Anda di halaman 1dari 13

Data kondisi eksisting Kota Cirebon

Gambaran Umum Kota Cirebon


UMUM

Kota Cirebon merupakan Kota yang berada di wilayah timur Jawa Barat dan terletak pada jalur
transportasi Jawa Barat dan Jawa Tengah, secara geografis Kota Cirebon terletak pada posisi
108.33 derajat Bujur Timur dan 6.41 derajat Lintang Selatan dengan ketinggian 5 meter dari
permukaan laut, beriklim tropis dengan suhu udara berkisar 24 – 33 derajat celcius dengan curah
hujan 2.751 mm/tahun, dengan demikinan Kota Cirebon merupakan daerah dataran rendah.

Luas wilayah Kota Cirebon adalah 37.358 Km2 dengan batas-batas wilayah sebelah utara.
Sungai Kedung Pane, sebelah Barat Banjir Kanal/Kabupaten Cirebon, sebelah Selatan Sungai
Kalijaga dan sebelah Timur adalah Laut Jawa.

Untuk melaksanakan tugas Pemerintahan, wilayah administrasi Kota Cirebon dibagi menjadi 5
Kecamatan dan 22 Kelurahan. Jumlah Kelurahan ini kemudian dibagi menjadi 247 Rukun Warga
dan 1352 Rukun Tetangga.

KARAKTERISTIK  FISIK

Kota Cirebon terletak di wilayah pantai utara Pulau Jawa dengan ketinggian  0 – 5  meter dari
permukaan laut, bentuk kota memanjang dari barat ke timur, merupakan dataran rendah dengan
luas wilayah 3.735,82 hektar atau kurang lebih 37,36 Km2 (hasil kajian RTRW oleh Bappeda
Kota Cirebon tahun 2009 luas wilayah Kota Cirebon bertambah menjadi 3.810 Ha / 38,10 Km2),
hal ini dikarenakan adanya tanah timbul ditepi pantai laut jawa.  Keadaan air tanah pada
umumnya dipengaruhi oleh instrusi air laut, sehingga kebutuhan air bersih untuk masyarakat
sebagian besar bersumber dari pasokan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Cirebon
yang bersumber dari mata air wilayah Kabupaten Kuningan.

Adapun penggunaan lahan di kota Cirebon didominasi oleh penggunaan lahan untuk
perumahan/permukiman sebesar 45,40 %  atu  1.716 Ha,  tanah pertanian sebesar 10,63 % atu
405 Ha, perdagangan dan jasa sebesar 35,25 %  atu  1.343 Ha dan pesisir/kelautan sebesar 9,08
%  atu  346 Ha.

Kota Cirebon dilengkapi pula oleh sarana dan prasarana dasar kota yang lebih lengkap
dibandingkan wilayah lainnya di Jawa Barat bagian Timur, prasarana dan sarana tersebut
meliputi prasarana transportasi (pelabuhan udara, pelabuhan laut, stasiun kereta api dan
terminal), sarana perdagangan (pasar tradisional, supermarket, mall, dll), sarana pendidikan dari
tingkat dasar hingga perguruan tinggi, sarana kesehatan (Rumah Sakit / Puskesmas),
perkantoran, pergudangan, industri, dan sebagainya.

Kelengkapan prasarana dan sarana dasar kota tersebut menjadi salah satu andalan bagi para
investor dalam memilih Kota Cirebon sebagai tujuan utama penanaman modal di wilayah Jawa
Barat bagian Timur atau  untuk membuka kantor cabang yang melayani Jawa Barat bagian
Timur.  Kondisi ini menarik pula penduduk/masyarakat luar kota untuk bekerja dan mencari
nafkah di Kota Cirebon.

SEJARAH Dan KEBUDAYAAN

Sejarah Kota Cirebon berawal pada abad XIV,  saat itu berdiri Caruban Nagari , yang pada
perkembangannya kemudian berkembang menjadi Kesultanan Cirebon dengan Pelabuhan Muara
Jati yang aktivitasnya berkembang hingga kawasan Asia Tenggara.

Cirebon menjadi salah satu pusat kekuasaan di Tanah Jawa, sekaligus menjadi pusat penyebaran
agama Islam, dengan pengaruh global pada jaman itu interaksi Cirebon tidak hanya berkembang
hingga kawasan Asia Tenggara tetapi sampai ke Timur Tengah, China dan India.  Cirebon masa
lalu adalah gambaran sebuah daerah yang kosmopolit dengan ragam budaya yang plural, di
dalam Pustaka Jawa Dwipa disebutkan bahwa pada tahun 1447, di Dukuh Pesisir yang
berpenduduk 346 orang, terdapat keragaman etnis : 196 orang Sunda, 106 orang Jawa, 16 orang
Sumatera, 4 orang Semenanjung, 2 orang India, 2 orang Parsi, 3 orang Syams (Syiria), 11 orang
Arab dan 6 orang China.

Kekosmopolitan Cirebon juga bisa dilihat dari para pendiri kesultanan Cirebon, Pangeran
Cakrabuana berasal dari Pakuan Pajajaran, Sunan Gunung Jati adalah peranakan arab dan sunda,
sedangkan Pangeran Panjunan, Pangeran Kejaksan dan Nyi Rara Baghdadh berasal dari Irak,
yang lainnya : putrid Ong Tien Nio dari Cina, Syekh Magelung dari Syams, Pangeran Arya
Kemuning dari Kuningan, Ki Gede Bungko dan Raden Sepat dari Majapahit, Pangeran
Wiralodra dan Ki Jabang Arum dari Palembang, Fadhilah Khan dari Pasai dan Adipati Keling
atau Pangeran Suranenggala dari India Selatan.

Periode tahun 1270 – 1910

Pada abad ke XIII Kota Cirebon ditandai dengan kehidupan yang masih tradisional dan pada
tahun 1479 berkembang pesat menjadi pusat penyebaran dari kerajaan islam terutama di wilayah
Jawa Barat, kemudian setelah penjajahan Belanda dibangunlah jalan raya darat dan kereta api
sehingga mempengaruhi perkembangan industri dan perdagangan.

Periode Tahun 1910 – 1967

Pada periode ini Kota Cirebon disahkan menjadi Gumente Cheirebon dengan luas wilayah 1.100
Ha dan berpenduduk 20.000 jiwa (Stlb 1906 No.122 dan Stlb 1921 No.370), dan tahun 1942
Kota Cirebon diperluas menjadi 2.450 ha, tahun 1957 status pemerintahannya ditetapkan
menjadi Kota Praja dengan luas wilayah 3.300 ha, setelah ditetapkan menjadi Kotamadya pada
tahun 1965 luas wilayahnya menjadi 3.600 ha.

Periode  Tahun  1967 – sekarang

Wilayah Kota Cirebon sampai saat ini adalah 3.735,82 ha / 3736 km2 dan nama-nama yang
pernah memimpin Kota Cirebon dari jaman Belanda sampai sekarang adalah  :
1. 1920 – 1925  Burger Meester YH Johan
2. 1925 – 1928  Burger Meester SE Hotman
3. 1928 – 1933  Burger Meester Gostram Slede
4. 1933 – 1938  Burger Meester HEC Kontic
5. 1938 – 1942  Burger Meester HSC Hupen
6. 1942 – 1943  Shito Asikin Nataatmaja
7. 1943 – 1949  Shito Muniran Suria Negara
8. 1949 – 1950  Wakil Kota Prinata Kusuma
9. 1950 – 1954  Wakil Kota Mustafa Suryadi

10. 1954 – 1957  Wakil Kota Hardian Karta Atmaja

11. 1957 – 1959  Wakil Kota Prawira Amijaya

12. 1959 – 1960  Wali Kota Moh Safei

13. 1960 – 1965  Wali Kota RSA. Prabowo

14. 1965 – 1966  Wali Kota R. Sukardi

15. 1966 – 1974  Wali Kota Tatang Suwardi

16. 1974 – 1981  Wali Kota H Aboeng Koesman

17. 1981 – 1983  Wali Kota Drs. H. Achmad Endang

18. 1983 – 1988  Wali Kota Drs. Moh. Dasawarsa

19. 1988 – 1993  Wali Kota Drs. H. Kumaedhi Syafrudin

20. 1993 – 1998  Wali Kota Drs. H. Kumaedhi syafrudin

21. 1998 – 2003  Wali Kota Drs. H. Lasmana Suriaatmadja, M.Si.

22. 2003 – 2008  Wali Kota  Subardi

23. 2008 – sekarang  Wali Kota Subardi, S.Pd.

ARTI  LAMBANG  dan  MOTTO  KOTA  CIREBON

1. A. Bentuk  Lambang  Daerah

Lambang Daerah terdiri dari 3 (tiga) bagian,  yaitu   :

a.  Bagian atas berupa sebuah pita yang bertuliskan Kota Cirebon.
b.  Bagian dalam berupa sebuah perisai yang didalamnya terdapat gambar sebagai berikut   :

 Bagian atas berupa sebuah daun jati dan Sembilan bintang.


 Bagian tengah berupa garis bergerigi Sembilan buah.
 Bagian bawah berupa lukisan laut berombak dan gambar udang rebon.

1. Bagian bawah berupa sebuah pita yang bertuliskan Gemah Ripah Loh Jinawi.
2. B. Tata  Warna  Lambang  Daerah
1. Warna dasar perisai

 Perisai bagian atas berwarna kuning emas.


 Perisai bagian bawah berwarna putih.

1. Isi  Perisai

 Daun Jati berwarna hijau tua


 Lukisan Laut berwarna biru
 Gambar Udang berwarna emas
 Garis bergerigi Sembilan buah berwarna hitam
 Sembilan Bintang berwarna putih.

1. Warna dasar lambang adalah berwarna hitam yang menghiasi perisai dan pita.
2. Arti  dan  Lambang  Daerah

Lambang daerah yang dilukiskan dalam tata warna sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan
Daerah No. 2 tahun 1989,  adalah sebagi berikut   :

1. Daun Jati yang berwarna hijau tua, mengandung arti bahwa pada jaman dahulu di
Cirebon ada seorang pemimpin para wali yang berbudi luhur dan bertahta serta
disemayamkan di Gunungjati dengan nama Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunungjati
yang menyebarkan agama Islam di tanah jawa.
2. Sembilan buah bintang berwarna putih, mengandung arti Wali songo, Kota Cirebon
terkenal sebagai tempat berkumpulnya para wali untuk bermusyawarah dalam
hubungannya dengan ilmu agama islam,  yaitu   :

–            4 (empat) buah bintang diatas dasar kuning emas menggambarkan ilmu syariat, hakekat,
tarekat dan ma’rifat.

–            5 (lima) buah bintang di dalam gambar daun jati menggambarkan rukun islam, yaitu
syahadat, sholat, zakat, puasa dan pergi haji.

1. Lukisan laut berombak berwarna biru, mengandung arti bahwa masyarakat Kota Cirebon
mempunyai kegiatan bekerja di daerah pantai (nelayan), dengan penuh keikhlasan (jalur
putih) dalam menunaikan kewajiban masing-masing untuk kepentingan Bangsa dan
Negara.
2. Gambar udang rebon berwarna kuning emas, mengandung arti bahwa hasil laut telah
memberikan kemakmuran kepada masyarakat Cirebon, adapun udang rebon merupakan
bahan baku untuk pembuatan terasi yang terkenal di Kota Cirebon.
3. Garis bergerigi Sembilan buah berwarna hitam yang melukiskan benteng yang mendatar
berpuncak Sembilan buah, menggambarkan arti bahwa Kota Cirebon bercita-cita
melaksanakan pembangunan di segala bidang/sector di seluruh kotanya untuk
kemakmuran rakyat.
4. Perisai yang bersudut lima, mengandung arti bahwa perjuangan dalam mempertahankan
dan menegakan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal
17 Agustus 1945.
5. Warna dasar kuning emas perisai bagian atas melambangkan Kota Cirebon sebagai Kota
Pantai yang bercita-cita melaksnakan pembangunan untuk mewujudkan masyarakat yang
tertib, tentram, adil dan makmur.
6. Warna putih pada perisai bagian bawah melambangkan Kota Cirebon letaknya dipinggir
laut atau kota pantai yang siap sedia (jalur biru) memberikan hasil laut yangt berguna dan
berharga bagi kehidupan rakyatnya.
7. Pita melingkari perisai dengan warna kuning melambangkan persatuan, kebesaran dan
kejayaan.
8. Dasar lambang yang berwarna hitam melambangkan keabadian.

E.    Motto  Daerah

Motto daerah yang merupakan semboyan kerja adalah Gemah Ripah Loh Jinawai yang
bermakna   :

1. Pengertian  Bahasa

 Gemah Ripah berarti Negara Jembar serta banyak rakyatnya


 Loh Jinawi berarti subur makmur.

1. Pengertian  keseluruhan

Gemah ripah Loh Jinawi adalah perjuangan masyarakat Kota Cirebon sebagai bagian Bangsa
Indonesia bercita-cita menciptakan ketentraman/perdamaian, kesuburan, keadilan, kemakmuran,
tata raharja dan mulia abadi.

IMPLIKASI TERHADAP KARAKTER KOTA

Letak geografis, karakter fisik, sejarah dan keberadaan sarana prasarana, menjadikan Kota
Cirebon sebagai sebuah Kota dengan karakter, corak dan peran kewilayahan yang unik.  Dari sisi
geografis dan demografis misalnya, dibandingkan dengan luas kota lainnya di Jawa Barat maka
Kota Cirebon adalah wilayah kota yang memiliki luas wilayah administrasi yang paling kecil,
kondisi ini memudahkan pergerakan penduduk di dalam wilayah kota selain memudahkan pula
penyebaran atau pemerataan pelayanan ke seluruh wilayah.
Sementara itu, lokasi wilayah pantai selain memiliki keuntungan juga memiliki kelemahan
karena kemiringan lereng yang landai menyebabkan kecepatan air larian lebih lambat sehingga
potensi untuk banjir akibat genangan menjadi lebih besar.

Selain itu kerusakan lingkungan yang terjadi di wilayah hulu sungai akan langsung berdampak
kepada Kota Cirebon karena wilayah kota merupakan wilayah hilir dari beberapa aliran sungai
besar dari wilayah Gunung Ciremai dan sekitarnya.

Sebagai dampak kelengkapan sarana dan prasarana dasar kota dibandingkan daerah-daerah lain
di Ciayumajakuning, Kota Cirebon lebih disukai oleh para investor, para investor cenderung
memilih Kota Cirebon sebagai tujuan utama penanaman modal di wilayah Jawa Barat bagian
timur atau untuk membuka kantor cabang yang melayani Jawa Barat bagian timur, sebagai
dampak lanjutan kondisi ini menarik pula penduduk/masyarakat luar kota untuk bekerja dan
mencari nafkah di Kota Cirebon, sehingga kota Cirebon menjadi sasaran urbanisasi bagi
penduduk di kawasan hinterland.

POTENSI  DAN  TANTANGAN  KOTA  CIREBON

1. 1. Geografi

Wilayah geografi Kota Cirebon berbentuk dataran rendah dengan fotografinya datar (flat),
menurut data potensi desa tahun 2003, beberapa Kecamatan memiliki letak geografis berupa
pesisir pantai (Coast) yaitu Kecamatan Lemahwungkuk dan Kejaksan, sedangkan untuk tiga
Kecamatan lainnya letak geografisnya berupa daerah dataran (Plain).

1. 2. Ekonomi

Karakteristik ekonomi Kota Cirebon dipengaruhi oleh letak gegrafis yang strategis dan
karakteristik sumber daya alam sehingga struktur perekonomiannya didominasi oleh sektor
industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan
komunikasi serta sektor jasa.

Dengan demikian maka Kota Cirebon tergolong kedalam kategori daerah yang cukup cepat
bertransformasi dari tatanan ekonomi tradisional yang bertumpu pada sektor yang mengandalkan
nilai tambah sumber daya manusia seperti industri pengolahan, perdagangan dan jasa.

Perekonomian Kota Cirebon dari tahun ke tahun menunjukan perkembangan, hal ini ditunjukan
dengan terus meningkatnya Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE), tahun 2005 LPE sebesar 4,89 %,
tahun 2006 meningkat menjadi 5,54 %, tahun 2007 meningkat lagi menjadi 6,17 %, namun pada
tahun 2008 pertumbuhannya mengalami perlambatan sehingga hanya mampu tumbuh sebesar
5,64 %.

Perlambatan pertumbuhan ini disebabkan menurunnya jumlah barang yang dimuat melalui
pelabuhan, sehingga pertumbuhan di sub sektor angkutan laut menjadi negative, pertumbuhan
PDRB di Kota Cirebon pada tahun 2008 didukung oleh sektor industri dan perdagangan yang
memberikan kontribusi terbesar dibanding dengan sektor lainnya.
Dari sektor industri konstribusinya sebesar 30,34 %, sektor perdagangan 35,50 %, sementara
sektor pengangkutan hanya memberikan kontribusi sebesar 14,28 % dan sektor lembaga
keuangan sebesar 6,72 %.

Periode tahun 2008, PDRB Kota Cirebon yang dihitung atas dasar harga berlaku mencapai angka
Rp 10,698 trilyun atau mengalami peningkatan sebesar 16,92 % kalau dibandingkan dengan
tahun sebelumya (2007) yang hanya mencapai Rp 9,149 trilyun. Sedangkan PDRB secara riil
yang didasarkan atas harga konstan tahun 2000 PDRB Kota Cirebon tahun 2008 mencapai angka
Rp 5,823 trilyun, sementara tahun 2007 hanya mencapai angka Rp 5,513 trilyun.

Pertumbuhan ekonomi di Kota Cirebon pada tahun 2008 banyak dipengaruhi oleh sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang tumbuh sebesar 12,89 % dan sektor jasa-jasa
tumbuh sebesar 11,63 %.

Pada tahun 2008 hampir semua sektor mengalami pertumbuhan, kecuali sektor angkutan,  pada
tahun 2006 sektor angkutan tumbuh 4,72 %, tahun 2007 tumbuh 3,02 % sedangkan pada tahun
2008 pertumbuhannya mengalami penurunan menjadi -5,13 %, hal ini disebabkan sektor
angkutan mengalami penurunan jumlah barang yang dimuat dari pelabuhan Kota Cirebon.

Pertumbuhan jumlah perusahaan di Kota Cirebon dari tahun ke tahun mengalami peningkatan,
hal ini berimplikasi pada pertambahan lapangan kerja bagi masyarakatnya, namun demikian nilai
investasi dalam bentuk PMA dan PMDN tergolong stagnan, ini menunjukan adanya
permasalahan pada iklim investasi yang dipersepsikan oleh dunia usaha kurang kondusif, karena
itu diperlukan komitmen yang kuat dan political will dari pemerintah Kota Cirebon agar dapat
menarik investor.

Salah satu wujud usaha di sektor informal adalah pedagang kaki lima, Kota Cirebon yang sering
menjadi sasaran urbanisasi memiliki jumlah PKL yang cukup signifikan pada setiap tahunnya. 
Fenomena ini di satu sisi menggembirakan karena menunjukan dinamika ekonomi akar rumput,
tapi di sisi lain jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan persoalan yang serius di sektor
ketertiban dan tata ruang.

1. 3. Penduduk

Jumlah penduduk Kota Cirebon pada tahun 2009 mencapai 304.904 orang, dengan komposisi
147.639 orang laki-laki dan 157.265 orang perempuan, jumlah ini yang berdomisili di wilayah
Kota Cirebon, namun pada siang hari jumlah penduduk Kota Cirebon bertambah hingga empat
sampai lima kali lipat dengan adanya penduduk luar kota yang melakukan berbagai kegiatan di
Kota Cirebon

Dari tahun ke tahun penduduk Kota Cirebon terus bertambah jumlahnya, Laju Pertumbuhan
Penduduk (LPP) menurut periode tahun 2000 – 2009 laju rata-rata sebesar 1,27 % per tahun
( tahun 2000 jumlah penduduknya 272.263 orang, tahun 2009 jumlah penduduknya 304.904
orang).
Bertambahnya penduduk Kota Cirebon akan menyebabkan kepada semakin meningkatnya
kepadatan penduduk, dari tingkat kepadatan sebesar 7,9 ribu jiwa per kilometer persegi pada
tahun 2007 menjadi sebanyak 8,2 ribu jiwa per kilometer persegi pada tahun 2008.

1. 4. Kesehatan

Pembangunan di bidang kesehatan, ketersediaan fasilitas kesehatan dalam jumlah yang cukup
dan layak sangat penting didalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat.  Jumlah
dokter yang ada, baik dokter spesialis maupun dokter umum berjumlah 273 orang, 943 perawat
serta 256 bidan pada tahun 2008, dengan demikian jika dibagi dengan jumlah penduduk akan
tersedia 9 dokter untuk setiap 10.000 penduduk, sementara untuk sarana kesehatan telah tersedia
6 rumah sakit umum, 4 rumah sakit bersalin, 21 puskesmas, 15 puskesmas pembantu dan 21
puskesmas keliling yang terdapat di setiap Kelurahan yang jumlahnya mencapai 57
puskesmas/pustu/pusling.

1. 5. Pendidikan

Di bidang pendidikan telah tersedia berbagai fasilitas pendidikan dalam jumlah yang cukup dan
layak, pada tahun 2008 jumlah Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah sebanyak 177 sekolah,
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Madrasah Tsanawiyah berjumlah 52 sekolah dan
untuk Sekolah Menengah Umum, Sekolah Menengah Keguruan dan Madrasah Aliyah berjumlah
48 sekolah.

1. 6. Ketenagakerjaan

Prosentase penduduk pencari kerja pada tahun 2009 adalah 8,93 % (34.137 Orang terdaftar
sebagai pencari kerja berbanding jumlah penduduk 304.904 Orang), yang terpenuhi hanya 3.225
Orang, jenis mata pencaharian penduduk usia 10 tahun ke atas adalah Pertanian, Industri
pengolahan, Perdagangan/Hotel/Restoran, Jas-jasa, dan lainnya.  Tingkat penyerapan tenaga
kerja (jumlah pencari kerja yang dapat ditempatkan dibandingkan dengan jumlah pencari kerja
terdaftar) dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, sementara pencari kerja yang dapat di
tempatkan relative mengalami penurunan, kondisi ini menunjukan penurunan lapangan kerja
yang ada di Kota Cirebon, hal ini menunjukan tidak seimbangnya penambahan kesempatan kerja
dengan jumlah pencari kerja, pada umumnya kelompok masyarakat miskin bekerja di sektor
informal baik berwirausaha dalam skala kecil maupun sebagai buruh, tukang becak, pembantu
rumah tangga dan karyawan rendahan lainnya.

Jumlah keluarga miskin di Kota Cirebon pada tahun 2008 adalah sebanyak 21.496 keluarga dari
jumlah keluarga 69.713 keluarga.                                       

IMPLIKASI  TERHADAP  PROGRAM  PENGEMBANGAN  IPM

a. Sektor  Daya  Beli

Berangkat dari karakter yang sekaligus merupakan potensi sebagaimana dipaparkan di atas,
untuk mencapai target IPM khususnya yang berkaitan dengan peningkatan daya beli, Kota
Cirebon diarahkan menjadi Kota yang menyandang 4 (empat) fungsi, yaitu  :  sebagai  Kota
Pelabuhan, Kota Perdagangan, Kota Industri (kecil) serta Kota Pariwisata dan Budaya, sebagai
Kota Pelabuhan, Kota Cirebon diharapkan berperan sebagai pintu gerbang ekspor-impor
termasuk transit perdagangan yang melayani wilayah sekitarnya.

Sebagai Kota Perdagangan dan Jasa, Kota Cirebon diharapkan mampu menempatkan fungsinya
sebagai kota koleksi dan distribusi hasil-hasil produksi baik yang berasal dari wilayah kota
sendiri, dari daerah hinterland yang kaya dengan hasil industri olahan dan kerajinan maupun dari
wilayah Jawa Barat bagian timur dan Jawa Tengan bagian barat.  Dengan demikian Kota
Cirebon merupakan outlet dan inlet perdagangan ekonomi Jawa Barat, untuk itu diperlukan
sentra-sentra hasil industri olahan dan kerajinan.

Sebagai Kota Industri, Kota Cirebon diharapkan berkembang industri-industri kecil padat karya
yang beroreantasi ekspor berbasis pengolahan hasil laut dan hasil alam lain dari daerah
hinterland.  Kota Cirebon juga diarahkan sebagai Kota Pariwisata dan Budaya dengan andalan
obyek wisata religius-historis dan kesenian yang serba khas, dengan langkah ini dapat diciptakan
multiflier effect kepada perluasan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha yang dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat Kota Cirebon dan mendongkrak peningkatan daya beli
masyarakat, sebagai Kota Budaya dan Pariwisata Kota Cirebon juga bisa bersinergi dengan
daerah hinterland yang kaya dengan seni budaya dan wisata alam.

b. Sektor  Pendidikan

Posisi Kota Cirebon yang strategis dan kebudayaannya yang terbuka dan kosmopolit, ada banyak
faktor pendukung bagi tercapainya angka yang relative tinggi, sebagaimana ditunjukkan oleh
APK, APM dan lama sekolah, secara umum, situasi dan keadaan pendidikan di Kota Cirebon
relative baik. Baik diukur dari tingkat minat dan partisipasi warga di bidang pendidikan, maupun
juga diukur dari kualitas proses belajar mengajar yag disajikan oleh berbagai institusi pendidikan
yang ada di Kota Cirebon, baik yang formal mulai dari TK hingga Perguruan Tinggi, maupun
non formal.

Soal kualitas, bisa dilihat dari besarnya kepercayaan warga baik dari Kota Cirebon sendiri
maupun dari daerah hinterland dan kawasan Jawa Tengah bagian barat seperti Brebes dan Tegal
untuk menyekolahkan anak-anak mereka di Kota Cirebon, bahkan tidak salah jika dinyatakan
bahwa sektor pendidikan di Kota Cirebon telah mencapai taraf relative modern yang
diindikasikan oleh karakternya yang telah cenderung terindusrialisasi, bahkan dalam jangka
waktu yang tidak terlalu lama lagi Kota Cirebon akan memiliki Perguruan Tinggi Negeri.

Dengan kata lain, upaya pengembangan IPM sektor pendidikan di Kota Cirebon, tergolong
prospektif karena memiliki prasyarat atau faktor pendukung yang relatif kuat, baik dari sisi
demografis, ekonomi maupun kultural.

Problema IPM di sektor pendidikan, lebih disebabkan oleh ketimpangan dimana ada sebagian
warga yang karena alasan ekonomi, tidak bisa menikmati layanan pendidikan secara memadai,
sekalipun ini dalah problem yang harus disikapi serius, Kota Cirebon layak bersyukur karena
kualitas dan kuantitas masalah pendidikan di Kota Cirebon  seperti ditunjukkan oleh angka putus
sekolah relative jauh lebih ringan dibandingkan daerah-daerah lain di Ciayumajakuning maupun
Jawa Barat.

Namun demikian, ada juga persoalan yang muncul karena posisi Kota Cirebon sebagai sentra
pendidikan bagi Ciayumajakuning, warga Kota Cirebon mesti bersaing dengan warga daerah lain
untuk bisa menikmati layanan pendidikan berkualitas di Kota Cirebon yang betapapun terbatas
kapasitasnya.

Banyak warga Kabupaten yang menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah yang dipandang


bermutu di Kota Cirebon, sehingga ini mengurangi peluang warga Kota Cirebon sendiri,
terutama warga miskin.

Di tengah situasi pendidikan yang terindustrialisasi, warga miskin ini sering kali bersaing ketika
hendak menikmati layanan pendidikan di sekolah yang dipandang bermutu, karena peluang itu
telah diambil oleh warga kabupaten yang telah memiliki daya tawar karena secara ekonomi lebih
mapan.

Arah pengembangan IPM di sektor pendidikan ke depan, tampaknya yang harus dilakukan bukan
saja sekedar kegiatan yang bisa meningkatkan APK, APM dan lama sekolah, tapi juga
bagaimana pendidkan di Kota Cirebon bisa menunjang Visi Kota Cirebon yaitu meningkatnya
kualitas sumber daya manusia menuju Kota Cirebon yang sejahtera di tahun 2013 secara
berkelanjutan.

Peran strategis Kota Cirebon sebagi sentra perdagangan dan pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat
bagian Timur, hanya akan bisa optimal jika ditunjang oleh keberadaan SDM yang memiliki
karakter, pengetahuan dan kompetensi yang sesuai.

Dengan kata lain, pengembangan pendidikan di Kota Cirebon terutama di tingkat SMA/SMK ke
atas, perlu diarahkan untuk menyiapkan SDM yang sanggup mengisi peluang-peluang kerja di
sektor ekspor-impor, pariwisata, distribusi dan perdagangan retail dan sektor indusrtri lain yang
relevan.  Lebih baik lagi, jika ada program pendidikan yang mendorong kelahiran para
pengusaha untuk mempercepat pertumbuhan Kota Cirebon sebagai kota bisnis yang secara
sinergis mendukung perkembangan ekonomi daerah hinterland di Ciayumajakuning.

Mempertimbangkan hal ini, peran dunia usaha dalam pengembangan sektor pendidikan menjadi
sesuatu yang sangat vital, dengan peningkatan peran dunia usaha dalam sektor pendidikan, akan
terjadi sinergi dan integrasi antara program pengembangan IPM di sektor pendidikan dan di
sektor daya beli.

c. Sektor  Kesehatan

Sementara itu, posisi geografis Kota Cirebon yang strategis dan corak kebudayaan yang
kosmopolit dan terbuka, juga memiliki dampak positif bagi pengembangan IPM di sektor
kesehatan. Ditunjang oleh kelancaran arus informasi dari berbagi media maupun interaksi
intensif dengan daerah lain yang lebih modern seperti Jakarta dan Bandung, tingkat kesadaran
warga Cirebon terhadap issue-issue kesehatan relative tinggi, sehingga berpengaruh terhadap
angka pencapaian IPM di sektor kesehatan yang relative baik.

Keadaan yang positif di sektor kesehatan di Kota Cirebon, juga dipengaruhi oleh fakta, bahwa
sebagaimana terjadi pada sektor pendidkan, sektor kesehatan di Kota Cirebon juga telah
mengalami proses industrialisasi yang mesti kita baca dalam makna positif  yang diindikasikan
oleh tingginya angka pertumbuhan unit-unit pelayanan kesehatan swasta, dalam bentuk rumah
sakit, balai pengobatan, apotik hingga klinik kecantikan. Dengan situasi seperti ini, masyarakat
Kota Cirebon- khususnya yang memiliki daya beli tinggi memiliki banyak peluang dan pilihan
untuk meningkatkan mutu kesehatan mereka. Disisi lain, unit-unit layanan kesehatan milik
pemerintah mulai dari puskesmas dan rumah sakit juga telah relatif tersedia secara baik.
Masyarakat yang memiliki keterbatasan daya beli, bisa memanfaatkan layanan kesehatan di unit-
unit milik pemerintah terutam puskesmas yang ada di setiap kelurahan. Selain itu, Posyandu
yang berfokus pada peningkatan mutu kesehatan ibu dan anak juga relative berkembang,
sekalipun intensitasnya jauh berkurang dibandingkan pada masa pra-krisis ekonomi.

Karena posisinya yang strategis dan dipandang relative lebih maju dibandingkan daerah-daerah
lain di Ciayumajakuning,  berbagai unit pelayanan kesehatan baik milik pemerintah maupun
milik swasta, sejauh ini tak hanya melayani pasien dari Kota Cirebon semata, melainkan juga
pasien dari daerah lain di Ciayumajakuning.

Di satu sisi memang berimplikasi positif pada peningkatan daya beli warga Kota Cirebon, tapi di
sisi lain, mengancam hak warga Kota Cirebon yang miskin dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan yang layak, sebab mereka berada pada posisi tawar yang lebih rendah dibandingkan
warga daerah lain yang lebih tinggi daya belinya.

Iklan

Sukai ini:

This entry was written by uptbstatistik, posted on Januari 25, 2010 at 6:50 am, filed under
Uncategorized. Bookmark the permalink. Follow any comments here with the RSS feed for this
post. Post a comment or leave a trackback: Trackback URL.
« Selamat Datang di UPTB STATISTIK
Pos Berikutnya »

Tulis sebuah Komentar


6 0

Required fields are marked *

Nama *

Surel *
Situs Web

Komentar

Kirim Komentar 6

08f2ea401a

1507806950

Beri tahu saya komentar baru melalui email.

473288f910 /2010/01/25/umum

1507814155940

 Laman
o About
 Kategori
o Uncategorized
 Arsip
o Januari 2010

 Cari

Find

 Blogroll
o WordPress.com
o WordPress.org
 RSS Feeds
o Semua tulisan
o All comments
 Meta
o Daftar
o Masuk

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com. | Tema: Sandbox 1.6.1.

 Ikuti

o Data kondisi eksisting Kota Cirebon


o Sesuaikan
o Ikuti
o Mendaftar
o Masuk
o Salin shortlink
o Laporkan isi ini
o Kelola langganan
o Ciutkan bilah ini

%d blogger menyukai ini:


<img src="https://pixel.wp.com/b.gif?v=noscript"
style="height:0px;width:0px;overflow:hidden" alt="" />

Anda mungkin juga menyukai