memaksimalkan pariwisata
dibidang kesenian karena diCirebon sangat beragam keseniannya seperti, wayang kulit, tari
topeng, sintren dll
4. Meningkatkan usaha dibidang kerajinan karena Kota Cirebon memiliki beragam kerajinan
yang khas, seperti kerajinan rotan, batik, dll.
5. Bidang kuliner juga tidak kalah beragam, contohnya seperti empal gentong, tahu gejrot, nasi
jamblang dll. Makanan-makanan ini adalah makanan yang khas Kota Cirebon, jika bisa
memanfaatkannya dengan baik maka akan membuat Kota Cirebon akan banyak dikenal
khususnya dibidang kulinernya yang berpengaruh pada produk domestik regional bruto
(PDRB).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Cirebon dikenal dengan nama Kota Udang dan Kota Wali. Selain itu kota Cirebon
disebut juga sebagai Caruban Nagari (penanda gunung Ceremai) dan Grage (Negeri Gede dalam
bahasa Cirebon berarti kerajaan yang luas). Sebagai daerah pertemuan budaya antara Suku
Jawa, Suku Sunda, Bangsa Arab, Tiongkok dan para pendatang dari Eropa sejak beberapa abad
silam, masyarakat Cirebon dalam berbahasa biasa menyerap kosakata bahasa-bahasa tersebut
ke dalam bahasa Cirebon.
Geografis Kota Cirebon terletak pada posisi 108.33o dan 6.41o Lintang Selatan pada
pantai Utara Pulau Jawa, bagian timur Jawa Barat, memanjang dari barat ke timur 8 kilometer,
Utara Selatan 11kilometer dengan ketinggian dari permukaan laut 5meter dengan demikian
Kota Cirebon merupakan daerah dataran rendah dengan luas wilayah administrasi 37,35 km2
atau 3.735,8 hektar.
Pendidikan berbasis nilai-nilai budaya ini tidak berangkat dari ruang kosong. Perjalanan
sejarah kebudayaan Cirebon menjadi saksi bisu betapa masyarakat telah menjalani, menghayati,
dan mempraktekkan sistem pendidikan berbasis budaya lokal. Wujud konkret produk
pendidikan berbasis budaya lokal ini dapat dilihat pada kesenian-kesenian lokal, tradisi, dan
adat-istiadat yang masih dipertahankan dari generasi ke generasi. Proses tranmisi dari generasi
ke generasi ini—sehingga nilai-nilai budaya tetap bertahan dalam rentangan waktu yang
panjang—adalah praktek pendidikan yang paling substantive.
Peningkatan pertumbuhan perekonomian daerah akan membawa pengaruh yang
signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah. Melalui kewenangan yang
dimiliki untuk mengatur dan mengurus kepentinganmasyarakat, daerah akan berupaya untuk
meningkatkan perekonomian sesuaidengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan. Kewenangan
daerah melaluiotonomi daerah diharapkan dapat memberikan pelayanan maksimal kepadapara
pelaku ekonomi di daerah baik lokal, regional, nasional maupun global.
PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut
serta dalam proses produksi di suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).
Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar adalah jumlah nilai tambah bruto (gross
value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah. Nilai tambah
adalah nilai yang ditambahkan dari kombinasi faktor produksi dan bahan baku dalam proses
produksi.
Cirebon merupakan sebuah daerah yang memiliki sejarah panjang dan pengaruh
kebudayaan yang tinggi dari berbagai etnis. Etnis jawa, sunda, china dan arab menjadi sebuah
satu kesatuan dalam bingkai kehidupan sehari-hari dimassa itu, sebelum akhirnya terjadi
pemekaran daerah yang menghasilkan Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon. Dalam hal ini,
Kota Cirebon memiliki riwayat sejarah yang panjang melalui peradaban keraton-keraton.
DAFTAR PUSTAKA
A. Chozin Nasuha, “Dialektika Islam dan Kebudayaan Cirebon” dalam Annual Conference
Badan Pusat Statistik Kota Cirebon, 2011-2018. Kota Cirebon Dalam Angka 2011-2018.
Cirebon: BPS
Gerald L. Gutek, Philosophical and Ideological Voices in Education, (Boston: Allyn & Beacon,
Joy A. Palmer (ed.) (Ed), 50 Pemikir Pendidikan dari Piaget sampai Masa Sekarang, hal. 75
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Cirebon
https://www.cirebonkota.go.id/profil/cirebon-dalam-angka/1-letak
geografis/#:~:text=Kota%20Cirebon%20terletak%20di%20daerah,atau%20pantai%20utara%20(
pantura).
https://text-id.123dok.com/document/ky65mm57z-kehidupan-sosial-budaya-masyarakat-
cirebon.html
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kota_Cirebon#:~:text=Pada%20awalnya%20Cirebon%20berasal
%20dari,bahasa%20Jawa%20artinya%20bersatu%20padu